• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL SEWU

DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR

SKRIPSI

Oleh :

OCTAVI RIZKY CAHYANINGRUM

K4408039

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

▸ Baca selengkapnya: melatih kepekaan dan kemampuan reflektif terhadap perkembangan diri dan kondisi sekitar

(2)

commit to user

v ABSTRAK

Octavi Rizky Cahyaningrum. PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL

SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang dibangunnya Umbul Sewu sebagai obyek wisata (2) pengelolaan obyek wisata Umbul Sewu (3) perkembangan obyek wisata Umbul Sewu (4) pengaruh obyek wisata Umbul Sewu terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Pengging dan sekitar.

Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal yaitu sasaran yang akan diteliti sudah dibatasi dan ditentukan serta terpusat pada satu lokasi yang mempunyai karakteristik tersendiri. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan

adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan

penelitian, di mana peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) latar belakang Umbul Sewu ini dijadikan objek wisata karena pemanfaatan potensi wisata di

kawasan wisata Pengging dan kemudahan transportasi (2)

(3)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi

ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui

atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan

dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs. A. Arif Musadad, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan

penjelasan dengan sabar hingga saya mengerti dan memahami semuanya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis

selama ini.

7. Agus Bekti Widodo, SE yang telah memberikan ijin penelitian dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Eka Lasda Yuniawan dan Parwadi yang telah membantu penulis dalam

(4)

commit to user

x

9. Bapak Windarto, BA selaku Lurah Bendan yang membantu memberikan ijin

dalam penyusunan skripsi ini.

10. Seluruh Warga Bendan yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

(5)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

ABSTRACT . ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Teori ... 7

1. Pariwisata ... 7

2. Masyarakat ... 23

3. Perubahan sosial ekonomi ... 25

B.Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B.Bentuk dan Strategi Penelitian ... 34

(6)

commit to user

xii

D.Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Teknik Sampling... ... 40

F. Validitas Data ... ... 41

G.Teknis Analisis Data ... 42

H.Prosedur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi ... 46

1. Kondisi Geografis ... 46

2. Kondisi Demografi ... 48

B.Latar Belakang ... 52

1. Gambaran Umum Umbul Sewu ... 52

2. Potensi Objek Wisata Umbul Sewu ... 54

3. Faktor-Faktor Umbul Sewu Dijadikan Objek Wisata ... 56

4. Konsep Pengembangan Umbul Sewu... 58

C.Pengelolaan Umbul Sewu ... 62

1. Sistem Pengelolaan ... 62

2. Tidak dikelola Dinas Pariwisata... 63

3. Fasilitas yang Tersedia di Umbul Sewu ... 64

D.Perkembangan Objek Wisata Umbul Sewu ... 69

1. Perkembangan Sarana Prasarana... 69

2. Perkembangan Pengunjung ... 70

3. Usaha-Usaha Promosi ... 72

E. Pengaruh Terhadap Kehidupan Masyarakat ... 73

1. Dampak Sosial ... 73

2. Dampak Ekonomi... 74

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.Simpulan ... 77

B.Implikasi ... 79

C.Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(7)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara dengan ribuan pulau, beraneka keindahan

alamnya dan penduduknya yang terdiri dari ratusan suku bangsa, sesungguhnya

memiliki potensi wisata alam, sosial dan budaya yang besar. Potensi dan sumber

daya alam yang ada dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik.

Sebagian besar sumber daya alam tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan

menjadi beberapa objek wisata. Mengingat daya tarik utama wisatawan yang

berkunjung ke Indonesia adalah karena keindahan alam dan kekayaan seni

budayanya, maka tidak heran jika potensi ini menarik untuk dikembangkan

(Nyoman S Pendit, 2002: 66).

Kekayaan potensi dan sumber daya alam Indonesia membuka peluang

bagi perkembangan pariwisata di Indonesia. Adanya kemajuan teknologi dan juga

akibat urbanisasi yang besar, menarik kaum urban menuju pusat-pusat kota untuk

mencari nafkah. Akibatnya, banyak orang kota yang terlibat dalam suasana

tegang atau mengalami stress. Salah satu pelariannya adalah melakukan rekreasi

atau berlibur di tempat-tempat wisata. Masyarakat kota menginginkan suasana

yang baru, rileks, dan menikmati perubahan lingkungan dengan udara yang

bersih, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani agar segar dan siap untuk

bekerja kembali.

Di Indonesia pariwisata merupakan sektor yang penting dalam

mendukung perekonomian sebagian sumber setelah migas. Pariwisata juga

berperan untuk mengembangkan sosial budaya dan mempromosikan citra bangsa

di luar negeri. Pariwisata di Indonesia merupakan faktor yang mempercepat

perkembangan dan merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling penting.

Sektor ini yang diharapkan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (MA

Desky, 2001: v).

Menurut pendapat Salah Wahab (1985 : 5) pariwisata adalah salah satu

(8)

commit to user

hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor

produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata sebagai suatu

sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti

misalnya industri kerajinan tangan dan industri cinderamata, penginapan dan

transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.

Pariwisata tidak hanya ditujukan untuk memberikan kesenangan kepada

wisatawan, akan tetapi pariwisata dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang

luas dan membawa perubahan yang luas pula terhadap masyarakat, baik dari segi

sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan hidup. Melalui pariwisata dapat menjadi

pendorong ke arah positif terhadap pemeliharaan dan perkembangan masyarakat.

Berbagai kegiatan dan keperluan pariwisata menyangkut berbagai unsur yang

menyangkut aspek pemerintahan, industri, alam dan masyarakat yang saling

terkait dan saling menunjang dalam rangka memberikan jasa pelayanan yang

memadai kepada para wisatawan (Oemar Hamalik, 1978 : 14-15).

Pengaruh yang ditimbulkan dari pariwisata ini memberikan peluang bagi

masyarakat sekitar untuk membuka usaha. Baik dari usaha makanan, cinderamata

maupun penjualan jasa. Pariwisata diharapkan dapat menggerakan ekonomi

rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan

prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.

Sektor pariwisata juga diharapkan mampu menghasilkan pemasukan

keuangan bagi negara maupun pemerintah daerah. Selain itu juga sektor

pariwisata diharapkan mampu mendorong perkembangan ekonomi nasional

maupun perkembangan ekonomi lokal, memberdayakan ekonomi masyarakat,

meningkatkan kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar, mendorong pelestarian

lingkungan hidup, meningkatkan pembangunan sektor lainnya, memperluas

wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan

rasa cinta tanah air, mendorong perkembangan daerah, memperkenalkan produk

nasional maupun produk lokal dalam rangka meningkatakan kesejahteraan

masyarakat dan yang terpenting adalah menyerap tenaga kerja serta meningkatkan

(9)

commit to user

Berkembangnya pariwisata di berbagai daerah di Indonesia merupakan

salah satu wujud kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pengembangan

potensi di setiap daerah yang mempunyai potensi sebagai objek wisata mulai

digali dan dikembangkan. Berbagai jenis objek wisata sudah berkembang di

Indonesia, mulai dari wisata budaya, kesehatan, olahraga, komersial, industri,

politik, konvensi, sosial, pertanian, bahari, cagar alam dan buru. Terdapat ratusan

jenis budaya di Indonesia yang berkembang sesuai dengan karakteristiknya

masing-masing. Alam Indonesia merupakan alam yang kaya dan indah (Oka A

Yoeti, 1990 : vii).

Keindahan alam Indonesia merupakan salah satu aset yang perlu dijaga

dan dikembangkan. Salah satu pengembangannya adalah melalui objek wisata.

Peran masyarakat dalam perkembangan objek wisata tersebut sangat dibutuhkan

sehingga perlu menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

pengembangan pariwisata. Melalui hal tersebut keindahan alam di Indonesia dapat

dimanfaatkan dan dilestarikan.

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pariwisata merupakan hal

sangat penting. Masyarakat berfungsi sebagai objek, hal ini berarti bahwa

masyarakat sebagai penyedia sarana, maka masyarakat perlu mempersiapkan

segala sesuatu yang diperlukan untuk pelayanan yang memuaskan. Partisipasi

masyarakat dalam pariwisata dapat diwujudkan dengan tingkah laku masyarakat

yang ramah, sopan, menghormati wisatawan yang datang, menunjukkan keaslian

hidup sehari-hari dan memelihara lingkungan sekitar. Oleh karena itu partisipasi

masyarakat tersebut akan mendorong perkembangan pariwisata dan akan lebih

merangsang wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata (Oemar Hamalik, 1978

: 49).

Boyolali terletak di kaki sebelah timur Gunung Merapi dan Gunung

Merbabu sehingga memiliki hawa sejuk, pemandangan alam yang indah dan

mempesona. Kota Boyolali berjarak 25 kilometer sebelah barat kota Surakarta

(Solo) dan merupakan kawasan wisata SSB (Solo-Selo-Borobudur). Kota

Boyolali termasuk kawasan Subosukawonosraten (Surakarta – Boyolali -

(10)

commit to user

Spirit of Java. Boyolali terkenal sebagai Kota Susu dan mempunyai motto

Boyolali Tersenyum (tertib, elok, rapi, sehat, nyaman untuk masyarakat)

(http://www.boyolalikab.go.id/, diunduh pada tanggal 10 januari 2012 pukul

10.16).

Pemerintah Kabupaten Boyolali menempatkan sektor pariwisata sebagai

salah satu prioritas pembangunan penggerak ekonomi masyarakat. Diharapkan

melalui industri pariwisata yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat sekitar,

maka akan berdampak pada sektor-sektor yang lain yang pada akhirnya akan

terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Boyolali

pun membuka kesempatan seluas luasnya kepada para investor untuk berinvestasi

di sektor pariwisata dengan membuka tempat-tempat wisata yang baru yang

diharapkan mampu menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten

Boyolali. Sampai saat ini pun telah banyak para investor yang berinvestasi di

Kabupaten Boyolali dengan membuka berbagai jenis tempat wisata yang menarik

dan unik (http://harianjoglosemar.com/, Ario Bhawono, diunduh pada tanggal 4

Oktober 2011 pukul 09.47).

Kabupaten Boyolali memiliki beberapa objek wisata yang dapat

dikunjungi antara lain, Gunung Merapi dan Merbabu yang menawarkan

keindahan alam pegunungan serta panorama alam, tempat wisata berupa mata air

yang mengalir secara terus menerus dan sangat jernih yang dikelola dengan baik

menjadi tempat wisata air, kolam renang, kolam pancing dan restoran seperti di

Tlatar (sekitar 7 km arah utara kota Boyolali) dan Pengging di Kecamatan

Banyudono (sekitar 10 km arah timur kota Boyolali). Selain itu terdapat beberapa

waduk yang menjadi tujuan wisatawan di Boyolali yakni waduk Badhe, waduk

Cengklik, dan waduk Kedungombo yang biasanya sebagai sarana irigasi bagi

pertanian dan perikanan bagi masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam

yang mempesona dan dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan pemancingan.

Salah satu tempat wisata yang menarik di Kabupaten Boyolali adalah

Umbul Sewu. Umbul Sewu terletak di kawasan wisata Pengging kecamatan

Banyudono. Umbul Sewu merupakan tempat rekreasi keluarga yang mempunyai

(11)

commit to user

renang, kolam pemancingan dan restoran. Para wisatawan dapat memanfaatkan

fasilitas yang ada selama melakukan rekreasi bersama keluarga. Pengunjung juga

disuguhi dengan pemandangan alam sungai yang jernih dan alami. Selain itu,

letak Umbul Sewu juga dekat dengan beberapa tempat wisata yang menarik

lainnya seperti Pemandian Umbul Pengging, Pemandian Umbul Sungsang,

Makam Raden Ngabei Yosodipuro serta terletak di kawasan wisata kuliner

Pengging yang ramai menjajakan berbagai makanan dan masakan khas Pengging

dengan harga terjangkau.

Suatu objek wisata akan menarik para pengunjungnya apabila memiliki

daya tarik tersendiri. Oleh karena itu PT Umbul Sewu bekerjasama dengan

masyarakat sekitar untuk berusaha meningkatkan kualitas objek wisata Umbul

Sewu. Pembangunan objek wisata Umbul Sewu terus dilakukan agar semakin

menarik pengunjung. Banyaknya pengunjung yang datang ke objek wisata Umbul

Sewu akan berdampak bagi kehidupan masyarakat sekitar. Pembangunan dan

pengembangan pariwisata yang dilakukan akan memacu pertumbuhan sosial

ekonomi yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat, tingkat kesejahteraan

masyarakat, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan oleh penulis serta hal-hal

yang menarik yang ada di dalamnya, maka penulis tertarik mengadakan penelitian

dengan judul “Perkembangan Objek Wisata Umbul Sewu dan Pengaruhnya

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pengging dan Sekitar “.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan

penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :

1. Apa yang melatarbelakangi dibangunnya Umbul Sewu sebagai objek wisata?

2. Bagaimana pengelolaan objek wisata Umbul Sewu?

3. Bagaimana perkembangan objek wisata Umbul Sewu?

4. Bagaimana pengaruh objek wisata Umbul Sewu terhadap kondisi sosial

(12)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

adalah untuk mengetahui:

1. Latar belakang dibangunnya Umbul Sewu sebagai objek wisata.

2. Pengelolaan objek wisata Umbul Sewu.

3. Perkembangan objek wisata Umbul Sewu.

4. Pengaruh objek wisata Umbul Sewu terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakat Pengging dan sekitar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai masalah perubahan sosial

ekonomi masyarakat Pengging .

b. Menambah wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca

tentang pengaruh objek wisata terhadap perubahan sosial ekonomi

masyarakat.

c. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang

sejenis secara lebih mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam

sejarah pariwisata yang ada di Indonesia.

c. Memberikan manfaat bagi lembaga-lembaga lain yang terkait yang

berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi

(13)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Ditinjau secara etimologi kata “pariwisata” berasal dari bahasa

Sansekerta yaitu “pari” yang berarti penuh, lengkap, berkeliling, “wis(man)” yang

berarti rumah properti, kampung, komunitas dan “ata” yang berarti pergi terus

menerus, mengembara (roaming about). Atas dasar itulah kata “pariwisata”

diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari

suatu tempat ke tempat lainnya yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata

tourism (Nyoman S. Pendit, 2002: 1).

Menurut Salah Wahab (1975 : 55) pariwisata merupakan salah satu jenis

industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan

lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi

sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor-sektor yang komplek, pariwisata

juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan

cinderamata, penginapan, dan transportasi.

Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara

dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergiannya karena berbagai kepentingan, baik kepentingan ekonomi, sosial,

kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain yang bersifat

sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau belajar (Adi Sasono, 1978:8).

Herman V Schulalard dan E. Guyer Freuler dalam Oka A. Yoeti

(1983:105-106) merumuskan pengertian pariwisata dan memberikan batasan

sebagai berikut :

(14)

commit to user

pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata

adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk

berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi

semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna tamasya dan rekreasi atau

untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

b. Jenis dan Macam Pariwisata

Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan

nenek moyang pada suatu negara, maka timbullah bermacam-macam jenis

pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan

mempunyai cirinya sendiri. Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan

kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan antara pariwisata yang satu

dengan jenis pariwisata jenis lainnya, karena dengan demikian akan dapat

ditentukan kebijakan apa yang akan dapat mendukung, sehingga jenis dan macam

pariwisata yang dikembangkan dapat terwujud seperti apa yang diharapkan.

Ditinjau dari segi ekonomi, pengelompokan jenis pariwisata dianggap

penting, karena dengan cara itu dapat menentukan berapa penghasilan devisa yang

diterima dari suatu macam pariwisata yang dikembangkan di suatu tempat atau

daerah tertentu. Di lain pihak, pengelompokan ini juga sangat berguna untuk

menyusun statistik kepariwisataan atau untuk mendapatkan data penelitian yang

diperlukan dalam perencanaan selanjutnya di masa yang akan datang.

Menurut Oka A. Yoeti (1983:114) pariwisata terbagi menjadi beberapa

jenis sesuai dengan pembagiannya masing-masing, antara lain:

1) Menurut letak geografis

a) Pariwisata Lokal (Local Tourism), yaitu pariwisata setempat, yang

mempunyai ruang lingkup sempit dan terbatas dalam

(15)

commit to user

b) Pariwisata Regional (Regional Tourism), yaitu kegiatan

kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat atau daerah yang

ruang lingkupnya lebih luas bila dibandingkan dengan local

tourism, tetapi lebih sempit jika dibandingkan dengan national

tourism.

c) Pariwisata Nasional (National Tourism), kepariwisataan yang

berkembang dalam wilayah suatu negara. Sebagai contoh

kepariwisataan Indonesia..

d) Pariwisata Regional-international, yaitu kegiatan kepariwisataan

yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas,

tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam

wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN.

e) Pariwisata Internasional (International Tourism), yaitu

kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia.

2) Menurut alasan/tujuan perjalanan

a) Businnes Tourism, yaitu pariwisata dimana pengunjungnya

memiliki tujuan untuk dinas, usaha dagang, atau yang berhubungan

dengan pekerjaannya, kongres, seminar, conversation, dan

musyawarah kerja.

b) Vacational Tourism, yaitu pariwisata dimana orang-orang yang

melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang

berlibur dan cuti.

c) Educational Tourism, yaitu pariwisata dimana pengunjung atau

orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau

mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.

3) Menurut saat atau waktu berkunjung

a) Seasonal Tourism, yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya

berlangsung pada musim-musim tertentu, termasuk di dalamnya

adalah Summer Tourism atau Wimter Tourism, yang biasanya ditandai

(16)

commit to user

b) Occational Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan

wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occusion) atau suatu event,

misalnya Sekaten di Solo.

4) Pembagian menurut objeknya

a) Cultural Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang

untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik atau

seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi, objek kunjungannya

adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno.

b) Recuperational Tourism, yaitu biasa disebut dengan pariwisata

kesehatan, tujuannya adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Misalnya mandi di suatu sumber air panas.

c)Commercial Tourism, disebut dengan pariwisata perdagangan, karena

perjalanan wisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional

ataupun internasional.

d)Sport Tourism, yaitu perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk

melihat atau menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu negara.

e)Political Tourism, biasa disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu

perjalanan yang tujuannya melihat suatu peristiwa yang berhubungan

dengan kejadian suatu negara.

f) Social Tourism, Pariwisata sosial hendaknya jangan diasosiasikan

sebagai suatu pariwisata yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya

dilihat dari segi penyelenggaraannya yang tidak menekankan pada

mencari keuntungan saja.

g)Religion Tourism, jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang

dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara

keagamaan. Misalnya naik haji bagi yang beragama Islam.

Menurut Nyoman S. Pendit (2002: 38), selain pembagian jenis pariwisata

di atas, pariwisata dapat di bagi dalam beberapa macam, yaitu:

1) Wisata Budaya, perjalanan ini dilakukan untuk memperluas

pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai cara hidup,

(17)

commit to user

2) Wisata Olahraga, wisatawan yang melakukan perjalanan dengan

tujuan berolahraga atau mengambil bagian dari pesta olahraga di suatu

negara atau tempat.

3) Wisata Komersial, yang termasuk jenis ini adalah perjalanan untuk

mengunjungi oameran-pameran dan panen raya yang bersifat

komersial.

4) Wisata Industri, adalah perjalanan wisata yang dilakukan oleh orang

awam maupun mahasiswa ke suatu komplek atau daerah perindustrian

dengan tujuan untuk melakukan peninjauan atau penelitian.

5) Wisata Pertanian, perjalanan wisata yang dilakukan ke proyek-proyek

pertanian, pembibitan yang bertujuan untuk penelitian maupun

menikmati lingkungan.

6) Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara-negara yang

memiliki daerah tempat berburu yang dibenarkan dan digalakkan oleh

pemerintah.

7) Wisata pilgrim, jenis wisata ini banyaak dikaitkan dengan agama,

sejaah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam

masyarakat.

8) Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi

penggantin baru.

9) Wisata Petualangan. Dikenal dengan Adventure Tourism, seperti

masuk hutan belantara yang belum pernah dijelajahi.

c. Manfaat Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu industri yang terus berkembang dengan baik

di Indonesia maupun di dunia. Bagi negara-negara yang telah maju,

kepariwisataan merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Kegiatan kepariwisataan

bahkan sudah merupakan aktivitas dan permintaan yang wajar untuk dipenuhi.

Adapun manfaat pariwisata tersebut menurut B. Wiwoho (1990: 64-66) antara

(18)

commit to user

1) Manfaat Ekonomi

a) Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Usaha

kepariwisataan dengan segala kaitannya membutuhkann tenaga kerja

yang banyak sehingga bersifat padat karya sehingga sangat membantu

dalam memecahkan masalah pengangguran.

b) Memperbesar penerimaan devisa negara yang bersumber dari

pengeluaran wisatawan luar negeri karena itu dapat memperbaiki

neraca pembayaran negara.

c) Meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tujuan wisata (DTW)

yang berasal dari pengeluaran-pengeluaran yang dibelanjakan oleh

para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

d) Memperbesar pendapatan pemerintah pusat maupun daerah berupa

pajak termasuk bea cukai.

e) Memperbesar penanaman modal baik oleh pemerintah maupun oleh

swasta di berbagai sektor yang langsung berhubungan dengan

pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan maupun yang

mendukung pembangunan kepariwisataan.

f) Meningkatkan produksi serta transaksi barang-barang guna

memenuhi kebutuhan yang timbul karena perjalanan dan kunjungan.

g) Meningkatkan kepariwisataan dan menumbuhkan usaha-usaha

ekonomi dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional.

h) Mendorong pembangunan prasarana dan sarana terutama di daerah

yang tidak memiliki potensi ekonomi kecuali dengan

diselenggarakannya kegiatan kepariwisataan.

2) Manfaat sosial-budaya dan lingkungan hidup

a) Mendorong pemeliharaan pembangunan nilai-nilai budaya bangsa,

menghidupkan kembali seni tradisional yang hampir punah serta

meningkatkan mutu seni, baik seni tari, seni ukir, seni lukis maupun

(19)

commit to user

b) Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa sebagai akibat

dikembangkannya pengenalan terhadap kekayaan budaya bangsa dan

tanah air.

c) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap seni budaya sendiri.

d) Kontak-kontak langsung yang terjadi antara wisatawan dan

masyarakat yang dikunjunginya, sedikit banyak akan menghembuskan

nilai hidup baru dalam arti memperluas cakrawala pandangan pribadi

terhadap nilai-nilai kehidupan lain. Manusia akan belajar menghargai

nilai-nilai orang lain dan memperluas nilai-nilai pribadi, karena nilai

pribadi yang ramah merupakan daya tarik yang dihargai orang asing.

e) Pariwisata dapat mendorong terciptanya lingkungan hidup yang serasi

dan harmonis, oleh karena itu wisatawan yang mempunyai tujuan

pokok untuk rekreasi, menginginkan suatu lingkungan yang

menimbulkan suasana baru dari kejenuhan kehidupan mereka

sehari-hari.

Menurut Oemar Hamalik (1978 : 19-20) pariwisata menyangkut berbagai

aspek dan segi kehidupan masyarakat, sehingga manfaat pariwisata sangat luas

antara lain:

1) Pariwisata akan menambah pendapatan negara dan memperkuat

neraca pembayaran, bertambahnya pendapatandari sektor pajak.

2) Memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan. Terjalin

hubungan anatara para wisatawan dan antara wisatwan dengan

masyarakat sehingga akan tumbuh rasa persahabatan, toleransi, saling

menghargai dan memperkuat persatuan dan kesatuan.

3) Mendorong pengembangan kreasi, penggalian, pemeliharaan atau

pagelaran seni budaya yang baik karena wisatawan datang untuk

menikmati dan mengagumi suatu kreasibudaya.

4) Membatu pemeeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup.

5) Memperluas kesempatan kerja karena dengan berkembangnya industri

(20)

commit to user d. Objek Wisata

Objek wisata yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang

untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Menurut Marriotti seperti dikutip Oka

A. Yoeti (1996 : 174) ada hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke

suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya adalah :

1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang bersifat

alamiah. Misalnya iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar,

flora dan fauna, kawah, sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua,

tebing, lembah, dan gunung.

2) Hasil cipta manusia meliputi :

a) Monumen bersejarah dan sisa peradapan masa lampau. Keraton

kasunanan merupakan jenis ini.

b) Museum, galeri seni, perpustakaan, kesenian rakyat.

c) Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, dan upacara

perkawinan.

d) Rumah-rumah beribadah seperti masjid, kuil, candi dan pura.

3) Tata cara hidup masyarakat misalnya bagaimana kebiasaan hidup suatu

masyarakat dan adat-istiadatnya.

Menurut Oka A Yoeti (1990: 109) sutau tempat yang akan dikunjungi

harus memilki persayaratan yaitu : 1) adanya faktor something to see adalah

segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, 2) adanya faktor something to do yaitu

suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut, dan 3) adanya faktor

something to buy adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas

tersendiri untuk dibeli. Jika ketiga persyaratan tersebut diperhitungkan akan saling

mengisi sehingga dapat mensukseskan tour yang dilaksanakan. Dengan

memperhitungkan objek wisata yang akan dikunjungi maka dapat menghindari

kebosanan anggota rombongan selama dalam perjalanan.

e. Wisatawan

Suatu daerah tujuan wisata akan hidup atau mengalami perkembangan

(21)

commit to user

sedikitnya wisatawan yang berkunjung dapat menjadi indikator bagus tidaknya

suatu tempat wisata. Wisatawan merupakan pengunjung sementara yang tinggal

sekurang-kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dan tujuan perjalanannya

dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Pesiar yaitu untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,

keagamaan, dan olah raga.

2) Hubungan dagang, sanak keluarga, handai taulan, konferensi-

konferensi, dan misi.

Pelancong ialah pengunjung sementara yang tinggal di negara yang

dikunjungi kurang dari 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan kapal

pesiar) (Oka . A yoeti, 1996: 134). Dalam prakteknya terdapat banyak batasan mengenai apa yang dimaksud dengan “wisatawan”. Dari sudut pandang ekonomi negara penerima wisatawan, wisatawan internasional dapat dibagi menjadi 2

kategori :

1) Yang benar-benar wisatawan (holiday makers) yang mengadakan

perjalanan untuk kesenangan.

2) Yang datang untuk keperluan usaha atau pekerjaan (business), studi,

dan misi.

Dalam prakteknya, menurut Oka A. yoeti (1996: 185) keduanya adalah

konsumen dan pembawa devisa. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa

konsumen dan pembawa devisa tidak melakukan kegiatan yang bersifat

produktif di negara yang dikunjunginya, serta tidak pula melakukan pekerjaan

yang mendapatkan bayaran. Dengan kata lain, uang yang konsumen dan pembawa

devisa belanjakan tidak diperoleh dan bukan berasal dari negara yang dikunjungi.

Dalam Nyoman S. Pendit (2002: 45-46) menjelaskan mengenai

batasan-batasan wisatawan yang termuat dalam lampiran laporan Panitia Ahli-ahli

Statistik Liga Bangsa-bangsa (Leagueof Nations), memberi rekomendasi batasan

wisatawan sebagai berikut:

1) Wisatawan yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, alasan

(22)

commit to user

2) Wisatawan yang mengadakan perjalanan untuk keperluan

pertemuan-pertemuan atau sebagai wakil (utusan) untuk sesuatu keperluan tertentu

(ilmu penegetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, olah raga dan

sebagainya).

3) Pengunjung yang mengadakan perjalanan untuk keperluan usaha-usaha

bisnisnya.

4) Pengunjung yang tiba dalam pesiar lautnya dengan kapal pesiar,

walaupun tinggal kurang dari 24 jam lamanya.

Menurut Oka A. Yoeti (1985: 147) banyak orang asing yang berdatangan

ke suatu negara, tetapi orang asing belum tentu sedang dalam keadaan wisata.

Sebagian dari mereka ada yang bekerja dan yang berwisata. Orang asing yang bisa

dianggap sebagai wisatawan, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Orang asing yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan

keluarga, kesehatan, dan rekreasi.

2) Orang asing yang mengadakan perjalanan untuk keperluan

perternuan-perternuan atau karena tugas-tugas tertentu (ilrnu pengetahuan, tugas

pemerintahan, diplomasi, agama, dan olah raga)

3) Orang asing yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4) Orang asing yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut

walaupun tinggal di suatu negara kurang dari 24 jam

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa wisatawan adalah

setiap orang yang melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya ke tempat lain

dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu, baik dengan tujuan berwisata

ataupun bekerja.

Berdasarkan sifat perjalanannya dan lokasi di mana perjalanan wisata

dilakukan, wisatawan menurut Oka A. Yoeti (1996: 143) dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1) Wisatawan Asing (Foreign Tourist) adalah orang asing yang melakukan

perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan

merupakan negara di mana biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga

(23)

commit to user

2) Domestic Foreign Tourist adalah orang asing yang berdiam atau bertempat

tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di

wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Belanda yang

mendapat cuti tahunan dan tidak pulang ke Belanda, melainkan melakukan

perjalanan wisata di Indonesia (tempat bertugas).

3) Wisatawan Domestik (Domestic Tourist) ialah seorang waga negara suatu

negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya

sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya, warga negara

Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau Danau Toba.

Wisatawan ini disebut juga wisatawan dalam negeri atau wisatawan

nusantara (Wisnu).

4) Indigenous Foreign Tourist merupakan warga negara suatu negara tertentu

yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negara asalnya dan

melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya,

warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan

asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan

perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari

Domestic Foreign Tourist.

5) Transit Tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke

suatu negara tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu

peiabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

6) Business Tourist adalah orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan

bisnis, bukan wisata, tetapi perjalanan wisata dilakukannya setelah tujuan

utamanya selesai. Jadi, perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder,

yaitu setelah tujuan primer (bisnis) selesai

f. Pariwisata Berbasis Masyarakat

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan langkah yang lebih maju yang

dilakukan dalam bidang pariwisata. Pariwisata bentuk ini diterapkan untuk

memperjelas peran masyarakat setempat terhadap keberhasilan kegiatan tersebut.

(24)

commit to user

masyarakat sejak perencanaan sampai pelaksanaan kegiaatan pariwisata. Dalam

hal ini yang paling penting adalah meyakinkan dan membuktikan penduduk

setempat bahwa pariwisata memang dapat memberikan keuntungan.

Pariwisata berbasis masyarakat dikembangkan berdasarkan prinsip

keseimbangan dan keselarasan. Prinsip pembangunan community based tourism

menekankan pembangunan pariwisata yang memuat dari, oleh dan untuk

masyarakat. Dalam hal ini pariwisata menggantungkan peran masyarakat sekitar

untuk memajukkan pariwisata seperti dalam wisata Umbul Sewu. Menuru Rara

Sugiarti, Tundjung dan Radjiman ( 2006: 23) menyatakan bahwa pariwisata

berbasis masyarakat ini menjadikan masyarakat sebagai perencana, pelaksana,

pengelola, dan pengembang sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi.

Masyarakat terlibat aktif dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dengan

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.

Menurut Mallet dalam Ida Kusuma Dewi dan Setyo Budi (2006: 14-15)

meskipun pariwisata berbasis masyarakat menekankan pada faktor masyarakat

sebagai komponen utama, keterlibatan unsur lainnya seperti pemerintah dan

swasta sangat diperlukan. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tujuan

wisata mempunyai peran penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan

pariwisata di daerahnya. Hal yang terpenting adalah upaya memberdayakan

masyarakat setempat dengan mengikutsertakan masyarakat dalam berbagai

kegiatan pembangunan pariwisata. Untuk itu pemerintah sebagai fasilitator dan

stakeholder lainnya harus menghimbau dan memberikan motivasi kepada

masyarakat agar bersedia aktif di dalam pembangunan pariwisata.

Pariwisata berbasis masyarakat menuntut adanya koordinasi dan kerja

sama serta peran dari semua pihak yang terkait, karena itu partisipasi masyarakat

sangat mendorong terwujudnya kerja sama. Usaha-usaha yang akan dilaksanakan

dalam pariwisata berbasis masyarakat harus memperhatikan kondisi dan

karakteristik masyarakat setempat serta sifat masing-masing objek dan daya tarik

wisata. Hal ini berkaitan dengan adanya program sadar wisata yaitu kondisi di

mana masyarakat dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai

(25)

commit to user

ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Sehingga sebagian masyarakat belum

menyadari bahwa pembangunan pariwisata dapat memberikan keuntungan.

Dengan memahami hal itu, masyarakat diharapkan akan berperan serta dalam

berbagai program pengembangan pariwisata.

Rara Sugiarti, Tundjung dan Radjiman ( 2006: 23) mengemukakan

bahwa pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini bertujuan untuk:

1) memberdayakan masyarakat melalui pembangunan pariwisata daerah di

Indonesia; 2) meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

pariwisata agar dapat memperoleh keuntungan ekonomi, sosial budaya dari

pembangunan pariwisata; 3) memberikan kesempatan yang seimbang kepada

semua anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan (gender based dan

equity).

Program sadar wisata dapat berhasil atau tidak ditentukan oleh peran

aktif dan proaktif dari seluruh komponen masyarakat. Dalam melaksanakan

program sadar wisata dengan baik dapat menumbuhkan sikap peduli masyarakat,

maka dibuatlah sebuah pedoman yang bernama sapta pesona. Hal ini diarahkaan

untuk mengurangi tekanan terhadap objek wisata sehingga pembangunan

pariwisata dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Dimana dalam hal ini masyarakat setempat dapat dilibatkan dalam berbagai

kegiatan usaha seperti menjual makanan, minuman, cindera mata dan sebagainya

(Rara Sugiarti, Tundjung dan Radjiman, 2006: 24).

Dalam upaya mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat,

pengembangan itu perlu diarahkan untuk menciptakan keseimbangan dalam

memenuhi kepentingan generasi yang akan datang tanpa mengurangi nilainya.

Pengembangan kawasan berdasarkan konsep pembangunan pariwisata

berkelanjutan menekankan adanya sikap berwisata yang positif dan bertanggung

jawab, baik dari pandangan wisatawan, pengelola maupun masyarakat disekitar

lokasi pariwisata.

g. Sapta Pesona Pariwisata

Menurut Ida Kusuma Dewi dan Setya Budi (2007: 11-13) salah satu upaya

(26)

commit to user

pariwisata, maka pemerintah mencanangkan program sadar wisata yang mulai

dikampanyekan sejak bulan April 1989 melalui program “kampanye nasional

sadar wisata”. Untuk melaksanakan program tersebut maka pemerintah membuat

sebuah pedoman yang dikenal dengan Sapta Pesona. Sapta pesona adalah

pedoman program Sadar Wisata yang merupakan sebuah kondisi yang harus

diwujudkan dalam memberikan setiap jasa pelayanan kepada wisatawan.

Dian Permana Alam (2010:35) mengemukakan bahwa sapta pesona

adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata. Citra dan

mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh

keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona

merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk memperbesar

daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia. Sapta pesona pertama kali

dicetuskan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi yaitu Soesilo

Soedarman. Sapta pesona wisata merupakan tujuh pokok-pokok dalam

mewujudkan kepariwisataan yang harus dilaksanakan. Ketujuh unsur tersebut,

yaitu :

1) Aman

Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila

merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari :

a) Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan,

penodongan, penipuan dan lain sebagainya.

b) Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya

c) Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang

kurang baik, seperti kendaraan, peralatan, untuk makan dan minum,

lift, alat perlengkapan rekreasi atau olah raga.

d) Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh

pedagang asongan tangan jail, ucapan dan tindakan serta perilaku yang

tidak bersahabat dan lain sebagainya.

Jadi, aman berarti tejamin keselamatan jiwa dan fisik, termasuk

(27)

commit to user 2) Tertib

Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan

oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari

suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang

tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya :

a) Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan datang dan

berangkat tepat pada waktunya.

b) Bangunan dan lingkungan ditata teratur dan rapi

c) Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat

d) Informasi yang benar dan tidak membingungkan

3) Bersih

Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang

menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan

pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di

tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti :

a) Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di

tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat-tempat

rekreasi, tempat buangair kecil/besar dan lain sebagainya. Bersih

dari sampah, kotoran, corat-coret dan lain sebagainya.

b) Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat

c) Pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi dan tidak

mengeluarkan bau tidak sedap dan lain sebagainya

4) Sejuk

Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau

keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak

saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam

ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur

dan lain sebagainya. Untuk itu hendaklah kita semua :

a) Turut serta aktif memelihara kelestarian lingkungan dan hasil

penghijauan yang telah dilakukan masyarakat maupun pemerintah

b) Membentuk perkumpulan yang tujuannya memelihara kelestarian

(28)

commit to user 5) Indah

Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang

menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari

berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk

ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan

yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan

bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia, karena itu

kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati

oleh umat manusia.

6) Ramah Tamah

Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang

menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan

menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan

kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan

atau sikat. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada

umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan

rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi

wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus.

7) Kenangan

Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan

dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang

diperolehnya. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan

perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan

sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan. Kenangan yang indah

ini dapat pula diciptakan dengan antara lain :

a) Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa

seni tari, seni suara dan berbagai macam upacara

b) Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas daerah

bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau

mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari

(29)

commit to user 2. Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Menurut pandangan yang populer, masyarakat sebgai kekutan impersonal

yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku

anggota-anggotanya. Pandangan ini mirip dengan wawasan sosiolog yang dipelopori oleh

seorang ahli sosiologi klasik dari Perancis yang bernama Emil Durheim yang

menyebutka bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang objektif secara

mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya

(Darsono Wisadirana, 2004: 23).

Menurut Comte, masyarakat merupakan hubungan sistematis antara

lembaga-lembaga, kesopanan sosial dengan cita-cita, yan semuanya merupakan

kesatuan dari proses-proses fisik, moral dan intelektual ( Soerjono Soekanto,

1983: 3). Summer berpendapat masyarakat merupakan proses saling pengaruh

mempengaruhi antara kebutuhan-kebutuhan pribadi dengan unsur-unsur

kehidupan bersama. Masyarakat merupakan suatu realitas sosial. Menurut

Summer masyarakat manusia terdiri dari in-group dan out-group atau we-group

dan other-group (Adham Nasution, 1983 : 52).

Menurut Betrand dalam Darsono Wisadirana (2004: 23) masyarakat

merupakan hasil dari suatu periode perubahan budaya dan akumulasi budaya. Jadi

masyarakat bukan sekedar jumlah penduduknya saja melainkan sebagai suatu

sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka sehingga menampilkan suatu

realita tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Dimana dari hubungan

antaanya ini terbentuk suatu kumpulan manusia yang kemudian menghasilkan

suatu kebudayaan. Jadi masyarakat merupakan sekumpulan orang yang hidup

bersama dan menghasilkan kebudayaan, atau disebut juga sekelompok orang yang

mempunyai kebudayaan yang sama atau setidaknya mempunyai sebuah

kebudayaan bersama yang dapat membedakan dari kebudayaan kelompok

lainnyadan yang tinggal di suatu daerah wilayah tertentu, mempunyai perasaan

akan adanya persatuan di antara anggota-anggotanya dan menganggap diri mereka

(30)

commit to user b. Jenis Masyarakat

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:564) masyarakat

dapat dibedakan dalam tujuh macam, antara lain :

1) Masyarakat desa yaitu suatu masyarakat yag anggota masyarakatnya

mampunyai mata pencaharian utama dalam sektor bercocok tanam,

perikanan, peternakan atau gabungan dari kesemuanya itu. Sedangakan

sistem budaya dan sosialnya juga mendukung mata pencaharian tersebut.

2) Masyarakat kota yaitu masyarakat yag penduduknya mempunyai mata

pencaharian dalam sektor perdagangan dan industri atau yang bekerja

dalam sektor administrasi.

3) Masyarakat majemuk yaitu masyarakat yang terbagi dalam kelompok

persatuan yang sering memilki budaya yang berbeda-beda.

4) Masyarakat modern yaitu masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan

pasar secara luas, spesialisasi dalam bidang industri dan pemakaian

teknologi canggih.

5) Masyarakat pedesaan adalah masyarakat desa.

6) Masyarakat primitif ialah masyarakat yang mempunyai sistem

perekonomian sederhana.

7) Masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang lebih banyak dikuasai oleh

adat istiadat yang lama.

Adanya perbedaan lingkungan alam dan sikap hidup menjadikan

masyarakat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Seperti yang dikemukakan

Berger dalam Darsono Wisadirana (2004: 42) membedakan jenis masyarakat

dalam 2 jenis, yaitu: 1) Masyarakat kuno adalah sutau masyarakat yang memiliki

kebudayaan masih sederhana. Masyarakat ini memiliki sifat integrasi yang tinggi

dan bersatu atau homogen dalam suatu keteratuaran beragama serta memilki

peralatan hidup dan komunikasi yang masih sederhana. Jenis masyarakat ini lebih

menonjolkan sifat kekeluargaan dan keterikatan sosial yang ditandai dengan suatu

keakraban (sering disebut sebagai masyarakat Gemeinscaft). 2) Masyarakat

Modern adalah masyarakat yang telah mengalami proses segmentasi atau

(31)

commit to user

segmen-segmen masyarakat yang saling berhubungan, antara satu segmen dengan

segmen lainnya dalam rangka mempertahankan hidup dan kehidupannya. Sikap

hidup pada masyarakat modern lebih menonjolkan sikap individualistik, sehingga

nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat termasuk nilai-nilai pengikat dari

para anggota masyarakat sebagai kolektifitas sering terabaikan. Hal ini nampak

pada masayarakat yang tinggal di kota terutama kota besar yang disebut sebagai

masyarakat kota lebih mementingka dirinya dari pada kepentingan orang lain.

Masyarakat demikian juga bisa disebut sebagai masyarakat Gesellscaft.

3. Perubahan Sosial Ekonomi

a. Perubahan Sosial

Pitirim A. Sorokin dalam Soerjono Soekanto (2005: 304) berpendapat

bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang

tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia

meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut.

Akan tetapi, perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah

lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan

tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi. Sedangkan Kingsley

Davis dalam Soerjono Soekanto (2005: 304) mengartikan perubahan sosial

sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto (2005: 310) pada dewasa ini proses-proses

pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu,

yaitu sebagai berikut:

1) Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap

masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara

cepat.

2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan

diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial

lainnya. Karena lembaga-lembaga tadi sifatnya interdependen, maka sulit

sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu

(32)

commit to user

3) Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan

disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses

penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang

mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.

4) Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau

bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan

timbal balik yang sangat kuat.

Menurut Soerjono Seokanto (2005: 326) di dalam masyarakat di mana

terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya

perubahan yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang menyangkut hal

ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur

kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari masyarakat ke

masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun

penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi,

suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan

dan disebarkan pada masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat

menikmati kegunaannya.

2) Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan mengajarkan aneka

macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-nilai

tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta

menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah.

Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara objektif,

yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan

masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zajam atau

tidak.

3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk

maju. Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat

merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel,

(33)

commit to user

baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan tertentu, walaupun

masih dalam arti yang sangat terbatas dan belum merata.

4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation),

yang bukan merupakan delik.

5) Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification). Sistem terbuka

memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti

memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar

kemampuan sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan

mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status

lebih tinggi. Identifikasi terjadi di dalam hubungan

superordinasi-subordinasi. Pada golongan yang berkedudukan lebih rendah, acap kali

terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial sendiri. Keadaan

tersebut dalam sosiologi disebut status-anxiety. Status-anxiety

menyebabkan seseorang berusaha menaikkan kedudukan sosialnya.

6) Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang terdiri dari

kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi

yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadinya pertentangan-pertentangan

yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi

pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.

7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat

berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.

8) Orientasi ke masa depan.

9) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki

hidupnya. Transformasi masyarakat desa Jawa kurang mencolok

dibandingkan perubahan sosial dipusat-pusat perkotaan. Bahkan ada

keyakinan umum bahwa kehidupan pedesaan Jawa sulit berubah sejak

waktu yang tidak dapat diingat lagi. Perbedaan antara pola sawah di Jawa

dan pola ladang di luar pulau Jawa masih tampak jelas. Rekonstruksi

(34)

commit to user

Kesusastraan Jawa Kuno lebih banyak membahas tentang kehidupan di

istana-istana raja dibandingkan dengan kehidupan sehari-hari rakyat biasa.

Perubahan sosial secara komparatif berjalan lamban di Jawa dan

perubahan dalam kehidupan pedesaan itu hampir tidak seradikal yang terjadi di

Eropa Barat. Tradisi masih memainkan peran yang sangat penting dalam

kehidupan Jawa. Hal yang tampak sebagai unsur baru dan lama ini sering kali

ditemukan bersisi-sisian, tidak bergabung menjadi suatu keseluruhan. Kebutuhan

sosial masih benar-benar tampak bersisian dengan munculnya kebutuhan

ekonomi, dimana semangat modern menyusupi nilai-nilai tradisional.

Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di

dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara

keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Menurut Gillin dan Gillin

dalam Soerjono Soekanto (2005:304) menyatakan bahwa perubahan sosial adalah

suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima oleh masyarakat, yang

disebabkan oleh adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,

komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi dan penemuan baru

dalam masyarakat. Sedangkan Hawley dalam Piotr Sztompka menyebutkan

bahwa perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem

sosial sebagai satu kesatuan.

Suatu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah hubungan antara industri

dengan masyarakat, wadah industri adalah masyarakat, yang menjadi masalah

adalah bagaimana proses saling mempengaruhi antara industri dengan

masyarakat. Untuk itu, Soerjono Soekanto (2005:301) mengemukakan bahwa

perubahan-perubahan hanya dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat

meneliti susunan dan kehidupan masyarakat pada suatu waktu dan

membandingkan dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu

yang lampau.

Menurut D. Hendropuspito OC (1989:262) perubahan sosial yang berada

di tengah masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

1) Perubahan berulang, merupakan perubahan yang ketikab kembali tidak

(35)

commit to user

2) Perubahan pembaharuan adalah perubahan yang memperlihatkan

usur-unsur baru yang belum dijumpai dalam masyarakat.

3) Perubahan hakiki dan perubahan jumlah, perubahan hakiki merupakan

perubahan jenis atau hakikat sosial ataupun budaya dan perubahan jumlah

adalah perubahan yang membawa perbedaan jumlah anggotanya.

4) Perubahan siklis, merupakan perubahan memutar sesuai dengan musim

dan tidak membawa unsur-unsur baru bagi kehidupan masyarakat.

5) Perubahan terencana dan perubahan tidak terencana. Perubahan tenencana

adalah perubahan yang sengaja dilakukan menurut rencana tertentu dan

digerakkan menurut pola tertentu. Perubahan tidak terncana merupakan

perubahan yang tidak mengikuti suatu rencana tertentu melainkan sesuai

dengan hukum alam.

6) Perubahan Progresif dan perubahan regresif. Perubahan progresif ialah

perubahan yang membawa kemajuan, hal ini diukur dipengaruhi

subjektifitas penilai. Perubahan regresif merupakan perubahan yang tidak

mendatangkan keuntungan melainkan kemunduran.

b. Perubahan Ekonomi

Perubahan ekonomi adalah suatu proses kenaikan dan penurunan

pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya

pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam

struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu

negara. Dalam perubahan ekonomi tidak dapat terlepas dari pertumbuhan

ekonomi (economic growth) pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan

ekonomi, dan sebaliknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi, 13

Januari 2012).

Menurut Bert F Hoselitz dalam Aidit Alwi, dkk (1986: 102)

pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dapat mempengaruhi seluruh

struktur sosial, politik dan budaya pada suatu masyarakat. A Q Khalid (1946: 567)

mengemukakan bahwa kunci menuju perubahan ekonomi terletak pada empat

(36)

commit to user

disiplin, motivasi dan lain-lain), 2) Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan

bakar, iklim dan lain-lain), 3) Pembentukan modal (mesin-mesin, pabrik, jalan

raya dan lain-lain), 4) Tingkat teknologi (pengetahuan, rekayasa, manajemen,

kewiraswastaan dan lain-lain). Masalah kependudukan akan menyebabkan terjadi

ledakan pertambahan karena menurunnya angka kematian sebelum angka

kelahiran sendiri dapat diturunkan. Pendapatan menurun akan mengancam

daerah-daerah yang kurang berkembang.

Eckstein dalam Aidit Alwi (1986:4) melihat bahwa pertumbuhan

ekonomi sebagai perluasan pilihan-pilihan yang terbuka bagi masyarakat. Dalam

masyarakat tradisional terdapat ruang lingkup yang sempit dalam pilihan individu

maupun masyarakat. Dalam masyarakat modern terdapat ruang lingkup yang jauh

lebih besar dalam pilihan individu dan pengambilan keputusan yang bersifat

desentralisasi dalam bidang ekonomi. Keadaan ini merupakan aspek yang penting

dalam individualisme.

c. Perubahan Sosial Ekonomi

Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan.

Proses perubahan terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan

bekerja. Manusia selalu berusaha untuk memperbaiki hidupnya atau

sekurang-kurangnya mempertahankan hidupnya. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya

adalah suatu proses yang terus menerus artinya bahwa perubahan itu ada yang

terjadi lambat dan ada yang terjadi cepat.

Para ahli sepakat untuk mengkategorikan masyarakat Indonesia sekarang

ini sebagai masyarakat yang sedang berada dalam keadaan transisional.

Masyarakat Indonesia sekarang sedang bergerak dari masyarakat agraris

tradisional yang penuh dengan nuansa spiritualistik menuju masyarakat industrial

modern yang materialistik. Warna kehidupan masyarakat industrial sudah terasa

dalam denyut jantung kehidupan masyarakat, walaupun corak kehidupan agraris

tradisional tidak lenyap sama sekali.

Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsesus atau pertikian,

(37)

commit to user

kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari sifat saling mempengaruhi

dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks. Adakalanya perubahan

hanya terjadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya, tanpa menimbulkan akibat

besar terhadap unsure lain dari sistem. Sistem dari keseluruhan tetap utuh, tidak

terjadi perubahan menyeluruh atas unsure-unsurnya meski di dalamnya terjadi

perubahan sedikit demi sedikit (Piotr Szotompka, 2008 : 3-4).

Perubahan tidak selalu membawa dampak kemajuan, bahkan yang terjadi

sebaliknya, yaitu kekacauan. Apalagi perubahan tersebut kurang memperhatikan

terhadap sistem nilai yang berlaku sebelumnya, maka yang terjadi adalah

keresahan. Perubahan sosial dan ekonomi masyarakat dapat diartikan sebagai

bentuk perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang membawa pengaruh

terhadap kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi pada masyarakat tersebut.

B. Kerangka Berfikir

Keterangan : : hubungan secara langsung

: hubungan secara tidak langsung

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pariwisata Boyolali

Masyarakat PT Umbul Sewu

Sosial Ekonomi

Gambar

Tabel 1. Waktu Penelitian
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tentang Perkembangan Objek Wisata Umbul Sewu dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pengging dan Sekitar
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Bendan Menurut Umur
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Bendan Menurut Pekerjaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

However, with the right shoe; the wearer can always prevent foot ailments and depending on the type of activity that he/she indulges in; should pick a shoe that best suits his nature

kelebihan dalam desainnya yaitu perencana perkerasan lentur dapat memprediksi kerusakan yang akan terjadi pada perkerasan tersebut, menigkatkan nilai reliabilitas dari

Kelompok Kerja Pusat Layanan Pengadaan Barang/Jasa Tahap X Pemerintah Kabupaten Purwakarta Tahun 2015 akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi untuk

Nilai kecernaan Lemak yang diperoleh pada penelitian ini, menunjukkan hasil yang berbeda nyata untuk perlakuan pakan kontrol dengan kedua perlakuan pakan prebiotik, dimana

Metode pengolahan mempengaruhi komposisi kimia ubi jalar( Ipomoea batatas ) berumbi putih.Pengukusan meningkatkan konsentrasi oligosakarida dimana tepung ubi kukus

agalactiae dengan kepadatan yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap konsentrasi hematokrit hari ke-14, dan berpengaruh tidak nyata terhadap variable lainnya

Pada hari Senin tanggal Dua Puluh satu Desember dua ribu lima belas, Pokja Layanan Pengadaan Barang/Jasa Polres Wonosobo telah mengadakan rapat penjelasan pada

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen kualifikasi t ersebut di at as dan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 berikut perubahannya pasal 109 ayat (7) huruf (e) nomor 1), maka Seleksi Umum