• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pengantar Studi Islam tentang Be (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pengantar Studi Islam tentang Be (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR PENGANTAR STUDI ISLAM

DOSEN PENGASUH Drs. AHMAD NOR, S.E

BEBERAPA PENDEKATAN STUDI ISLAM

OLEH :

KELOMPOK 1:

1. ADELLA NURLITA 1401150097

2. AINUN NAIMAH 1401150098

3. ANNISAH 1401150100

4. ANTUNG RIDHA HASANAH 1401150101

5. EKA YUNIARTI 1401150113

IAIN ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM JURUSAN EKONOMI SYARIAH

(2)

2014 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.

Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional konseptual, dan dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.

Melalui pendekatan, kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi.

B. Rumusan Masalah

Apa dan bagaimana pendekatan studi Islam, meliputi: 1. Apa dan bagaimana Pendekatan Teologis Normatif itu? 2. Apa dan bagaimana Pendekatan Antropologis itu? 3. Apa dan bagaimana Pendekatan Sosiologis itu? 4. Apa dan bagaimana Pendekatan Filosofis itu? 5. Apa dan bagaimana Pendekatan Historis itu? 6. Apa dan bagaimana Pendekatan Kebudayaan itu? 7. Apa dan bagaimana Pendekatan Psikologi itu?

C. Tujuan

Mengetahui serta memahami beberapa pendekatan studi Islam, meliputi: 1. Pendekatan Teologis Normatif.

2. Pendekatan Antropologis. 3. Pendekatan Sosiologis. 4. Pendekatan Filosofis. 5. Pendekatan Historis. 6. Pendekatan Kebudayaan. 7. Pendekatan Psikologi.

(3)

BEBERAPA PENDEKATAN STUDI ISLAM

A. Pendekatan Teologis Normatif

Pendekatan teologis normatif secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.1 Amin Abdullah mengatakan, bahwa teologi sebagaimana diketahui, tidak bisa tidak pasti mengacu kepada agama tertentu.

Menurut pengamatan Sayyed Hosein Nasr, dalam era kontemporer ini ada 4 prototipe pemikiran keagamaan Islam, yaitu pemikiran keagamaan fundamentalis, modernis, mesianis, dan tradisionalis.2 Keempat prototipe pemikiran keagamaan tersebut sudah barang tentu tidak mudah disatukan begitu saja. Masing-masing mempunyai “keyakinan” teologi yang sering kali sulit untuk didamaikan. Mungkin kurang tepat menggunakan istilah “teologi” disini, tetapi menunjuk pada gagasan pemikiran keagamaan yang terinspirasi oleh paham ketuhanan dan pemahaman kitab suci serta penafsiran ajaran agama tertentu juga bentuk dari pemikiran teologi dalam bentuk dan wajah yang baru. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatic bahwa pahamnyalah yang benar, sedangkan paham lainnya salah, sehingga memandang paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad, dan seterusnya. Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat, murtad, dan kafir itupun menuduh kepada lawannya sebagai yang sesat dan kafir.3 Dalam keadaan demikian, maka terjadilah proses saling meng-kafirkan, salah menyalahkan, dan seterusnya. Dengan demikian, antara satu aliran dan aliran lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargai. Yang ada hanyalah ketertutupan (eksklusifisme), sehingga yang terjadi adalah pemisahan dan terkotak-kotak. Adalah suatu tugas mulia bagi para teolog dari berbagai agama untuk memperkecil kecenderungan tersebut dengan cara memformulasikan kembali khazanah pemikiran teologi mereka untuk lebih mengacu pada titik temu antar umat beragama.4

Kepentigan ekonomi, sosial, politik, pertahanan selalu menyertai pemikiran teologis yang sudah mengelompok dan mengkristal dalam satu komunitas masyarakat tertentu. Bercampur-aduknya doktrin teologi dengan historisitas institusi sosial kemasyarakatan yang menyertai dan mendukungnya menambah peliknya persoalan yang dihadapi umat beragama. Akan tertapi, justru keterlibatan institusi dan pranata sosial kemasyarakatan dalam wilayah keberagamaan manusia itulah yang kemudian menjadi bahan subur bagi peneliti agama. Dari situ, kemudian muncul terobosan baru untuk melihat pemikiran teologi yang termanifestasikan dalam “budaya” tertentu secara lebih objektif melalui

(4)

penngamatan empirik factual, serta pranata-pranata sosial kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya.5

B. Pendekatan Antopologis

Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat6. Melalui pendekatan ini, agama tampak dekat dan akrab dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain, cara-cara yang digumakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Melalui pendekatan Antropologis, dapat dilihat bahwa agama ternyata berkolerasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang, maka dapat dilakuka dengan cara mengubah pandangan keagamaannya7. Selnjutnya melalui pendekatan antropologis ini, dapat dilihat agama dan hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian (social organization) juga tidak kalah menarik untuk diketahui oleh para penelitti sosial keagamaan. Sebagai contoh, adanya klasifikasi sosial dalam masyarakat Muslim di Jawa, antara santri, priyayi dan abangan.

Melalui pendekatan antropologis fenomenologis, dapat melihat hubungan antara agama dan Negara, agama dengan psikoterapi, dll.

Melalui pendekatan antropologis dapat dilihat dengan jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan manusia. Dengan demikian, pendekatan Antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dan cabang-cabangnya.

C. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dengan masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara bentuk dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri terhadap cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Sementara itu, Soerjono Soekarto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.

Dari dua definisi tersebut, terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan, serta berbgai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini, suatu fenomena sosial dapat

5 Amin Abdullah, studi Agama, Yogyakarta: pustaka pelajar, 1996, h 31

(5)

di analisis dengan factor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial, serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut. 8

Selanjutnya, sosiologi dapat digunakan sebagai salah satupendekatan dalam memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya. Dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, Jalaluddin Rahmad telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut:

a. Dalam Al-Qur’an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar kedua sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan Muamalah.

b. Urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.

c. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan.

d. Terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tebusannya) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.

e. Terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

D. Pendekatan Filosofis

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu, dan Hikmah. Selain itu, filsafat dapat juga berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formalnya. Melalui pendekatan filosofi ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengalaman agama tersebut hanyalah pengakuan formalistic, misalnya sudah Haji, sudah menunaikan rukun islam yang ke lima, dan berhenti sampai di situ. Mereka tidak akan merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

(6)

manifesnya dalam dunia ini menjadi religious, sedangkan kebenaran yang bersifat absolute, universal, dan metahistoris adalah Religion. Pada titik Religion inilah titik persamaan yang sungguh-sungguh akan dicapai.

E. Pendekatan Historis

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan perilaku dari peristiwa tersebut.

Melalui pendekatan sejarah, seseorang diajak menukik dari alam idealis kealam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini, seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.

Pendekatan sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat. Dalam hal iini, Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-Qur’an, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya, kandungan isi Al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, berisi konsep-konsep, dan bagian kedua, berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.9

Dalam bagian yang berisi konsep-konsep, kita mendapati banyak sekali istilah Al-Qur’an yang merujuk pada pengertian-pengertian normatif yang khusus, doktin-doktrin etika, aturan-aturan legal dan ajaran-ajaran keagamaan pada umumnya. Istilah-istilah, atau singkatnya pernyataan itu, mungkin diangkat dari konsep-konsep religius yang ingin diperkenalkannya. Yang jelas, istilah-istilah itu kemudian di integrasikan kedalam pandangan dunia Al-Qur’an, lalu menjadi konsep-konsep yang otentik.

Pada bagian kedua, yang berisi kisah-kisah dan perumpamaan, Al-Qur’an ingin mngjak umat Islam untuk melakukan perenungan untuk memperoleh hikmah, melalui kontemplasi terhadap kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa historis, maupun yang menyangkut simbol-simbol. Misalnya, simbol tentang rapuhnya rumah laba-laba, luruhnya sehelai daun yang tak lepas dari pengamatan Tuhan, atau tentang keganasan samudra yang menyebabkan orang-orang kafir berdo’a.

Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa,. Dari sini, seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pengamatan yang demikian akan menyesatkan orang yang memahaminya.

F. Pendekatan Kebudayaan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaa, kesenian, adat-istiadat, dan

(7)

berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Sementara itu, Sutan Takdir Alisyahbana mengatajan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Dengan demikian, , kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Didalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat dan sebagainya. Semuanya itu, kemudian digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus-menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi berikutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.

G. Pendekatan Psikologi

Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.

Sumber-sumber pokok untuk mengumpulkan data ilmiah melalui pendekatan psikologi ini dapat diambil dari:

1. Pengalaman orang-orang yang masih hidup

2. Apa yang kita capai dengan meneliti diri kita sendiri

3. Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh orang yang bersangkutan, atau yang ditulis oleh para ahli Agama.10

Dari uraian tersebut, kita dapat melihat bahwa ternyata agama dapat dipahami melalui berbagai pendekatan. Dengan pendekatan itu, semua orang akan sampai pada agama. Seorang teolog, antropolog, sejarawan, ahli ilmu jiwa, dan budayawan, akan sampai pada pemahaman agama yang benar. Disini, kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normatif belaka, melainkan dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian, seseorang akan memiliki kepuasan dari agama karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari Agama.

(8)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

(9)

Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami Agama. Dalam hubungan ini, dapat dikatakan bahwa Agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai macam paradigm. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmannya. Karena itu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian legalistik, atau penelitian filosofis.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini, yaitu agar pembaca dapat memahami serta mempelajari isi dari makalah yang berjudul “Pendekatan Studi Islam” yang sekiranya dapat menambah wawasan, dan pembaca dapat mengidentifikasi macam-macam Pendekatan Studi Islam beserta pengertiannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr, H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006.

2. Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, dkk, pengantar studi islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.

3. Amin Abdullah, studi Agama, Yogyakarta: pustaka pelajar, 1996.

4. Hasan Shadily, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1983.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian pada periode tabi'in, yakni periode munculnya para imam mazhab, polapola dan metode penalaran hukum Islam (fiqih) mulai terbentuk.Periode ini mencapai puncaknya ketika

Kegiatan sebagai Komplemen Solusi Permasalah arsitektural pola pemukiman sempadan sungai  Menpertahan kan arsitektural rumah lanting  Pengembangan

Prosedur Penomoran RM Pasien oleh Petugas Perawat di Resume Medis Pasien Pulang di Rumah Sakit St.. Prosedur Penomoran Manual oleh Petugas Perawat di Rumah

Hujan es terbesar, yang terbentuk dalam kondisi atmosfer yang sangat tidak biasa, yang disebut megacryometeors dan telah dikenal untuk mencapai hingga £ 25 (10 kg).. Hujan es

PENERAPAN METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE (TPR) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PERANCIS TINGKAT PEMULA DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan

Pendekatan sistem dalam penataan ruang suatu kawasan adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah

(1) Kecuali penggunaan air untuk keperluan pertanian dan ketenagaan, permohonan izin penggunaan air dan/atau sumber air untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada Bagian Ketiga Bab

Sebagian dari limbah padat tersebut diurug dalam lahan yang belum disiapkan secara baik, atau dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah kota, atau disimpan dalam lingkungan