commit to user
1
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI PT DANLIRIS SUKOHARJO
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Putri Ardiningtyas
NIM. E0008208
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
4
PERNYATAAN
Nama : Putri Ardiningtyas
NIM : E0008208
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:
“PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS
SUKOHARJO” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam
daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan penulisan hukum
(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 16 Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
Putri Ardiningtyas
commit to user
5
ABSTRAK
Putri Ardiningtyas, E 0008208, 2008, PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS SUKOHARJO, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam melindungi tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta upaya-upaya yang dilakukan PT Danliris Sukoharjo untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan akibat resiko bahaya yang berada di divisi garmen PT Danliris Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif untuk menemukan ada atau tidaknya perlindungan hukum bagi tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sumber bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan terkait pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan untuk bahan hukum sekunder berasal dari buku, jurnal, penelitian lain yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, wawancara dan observasi yang dilakukan penulis guna memeriksa kembali bahan hukum primer terhadap fakta lapangan. Analisis data yang digunakan adalah dengan metode deduksi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan yakni PT Danliris Sukoharjo telah menerapkan kebijakan dalam perlindungan tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja berupa Perjanjian Kerja Bersama yang memberikan perlindungan berupa pengaturan waktu kerja, jaminan sosial tenaga kerja dan mengatur mengenai alat-alat keselamatan kerja. Upaya pengendalian potensi bahaya yang dilakukan PT Danliris Sukoharjo divisi garmen yakni dengan melakukan identifikasi potensi bahaya, pengawasan, penyediaan alat pelindung diri dan sarana. Akantetapi masih terdapat kekurangan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja bekerja dan pada sarana penerangan. Berdasar simpulan tersebut, penulis memberikan saran bahwa perlu dilakukan peningkatan dalam pelaksanaan norma-norma perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Perjanjian Kerja Bersama PT Danliris Sukoharjo. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja mulai bekerja dan secara bertahap dilakukan penambahan sarana penerangan yang memadai pada bagian menjahit (sewing).
commit to user
6 ABSTRACT
Putri Ardiningtyas, E 0008208, 2008, IMPLEMENTATION of LABOR
PROTECTION In SAFETY and HEALTH at WORK PT DANLIRIS
SUKOHARJO, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
This research was meant to find out the policy of PT Danliris Sukoharjo in protecting labor in the health and safety of work as well as renewed efforts by PT Danliris Sukoharjo to prevent accidents and the illness caused by work inflicted due to the risk of potential danger that being in each work unit division garment PT Danliris Sukoharjo.
This research is a normative legal research to discover there is prescriptive or whether legal protection for workers in occupational safety and Health. The primary source of law in the study material consists of legislation related to the implementation of occupational safety and Health and for secondary legal materials derived from books, journals, other relevant research. Data collection is carried out by technical studies library, interviews and observations conducted to re-examine the author of law materials of primary fact field. Data analysis that is used is by the method of deduction
Based on the research results and conclusions generated discussion i.e. PT Danliris Sukoharjo in Policies provide protection safety and Health Division of Labor which is set out in the agreement the garment Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ensures protection of PT Danliris Sukoharjo in labor safety and health Work. Although efforts to control the risk of potential dangers in PT Danliris Sukoharjo has been implemented in prevent accidents and the illness caused by work but there are still deficient in examination before labor work, and still not enough means of illumination addition to the production process sewing.
commit to user
7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
1. Sesungguhnya dibalik mimpi itu terselip doa dan harapan akan jalan yang
terbaik untuk hidup kita. Allah Maha Pemurah dan Penyayang (Penulis).
2. Rasakan apapun yang anda lalui, karena hidup ini cuma perjalanan saja, dan
bagaimana kita memilih cara kita memandang hidup ini, adalah hak kita
sendiri. Cobalah menikmati kesederhanaan keindahan itu dan menjalani
dengan penuh rasa (Tanadi Santosa).
3. Keindahan persahabatan adalah bahwa kamu tahu kepada siapa kamu dapat
mempercayakan rahasia (Alessandro Manzoni).
Persembahkan kepada:
v Babe dan Mama tercinta. v Kakak-Kakakku dan Keluarga. v Sahabat dan almamaterku.
commit to user
8
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, dan jalan kemudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS
SUKOHARJO”.
Dalam masa penulisan skripsi ini Penulis banyak sekali menerima bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.Si., selaku Ketua Bagian Hukum
Administrasi Negara dan selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan
hukum ini.
3. Ibu Sri Lestari Rahayu, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik.
4. Bapak Fajar Nugroho, S.H. selaku sekretaris P2K3 atau Ahli Keselamatan
Kerja Divisi garmen dan pembimbing lapangan di PT Danliris Sukoharjo.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret.
6. Bapak Mulyadi dan Ibu Sri Arundati, terima kasih telah menjadi orangtua
sekaligus sahabat terbaik penulis.
7. Kakak-kakakku, Mas Agung, Mbak Mella, Mas Ardi, Mbak Ifa, Mas Yan,
Mbak Ima yang rela menjadi tumpuhan hidup dan akhirnya penulis akan
menyusul kesuksesan kalian. Terima kasih juga untuk ponakan-ponakan
penulis yang telah menjadi penghibur lara.
8. Sahabat-sahabat terbaikku Agustin Dyan, Prasetyo Adi, Dwi Arif, Ria
Nuril, Randu Kiningsih, Arin, Adnan.
9. Teman-teman FH UNS 2008 Mei, Vina, Ratih, Adit, Rosi, Tiara, Endah,
commit to user
9
Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis sendiri maupun bagi para
pembaca yang budiman.
Surakarta, 16 Juli 2012
commit to user
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian... 7
F. Sistematika Penulisan Hukum ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 13
1. Tinjauan Umum Hukum Ketenagakerjaan... 13
2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja ... 16
3. Tinjauan Umum tentang Keselamatan Kerja ... 18
4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja ... 25
commit to user
11
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi PT Danliris Sukoharjo ... 32
B. Hasil Penelitian ... 34
C. Pembahasan
1. Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT Danliris Sukoharjo... 39
2. Upaya Pengendalian Resiko Bahaya... 44
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan... 78
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
commit to user
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kegiatan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo...29
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir...30
Gambar 2. Susunan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo...48
Gambar 3. Kotak P3K...55
Gambar 4. Dokumentasi Pelatihan P3K...55
Gambar 5. Tanda Tempat APAR yang dipasang di Dinding...61
Gambar 6. APAR PT Danliris Sukoharjo...62
Gambar 7. Jalur Evakuasi (Passaway)...63
Gambar 8. Alarm Kebakaran...75
commit to user
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri membawa pengaruh yang cukup besar
dalam sektor usaha. Perusahaan semakin banyak didirikan dalam
mengimbangi pemenuhan kebutuhan manusia dan juga memiliki tujuan untuk
mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. Dampak positif yang sangat
dirasakan adalah terbukanya lowongan pekerjaan, sehingga pemenuhan
terhadap pekerjaan dan penghidupan yang diidamkan oleh tenaga kerja akan
tercapai. Sebagaimana diamanatkan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Telah
jelas disebutkan bahwa pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja berada dalam
keadaan yang terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul akibat
kerja. Peran pemerintah dalam memberikan jaminan kepastian hak dan
kewajiban para pihak sangat diperlukan untuk menjamin hak-hak normatif
pekerja dan meningkatkan dan mendidik pengusaha dan pekerja untuk
menaati peraturan yang berlaku yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jaminan kepastian hak dan
kewajiban tenaga kerja secara tegas diatur dalam Pasal 86 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu: “Setiap pekerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moril dan
kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.”
Perlindungan tenaga kerja merupakan perlindungan yang
menyangkut mengenai aspek jaminan sosial, jam kerja, upah minimum, hak
berserikat dan berkumpul, dan perlindungan keselamatan tenaga kerja
(Soehatman Ramli, 2010:14). Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
commit to user
15
ramah lingkungan sehinngga dapat mendorong efisiensi dan produktivitas
yang akan memberikan keuntungan dan peningkatan kesejahteraan baik
pengusaha maupun pekerja. Bahaya-bahaya yang timbul dari lingkungan
tempat kerja bersumber dari faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi dan
psikologi. Dalam industri manufaktur resiko bahaya akibat kurangnya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat ditemui pada peralatan kerja, bahan
kimia berbahaya seperti asam dan kaustik soda dan mesin-mesin produksi.
Jenis kecelakaan kerja yang bisa terjadi pada sektor manufaktur yakni terjepit,
terlindas, teriris, terpotong, jatuh terpeleset, tindakan yang tidak benar,
tertabrak, berkontak dengan bahan yang berbahaya, terjatuh, terguling,
kejatuhan barang dari atas, terkena benturan keras, terkena barang yang
runtuh, dan roboh. Suatu proses produksi, peralatan dan mesin di tempat kerja
apabila tidak mendapat perhatian secara khusus akan menimbulkan potensi
kecelakaan kerja.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
mengatur dan memberikan perlindungan tenaga kerja untuk mendapat
jaminan atas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja di tempat kerja dalam
kelancaran proses produksi perusahaan. Dijelaskan pula bahwa dengan
majunya industrialisasi, maka akan berlangsung pula peningkatan intensitas
kerja operasioanal para pekerja, mesin-mesin, alat-alat, yang semakin canggih
dipergunakan saat ini. Bahan-bahan tehnis baru banyak di olah dan
dipergunakan, bahan-bahan yang mengandung racun, serta cara-cara kerja
yang buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya
pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan
sumber-sumber bahaya yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Perlu
adanya pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja yang maju dan tepat.
Kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
tenaga kerja, sehingga tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan dapat
merasakan dan menikamati hasil pembangunan. Upaya pelayanan kesehatan
kerja dalam suatu bidang usaha memegang peranan penting, dalam hal
commit to user
16
merealisasikan usaha kesehatan kerja akan berdampak positif dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan dan pendapatan serta kesejahteraan
tenaga kerja. Usaha ini hanya dapat berhasil jika semua pihak dapat ikut
terlibat dalam kesadaran yang penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, aspek
ekonomi dan kesehatan kerja dapat diperhitungkan secara cermat, demi
meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.
Bertambahnya jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
kerja dan kasus-kasus kecelakaan kerja tiap tahunnya terus meningkat.Angka
kecelakaan kerja dalam laporan PT JAMSOSTEK tahun 2011 lalu mencapai
99.491 kasus. Jumlah tersebut kian meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Pada tahun 2007 sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus,
tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus.
Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya perusahaan-perusahaan yang belum
menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik serta
kurangnya disiplin dan kesadaran tenaga kerja dan pengusaha mengenai
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (Wahyu Praditya Pratomo.
www.inilah.com Diakses pada 19 Mei 2012 pukul 19.00). Setiap kecelakaan
kerja harus selalu dianalisis untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut,
akibat, dan langkah apa yang perlu diambil dalam rangka pencegahan.
Maksud dari analisis tersebut adalah untuk memberikan jawaban mengapa
kecelakaan atau kematian akibat kerja terjadi, sehingga dapat ditentukan
bagaimana mencegah agar kecelakaan sejenis tidak terjadi lagi. Perusahaan
harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk
barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi.
Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilaksanakan dengan metode eliminasi,
subtitusi, rekayasa teknik atau engineering control, upaya administrasi dan
penyediaan alat perlindungan diri (Rofa Husna,
http://cuterofa.blogspot.com/2008pengendalian-kecelakaan-kerja.html,diakses
28 April 2012 Pukul 15.00). Upaya pengendalian resiko bahaya dalam
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja menjadi parameter
commit to user
17
Kesehatan Kerja. Identifikasi sumber-sumber bahaya di tempat kerja pelu
dilaksanakan sebagai perwujudan tindakan yang diperlukan dalam upaya
pengendalian resiko bahaya tersebut.
Salah satu upaya dalam melakukan perlindungan hukum dan
menciptakan suatu kehidupan yang layak bagi tenaga kerja antara lain dengan
pelaksanaan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Perjanjian kerja
bersama tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 166. Perjanjian kerja bersama
mempunyai hubungan erat dengan gerakan buruh, oleh karena dalam
mengadakan perjanjian kerja, Serikat Pekerja memegang peranan yang
penting, karena jika buruh tidak mempunyai serikat pekerja maka buruh tidak
mempunyai suara. Dengan demikian tumbuhnya Perjanjian Kerja Bersama
selalu atas desakan dari pada Serikat Pekerja untuk memperjuangkan
kepentingan anggota-anggotanya yankni tenaga kerja. Adanya Perjanjian
Kerja Bersama yang dibuat antara serikat pekerja dengan pengusaha akan
terjadi hubungan serasi antara pihak buruh dan pihak pengusaha sehingga
perusahaan tersebut dapat dikembangkan. Keuntungan yang lain adalah
terciptanya suatu hubungan kerja yang selaras, serasi dan seimbang, serta
dapat bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan pekerja yang
kesemuanya diharapkan akan bermuara pada suksesnya pembangunan
nasional.
PT Danliris Sukoharjo merupakan perusahaan internasional yang
bergerak dalam sektor garmen dan tekstile. PT Danliris Sukoharjo yang
mempekerjakan hampir 8.000 tenaga kerja wajib memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja. Bukan hanya tenaga kerja
yang akan diuntungkan dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan
kerjanya, akantetapi kelangsungan PT Danliris sebagai perusahaan yang
memiliki buyer dari luar negeri tetap terjaga. Divisi garmen PT Danliris
Sukoharjo menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan
upaya-upaya untuk mengendalikan potensi bahaya yang dapat timbul
commit to user
18
Kerja Bersama (PKB), kebijakan Perusahaan hingga visi misi PT Danliris
Sukoharjo berupaya menunjukan konsistensinya dalam memberikan
perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Akantetapi berdasarkan laporan kecelakaan kerja yang dilaporkan PT Danliris
Sukoharjo kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Sukoharjo menunjukkan bahwa PT Danliris Sukoharjo belum mampu
menjadi perusahaan tanpa mengalami kecelakaan kerja (zero accident).
Kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada divisi garmen seperti tenaga
kerja yang terkena jarum maupun patahan jarum jahit yang terlepas dari
mesin, tenaga kerja yang pada saat proses pemotongan kain (cutting) terkena
alat pemotong, hingga kecelakaan non-teknis atau kecelakaan yang tidak
terjadi di tempat kerja yakni kecelakaan lalu lintas pada saat perjalanan
menuju mapun setelah dari perusahaan. Dalam mencegah dan mengurangi
angka kecelakaan kerja tersebut, PT Danliris Sukoharjo berupaya melakukan
pengendalian resiko bahaya yang dapat mengancam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan dibentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) divisi garmen PT Danliris Sukoharjo.
Berdasarkan uraian di atas, maksud penelitian ini dilaksanakan
untuk mengetahui penerapan kebijakan peraturan yang diterapkan di PT
Danliris dalam perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan upaya-upaya pengendalian resiko bahaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sehingga penulis hendak
mengkaji dan meneliti dengan judul: “Pelaksanaan Perlindungan Tenaga
Kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Danliris
Sukoharjo.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
dalam penelitian ini penulis mengajukan rumusan masalah penelitian,
commit to user
19
dalam penelitian ini. Adapun pokok permasalahan yang dikaji dan diteliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kebijakan yang diterapkan PT Danliris Sukoharjo dalam
mengatur perlindungan tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja?
2. Bagaimana upaya pengendalian resiko bahaya yang dilakukan untuk
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bagi tenaga kerja
di PT Danliris Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini yang dilakukan di PT Danliris Sukoharjo mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk diperoleh data yang
akurat, sasaran yang jelas dan fakta-fakta yang ada. Penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan untuk
memberikan perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
b. Untuk mengetahui upaya-upaya pengendalian resiko bahaya untuk
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja di PT Danliris Sukoharjo.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk menambah pengetahuan peneliti di bidang Hukum
Administrasi Negara dalam hal Keselamatan dan Kesehataan Kerja.
b. Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar akademik
sarjana dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
commit to user
20
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap dengan kegiatan penelitian dalam penulisan
hukum ini akan bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain. Adapun manfaat
yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum
Administrasi Negara pada khususnya serta dapat dipakai sebagai acuan
terhadap penulisan maupun penelitian di tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
literatur kepustakaan tentang Pelaksanaan Perlindungan Tenaga Kerja
dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Danliris
Sukoharjo.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penalaran dan
membentuk pola pikir yang dinamis.
c. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman,
memberikan masukan dan pengetahuan kepada pihak-pihak terkait
dengan masalah yang sedang diteliti dan juga kepada berbagai pihak
yang berminat pada permasalahan yang sama.
d. Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang terlibat, baik langsung
maupun tidak langsung dalam Pelaksanaan Perlindungan Tenaga Kerja
dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Danliris
Sukoharjo.
E. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang
berarti cara, upaya, atau jalan sehingga metode penelitian adalah cara, upaya
commit to user
21
tertentu. Terdapat pemikiran lain yang menyebutkan bahwa metode penelitian
adalah merupakan suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian
dan penilaian, suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan cara tertentu
untuk melaksanakan suatu prosedur.
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk menemukan,
mengembangkan atau menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang
dilakukan secara metodologis dan sistematis, dengan menggunakan
metode-metode yang bersifat ilmiah dan sesuai dengan pedoman atau aturan yang
berlaku dalam penulisan kegiatan ilmiah. Sedangkan penelitian hukum adalah
suatu proses untuk menemukan aturan hukum, maupun doktrin-doktrin
hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki,
2009:35). Di dalam penelitian ilmiah sangat diperlukan metode penelitian
yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian yang diharapkan dengan
pemilihan metode penelitian yang tepat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian antara lain
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum doktrinal atau
normatif, dimana penelitian ini menempatkan sistem norma sebagai obyek
kajiannya. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini, penulis menggunakan penelitian yang
bersifat preskriptif dan terapan. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai
ilmu yang preskriptif, artinya ilmu hukum yang mempelajari tujuan
hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep
hukum dan norma-norma hukum. Sifat terapan menggambarkan bahwa
penelitian ini menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan,
rambu-rambu dalam melaksanakan suatu aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki,
commit to user
22 3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum antara lain
pendekatan perundang-undangan (Statue Approach), pendekatan historis
(Historical Approach), pendekatan kasus (Case Approach) dan
pendekatan konseptual (Conceptual Approach) (Peter Mahmud Marzuki,
2005:93). Dalam pelaksanaan penelitian hukum ini penulis menggunakan
pendekatan perundang-undangan (Statue Approach) yaitu dengan
menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan
kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam memberikan perlindungan tenaga
kerja berupa Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta upaya pengendalian
resiko bahaya PT Danliris Sukoharjo untuk mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja terhadap tenaga kerja divisi garmen yang dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan.
4. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di PT
Danliris Sukoharjo khususnya divisi garmen. Lokasi penelitian yang telah
ditetapkan penulis bertujuan agar ruang lingkup permasalahan yang
hendak diteliti agar lebih terarah.
5. Sumber Bahan Hukum
Penelitian ini menggunakan penelitian normatif atau doctrinal,
maka bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Bahan Hukum Primer
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja;
3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
commit to user
23
6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan;
7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja.
8) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari
Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/MENKES/SK/1998
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder berupa bahan hukum yang bukan
merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,
2005:14). Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku, pendapat
para ahli hukum, pandangan ahli hukum, hasil penelitian hukum,
kamus hukum, ensiklopedi hukum, artikel, internet, dan sumber
lainnya yang mempunyai korelasi untuk mendukung penelitian ini.
Bahan hukum sekunder memberikan penjelasan terhadap bahan
hukum primer yang memberikan petunjuk kearah penulis dalam
penelitian ini.
c. Bahan Non Hukum
Bahan hon hukum penelitian ini terdiri atas buku teks, artikel,
jurnal, internat dan sumber lainnya yang memiliki korelasi dengan
penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
commit to user
24 a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengkaji dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan
perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui proses
tanya jawab secara lisan, sehingga penulis dapat mengadakan
komunikasi dengan menggunakan daftar pertanyaan. Wawancara
bertujuan untuk memperoleh data secara langsung mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan jalan menggunakan daftar pertanyaan
terstruktur untuk digunakan tanya jawab secara langsung dengan
divisi garmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris
Sukoharjo. Sehingga akan diperoleh upaya yang dilaksanakan dalam
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
c. Pengamatan dan Observasi
Pengamatan dan observasi merupakan teknik pengumpulan data
dimana peneliti mengamati secara langsung objek yang ada di
lapangan tentang segala sesuatu mengenai objek penelitian yakni
perlindungan tenaga kerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
di PT Danliris mengenai potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja
khususnya pada divisi garmen.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah
menggunakan metode deduktif, yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip
dasar. Melalui konstruksi penalaran ini penulis menarik kesimpulan dari
hal yang bersifat umum terhadap hal yang bersifat khusus. Penggunaan
metode deduksi ini berpangkal dari pengajuan premis mayor, kemudian
diajukan premis minor. Lalu, dari kedua premis tersebut ditarik suatu
kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2005:47). Premis
commit to user
25
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggunakan pendekatan
peraturan perundang-undangan mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja sebagai premis mayornya sedangkan fakta hukum atau premis minor
adalah resiko bahaya yang terdapat di tempat kerja, kebijakan dalam
menjalankan perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan di PT Danliris
Sukoharjo.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini yang
diselenggarakan di PT Danliris Sukoharjo terdiri dari 4 (empat) bab yaitu
pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan dan penutup. Adapun rincian
sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti memaparkan dan
menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodelogi penelitian dan sistematika penulisan
hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti menjelaskan landasan teori
dari para ahli dan doktrin hukum yang
dipergunakan penulis dalam penyusunan penulisan
hukum ini. Teori-teori hukum yang dipergunakan
diambil berdasarkan literatur yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian yang diangkat.
Adapun rincian tinjauan pustaka yang
dipergunakan antara lain:
1. Tinjauan Umum tentang Hukum
Ketenagakerjaan
2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja
commit to user
26
4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja
BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis menganalisa, mengkaji dan
mengolah hasil data penelitian. Pembahasan
menguraikan dan menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan dalam rumusan masalah.
BAB VI : PENUTUP
Pada bab akhir dalam penelitian, peneliti
meringkas dari awal bab hingga bab akhir dalam
penelitian menjadi suatu simpulan. Penulis
memberikan masukan saran yang relevan terhadap
realita atau kenyataan yang ada. Sehingga
diharapkan penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan serta koreksi terhadap
pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
PT Danliris Sukoharjo divisi garmen.
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.” Sebelumnya
peraturan perundang-undangan Hukum Ketenagakerjaan mengalami
perombakan dari istilah Hukum Perburuhan menjadi Hukum
Ketenagakerjaan. Seperti telah dijelaskan dalam Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud
dengan “Ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.” Sehingga
pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum peburuhan yang
dirumuskan sebagai hubungan hukum antara buruh dengan majikan dalam
hubungan kerja saja (Lalu Husni, 2005:24). Akantetapi seiring
perkembangan jaman hubungan kerja tidak hanya berlaku pada saat kerja
saja melainkan pada waktu sebelum dan sesudah pekerjaan dilakukan.
Perbedaan istilah tersebut terkesan bahwa buruh merupakan pihak yang
terintimidasi oleh majikan dan seolah-olah sebutan bagi pekerja kasar.
Adanya perubahan istilah ini dpat merubah persepsi yang bertujuan adanya
kesetaraan atau posisi yang seimbang antara pengusaha dan buruh dalam
memperoleh hak dan kewajibannya karena selama ini tenaga kerja berada
di posisi yang jauh di bawah pengusaha.
Menurut Soepomo bahwa perlindungan tenaga kerja dibagi
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu
commit to user
28
b. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
jaminan kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan perlindungan hak
untuk berorganisasi.
c. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
keamanan dan keselamatan kerja (Dikutip dari Dian Octaviani
Saraswati, 2007:34).
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah “Setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.”
Sehingga dari pengertian ini dapat diketahui adanya pihak yang
memberikan upah atau imbalan terhadap pekerja yakni pengusaha atau
pemberi kerja. Dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan pengertian “pengusaha, yaitu:
1) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.
2) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
3) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud huruf (1) dan
(2) yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.”
Ketenagakerjaan sangat erat dengan unsur campur tangan
pemerintah dalam memberikan hak-hak dan kewajiban bagi pekerja dalam
perlindungi keselamatan, kesehatan, upah yang layak dan sebagainya.
Tercapainya keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan akan sulit tercapai,
karena telah kita ketahui bahwa pihak yang kuat akan selalu ingin
menguasai pihak yang lemah Tanpa melupakan kewajiban dan hak
pengusaha dalam kelangsungan perusahaan. Penjelasan tersebut
memberikan pengertian bahwa hukum ketenagakerjaan bersifat privat dan
publik. Adanya campur tangan pemerintah dalam perundang-undangan
yang mengatur tentang ketenagakerjaan dan adanya pemberian sanksi
commit to user
29
adanya peraturan perundangan yang mengatur mengenai hubungan kerja
antara orang perorangan (Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan dan
Perjanjian Kerja Bersama) yang tetap memperhatikan aturan-aturan yang
berlaku.
2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan,
“Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah.” Sehingga hubungan kerja itu terjadi karena adanya perjanjian
kerja antara pengusaha dan pekerja atau buruh (Pasal 50 Undang-undang
No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Substansi perjanjian kerja
yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan perjanjuan perburuhan atau
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)/Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang
ada, demikian halnya dengan peraturan perusahaan, substansinya tidak
boleh bertentangan dengan KKB/PKB (Lalu Husni, 2005:53). Perjanjian
kerja sebagai bagian dari suatu perjanjian, maka perjanjian kerja harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan telah diatur
pula dalam Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa syarat sahnya
perjanjian kerja harus memenuhi:
a. Kesepakatan kedua belah pihak;
b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan
commit to user
30
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur dari
perjanjian kerja sebagai substansi pokok hubungan kerja antara lain
adalah:
a. Unsur pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang
diperjanjikan (obyek perjanjian), pekerjaan tersebut harus dilakukan
sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh
orang lain (tanpa melanggar peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum dan kesusilaan).
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena
bersangkutan dengan ketrampilan atau keahliannya, karena itu
menurut hukum jika pekerja meninggal dunia, maka perjanjian kerja
tersebut putus demi hukum.
b. Unsur Perintah
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja
oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada
perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang
diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan
lainnya, misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara
dengan klien. Hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja
karena dokter dan pengacara tidak tunduk pada perintah pasien dan
klien.
c. Unsur Upah
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja
(perjanjian kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama
seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh
upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan
commit to user
31
3. Tinjauan Umum tentang Keselamatan Kerja
a. Pengertian dan Landasan Hukum Keselamatan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara
melakukan pekerjaan dan proses produksi (Tarwaka, 2008:4).
Keselamatan kerja merupakan dari, oleh dan untuk tenaga kerja, setiap
orang dan masyarakat yang mungkin akan terkena dampak dari suatu
proses produksi industri. Keselamatan kerja merupakan sarana utama
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan
kerugian berupa luka/cidera, cacat, kematian maupun kerugian harta
benda dan kerusakan peralatan dan mesin dan kerusakan lingkungan
yang secara luas.
Telah jelas diatur dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa
“Setiap pekerja/buruh berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moril dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.” Pengertian maksud dari pasal ini untuk memberikan jaminan
perlindungan tenaga kerja dalam memperoleh rasa aman dalam
melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan
produktivitas kerja.
b. Syarat Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup
berbagai aspek yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana
produksi, manusia dan cara kerja (Soehatman Ramli, 2010:28). Dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
secara tegas dan jelas menetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan yang menjalankan
usaha, baik formal maupun informal, dimanapun berada dalam upaya
commit to user
32
yang berada di lingkungan usahanya (Tarwaka, 2008:4). Persyaratan
keselamatan kerja menurut Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut.
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
commit to user
33
Di samping syarat-syarat keselamatan kerja sesuai Pasal 3
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja di atas, juga dilengkapi syarat keselamatan kerja dalam
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Syarat-syarat tersebut
memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah yang mencakup bidang
konstruksi, bahan, pengolahan, dan pembuatan, perlengkapan alat
perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan, pemberian
label guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri,
keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
Syarat inilah yang tercantum dan diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
c. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja dan Pengusaha
Pengusaha sebagai pihak yang bertanggung jawab atas keselamatan
dan kesehatan kerja tenaga kerja di tempat kerja. Kewajiban
pengusaha dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut adalah (Lalu
Husni, 2005:134):
1) Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, pengusaha
berkewajiban menunjukkan dan menjelaskan tentang:
a) Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja;
b) Semua alat pengamanan dan pelindung yang diharuskan.
c) Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaan.
d) Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga
kerja yang bersangkutan.
2) Terhadap tenaga kerja yang telah atau sedang dipekerjakan
pengusaha berkewajiban untuk:
a) Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan,
commit to user
34
pada kecelakaan (P3K), peningkatan usaha Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada umumnya.
b) Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental secara
berkala.
c) Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan
diri yang diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan
bagi seluruh tenaga kerja.
d) Memasang gambar dan peraturan perundnag-undangan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta bahan
pembinaan lainnya di tempat kerja sesuai dengan petunjuk
pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
e) Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan kerja yang terjadi
termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja
yang terjadi di tempat kerja tersebut kepada Departemen
Tenaga Kerja setempat.
f) Membayar biaya pengawasan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ke Kantor Perbendaharaan Negara
setempat setelah mendapat penetapan besarnya biaya oleh
Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.
g) Menaati semua persyaratan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja baik yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh pegawai pengawas.
Sedangkan tenaga kerja memiliki kewajiban dalam tercapainya
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diatur dalam Pasal
12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
adalah:
1) Memberikan keterangan yang benar apabila diminta oleh
pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
commit to user
35
3) Memenuhi dan menaati persyaratan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang berlaku di tempat kerja.
Sedangkan hak-hak yang diperoleh tenaga kerja adalah:
1) Meminta kepada pimpinan atau pengurus perusahaan tersebut
agar dilaksanakan semua syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang diwajibkan di tempat kerja.
2) Menyatakan keberatan apabila syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta APD (alat perlindungan diri) yang
diwajibkan tidak memenuhi persyaratan, kecuali dalam hal
khusus ditetapkan lain oleh pegawai pengawas dalam
batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
d. Potensi Bahaya yang Menyebabkan Kecelakaan Kerja
Keselamatan kerja erat kaitannya dengan kecelakaan kerja,
yakni suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan sering tidak terduga
yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja
industri atau yang berkaitan dengan hal tersebut. Unsur-unsur
kecelakaan kerja adalah sebagai berikut.
1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa
kecelakaan kerja tidak terdapat unsur kesengajaan atau
perencanaan.
2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa
kecelakaan kerja akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun
mental.
3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang
sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja. (Tarwaka,
2008:5)
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat
berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja
atau proses produksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan
commit to user
36
sendirinya, akan tetapi terjadi oleh salah satu atau beberapa faktor
penyebab kecelakaan sekaligus dalam satu kejadian. Berikut penyebab
kecelakaan kerja secara umum:
1) Sebab dasar atau asal mula
Terjadinya kecelakaan kerja pastilah terlihat dari sebab dasar
yang menjadikan terjadinya peristiwa kecelakaan kerja yang
dapat dilihat dari faktor:
a) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau
pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di perusahaannya;
b) Manusia atau para pekerjanya sendiri, dan
c) Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja.
2) Sebab Utama
Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya
faktor dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang
belum dilaksanakan secara benar (Substandards). Sebab utama
kecelakaan kerja meliputi faktor:
a) Faktor manusia atau adanya tindakan tidak aman (unsafe
action).
Dilatar belakangi oleh adanya tindakan berbahaya dari
tenaga kerja bisa terjadi karena:
(1) Kurang pengetahuan dan ketrampilan kerja (lack of
knowledge and skill)
(2) Ketidakmampuan bekerja secara normal (inadequate
capability)
(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak
Nampak (bodily defect)
(4) Kelelahan dan kejenuhan (fatique and boredom)
(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe
commit to user
37
(6) Kebingungan dan stress karena prosedur kerja yang
baru dan belum dapat dipahami (confuse and stress)
(7) Belum menguasai atau belum trampil dengan
peralatan atau mesin baru (lack of skill)
(8) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat
melakukan pekerjaan (difficulty in concentrating)
(9) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja (ignorance)
(10) Kurangnya motivasi kerja dari tenaga kerja (improper
motivation)
(11) Kurangnya kepuasan kerja (low job satisfaction)
(12) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri, dan
sebagainya.
b) Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman (unsafe
condition).
Lingkungan disini diartikan bahwa kecelakaan kerja terjadi
apabila lingkungan fisik (mesin, peralatan, pesawat, bahan,
lingkungan dan tempat kerja, proses kerja sifat pekerjaan
dan sistem kerja) dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
c) Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja.
Apabila interaksi dan sarana pendukung kerja tidak berjalan
dengan sesuai maka akan terjadi kecelakaan kerja. Dengan
demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan
kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia harus
sudah dilaksanakan sejak perencanaan.
3) Komponen peralatan kerja
Peralatan kerja tenaga kerja haruslah didesain, dipelihara dan
dipergunakan dengan baik sehingga potensi bahaya dari
commit to user
38
4) Komponen lingkungan kerja
Pertimbangan tertentu harus diberikan terhadap faktor
lingkungan kerja seperti, tata letak ruang, kebersihan, intensitas
penerangan, suhu, kelembaban, kebisingan, vibrasi ventilasi, dll
yang sangat mempengaruhi kenyamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja tenaga kerja.
5) Organisasi kerja
Manajemen keselamatan kerja merupakan variabel terpenting
dalam pengembangan program keselamatan kerja di tempat
kerja. Struktur organisasi yang mempromosikan kerjasama
antara pekerja untuk pengenalan dan pengendalian potensi
bahaya akan mempengaruhi perilaku pekerja secara positif.
Pengembangan manajemen kerja akan efektif dalam
menentukan kinerja keselamatan secara umum di tempat kerja
dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.
4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja
a. Pengertian dan Landasan Hukum Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan
yang erat kaitannya dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat memepengaruhi
efisiensi dan produktivitas kerja. Terdapat beberapa pengertian
kesehatan kerja, Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan
yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga
memungkinkan dapat bekerja secara optimal (Lalu Husni,
2005:140).
Kesehatan kerja (occupational health) adalah bagian dari
ilmu kesehatan atau kedokteran yang memepelajari bagaimana
melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap
oleh-faktor-commit to user
39
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum
dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial (Tarwaka, 2008:22).
Secara garis besar dalam Pasal 164 – Pasal 166
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur
mengenai:
1) Kesehatan kerja diselenggarakan dengan maksud setiap pekerja
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja.
2) Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian
kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan
kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja dan
mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Syarat
kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik
fisik maupun psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya,
persyaratan bahan baku dan proses kerja serta persyaratan tenpat
atau lingkungan kerja.
3) Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja
adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai tenaga kerja paling
sedikit 10 (sepuluh) orang.
Dalam upaya penyelenggaraan kesehatan kerja di tempat kerja atau
perusahaan, pada dasarnya bertujuan untuk:
1) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja
yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial di semua
commit to user
40
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan kerja.
3) Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang
ditimbulkan akibat pekerjaan.
4) Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisik tubuh dan mental psikologis tenaga kerja
yang bersangkutan.
b. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja dianggap
sebagai kecelakaan kerja dan bisa terjadi secara tiba-tiba maupun
melalui proses dalam jangka waktu tertentu. “Penyakit yang timbul
akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Pasal 1 Keppres No 22 Tahun 1993
tentang Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Kerja).” Penyakit akibat
kerja ditetapkan berdasarkan karakteristik penyebab dan proses
terjadinya yang lambat. Sedangkan kecelakaan terjadi karena proses
terjadinya cepat dan cenderung mendadak. Di tempat kerja
mengandung sumber-sumber bahaya yang dapat mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja. Pengenalan potensi bahaya harus
dilaksanakan sedini mungkin untuk mengadakan upaya pengendalian
dan upaya untuk mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Berikut
adalah potensi-potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan atau penyakit akibat kerja:
1) Potensi Bahaya Fisik
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan
kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim
(panas,dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran,
commit to user
41
2) Potensi Bahaya Kimia
Potensi yang berasal dari bahan-bahan kimia yang dipergunakan
dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenaga kerja. Terjadinya pengaruh dari
bahaya kimia ini terhadap tubuh tenaga kerja tergantung dari
jenis bahan kimia, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap,
dll), daya racun bahan (toksitas), cara masuk ke tubuh, dll.
3) Potensi Bahaya Biologis
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu, misalnya: TBC, Hepatitis A/B, aids, dll ataupun yang
berasal dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses
produksi.
4) Potensi Bahaya Fisiologis
Potensi bahaya yang berasal atau disebabkan oleh penerapan
kesehatan kerja yng tidak baik ataupun tidak sesuai dengan
norma-norma Ergonomi yang berlaku, dalam melakukan
pekerjaan sera peralatan kerja. Termasuk dalam potensi bahaya
fisiologis ini antara lain: sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidaks esuai
dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara
mesin dan manusia.
5) Potensi Bahaya Psikologis
Potensi bahaya ini berasal atau ditimbulkan oleh kondisi atau
aspek-aspek psikologis tenaga kerja yang kurang baik dan
kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi
tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya ketrampilan tenaga
commit to user
42
pelatihan yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang
tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja yang
kesemua potensi ini dapat menimbulkan stress akibat kerja.
6) Potensi Bahaya dari Proses Produksi
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat
tergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan
commit to user
43
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Premis Mayor
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja;
2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja;
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan;
5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
7) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
261/MENKES/SK/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.
Premis Minor/Fakta Hukum
1. Perlindungan tenaga kerja
dalam jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Ketentuan peraturan mengenai syarat, pemeriksaan dan upaya untuk mengendalikan potensi bahaya di tempat kerja.
Penerapan
1. Peraturan PT Danliris Sukoharjo
dalam PKB dan Kebijakan
Perusahaan dalam perlindungan
tenaga kerja.
2. Upaya pengendalian resiko bahaya dalam mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesimpulan
1. Pelaksanaan PKB dan Kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam mengatur dan memberi jaminan K3 bagi tenaga kerja.
commit to user
44 Keterangan:
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
mengatur mengenai perlindungan tenaga kerja dalam memperoleh jaminan
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Mengatur pula mengeanai
hak dan kewajiban yang diperoleh baik pengusaha dan tenaga kerja. Proses
produksi menggunakan mesin-mesin yang berteknologi tinggi dan potensi-potensi
bahaya lain yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
PT Danliris Sukoharjo. Pasal 86 Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dengan tegas mengatur bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk
mendapatkan perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sehingga
setiap tenaga kerja yang bekerja bersinggungan dengan potensi bahaya harus
dijamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Perlu diadakannya upaya-upaya
untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tenaga kerja dalam
membina norma-norma perlindungan kerja hal ini diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kecelakaan kerja terjadi akibat
potensi-potensi bahaya yang timbul karena lingkungan kerja yang tidak aman,
perilaku tenaga kerja yang tidak aman, maupun kurangnya perhatian dari tingkat
pimpinan (pengusaha/pengurus) terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Angka kecelakaan kerja masih didapati di PT Danliris Sukoharjo divisi garmen
yang belum mampu mencapai zero accident. Diperlukan penanganan serius dan
tegas dalam pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sehingga
potensi-potensi bahaya tersebut tidak membahayakan kinerja tenaga kerja.
Melalui kebijakan-kebijakan perusahaan maupun penerapan perundang-undangan
commit to user
45
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi PT Danliris Sukoharjo
1. Sejarah dan Profil PT Danliris Sukoharjo
Perusahaan yang didirikan pada tahun 1974 untuk pertenunan yang
sebagian digunakan untuk industri batik. Perusahaan yang terletak di
Kelurahan Banaran Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
didirikan oleh Hadiman Tjokrosaputro ini terus mengembangkan usahanya
tanpa henti. Pada tahun 1976 PT Danliris dirubah menjadi suatu industri
terpadu yang menghasilkan berbagai jenis benang dan tekstile. Baru pada
tahun 1978 PT Danliris memproduksi pakaian jadi (konfeksi). Setiap
tahunnya PT Danliris memproduksi hingga 80.000 ball benang tenun, baik
untuk mencukupi permintaan lokal maupun ekspor. Produk yang dihasilkan
telah mempergunakan mesin-mesin maupun peralatan berteknologi canggih
untuk meningkatkan mutu dan kualitas yang dihasilkan.
Ekspor impor produk yang dihasilkan PT Danliris telah menempati
posisi dominan dalam perdagangan. PT Danliris merupakan perusahaan
manufaktur yang memproduksi tekstil dan garmen, dengan banyaknya produk
yang dihasilkan setiap tahunnya, maka PT Danliris akan memerlukan tenaga
kerja dengan jumlah yang mendukung. Penelitian dan upaya pengembangan
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan mutu produk. PT Danliris telah
memperoleh kepercayaan internasional untuk memproduksi merek-merek
terkenal seperti Mark & Spencer, Inggris Toko, Rumah Frazier, Kacau, Silver
Ox, Hari Ty, dll yang diproduksi pada sektor garmen PT Danliris. Mutu dan
kualitas produk yang dihasilkan PT Danliris telah terkenal hingga ke Jepang,
Inggris dan negara-negara Eropa lainnya.
PT Danliris Sukoharjo termasuk dalam perusahaan yang bergerak
pada sektor manufaktur yang memiliki produk tekstil dan garmen. Untuk
penelitian dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT