• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS SUKOHARJO"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI PT DANLIRIS SUKOHARJO

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Putri Ardiningtyas

NIM. E0008208

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

4

PERNYATAAN

Nama : Putri Ardiningtyas

NIM : E0008208

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS

SUKOHARJO” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam

daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,

maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan penulisan hukum

(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 16 Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Putri Ardiningtyas

(3)

commit to user

5

ABSTRAK

Putri Ardiningtyas, E 0008208, 2008, PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS SUKOHARJO, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam melindungi tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta upaya-upaya yang dilakukan PT Danliris Sukoharjo untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan akibat resiko bahaya yang berada di divisi garmen PT Danliris Sukoharjo.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif untuk menemukan ada atau tidaknya perlindungan hukum bagi tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sumber bahan hukum primer dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan terkait pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan untuk bahan hukum sekunder berasal dari buku, jurnal, penelitian lain yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, wawancara dan observasi yang dilakukan penulis guna memeriksa kembali bahan hukum primer terhadap fakta lapangan. Analisis data yang digunakan adalah dengan metode deduksi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan yakni PT Danliris Sukoharjo telah menerapkan kebijakan dalam perlindungan tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja berupa Perjanjian Kerja Bersama yang memberikan perlindungan berupa pengaturan waktu kerja, jaminan sosial tenaga kerja dan mengatur mengenai alat-alat keselamatan kerja. Upaya pengendalian potensi bahaya yang dilakukan PT Danliris Sukoharjo divisi garmen yakni dengan melakukan identifikasi potensi bahaya, pengawasan, penyediaan alat pelindung diri dan sarana. Akantetapi masih terdapat kekurangan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja bekerja dan pada sarana penerangan. Berdasar simpulan tersebut, penulis memberikan saran bahwa perlu dilakukan peningkatan dalam pelaksanaan norma-norma perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Perjanjian Kerja Bersama PT Danliris Sukoharjo. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja mulai bekerja dan secara bertahap dilakukan penambahan sarana penerangan yang memadai pada bagian menjahit (sewing).

(4)

commit to user

6 ABSTRACT

Putri Ardiningtyas, E 0008208, 2008, IMPLEMENTATION of LABOR

PROTECTION In SAFETY and HEALTH at WORK PT DANLIRIS

SUKOHARJO, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

This research was meant to find out the policy of PT Danliris Sukoharjo in protecting labor in the health and safety of work as well as renewed efforts by PT Danliris Sukoharjo to prevent accidents and the illness caused by work inflicted due to the risk of potential danger that being in each work unit division garment PT Danliris Sukoharjo.

This research is a normative legal research to discover there is prescriptive or whether legal protection for workers in occupational safety and Health. The primary source of law in the study material consists of legislation related to the implementation of occupational safety and Health and for secondary legal materials derived from books, journals, other relevant research. Data collection is carried out by technical studies library, interviews and observations conducted to re-examine the author of law materials of primary fact field. Data analysis that is used is by the method of deduction

Based on the research results and conclusions generated discussion i.e. PT Danliris Sukoharjo in Policies provide protection safety and Health Division of Labor which is set out in the agreement the garment Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ensures protection of PT Danliris Sukoharjo in labor safety and health Work. Although efforts to control the risk of potential dangers in PT Danliris Sukoharjo has been implemented in prevent accidents and the illness caused by work but there are still deficient in examination before labor work, and still not enough means of illumination addition to the production process sewing.

(5)

commit to user

7

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

1. Sesungguhnya dibalik mimpi itu terselip doa dan harapan akan jalan yang

terbaik untuk hidup kita. Allah Maha Pemurah dan Penyayang (Penulis).

2. Rasakan apapun yang anda lalui, karena hidup ini cuma perjalanan saja, dan

bagaimana kita memilih cara kita memandang hidup ini, adalah hak kita

sendiri. Cobalah menikmati kesederhanaan keindahan itu dan menjalani

dengan penuh rasa (Tanadi Santosa).

3. Keindahan persahabatan adalah bahwa kamu tahu kepada siapa kamu dapat

mempercayakan rahasia (Alessandro Manzoni).

Persembahkan kepada:

v Babe dan Mama tercinta. v Kakak-Kakakku dan Keluarga. v Sahabat dan almamaterku.

(6)

commit to user

8

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, dan jalan kemudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS

SUKOHARJO”.

Dalam masa penulisan skripsi ini Penulis banyak sekali menerima bantuan

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.Si., selaku Ketua Bagian Hukum

Administrasi Negara dan selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan

hukum ini.

3. Ibu Sri Lestari Rahayu, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Fajar Nugroho, S.H. selaku sekretaris P2K3 atau Ahli Keselamatan

Kerja Divisi garmen dan pembimbing lapangan di PT Danliris Sukoharjo.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret.

6. Bapak Mulyadi dan Ibu Sri Arundati, terima kasih telah menjadi orangtua

sekaligus sahabat terbaik penulis.

7. Kakak-kakakku, Mas Agung, Mbak Mella, Mas Ardi, Mbak Ifa, Mas Yan,

Mbak Ima yang rela menjadi tumpuhan hidup dan akhirnya penulis akan

menyusul kesuksesan kalian. Terima kasih juga untuk ponakan-ponakan

penulis yang telah menjadi penghibur lara.

8. Sahabat-sahabat terbaikku Agustin Dyan, Prasetyo Adi, Dwi Arif, Ria

Nuril, Randu Kiningsih, Arin, Adnan.

9. Teman-teman FH UNS 2008 Mei, Vina, Ratih, Adit, Rosi, Tiara, Endah,

(7)

commit to user

9

Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, Penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis sendiri maupun bagi para

pembaca yang budiman.

Surakarta, 16 Juli 2012

(8)

commit to user

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian... 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 13

1. Tinjauan Umum Hukum Ketenagakerjaan... 13

2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja ... 16

3. Tinjauan Umum tentang Keselamatan Kerja ... 18

4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja ... 25

(9)

commit to user

11

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi PT Danliris Sukoharjo ... 32

B. Hasil Penelitian ... 34

C. Pembahasan

1. Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja dalam Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di PT Danliris Sukoharjo... 39

2. Upaya Pengendalian Resiko Bahaya... 44

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan... 78

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(10)

commit to user

12

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kegiatan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo...29

(11)

commit to user

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir...30

Gambar 2. Susunan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo...48

Gambar 3. Kotak P3K...55

Gambar 4. Dokumentasi Pelatihan P3K...55

Gambar 5. Tanda Tempat APAR yang dipasang di Dinding...61

Gambar 6. APAR PT Danliris Sukoharjo...62

Gambar 7. Jalur Evakuasi (Passaway)...63

Gambar 8. Alarm Kebakaran...75

(12)

commit to user

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri membawa pengaruh yang cukup besar

dalam sektor usaha. Perusahaan semakin banyak didirikan dalam

mengimbangi pemenuhan kebutuhan manusia dan juga memiliki tujuan untuk

mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. Dampak positif yang sangat

dirasakan adalah terbukanya lowongan pekerjaan, sehingga pemenuhan

terhadap pekerjaan dan penghidupan yang diidamkan oleh tenaga kerja akan

tercapai. Sebagaimana diamanatkan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Telah

jelas disebutkan bahwa pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja berada dalam

keadaan yang terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul akibat

kerja. Peran pemerintah dalam memberikan jaminan kepastian hak dan

kewajiban para pihak sangat diperlukan untuk menjamin hak-hak normatif

pekerja dan meningkatkan dan mendidik pengusaha dan pekerja untuk

menaati peraturan yang berlaku yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jaminan kepastian hak dan

kewajiban tenaga kerja secara tegas diatur dalam Pasal 86 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu: “Setiap pekerja berhak

mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moril dan

kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai agama.”

Perlindungan tenaga kerja merupakan perlindungan yang

menyangkut mengenai aspek jaminan sosial, jam kerja, upah minimum, hak

berserikat dan berkumpul, dan perlindungan keselamatan tenaga kerja

(Soehatman Ramli, 2010:14). Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan

(13)

commit to user

15

ramah lingkungan sehinngga dapat mendorong efisiensi dan produktivitas

yang akan memberikan keuntungan dan peningkatan kesejahteraan baik

pengusaha maupun pekerja. Bahaya-bahaya yang timbul dari lingkungan

tempat kerja bersumber dari faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi dan

psikologi. Dalam industri manufaktur resiko bahaya akibat kurangnya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat ditemui pada peralatan kerja, bahan

kimia berbahaya seperti asam dan kaustik soda dan mesin-mesin produksi.

Jenis kecelakaan kerja yang bisa terjadi pada sektor manufaktur yakni terjepit,

terlindas, teriris, terpotong, jatuh terpeleset, tindakan yang tidak benar,

tertabrak, berkontak dengan bahan yang berbahaya, terjatuh, terguling,

kejatuhan barang dari atas, terkena benturan keras, terkena barang yang

runtuh, dan roboh. Suatu proses produksi, peralatan dan mesin di tempat kerja

apabila tidak mendapat perhatian secara khusus akan menimbulkan potensi

kecelakaan kerja.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

mengatur dan memberikan perlindungan tenaga kerja untuk mendapat

jaminan atas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja di tempat kerja dalam

kelancaran proses produksi perusahaan. Dijelaskan pula bahwa dengan

majunya industrialisasi, maka akan berlangsung pula peningkatan intensitas

kerja operasioanal para pekerja, mesin-mesin, alat-alat, yang semakin canggih

dipergunakan saat ini. Bahan-bahan tehnis baru banyak di olah dan

dipergunakan, bahan-bahan yang mengandung racun, serta cara-cara kerja

yang buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya

pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan

sumber-sumber bahaya yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Perlu

adanya pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja yang maju dan tepat.

Kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

tenaga kerja, sehingga tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan dapat

merasakan dan menikamati hasil pembangunan. Upaya pelayanan kesehatan

kerja dalam suatu bidang usaha memegang peranan penting, dalam hal

(14)

commit to user

16

merealisasikan usaha kesehatan kerja akan berdampak positif dalam

meningkatkan produktivitas perusahaan dan pendapatan serta kesejahteraan

tenaga kerja. Usaha ini hanya dapat berhasil jika semua pihak dapat ikut

terlibat dalam kesadaran yang penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, aspek

ekonomi dan kesehatan kerja dapat diperhitungkan secara cermat, demi

meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Bertambahnya jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan

kerja dan kasus-kasus kecelakaan kerja tiap tahunnya terus meningkat.Angka

kecelakaan kerja dalam laporan PT JAMSOSTEK tahun 2011 lalu mencapai

99.491 kasus. Jumlah tersebut kian meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Pada tahun 2007 sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus,

tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus.

Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya perusahaan-perusahaan yang belum

menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik serta

kurangnya disiplin dan kesadaran tenaga kerja dan pengusaha mengenai

pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (Wahyu Praditya Pratomo.

www.inilah.com Diakses pada 19 Mei 2012 pukul 19.00). Setiap kecelakaan

kerja harus selalu dianalisis untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut,

akibat, dan langkah apa yang perlu diambil dalam rangka pencegahan.

Maksud dari analisis tersebut adalah untuk memberikan jawaban mengapa

kecelakaan atau kematian akibat kerja terjadi, sehingga dapat ditentukan

bagaimana mencegah agar kecelakaan sejenis tidak terjadi lagi. Perusahaan

harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk

barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi.

Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilaksanakan dengan metode eliminasi,

subtitusi, rekayasa teknik atau engineering control, upaya administrasi dan

penyediaan alat perlindungan diri (Rofa Husna,

http://cuterofa.blogspot.com/2008pengendalian-kecelakaan-kerja.html,diakses

28 April 2012 Pukul 15.00). Upaya pengendalian resiko bahaya dalam

mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja menjadi parameter

(15)

commit to user

17

Kesehatan Kerja. Identifikasi sumber-sumber bahaya di tempat kerja pelu

dilaksanakan sebagai perwujudan tindakan yang diperlukan dalam upaya

pengendalian resiko bahaya tersebut.

Salah satu upaya dalam melakukan perlindungan hukum dan

menciptakan suatu kehidupan yang layak bagi tenaga kerja antara lain dengan

pelaksanaan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Perjanjian kerja

bersama tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 166. Perjanjian kerja bersama

mempunyai hubungan erat dengan gerakan buruh, oleh karena dalam

mengadakan perjanjian kerja, Serikat Pekerja memegang peranan yang

penting, karena jika buruh tidak mempunyai serikat pekerja maka buruh tidak

mempunyai suara. Dengan demikian tumbuhnya Perjanjian Kerja Bersama

selalu atas desakan dari pada Serikat Pekerja untuk memperjuangkan

kepentingan anggota-anggotanya yankni tenaga kerja. Adanya Perjanjian

Kerja Bersama yang dibuat antara serikat pekerja dengan pengusaha akan

terjadi hubungan serasi antara pihak buruh dan pihak pengusaha sehingga

perusahaan tersebut dapat dikembangkan. Keuntungan yang lain adalah

terciptanya suatu hubungan kerja yang selaras, serasi dan seimbang, serta

dapat bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan pekerja yang

kesemuanya diharapkan akan bermuara pada suksesnya pembangunan

nasional.

PT Danliris Sukoharjo merupakan perusahaan internasional yang

bergerak dalam sektor garmen dan tekstile. PT Danliris Sukoharjo yang

mempekerjakan hampir 8.000 tenaga kerja wajib memberikan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja. Bukan hanya tenaga kerja

yang akan diuntungkan dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan

kerjanya, akantetapi kelangsungan PT Danliris sebagai perusahaan yang

memiliki buyer dari luar negeri tetap terjaga. Divisi garmen PT Danliris

Sukoharjo menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan

upaya-upaya untuk mengendalikan potensi bahaya yang dapat timbul

(16)

commit to user

18

Kerja Bersama (PKB), kebijakan Perusahaan hingga visi misi PT Danliris

Sukoharjo berupaya menunjukan konsistensinya dalam memberikan

perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Akantetapi berdasarkan laporan kecelakaan kerja yang dilaporkan PT Danliris

Sukoharjo kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Sukoharjo menunjukkan bahwa PT Danliris Sukoharjo belum mampu

menjadi perusahaan tanpa mengalami kecelakaan kerja (zero accident).

Kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada divisi garmen seperti tenaga

kerja yang terkena jarum maupun patahan jarum jahit yang terlepas dari

mesin, tenaga kerja yang pada saat proses pemotongan kain (cutting) terkena

alat pemotong, hingga kecelakaan non-teknis atau kecelakaan yang tidak

terjadi di tempat kerja yakni kecelakaan lalu lintas pada saat perjalanan

menuju mapun setelah dari perusahaan. Dalam mencegah dan mengurangi

angka kecelakaan kerja tersebut, PT Danliris Sukoharjo berupaya melakukan

pengendalian resiko bahaya yang dapat mengancam Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dengan dibentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3) divisi garmen PT Danliris Sukoharjo.

Berdasarkan uraian di atas, maksud penelitian ini dilaksanakan

untuk mengetahui penerapan kebijakan peraturan yang diterapkan di PT

Danliris dalam perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dan upaya-upaya pengendalian resiko bahaya untuk mencegah

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sehingga penulis hendak

mengkaji dan meneliti dengan judul: “Pelaksanaan Perlindungan Tenaga

Kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Danliris

Sukoharjo.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

dalam penelitian ini penulis mengajukan rumusan masalah penelitian,

(17)

commit to user

19

dalam penelitian ini. Adapun pokok permasalahan yang dikaji dan diteliti

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kebijakan yang diterapkan PT Danliris Sukoharjo dalam

mengatur perlindungan tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan

Kerja?

2. Bagaimana upaya pengendalian resiko bahaya yang dilakukan untuk

mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bagi tenaga kerja

di PT Danliris Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini yang dilakukan di PT Danliris Sukoharjo mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk diperoleh data yang

akurat, sasaran yang jelas dan fakta-fakta yang ada. Penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan untuk

memberikan perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

b. Untuk mengetahui upaya-upaya pengendalian resiko bahaya untuk

mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja di PT Danliris Sukoharjo.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk menambah pengetahuan peneliti di bidang Hukum

Administrasi Negara dalam hal Keselamatan dan Kesehataan Kerja.

b. Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar akademik

sarjana dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

(18)

commit to user

20

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dengan kegiatan penelitian dalam penulisan

hukum ini akan bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain. Adapun manfaat

yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum

Administrasi Negara pada khususnya serta dapat dipakai sebagai acuan

terhadap penulisan maupun penelitian di tahap berikutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan

literatur kepustakaan tentang Pelaksanaan Perlindungan Tenaga Kerja

dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Danliris

Sukoharjo.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penalaran dan

membentuk pola pikir yang dinamis.

c. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman,

memberikan masukan dan pengetahuan kepada pihak-pihak terkait

dengan masalah yang sedang diteliti dan juga kepada berbagai pihak

yang berminat pada permasalahan yang sama.

d. Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan

sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang terlibat, baik langsung

maupun tidak langsung dalam Pelaksanaan Perlindungan Tenaga Kerja

dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Danliris

Sukoharjo.

E. Metode Penelitian

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang

berarti cara, upaya, atau jalan sehingga metode penelitian adalah cara, upaya

(19)

commit to user

21

tertentu. Terdapat pemikiran lain yang menyebutkan bahwa metode penelitian

adalah merupakan suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian

dan penilaian, suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan cara tertentu

untuk melaksanakan suatu prosedur.

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk menemukan,

mengembangkan atau menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang

dilakukan secara metodologis dan sistematis, dengan menggunakan

metode-metode yang bersifat ilmiah dan sesuai dengan pedoman atau aturan yang

berlaku dalam penulisan kegiatan ilmiah. Sedangkan penelitian hukum adalah

suatu proses untuk menemukan aturan hukum, maupun doktrin-doktrin

hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki,

2009:35). Di dalam penelitian ilmiah sangat diperlukan metode penelitian

yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian yang diharapkan dengan

pemilihan metode penelitian yang tepat.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian antara lain

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum doktrinal atau

normatif, dimana penelitian ini menempatkan sistem norma sebagai obyek

kajiannya. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini, penulis menggunakan penelitian yang

bersifat preskriptif dan terapan. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai

ilmu yang preskriptif, artinya ilmu hukum yang mempelajari tujuan

hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep

hukum dan norma-norma hukum. Sifat terapan menggambarkan bahwa

penelitian ini menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan,

rambu-rambu dalam melaksanakan suatu aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki,

(20)

commit to user

22 3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum antara lain

pendekatan perundang-undangan (Statue Approach), pendekatan historis

(Historical Approach), pendekatan kasus (Case Approach) dan

pendekatan konseptual (Conceptual Approach) (Peter Mahmud Marzuki,

2005:93). Dalam pelaksanaan penelitian hukum ini penulis menggunakan

pendekatan perundang-undangan (Statue Approach) yaitu dengan

menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan

kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam memberikan perlindungan tenaga

kerja berupa Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta upaya pengendalian

resiko bahaya PT Danliris Sukoharjo untuk mencegah kecelakaan dan

penyakit akibat kerja terhadap tenaga kerja divisi garmen yang dikaitkan

dengan peraturan perundang-undangan.

4. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di PT

Danliris Sukoharjo khususnya divisi garmen. Lokasi penelitian yang telah

ditetapkan penulis bertujuan agar ruang lingkup permasalahan yang

hendak diteliti agar lebih terarah.

5. Sumber Bahan Hukum

Penelitian ini menggunakan penelitian normatif atau doctrinal,

maka bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Bahan Hukum Primer

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja;

3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan;

4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga

(21)

commit to user

23

6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:

Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan

Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan;

7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor

Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli

Keselamatan Kerja.

8) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:

Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan

Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari

Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial

Tenaga Kerja.

9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/MENKES/SK/1998

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder berupa bahan hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,

2005:14). Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku, pendapat

para ahli hukum, pandangan ahli hukum, hasil penelitian hukum,

kamus hukum, ensiklopedi hukum, artikel, internet, dan sumber

lainnya yang mempunyai korelasi untuk mendukung penelitian ini.

Bahan hukum sekunder memberikan penjelasan terhadap bahan

hukum primer yang memberikan petunjuk kearah penulis dalam

penelitian ini.

c. Bahan Non Hukum

Bahan hon hukum penelitian ini terdiri atas buku teks, artikel,

jurnal, internat dan sumber lainnya yang memiliki korelasi dengan

penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

(22)

commit to user

24 a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengkaji dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan

perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui proses

tanya jawab secara lisan, sehingga penulis dapat mengadakan

komunikasi dengan menggunakan daftar pertanyaan. Wawancara

bertujuan untuk memperoleh data secara langsung mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan jalan menggunakan daftar pertanyaan

terstruktur untuk digunakan tanya jawab secara langsung dengan

divisi garmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Danliris

Sukoharjo. Sehingga akan diperoleh upaya yang dilaksanakan dalam

mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

c. Pengamatan dan Observasi

Pengamatan dan observasi merupakan teknik pengumpulan data

dimana peneliti mengamati secara langsung objek yang ada di

lapangan tentang segala sesuatu mengenai objek penelitian yakni

perlindungan tenaga kerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja

di PT Danliris mengenai potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja

khususnya pada divisi garmen.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

menggunakan metode deduktif, yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip

dasar. Melalui konstruksi penalaran ini penulis menarik kesimpulan dari

hal yang bersifat umum terhadap hal yang bersifat khusus. Penggunaan

metode deduksi ini berpangkal dari pengajuan premis mayor, kemudian

diajukan premis minor. Lalu, dari kedua premis tersebut ditarik suatu

kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2005:47). Premis

(23)

commit to user

25

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggunakan pendekatan

peraturan perundang-undangan mengenai Keselamatan dan Kesehatan

Kerja sebagai premis mayornya sedangkan fakta hukum atau premis minor

adalah resiko bahaya yang terdapat di tempat kerja, kebijakan dalam

menjalankan perlindungan tenaga kerja dalam Keselamatan di PT Danliris

Sukoharjo.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini yang

diselenggarakan di PT Danliris Sukoharjo terdiri dari 4 (empat) bab yaitu

pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan dan penutup. Adapun rincian

sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti memaparkan dan

menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metodelogi penelitian dan sistematika penulisan

hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti menjelaskan landasan teori

dari para ahli dan doktrin hukum yang

dipergunakan penulis dalam penyusunan penulisan

hukum ini. Teori-teori hukum yang dipergunakan

diambil berdasarkan literatur yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian yang diangkat.

Adapun rincian tinjauan pustaka yang

dipergunakan antara lain:

1. Tinjauan Umum tentang Hukum

Ketenagakerjaan

2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja

(24)

commit to user

26

4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja

BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menganalisa, mengkaji dan

mengolah hasil data penelitian. Pembahasan

menguraikan dan menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

BAB VI : PENUTUP

Pada bab akhir dalam penelitian, peneliti

meringkas dari awal bab hingga bab akhir dalam

penelitian menjadi suatu simpulan. Penulis

memberikan masukan saran yang relevan terhadap

realita atau kenyataan yang ada. Sehingga

diharapkan penelitian ini diharapkan dapat

memberi masukan serta koreksi terhadap

pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

PT Danliris Sukoharjo divisi garmen.

DAFTAR PUSTAKA

(25)

commit to user

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.” Sebelumnya

peraturan perundang-undangan Hukum Ketenagakerjaan mengalami

perombakan dari istilah Hukum Perburuhan menjadi Hukum

Ketenagakerjaan. Seperti telah dijelaskan dalam Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud

dengan “Ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga

kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.” Sehingga

pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum peburuhan yang

dirumuskan sebagai hubungan hukum antara buruh dengan majikan dalam

hubungan kerja saja (Lalu Husni, 2005:24). Akantetapi seiring

perkembangan jaman hubungan kerja tidak hanya berlaku pada saat kerja

saja melainkan pada waktu sebelum dan sesudah pekerjaan dilakukan.

Perbedaan istilah tersebut terkesan bahwa buruh merupakan pihak yang

terintimidasi oleh majikan dan seolah-olah sebutan bagi pekerja kasar.

Adanya perubahan istilah ini dpat merubah persepsi yang bertujuan adanya

kesetaraan atau posisi yang seimbang antara pengusaha dan buruh dalam

memperoleh hak dan kewajibannya karena selama ini tenaga kerja berada

di posisi yang jauh di bawah pengusaha.

Menurut Soepomo bahwa perlindungan tenaga kerja dibagi

menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu

(26)

commit to user

28

b. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

jaminan kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan perlindungan hak

untuk berorganisasi.

c. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk

keamanan dan keselamatan kerja (Dikutip dari Dian Octaviani

Saraswati, 2007:34).

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah “Setiap orang

yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.”

Sehingga dari pengertian ini dapat diketahui adanya pihak yang

memberikan upah atau imbalan terhadap pekerja yakni pengusaha atau

pemberi kerja. Dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan pengertian “pengusaha, yaitu:

1) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.

2) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara

berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.

3) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di

Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud huruf (1) dan

(2) yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.”

Ketenagakerjaan sangat erat dengan unsur campur tangan

pemerintah dalam memberikan hak-hak dan kewajiban bagi pekerja dalam

perlindungi keselamatan, kesehatan, upah yang layak dan sebagainya.

Tercapainya keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan akan sulit tercapai,

karena telah kita ketahui bahwa pihak yang kuat akan selalu ingin

menguasai pihak yang lemah Tanpa melupakan kewajiban dan hak

pengusaha dalam kelangsungan perusahaan. Penjelasan tersebut

memberikan pengertian bahwa hukum ketenagakerjaan bersifat privat dan

publik. Adanya campur tangan pemerintah dalam perundang-undangan

yang mengatur tentang ketenagakerjaan dan adanya pemberian sanksi

(27)

commit to user

29

adanya peraturan perundangan yang mengatur mengenai hubungan kerja

antara orang perorangan (Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan dan

Perjanjian Kerja Bersama) yang tetap memperhatikan aturan-aturan yang

berlaku.

2. Tinjauan Umum tentang Hubungan Kerja

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan,

“Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh

berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan

perintah.” Sehingga hubungan kerja itu terjadi karena adanya perjanjian

kerja antara pengusaha dan pekerja atau buruh (Pasal 50 Undang-undang

No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Substansi perjanjian kerja

yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan perjanjuan perburuhan atau

Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)/Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang

ada, demikian halnya dengan peraturan perusahaan, substansinya tidak

boleh bertentangan dengan KKB/PKB (Lalu Husni, 2005:53). Perjanjian

kerja sebagai bagian dari suatu perjanjian, maka perjanjian kerja harus

memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan telah diatur

pula dalam Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa syarat sahnya

perjanjian kerja harus memenuhi:

a. Kesepakatan kedua belah pihak;

b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan

(28)

commit to user

30

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur dari

perjanjian kerja sebagai substansi pokok hubungan kerja antara lain

adalah:

a. Unsur pekerjaan

Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang

diperjanjikan (obyek perjanjian), pekerjaan tersebut harus dilakukan

sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh

orang lain (tanpa melanggar peraturan perundang-undangan,

ketertiban umum dan kesusilaan).

Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena

bersangkutan dengan ketrampilan atau keahliannya, karena itu

menurut hukum jika pekerja meninggal dunia, maka perjanjian kerja

tersebut putus demi hukum.

b. Unsur Perintah

Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja

oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada

perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang

diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan

lainnya, misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara

dengan klien. Hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja

karena dokter dan pengacara tidak tunduk pada perintah pasien dan

klien.

c. Unsur Upah

Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja

(perjanjian kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama

seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh

upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan

(29)

commit to user

31

3. Tinjauan Umum tentang Keselamatan Kerja

a. Pengertian dan Landasan Hukum Keselamatan Kerja

Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang

berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara

melakukan pekerjaan dan proses produksi (Tarwaka, 2008:4).

Keselamatan kerja merupakan dari, oleh dan untuk tenaga kerja, setiap

orang dan masyarakat yang mungkin akan terkena dampak dari suatu

proses produksi industri. Keselamatan kerja merupakan sarana utama

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan

kerugian berupa luka/cidera, cacat, kematian maupun kerugian harta

benda dan kerusakan peralatan dan mesin dan kerusakan lingkungan

yang secara luas.

Telah jelas diatur dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa

“Setiap pekerja/buruh berhak mendapat perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja, moril dan kesusilaan dan perlakuan

yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai

agama.” Pengertian maksud dari pasal ini untuk memberikan jaminan

perlindungan tenaga kerja dalam memperoleh rasa aman dalam

melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan

produktivitas kerja.

b. Syarat Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup

berbagai aspek yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana

produksi, manusia dan cara kerja (Soehatman Ramli, 2010:28). Dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

secara tegas dan jelas menetapkan syarat-syarat keselamatan kerja

yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan yang menjalankan

usaha, baik formal maupun informal, dimanapun berada dalam upaya

(30)

commit to user

32

yang berada di lingkungan usahanya (Tarwaka, 2008:4). Persyaratan

keselamatan kerja menurut Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut.

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada

waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya

suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan

angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja

baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan, cara dan proses kerjanya;

n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,

binatang, tanaman atau barang;

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,

perlakuan dan penyimpanan barang;

q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada

pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah

(31)

commit to user

33

Di samping syarat-syarat keselamatan kerja sesuai Pasal 3

ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja di atas, juga dilengkapi syarat keselamatan kerja dalam

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan

bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung

dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Syarat-syarat tersebut

memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah yang mencakup bidang

konstruksi, bahan, pengolahan, dan pembuatan, perlengkapan alat

perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan, pemberian

label guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri,

keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

Syarat inilah yang tercantum dan diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

c. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja dan Pengusaha

Pengusaha sebagai pihak yang bertanggung jawab atas keselamatan

dan kesehatan kerja tenaga kerja di tempat kerja. Kewajiban

pengusaha dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut adalah (Lalu

Husni, 2005:134):

1) Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, pengusaha

berkewajiban menunjukkan dan menjelaskan tentang:

a) Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja;

b) Semua alat pengamanan dan pelindung yang diharuskan.

c) Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaan.

d) Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga

kerja yang bersangkutan.

2) Terhadap tenaga kerja yang telah atau sedang dipekerjakan

pengusaha berkewajiban untuk:

a) Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan,

(32)

commit to user

34

pada kecelakaan (P3K), peningkatan usaha Keselamatan

dan Kesehatan Kerja pada umumnya.

b) Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental secara

berkala.

c) Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan

diri yang diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan

bagi seluruh tenaga kerja.

d) Memasang gambar dan peraturan perundnag-undangan

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta bahan

pembinaan lainnya di tempat kerja sesuai dengan petunjuk

pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

e) Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan kerja yang terjadi

termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja

yang terjadi di tempat kerja tersebut kepada Departemen

Tenaga Kerja setempat.

f) Membayar biaya pengawasan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja ke Kantor Perbendaharaan Negara

setempat setelah mendapat penetapan besarnya biaya oleh

Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.

g) Menaati semua persyaratan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja baik yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan maupun yang ditetapkan oleh pegawai pengawas.

Sedangkan tenaga kerja memiliki kewajiban dalam tercapainya

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diatur dalam Pasal

12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

adalah:

1) Memberikan keterangan yang benar apabila diminta oleh

pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

(33)

commit to user

35

3) Memenuhi dan menaati persyaratan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja yang berlaku di tempat kerja.

Sedangkan hak-hak yang diperoleh tenaga kerja adalah:

1) Meminta kepada pimpinan atau pengurus perusahaan tersebut

agar dilaksanakan semua syarat Keselamatan dan Kesehatan

Kerja yang diwajibkan di tempat kerja.

2) Menyatakan keberatan apabila syarat Keselamatan dan

Kesehatan Kerja serta APD (alat perlindungan diri) yang

diwajibkan tidak memenuhi persyaratan, kecuali dalam hal

khusus ditetapkan lain oleh pegawai pengawas dalam

batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

d. Potensi Bahaya yang Menyebabkan Kecelakaan Kerja

Keselamatan kerja erat kaitannya dengan kecelakaan kerja,

yakni suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan sering tidak terduga

yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau

properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja

industri atau yang berkaitan dengan hal tersebut. Unsur-unsur

kecelakaan kerja adalah sebagai berikut.

1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa

kecelakaan kerja tidak terdapat unsur kesengajaan atau

perencanaan.

2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa

kecelakaan kerja akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun

mental.

3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang

sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja. (Tarwaka,

2008:5)

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat

berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja

atau proses produksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan

(34)

commit to user

36

sendirinya, akan tetapi terjadi oleh salah satu atau beberapa faktor

penyebab kecelakaan sekaligus dalam satu kejadian. Berikut penyebab

kecelakaan kerja secara umum:

1) Sebab dasar atau asal mula

Terjadinya kecelakaan kerja pastilah terlihat dari sebab dasar

yang menjadikan terjadinya peristiwa kecelakaan kerja yang

dapat dilihat dari faktor:

a) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau

pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja di perusahaannya;

b) Manusia atau para pekerjanya sendiri, dan

c) Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja.

2) Sebab Utama

Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya

faktor dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang

belum dilaksanakan secara benar (Substandards). Sebab utama

kecelakaan kerja meliputi faktor:

a) Faktor manusia atau adanya tindakan tidak aman (unsafe

action).

Dilatar belakangi oleh adanya tindakan berbahaya dari

tenaga kerja bisa terjadi karena:

(1) Kurang pengetahuan dan ketrampilan kerja (lack of

knowledge and skill)

(2) Ketidakmampuan bekerja secara normal (inadequate

capability)

(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak

Nampak (bodily defect)

(4) Kelelahan dan kejenuhan (fatique and boredom)

(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe

(35)

commit to user

37

(6) Kebingungan dan stress karena prosedur kerja yang

baru dan belum dapat dipahami (confuse and stress)

(7) Belum menguasai atau belum trampil dengan

peralatan atau mesin baru (lack of skill)

(8) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat

melakukan pekerjaan (difficulty in concentrating)

(9) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja (ignorance)

(10) Kurangnya motivasi kerja dari tenaga kerja (improper

motivation)

(11) Kurangnya kepuasan kerja (low job satisfaction)

(12) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri, dan

sebagainya.

b) Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman (unsafe

condition).

Lingkungan disini diartikan bahwa kecelakaan kerja terjadi

apabila lingkungan fisik (mesin, peralatan, pesawat, bahan,

lingkungan dan tempat kerja, proses kerja sifat pekerjaan

dan sistem kerja) dan faktor-faktor yang berkaitan dengan

penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang dapat

menyebabkan kecelakaan kerja.

c) Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja.

Apabila interaksi dan sarana pendukung kerja tidak berjalan

dengan sesuai maka akan terjadi kecelakaan kerja. Dengan

demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan

kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia harus

sudah dilaksanakan sejak perencanaan.

3) Komponen peralatan kerja

Peralatan kerja tenaga kerja haruslah didesain, dipelihara dan

dipergunakan dengan baik sehingga potensi bahaya dari

(36)

commit to user

38

4) Komponen lingkungan kerja

Pertimbangan tertentu harus diberikan terhadap faktor

lingkungan kerja seperti, tata letak ruang, kebersihan, intensitas

penerangan, suhu, kelembaban, kebisingan, vibrasi ventilasi, dll

yang sangat mempengaruhi kenyamanan, kesehatan dan

keselamatan kerja tenaga kerja.

5) Organisasi kerja

Manajemen keselamatan kerja merupakan variabel terpenting

dalam pengembangan program keselamatan kerja di tempat

kerja. Struktur organisasi yang mempromosikan kerjasama

antara pekerja untuk pengenalan dan pengendalian potensi

bahaya akan mempengaruhi perilaku pekerja secara positif.

Pengembangan manajemen kerja akan efektif dalam

menentukan kinerja keselamatan secara umum di tempat kerja

dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.

4. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Kerja

a. Pengertian dan Landasan Hukum Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan

yang erat kaitannya dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang

secara langsung maupun tidak langsung dapat memepengaruhi

efisiensi dan produktivitas kerja. Terdapat beberapa pengertian

kesehatan kerja, Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan

yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan

yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga

memungkinkan dapat bekerja secara optimal (Lalu Husni,

2005:140).

Kesehatan kerja (occupational health) adalah bagian dari

ilmu kesehatan atau kedokteran yang memepelajari bagaimana

melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap

(37)

oleh-faktor-commit to user

39

faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum

dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial (Tarwaka, 2008:22).

Secara garis besar dalam Pasal 164 – Pasal 166

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur

mengenai:

1) Kesehatan kerja diselenggarakan dengan maksud setiap pekerja

dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan

masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja

yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga

kerja.

2) Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian

kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan

kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja dan

mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Syarat

kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik

fisik maupun psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya,

persyaratan bahan baku dan proses kerja serta persyaratan tenpat

atau lingkungan kerja.

3) Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja

adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,

mudah terjangkit penyakit atau mempunyai tenaga kerja paling

sedikit 10 (sepuluh) orang.

Dalam upaya penyelenggaraan kesehatan kerja di tempat kerja atau

perusahaan, pada dasarnya bertujuan untuk:

1) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja

yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial di semua

(38)

commit to user

40

2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

kondisi lingkungan kerja.

3) Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang

ditimbulkan akibat pekerjaan.

4) Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai

dengan kondisi fisik tubuh dan mental psikologis tenaga kerja

yang bersangkutan.

b. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja dianggap

sebagai kecelakaan kerja dan bisa terjadi secara tiba-tiba maupun

melalui proses dalam jangka waktu tertentu. “Penyakit yang timbul

akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja (Pasal 1 Keppres No 22 Tahun 1993

tentang Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Kerja).” Penyakit akibat

kerja ditetapkan berdasarkan karakteristik penyebab dan proses

terjadinya yang lambat. Sedangkan kecelakaan terjadi karena proses

terjadinya cepat dan cenderung mendadak. Di tempat kerja

mengandung sumber-sumber bahaya yang dapat mempengaruhi

kesehatan tenaga kerja. Pengenalan potensi bahaya harus

dilaksanakan sedini mungkin untuk mengadakan upaya pengendalian

dan upaya untuk mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Berikut

adalah potensi-potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan atau penyakit akibat kerja:

1) Potensi Bahaya Fisik

Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan

kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:

terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim

(panas,dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran,

(39)

commit to user

41

2) Potensi Bahaya Kimia

Potensi yang berasal dari bahan-bahan kimia yang dipergunakan

dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau

mempengaruhi tubuh tenaga kerja. Terjadinya pengaruh dari

bahaya kimia ini terhadap tubuh tenaga kerja tergantung dari

jenis bahan kimia, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap,

dll), daya racun bahan (toksitas), cara masuk ke tubuh, dll.

3) Potensi Bahaya Biologis

Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh

kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau

bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit

tertentu, misalnya: TBC, Hepatitis A/B, aids, dll ataupun yang

berasal dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses

produksi.

4) Potensi Bahaya Fisiologis

Potensi bahaya yang berasal atau disebabkan oleh penerapan

kesehatan kerja yng tidak baik ataupun tidak sesuai dengan

norma-norma Ergonomi yang berlaku, dalam melakukan

pekerjaan sera peralatan kerja. Termasuk dalam potensi bahaya

fisiologis ini antara lain: sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,

pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidaks esuai

dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara

mesin dan manusia.

5) Potensi Bahaya Psikologis

Potensi bahaya ini berasal atau ditimbulkan oleh kondisi atau

aspek-aspek psikologis tenaga kerja yang kurang baik dan

kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja

yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,

temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi

tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya ketrampilan tenaga

(40)

commit to user

42

pelatihan yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang

tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja yang

kesemua potensi ini dapat menimbulkan stress akibat kerja.

6) Potensi Bahaya dari Proses Produksi

Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai

kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat

tergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan

(41)

commit to user

43

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Premis Mayor

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja;

2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan;

3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja;

4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan;

5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

7) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:

261/MENKES/SK/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.

Premis Minor/Fakta Hukum

1. Perlindungan tenaga kerja

dalam jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. Ketentuan peraturan mengenai syarat, pemeriksaan dan upaya untuk mengendalikan potensi bahaya di tempat kerja.

Penerapan

1. Peraturan PT Danliris Sukoharjo

dalam PKB dan Kebijakan

Perusahaan dalam perlindungan

tenaga kerja.

2. Upaya pengendalian resiko bahaya dalam mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Kesimpulan

1. Pelaksanaan PKB dan Kebijakan PT Danliris Sukoharjo dalam mengatur dan memberi jaminan K3 bagi tenaga kerja.

(42)

commit to user

44 Keterangan:

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

mengatur mengenai perlindungan tenaga kerja dalam memperoleh jaminan

perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Mengatur pula mengeanai

hak dan kewajiban yang diperoleh baik pengusaha dan tenaga kerja. Proses

produksi menggunakan mesin-mesin yang berteknologi tinggi dan potensi-potensi

bahaya lain yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

PT Danliris Sukoharjo. Pasal 86 Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan dengan tegas mengatur bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk

mendapatkan perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sehingga

setiap tenaga kerja yang bekerja bersinggungan dengan potensi bahaya harus

dijamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Perlu diadakannya upaya-upaya

untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tenaga kerja dalam

membina norma-norma perlindungan kerja hal ini diatur dalam Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kecelakaan kerja terjadi akibat

potensi-potensi bahaya yang timbul karena lingkungan kerja yang tidak aman,

perilaku tenaga kerja yang tidak aman, maupun kurangnya perhatian dari tingkat

pimpinan (pengusaha/pengurus) terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Angka kecelakaan kerja masih didapati di PT Danliris Sukoharjo divisi garmen

yang belum mampu mencapai zero accident. Diperlukan penanganan serius dan

tegas dalam pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sehingga

potensi-potensi bahaya tersebut tidak membahayakan kinerja tenaga kerja.

Melalui kebijakan-kebijakan perusahaan maupun penerapan perundang-undangan

(43)

commit to user

45

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi PT Danliris Sukoharjo

1. Sejarah dan Profil PT Danliris Sukoharjo

Perusahaan yang didirikan pada tahun 1974 untuk pertenunan yang

sebagian digunakan untuk industri batik. Perusahaan yang terletak di

Kelurahan Banaran Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah

didirikan oleh Hadiman Tjokrosaputro ini terus mengembangkan usahanya

tanpa henti. Pada tahun 1976 PT Danliris dirubah menjadi suatu industri

terpadu yang menghasilkan berbagai jenis benang dan tekstile. Baru pada

tahun 1978 PT Danliris memproduksi pakaian jadi (konfeksi). Setiap

tahunnya PT Danliris memproduksi hingga 80.000 ball benang tenun, baik

untuk mencukupi permintaan lokal maupun ekspor. Produk yang dihasilkan

telah mempergunakan mesin-mesin maupun peralatan berteknologi canggih

untuk meningkatkan mutu dan kualitas yang dihasilkan.

Ekspor impor produk yang dihasilkan PT Danliris telah menempati

posisi dominan dalam perdagangan. PT Danliris merupakan perusahaan

manufaktur yang memproduksi tekstil dan garmen, dengan banyaknya produk

yang dihasilkan setiap tahunnya, maka PT Danliris akan memerlukan tenaga

kerja dengan jumlah yang mendukung. Penelitian dan upaya pengembangan

dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan mutu produk. PT Danliris telah

memperoleh kepercayaan internasional untuk memproduksi merek-merek

terkenal seperti Mark & Spencer, Inggris Toko, Rumah Frazier, Kacau, Silver

Ox, Hari Ty, dll yang diproduksi pada sektor garmen PT Danliris. Mutu dan

kualitas produk yang dihasilkan PT Danliris telah terkenal hingga ke Jepang,

Inggris dan negara-negara Eropa lainnya.

PT Danliris Sukoharjo termasuk dalam perusahaan yang bergerak

pada sektor manufaktur yang memiliki produk tekstil dan garmen. Untuk

penelitian dalam Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT

Gambar

Tabel 2 Standar Intensitas Penchayaan di ruang kerja....................................74
Gambar 1. Kerangka Berfikir..............................................................................30
Tabel 1 Kegiatan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris
Gambar 2 Susunan P2K3 Divisi Garmen PT Danliris Sukoharjo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan upaya perlindungan preventif terhadap keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk Jakarta

Memperoleh perlindungan akan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja merupakan hak setiap tenaga kerja, hal ini merupakan hak bagi pekerja sesuai yang tertuang

adalah untuk melindungi keselamatan tenaga kerja dari faktor bahaya dan potensi. bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan

Memperoleh perlindungan akan keselamatan dan kesehatan dalam bekerja merupakan hak setiap tenaga kerja, hal ini merupakan hak bagi pekerja sesuai yang tertuang

Menurut hirarki upaya pengendalian diri (controling), alat pelindung dirisesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui peraturan perundang- undangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah memberikan perlindungan hukum atau belum

Menurut hirarki upaya pengendalian diri (controling), alat pelindung diri sesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan kesehatan

Karya Tugas Anda telah menerapkan kebijakan dalam perlindungan tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja berupa Peraturan Perusahaan yang memberikan perlindungan berupa