MENGIKIS KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK DI SEKOLAH DASAR MELALUI SENI MEMBERI NASIHAT
Oleh : Arief Hidayat Afendi
A. Abstrak
Hamka (2015: 368-369) bahwa diantara sebab orang celaka dalam hidup antara lain: 1) Royal; 2) Boros; 3) Tak Pandai membagi waktu; 4) Tak dapat mendidik agama dalam keluarga; 5) Pendidikan sekolah tidak sejalan dengan masyarakat; 6) Kurangnya buku-buku bacaan; 7) Pelajaran sekolah tidak sejalan dengan moral agama; 8) Tidak terdapat pembagian kerja. Menurunya kemampuan memberi nasihat, menyebabkan seorang guru menggunakan jalan lain dalam mendidik, diantaranya adalah jalan kekerasan. Menurut hasil observasi penulis, dalam penelitian yang dilakukan tahun 2013, kasus kekerasan Anak di Sekolah Dasar di Kabupaten Cirebon sangat mengkhawatirkan yakni mencapai 649 kasus. Seni menasihati seorang siswa berarti memberi saran-saran untuk memecahkan masalah berdasarkan keahlian atau pandangan kita Semakin baik seorang guru mengolah kata-kata, maka dia akan semakin jauh dari sikap keras di kelas, dan semakin tidak terasa bahwa sesungguhnya dia sedang menasihati siswanya, membujuk mereka agar melakukan apa yang kita inginkan dengan senang hati tanpa harus dengan paksaan dan bersusah payah dengan memarahinya.
Kata Kunci : Kekerasan Pada Anak, Seni Memberi Nasihat
SCRAPE THE CASE OF VIOLENCE ON CHILDREN IN PRIMARY THROUGH ART OF GIVING ADVICE
By: Arief Hidayat Afendi
A. Abstract
teacher to process the words, then he will be far from being loud in class, and increasingly felt that indeed he was advising students, persuading them in order to do what we want with pleasure without having to bother with coercion and scolded him.
Keywords: Violence on Children, Art Giving Advice
B. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan untuk hidup bersama, bukan hanya untuk saling tolong-menolong dalam hidupnya, bukan hanya untuk saling melengkapi satu sama lainnya karena tiada manusia yang sempurna. Ternyata manusia juga diciptakan sebagai makhluk sosial. adalah untuk saling tolong menolong dan saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran. ( Husni Tohyar Dan Muhaimin, 2008: 1)
Artinya:
Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan[402] diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita-wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi. (Q.S. Al-Maidah [5]: 2)
tidak sejalan dengan moral agama 8) Tidak terdapat pembagian kerja.
Kemampuan memberi nasihat, menyebabkan seorang guru menggunakan jalan lain dalam mendidik, diantaranya adalah jalan kekerasan. Dalam observasi penelitian yang dilakukan penulis pada 2012 kasus kekerasan di Sekolah Dasar Di Kabupaten Cirebon sangat mengkhawatirkan yakni mencapai 649 kasus.
C. Rumusan Masalah
1. Apa makna nasihat dan menasihati?
2. Mengapa seni memberi nasihat penting dalam pendidikan?
3. Bagaimana penerapan seni memberi nasihat di kelas?
D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui makna nasihat dan menasihati?
2. Mengetahui pentingnya seni memberi nasihat di dalam pendidikan
3. Mengetahui penerapan seni memberi nasihat di kelas
E. Pembahasan
Menasihati seorang siswa berarti memberi saran-saran untuk memecahkan masalah berdasarkan keahlian atau pandangan kita. Dalam kamus bersar bahasa indonesia
(http://kbbi.web.id/nasihat), nasihat memiliki beberapa makna :
1. Ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik: lebih baik aku turuti --ibu; beroleh -- dari kepala kantornya;
2. Ibarat yang terkandung dalam suatu cerita dan sebagainya; moral: cerita itu mengandung - bagi kita sekalian;
itulah awal dari kegagalan hidup karena agama sendiri merupakan sumber nasihat. Kemampuan memberi nasihat, menyebabkan seorang guru menggunakan jalan lain dalam mendidik, diantaranya adalah jalan kekerasan. dalam penelitian yang dilakukan penulis, pada 2013 kasus kekerasan di Sekolah Dasar Di Kabupaten Cirebon sangat mengkhawatirkan yaitu mencapai 649 Kasus.
1. Dipukul 31 kasus
2. Dilempar buku/ penghapus, dll.
9 kasus 3. Dicubit 38 kasus 4. Dijambak 6 kasus 5. Dijewer 38 kasus 6. Ditendang 2 kasus 7. Di dorong 6 kasus 8. Di kurung di kamar
mandi
1 kasus 9. Di Jitak 23 kasus 10. Dijemur 5 kasus 11. Berdiri di depan
kelas
82 kasus 12. Disuruh lari 59 kasus 13. Push up 9 kasus 14. Disuruh
bersih-bersih
112 kasus KEKERASAN VERBAL
15. Dibentak 136 kasus 16. Dimaki 4 kasus 17. Di usir 1 kasus 18. Di ejek 48 kasus 19. Digertak 20 kasus 20. Di ancam 5 kasus KEKERASAN
SEKSUAL
21. Dicolek 6 kasus 22. Dipeluk 2 kasus 23. Diraba 2 kasus 24. Disikngkap roknya 1 kasus
JUMLAH 649
Data Hasil Observasi Kasus Kekerasan Di SD Kab. Cirebon Tahun 2013
dengan kemampuan guru dalam memberi nasihat.
Pemerintah sendiri sebenarnya telah mengluarkan berbagai aturan mengenai hak-asasi siwa, diantaranya teradapat dalam beberapa landasan :
a. Landasan Idiil
Landasan idiil merupakan landasan filosofis dan moral bagi bangsa Indonesia untuk senantiasa memberikan penghormatan, pengakuan, dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Landasan Idiil HAM di Indonesia adalah Pancasila sila ke-2 “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
b. Landasan Konstitusional
UUD 1945 menjadi landasan konstitusional bagi bangsa dan Negara Indonesia dalam memberikan penghormatan , pengakuan, perlindungan, serta pengakuan HAM di Indonesia. Landasan konstitusional (UUD 1945) yakni:
Pembukaan UUD 1945 alenia ke-1 dan ke-4
Pasal 27, pasal 28, pasal 28 A sampai pasal 28 J, pasal 29, pasal 30,
pasal 31, pasal 32, pasal 33, dan pasal 34 UUD 1945
c. Landasan Operasional
Landasan operasional adalah landasan pelaksanaan bagi penegakan HAM di Indonesia yang meliputi aturan-aturan pelaksana seperti undang-undang (UU) dan TAP MPR. Pelaksanaan UU diatur lebih lanjut di dalam peraturan pemerintah (PP), keputusan presiden (Kepres), dan peraturan daerah (Perda). Ketentuan peraturan perundangan tentang HAM sebagai implementasi dari UUD 1945 adalah sebagai berikut.
1. Ketetapan MPR Nomor XVII tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia.
2. Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai pengahapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita. 3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
4. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Kemanusiaan.
6. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum .
7. Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
8. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
9. Undang-Undang RI Nomor 19 tahun 1999 tentang Penghapusan Kerja Paksa sebagai dasar ratifikasi Konvensi ILO 105 tahun 1957 10. Undang-Undang RI Nomor 21
tahun 1999 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan sebagai dasar ratifikasi Konvensi ILO nomor 111 tahun 1958.
11. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1999 tentang Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja sebagai Dasar untuk Ratifikasi Konvensi ILO nomor 138 tahun 1973.
12. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pelarang dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk
untuk Anak sebagai Dasar Ratifikasi Konvensi ILO 182 tahun 1999. 13. Undang-Undang RI Nomor 23
Tahun 2002 rentang Perlindungan Anak.
14. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. 15. Undang-Undang RI Nomor 27
Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Di samping ketentuan Undang-Undang seperti tersebut di atas, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan dalam bentuk Keputusan Presiden maupun Instruksi Presiden. Berbagai aturan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keputusan Presiden RI Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.
2. Keputusan Presiden RI Nomor 36 tahun 1990 tentang Pengesahan Hak-Hak Anak.
3. Keputusan Presiden RI Nomor 50 tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
5. Instruksi Presiden RI Nomor 26 tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan Perencanaan Program ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan. 6. Keputusan Presiden RI Nomor 83
tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi sebagai Dasar untuk meratifikasi Konvensi ILO nomor 87 tahun 1948.
7. Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2002 tentang Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja sebagai dasar Ratifikasi Konvensi ILO nomor 88 tahun 1948.
Akan tetapi yang terpenting menurut penulis sesungguhnya bukan terletak pada banyaknya peraturan yang melarang kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan, namun pada kemampuan dasar seorang pendidik untuk menangani kasus-kasus kenakalan siswa dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan kemampuan guru memberi dalam nasihat. Semakin baik seorang guru mengolah
kata-kata, maka dia akan semakin jauh dari sikap keras, dan semakin tidak terasa bahwa sesungguhnya dia sedang menasihati siswanya, membujuk mereka agar melakukan apa yang kita inginkan dengan senang hati tanpa harus dengan paksaan dan bersusah payah dengan memarahinya.
1. Memberi Kata-kata motivasi
Semua anak menginginkan kata-kata dorongan atau motivasi, dorongan berarti memberi siswa keberanian, harapan dan kepercayaan bahwa mereka dapat menghadapi dan menangani masalah dan tugas-tugas yang mereka anggap sukar dan menyulitkan.
Dalam mendorong siswa, beberapa sikap yang dapat kita sampaikan kepada mereka misalnya.
Contoh :
a) Saya tidak menyuruh kamu melakukan ini, jika saya tidak yakin kamu mampu melakukannya
b) Pada dasarnya kamu adalah orang yang kompeten,
berani dan
bertanggungjawab.
d) Saya yakin kamu dapat menghadapi kesulitan dan belajar didalamnya sampai kamu dapat mengatasinya.
2. Menyisipkan kata-kata pepatah Suatu pepatah atau peribahasa adalah wujud lain dari nasihat. Ia merupakan suatu ucapan yang pendek dan padat, yang biasa digunakan dan yang merupakan kebenaran, kebijaksanaan orang yang lebih tua dan berpengalaman. Pepatah dan peribahasa ini mendidik anak secara deduktif, yaitu prinsip-prinsip umum dalam memimpin kehidupan sendiri. Semakin banyak menggunakan pepatah atau peribahasa, semakin persuasif seorang guru memberikan nasihat itu kepada siswa. Tunjukan bahwa yang kita ucapkan itu ialah peribahasa, seperti:
a) Ada suatu peribahasa yang ibu sukai...
b) Seperti kata pepatah.... 3. Bercerita
Dan menurut pikiranmu, apakah yang terjadi kemudian?
Apakah kamu ingin mengetahui apa yang terjadi?
4. Membangkitkan rasa “ingin” pada anak
Ibu ingin agar kau makan ini supaya sehat.
Ayah ingin kamu tumbuh menjadi laki-laki yang berguna.
5. Tulus dalam penilaian dan murah dalam pujian
Kamarmu nampaknya makin bersih akhir-akhir ini
Dalam hatimu kamu sebenarny orang yang tertib dan teratur. Ibu melihat kamu memiliki kemampuan untuk menjadi penulis yang berbakat
F. Kesimpulan
bila kita menghadapi situasi baru, atau jika nasihat itu merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang diajukan siswa. Untuk itu, hendaklah kita mengembangkan hubungan yang positif, saling mempercayai dan saling menghormati. Hindarkan pemberian nasihat tanpa pemikiran yang matang, sebab hal ini menyangkut kewibawaan seorang guru dimata siswa. Berilah nasihat dengan seni memberi nasihat.
2. Kemampuan memberi nasihat, menyebabkan seorang guru menggunakan jalan lain dalam mendidik, diantaranya adalah jalan kekerasan. dalam penelitian yang dilakukan penulis, pada 2013 kasus kekerasan di Sekolah Dasar Di Kabupaten Cirebon sangat mengkhawatirkan yaitu mencapai 649 Kasus. Pentingnya kemampuan guru dalam memberi nasihat adalah untuk mengurangi kasus-kasus kekerasan seperti ini. 3. Pemberian nasihat dalam prosen
pendidikan di sekolah diantaranya dapat dilakukan dengan : 1.
Memberi kata-kata motivasi; 2. Menyisipkan kata-kata pepatah; 3. Bercerita
Daftar Pustaka
1. Husni Tohyar Dan Muhaimin, Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan, Pustaka Mentari, Yogyakarta, 2008
2. Hamka, Tasawuf Modern, Republika, Jakarta, 2015.
3. Al-Islam Berwawasan HAM, Maarief Institute, 2008.
4. Depag RI (editor) Al-Qur’an Dan Terjemah