• Tidak ada hasil yang ditemukan

memaknai Pancasila Sebagai Dasar Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "memaknai Pancasila Sebagai Dasar Negara"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dan Sebagai Sistem Filsafat

Nama

: Lazuardi Nurul Fauzan

NIM

: 11.01.2922

Kelompok

:B

Program Studi

: Teknik Informatika

Jurusan

: D3-TI-02

Nama Dosen

: Irton, SE.,M.Si

(2)

A. ABSTRAK

Negara Indonesia terdiri dari pulau-pula, dan pastinya memiliki suku-suku yang berbeda. Setiap suku pastinya mempunyai keyakinan masing-masing, dan setiap suku yang satu dengan suku yang lain mempunya perbedaan dalam pendapat. Maka muncul motto atau semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, yang sering di artikan “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Walaupun Indonesia memiliki banyak suku, dan pendapat yang berbeda-beda, Indonesia mempunyai sifat ramah yan lebih baik dari Negara lain.

Permasalahan di atas sangat menarik untuk dipelajari.Bangsa Indonesia yang mempunyai banyak perbedaan terutama kebudayaan, dan Pancasila yang mempersatukan semua itu.Karena itu Penulis ini berusaha mengkaji apakah arti Pancasila dalam perbedaan kebudayaan Bangsa Indonesia.

Kesimpulan yang bisa di ambil dari makalah ini adalah: Pancasila sebagai pemersatu dan juga sebagai pandangan hidup atau dasar Negara Indonesia. Maka dari itu pancasila tidak bisa di ubah lagi dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia.

(3)

B. Latar Belakang.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan penyertaan-Nya, makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Sebagai Sistem Filsafat” ini dapat terselesaikan meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya.

Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita.Dan di dalam Pancasila ini terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila.Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.

Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan agama.Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan.Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.

Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.

Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah bermetamorfosa dalam aneka bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan kenikmatan hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia.

(4)

C. RUMUSAN MASALAH.

Adapun permasalah yang ditanyakan dalam makalah ini antara lain:

1. Apa yang di maksud dengan Pancasila?

2. Bagaimana pandangan Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia? 3. Apa yang di maksud dengan pancasila sebagai sumber nilai?

(5)

D. Pendekatan.

Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka. Organisasi ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu, Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara Indonesia.

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :

1. Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas pada pidato hari pertama, yaitu :

a. kebangsaan,

b. kemanusiaan,

c. ketuhanan,

d. kerakyatan,

e. kesejahteraan rakyat.

2. Soepomo pada hari kedua juga mengusulkan 5 asas, yaitu :

a. persatuan,

b. kekeluargaan,

c. mufakat dan demokrasi,

d. musyawarah,

e. keadilan sosial.

3. Soekarno pada hari ketiga, mengusulkan juga 5 asas, yaitu :

a. kebangsaan Indonesia,

b. internasionalisme atau perikemanusiaan,

c. persatuan dan kesatuan,

d. kesejahteraan sosial,

(6)

Yang pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa kelima asas tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila, diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi

b. Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan c. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara

d. Latu Harhary, wakil dari Maluku.

Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".

Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah tujuh kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasilapun ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah :

Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni1945 Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus1945 Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal

27 Desember1949

Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus1950

(7)

E. Pembahasan.

1. Pengertian Pancasila.

Kata Pancasila berasal dari bahasa sansekerta India (kasta brahmana). Sedangkan menurut Muh Yamin, dalam bahasa sansekerta , memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu : panca : yang artinya lima, syila : vokal i pendek, yang artinya batu sendi, alas, atau dasar. Syiila vokal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik atau penting. Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologi kata “pancasila” yang dimaksud adalah istilah “pancasyila” dengan vokal i yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsure”. Adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna “lima aturan tingkah laku yang penting”.

Nilai-nilai pancasila secara intrinsik bersifat filosofis, dan di dalam kehidupan masyarakat indonesia nilai pancasila secara praktis merupakan filsafat hidup (pandangan hidup). Nilai dan fungsi filsafat pancasila telah ada jauh sebelum indonesia merdeka. Hal ini dibuktikan dengan sejarah majapahit (1293). Pada waktu itu hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis “Negara Kertagama” (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “Pancasila”

(8)

2.

Pandangan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

Dalam pengertian ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung, wereldbeschouwing, wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup dan petunjuk hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan dalam segala bidang. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakn pembuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila. Hal ini karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis

Kedudukan pancasila sebagai sumber segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum dapat dijabarkannya suatu sistem dalam sturktur fungsi pancasila sebagai:

a. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia.

b. pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijabarkan dalam empat pokok pikiran.

c. Mewujudkan cita-cita sebagai dasar hukum yang tertulis maupun tidak tertulis.

d. Pancasila mengandung norma yang mengharuskan UUD 1945 dengan isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara yang lain termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional memegang teguh cita-cita rakyat yang bermoral luhur.

e. Pancasila sebagi sumber semangat kebangsaan bagi UUD 1945, penyelenggara negara , pelaksana pemerintah, termasuk penyelenggara parati dan golongan fungsional.

3. Pancasila sebagai sumber nilai

A. Pengertian Nilai.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.

Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai

dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya

kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan

(9)

itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan

penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu

kemudian dinamakan Nilai Instrumental.

Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya

Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk

mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar

itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

B. Ciri-Ciri Nilai.

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut:

a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.

Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah

kejujuran itu.

b. Nilai memiliki sifat normatif,

Artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.

c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia

(10)

C. Macam-Macam Nilai.

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu: a. Nilai logika adalah nilai benar salah.

b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah. c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.

Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan.Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika.Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakansiswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukanpada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.

Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut:

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

(11)

D. Pancasila Sebagai Sumber Nilai.

Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

4.

Makna Sila-Sila Dari Pancasila.

I.

Sila ketuhanan yang Maha Esa.

a. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan yang Maha Esa b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya. c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.

d. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

e. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah menurut agamanya masing-masing.

f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

II. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

a. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan b. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.

(12)

III. Sila Persatuan Indonesia.

a. Nasionalisme.

b. Cinta bangsa dan tanah air.

c. Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia.

d. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit. e. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.

III. Sila Kerakyatan yang Dipimpi oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan

/ Perwakilan.

a. Hakikat sila ini adalah demokrasi.

b. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama.

c. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.

IV. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.

b. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing.

(13)

5. Pancasila Sebagai sistem Filsafat.

Benarkah Pancasila adalah suatu sistem filsafat? Berikut akan diuraikan secara singkat aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis Pancasila

a.

Aspek Ontologis.

Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala

sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan

Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:

Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi ketuhanan

bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional;

Ada

kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas, dengan

wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana dan sumber

kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan,

dan sebagainya;

Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat manusia

(universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional,

merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi mengemban identitas unik: menghayati hak

dan kewajiban dalam kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam

dan sesama manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi

manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan kebajikan

sebagai pengemban amanat keagamaan;

Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia yang

unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan martabat dan

kepribadian manusia: sistem nilai, sistem kelembagaan hidup seperti keluarga,

masyarakat, organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan

teleologis manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif,

etis, berkebajikan;

Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem kenegaraan yang

merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian dan kewibawaan

nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi

(14)

b.

Aspek Epstomologis.

Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu. Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan azas-azas:

Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia dengan martabat dan potensi unik yang tinggi, menghayati kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan. Kepribadian manusia sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur: pancaindra, akal, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani. Kemampuan martabat manusia sesungguhnya adalah anugerah dan amanat ketuhanan/ keagamaan.

Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara:

 Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal: lingkungan alam, semesta, sosio-budaya, sistem kenegaraan dan dengan dinamikanya;

 Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada/ berkembang, kepustakaan, dokumentasi;

 Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru.

Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis:

Pengetahuan indrawi; Pengetahuan ilmiah; Pengetahuan filosofis; Pengetahuan religius.

(15)

Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan manusia untuk menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan kehidupan, memiliki wawasan kesejarahan (masa lampau, kini dan masa depan), wawasan ruang (negara, alam semesta), bahkan secara suprarasional menghayati Tuhan yang supranatural dengan kehidupan abadi sesudah mati. Pengetahuan menyeluruh ini adalah perwujudan kesadaran filosofis-religius, yang menentukan derajat kepribadian manusia yang luhur. Berilmu/ berpengetahuan berarti mengakui ketidaktahuan dan keterbatasan manusia dalam menjangkau dunia suprarasional dan supranatural. Tahu secara „melampaui tapal batas‟ ilmiah dan filosofis itu justru menghadirkan keyakinan religius yang dianut seutuh kepribadian: mengakui keterbatasan pengetahuan ilmiah-rasional adalah kesadaran.

c.

Aspek Aksiologis.

Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai secara kesemestaan. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi dan epistemologinya. Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:

Tuhan yang maha esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan segala isi beserta antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum moral mengikat manusia secara psikologis-spiritual: akal dan budi nurani, obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan yang menjamin multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.

Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam perwujudan Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi, secara individual maupun sosial).

(16)

Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan dengan berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau „konsumen‟ nilai yang bertanggung jawab atas norma-norma penggunaannya dalam kehidupan bersama sesamanya, manusia sebagai pencipta nilai dengan karya dan prestasi individual maupun sosial (ia adalah subyek budaya).

“Man created everything from something to be something else, God created everything from

nothing to be everything.” Dalam keterbatasannya, manusia adalah prokreator bersama Allah. Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang dari hakikat manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat kebijaksanaan, tulus dan rendah hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan darma bakti, amal kebajikan bagi sesama.

Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi dan nurani sehingga memiliki kemampuan untuk beriman kepada Tuhan yang mahaesa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Tuhan dan nilai agama secara filosofis bersifat metafisik, supernatural dan supranatural. Maka potensi martabat manusia yang luhur itu bersifat apriori: diciptakan Tuhan dengan identitas martabat yang unik: secara sadar mencintai keadilan dan kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Cinta kasih adalah produk manusia – identitas utama akal budi dan nuraninya – melalui sikap dan karyanya.

Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap pendayagunaan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan. Hakikat kebenaran ialah cinta kasih, dan hakikat ketidakbenaran adalah kebencian (dalam aneka wujudnya: dendam, permusuhan, perang, etc.).

(17)

G. Kesimpulan dan Saran

Kita telah melihat dan membaca bahwa sebagai dasar Negara, kedudukan pancasila sebagai sumber segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum. Maka dari itu para petinggi Negara atau DPR, MPR, dan Presiden, tidak bisa membuat aturan hukum atau UUD sesuka mereka, dan kita sebagai warga Negara yang baik, harus berteguh hati, kalau Pancasila adalah sebagai dasar hidup kita, dan kita harus mengamalkan pancasila, seperti kita percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing, mengakui persamaan derajat, persamaan hak, kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, agama, keturunan, warna kulit, mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, dan mengembang sikap adil kepada sesama. Memang pengamalan pancasila sampai sekarang masi dalam proses, tapi dengan kesadaran dari setiap warga negara Indonesia, kepastian akan pengamalan pancasila pasti akan terwujud, sehingga kesejahteraan akan terjalin di negeri Indonesia tercinta ini.

Dan Pancasila juga termasuk sistem fisafat, dan di uraikan menjadi 3 yaitu: Aspek Ontologis

(

penyelidikan hakikat dan keberadaan segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual,

metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan Tuhan.

), Aspek Epstomologis(menyelidiki

(18)

F.

REFERENSI.

___,2004,Sejarah Pancasila [online], (http://paskibraka2004.multiply.com/reviews/item/8)

___,2010,Pancasila Dasar Negara Indonesia [online], (http://pancasila.univpancasila.ac.id/?p=306)

Suwarno, P.J.,___, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia.[online], (http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila)

Ruhcitra,2008,Pancasila Sebagai Sistem Filsafat[online],

(http://ruhcitra.wordpress.com/2008/12/16/pancasila-sebagai-sistem-filsafat/)

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi Dasar : 9.1 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional ( to get things done ) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam

Hasil penelitian menghasilkan 5 faktor dan 29 variabel penyebab keterlambatan proyek, dan didapat 1 faktor yaitu faktor Manajemen Kontraktor dan 7 variabel yang paling

Perhitungan pada motor dengan piston ukuran standard digunakan sebagai bahan perbandingan saja, guna melengkapi analisis yang dilakukan Dibawah ini adalah

Adapun materi dan objek komparatif yang dikorelasikan dengannya adalah berupa (a) Gambaran tentang Konsepsi Bunga Padma yang tersurat dalam naskah manuskrip

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengadaan bahan baku pada agroindustri produk rotan di Kota Bandar Lampung, (2) menganalisis nilai tambah

Pada anak yang menginjak usia 4 tahun 6 bulan diharapkan anak dapat menunjukkan rasa percaya diri dalam mengerjakan tugas, menceritakan kejadian atau pengalaman yang baru

aplikasi jelas , 82,50% anggota Paguyuban dan 87,50% dari anak-anak menyatakan Aplikasi ini membuat Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang gamelan , dan 75,00%

 Pengadaan peralatan medis berupa alat Cathlab dengan penyerapan dana 98,85% dan output mencapai 100% dari yang direncanakan..  Tahun ini Rumah Sakit Stroke Nasional