• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Membangun Indonesia Dari De

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Membangun Indonesia Dari De"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Membangun Indonesia Dari Desa

(Dosen: Prof. Gunawan Sumodiningrat, Ph.D.)

TUGAS INDIVIDU PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh:

Rahmat Nurkahfi Pratama NIM : 15/377314/EK/20286

Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(2)

Page | i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya Kami sebagai penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul, “IMPLEMENTASI MEMBANGUN INDONESIA DARI DESA”.

Walaupun terdapat beberapa hambatan selama penulisan paper ini seperti masih kurangnya pengetahuan dan kurangnya informasi, tetapi penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan paper ini dengan baik.

Dalam penulisan paper ini, terdapat beberapa pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan masukan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Gunawan Sumodiningrat, Ph.D. selaku dosen Perekonomian Indonesia,

2. Herdiana selaku asisten dosen Perekonomian Indonesia, 3. Perangkat Desa Nglanggeran,

4. Penduduk Desa Nglanggeran,

5. Rekan-rekan mahasiswa kelas Perekonomian Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017

Penulis berharap semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dan kritik penulis mohon maaf dan terimakasih atas saran yang diberikan.

Yogyakarta, 19 November 2016

(3)

Page | ii DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penulisan ... 5

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 6

2.1Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 6

2.2Pendidikan ... 7

2.3Pekerjaan ... 8

2.4Masalah Pembangunan ... 8

2.5Perubahan Struktural ... 11

2.6Siklus Kerja-Untung-Nabung ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1Jenis Penelitian ... 17

3.2Teknik Pengumpulan Data ... 17

BAB 4 PEMBAHASAN ... 18

4.1Pendidikan Desa Nglanggeran ... 18

4.2Pekerjaan Desa Nglanggeran ... 22

4.3Masalah Pembangunan Desa Nglanggeran ... 30

BAB 5 PENUTUP ... 35

5.1Kesimpulan ... 35

5.2Saran ... 37

(4)

Page | 1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Indonesia sejatinya merupakan perwujudan tujuan nasional bangsa Indonesia yang terdapat didalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, melindungi segenap bangsa Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia dan perdamian abadi. Pembangunan Indonesia sesungguhnya merupakan proses memanusiakan manusai yang dihadapkan pada sejumlah hambatan dalam berbagai dimensi. Di Indonesia yang merupakan negara hukum dan negara yang bersistem konstitusional memiliki wilayah pengambilan keputusan atau sistem administrasi dari yang tertinggi sampai terkecil yaitu negara, provinsi, kabupaten atau kota, dan desa. Dalam pembangunan Indonesia, banyak aspek yang dapat menjadi tolak ukur atau indikator sebagai penunjang pembangunan seperti pendidikan dan pekerjaan.

Pembangunan sendiri merupakan hal yang penting dikarenakan karena adanya paradigma yang selalu berubah setiap tahun. Pembangunan sendiri memiliki permasalahan yang utama yaitu masalah pengangguran, masalah kemiskinan, dan masalah kesenjangan. Ketiga hal tersebut harus bisa diselesaikan mengingat bahwa permasalahan itu merupakan permasalahan yang mendasar yang menyangkut kelangsungan hidup manusia.

(5)

Page | 2 Dengan zaman yang maju seperti saat ini, dikenal istilah membangun Indonesia dari desa. Hal ini sama tujuannya dengan pembagunan Indonesia yang memanusiakan manusia dimana membangun Indonesia dari desa, memanusiakan manusianya dimulai dari pinggiran atau desa. Harapannya, desa akan menjadi perangsang unsur-unsur sejenis dan diatasnya sehingga bisa mecapai sebuah kebahagiaan atau happiness. Dalam hal ini, kebahagiaan tercapai dengan pemenuhan ekonomi yang mana ekonomi merupakan ilmu yang mengatur rumah tangg sendiri. Sehingga seorang individu diharapkan untuk tidak hanya berkonsumsi saja tetapi juga harus berproduksi. Dengan asumsi pembanguna yang meliputi full employment, equal productivity, dan rational efficient nantinya akan meningkatkan kesejahteraan umum dengan memberdayakan faktor manusianya.

(6)

Page | 3 angka harapan hidup saat lahir mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan.

Pembangunan yang bersifat regional akan menjadi hal yang penting bagi pemerintah Indonesia. Hal ini pembangunan regional difokuskan pada pengembangan softskill dan kemampuan sumberdaya manusia yang ada di daerah terutama daerah terpencil, daerah pinggiran, atau daerah desa. Yang mana desa merupakan sistem administrasi di Indonesia yang menempati lapisan paling bawah dalam pengambilan keputusan. Sehingga desa seharusnya menjadi fokus pemerintah dalam upaya membangun Indonesia dari desa. Yang mana Indonesia terdapat 78.609 desa pada tahun 2011 menurut data BPS. Dengan demikian dilakukan penulisan untuk melihat permasalahan desa terutama di daerah Nglanggeran.

Gunungkidul memiliki jumlah penduduk pada tahun 2015 yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat sejumlah 704.026 jiwa. Dengan tingkat angkatan kerja pada tahun 2015 sebesar 397.984 jiwa dengan tingkat pengangguran sebesar 2,90%. Dari segi pendidikan pada tahun 2015 dalam rentang umur 7-24 tahun terdapat 127.780 jiwa yang belum pernah sekolah, 45.929 jiwa masih sekolah, dan 173.709 jiwa tidak sekolah. Di desa

Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Standar Hidup Layak

Indeks Komponen IPM Indonesia 2014-2015

2014 2015

(7)

Page | 4 Nglanggeran sendiri terdapat 716 jiwa yang tidak bersekolah dari total jumlah penduduk desa Nglanggeran sebesar 2590 jiwa.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya perubahan yang berfluktuatif mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang seharusnya menjadi bagian dalam masalah pembangunan manusia di sebuah negara. Yang mana, IPM atau HDI sendiri memiliki indikator seperti indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks standar untuk hidup layak. Indonesia sendiri mengalami peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2014. Yang bersumber pada website United Nation Development Programme (UNDP) mengenai Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Indeks semua negara pada tahun 2014, Indonesia mendapat peringkat 110 dari 188 negara dengan nilai indeks 0,684 dan jika dihitung perubahan IPM Indonesia dari tahun 1980 sampai 2014, IPM Indonesia mengalami kenaikan 44,3%. Dari nilai indeks tersebut dapat diketahui bahwa angka harapan hidup sebesar 68,9; harapan tahun bersekolah 13; rata-rata waktu sekolah yang sudah dijalani oleh orang usia 25 tahun ke atas sebesar 7,6; dan pendapatan bruto perkapita 9,788. Hal ini sangat menunjukan masalah pendidikan menjadi fokus utama dalam hal indeks tersebut. Karena kesenjangan terjadi pada waktu pendidikan yang tidak ada yang akhirnya membuat indovidu tidak mampu untuk berkembang (bekerja) yang nantinya akan berakibat pada pengangguran.

(8)

Page | 5 menular ke desa-desa yang lain di seluruh penjuru Indonesia. Oleh karena itu dirasa penting bagi penulis untuk melihat faktor IPM terutama yang berfokus pada pendidikan yang berpengaruh terhadap tingkat bekerja atau terjadinya ketimpangan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari latar belakang diatas, dapat ditari beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana masalah pendidikan di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul?

2. Bagaimana pengaruh dari masalah pekerjaan di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul?

3. Bagaimana masalah pembangunan yang terdapat di desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul?

1.4 Manfaat Penulisan

Dari rumusan masalah tersebut, terdapat beberapa manfaat penulisan yaitu sebgaia berikut:

1. Untuk mengetahui masalah pendidikan di desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul,

2. Untuk mengetahui pengaruh masalah pekerjaan terhadap bidang lain di desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul,

(9)

Page | 6 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2016) adalah proses perluasan pilihan masyarakat. Pada dasarnya pilihan manusia sangat beragam, jumlahnya banyak, serta berubah setiap saat. Akan tetapi, terdapat tiga pilihan yang paling mendasar yaitu berumur panjang dan hidup sehat, memperoleh pendidikan, serta akses yang mudah untuk memenuhi kebutuhan. Sekarang ini, tidak hanya sebatas tiga pilihan itu saja melainkan mulai dari berpolitik hingga kebebasan ekonomi dan sosial yang nantinya muncul ide kreatif, inovatif, dan produktif. Dengan pembangunan manusia yang cakupan pilihannya sangat luas, United Nation Development Programme (UNDP) dalam Human Development Report (Badan Pusat Statistik, 2016) mendefiniskan pembangunan manusia sebagai proses dimana masyarakat dapat memperlua pilihan-pilihannya. Pendapatan merupakan salah satu faktor penentu pilihan, tetapi ada faktor yang lebih penting lainnya yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik yang baik, serta kebebasan bertindak.

(10)

Page | 7 2.2 Pendidikan

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Kurniawan, 2015) adalah permintaan dalam kehidupan anak-anak. Pendidikan mengarah semua kekuatan yang ada didalam agar peserta didik sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapa keselamatan yang tinggi dan kebahagiaan hidup. Setiap individu berhak atas pendidikan dan berhak atas layanan fasilitas pendidikan.

Pendidikan membuat pribadi atau individu menjadi bertambah ilmunya baik segi ilmu pengetahuan alam maupun pengetahuan sosial di dunia yang nantinya pendidikan memberikan wadah untuk memberikan pandangan bagi kehidupan terkait masalah-masalah yang ada. Pendidikan juga membuat pribadi lebih baik dan memiliki karakter. Hal ini dapat dilihat pada sekolah-sekolah formal sangat menanamkan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan seperti ketuhanan, kesopanan, dan kemanusiaan yang nantinya membuat individu menjadi pribadi yang memiliki sifat beradab.

(11)

Page | 8 2.3 Pekerjaan

Pekerjaan menurut Endang Moertopo (Patriota, 2013) adalah seseorang yang memiliki dasar pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan kesejahteraan. Atau secara umum pekerja merupakan kegiatan aktif manusia yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bertukang bagi seseorang. Seorang individu jika ingin melangsungkan hidupnya diharapkan untuk bekerja karena dari bekerja akan muncul sebuah imbalan atau upah yang nantinya bisa dikonsumsi sendiri atau di tabung sebagai investasi jangka panjang.

Pekerjaan sendiri memiliki kategori menurut umur. Seorang individu dikatakan masuk kedalam usia kerja dimana individu tersebut berumur 15 tahun atau lebih. Adapula yang disebut dengan angkatan kerja dimana penduduk usia kerja yang bekerja, punya pekerjaan, namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang masih sekolah, mengurus rumah tangga, atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. Adapula yang disebut dengan pengangguran yang mana merupakan individu yang tidak punya pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan.

Dalam bekerja, terdapat dua jenis pekerjaan yaitu pekerjaan yang menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa. Pekerjaan yang menghasilkan barang contohnya adalah petani, pengrajin, dan penjahit. Sedangkan pekerjaan yang menghasilkan jasa contohnya adalah guru, polisi, dan tukang becak, dll.

2.4 Masalah Pembangunan

(12)

Page | 9 ditata dengan pondasi awal yang kuat dan kokoh. Jika dilihat lebih lanjut mengenai maslaah tersebut, Indonesia mengalami tiga masalah dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai berikut:

2.4.1 Kemiskinan

Kemiskinan menurut Priyono Tjiptoherianto (Pigai, 2012) adalah memerangi kemiskinan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi. Kemiskinan yang merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memnuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum, pakaian, dan rumah. Menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) (Nugroho, 2013) terdapat berbagai penyebab kemiskinan yaitu pendidikan yang terlalu rendah, malas belajar, keterbatasan sumberdaya alam, terbatasnya lapangan kerja, keterbatasan modal, dan beban keluarga.

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan dapat diukur dengan konsep kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis kemiskinan sendiri merupakan jumlah dari garis kemiskinan makanan dan non makanan. BPS mengungkapkan bahwa jika suatu penduduk memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan, dapat dikategorikan sebagai penduduk miskin.

2.4.2 Pengangguran

(13)

Page | 10 mendapat pekerjaan, dan individu yang sudah bekerja tetapi belum mulai bekerja. Setengah pengangguran adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 40 jam. Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang bekerja secara tidak optimal karena terlalu banyak tenaga kerja. Pengangguran menurut penyebabnya adalah pengangguran siklis, pengangguran yang terjadi karena naik turunnya gelombang ekonomi suatu negara. Pengangguran friksional yaitu pengangguran sementara waktu. Pengangguran teknologi adalah pengangguran akibat perubahan teknologi manual menjadi teknologi elektronik. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim. Pengangguran voluntary adalah pengangguran yang mana seseorang masih mampu bekerja tetapi dengan sukarela tidak bekerja karena harta yang dimiliki. Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan struktur ekonomi negara.

2.4.3 Kesenjangan atau Ketimpangan Ekonomi

Kesenjangan ekonomi terjadi karena adanya ketimpangan distribusi atau distirbusi tidak merata dalam hal pendapatan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ketimpangan ekonomi yaitu karena menurutnya pendapatan perkapita, pembangunan pemerintah yang tidak merata, rendahnya mobilitas sosial, dan adanya pencemaran lingkungan. Hal itu menyebabkan kesenjangan ekonomi terjadi antara si kaya dan si miskin. Akan tetapi, si kaya masih menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi rumah tangga mereka. Dan permasalahan kesenjangan ini mencakup kesetaraan ekonomi, kesetraan pengeluaran, dan kesetaraan pendapatan.

(14)

Page | 11 diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal, dan kurva lorenz dibagi dengan luas separuh bidang dimana kurva lorenz itu berada.

2.5 Perubahan Struktural

Teori perubahan struktural biasanya diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia, dan Brazil, dll. Jika dibandingka dengan negara maju, negara berkembang masih menggunakan standar ekonomi tradisional dimana penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, peternak, dan tukang kebun, dll. Oelh sebab itu, negara berkembang harus mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman yang semakin modern. Hal ini terletak pada bagaimana caranya negara berkembang tersebut menuntun dan mengarahkan kemajuan negaranya sendiri terutama dalam hal ekonomi agar mampu bersaing dengan negara maju. Sehingga diperlukan metode yang beragam untuk menjalankannya. Teori perubahan struktural sendiri merupakan sebuah cara suatu negara untuk merubah struktur ekonomi baik dari sektor ekonomi tradisional menjadi ekonomi modern. Dalam hal ini, ekonomi modern yang sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman globalisasi atau era IPTEK sekarang. Terdapat beberapa tokoh yang membahas tentang teori ini yaitu sebagai berikut:

Gambar Gini Ratio

Sumber: http://lesprivate-statistik.com/index.php/berita/295-gini-ratio-teori

(15)

Page | 12 2.5.1 Teori Pembangunan Arthur Lewis

Teori pembangunan Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan yang terjadi antara daerah kota dan pedesaan yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi diantara kedua tempat tersebut. Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang berlaku di sektor modern yang pada akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pad dasarnya akan terbagi menajdi dua yaitu

2.5.1.1Perekonomia Tradisional

Mengasumsikan bahwa di pedesaan dengan perekenomian tradisonalnya mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitanya dengan basis utama perekonomian yang diasumsikan berada di perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat adalah tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsiten1 akibat perekonomian yang bersifat subsiten pula. Hal ini ditandai dengan nilai produk marginal dari tenaga kerja yang bernilai nol.

2.5.1.2Perekonomian Industri

Perekonomian ini terletak di wilayah perkotaan dimana yang menjadi pusat sektor industri. Adapula karakteristik perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan termasuk tenaga kerja. Hal ini menunjukan bahwa nilai produk marginal terutama tenaga kerja bernilai positif. Dengan demikian, perekonomian di wilayah perkotaan akan menjadi sebuah destinasi bagi para pekerja yang berasal dari pedesaan karena nilai produk marginal dari tenaga kerja yang positif menunjukan bahwa

1 Petani fokus pada usaha membudidayakan bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk diri

(16)

Page | 13 fungsi produksi belum berada pada tingkat optimal yang mungkin dicapai

Dengan adanya perbedaan tenaga kerja dari desa ke kota dan pertumbuhan pekerja di sektor modern akan mampu meningkatkan ekspansi output yang dihasilkan di sektro modern tersebut. Percepatan ekspansi output sangat ditentukan dari ekspansi disketro industri dan akumulasi modal di sekotr modern. Akumulasi tersebut akan digunakan untuk investasi yang hanya akan terjadi jika terdapat akses keuuntungan pada sektor modern dengan asumsi bahwa pemilik modal akan menginvestasikan kembali modal yang ada ke industri tersebut.

2.5.2 Teori Pembangunan Chenery

Teori ini berisi tentang transformasi sturktur produksi yang menunjukan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita, sehingga perekonomian akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian menuju sektro industri. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang terjadi di suatu negara yang berhubungan erat dengan akumulasi kapital dan peningkatan sumberdaya manusia. Dari sisi tenaga kerja, akan

Gambar Teori Perubahan Struktur Lewis

(17)

Page | 14 terjadi perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian menuju sektor industri meskipunpergeseran ini masih tertinggal dibandingkan dengan proses perubahan struktural sendiri. Dengan adanya ketertinggalan maka sektro pertanian akan berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik pada awal hingga akhir dari proses transformasi struktural. Produktivitas sektor pertanian lambat laun akan menjadi meningkat dan memiliki produktivitas yang sama dengan pekerja disktor industri pada masa transisi. Jadi secara umum produktivitas tenaga kerja dalam perekonomian secara menyeluruh akan mengalami peningkatan.

Hal yang paling menghambat jalannya proses perubahan yaitu meningkatnya arus urbanisasi yang akan menghambat proses pemerataan hasil pembangunan, dimana peningkatan pendapatan hanya akan terjadi di perkotaan. Sementara disektor pedesaan yang akan ditinggalkan para pekerja akan mengalami pertumbuhan yang lambat sehingga akan semakin memperlebar jarak ekonomi antara desa dan kota.

2.6 Siklus Kerja-Untung-Nabung

Gambar Siklus Kerja-Untung-Nabung

(18)

Page | 15 Manusia hidup didunia harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Seacar tradisional dan secara logika, manusia jika ingin memertahankan kelangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan pribadinya juga pasti membutuhkan uang. Terdapat sebuah siklus yang mana siklus itu memberikan gambaran mengenai bagaimana caranya untuk mendapatkan uang yaitu

Siklus manusia ini pada dsarnya tidak ada awal dan tidak akhirnya. Akan tetapi, bisa dilihat secara logika akan dimulai dari bekerja. Dengan adanya iput kegiatan baik modal, peralatan, dan pendampinganyang diikuti dengan kesempatan berusaha, akan timbul suatu rasa yang mana bekerja itu tidak sulit lagi. Setelah bekerja, seorang indovodu akan mendapatkan profit atau keuntungan atau pendapatan yang berasal dari output kegiatan. Untung atau pendapatan yang didapat ini memiliki dua opsi yaitu dikonsumsi dan di tabung. Individu akan tetap melakukan kegiatan konsumsi karena untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi tidak boleh dihabiskan keseluruhannya untuk kosnumsi melainkan juga harus ditabung atau diinvestasikan kembali. Kegiatan sangat bagus terutama dalm hal menyiasati kebutuhan yang diluar dugaan atau kebutuhan yang mendesak mislakna kecelakaan. Akan tetapi, kegiatan menabaung tadi juga memebrikan efek positif tehdapa meningkatnya tabungan domestik suatu negara. Hal tersebut membuat sumber dana pembangunan semakin banyak.

Siklus Kerja-Untung-Nabung (KUN) juga sama dengan siklus pendidikan-pekerjaan-ketimpangan yaitu sebagai berikut,

Pendidikan

(19)
(20)

Page | 17 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Karya ini merupakan karya tulis dari hasil observasi (laporan observasi) yang mana sumber data yang digunakan berupa data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Karya ini berupa data-data terkait mengenai judul, dan penulis mengumpulkan dan menggunakan data melaui data sekunder untuk dianalisis. Data tersebut yang diperoleh dari :

3.1.1 Website

Metode atau cara yang digunakan penulis dengan menghimpun data dari website desa Nglanggeran, kecamatan Patuk, kabupaten Gunung Kidul. Ada pula website Badan Pusat Statistik (BPS) Gunung Kidul, dinas kependudukan dan catatan sipil Yogyakarta, dan BAPPEDA Gunung Kidul.

3.1.2 Pengumpulan Dokumen

(21)

Page | 18 BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pendidikan Desa Nglanggeran

Dari website desa Nglanggeran tahun 2016 yang mana terdapat data mengenai tingkat pendidikan di desa Nglanggeran menunjukan bahwa penduduk desa Nglanggeran yang berjumlah 2591 jiwa terdapat 717 jiwa yang tidak bersekolah. Jumlah penduduk yang sudah tamat sekolah di jenjang pendidikan formal seperti SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi berjenis kelamin perempuan secara umum lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki. Penduduk yang tamat SD atau sederajat total berjumlah 716 dengan 360 laki-laki dan 356 perempuan. Penduduk yang tamat SLTP atau sederajat total berjumlah 570 dengan 312 laki-laki dan 258 perempuan. Jumlah penduduk yang tamat SLTA atau sederajat total berjumlah 483 dengan 256 laki-laki dan 227 perempuan. Jumlah penduduk yang tamat perguruan tinggi dalam hal ini Diploma I, Diploma II, Diploma III, Diploma IV, dan Strata I total berjumlah 64 dengan 29 laki-laki dan 35 perempuan. Meskipun secara umum menurut data dari website desa Nglanggeran menunjukan bahwa sudah tidak adanya penduduk yang tidak mampu untuk membaca dan menulis huruf latin atau arab.

0 100 200 300 400

Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat PT

Pendidikan Penduduk Nglanggeran Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2016

Laki-laki Perempuan

(22)

Page | 19 Menurut kelompok usia sekolah di desa Nglanggeran tahun 2016 semester 1 yang didapat dari website Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, terdapat sekitar 1221 penduduk. Kelompok 0-4 tahun sejumlah 143 jiwa dengan 65 laki-laki dan 78 perempuan. Kelompok umur 5-6 tahun sejumlah 66 jiwa dengan 32 laki-laki dan 34 perempuan. Kelompok 7-12 tahun sejumlah 207 jiwa dengan 108 laki-laki dan 99 perempuan. Kelompok 13-15 tahun sejumlah 107 dengan 61 laki-laki dan 46 perempuan. Kelompok 16-18 tahun sejumlah 106 jiwa dengan 62 laki-laki dan 44 perempuan. Dan kelompok 19-35 tahun sejumlah 592 jiwa dengan 310 laki-laki dan 282 perempuan. Jika dilihat dengan pandangan yang sama dengan menurut jenis kelamin, terdapat ketimpangan yang mana jumlah laki-laki secara umum lebih banyak daripada perempuan di kelompok umur sekolah. Terdapat tabel mengenai jumlah penduduk menurut usia sekolah kecamatan Patuk yaitu

Jika dilihat dari jumlah penduduk menurut kelompok umur sekolah menunjukan bahwa Nglanggeran berada pada posisi 10 dari 11 desa di Kecamatan Patuk dengan 1221 jiwa. Hal ini sangat mengkhawatirkan

Nama Desa Jumlah Penduduk (Kelompok Umur Sekolah)

(23)

Page | 20 dimana pendidikan merupakan aspek penting yang nantinya akan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan bagi kelangsungan hidup manusia di desa Nglanggeran.

Di desa Nglanggeran sendiri, terdapat sedikit fasilitas mengenai pendidikan yaitu sekolah baik itu TK, SD, SLTP, dan SLTA. Menurut data dari publikasi BPS (Kecataman Patuk Dalam Angka, 2013) menunjukan bahwa hanya terdapat lima fasilitas sekolah di Nglanggeran. Itu terdiri atas dua sekolah TK, dua sekolah SD negeri, dan 1 sekolah SD swasta. Hal ini menunjukan belum adanya tanggapan atau respon terkait fasilitas sekolah di desa Nglanggeran. Selanjutnya, penduduk yang bersekolah jika ingin melanjutkan sekolah harus pergi keluar ke desa lain yang memiliki fasilitas sekolah. Efek ini berimbas pada jumlah penduduk yang tidak bersekolah dan hanya tamat SD atau sederajat yang cukup besar karena dengan adanya asumsi masalah ekonomi setiap keluarga berbeda-beda.

(24)

Page | 21 Hal itu juga memberikan efek pada jumlah guru dan jumlah murid di desa Nglanggeran pada tahun 2013 yang sangat besar di tingkat SD atau sederajat dengan 134 murid laki-laki dan 98 murid perempuan. Dengan hanya tiga fasilitas sekolah SD atau sederajat terdapat sembilan guru laki-laki dan 18 guru perempuan. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena membuat penduduk desa Nglanggeran menjadi tertinggal jika tidak diperbaiki masalah pembangunannya.

Dari berbagai data yang diperoleh dari berbagai sumber, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa indikator pemerataan pendidikan sesuai dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu sebagai berikut:

Dalam kenyataanya, pemerintah sendiri mengatur jumlah minimal yang digunakan menjadi acuan untuk guru yaitu sebagai berikut,

Jenis Sekolah Rasio Minimal Jumlah Peserta Didik

TK, RA, atau sederajat 15:1

SD atau sederajat 20:1

MI atau sederajat 15:1

SMP atau sederajat 20:1

MTs atau sederajat 15:1

SMA atau sederajat 20:1

MA atau sederajat 15:1

(25)

Page | 22

MAK atau sederajat 12:1

Hasil data diperoleh dari Publikasi BPS “Kecamatan Patuk Dalam Angka 2015” yang menunjukan rasio-rasio menurut UU nomor 20 tahun 2003 dan dengan standar yang terdapat dalam PP nomor 74 tahun 2008. Sehingga pada tahun ajaran 2013/2014 di kecamatan Patuk yaitu sebagai berikut:

4.2 Pekerjaan Desa Nglanggeran

Desa yang merupakan tempat pengambilan keputusan terkecil di Indonesia yang mana desa tersebut terdiri atas kumpulan manusia atau Sumber: Publikasi BPS “Kecamatan Patuk Dalam Angka 2015”

(26)

Page | 23 individu yang disebut dengan masyarakat atau penduduk. Semua desa di Indonesia pun warganya pasti memiliki bermacam-macam sektor pekerjaan. Sama halnya dengan desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta yang juga memiliki banyak sektor pekerjaan. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan jumlah penduduk yang bekerja dan jumlah gender yang bekerja berdasarkan jenis pekerjaannya:

No Jenis

Pekerjaan

Jumlah Laki-laki Perempuan

(27)

Page | 24

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa secara umum masyarakat di desa Nglanggeran bekerja sebagai petani/perkebunan karena jumlahnya yang dominan mencapai 828 jiwa dimana terdiri atas 387 laki-laki dan 441 perempuan. Dengan adanya hal tersebut menunjukan bahwa dengan asumsi masyarakat tidak memerlukan pendidikan yang tinggi untuk menjadi petani/perkebunan memang terjadi pada desa Nglanggeran.

Kelompok umur merupakan rentan dimana seseorang dikategorikan. Jika dilihat dalam hal pekerjaan, kelompok umur dibagi menjadi tiga yaitu 0-14 tahun termasuk kelompok belum produktif, 15-64 tahun termasuk kelompok produktif, dan lebih dari 64 tahun termasuk kelompok tidak produktif. Jika dilihat berdasarkan hal tersebut, terdapat hasil sebagai berikut:

Laki-Laki Perempuan Total

0-14 Tahun 255 239 494

15-64 Tahun 888 849 1737

> 64 Tahun 132 171 303

Sumber: Website Desa Nglanggeran (Diolah)

(28)

Page | 25

Total 1275 1259 2534

Dapat dilihat bahwa di desa Nglanggeran pada semester 1 tahun 2016 dengan asumsi bahwa kelompok umur produktif merupakan kumpulan individu yang sudah bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Dari kelompok umur tersebut dapat diketahui bahwa terdapat sejumlah 469 jiwa yang merupakan bukan angkatan kerja yang terdiri atas pensiunan, mengurus rumah tangga, dan pelajar/mahasiswa. Sedangkan terdapat sejumlah 1571 jiwa yang termasuk dalam angkatan kerja yang terdiri atas bekerja dan belum bekerja. Dari 1571 jiwa yang termasuk angkatan kerja, terdapat sejumlah 101 jiwa yang menjadi pengangguran yang terdiri atas 50 laki-laki dan 51 perempuan.

Sumber: Website Kependudukan DIY, Semester 1, 2016 (Diolah)

Sumber: Website Kependudukan DIY, Semester 1 Tahun 2016 (Diolah)

94% 6%

PROPORSI JUMLAH PENDUDUK YANG

BEKERJA DENGAN PENGANGGURAN DI

DESA NGLANGGERAN TAHUN 2016

SEMESTER I

(29)

Page | 26 Dari data tersebut dapat diketahui tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) desa Nglanggeran yaitu

� = �ℎ � �ℎ � � � �

� =

� = ,

� = , ≡ %

Artinya menunjukan bahwa dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas, sebanyak 90,443293 atau 90 orang yang tersedia untuk memproduksi pada periode tertentu (periode terpilih). Angka itu menunjukan bahwa penghitungan TPAK bisa digunakan untuk melihat partisipasi angkatan kerja desa Nglanggeran yang ditafsirkan cukup tinggi sehingga dapat dioptimalkan di jenis atau sektor pekerjaan terkait di desa Nglanggeran terutama sektor petani/perkebunan. Maksud pengooptimalan ini adalah dengan cara memberikan pembaharuan mengenai sistem dan peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan petani/perkebunan sehingga dapat

Sumber: Website Kependudukan DIY, Semester 1, 2016 (Diolah)

23%

77%

JUMLAH ANGKATAN KERJA DAN BUKAN

ANGKATAN KERJA DESA NGLANGGERAN

(30)

Page | 27 lebih produktif dan menghasilkan pendapatan yang lebih banyak atau menguntungkan.

Dengan adanya pembagian kelompok umur menjadi tiga jenis kelompok umur, dapat diketahui juga mengenai rasio ketergantungan atau

dependency ratio yaitu menunjukan bahwa di desa Nglanggeran mempunyai beban yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk yang non produktif cukup rendah.

Pengangguran pun juga terjadi di desa Nglanggeran setiap tahun. Berikut ini adalah tabel pengangguran tiap semester dari tahun 2014-2016 yaitu:

Semester / Tahun Jumlah Pengangguran

Dari data tersebut dapat diketahui tingkat pengangguran terbuka desa Nglanggeran dengan rumus sebagai berikut:

(31)

Page | 28

� = �ℎ � �ℎ � �� �

Yang hasilnya tiap semester adalah sebagai berikut:

 I / 2014 = (12/1475) x 100 = 0,81%

Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 1 orang merupakan pengangguran.

 II / 2014 = (13/1451) x 100 = 0,90%

Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 1 orang merupakan pengangguran.

 I / 2015 = (10/1448) x 100 = 0,69%

Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 1 orang merupakan pengangguran.

 II / 2015 = (10/1471) x 100 = 0,68%

Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 1 orang merupakan pengangguran.

 I / 2016 = (101/1571) x 100 = 6,43%

(32)

Page | 29 Dapat dilihat dengan jelas terdapat perubahan yang sangat signifikan mengenai tingkat pengangguran terbuka. Karena pada semester awal tahun 2014 sampai akhir semester tahun 2015 tingkat pengangguran terbuka relatif konstans dan sangat sedikit atau tidak signifikan perubahannya.

0.81 0.9 0.69 0.68

6.43

I / 2014 II / 2014 I / 2015 II / 2015 I / 2016

TINGKAT P ENGANGGURAN TERBUKA

DESA NGLANGGERAN P ER SEMESTER

TAHUN 2014 -201 6

Tingkat Pengangguran Desa Nglanggeran Per Semester Tahun 2014-2016

(33)

Page | 30 4.3 Masalah Pembangunan Desa Nglanggeran

Masalah pembangunan nasional adalah masalah pengangguran, masalah kemiskinan, dan masalah kesenjangan yang dialami oleh suatu negara. Masalah pembangunan di suatu wilayah atau daerah dapat dilihat salah satunya dengan laju pertumbuhan ekonomi. Yang mana laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan oleh pemerintah sebagai asumsi dasar dalam penyusunan RAPBD serta mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah, yang tercermin dari kenaikan angka PDRB perkapita. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dihitung berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan.

Di daerah Nglanggeran sendiri, kegiatan ekonominya didominasi oleh sektor petani/perkebunan sejumlah 828 jiwa dari 2541 jiwa total penduduk yang ada di desa Nglanggeran. Jika sektor tersebut (petani/perkebunan) dibandingkan dengan sektor yang sama dengan desa-desa lain di kecamatan Patuk hasilnya sebagai berikut

Nama Desa Petani/Perkebunan Persentase

Ngoro-oro 1205 13,6%

(34)
(35)
(36)

Page | 33 Dengan melihat PDRB Kabupaten Gunung Kidul, masalah pembangunan suatu daerah dapat dideteksi dari banyaknya keluarga miskin di daerah tersebut. Dari data yang didapat dari publikasi Badan Pusat Statistik “Kecamatan Patuk Dalam Angka 2013” pada tahun 2011

(37)

Page | 34 menunjukan bahwa di desa Nglanggeran terdapat 407 KK miskin dan 1218 jiwa yang termasuk golongan miskin. Disebut sebagai golongan miskin karena terdapat sebuah standar (riil income percapita). Jika kepala keluarga belum mencapai standar tersebut maka termasuk kedalam golongan miskin. Hal ini juga menandakan bahwa distribusi pendapatan di desa Nglanggeran masih kurang merata. Hal ini ditunjukan dengan jumlah penduduk total di desa Nglanggeran tahun 2011 sebesar 2615. Dengan asumsi berdasarkan kekayaan atau tingkat konsumsi penduduk, penduduk dibagi menjadi dua yaitu miskin dan kaya. Jadi penduduk yang kaya di desa Nglanggeran sejumlah 1397 jiwa atau 53,42% dari total penduduk desa Nglanggeran.

(38)

Page | 35 BAB 5

PENUTUP 5.1Kesimpulan

Nglanggeran merupakan sebuah desa yang terdapat di kecamatan Patuk, kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Nglanggeran sendiri merupakan desa yang memiliki penduduk yang mayoritas sudah mengenyam pendidikan atau sedang mengenyam pendidikan baik tingkat dasar maupun tingkat atas. Dari 2591 jiwa total penduduk desa Nglanggeran, hanya terdapat sejumlah 717 jiwa yang tidak sekolah. Akan tetapi dari 717 jiwa yang tidak sekolah tersebut, tidak ada satupun yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin atau arab. Hal ini membuat desa Nglanggeran berada pada posisi 10 dari 11 desa di kecamatan Patuk menurut kelompok umur sekolah. Sejumlah 1221 jiwa. Jika dibandingkan dengan desa Putat yang mana menempati posisi pertama dalam banyaknya jumlah penduduk menurut umur sekolah cukup jauh yaitu berselisih sebanyak 965 jiwa. Hal ini menyebabkan Indeks Pembangunan Manusia di desa Nglanggeran dari aspek pendidikan sangat jauh dikatakan mencukupi. Buktinya adalah hanya ada lima fasilitas sekolah yang terdapat di desa Nglanggeran yang terdiri dari dua sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dan tiga Sekolah Dasar (SD). Hal ini juga berefek pada rasio murid terhadap guru yang relatif kecil atau tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah atau PP.

(39)

Page | 36 menganggur dalam artian bahwa masih mencari pekerjaan atau tidak bekerja. Sehingga dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran terbuka desa Nglanggeran dari tahun 2014-2015 per semester konstan. Akan tetapi pada tahun 2016 semester awal, tingkat pengangguran terbukanya jauh meningkat lebih dari lima yaitu berjumlah enam. Desa Nglanggeran sendiri memiliki tingkat partisipatif angkatan kerja yang cukup tinggi sebesar 90. Angka tersebut dapat dijadikan acuan untuk pengoptimalan lebih lanjut baik dengan teknologi ataupun yang lain karena mayoritas penduduk yang bekerja di sektor petani/perkebunan.

Masalah pembangunan nasional sebenarnya ada tiga yaitu pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan. Desa Nglanggeran sendiri memiliki sektor yang terbesar tadi yang jika dibandingan dengan desa yang lain di kecamatan Patuk, Nglanggeran berada di posisi ke-5. Dari situ dapat dilihat sektor tersebut yang mempunyai sumbangsih paling dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut jenis pekerjaan. Dari PDRB tersebut dapat dilihat masalah kemiskinan yang berada di desa Nglanggeran. Dimana, desa Nglanggeran sendiri terdapat 407 KK miskin dan 1218 jiwa yang termasuk kedalam golongan miskin. Sehingga di desa Nglanggeran snediri terdapat jurang pembeda antara si miskin dan si kaya, karena jumlah penduduk yang kaya di desa Nglanggeran berjumlah 1397 jiwa atau 53, 42%.

(40)

Page | 37 5.2Saran

(41)

Page | 38 DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statisitk. (2015). Kecamatan Patuk Dalam Angka 2015. Gunung Kidul: IPDS BPS Gunung Kidul.

Badan Pusat Statistik. (2016). Indeks Pembangunan Manusia 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik Gunung Kidul. (2014). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunung Kidul Menurut Lapangan Usaha. Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Gunung Kidul.

Badan Pusat Statistika. (2013). Kecamatan Patuk Dalam Angka 2013. Gunung Kidul: BPS Gunung Kidul.

Biro Tata Pemerintahan Setda DIY. (2016). Diambil kembali dari http://www.kependudukan.jogjaprov.go.id/

Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. (2016). Diambil kembali dari http://nglanggeran-patuk.desa.id/index.php/first

Desa Patuk, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. (2016). Diambil kembali dari http://patuk.desa.id/index.php/first/statistik/pekerjaan

Desa Terbah, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. (2016). Diambil kembali dari http://terbah-patuk.desa.id/index.php/first/statistik/pekerjaan

Indrawan, R. (2012). Administrasi Pembangunan: Konsep-konsep Pembangunan Ekonomi. Diambil kembali dari

http://www.slideshare.net/rully_indrawan/konsep-pembangunan-ekonomi

Kurniawan, A. (2015, Agustus 25). 16 Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli . Dipetik Oktober 31, 2016, dari Guru Pendidikan: http://www.gurupendidikan.com/16-pengertian-pendidiakan-menurut-para-ahli/

Nugroho, W. S. (2013, Juni 4). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Menurut Beberapa Ahli. Diambil kembali dari kumpulan tugas:

http://widhisatyanugroho.blogspot.co.id/2013/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

Patriota, D. (2013, Oktober 23). Definisi Pekerjaan, Profesi, Profesional, Profesionalismen Menurut Para Ahli. Diambil kembali dari Sepucuk Nipah Serumpun Nibung : https://nsvn.wordpress.com/2013/10/23/definisi-pekerjaan-profesi-profesional-profesionalisme-menurut-para-ahli/

Pigai, S. (2012, Oktober 23). Kemiskinan. Diambil kembali dari Kompasiana:

(42)

Page | 39 Setiawan, I. (2014, Juni 20). Komunikasi Sosial dan Pembangunan - Structural Change

Theory (Teori Perubahan Struktural). Diambil kembali dari IYAN SETIAWAN: https://iyansetione.wordpress.com/2014/06/20/komunikasi-sosial-dan-pembangunan-structural-change-theory-teori-perubahan-struktural/

Sihombing, R. (2013). Gini Ratio. Diambil kembali dari Dode Universal Education : http://lesprivate-statistik.com/index.php/berita/295-gini-ratio-teori

Sumodiningrat, P. G. (2016). Tantangan Pembangunan. Yogyakarta.

Wardah, F. (2015, Desember 21). UNDP: Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Alami Kemajuan. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia.

Wikipedia. (2016, September 1). Kesenjangan Ekonomi. Diambil kembali dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesenjangan_ekonomi

Gambar

Gambar Gini Ratio
Gambar Teori Perubahan Struktur Lewis
Gambar Siklus Kerja-Untung-Nabung

Referensi

Dokumen terkait

sampel penelitian, terdapat 2 saham perusahaan (BBCA dan BBRI) yang masuk dalam kelompok saham efisen disebabkan tingkat pengembalian saham tersebut lebih besar dari tingkat

(2) Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak Pelaku Usaha menyampaikan pemenuhan atas

Untuk fajar sendiri, pemilihan gaya rambut ini karena membutuhkan perawatan yang jauh lebih mudah dan tidak merepotkan namun tetap terkesan rapi dan gagah bila harus

Body image yang positif atau sehat akan mempunyai sebuah persepsi yang baik akan ukuran dan bentuk tubuh mereka dan merasa nyaman dengan kondisi tubuhnya yang akan

suhu udara semakin rendah (gradient suhu), tetapi curah hujan semakin tinggi (khususnya pada lereng hadap angin) seperti yang dijelaskan oleh Braak (1928). 4) ITCZ :

16 Berdasarkan pengertian putusan tersebut jika dikaitkan dengan inkonsistensi putusan MKRI maka MKRI sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang diberikan kewenangan

Adanya kristal yang masih berukuran nano pada hasil uji SEM tersebut, dapat disimpulkan sintesis ZnO:Co telah berhasil menghasilkan ukuran kristal nanometer, sehingga

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan validitas uji, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji hipotesis t dan uji