• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosiologi Gender Kekerasan di Dalam Ber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sosiologi Gender Kekerasan di Dalam Ber"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI GENDER

MASALAH KEKERASAN DI DALAMBERPACARAN

Rizky Septia Utami Bafadal

F12110061

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FAKULATAS ILMU SOSIAL DAN ILMUPOLITIK

SOSIOLOGI

(2)

BAB I

Pendahuluan

1. Latar belakang

Dewasa ini dengan seiring perkembangan teknologi yang melaju pesat maka akses untuk mendapatkan dan memperoleh informasi membuat orang bisa dapat saling mengenal dan dekat satu dengan lain. Maka dari itu ada salah satu proses pendekatan dan pengenalan satu sama lain yang pada umumnya dilakukan oleh anak muda adalah berpacaran.

Akan tetapi di dalam prosenya berpacaran ini kemudian melibatkan hubungan yang dapat menyebabkan perbuatan yang tidak menyenangkan dari salah satu pihak dalam hal ini yaitu kekerasan.

Kekerasan menggunakan fisik adalah awal mula dari kekerasan fisik yang lebih berbahaya lainnya Hal ini kemudian akan menyebabkan terjadi hal hal serius yang dapat menyakitkan dan membahayakan nyawa dari salah satu orang tersebut. Maka dari itu penulis kemudian memilih masalh kekerasan di dalam hubungan berpacaran ini.

2. Pengertian masalah

a. Pengertianberpacaran

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan.

(3)

dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan (diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran).

Kebanyakan remaja yang menjalankan pacaran adalah remaja yang berusia rentang 12-25 tahun. Dari usia yang tidak matang, rendahnya tingkat pendidikan dan pemahaman diri atas diri sendiri dan peraturan yang ada, masa aktualisasi diri yang membuat remaja menjadi mengimitasi perliaku yang dilihat di sekitar mereka dan media massa tanpa berpikir aibat panjang dari peruatan yang dilakukannya.

Ketat atau tidaknya kontrol orang tua tidak serta merta menyebabkan anak menghindari melakukan perbuatan tersebut. Hal ini haruslah ditanamkan dari sedari dini akan fungsi afeksi dan pengenalan diri sendiri serta penanaman nilai moral dan agama yang kuat sehingga anak menyadari perilaku dapat menyebabkan itu terjadi.

Akan tetapi pada zaman kini orang tua tidak dapat serta merta melindungi anak mereka dari semua pengaruh jahat itu sendiri. Terdapat jurang besar antara remaja dan orang tua yang disebabkan oleh berbeda tradisi dan zaman menyebabkan komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak terhambat.

Orang tua masih menganggap tabu membicarakan hal yang berbau seks ataupun kekerasan dan berharap anak bisa belajar dengan sendirinya tanpa bantuan mereka sehingga menyebabkan anak menjadi kehilangan panduan dan arah di dalam pergaulan. Dampak besar yang terjadi kemudian adalah tidak terkontrolnya perilaku anak disebabkan tidak adanya panutan yang tepat di dalam melaksanakan segala sesuatu dan menyebabkan pergantian telandan dengan orang di rasa tepat seperti lingkungan, tokoh masyarakat atau media massa.

(4)

turun-temurun dari generasi ke generasi yang tidak mememiliki pengetahuan menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara.

b. Pengertian kekerasan

Kekerasan atau (bahasa Inggris: Violence pengucapan bahasa Inggris: [/va ɪ ( )l ns/]ə ə berasal dari (bahasa Latin: violentus yang berasal dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi[1] yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atautindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini (diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan).

Pengertian di atas pada umumnya tidak dimengerti oleh kebanyakan orang pada umumnya. Hal ini menyebabkan banyak terjadi kekerasan yang berulang ulang. Dalam hal ini banyak terjadi kekerasan di dalam berpacaran yang tidak dilaporkan oleh sang korban.

Keadaan ini menyebabkan banyaknya korban yang mengalami hal yang lebih parah dari pada yang dialami sebelumnya dan bahkan menyebabkan kematian. Sekali lagi hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman diri dari orang yang sedang berpacaran tentang diri sendiri dan orang lain orang lain.

(5)

BAB II

ISI

1. Hukum yang mengatur

Kekerasan dalam pacaran masih belum begitu mendapat sorotan jika dibandingkan kekerasan dalam rumah tangga sehingga terkadang masih terabaikan oleh korban dan pelakunya. Pengertian dari kekerasan dalam pacaran adalah tindak kekerasan terhadap pasangan yang belum terikat pernikahan yang mencakupi kekerasn fisik, psikologi dan ekonomi. Pelaku yang melakukan kekerasan ini meliputi semua kekerasan yang dilakukan di luar hubungan pernikahan yang sah yang tertuang dalam UUperkawinan No 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 2 mencakup kekerasan yang dilakukanoleh mantan suami, mantan pacar, dan pasangan (pacar). Sedangkan menurut Officeon Violence Against Women (OVW) of the U.S. Department of Justice datingviolance adalah Dating violence is controlling, abusive, and aggressive behavior in a romantic relationship. It occurs in both heterosexual andhomosexual relationships and can

include verbal, emotional, physical, or sexualabuse, or a combination of these (diambil dari

http://rifkaanisa.blogdetik.com)

Terdapat beberapa bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yaitu: a. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik itu sendiri meliputi memukul, menampar, menendang, mendorong, mencekram dengan keras pada tubuh pasangan dan serangkaian tindakan fisik yang lain. Tindakan fisik apa saja yang dapat menyebabkan sakit atau luka dari pasangan. Baik itu membahayakan atau tidak hal tersebut sudah merugikan salah satu pihak.

b. Kekerasan psikologis

(6)

mengancam, memanggil dengan sebutan yang mempermalukan pasangan menjelek-jelekan dan lainya dapat merendahkan kemudian membuat perasaan dan harga diri dari orang tersebut terluka atau malah mencemarkan nama baik orang tersebut.

c. Kekerasan ekonomi

Hal ini meliputi meminta pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidupnya (memanfaatkan atau memploroti pasangan). Keadaan ini sudah mempengaruhi diri dari korban itu sendiri. Karena pasangannya ibarat parasit yang menyusahkan secara financial dan membuat korban terikat hanya secara keuangan bukan psikologis pasangan .

d. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual itu sendiri seperti memeluk, mencium, meraba hingga memaksakan hubungan tidakan hubungan seksual dibawah paksaan dan ancaman.

e. Tindakan stalking

Hal ini seperti mengikuti, membututi dan serangkaian aktivitas yang mengganggu privasi dan membatasi aktivitas sehari-hari pasangan.

2. Kasus yang terjadi di Indonesia

Temuan dalam Catatan Tahunan 2013 oleh Komisi Nasional Perempuan, ada 279.760 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani selama tahun 2013, diantaranya 6 provinsi dengan jumlah kasus yang tinggi, yaitu:

Kota Jumlah

DKI Jakarta (2.881)

Sumut (2.023)

Jabar (1.846)

(7)

Jateng (1.495)

Lampung (1.326)

Sebanyak 11.719 kasus di ranah personal, 64% atau7.548 kasus berupa kekerasan terhadap istri, 21% atau 2.507 kasus kekerasandalam pacaran, 7% atau 844 kasus kekerasan terhadap anak perempuan, dan 6% atau667 kasus kekerasan dalam relasi personal lain. Kekerasan fisik masih menempatiurutan tertinggi pada tahun ini, yaitu mencapa 4.631 (39%), diurutan keduakekerasan psikis 3.344 (29%), kekerasan seksual 2.995 (26%), dan kekerasanekonomi mencapai 749 (6%)

3. Saran dari penulis

(8)

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22787/4/Chapter%20II.pdfdiambil tanggal 11 Desember 2014 pada pukul 11:00 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasandiambiltanggal 11 Desember 2014 pada pukul 12:20 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbaldiambil tanggal 11 Desember 2014 pada pukul 12:10 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pacarandiambil tanggal 11 Desember 2014 pada pukul 12:00 WIB.

http://putrighassanitaristanaya.wordpress.com/2011/10/26/pengertian-verbal-dan-non-verbal/diambil tanggal 11 Desember 2014 pada pukul 11:34 WIB.

http://rumpanfkmui.tumblr.com/post/99223253989/cegah-kekerasan-dalam-pacaran-yukdiambil tanggal 11 Desember 2014 pada pukul 11:20 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini telah menghasilkan: (1) media pembelajaran interaktif menggunakan lectora pokok bahasan dinamika partikel sebagai sarana berpikir kritis peserta didik; (2)

Hipotesis 9 ditolak secara statistik. Nilai path coefficient menunjukkan hubungan negatif dan nilai T-statistics kurang dari batas nilai 1,96 dan berarti tidak

Saran dalam penelitian ini adalah Dosen sebaiknya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya pada mata kuliah yang ada pada Prodi Tata Kecantikan, karena dengan model

Persepsi tentang kualitas pelayanan dimensi jaminan di RSGMP FKG USU Medan menunjukkan bahwa dari 5 pernyataan ditemukan jawaban terbanyak adalah baik dengan persentase

Berdasarkan beberapa istilah yang telah disebutkan, maka penulis dapat menyimpulkan penegasan judul dari skripsi penulisan “Bimbingan Kerja (Bimker) Untuk Mengembangkan

Pejual telah melaksanakan perjanjian karena sudah menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan dioalah esok harinya. Oleh sebab itu, penjual tidak mengembalikan uang

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas di SMP Negeri 1 Stabat

Nilai faktor C harian (berbasis hari hujan) ditentukan dengan membandingkan jumlah erosi yang terjadi pada plot erosi dengan penggunaan lahan atau tanaman