commit to user
PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL SEWU
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR
SKRIPSI
Oleh :
OCTAVI RIZKY CAHYANINGRUM
K4408039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
▸ Baca selengkapnya: melatih kepekaan dan kemampuan reflektif terhadap perkembangan diri dan kondisi sekitar
(2)commit to user
v ABSTRAK
Octavi Rizky Cahyaningrum. PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL
SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang dibangunnya Umbul Sewu sebagai obyek wisata (2) pengelolaan obyek wisata Umbul Sewu (3) perkembangan obyek wisata Umbul Sewu (4) pengaruh obyek wisata Umbul Sewu terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Pengging dan sekitar.
Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal yaitu sasaran yang akan diteliti sudah dibatasi dan ditentukan serta terpusat pada satu lokasi yang mempunyai karakteristik tersendiri. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan
penelitian, di mana peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) latar belakang Umbul Sewu ini dijadikan objek wisata karena pemanfaatan potensi wisata di
kawasan wisata Pengging dan kemudahan transportasi (2)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi
ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERKEMBANGAN OBJEK WISATA UMBUL SEWU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT PENGGING DAN SEKITAR”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui
atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan
dan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Drs. A. Arif Musadad, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan
penjelasan dengan sabar hingga saya mengerti dan memahami semuanya.
6. Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis
selama ini.
7. Agus Bekti Widodo, SE yang telah memberikan ijin penelitian dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Eka Lasda Yuniawan dan Parwadi yang telah membantu penulis dalam
commit to user
x
9. Bapak Windarto, BA selaku Lurah Bendan yang membantu memberikan ijin
dalam penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh Warga Bendan yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
ABSTRACT . ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Teori ... 7
1. Pariwisata ... 7
2. Masyarakat ... 23
3. Perubahan sosial ekonomi ... 25
B.Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
B.Bentuk dan Strategi Penelitian ... 34
commit to user
xii
D.Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Teknik Sampling... ... 40
F. Validitas Data ... ... 41
G.Teknis Analisis Data ... 42
H.Prosedur Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi ... 46
1. Kondisi Geografis ... 46
2. Kondisi Demografi ... 48
B.Latar Belakang ... 52
1. Gambaran Umum Umbul Sewu ... 52
2. Potensi Objek Wisata Umbul Sewu ... 54
3. Faktor-Faktor Umbul Sewu Dijadikan Objek Wisata ... 56
4. Konsep Pengembangan Umbul Sewu... 58
C.Pengelolaan Umbul Sewu ... 62
1. Sistem Pengelolaan ... 62
2. Tidak dikelola Dinas Pariwisata... 63
3. Fasilitas yang Tersedia di Umbul Sewu ... 64
D.Perkembangan Objek Wisata Umbul Sewu ... 69
1. Perkembangan Sarana Prasarana... 69
2. Perkembangan Pengunjung ... 70
3. Usaha-Usaha Promosi ... 72
E. Pengaruh Terhadap Kehidupan Masyarakat ... 73
1. Dampak Sosial ... 73
2. Dampak Ekonomi... 74
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.Simpulan ... 77
B.Implikasi ... 79
C.Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan ribuan pulau, beraneka keindahan
alamnya dan penduduknya yang terdiri dari ratusan suku bangsa, sesungguhnya
memiliki potensi wisata alam, sosial dan budaya yang besar. Potensi dan sumber
daya alam yang ada dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik.
Sebagian besar sumber daya alam tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan
menjadi beberapa objek wisata. Mengingat daya tarik utama wisatawan yang
berkunjung ke Indonesia adalah karena keindahan alam dan kekayaan seni
budayanya, maka tidak heran jika potensi ini menarik untuk dikembangkan
(Nyoman S Pendit, 2002: 66).
Kekayaan potensi dan sumber daya alam Indonesia membuka peluang
bagi perkembangan pariwisata di Indonesia. Adanya kemajuan teknologi dan juga
akibat urbanisasi yang besar, menarik kaum urban menuju pusat-pusat kota untuk
mencari nafkah. Akibatnya, banyak orang kota yang terlibat dalam suasana
tegang atau mengalami stress. Salah satu pelariannya adalah melakukan rekreasi
atau berlibur di tempat-tempat wisata. Masyarakat kota menginginkan suasana
yang baru, rileks, dan menikmati perubahan lingkungan dengan udara yang
bersih, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani agar segar dan siap untuk
bekerja kembali.
Di Indonesia pariwisata merupakan sektor yang penting dalam
mendukung perekonomian sebagian sumber setelah migas. Pariwisata juga
berperan untuk mengembangkan sosial budaya dan mempromosikan citra bangsa
di luar negeri. Pariwisata di Indonesia merupakan faktor yang mempercepat
perkembangan dan merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling penting.
Sektor ini yang diharapkan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (MA
Desky, 2001: v).
Menurut pendapat Salah Wahab (1985 : 5) pariwisata adalah salah satu
commit to user
hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor
produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata sebagai suatu
sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti
misalnya industri kerajinan tangan dan industri cinderamata, penginapan dan
transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.
Pariwisata tidak hanya ditujukan untuk memberikan kesenangan kepada
wisatawan, akan tetapi pariwisata dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang
luas dan membawa perubahan yang luas pula terhadap masyarakat, baik dari segi
sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan hidup. Melalui pariwisata dapat menjadi
pendorong ke arah positif terhadap pemeliharaan dan perkembangan masyarakat.
Berbagai kegiatan dan keperluan pariwisata menyangkut berbagai unsur yang
menyangkut aspek pemerintahan, industri, alam dan masyarakat yang saling
terkait dan saling menunjang dalam rangka memberikan jasa pelayanan yang
memadai kepada para wisatawan (Oemar Hamalik, 1978 : 14-15).
Pengaruh yang ditimbulkan dari pariwisata ini memberikan peluang bagi
masyarakat sekitar untuk membuka usaha. Baik dari usaha makanan, cinderamata
maupun penjualan jasa. Pariwisata diharapkan dapat menggerakan ekonomi
rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan
prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.
Sektor pariwisata juga diharapkan mampu menghasilkan pemasukan
keuangan bagi negara maupun pemerintah daerah. Selain itu juga sektor
pariwisata diharapkan mampu mendorong perkembangan ekonomi nasional
maupun perkembangan ekonomi lokal, memberdayakan ekonomi masyarakat,
meningkatkan kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar, mendorong pelestarian
lingkungan hidup, meningkatkan pembangunan sektor lainnya, memperluas
wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan
rasa cinta tanah air, mendorong perkembangan daerah, memperkenalkan produk
nasional maupun produk lokal dalam rangka meningkatakan kesejahteraan
masyarakat dan yang terpenting adalah menyerap tenaga kerja serta meningkatkan
commit to user
Berkembangnya pariwisata di berbagai daerah di Indonesia merupakan
salah satu wujud kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pengembangan
potensi di setiap daerah yang mempunyai potensi sebagai objek wisata mulai
digali dan dikembangkan. Berbagai jenis objek wisata sudah berkembang di
Indonesia, mulai dari wisata budaya, kesehatan, olahraga, komersial, industri,
politik, konvensi, sosial, pertanian, bahari, cagar alam dan buru. Terdapat ratusan
jenis budaya di Indonesia yang berkembang sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Alam Indonesia merupakan alam yang kaya dan indah (Oka A
Yoeti, 1990 : vii).
Keindahan alam Indonesia merupakan salah satu aset yang perlu dijaga
dan dikembangkan. Salah satu pengembangannya adalah melalui objek wisata.
Peran masyarakat dalam perkembangan objek wisata tersebut sangat dibutuhkan
sehingga perlu menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pengembangan pariwisata. Melalui hal tersebut keindahan alam di Indonesia dapat
dimanfaatkan dan dilestarikan.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pariwisata merupakan hal
sangat penting. Masyarakat berfungsi sebagai objek, hal ini berarti bahwa
masyarakat sebagai penyedia sarana, maka masyarakat perlu mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan untuk pelayanan yang memuaskan. Partisipasi
masyarakat dalam pariwisata dapat diwujudkan dengan tingkah laku masyarakat
yang ramah, sopan, menghormati wisatawan yang datang, menunjukkan keaslian
hidup sehari-hari dan memelihara lingkungan sekitar. Oleh karena itu partisipasi
masyarakat tersebut akan mendorong perkembangan pariwisata dan akan lebih
merangsang wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata (Oemar Hamalik, 1978
: 49).
Boyolali terletak di kaki sebelah timur Gunung Merapi dan Gunung
Merbabu sehingga memiliki hawa sejuk, pemandangan alam yang indah dan
mempesona. Kota Boyolali berjarak 25 kilometer sebelah barat kota Surakarta
(Solo) dan merupakan kawasan wisata SSB (Solo-Selo-Borobudur). Kota
Boyolali termasuk kawasan Subosukawonosraten (Surakarta – Boyolali -
commit to user
Spirit of Java. Boyolali terkenal sebagai Kota Susu dan mempunyai motto
Boyolali Tersenyum (tertib, elok, rapi, sehat, nyaman untuk masyarakat)
(http://www.boyolalikab.go.id/, diunduh pada tanggal 10 januari 2012 pukul
10.16).
Pemerintah Kabupaten Boyolali menempatkan sektor pariwisata sebagai
salah satu prioritas pembangunan penggerak ekonomi masyarakat. Diharapkan
melalui industri pariwisata yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat sekitar,
maka akan berdampak pada sektor-sektor yang lain yang pada akhirnya akan
terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Boyolali
pun membuka kesempatan seluas luasnya kepada para investor untuk berinvestasi
di sektor pariwisata dengan membuka tempat-tempat wisata yang baru yang
diharapkan mampu menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten
Boyolali. Sampai saat ini pun telah banyak para investor yang berinvestasi di
Kabupaten Boyolali dengan membuka berbagai jenis tempat wisata yang menarik
dan unik (http://harianjoglosemar.com/, Ario Bhawono, diunduh pada tanggal 4
Oktober 2011 pukul 09.47).
Kabupaten Boyolali memiliki beberapa objek wisata yang dapat
dikunjungi antara lain, Gunung Merapi dan Merbabu yang menawarkan
keindahan alam pegunungan serta panorama alam, tempat wisata berupa mata air
yang mengalir secara terus menerus dan sangat jernih yang dikelola dengan baik
menjadi tempat wisata air, kolam renang, kolam pancing dan restoran seperti di
Tlatar (sekitar 7 km arah utara kota Boyolali) dan Pengging di Kecamatan
Banyudono (sekitar 10 km arah timur kota Boyolali). Selain itu terdapat beberapa
waduk yang menjadi tujuan wisatawan di Boyolali yakni waduk Badhe, waduk
Cengklik, dan waduk Kedungombo yang biasanya sebagai sarana irigasi bagi
pertanian dan perikanan bagi masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam
yang mempesona dan dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan pemancingan.
Salah satu tempat wisata yang menarik di Kabupaten Boyolali adalah
Umbul Sewu. Umbul Sewu terletak di kawasan wisata Pengging kecamatan
Banyudono. Umbul Sewu merupakan tempat rekreasi keluarga yang mempunyai
commit to user
renang, kolam pemancingan dan restoran. Para wisatawan dapat memanfaatkan
fasilitas yang ada selama melakukan rekreasi bersama keluarga. Pengunjung juga
disuguhi dengan pemandangan alam sungai yang jernih dan alami. Selain itu,
letak Umbul Sewu juga dekat dengan beberapa tempat wisata yang menarik
lainnya seperti Pemandian Umbul Pengging, Pemandian Umbul Sungsang,
Makam Raden Ngabei Yosodipuro serta terletak di kawasan wisata kuliner
Pengging yang ramai menjajakan berbagai makanan dan masakan khas Pengging
dengan harga terjangkau.
Suatu objek wisata akan menarik para pengunjungnya apabila memiliki
daya tarik tersendiri. Oleh karena itu PT Umbul Sewu bekerjasama dengan
masyarakat sekitar untuk berusaha meningkatkan kualitas objek wisata Umbul
Sewu. Pembangunan objek wisata Umbul Sewu terus dilakukan agar semakin
menarik pengunjung. Banyaknya pengunjung yang datang ke objek wisata Umbul
Sewu akan berdampak bagi kehidupan masyarakat sekitar. Pembangunan dan
pengembangan pariwisata yang dilakukan akan memacu pertumbuhan sosial
ekonomi yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat, tingkat kesejahteraan
masyarakat, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan oleh penulis serta hal-hal
yang menarik yang ada di dalamnya, maka penulis tertarik mengadakan penelitian
dengan judul “Perkembangan Objek Wisata Umbul Sewu dan Pengaruhnya
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pengging dan Sekitar “.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan
penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :
1. Apa yang melatarbelakangi dibangunnya Umbul Sewu sebagai objek wisata?
2. Bagaimana pengelolaan objek wisata Umbul Sewu?
3. Bagaimana perkembangan objek wisata Umbul Sewu?
4. Bagaimana pengaruh objek wisata Umbul Sewu terhadap kondisi sosial
commit to user C. Tujuan Penelitian
Berpijak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
adalah untuk mengetahui:
1. Latar belakang dibangunnya Umbul Sewu sebagai objek wisata.
2. Pengelolaan objek wisata Umbul Sewu.
3. Perkembangan objek wisata Umbul Sewu.
4. Pengaruh objek wisata Umbul Sewu terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat Pengging dan sekitar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai masalah perubahan sosial
ekonomi masyarakat Pengging .
b. Menambah wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
tentang pengaruh objek wisata terhadap perubahan sosial ekonomi
masyarakat.
c. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang
sejenis secara lebih mendalam.
2. Manfaat Praktis
a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam
sejarah pariwisata yang ada di Indonesia.
c. Memberikan manfaat bagi lembaga-lembaga lain yang terkait yang
berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pariwisata
a. Pengertian Pariwisata
Ditinjau secara etimologi kata “pariwisata” berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu “pari” yang berarti penuh, lengkap, berkeliling, “wis(man)” yang
berarti rumah properti, kampung, komunitas dan “ata” yang berarti pergi terus
menerus, mengembara (roaming about). Atas dasar itulah kata “pariwisata”
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari
suatu tempat ke tempat lainnya yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata
tourism (Nyoman S. Pendit, 2002: 1).
Menurut Salah Wahab (1975 : 55) pariwisata merupakan salah satu jenis
industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi
sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor-sektor yang komplek, pariwisata
juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan
cinderamata, penginapan, dan transportasi.
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara
dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya karena berbagai kepentingan, baik kepentingan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain yang bersifat
sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau belajar (Adi Sasono, 1978:8).
Herman V Schulalard dan E. Guyer Freuler dalam Oka A. Yoeti
(1983:105-106) merumuskan pengertian pariwisata dan memberikan batasan
sebagai berikut :
commit to user
pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk
berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna tamasya dan rekreasi atau
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
b. Jenis dan Macam Pariwisata
Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan
nenek moyang pada suatu negara, maka timbullah bermacam-macam jenis
pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan
mempunyai cirinya sendiri. Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan
kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan antara pariwisata yang satu
dengan jenis pariwisata jenis lainnya, karena dengan demikian akan dapat
ditentukan kebijakan apa yang akan dapat mendukung, sehingga jenis dan macam
pariwisata yang dikembangkan dapat terwujud seperti apa yang diharapkan.
Ditinjau dari segi ekonomi, pengelompokan jenis pariwisata dianggap
penting, karena dengan cara itu dapat menentukan berapa penghasilan devisa yang
diterima dari suatu macam pariwisata yang dikembangkan di suatu tempat atau
daerah tertentu. Di lain pihak, pengelompokan ini juga sangat berguna untuk
menyusun statistik kepariwisataan atau untuk mendapatkan data penelitian yang
diperlukan dalam perencanaan selanjutnya di masa yang akan datang.
Menurut Oka A. Yoeti (1983:114) pariwisata terbagi menjadi beberapa
jenis sesuai dengan pembagiannya masing-masing, antara lain:
1) Menurut letak geografis
a) Pariwisata Lokal (Local Tourism), yaitu pariwisata setempat, yang
mempunyai ruang lingkup sempit dan terbatas dalam
commit to user
b) Pariwisata Regional (Regional Tourism), yaitu kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat atau daerah yang
ruang lingkupnya lebih luas bila dibandingkan dengan local
tourism, tetapi lebih sempit jika dibandingkan dengan national
tourism.
c) Pariwisata Nasional (National Tourism), kepariwisataan yang
berkembang dalam wilayah suatu negara. Sebagai contoh
kepariwisataan Indonesia..
d) Pariwisata Regional-international, yaitu kegiatan kepariwisataan
yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas,
tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam
wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN.
e) Pariwisata Internasional (International Tourism), yaitu
kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia.
2) Menurut alasan/tujuan perjalanan
a) Businnes Tourism, yaitu pariwisata dimana pengunjungnya
memiliki tujuan untuk dinas, usaha dagang, atau yang berhubungan
dengan pekerjaannya, kongres, seminar, conversation, dan
musyawarah kerja.
b) Vacational Tourism, yaitu pariwisata dimana orang-orang yang
melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang
berlibur dan cuti.
c) Educational Tourism, yaitu pariwisata dimana pengunjung atau
orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau
mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.
3) Menurut saat atau waktu berkunjung
a) Seasonal Tourism, yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya
berlangsung pada musim-musim tertentu, termasuk di dalamnya
adalah Summer Tourism atau Wimter Tourism, yang biasanya ditandai
commit to user
b) Occational Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan
wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occusion) atau suatu event,
misalnya Sekaten di Solo.
4) Pembagian menurut objeknya
a) Cultural Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang
untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik atau
seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi, objek kunjungannya
adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno.
b) Recuperational Tourism, yaitu biasa disebut dengan pariwisata
kesehatan, tujuannya adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit.
Misalnya mandi di suatu sumber air panas.
c)Commercial Tourism, disebut dengan pariwisata perdagangan, karena
perjalanan wisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional
ataupun internasional.
d)Sport Tourism, yaitu perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk
melihat atau menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu negara.
e)Political Tourism, biasa disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu
perjalanan yang tujuannya melihat suatu peristiwa yang berhubungan
dengan kejadian suatu negara.
f) Social Tourism, Pariwisata sosial hendaknya jangan diasosiasikan
sebagai suatu pariwisata yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya
dilihat dari segi penyelenggaraannya yang tidak menekankan pada
mencari keuntungan saja.
g)Religion Tourism, jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang
dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara
keagamaan. Misalnya naik haji bagi yang beragama Islam.
Menurut Nyoman S. Pendit (2002: 38), selain pembagian jenis pariwisata
di atas, pariwisata dapat di bagi dalam beberapa macam, yaitu:
1) Wisata Budaya, perjalanan ini dilakukan untuk memperluas
pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai cara hidup,
commit to user
2) Wisata Olahraga, wisatawan yang melakukan perjalanan dengan
tujuan berolahraga atau mengambil bagian dari pesta olahraga di suatu
negara atau tempat.
3) Wisata Komersial, yang termasuk jenis ini adalah perjalanan untuk
mengunjungi oameran-pameran dan panen raya yang bersifat
komersial.
4) Wisata Industri, adalah perjalanan wisata yang dilakukan oleh orang
awam maupun mahasiswa ke suatu komplek atau daerah perindustrian
dengan tujuan untuk melakukan peninjauan atau penelitian.
5) Wisata Pertanian, perjalanan wisata yang dilakukan ke proyek-proyek
pertanian, pembibitan yang bertujuan untuk penelitian maupun
menikmati lingkungan.
6) Wisata Buru, jenis wisata ini banyak dilakukan di negara-negara yang
memiliki daerah tempat berburu yang dibenarkan dan digalakkan oleh
pemerintah.
7) Wisata pilgrim, jenis wisata ini banyaak dikaitkan dengan agama,
sejaah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam
masyarakat.
8) Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi
penggantin baru.
9) Wisata Petualangan. Dikenal dengan Adventure Tourism, seperti
masuk hutan belantara yang belum pernah dijelajahi.
c. Manfaat Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu industri yang terus berkembang dengan baik
di Indonesia maupun di dunia. Bagi negara-negara yang telah maju,
kepariwisataan merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Kegiatan kepariwisataan
bahkan sudah merupakan aktivitas dan permintaan yang wajar untuk dipenuhi.
Adapun manfaat pariwisata tersebut menurut B. Wiwoho (1990: 64-66) antara
commit to user
1) Manfaat Ekonomi
a) Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Usaha
kepariwisataan dengan segala kaitannya membutuhkann tenaga kerja
yang banyak sehingga bersifat padat karya sehingga sangat membantu
dalam memecahkan masalah pengangguran.
b) Memperbesar penerimaan devisa negara yang bersumber dari
pengeluaran wisatawan luar negeri karena itu dapat memperbaiki
neraca pembayaran negara.
c) Meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tujuan wisata (DTW)
yang berasal dari pengeluaran-pengeluaran yang dibelanjakan oleh
para wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.
d) Memperbesar pendapatan pemerintah pusat maupun daerah berupa
pajak termasuk bea cukai.
e) Memperbesar penanaman modal baik oleh pemerintah maupun oleh
swasta di berbagai sektor yang langsung berhubungan dengan
pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan maupun yang
mendukung pembangunan kepariwisataan.
f) Meningkatkan produksi serta transaksi barang-barang guna
memenuhi kebutuhan yang timbul karena perjalanan dan kunjungan.
g) Meningkatkan kepariwisataan dan menumbuhkan usaha-usaha
ekonomi dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional.
h) Mendorong pembangunan prasarana dan sarana terutama di daerah
yang tidak memiliki potensi ekonomi kecuali dengan
diselenggarakannya kegiatan kepariwisataan.
2) Manfaat sosial-budaya dan lingkungan hidup
a) Mendorong pemeliharaan pembangunan nilai-nilai budaya bangsa,
menghidupkan kembali seni tradisional yang hampir punah serta
meningkatkan mutu seni, baik seni tari, seni ukir, seni lukis maupun
commit to user
b) Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa sebagai akibat
dikembangkannya pengenalan terhadap kekayaan budaya bangsa dan
tanah air.
c) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap seni budaya sendiri.
d) Kontak-kontak langsung yang terjadi antara wisatawan dan
masyarakat yang dikunjunginya, sedikit banyak akan menghembuskan
nilai hidup baru dalam arti memperluas cakrawala pandangan pribadi
terhadap nilai-nilai kehidupan lain. Manusia akan belajar menghargai
nilai-nilai orang lain dan memperluas nilai-nilai pribadi, karena nilai
pribadi yang ramah merupakan daya tarik yang dihargai orang asing.
e) Pariwisata dapat mendorong terciptanya lingkungan hidup yang serasi
dan harmonis, oleh karena itu wisatawan yang mempunyai tujuan
pokok untuk rekreasi, menginginkan suatu lingkungan yang
menimbulkan suasana baru dari kejenuhan kehidupan mereka
sehari-hari.
Menurut Oemar Hamalik (1978 : 19-20) pariwisata menyangkut berbagai
aspek dan segi kehidupan masyarakat, sehingga manfaat pariwisata sangat luas
antara lain:
1) Pariwisata akan menambah pendapatan negara dan memperkuat
neraca pembayaran, bertambahnya pendapatandari sektor pajak.
2) Memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan. Terjalin
hubungan anatara para wisatawan dan antara wisatwan dengan
masyarakat sehingga akan tumbuh rasa persahabatan, toleransi, saling
menghargai dan memperkuat persatuan dan kesatuan.
3) Mendorong pengembangan kreasi, penggalian, pemeliharaan atau
pagelaran seni budaya yang baik karena wisatawan datang untuk
menikmati dan mengagumi suatu kreasibudaya.
4) Membatu pemeeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup.
5) Memperluas kesempatan kerja karena dengan berkembangnya industri
commit to user d. Objek Wisata
Objek wisata yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang
untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Menurut Marriotti seperti dikutip Oka
A. Yoeti (1996 : 174) ada hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke
suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya adalah :
1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang bersifat
alamiah. Misalnya iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar,
flora dan fauna, kawah, sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua,
tebing, lembah, dan gunung.
2) Hasil cipta manusia meliputi :
a) Monumen bersejarah dan sisa peradapan masa lampau. Keraton
kasunanan merupakan jenis ini.
b) Museum, galeri seni, perpustakaan, kesenian rakyat.
c) Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, dan upacara
perkawinan.
d) Rumah-rumah beribadah seperti masjid, kuil, candi dan pura.
3) Tata cara hidup masyarakat misalnya bagaimana kebiasaan hidup suatu
masyarakat dan adat-istiadatnya.
Menurut Oka A Yoeti (1990: 109) sutau tempat yang akan dikunjungi
harus memilki persayaratan yaitu : 1) adanya faktor something to see adalah
segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, 2) adanya faktor something to do yaitu
suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut, dan 3) adanya faktor
something to buy adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas
tersendiri untuk dibeli. Jika ketiga persyaratan tersebut diperhitungkan akan saling
mengisi sehingga dapat mensukseskan tour yang dilaksanakan. Dengan
memperhitungkan objek wisata yang akan dikunjungi maka dapat menghindari
kebosanan anggota rombongan selama dalam perjalanan.
e. Wisatawan
Suatu daerah tujuan wisata akan hidup atau mengalami perkembangan
commit to user
sedikitnya wisatawan yang berkunjung dapat menjadi indikator bagus tidaknya
suatu tempat wisata. Wisatawan merupakan pengunjung sementara yang tinggal
sekurang-kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dan tujuan perjalanannya
dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Pesiar yaitu untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan, dan olah raga.
2) Hubungan dagang, sanak keluarga, handai taulan, konferensi-
konferensi, dan misi.
Pelancong ialah pengunjung sementara yang tinggal di negara yang
dikunjungi kurang dari 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan kapal
pesiar) (Oka . A yoeti, 1996: 134). Dalam prakteknya terdapat banyak batasan mengenai apa yang dimaksud dengan “wisatawan”. Dari sudut pandang ekonomi negara penerima wisatawan, wisatawan internasional dapat dibagi menjadi 2
kategori :
1) Yang benar-benar wisatawan (holiday makers) yang mengadakan
perjalanan untuk kesenangan.
2) Yang datang untuk keperluan usaha atau pekerjaan (business), studi,
dan misi.
Dalam prakteknya, menurut Oka A. yoeti (1996: 185) keduanya adalah
konsumen dan pembawa devisa. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa
konsumen dan pembawa devisa tidak melakukan kegiatan yang bersifat
produktif di negara yang dikunjunginya, serta tidak pula melakukan pekerjaan
yang mendapatkan bayaran. Dengan kata lain, uang yang konsumen dan pembawa
devisa belanjakan tidak diperoleh dan bukan berasal dari negara yang dikunjungi.
Dalam Nyoman S. Pendit (2002: 45-46) menjelaskan mengenai
batasan-batasan wisatawan yang termuat dalam lampiran laporan Panitia Ahli-ahli
Statistik Liga Bangsa-bangsa (Leagueof Nations), memberi rekomendasi batasan
wisatawan sebagai berikut:
1) Wisatawan yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, alasan
commit to user
2) Wisatawan yang mengadakan perjalanan untuk keperluan
pertemuan-pertemuan atau sebagai wakil (utusan) untuk sesuatu keperluan tertentu
(ilmu penegetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, olah raga dan
sebagainya).
3) Pengunjung yang mengadakan perjalanan untuk keperluan usaha-usaha
bisnisnya.
4) Pengunjung yang tiba dalam pesiar lautnya dengan kapal pesiar,
walaupun tinggal kurang dari 24 jam lamanya.
Menurut Oka A. Yoeti (1985: 147) banyak orang asing yang berdatangan
ke suatu negara, tetapi orang asing belum tentu sedang dalam keadaan wisata.
Sebagian dari mereka ada yang bekerja dan yang berwisata. Orang asing yang bisa
dianggap sebagai wisatawan, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Orang asing yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan
keluarga, kesehatan, dan rekreasi.
2) Orang asing yang mengadakan perjalanan untuk keperluan
perternuan-perternuan atau karena tugas-tugas tertentu (ilrnu pengetahuan, tugas
pemerintahan, diplomasi, agama, dan olah raga)
3) Orang asing yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.
4) Orang asing yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut
walaupun tinggal di suatu negara kurang dari 24 jam
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa wisatawan adalah
setiap orang yang melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya ke tempat lain
dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu, baik dengan tujuan berwisata
ataupun bekerja.
Berdasarkan sifat perjalanannya dan lokasi di mana perjalanan wisata
dilakukan, wisatawan menurut Oka A. Yoeti (1996: 143) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Wisatawan Asing (Foreign Tourist) adalah orang asing yang melakukan
perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan
merupakan negara di mana biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga
commit to user
2) Domestic Foreign Tourist adalah orang asing yang berdiam atau bertempat
tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di
wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Belanda yang
mendapat cuti tahunan dan tidak pulang ke Belanda, melainkan melakukan
perjalanan wisata di Indonesia (tempat bertugas).
3) Wisatawan Domestik (Domestic Tourist) ialah seorang waga negara suatu
negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya
sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya, warga negara
Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau Danau Toba.
Wisatawan ini disebut juga wisatawan dalam negeri atau wisatawan
nusantara (Wisnu).
4) Indigenous Foreign Tourist merupakan warga negara suatu negara tertentu
yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negara asalnya dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya,
warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan
asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan
perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari
Domestic Foreign Tourist.
5) Transit Tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke
suatu negara tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu
peiabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.
6) Business Tourist adalah orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan
bisnis, bukan wisata, tetapi perjalanan wisata dilakukannya setelah tujuan
utamanya selesai. Jadi, perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder,
yaitu setelah tujuan primer (bisnis) selesai
f. Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan langkah yang lebih maju yang
dilakukan dalam bidang pariwisata. Pariwisata bentuk ini diterapkan untuk
memperjelas peran masyarakat setempat terhadap keberhasilan kegiatan tersebut.
commit to user
masyarakat sejak perencanaan sampai pelaksanaan kegiaatan pariwisata. Dalam
hal ini yang paling penting adalah meyakinkan dan membuktikan penduduk
setempat bahwa pariwisata memang dapat memberikan keuntungan.
Pariwisata berbasis masyarakat dikembangkan berdasarkan prinsip
keseimbangan dan keselarasan. Prinsip pembangunan community based tourism
menekankan pembangunan pariwisata yang memuat dari, oleh dan untuk
masyarakat. Dalam hal ini pariwisata menggantungkan peran masyarakat sekitar
untuk memajukkan pariwisata seperti dalam wisata Umbul Sewu. Menuru Rara
Sugiarti, Tundjung dan Radjiman ( 2006: 23) menyatakan bahwa pariwisata
berbasis masyarakat ini menjadikan masyarakat sebagai perencana, pelaksana,
pengelola, dan pengembang sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi.
Masyarakat terlibat aktif dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.
Menurut Mallet dalam Ida Kusuma Dewi dan Setyo Budi (2006: 14-15)
meskipun pariwisata berbasis masyarakat menekankan pada faktor masyarakat
sebagai komponen utama, keterlibatan unsur lainnya seperti pemerintah dan
swasta sangat diperlukan. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tujuan
wisata mempunyai peran penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan
pariwisata di daerahnya. Hal yang terpenting adalah upaya memberdayakan
masyarakat setempat dengan mengikutsertakan masyarakat dalam berbagai
kegiatan pembangunan pariwisata. Untuk itu pemerintah sebagai fasilitator dan
stakeholder lainnya harus menghimbau dan memberikan motivasi kepada
masyarakat agar bersedia aktif di dalam pembangunan pariwisata.
Pariwisata berbasis masyarakat menuntut adanya koordinasi dan kerja
sama serta peran dari semua pihak yang terkait, karena itu partisipasi masyarakat
sangat mendorong terwujudnya kerja sama. Usaha-usaha yang akan dilaksanakan
dalam pariwisata berbasis masyarakat harus memperhatikan kondisi dan
karakteristik masyarakat setempat serta sifat masing-masing objek dan daya tarik
wisata. Hal ini berkaitan dengan adanya program sadar wisata yaitu kondisi di
mana masyarakat dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai
commit to user
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Sehingga sebagian masyarakat belum
menyadari bahwa pembangunan pariwisata dapat memberikan keuntungan.
Dengan memahami hal itu, masyarakat diharapkan akan berperan serta dalam
berbagai program pengembangan pariwisata.
Rara Sugiarti, Tundjung dan Radjiman ( 2006: 23) mengemukakan
bahwa pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini bertujuan untuk:
1) memberdayakan masyarakat melalui pembangunan pariwisata daerah di
Indonesia; 2) meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
pariwisata agar dapat memperoleh keuntungan ekonomi, sosial budaya dari
pembangunan pariwisata; 3) memberikan kesempatan yang seimbang kepada
semua anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan (gender based dan
equity).
Program sadar wisata dapat berhasil atau tidak ditentukan oleh peran
aktif dan proaktif dari seluruh komponen masyarakat. Dalam melaksanakan
program sadar wisata dengan baik dapat menumbuhkan sikap peduli masyarakat,
maka dibuatlah sebuah pedoman yang bernama sapta pesona. Hal ini diarahkaan
untuk mengurangi tekanan terhadap objek wisata sehingga pembangunan
pariwisata dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Dimana dalam hal ini masyarakat setempat dapat dilibatkan dalam berbagai
kegiatan usaha seperti menjual makanan, minuman, cindera mata dan sebagainya
(Rara Sugiarti, Tundjung dan Radjiman, 2006: 24).
Dalam upaya mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat,
pengembangan itu perlu diarahkan untuk menciptakan keseimbangan dalam
memenuhi kepentingan generasi yang akan datang tanpa mengurangi nilainya.
Pengembangan kawasan berdasarkan konsep pembangunan pariwisata
berkelanjutan menekankan adanya sikap berwisata yang positif dan bertanggung
jawab, baik dari pandangan wisatawan, pengelola maupun masyarakat disekitar
lokasi pariwisata.
g. Sapta Pesona Pariwisata
Menurut Ida Kusuma Dewi dan Setya Budi (2007: 11-13) salah satu upaya
commit to user
pariwisata, maka pemerintah mencanangkan program sadar wisata yang mulai
dikampanyekan sejak bulan April 1989 melalui program “kampanye nasional
sadar wisata”. Untuk melaksanakan program tersebut maka pemerintah membuat
sebuah pedoman yang dikenal dengan Sapta Pesona. Sapta pesona adalah
pedoman program Sadar Wisata yang merupakan sebuah kondisi yang harus
diwujudkan dalam memberikan setiap jasa pelayanan kepada wisatawan.
Dian Permana Alam (2010:35) mengemukakan bahwa sapta pesona
adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata. Citra dan
mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh
keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona
merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk memperbesar
daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia. Sapta pesona pertama kali
dicetuskan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi yaitu Soesilo
Soedarman. Sapta pesona wisata merupakan tujuh pokok-pokok dalam
mewujudkan kepariwisataan yang harus dilaksanakan. Ketujuh unsur tersebut,
yaitu :
1) Aman
Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila
merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari :
a) Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan,
penodongan, penipuan dan lain sebagainya.
b) Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya
c) Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang
kurang baik, seperti kendaraan, peralatan, untuk makan dan minum,
lift, alat perlengkapan rekreasi atau olah raga.
d) Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh
pedagang asongan tangan jail, ucapan dan tindakan serta perilaku yang
tidak bersahabat dan lain sebagainya.
Jadi, aman berarti tejamin keselamatan jiwa dan fisik, termasuk
commit to user 2) Tertib
Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan
oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari
suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang
tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya :
a) Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan datang dan
berangkat tepat pada waktunya.
b) Bangunan dan lingkungan ditata teratur dan rapi
c) Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat
d) Informasi yang benar dan tidak membingungkan
3) Bersih
Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang
menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan
pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di
tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti :
a) Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di
tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat-tempat
rekreasi, tempat buangair kecil/besar dan lain sebagainya. Bersih
dari sampah, kotoran, corat-coret dan lain sebagainya.
b) Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat
c) Pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi dan tidak
mengeluarkan bau tidak sedap dan lain sebagainya
4) Sejuk
Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau
keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak
saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam
ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur
dan lain sebagainya. Untuk itu hendaklah kita semua :
a) Turut serta aktif memelihara kelestarian lingkungan dan hasil
penghijauan yang telah dilakukan masyarakat maupun pemerintah
b) Membentuk perkumpulan yang tujuannya memelihara kelestarian
commit to user 5) Indah
Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang
menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari
berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk
ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan
yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan
bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia, karena itu
kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati
oleh umat manusia.
6) Ramah Tamah
Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan
menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan
kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan
atau sikat. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada
umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan
rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi
wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus.
7) Kenangan
Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan
dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang
diperolehnya. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan
perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan
sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan. Kenangan yang indah
ini dapat pula diciptakan dengan antara lain :
a) Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa
seni tari, seni suara dan berbagai macam upacara
b) Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas daerah
bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau
mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari
commit to user 2. Masyarakat
a. Pengertian Masyarakat
Menurut pandangan yang populer, masyarakat sebgai kekutan impersonal
yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku
anggota-anggotanya. Pandangan ini mirip dengan wawasan sosiolog yang dipelopori oleh
seorang ahli sosiologi klasik dari Perancis yang bernama Emil Durheim yang
menyebutka bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang objektif secara
mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya
(Darsono Wisadirana, 2004: 23).
Menurut Comte, masyarakat merupakan hubungan sistematis antara
lembaga-lembaga, kesopanan sosial dengan cita-cita, yan semuanya merupakan
kesatuan dari proses-proses fisik, moral dan intelektual ( Soerjono Soekanto,
1983: 3). Summer berpendapat masyarakat merupakan proses saling pengaruh
mempengaruhi antara kebutuhan-kebutuhan pribadi dengan unsur-unsur
kehidupan bersama. Masyarakat merupakan suatu realitas sosial. Menurut
Summer masyarakat manusia terdiri dari in-group dan out-group atau we-group
dan other-group (Adham Nasution, 1983 : 52).
Menurut Betrand dalam Darsono Wisadirana (2004: 23) masyarakat
merupakan hasil dari suatu periode perubahan budaya dan akumulasi budaya. Jadi
masyarakat bukan sekedar jumlah penduduknya saja melainkan sebagai suatu
sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka sehingga menampilkan suatu
realita tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Dimana dari hubungan
antaanya ini terbentuk suatu kumpulan manusia yang kemudian menghasilkan
suatu kebudayaan. Jadi masyarakat merupakan sekumpulan orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan, atau disebut juga sekelompok orang yang
mempunyai kebudayaan yang sama atau setidaknya mempunyai sebuah
kebudayaan bersama yang dapat membedakan dari kebudayaan kelompok
lainnyadan yang tinggal di suatu daerah wilayah tertentu, mempunyai perasaan
akan adanya persatuan di antara anggota-anggotanya dan menganggap diri mereka
commit to user b. Jenis Masyarakat
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:564) masyarakat
dapat dibedakan dalam tujuh macam, antara lain :
1) Masyarakat desa yaitu suatu masyarakat yag anggota masyarakatnya
mampunyai mata pencaharian utama dalam sektor bercocok tanam,
perikanan, peternakan atau gabungan dari kesemuanya itu. Sedangakan
sistem budaya dan sosialnya juga mendukung mata pencaharian tersebut.
2) Masyarakat kota yaitu masyarakat yag penduduknya mempunyai mata
pencaharian dalam sektor perdagangan dan industri atau yang bekerja
dalam sektor administrasi.
3) Masyarakat majemuk yaitu masyarakat yang terbagi dalam kelompok
persatuan yang sering memilki budaya yang berbeda-beda.
4) Masyarakat modern yaitu masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan
pasar secara luas, spesialisasi dalam bidang industri dan pemakaian
teknologi canggih.
5) Masyarakat pedesaan adalah masyarakat desa.
6) Masyarakat primitif ialah masyarakat yang mempunyai sistem
perekonomian sederhana.
7) Masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang lebih banyak dikuasai oleh
adat istiadat yang lama.
Adanya perbedaan lingkungan alam dan sikap hidup menjadikan
masyarakat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Seperti yang dikemukakan
Berger dalam Darsono Wisadirana (2004: 42) membedakan jenis masyarakat
dalam 2 jenis, yaitu: 1) Masyarakat kuno adalah sutau masyarakat yang memiliki
kebudayaan masih sederhana. Masyarakat ini memiliki sifat integrasi yang tinggi
dan bersatu atau homogen dalam suatu keteratuaran beragama serta memilki
peralatan hidup dan komunikasi yang masih sederhana. Jenis masyarakat ini lebih
menonjolkan sifat kekeluargaan dan keterikatan sosial yang ditandai dengan suatu
keakraban (sering disebut sebagai masyarakat Gemeinscaft). 2) Masyarakat
Modern adalah masyarakat yang telah mengalami proses segmentasi atau
commit to user
segmen-segmen masyarakat yang saling berhubungan, antara satu segmen dengan
segmen lainnya dalam rangka mempertahankan hidup dan kehidupannya. Sikap
hidup pada masyarakat modern lebih menonjolkan sikap individualistik, sehingga
nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat termasuk nilai-nilai pengikat dari
para anggota masyarakat sebagai kolektifitas sering terabaikan. Hal ini nampak
pada masayarakat yang tinggal di kota terutama kota besar yang disebut sebagai
masyarakat kota lebih mementingka dirinya dari pada kepentingan orang lain.
Masyarakat demikian juga bisa disebut sebagai masyarakat Gesellscaft.
3. Perubahan Sosial Ekonomi
a. Perubahan Sosial
Pitirim A. Sorokin dalam Soerjono Soekanto (2005: 304) berpendapat
bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang
tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia
meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut.
Akan tetapi, perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah
lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan
tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi. Sedangkan Kingsley
Davis dalam Soerjono Soekanto (2005: 304) mengartikan perubahan sosial
sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto (2005: 310) pada dewasa ini proses-proses
pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu,
yaitu sebagai berikut:
1) Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara
cepat.
2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan
diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial
lainnya. Karena lembaga-lembaga tadi sifatnya interdependen, maka sulit
sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu
commit to user
3) Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses
penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang
mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
4) Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan
timbal balik yang sangat kuat.
Menurut Soerjono Seokanto (2005: 326) di dalam masyarakat di mana
terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya
perubahan yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1) Kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang menyangkut hal
ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari masyarakat ke
masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun
penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi,
suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan
dan disebarkan pada masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat
menikmati kegunaannya.
2) Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan mengajarkan aneka
macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-nilai
tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta
menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah.
Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara objektif,
yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zajam atau
tidak.
3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk
maju. Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat
merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel,
commit to user
baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan tertentu, walaupun
masih dalam arti yang sangat terbatas dan belum merata.
4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation),
yang bukan merupakan delik.
5) Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification). Sistem terbuka
memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti
memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan
mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status
lebih tinggi. Identifikasi terjadi di dalam hubungan
superordinasi-subordinasi. Pada golongan yang berkedudukan lebih rendah, acap kali
terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial sendiri. Keadaan
tersebut dalam sosiologi disebut status-anxiety. Status-anxiety
menyebabkan seseorang berusaha menaikkan kedudukan sosialnya.
6) Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi
yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadinya pertentangan-pertentangan
yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi
pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat
berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.
8) Orientasi ke masa depan.
9) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki
hidupnya. Transformasi masyarakat desa Jawa kurang mencolok
dibandingkan perubahan sosial dipusat-pusat perkotaan. Bahkan ada
keyakinan umum bahwa kehidupan pedesaan Jawa sulit berubah sejak
waktu yang tidak dapat diingat lagi. Perbedaan antara pola sawah di Jawa
dan pola ladang di luar pulau Jawa masih tampak jelas. Rekonstruksi
commit to user
Kesusastraan Jawa Kuno lebih banyak membahas tentang kehidupan di
istana-istana raja dibandingkan dengan kehidupan sehari-hari rakyat biasa.
Perubahan sosial secara komparatif berjalan lamban di Jawa dan
perubahan dalam kehidupan pedesaan itu hampir tidak seradikal yang terjadi di
Eropa Barat. Tradisi masih memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan Jawa. Hal yang tampak sebagai unsur baru dan lama ini sering kali
ditemukan bersisi-sisian, tidak bergabung menjadi suatu keseluruhan. Kebutuhan
sosial masih benar-benar tampak bersisian dengan munculnya kebutuhan
ekonomi, dimana semangat modern menyusupi nilai-nilai tradisional.
Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di
dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara
keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Menurut Gillin dan Gillin
dalam Soerjono Soekanto (2005:304) menyatakan bahwa perubahan sosial adalah
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima oleh masyarakat, yang
disebabkan oleh adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi dan penemuan baru
dalam masyarakat. Sedangkan Hawley dalam Piotr Sztompka menyebutkan
bahwa perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem
sosial sebagai satu kesatuan.
Suatu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah hubungan antara industri
dengan masyarakat, wadah industri adalah masyarakat, yang menjadi masalah
adalah bagaimana proses saling mempengaruhi antara industri dengan
masyarakat. Untuk itu, Soerjono Soekanto (2005:301) mengemukakan bahwa
perubahan-perubahan hanya dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat
meneliti susunan dan kehidupan masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkan dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu
yang lampau.
Menurut D. Hendropuspito OC (1989:262) perubahan sosial yang berada
di tengah masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
1) Perubahan berulang, merupakan perubahan yang ketikab kembali tidak
commit to user
2) Perubahan pembaharuan adalah perubahan yang memperlihatkan
usur-unsur baru yang belum dijumpai dalam masyarakat.
3) Perubahan hakiki dan perubahan jumlah, perubahan hakiki merupakan
perubahan jenis atau hakikat sosial ataupun budaya dan perubahan jumlah
adalah perubahan yang membawa perbedaan jumlah anggotanya.
4) Perubahan siklis, merupakan perubahan memutar sesuai dengan musim
dan tidak membawa unsur-unsur baru bagi kehidupan masyarakat.
5) Perubahan terencana dan perubahan tidak terencana. Perubahan tenencana
adalah perubahan yang sengaja dilakukan menurut rencana tertentu dan
digerakkan menurut pola tertentu. Perubahan tidak terncana merupakan
perubahan yang tidak mengikuti suatu rencana tertentu melainkan sesuai
dengan hukum alam.
6) Perubahan Progresif dan perubahan regresif. Perubahan progresif ialah
perubahan yang membawa kemajuan, hal ini diukur dipengaruhi
subjektifitas penilai. Perubahan regresif merupakan perubahan yang tidak
mendatangkan keuntungan melainkan kemunduran.
b. Perubahan Ekonomi
Perubahan ekonomi adalah suatu proses kenaikan dan penurunan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Dalam perubahan ekonomi tidak dapat terlepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth) pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi, 13
Januari 2012).
Menurut Bert F Hoselitz dalam Aidit Alwi, dkk (1986: 102)
pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dapat mempengaruhi seluruh
struktur sosial, politik dan budaya pada suatu masyarakat. A Q Khalid (1946: 567)
mengemukakan bahwa kunci menuju perubahan ekonomi terletak pada empat
commit to user
disiplin, motivasi dan lain-lain), 2) Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan
bakar, iklim dan lain-lain), 3) Pembentukan modal (mesin-mesin, pabrik, jalan
raya dan lain-lain), 4) Tingkat teknologi (pengetahuan, rekayasa, manajemen,
kewiraswastaan dan lain-lain). Masalah kependudukan akan menyebabkan terjadi
ledakan pertambahan karena menurunnya angka kematian sebelum angka
kelahiran sendiri dapat diturunkan. Pendapatan menurun akan mengancam
daerah-daerah yang kurang berkembang.
Eckstein dalam Aidit Alwi (1986:4) melihat bahwa pertumbuhan
ekonomi sebagai perluasan pilihan-pilihan yang terbuka bagi masyarakat. Dalam
masyarakat tradisional terdapat ruang lingkup yang sempit dalam pilihan individu
maupun masyarakat. Dalam masyarakat modern terdapat ruang lingkup yang jauh
lebih besar dalam pilihan individu dan pengambilan keputusan yang bersifat
desentralisasi dalam bidang ekonomi. Keadaan ini merupakan aspek yang penting
dalam individualisme.
c. Perubahan Sosial Ekonomi
Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan.
Proses perubahan terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan
bekerja. Manusia selalu berusaha untuk memperbaiki hidupnya atau
sekurang-kurangnya mempertahankan hidupnya. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya
adalah suatu proses yang terus menerus artinya bahwa perubahan itu ada yang
terjadi lambat dan ada yang terjadi cepat.
Para ahli sepakat untuk mengkategorikan masyarakat Indonesia sekarang
ini sebagai masyarakat yang sedang berada dalam keadaan transisional.
Masyarakat Indonesia sekarang sedang bergerak dari masyarakat agraris
tradisional yang penuh dengan nuansa spiritualistik menuju masyarakat industrial
modern yang materialistik. Warna kehidupan masyarakat industrial sudah terasa
dalam denyut jantung kehidupan masyarakat, walaupun corak kehidupan agraris
tradisional tidak lenyap sama sekali.
Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsesus atau pertikian,
commit to user
kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari sifat saling mempengaruhi
dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks. Adakalanya perubahan
hanya terjadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya, tanpa menimbulkan akibat
besar terhadap unsure lain dari sistem. Sistem dari keseluruhan tetap utuh, tidak
terjadi perubahan menyeluruh atas unsure-unsurnya meski di dalamnya terjadi
perubahan sedikit demi sedikit (Piotr Szotompka, 2008 : 3-4).
Perubahan tidak selalu membawa dampak kemajuan, bahkan yang terjadi
sebaliknya, yaitu kekacauan. Apalagi perubahan tersebut kurang memperhatikan
terhadap sistem nilai yang berlaku sebelumnya, maka yang terjadi adalah
keresahan. Perubahan sosial dan ekonomi masyarakat dapat diartikan sebagai
bentuk perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang membawa pengaruh
terhadap kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi pada masyarakat tersebut.
B. Kerangka Berfikir
Keterangan : : hubungan secara langsung
: hubungan secara tidak langsung
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pariwisata Boyolali
Masyarakat PT Umbul Sewu
Sosial Ekonomi