• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM OKSALAT DENGAN REAKSI OKSIDASI ASAM NITRAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM OKSALAT DENGAN REAKSI OKSIDASI ASAM NITRAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

36 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 15, Desember 2008

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA SEBAGAI

BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM OKSALAT DENGAN

REAKSI OKSIDASI ASAM NITRAT

Pamilia Coniwanti, Oktarisky, Rangga Wijaya

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, UNSRI

Abstrak

Pembuatan asam oksalat dari limbah sabut kelapa telah dilakukan. Pembuatan asam oksalat ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : penyiapan bahan baku berupa sabut kelapa kering, pemotongan bentuk kasar, pemanasan sabut kelapa dengan campuran HNO3, penyaringan sampel dan proses pencucian.

Variabel proses pada penelitin ini yaitu penggunaan temperature yang berbeda untuk dua percobaan, waktu yang digunakan, dan penggunaan HNO3 dengan ratio yang berbeda. Proses pemanasan dengan campuran

HNO3 dengan variabel temperatur 75oC dan 90oC. Kemudian dari masing-masing percobaan untuk

perlakuan pertama yaitu dengan ratio HNO3 dan dengan pengaruh waktu reaksi 45 menit, 60 menit 80 menit,

100 menit, dan 120 menit terhadap produk yang dihasilkan lalu untuk perlakuan yang kedua adalah dengan menggunakan waktu optimum yang telah didapat dari perlakuan pertama dengan variable ratio HNO3 yaitu

1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6. Setelah produk didapat kemudian dicampur ditambahkan CaCl3 kemudian

ditambahkan H2SO4 pekat 2 N berlebih lalu dicuci dengan air panas lalu didapatkan asam oksalat. Hasil

yang didapatkan pada temperatur 90oC lebih sedikit daripada temperatur 75oC. Hal ini membuktikan bahwa waktu reaksi berpengaruh.

Kata kunci : asam oksalat, temperatur, HNO3, ratio

Abstract

Making of oxalic acid from coconut coir raffle has been done. Making of this oxalic acid done through some steps as follows : preparation of feedstock in the form of drought coconut coir, chopping of rugged form, heating of coconut coir with mixture HNO3, screening of sample and cleaning process. Variable process at

this penelitin that is usage of different temperature for two experiment, time applied, and usage of HNO3 with

ratio which different. Heating process with mixture HNO3 with variable temperature 75oC and 90oC. Then

from each experiment for first treatment that is with ratio HNO3 and with reaction time influence 45 minutes,

60 minutes 80 minutes, 100 minutes, and 120 minutes to product yielded then for second treatment was by using optimum time which had been gotten from first treatment with variable ratio HNO3 that is 1:2, 1:3, 1:4,

1:5, and 1:6. After product is gotten then is mingled added CaCl3 then is added condensed H2SO4 of 2 N

excessive then is scalded then is got oxalic acid. Result got at slimmer 90oC temperature than temperatures 75oC. This thing proves that reaction time influential.

Keyword : oxalic acid, temperature, HNO3, ratio

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara berkembang, yang berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Untuk itu bidang industri menjadi titik tolak pada rencana pembangunan lima tahun. Mengingat wilayah Indonesia yang beriklim tropis sangat menunjang perindustrian khususnya dalam pembuatan asam

oksalat dari sabut kelapa.

(2)

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 15, Desember 2008 37 kebanyakan hanya dibuang atau untuk dibakar.

Sehubungan dengan itu kita mencoba memanfaatkan sabut kelapa ini sehingga dapat diolah menjadi sumber sellulosa untuk selanjutnya merupakan bahan baku untuk pembuatan asam oksalat. Potensi kelapa di indonesiadiperkirakan 25 juta hektar yang setiap tahunnya bertambah dan 2/3 volume kelapa itu sendiri adalah sabut kelapa. Dengan potensi yang demikian besar, kiranya masalah kebutuhan asam oksalat di Indonesia yang setiap tahun makin meningkat dapat diatasi dengan pemanfaatan sabut kelapa tersebut.

Dari sifat yang dipunyai sabut kelapa ternyata kehadirannya ditengah tehidupan kita lebih banyak menimbulkan masalah yang menghendaki perhatian dan pemikiran yang sungguh-sungguh dalam dalam menghadapinya. Oleh karena itu, sabut kelapa perlu diusahakan agar dapat bermanfaat sehingga bisa dicapai suatu keseimbangan alami dimana sabut kelapa tersebut mempunyai nilai tambah dalam kehidupan. Sekarang menjadi permasalahannya bagaimana cara pemanfaatan sabut kelapa tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konversi reaksi dan jumlah asam oksalat yang dihasilkan dari sabut kelapa, mengetahui pengaruh jumlah pelarut, temperatur dan waktu ekstraksi terhadap asam oksalat yang dihasilkan.

II. FUNDAMENTAL

Pohon kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota Family Arecaceae (Palm family). Pohon kelapa merupakan jenis dari Cocos, dan merupakan jenis palm besar, tumbuh dengan tinggi hingga 30 m, dengan daun-daun yang muda pada tangkai dengan panjang hingga 4-6 m. Pohon kelapa itu adalah tumbuh di tempat yang tropis yang pada buah ini terdapat sabut.

Sabut terdapat antara sekam dan kulit terluar dari buah kelapa. Setiap sel-sel serabut bersifat sempit dan cekungan, dengan dinding yang tebal. Sabut ini berwarna pucat ketika belum dewasa tetapi kemudiannya menjadi keras dan berwarna kuning sebagai suatu lapisan lignin yang terdapat pada dinding buah kelapa.

Ada dua variasi dari sabut, yaitu sabut coklat dipanen dari kelapa-kelapa yang telah masak, tebal, kuat dan mempunyai hambatan tinggi. Pada umumnya digunakan sebagai bahan pembuat sikat dan kain karung. Dewasa ini serabut-serabut sabut coklat mengandung lebih banyak lignin dibanding serabut-serabut seperti rami dan kapas dengan demikian bersifat yang

lebih kuat hanya lebih sedikit yang fleksibel.Serabut ini terdiri dari benang kecil, masing-masing sekitar 1 juta dan 10 sampai 20 mikrometer di dalam garis tengah. Sabut kelapa mempunyai komposisi yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin dan abu. Seperti terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 2.2.1 Komposisi kimia sabut kelapa

Komposisi kimia Kandungan (%) Selulosa Sumber : Zulfansyah, 1998

Asam oksalat disentesa untuk pertama pada tahun 1776 oleh Schleele dengan oks dasi gula dengan asam nitrat. Sintesa secara komersil asam oksalat dilakukan dengan empat macam teknologi diantaranya adalah peleburan alkali dari sellulosa, otsidasi asam nitrat terhadap karbohidrat seperti glukosa, zat tepung atau sellulosa dengan katalis vanadium pentoksida, fermentasi larutan gula dengan jamur, dan sintesa dari sodium formate.

Pengolahan bahan buangan hasil perkebunan menjadi asam oksalat ada beberapa macam cara antara lain proses peleburan dengan basa kuat dan proses oksidasi dengan asam nitrat.

a. Proses Peleburan Dengan Basa Kuat

Proses peleburan dengan basa kuat, menggunakan larutan soda api, kalsium hidroksida atau campuran antara soda api dan kalsium hidroksida. Bahan-bahan yang diolah dengan proses ini adalah zat-zat yang mengandung selulosa. Suhu peleburan yaitu antara 2400 C dan 285° C. Pada pemasakan akan terbentuk garam oksalat dan karbonat dan pemisahan antara kedua garam ini dapat dilakukan dengan jalan menambahkan kalsium hidroksida atau kalsium klorida, maka akan terbentuk endapan kalsium oksalat. Sesuai dengan reaksi :

Na2C204 + Ca(OH)2 CaC204 + 2NaOH

Selanjutnya endapan yang diperoleh dilarutkan dengan asam sulfat sehingga didapat endapan kalsium sulfat dengan larutan asam oksalat, berdasarkan reaksi sebagai berikut ini :

2 HN03 + 3H2C204 10 6C02 + 4H2O + 2 N 0

(3)

38 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 15, Desember 2008

b. Proses Oksidasi Dengan Asam Nitrat

Pada proses oksidasi dengan asam nitrat pekat zat-zat yang mengandung karohidrat, seperti gula, pati, dekstrin, dan sellulosa diubah menjadi asam oksalat. Oksidasi karbohidrat dengan asam mtrat pekat menghasilkan asam oksalat dengan bcmurnian yang cukup tinggi.

Proses oksidasi bahan buangan dari pabrik pengolahan hasil perkebunan dengan asam nitrat dipelajari oleh Bailey dengan temperatur operasi berkisar antara 70 - 75°C. Proses oksidasi dari sellulosa yang terkandung didalam bahan buangan tersebut dengan asam nitrat akan menghasilkan asam oksalat, H2O, dan gas NO. Sesuai dengan

reaksi berikut ini :

6nHN03 + (C6H1005)n 3nH2C2O4 + 5nH2O +

6nNO

Asam oksalat yang dihasilkan akan mengalami reaksi oksidasi lanjut untuk menghasilkan gas C02, gas NO dan H20. Reaksi ini diharapkan dapat

terjadi seminimal mungkin, karena asam oksalat yang dihasilkan akan semakin kecil.

Percobaan ini telah dilakukan dengan metoda faktorial desain 2 level dengan temperatur, waktu dan konsentrasi HNO3 sebagai variabel yang

berubah. Dari hasil percobaan tersebut didapatkan yield terbesar pada kondisi optimum reaksi yaitu pada temperatur 110oC dengan waktu reaksi 20 menit.

Asam oksalat merupakan senyawa organik bervalensi dua dan mengandung dua guguskarboksilat. Asam ini merupakan senyawa organik yang keras dan bersifat toksin. Adapun sifat - sifat yang khas dari asam ini adalah :

• Larut dalam air panas maupun dingin serta larut dalam alkohol.

• Dapat memebentuk kristal dengan mengikat dua molekul air dan bila dipanaskan sedikit diatas 100°C airnya akan menguap.

• Keasamannya lebih kuat dari asam metanoat ataupun asam cuka.

• Garam-garam alkali oksalat semuanya mudah larut dalam air kecuali kalsium oksalat hanya dapat larut dalam asam kuat.

• Mudah untuk dioksidasi oleh KMnO4 dalam

suasana pada temperatur 60 - 70°C.

Asam oksalat mempunyai nama lain asam etanadioat merupakan suatu senyawa yang termasuk di dalam kelompok asam dikarboksilat. Senyawa ini banyak sekali kegunaannya. Kegunaan asam oksalat antara lain adalah :

1) Pada industri kulit digunakan sebagai formula pada proses penyamakan 2) Untuk menghilangkan karat yang

tertimbun pada sistem pendingin 3) Untuk pemurnian pada crude karet

alam

4) Sebagai bleaching agent pada industri kayu

5) Dapat digunakan sebagai katalis pada industri tekstil

6) Dapat digunakan untuk regenerasi dan pengaktifan kembali katalis-katalis 7) Sebagai formula pada photographics,

medical dan laboratorium 8) Sebagai pembersih logam

9) Sering digunakan sebagai reagent dalam analisis kimia.

III. METODOLOGI

1. Sebanvak 10 gr sabut kelapa yang sudah dihaluskan dimasukkan kedalam labu desrilasi kemudian ditambahkan asam nitrat dengan konsentrasi 40%.

2. Kemudian dipanaskan pada temperatur titik didih larutan yaitu pada temperatur koasran 75°C selama 45 menit, lalu campuran tersebut didinginkan dan disaring.

3. Filtrar yang didapat ditambah dengan Kalsium Klorida 4%, tunggu selama 12 jam.

4. Kemudian campuran tersebut ditambahkan asam sulfat 2 N berlebih sehingga terbentuk endapan. Kemudian endapan ini dicuci dengan air panas sampai bebas ion klor.

5. Endapan disaring, kemudian filtratnya dianalisis.

6. Percobaan diulangi.

Analisa Hasil

a. Anaiisa Kualitatif

Dilakukan dengan metode pembentukan Uji Biru Anilina :

1. masukkan 10 mg cuplikan uji dalam sebuah tabung reaksi

2. Tambahkan 2 mg Difenilamin murni. 3. Lumerkan diatas nyala api bunsen 4. Bila telah menjadi dingin, angkat

bahan yang lumer itu kedalam 2 tetes alkohol.

5. Lalu dipanaskan maka akan didapatkan warna biru.

b. Analisa Kuantitatif

(4)

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 15, Desember 2008 39 Asam oksalat yang dihasilkan dianalisa

dengan titrasi KMn04 1 N pada temperatur 60 - 70°C.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan data berdasarkan waktu, ratio dan temperature. Pada penenlitian ini dilakukan perbandingan hasil yang dipeoleh berdasarkan pada temperature berbeda tetapi digunakan ratio dan waktu yang sama. Setelah dilakukan penelitian tersebut, menunjukan bahwa terdapat perbedan hasil dari temperature pertama yaitu 75oC dengan temperature kedua yaitu 90oC. Berdasarkan perlakuan yang dilakuan tampak bahwa waktu optimum dan ratio optimum dari reaksi pembentukan asam oksalat ini sangat berperan penting sehingga jelas perbedaan antara kedua temperatur yang digunakan tersebut,

Dari beberapa langkah penelitian dalam memperoleh asam oksalat maka data dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4.

Tabel 4.1 Penentuan Waktu Optimum dengan ratio 1 : 2 dengan Temperature 75oC

Tabel 4.2 Penentuan Ratio Optimum dengan waktu 60 menit dengan Temperatur 75oC

No Ratio Residu(gr) Berat

Tabel 4.3 Penentuan Waktu Optimum dengan ratio 1 : 2 dengan Temperatur 90oC

Tabel 4.4 Penentuan Ratio Optimum dengan waktu 100 menit dengan Temperatur 90oC

No Ratio Residu(gr) Berat

Tabel 4.5 Konversi Berdasarkan Waktu dengan Ratio 1 : 2 dan Temperatur 75oC

Tabel 4.6 Konversi Berdasarkan Ratio dengan Waktu 60 Menit dan Temperatur 75oC

(5)

40 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 15, Desember 2008

Tabel 4.7 Konversi Berdasarkan Waktu dengan Ratio 1 : 2 dan Temperatur 90oC

No Waktu (menit) Konversi

1 2 3 4 5

45 60 80 100 120

13,837 % 15,150 % 34,543 % 40,386 % 47,377 %

Tabel 4.8 Konversi Berdasarkan Ratio dengan Waktu 100 Menit dan Temperatur 90oC

No Ratio Konversi

1 2 3 4 5

1 : 2 1 : 3 1 : 4 1 : 5 1 : 6

16,027 % 32,841 % 34,271 % 42,262 % 44,185 %

Pengaruh waktu reaksi

Dalam reaksi pembentukan asam oksalat dari asam nitrat dan selulosa adalah merupakan reaksi yang berantai, dimana setelah asam oksalat terbentuk maka ada kemungkinan asam oksalat tersebut dapat pula bereaksi dengan asan nitrat sisa reaksi membentuk gas CO2, NO, dan H2O.

Hal ini dapat di hindari dengan mengatur waktu reaksi yang optimum dengan mengurangi resident time sehingga diperoleh asam oksalat sebanyak-banyaknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

Pengaruh Ratio Asam Nitrat

Asam nitrat yang digunakan untuk menguraikan selulosa yang terkandung dalam sabut kelapa untuk membentuk asam oksalat adalah berlebih. Kurangnya kandungan asam nitrat yang digunakan maka penguraian selulosa akan tidak optimal. Namun juga perlu diperhatikan bahwa semakin berlebih asam nitrat yang digunakan maka akan semakin besar pula kemungkinan terurainya kembali asam oksalat menjadi gas CO2, NO, dan H2O. Oleh karena itu

maka dalam prakteknya penambahan kandungan asam nitrat akan berpengaruh pada peningkatan produk asam oksalat yang dihasilkan sampai pada batas tertentu, dan setelah itu produk yang

dihasilkan akan cenderung berkurang. Hal tersebut terlihat pada tabel tabel 4.2 dengan ratio 1 : 6 didapatkan jumlah asam oksalat yang terbesar untuk temperature 75oC sedangkan untuk temperature 90 dapat dilihat tabel 4.4 dengan ratio 1 : 5

Pengaruh Temperatur

Reaksi asam nitrat dengan selulosa membentuk asam oksalat adalah merupakan reaksi yang endotermis, dimana dalam pelaksanaannya memerlukan sejumlah panas sampai pada kondisi tertentu. Oleh karena itu, peningkatan temperature akan berpengaruh pada kecepatan reaksi. Dengan membandingkan reaksi pada waktu yang sama namun dengan temperature berbeda, maka akan didapati asam oksalat yang dihasilkan akan lebih banyak dengan temperatur yang lebih tinggi. Namun jika temperature yang digunakan telah melebihi dari kondisi optimum, maka reaksi yang terjadi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan karena senyawaan yang terkandung akan dapat terurai menjadi bentuk lain.

Dari Tabel 4.1 Penentuan Waktu Optimum dengan ratio 1 : 2 dapat dibuat dalam bentuk grafik seperti di bawah ini :

Grafik 4.1 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Waktu

Untuk Temperatur 75oC dan Ratio 1 : 2

(6)

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 15, Desember 2008 41 produk yang di hasilkan pada temperatur 75oC

dengan ratio 1 : 2. Dapat dilihat hasil setelah pencapaian ini kemudian mengalami penurunan setelah mengalami penurunan pada titik 10,8806. Hal ini sama dengan prinsip bahwa setelah pecapaian waktu optimum tercapai dari sekian banak reaksi yang terjadi maka setelah pencapaian yang maksimum tersebut akan mengalami penurunan dari pencapaian yang maksimum tersebut. Dari Tabel 4.2 Penentuan Ratio Optimum dengan waktu 60 menit dapat dibuat dalam bentuk grafik seperti di bawah ini :

Grafik 4.2 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Ratio Untuk Temperatur 75oC dan Waktu 60 menit

Pada grafik ini dapat dilihat bahwa waku yang digunakan menggunakan waktu yang optimum pada percobaan temperatur 75oC yang berdasarkan pada waktu. Hal ini dilakukan dengan tujuan pengunaan waktu optimum dapat meningkatkan hasil dari asam oksalat yang dihasilkan. Pada grafik percobaan ini terlihat peningkatan hasil asam oksalat dari ratio pertama yaitu ratio 1 : 2 sampai pada ratio yang ke-5 yaitu ratio 1 : 6. Kecenderungan untuk naik dapat diperhatikan dari grafik yang terbentuk. Jadi dengan ratio yang semakin tinggi dengan waktu yang digunakan adalah waktu optimum dan dengan suhu yang digunakan lebih tinggi maka produk yang dihasilkan akan semakin meningkat. Dari tabel 4.3 Penentuan Waktu Optimum dengan ratio 1 : 2 dapat dibuat dalam bentuk grafik seprti di bawah ini :

Grafik 4.3 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Waktu

Untuk Temperatur 90oC dan Ratio 1 : 2

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa reaksi yang terjadi pada percobaan yang menggunakan fungdi waktu akan mengalami pencapaian pada titik tertentu dan pada grafik di atas pencapaian terdapat pada saat waktu sama dengan 100 menit dengan produk yang dihasilkan adalah sebesar 10,5177 gram. Dari hasil tersebut dapat diihat bahwa terdapat kenaikan jumlah oksalat yang dihasilkan pada titik maksimum. Pada saat pencapaian yang maksimum pada waktu sama dengan 100 menit maka dapat dilihat pada waktu setelah pencapaian yang maksimum tersebut akan mengalami penurunan dari produk yang dihasilkan pada saat waktu sama dengan 100meit yaitu sebesar 10,2800 gram. Akan tetapi penurunan produk setelah titik maksimum tidak begitu tajam. Temperatur berpengaruh pada pencapaian produk yang maksimum pada waktu 100 menit. Dari tabel 4.4 Penentuan Ratio Optimum dengan waktu 100 menit dapat dibuat dalam bentuk grafik dibawah.

(7)

42 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 15, Desember 2008

Grafik 4.4 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Ratio Untuk Temperatur 90oC dan Waktu 100 menit

Dari Tabel 4.5 konversi berdasarkan waktu dengan Ratio 1 : 2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 4.5 Konversi Berdasarkan Waktu Untuk Temperatur 75oC dan Ratio 1 : 2

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan untuk konversi dari sabut kelapa. Hal ini dapat dilhat dari perolehan pertama konversi sabut kelapa sebesar 58,7270 % lalu pada waktu 60 menit mengalamai penurunan menjadi 52,7350 % serta it pn terjadi untuk waktu 80 menit yaitu sebesar 44,3260 % serta pada menit ke 100 menjadi 29,6510 %. Akhirnya penurunan terus terjadi hingga menit ke-5 yaitu 120 menit sebesar 27,8370 %.

Dari Tabel 4.6 konversi berdasarkan ratio dengan waktu 100 menit dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 4.6 Konversi Berdasarkan Ratio Untuk Temperatur 75oC dan Waktu 60 menit

Dapat dilihat pada grafik diatas yang terbentuk dari data pada tabel 4.6 konversi berdasarkan ratio untuk temperatur 75oC dengan waktu 60 menit. Dari grafik di atas dapat diihat bahwa terjadi kenaikan konversi di setiap titik ratio dimulai dari ratio 1:2 dititik tersebut merupakan titik awal konversi yang terbentuk yaitu sebesar 41,099 % selanjutnya sediit mengalami penurunan pada saa ratio yang dignakan adalah ratio 1:3 yaitu sebesar 40,761 % tapi setelah itu terus mengalami kenaikan untuk ratio 1:4 sebesar 46,550 %, lalu untuk ratio 1:5 sebesar 47,805 % dan pada saat ratio 1:6 mejadi konversi yang paling tinggi yaitu sebesar 48,628 %. Dari Tabel 4.7 konversi berdasarkan waktu dengan Ratio 1 : 2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4.6.

(8)

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 15, Desember 2008 43 di dapatkan konversi sebesar 40,386 %. Dapat

dilihat dari kenaikan ini waktu reaksi berperan pada konversi yang dicapai.

Grafik 4.7 Konversi Berdasarkan Waktu Untuk Temperatur 90oC dan Ratio 1 : 2

Dari Tabel 4.8 konversi berdasarkan ratio dengan waktu 60 menit dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 4.8 Konversi Berdasarkan Ratio Untuk Temperatur 90oC dan Waktu 100 menit

Grafik 4.8 ini merupakan hasil dari data konversi yang didapat pada saat temperatur yag digunakan adalah 90oC dengan waktu reaksi adalah 100 menit. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan dari setiap titik tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan dari ratio 1:2 dicapai konversi sebesar 16,027 % dan hal ini terus diikuti kenaikan pada titik berikutnya yaitu pada ratio 1:3 dengan pencapaian konversi sebesar 32,841 % kemudian dicapai konversi sebesar 34,271 % pada titik ratio 1:4. Lalu

pencapaian sebesar 42,262 % pada saat ratio 1:5 dengan waktu yang tetap digunakan untuk bereaksi yaitu 100 menit. Lalu pada titik akhir dengan ratio 1:6 di capai konversi sebesar 44,185 %.

V. KESIMPULAN

1. Pada penelitian ini yang telah dilakukan membandingkan temperature 75oC dan 90o. maka di dapat data sebagai berikut :

• Temperature 75oC

Waktu optimum : 60 menit Ratio optimum : 1 : 6 • Temperature 90oC

Waktu optimum : 100 menit Ratio optimum : 1: 5

2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan oksalat dengan hasil optimum yaitu pada ratio 1 : 6 dengan waktu 60 menit.

3. Hasil didapat dengan jumlah yang optimum yaitu dengan %konversi sabut kelapa sebesar 48,628%.

DAFTAR PUSTAKA

Othmer, Kirk.1968.Encyclopedia of Chemical Thecnology 4th Ed. vol.17. John Wiley & Sons, Inc., New York

Tsu-Ning Tsao, George. 1963.Production of Oxalic Acid by a Wood-Rotting Fungus. Divisiont of Chemnical Development, Tennessee Valley Authority, JVilson Dam, Alabanma Yonemitsu, Eiichi. 1972. Process for production

oxalic acid . www.freepatentonline.com. United Stated. Diakses tanggal 27 Januari 2008

Widiyarti, G. 2002. Stusdi awal pembuatan asam oksalat dari sabut kelapa dengan metoda oksidasi. www.lipi.co.id. Diakses tanggal 18 november 2007 http://en.wikipedia.org/wiki/Coconut.Diakses

tanggal 27 Januari 2008 http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_oksalat.

Diakses tanggal 18 November 2007 http://en.wikipedia.org/wiki/Oxalic_acid. Diakses

tanggal 30 November 2007

http://ptcl.chem.ox.ac.uk/MSDS/OX/oxalic_acid_ dihydrate.html. Diakses tanggal 25 januari 2008

Gambar

Tabel 2.2.1 Komposisi kimia sabut kelapa
Tabel 4.3 Penentuan Waktu Optimum dengan ratio 1 : 2 dengan Temperatur 90oC
Tabel 4.1
Grafik 4.2 Perubahan Berat Residu dan Produk Asam Oksalat Berdasarkan Ratio
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dibandingkan dengan metil ester yang dihasilkan pada suhu tinggi (64 °C) dengan waktu reaksi selama 2 jam (Tabel 2), etil ester (Tabel 3) memiliki nilai bilangan asam yang

Penelitian tentang fungsioalisasi asam oleat dari miyak kelapa sawit dengan reaksi epoksidasi dan akrilasi sebagai bahan baku pembuatan termoplastik elastomer bertujuan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh grafik hubungan antara suhu dan waktu reaksi terhadap viskositas biodiesel dan dapat dilihat pada Gambar 3

berwarna putih akan berubah warna menjadi jernih dan terasa aroma alkoholnya. Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa variasi ragi dan lama waktu fermentasi

Pada penelitian ini metil ester yang diperoleh dari POME dikembangkan menjadi bahan bakar hidrokarbon cair melalui reaksi craking katalitik dengan memanfaatkan katalis

Pada gambar diatas juga ditunjukkan kadar bioetanol yang terbentuk yang dihubungkan dengan kurva pertumbuhan bakteri Saccaromyces cerevisiae , dapat dilihat bahwa,

Berdasarkan hasil analisa, pembentukan asam asetat optimal terjadi pada dosis starter 6 gram dan waktu fermentasi selama 4 hari dengan menggunakan konsentrasi

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa kadar etanol juga meningkat seiring dengan peningkatan penambahan ragi pada proses bioetanol tongkol jagung.. Peningkatan ini juga