• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SOHUN DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN Yang dipersiapkan dan disusun oleh Nandika Wisnu Prakoso H0808129 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SOHUN DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN Yang dipersiapkan dan disusun oleh Nandika Wisnu Prakoso H0808129 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SOHUN

DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN

KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Nandika Wisnu Prakoso

H0808129

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SOHUN

DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN

KABUPATEN KLATEN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Nandika Wisnu Prakoso

H0808129

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : Agustus 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Agustus 2012

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1001 Ketua

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS NIP. 19470713 198103 1 001

Anggota I

Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP NIP. 19670824 199203 1 003

Anggota II

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan

lancar. Skripsi yang berjudul ”Strategi Pengembangan Agroindustri Sohun Di

Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten” ini disusun untuk

memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat

terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing Utama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan skipsi ini.

5. Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP selaku Pembimbing Pendamping yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Dosen Penguji yang memberikan

masukan/saran yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh Karyawan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan kemudahan dalam

(4)

commit to user

iv

9. Bappeda, Kesbangpol dan linmas, Disperindagkop dan UMKM Kabupaten

Klaten, Kecamatan Ngawen dan Desa Manjung yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Kedua orang tua ku tercinta (Bapak Sukimin dan Ibu Sugiyarti), kakak-kakak

ku tersayang (Mbak Ninuk dan Mas Arif, Mbak Ninik dan Mas Tarto serta

Mas Nanang), keponakan-keponakan ku terlucu (Malika, Aulan, Nafi dan

Ilyas) serta seluruh keluarga besar Arjo Sakir atas kasih sayang, kepercayaan,

dukungan, do’a, perhatian, dan nasehatnya.

11. Sahabat Kost Pondok ”Ragil” dan Tim Futsal ”Fusabi” (Ari, Radit, Aria,

Bayu, Udin, Heru, Hendro, Adnan, Nova, Lilik, Nanda, Budi, Kiki, Agung,

Rendhi dan Heri) atas perjuangan kalian dan keceriaan yang selalu mampu

membuatku tertawa.

12. Mas Sasongko dan keluarga yang telah membantu dalam pengumpulan data

dan informasi pada saat penelitian.

13. Teman magang di KPI (Anggun, Reni, Resty, Puri, Ocha, Tisya, Agus, Ashar

dan Aklis) atas kebersamaan dan berbagi cerita disana.

14. Segenap keluarga besar Agribisnis angkatan 2007, 2008, 2009, 2010 dan

2011. Terima kasih atas semangat, motivasi, dukungan, keceriaan, kerjasama

dan kebersamaannya selama kuliah ini.

15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan

penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih atas bantuannya selama ini.

Sebagai salah satu tahapan dalam proses pembelajaran, penulis menyadari

dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

menambah pengetahuan baru bagi yang membaca.

Surakarta, Agustus 2012

(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR.. ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL.. ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN. ... x

RINGKASAN.. ... xi

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Berpikir ... 25

C. Pembatasan Masalah ... 27

D. Definisi dan Operasional Variabel ... 27

III.METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

C. Teknik Penentuan Sampel ... 31

D. Jenis dan Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Validitas Data…… ... 35

G. Metode Analisis Data .. ... 36

IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ... 41

B. Keadaan Penduduk ... 43

C. Keadaan Sarana Perekonomian ... 49

D. Keadaan Pertanian... 51

(6)

commit to user

vi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Agroindustri Sohun ... 55

1. Identitas Responden ... 55

2. Keragaan Agroindustri Sohun. ... 59

B. Perumusan Strategi ... 65

1. Visi dan Misi Usaha ... 65

2. Analisis Faktor Strategis ... 66

3. Identifikasi Faktor Strategis ... 77

4. Pengukuran Analisis Faktor Strategis.. ... 89

5. Alternatif Strategi.. ... 91

6. Prioritas Strategi... ... 95

VI.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1. Jenis, Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri

Pengolahan di Kabupaten Klaten………... 3

Tabel 2. Analisis Lingkungan Internal………. 15

Tabel 3. Analisis Lingkungan Eksternal………... 15

Tabel 4. Standar mutu Sohun (SNI 01-3723-1995)……….. 23

Tabel 5. Jumlah Sentra Agroindustri Sohun Di Kabupaten Klaten………. 30

Tabel 6. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan………... 34

Tabel 7. Matriks TOWS………... 38

Tabel 8. Matriks QSP………... 39

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011... 44

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Pada Tahun 2011... 45

Tabel 11 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011... 47

Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011………. 48

Tabel 13. Keadaan Sarana Perekonomian di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011... 49

Tabel 14. Panjang Jalan Menurut Status jalan, Jenis Permukaan

dan Kondisi Jalan di Kabupaten Klaten Tahun 2011…. 50

(8)

commit to user

viii

Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten

Tahun 2011... 51

Tabel 16. Jenis Ternak, Jumlah Pemilik dan Jumlah Ternak di

Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten

Tahun 2011... 52

Tabel 17. Jenis Industri Kecil Potensial Di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011….. 53

Tabel 18. Identifikasi Acaman dan Peluang dalam

Pengembangan Agroindustri Sohun di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten……….. 78

Tabel 19. Identifikasi Kelemahan dan Kekuatan dalam

Pengembangan Agroindustri Sohun di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten………... 79

Tabel 20. Perhitungan Analisis Lingkungan Eksternal………….. 89

Tabel 21. Perhitungan Analisis Lingkungan Internal………. 90

Tabel 22. Alternatif Strategi Matriks TOWS Pengembangan

Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan

Ngawen Kabupaten Klaten... 92

Tabel 23. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Pengembangan Agroindustri Di Desa Manjung

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan

Strategis yang Komprehensif………. 11

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Strategi Pengembangan

Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan

Ngawen Kabupaten Klaten………. 27

Gambar 3. Skema Trianggulasi………. 36

Gambar 4. Proses Produksi Sohun di Desa Manjung Kecamatan

Ngawen Kabupaten Klaten………. 63

Gambar 5. Grafik Pengukuran Analisis Lingkungan

Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian………... 106

Lampiran 2. Identitas Responden………... 107

Lampiran 3. Catatan Harian Penelitian……….. 109

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mendalam……….. 113

Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Wawancara……….. 119

Lampiran 6. Triaggulasi Sumber……… 148

Lampiran 7. Kuesioner Penentuan Bobot dan Skor………... 162

Lampiran 8. Perhitungan QSPM……… 167

Lampiran 9. Foto Dokumentasi Penelitian ……… 176

(11)

commit to user

xi

RINGKASAN

Nandika Wisnu Prakoso. H0808129. 2012. “Strategi Pengembangan

Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten”.

Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS dan Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi pengembangan agroindustri sohun dan mengetahui strategi yang paling efektif yang diterapkan dalam pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten berdasarkan pertimbangan karena merupakan sentra agroindustri sohun yang memiliki jumlah pengusaha/unit yang paling banyak. Desain penelitian yang digunakan dengan metode kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Teknik penentuan sampel dengan menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah (1) analisis TOWS untuk mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal (2) matriks TOWS untuk merumuskan alternatif strategi dalam pengembangan agrondustri sohun (3) QSPM untuk menentukan prioritas strategi yang paling efektif diterapkan.

Hasil penelitian diketahui bahwa faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah tingginya tingkat persaingan, fluktuasi harga bahan baku, adanya komplain dari pelanggan, kondisi cuaca yang tidak menentu, kurangnya pengawasan langsung dari pemerintah, kondisi ekonomi yang tidak kondusif dan kesenjangan social antar pengusaha. Faktor eksternal yang menjadi peluang adalah pangsa

pasar yang masih luas, perhatian pemerintah terhadap pengembangan agroindustri

sohun, kondisi lingkungan yang aman, hubungan yang baik dengan stakeholder

dan perkembangan teknologi yang cukup maju. Faktor internal yang menjadi

kelemahan adalah permodalan yang masih kurang, kualitas SDM yang masih

rendah, pengelolaan kurang optimal, kurangnya sistem pembuangan limbah, biaya

transportasi tinggi dan promosi masih kurang. Faktor internal yang menjadi

kekuatan pengalaman mengusahakan sudah lama, usaha mudah dilakukan dan

resiko kecil, kualitas produk sohun yang tahan lama, kontinyuitas hasil produksi

danpemanfaatan adanya penelitian dan pengembangan.

(12)

commit to user

xii

SUMMARY

Nandika Wisnu Prakoso. H0808129. 2012. The Strategy of Vermicelli

Agroindustry Development in Manjung Village, Ngawen, Klaten”. Supervised by Prof. Dr. Totok Mardikanto, MS and Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. Faculty of

Agriculture. Sebelas Maret University.

The objectives of this research were to find out the description of external and internal factor which influenced the quality development of vermicelli and to find out the most effective strategy applied in the quality development of vermicelli in Manjung village, Ngawen, Klaten.

The research location was chosen purposively in Manjung village, Ngawen, Klaten based on the consideration that it has the most unit/enterpreuner of vermicelli agroindustry. This was a descriptive qualitative research with purposive and snowball sampling. The techniques analysis employed were (1) TOWS analysis to identify the external and internal factor (2) TOWS matrix to formulate the strategy alternative in developing the vermicelli agroindustry (3) QSPM to determine the priority of strategy which is considered as the most effective strategy to be applied.

The results of this research show that the external factors which become threats were the height of competition level, the fluctuation of raw material price, complaint from customer, uncertain of weather conditions, lack of direct government control, economic condition which is not conducive and social gap between entrepreneurs. Further, the external factors which become opportunities were the market segment which is still widely open, the government attention toward the development of vermicelli agroindustry, natural condition which is conducive, good relationship with stakeholder and the development of technology. Moreover, the internal factors which become weaknesses were the capital which is still lacking, the quality of human resources which is still low, the management which is still not optimal, the lack of waste disposal system, transportation cost which is still expensive and lack of promotion. Otherwise, the internal factor which become strengths were the entrepreneur long experiences, easy enterprise and low risk, the vermicelli quality which is long lasting, continuity of result production and the advantages of research and development results.

(13)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan dunia pada era globalisasi dan pesatnya

pertumbuhan negara-negara berkembang seperti Indonesia menyebabkan

sektor industri kembali bergairah, ditandai dengan semakin banyaknya

industri yang turut ambil bagian dalam perkembangan tersebut. Terlebih

dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi membuat

perkembangan dunia industri semakin tinggi dan komplek. Salah satunya

sektor industri yang banyak digeluti yaitu yang bergerak di sektor industri

pengolahan pangan atau sekarang yang lebih dikenal dengan agroindustri.

Agroindustri merupakan suatu sistem pengolahan secara terpadu antara sektor

pertanian dengan sektor industri sehingga akan diperoleh nilai tambah dari

hasil pertanian tersebut.

Pengembangan agroindustri merupakan salah satu cara sebagai

pembangunan di sektor pertanian. Dimana sektor pertanian mempunyai peran

yang penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, terutama bagi negara

yang bercorak agraris seperti Indonesia. Dengan didukung oleh potensi alam

dan keanekaragaman hasil alam yang sangat melimpah dapat menjadi

pendukung utama dalam pengembangan agroindustri. Menurut Soekartawi

(2001), agroindustri mampu meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis,

mampu menyerap tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa, dan

mampu mendorong munculnya industri yang lain. Hal ini dapat mewujudkan

sektor pertanian di Indonesia mampu memberikan kontribusi yang besar bagi

pertumbuhan ekonomi nasional yang pada akhirnya akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sektor agroindustri merupakan salah satu penyumbang dalam

memantapkan perekonomian di Indonesia. Keberadaan sektor agroindustri

merupakan salah satu motor penggerak yang penting bagi pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Agroindustri merupakan industri yang bergerak dalam

pengolahan hasil pertanian, baik nabati maupun hewani menjadi produk

(14)

commit to user

pangan olahan. Menurut Soleh (2003), pengembangan agroindustri didukung

oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati mapun hewani yang mampu

menghasilkan berbagai produksi olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan

dari sumberdaya alam lokal. Saat ini Indonesia memiliki banyak produk

pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional.

Dengan berkembangnya produk lokal maka jumlah dan jenis produk pangan

menjadi semakin banyak jumlahnya.

Salah satu hasil dari produk agroindustri yang memliki keunikan dan

daya tarik akan bahan bakunya, proses produksinya, bentuk produknya dan

permintaannya adalah agroindustri dengan produk sohun yang keberadaanya

telah lama dan yang masih eksis sampai sekarang. Sohun merupakan jenis mie

yang dibuat dari pati murni. Jenis pati yang sering digunakan dalam produksi

sohun adalah pati aren. Proses pembuatan sohun hampir sama dengan

pembuatan bihun, terutama dalam hal pengepresan adonan. Bedanya,

pembuatan sohun dilakukan dengan membuat slurry pati yang kemudian

digelatinisasi membentuk bubur lem sebelum dipres atau dicetak. Sedangkan

pengeringannya biasanya dilakukan dengan cara dijemur pada rak yang

dioleskan minyak di atas permukaannya.

Beragam jenis mie telah dikenal masyarakat, namun mie instan

merupakan mie yang paling dikenal oleh masyarakat. Ini menunjukkan bahwa

mie merupakan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen

Indonesia. Namun konsumsi mie yang meningkat ini dapat menurunkan

devisa negara karena bahan baku mie dari tepung terigu merupakan salah satu

komoditas impor. Jadi untuk mengurangi beban negara sebaiknya dibuat

makanan alternatif yaitu pengembangan pembuatan mie berbahan baku selain

tepung terigu, seperti dengan memanfaatkan pati aren, sagu, tepung beras,

singkong dan sebagainya.

Pengembangan pengolahan mie berbahan baku non-terigu telah

banyak dilakukan di Indonesia. Suismono (1995) melaporkan keberhasilannya

dalam memproduksi mie basah dengan bahan baku utama tepung ubijalar.

(15)

commit to user

instan dengan bahan baku tepung beras. Kemudian tepung sorgum juga dicoba

sebagai bahan baku mie untuk menggantikan terigu (Munarso dan Jumali,

2000). Belakangan dilaporkan adanya mie berbahan baku pati sagu atau

tepung ganyong yang cukup popular di wilayah Kabupaten Sukabumi Jawa

Barat dengan sebutan Mie Gleser (Purwani et al., 2003).

Kabupaten Klaten sebagai salah satu daerah yang memiliki berbagai

industri pengolahan pangan yang dapat dikategorikan dalam usaha skala

rumah tangga, skala industri kecil dan skala industri besar. Berdasarkan data

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Usaha Menengah

Kecil dan Mikro) Kabupaten Klaten tahun 2011 keberadaan agroindustri

memiliki potensi sebagai penopang perekonomian daerah dan penyerapan

tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis, Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan di Kabupaten Klaten.

No. Jenis Industri Jumlah Usaha

(Unit)

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

1. Tepung Beras 78 125

2. Sosoh Wijen 50 205

3. Sohun 70 350

4. Roti/Kue Kering 38 110

5. Gula Kelapa 125 250

6. Kecap 6 16

7. Kacang Asin/Oven 21 30

8. Keripik 92 164

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten Tahun 2011.

Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa ada beberapa jenis

agroindustri terdapat di Kabupaten Klaten. Salah satunya yaitu sohun, yang

merupakan agroindustri dengan jumlah unit usaha sebanyak 70 dan mampu

menyerap tenaga kerja sebanyak 350. Sehingga merupakan salah satu

agroindustri yang mempunyai potensi dan prospek yang perlu untuk

dikembangkan sebagai optimalisasi peranan yang besar dari kegiatan

agroindustri itu sendiri. Dengan demikian penelitian ini ingin mengkaji lebih

(16)

commit to user

dimiliki oleh sohun sebagai komoditas pangan merupakan hal yang penting

dalam pemilihan menu masyarakat Indonesia.

Sekarang ini berbagai pihak telah mencoba untuk mengembangkan

mie sebagai produk yang diharapkan menjadi jembatan dalam usaha

penganekaragaman pangan. Selain itu menjadikan mie sebagai produk yang

dapat memberikan tambahan pendapatan melalui pengembangan bisnis mie

sehingga sebagai penyediaaan penyerapan tenaga kerja dan penopang

perekonomian suatu daerah. Perhatian seperti ini lebih banyak diberikan pada

pengembangan pengolahan mie berbahan baku non-terigu, mengingat bahan

baku non-terigu merupakan produk lokal yang mendapat dorongan lebih kuat

dalam pengembangannya.

Melihat potensi industri pengolahan khususnya agroindustri sohun di

Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten terhadap penyediaan

kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat yang dapat

dijadikan sebagai penopang perekonomian daerah, sehingga perlu untuk

mengoptimalkan lebih jauh lagi akan peranan dari agroindustri sohun yang

merupakan salah satu sektor yang harus terus dikembangkan. Akan tetapi,

dalam pengembangan suatu agroindustri tidak selalu berjalan seperti yang

dibayangkan karena pasti akan menghadapi masalah maupun tantangan yang

harus disikapi yang disebabkan adanya faktor-faktor kendala yang menjadi

permasalahan dalam pengembangan agroindustri sohun.

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan

agroindustri adalah: (a) kualitas produk agroindustri dipengaruhi oleh bahan

baku yang digunakan dari hasil produk pertanian yang mudah rusak bila tidak

ditangani dengan tepat; (b) aspek kontinuitas produksi agroindustri menjadi

tidak terjamin karena sebagian besar produk pertanian yang dijadiakan bahan

baku bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim; (c) produk

agroindustri sohun yang dihasilkan pada umumnya masih rendah sehingga

mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik didalam negeri maupun di

pasar internasional; dan (d) sebagian besar agroindustri berskala kecil dengan

(17)

commit to user

karena itu, strategi pengembangan agroindustri yang dapat ditempuh harus

disesuaikan dengan karakteristik dan permasalahan agroindustri yang

bersangkutan. Dengan demikian, strategi pengembangan juga akan

berpengaruh besar dalam menjaga kelangsungan hidup atau eksistensi usaha

dan mengatasi masalah-masalah yang ada pada usaha agroindustri sohun.

B. Rumusan Masalah

Potensi yang dimiliki agroindustri sohun yaitu sebagai peluang

penambah pendapatan, penyedia lapangan pekerjaan dan kontribusi penopang

perekonomian. Hal ini menggambarkan usaha agroindustri sohun banyak

mempunyai peranan yang bermanfaat bagi masyarakat agroindustri, dimana

potensi yang sangat besar tersebut belum mampu sepenuhnya diwujudkan

secara optimal. Selain itu potensi agroindustri sohun di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten mempunyai tenaga kerja yang

melimpah dalam menjalankan sentra agroindustri ini, penyediaan bahan baku

yang selalu ada, prospek pasar yang bagus dan dukungan dari pihak luar yang

dapat menjadi kekuatan dan peluang bagi sentra agroindustri sohun ini.

Agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten

Klaten yang sudah berlangsung lama yaitu sejak tahun 1970-an yang sudah

mempunyai nilai tradisi yang sangat tinggi karena dilakukan secara

turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya menunjukkan perkembangannya

selama ini yang hanya relatif stabil saja dimana tidak terjadi kesamaan

kemajuan antara unit pengusaha satu dan unit pengusaha yang lain dalam

mengembangkan usahanya dan bahkan sampai sekarang ini terjadi

pengurangan jumlah unit usaha yang ditunjukkan ada beberapa pengusaha

yang menghentikan atau menutup unit produksinya sehingga untuk menyikapi

fenomena yang telah terjadi seperti itu maka perlunya untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan usaha agoindustri ini

dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi. Dengan demikian

agroindustri sohun ini harus dikembangkan supaya agroindustri sohun tetap

(18)

commit to user

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka perumusan masalah

yang diambil adalah :

1. Bagaimana deskripsi faktor eksternal dan internal yang berpengaruh

terhadap pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan

Ngawen Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana strategi yang paling efektif diterapkan dalam pengembangan

agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten

Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang strategi pengembangan agroindustri sohun ini

mempunyai tujuan untuk :

1. Mengetahui deskripsi faktor eksternal dan internal yang dapat

mempengaruhi pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

2. Mengetahui strategi yang paling efektif yang dapat diterapkan dalam

pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen

Kabupaten Klaten.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti

terkait dengan pengembangan usaha agroindustri sohun dan merupakan

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pengusaha sohun, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi

pengembangan agroindustri sohunnya.

3. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu

kebijakan pengembangan di sektor industri khususnya sub sektor industri

bahan pangan, terutama agroindustri sohun.

4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

(19)

commit to user II. LANDASAN TEORI

A. Tinjaun Pustaka

1. Manajemen Agribisnis

Agribisnis adalah semua aktivitas dalam bidang pertanian. Mulai

dari industri hulu, usaha tani, indutri hilir hingga distribusinya. Menurut

Semaoen (1996), agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang berkaitan

dengan sektor agribisnis mencakup perusahaan yang memasok input

agribisnis dan jasa pengangkutan serta jasa keuangan. Agribisnis adalah

sifat dari usaha yang yang berkaitan dengan agro-based industries yang

berorientasi pada bisnis, yaitu yang bertujuan memperoleh keuntungan.

Sedangkan, manajemen adalah suatu proses untuk mencapai

hasil-hasil yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia

dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan,

fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan dan pengimplementasian dan

fungsi pengawasan dan pengendalain. Menurut George R. Terry dalam

Kusnandar et al. (2010), manajemen merupakan sebuah proses yang khas,

yang terdiri dari tindakan-tindakan : perencanaan, pengorganisasian,

menggerakkan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta

mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan

sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.

Manajemen agribisnis adalah suatu kegiatan dalam bidang

pertanian yang menerapkan manajemen dengan melaksanakan fungsi

fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan dan

pengimplementasian dan fungsi pengawasan dan pengendalian dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk

pertanian dan keuntungan yang maksimal. Dengan demikian manajemen

agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem

agribisnis yang merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan

pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus

(20)

commit to user

sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai

masalah dan tantangan (Firdaus, 2008).

Menginggat adanya karakteristik agribisnis yang khas maka

manajemen agribisnis harus dibedakan dengan manajemen lainnya.

Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dengan manajemen

lainnya menurut Dawney dan Erickson dalam Firdaus (2008) ialah sebagai

berikut :

a. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis

yaitu dari para produsen dasar sampai para pengirim, perantara,

pedagang borongan, pemproses, pengepak, pembuat barang, usaha

pergudangan, pengangkutan, lembaga keuangan, pengecer, kongsi

bahan pangan, restoran sampai daftar ini tidak ada akhirnya.

b. Besarnya jumlah pelaku agribisnis, secara kasar berjuta-juta bisnis yang

berbeda telah lazim menangani rute dari produsen sampai ke pemasar

eceran.

c. Cara pembentukan agribisnis dasar di sekeliling pengusaha tani. Para

pengusaha tani ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan

dan sandang (serat).

d. Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari

perusahaan raksasa sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu

orang.

e. Agribisnis yang berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relatif

bebas dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih

sedikit.

f. Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis

cenderung membuat agribisnis lebih kolot dibanding bisnis lainnya.

g. Kenyataan badan usaha agribisnis cenderung berorientasi pada

masyarakat luas.

h. Kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat,

banyak di antaranya terdapat dikota kecil dan pedesaan, dimana

(21)

commit to user

i. Kenyataan bahwa agribisnis bahwa yang sudah menjadi industri raksasa

sekali pun sangat bersifat musiman.

j. Agribisnis bertalian dengan lingkungan eksternal gejala alam.

k. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung

pada agribisnis. Misalnya harga gabah sangat dipengaruhi oleh

peraturan pemerintah.

2. Manajemen Agroindustri

Manajemen agroindustri terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan

agroindustri. Manajemen menurut Sisk dalam Kusnandar et al. (2010),

didefinisikan sebagai proses mengkoordinasikan sumberdaya demi

tercapainya tujuan tertentu, melalui kegiatan-kegiatan : perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan dan

kepemimpinan (actuating), dan pengawasan/pengendalian (controlling).

Dalam pengertian ini, manajemen mengandung tiga pengertian pokok,

yaitu :

a. Pengkoordinasian sumberdaya, baik yang berupa : sumberdaya

manusia, modal, peralatan, dll.

b. Pengkoordinasian sumberdaya tersebut, dilakukan melalui suatu proses

yang sistematis dalam bentuk : perencanaan, pengordinasian,

kepemimpinan dan pengendalian.

c. Manajemen merupakan proses pengambilan keputusan untuk

menetapkan pilihan-pilihan, demi tercapainya tujuan tertentu.

MenurutKusnandar et al. (2010),agroindustri berasal dari dua kata

agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang

menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input

dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai

kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,

merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.

Fungsi manajemen agroindustri harus dipahami sebagai kegiatan

(22)

commit to user

mencipatakan keunggulan kompetitif. Sasaran-sasaran ini dicapai dengan

merancang dan mengoperasikan kegiatan pengolahan yang hemat biaya

atau dengan meragamkan produk. Dengan demikian manfaat manajemen

agroindustri adalah untuk merubah bentuk dari satu jenis produk menjadi

bentuk yang lain sesuai dengan keinginan konsumen, terjadinya fungsi

waktu, yang tadinya komoditas perishable menjadi tahan simpan lebih

lama dan meningkatkan kualitas dari produk itu sendiri, sehingga

meningkatkan harga dan nilai tambah (Kusnandar, et al., 2010).

3. Manajemen Strategi

Hunger & Wheelen (1996) menyatakan bahwa manajemen

strategis adalah suatu kesatuan rangkaian keputusan dan tindakan yang

menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Tercakup di

dalamnya mengenali dan menganalisa lingkungan, memformulasi strategi,

mengimplementasikan strategi dan melakukan evaluasi pengendalian

berikutnya. Sedangkan Pearce & Robinson (2008), mendefinisikan

manajemen strategis merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang

menghasilkan perumusan dan implementasi rencana yang didesain untuk

mencapai tujuan suatu perusahaan.

Manajemen strategis menurut David (2004) adalah seni dan ilmu

pengetahuan untuk merumsukan, mengimplementasikan dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai

tujuan obyektifnya. Adapun skema penyusunan strategis seperti

digambarkan pada Gambar 1.

Sesuai dengan skema pada gambar 1., manajemen strategis adalah

proses yang sangat interaktif yang memerlukan koordinatif diantara para

manajer pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi/ operasi, penelitian dan

pengembangan, dan sistem informasi manajemen. Meskipun proses

manajemen strategis diawasi oleh para perencana strategi, agar berhasil

proses tersebut harus melibatkan para manajer dan karyawan dari semua

bidang fungsional untuk bekerja sama memberikan gagasan atau informasi

(23)

commit to user

Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategis yang Komprehensif (David, 2004).

4. Strategi

Strategi adalah rencana berskala besar dengan orientasi ke masa

depan untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan demi mencapai tujuan

perusahaan. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan mengenai

bagaimana, kapan dan dimana perusahaan akan bersaing, dengan siapa

sebaiknya bersaing dan untuk tujuan apa perusahaan harus bersaing

(Pearce and Robinson, 2008).

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa

meningkat) dan terus menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang

tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan

demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi” bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan

inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi

inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di

(24)

commit to user

Taghibigloo (2011) mendifinisikan perencanaan strategis sebagai proses

dalam organisasi yang menganalisis dan mengenali lingkungan eksternal

dan internal. Selain itu, perencanaan strategis dapat membantu untuk

membuat strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

5. Perumusan Strategi

Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh

terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal

perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan

cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman yang datang

dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah.

Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan

perubahan faktor internal perusahaan seperti perubahan terhadap kekuatan

maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 2001).

Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan

misi suatu usaha, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal

organisasi, menetukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi,

menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi

alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan

(David, 2004).

a. Penentuan Visi, Misi dan Tujuan Bisnis

Visi bisnis merupakan pernyataan apa yang perusahaan inginkan

di masa depan. Visi dapat memberikan aspirasi dan motivasi disamping

memberikan panduan atau rambu-rambu dalam menyusun strategi.

Sedangkan misi mengandung tujuan pokok perusahaan, dan misi juga

merupakan visi dari si pendiri perusahaan. Misi perusahaan adalah

sebuah ekspresi dari ambisi untuk mengembangkan perusahaan.

Pernyataan misi yang efektif adalah mendefinisikan bisnis dari tiap

group kecil dalam organisasi. Pernyataan tersebut akan membuat para

karyawan lebih mengerti mengenai tujuan mereka (Kusuma, 2009).

Tujuan dapat didefinisikan sebagai hasil tertentu yang perlu

(25)

commit to user

penting untuk keberhasilan organisasi karena tujuan menentukan arah,

membantu dalam melakukan evaluasi, menciptakan sinergi,

menunjukkan prioritas, memusatkan koordinasi, dan menjadi dasar

perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengendalian

kegiatan yang efektif. Tujuan haruslah menantang, dapat diukur,

konsisten, wajar dan jelas (David, 2004).

b. Analisis Faktor-Faktor Strategis

1) Faktor Eksternal

Menurut Salusu (2003), lingkungan eksternal terdiri atas

dua faktor strategik, yaitu peluang dan ancaman atau tantangan.

Peluang sebagai situasi dari faktor-faktor eksternal yang membantu

organisasi mencapai atau bahkan bisa melampaui pencapaian

sasarannya, sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal

yang menyebabkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya.

Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan

tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,

hukum, pemerintahan, teknologi dan persaingan yang dapat

menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di

masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar di luar kendali

suatu organisasi karena itu digunakan istilah eksternal

(David, 2004).

Menurut Umar (2001), lingkungan eksternal dibagi

kedalam dua kategori, yaitu lingkungan industri (Industry

environment) dan lingkungan jauh (Remote environment).

a) Lingkungan Perusahaan/Industri (Industry Environment)

Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada

aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya,

faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti

ancaman-ancaman dan peluang-peluang yang dimiliki

perusahaan. Michael Porter, penggagas konsep strategi

(26)

commit to user

utama, yaitu ancaman pendatang baru, persaingan diantara

kelompok perusahaan yang telah ada, ancaman produk

pengganti (subtitusi), kekuatan tawar-menawar pembeli

(buyers), kekuatan tawar-menawar pemasok (suppliers), dan

kekuatan relatif dari pihak-pihak berkepentingan (stakeholder)

lainnya.

b) Lingkungan Jauh (Remote Environment)

Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor

yang pada dasarnya diluar, dan biasanya terlepas dari

perusahaan, faktor-faktor utama yang biasa diperhatikan adalah

faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi yang sering

disingkat (PEST). Lingkungan jauh ini memberikan kesempatan

besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat menjadi

hambatan dan ancaman untuk maju.

2) Faktor Internal

Menurut Salusu (2003), kekuatan adalah situasi dan

kemampuan internal yang bersifat positif, yang memungkinkan

organisasi memiliki keuntungan strategik dalam mencapai

sasarannya, sedangkan kelemahan adalah situasi dan ketidak

mampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat

mencapai sasaranya. Kekuatan dan kelemahan tersebut menurut

David (2004) ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran,

keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan,

serta sistem informasi manajemen di setiap perusahaan.

Faktor-faktor internal dapat ditentukan dengan banyak cara, termasuk

dengan menghitung rasio, mengukur kerja, dan membandingkan

dengan prestasi masa lalu atau dengan rata-rata industri.

Kekuatan adalah sesuatu yang paling baik dilakukan oleh

organisasi atau suatu karakteristik yang memberinya kemampuan

yang sangat besar. Kekuatan itu dapat berupa ketrampilan,

(27)

commit to user

kemampuan kompetitif, atau hasil yang menempatkanya pada

kedudukan yang superior, misalnya mutu produk yang lebih baik,

adanya pengakuan dari pihak luar dan penguasa, teknologi yang

superior, atau pelayanan yang memuaskan. Kelemahan dipihak

lain, adalah sesuatu yang membuat organisasi sangat lemah,

miskin, berpenampilan buruk, atau suatu kondisi yang

menempatkanya pada posisi ketidak-beruntungan dan tidak

kompetitif (Salusu, 2003).

6. Teknik Pengukuran Analisis Lingkungan

Menurut Mardikanto (1999), teknik pengukuran analisis

lingkungan faktor internal dan faktor eksternal bisa dilakukan dengan

memberikan nilai skor dengan skala ordinal (jenjang) dari (-5) untuk

kelemahan dan ancaman sampai dengan (+5) untuk kekuatan dan peluang.

Kemudian dilihat seberapa jauh perbandingan kekuatan dibanding

kelemahan serta peluang terhadap ancamannya.

Tabel 2. Analisis Lingkungan Internal

Variabel Internal Kelemahan Kekuatan

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Jumlah

Sumber : Mardikanto, 1999

Tabel 3. Analisis Lingkungan Eksternal

Variabel Eksternal Ancaman Peluang

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Jumlah

Sumber : Mardikanto, 1999

Pengukuran seperti ini seperti halnya pada SPACE matrix yang

dipakai untuk menentukan kondisi perusahaan dengan menggunakan

model yang dipresentari dengan menggunakan sebuah diagram cartesius

yang terdiri atas empat kuadran dengan skala ukuran yang sama.

Kerangkakerja keempat kuadran-kuadran itu adalah dengan menunjukkan

(28)

commit to user

aggressive, conservative, defensive atau competitive bagi perusahaan.

Masing-masing sumbu (axes) dari matriks SPACE menyatakan dua

dimensi, yaitu :

a. Dimensi internal yang terdiri atas financial strenght (FS) dan

competitive advantage (CA).

b. Dimensi eksternal yaitu environment stability (ES) dan industry

strenght (IS).

Keempat faktor ini adalah faktor penentu yang paling penting

untuk menentukan posisi strategis perusahaan (Umar, 2001).

7. Alternatif Strategi

a. Pengembangan Alternatif Strategi

Menurut Mardikanto (1999), pengembangan alternatif pada

hakekatnya merupakan suatu proses kreatif yang bersifat inovatif untuk

mencoba sesuatu yang baru atau menggantikan sesuatu yang sudah ada

dengan sesuatu yang baru. Pengembangan alternatif sering terjadi di

dalam proses manajemen, karena dilator belakangi oleh :

1) Yang “sudah ada” dinilai akan segera “ketinggalan jaman” atau tidak layak secara ekonomis.

2) Penerapan inovasi dapat memberikan suasana “baru” untuk menghilangkan kejenuhan dan meningkatkan produktifitas kerja.

3) Inovasi dapat membantu memecahkan tantangan massa depan yang

tidak selalu dapat diatasi dengan tetap menerapkan ide-ide yang

konvensional.

4) Banyak hal yang seharusnya dilakukan, tetapi tidak pernah

dipikirkan atau dilaksanakan.

5) Meskipun sering kali menimbulkan “kerugian”, tetapi penerapan inovasi pada umumnya dapat memberikan keuntungan yang tidak

mungkin diperoleh dengan tetap menerapkan ide-ide yang

(29)

commit to user b. Ragam Alternatif Strategi

Menurut Mardikanto (1999), pada dasarnya ada dua alternatif

strategi yaitu :

1) Strategi aktif atau offensive postures, yaitu strategi yang dirancang

sebelum menghadapi reaksi tantangan dan kesempatan lingkungan.

2) Strategi pasif atau defensive postures yang dirancang sebagai reaksi

terhadap tantangan dan kesempatan lingkungan.

8. Analisis Threats, Opportunities, Weakness and Strengths (TOWS)

Menurut David (1989) dalam Salusu (2003), tidak memakai

singkatan SWOT seperti yang lazim didengar, tetapi lebih senang

menggunakan TOWS yang tampaknya ingin mendahulukan analisis

ancaman dan peluang untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas

faktor internal kelemahan dan kekuatan sesuai yang cocok dengan

faktor-faktor eksternal tersebut.

Sekarang rasakan bedanya dengan analisis TOWS. Analisis ini

dimulai dari sebuah threat (ancaman) & opportunity (peluang) yang secara

tidak langsung akan memaksa untuk mulai berorientasi pada ”masa depan”. Terlebih lagi bila secara nyata threat itu sangat mengancam, pasti akan mencari peluang-peluang untuk masa depan. Tentu analisis TOWS

ini lebih obyektif untuk menyusun strategi-strategi bisnis menuju

sengitnya sebuah kompetisi (Anonim, 2010).

Analisis SWOT (atau TOWS) merupakan teknis historis yang

terkenal dimana para manajer menciptakan gambaran umum secara cepat

mengenai situasi strategis perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi

bahwa strategi yang efektif diturunkan dari ”kesesuaian” yang baik antara

sumber daya internal perusahan (kekekuatan dan kelemahan) dengan

situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuain yang baik akan

memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan serta meminimalkan

kelemahan dan ancaman. Jika diterapkn secara akurat, asumsi sederhana

ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain dan strategi

(30)

commit to user

Analisis SWOT (atau TOWS) banyak dipakai dalam penyusunan

perencanaan strategis bisnis yang bertujuan untuk menyusun

strategi-strategi jangka panjang sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai

dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan, berikut semua sikap

dalam menghadapi pesaing. Proses pengambilan keputusan strategis selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan

perusahaan (Rangkuti, 2001).

9. Matriks TOWS

Matriks TOWS merupakan matching tool yang penting untuk

membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi. Keempat

strategi yang dimaksud adalah strategi Strength-Opportunity (SO), strategi

Weakness-Opportunity (WO), strategi Srtenght-Threat (ST), dan strategi Weakness-Threat (WT). Pada matriks ini, menentukan key succes factors untuk lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian yang sulit

sehingga dibutuhkan judgement yang baik (Umar, 2001).

Matriks SWOT digunakan untuk menganalisis kekuatan dan

kelemahan sebagai faktor internal dan peluang dengan ancaman sebagai

faktor eksternal serta menyarankan strategi untuk organisasi. Strategi ini

membagi dalam empat kelompok seperti, S-O (Strength-Opportunities)

dengan menggunakan kekuatan untuk keuntungan dari kesempatan, W-O

(Weakness-Opportunities) dengan menggunakan peluang untuk

menghilangkan kelemahan, S-T (Strength-Threath) dengan menggunakan

kekuatan untuk mengurangi kerentanan ancaman, dan W-T (Weakness

-Threath) dengan menghilangkan kelemahan untuk mengurangi kerentanan terhadap ancaman (Nikolaou, et al., 2010).

10.Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Quantitative Startegic Planning Matric (QSPM) adalah alat yang dirokemendasikan para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan

strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factor

internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual

(31)

commit to user

attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk

diimplementasikan (Umar, 2001).

Secara konseptual, QSPM menentukan daya tarik dari berbagai

strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan

kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya

tarik dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak

kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis eksternal dan

internal. Setiap jumlah rangkaian strategi alternatif dapat diikutkan dalam

QSPM, dan setiap jumlah strategi dapat menyusun rangkaian strategi

tertentu. Tetapi, hanya strategi-strategi dari suatu rangkaian tertentu yang

dinilai relatif terhadap satu sama lain (David, 2004).

11.Agroindustri

Agroindustri merupakan titik sentral suatu agribisnis. Berbeda

dengan bisnis ”on farm” proses agroindustri dapat lebih terkontrol dan dapat lebih pasti dalam proses produksinya. Sebagai penggerak yang

berposisi di tengah dalam agrobisnis, agroindustri merupakan kunci

suksesnya agrobisnis. Orientasi pasar didorong oleh komponen industri,

karena komponen ini sangat memegang teguh target mutu produk akhir

yang dikehendaki pasar. Kualitas demikian akhirnya menjadi tuntutan

pasar dan komponen dalam agribisnis harus dapat memenuhi standar mutu

yang ditentukan dan bisnis ”on farm” harus dapat memproduksi pada tingkat mutu tinggi (Sadjad, 2001).

Agroindustri merupakan usaha meningkatkan efisiensi faktor

pertanian hingga menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses

modernisasi pertanian. Melalui modernisasi di sektor agroindustri dalam

skala nasional, penerimaan nilai tambah dapat ditingkatkan sehingga

pendapatan ekspor akan lebih besar lagi (Saragih, 2004).

Agroindustri merupakan kegiatan dengan ciri: (a) meningkatkan

nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau

(32)

commit to user

menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Sifat kegiatannya

mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memperbaiki pemerataan

pendapatan dan mempunyai kapasitas yang cukup besar untuk menarik

pembangunan sektor pertanian (Tarigan, 2007).

Agroindustri dibagi menjadi dua macam berdasarkan ruang

lingkupnya yaitu agroindustri hulu dan agroindustri hilir. Dalam sistem

agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang lain yang

membentuk sistem agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari subsistem input

(agroindustri hulu), usahatani (pertanian), output (agroindustri hilir),

pemasaran dan penunjang. Pembicaraan mengenai pembangunan

agroindustri tidak bisa dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara

keseluruhan. Pengembangan agroindustri akan dapat meningkatkan

permintaan hasil-hasil pertanian sehingga dapat meningkatkan produksi,

harga hasil pertanian dan pendapatan petani. Perkembangan sektor

pertanian akan meningkatkan permintaan sektor agroindustri hulu, sektor

pemasaran dan sektor penunjang (keuangan, asuransi, konsultasi,

pendidikan dan sebagainya). Dengan demikian pengembangan sektor

agroindustri mempunyai efek pengganda (multiplier effect) yang besar

(Masyhuri, 2000).

Pengembangan agroindustri dapat merupakan kelanjutan sekaligus

upaya peningkatan kegiatan pembangunan pertanian. Pengembangan

kegiatan agroindustri akan dapat meningkatkan pendapatan non-usahatani

yang kemudian berakibat pada peningkatan permintaan dan pembelian

barang non-pertanian, perkembangan pasar tenaga kerja pedesaan dan

perkembangan pasar pedesaan, serta sekaligus dapat menarik

perkembangan sektor pertanian sebagai dampak dari keterkaitan ke

belakang kegiatan agroindustri itu sendiri (Kusnandar, et al., 2010).

Menurut BPS (2011), industri pengolahan yaitu suatu kegiatan

ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara

mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau

(33)

commit to user

tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Perusahaan

industri pengolahan dibagi dalam 4 golongan yaitu :

a. Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih),

b. Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang),

c. Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang),

d. Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang).

Usaha kecil menurut Undang-Undang RI No. 20 (2008) adalah

usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Kriteria usaha kecil tentang

jumlah kekayaan dan hasil penjualan adalah sebagai berikut :

a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 sampai dengan

paling banyak Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai

dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00

12.Sohun

Sohun atau soun (soon) adalah mi halus yang dibuat dari pati.

Setelah direbus atau direndam, sohun berwarna bening, bertekstur kenyal,

dan memiliki permukaan yang licin. Di antara berbagai jenis pati yang bisa

dijadikan bahan baku adalah pati kacang hijau, umbi (kentang, ubi jalar,

tapioka), sagu, aren, dan midro (ganyong). Sohun berbeda dari bihun yang

dilihat dari bentuknya sangat jelas sohun berukuran lebih besar daripada

bihun. Sohun dijual dalam keadaan kering dan terlipat seperti sarang

burung, sohun direbus atau direndam hingga agak lunak sebelum

digunakan untuk berbagai masakan tumis dan sup. Sohun hampir-hampir

tidak memiliki rasa, namun menyerap kaldu dan rasa bahan-bahan lain

(34)

commit to user

langsung digoreng hingga garing, dan dipakai sebagai alas atau penghias

makanan (Anonim, 2011).

Sohun merupakan jenis mie yang dibuat dari pati murni. Bahan

utama yang digunakan yaitu dari sari pati pohon aren yang merupakan

tumbuhan berbiji tertutup dan termasuk suku pinang-pinangan

(Arecaceae). Pohon aren digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan tepung atau pati aren. Pati aren diperoleh dari proses ekstraksi empulur

batang pohon aren. Di Indonesia pohon aren tumbuh hampir tersebar di

semua wilayah terutama di daerah yang mempunyai kelembaban relatif

tinggi. Pati aren merupakan salah satu jenis tepung yang banyak

digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai jenis makanan seperti

mie sohun, bakso, cendol, bakmi dan hun kwe

(Firdayati dan Handajani, 2005).

Proses pembuatan sohun hampir sama dengan pembuatan bihun,

terutama dalam hal pengepresan adonan. Bedanya, pembuatan sohun

dilakukan dengan membuat slurry pati yang kemudian digelatinisasi

membentuk bubur lem sebelum dipres atau dicetak. Sedangkan

pengeringannya biasanya dilakukan dengan cara dijemur pada rak yang

dioleskan minyak di atas permukaannya. Sohun yang baik yaitu yang

berwarna putih bening, elastis dan tidak putus-putus (Bambang, 2011).

Sohun yang baik sudah disebutkan di atas yaitu berwarna putih karena

warna sangat mempengaruhi terhadap mutu sohun tersebut karena

berpengaruh kepada konsumen, selain itu elastis dan tidak putus-putus

karena apabila sohun mudah putus berarti mutu sohun tersebut jelek atau

tidak baik. Cara mengetahuinya yaitu dengan sohun direndam pada air

mudah hancur atau tidak.

Mutu produk sohun harus memenuhi syarat mutu yang telah

ditetapkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan yaitu SNI

01-3723-1995. Standar mutu sohun dapat dilihat pada Tabel 4. Kadar air sohun

pada SNI yang terdapat pada Tabel 4, menunjukkan bahwa maksimal 14, 5

(35)

commit to user

keadaan basah dan mempengaruhi mutu terhadap produk akhir sohun

sehingga pada waktu diolah menghasilkan sohun yang kurang baik.

Sedangkan cemaran logam pada sohun yaitu timbal (Pb) maksimal 1

mg/kg, tembaga (Zn) maksimal 10 mg/kg dan seng (Zn) maksimal 40

mg/kg. Apabila sohun mengandung cemaran logam yang lebih dari batas

maksimal di SNI berarti sohun tersebut tidak layak untuk dikonsumsi

karena berbahaya untuk tubuh manusia, meskipun terasanya dalam jangka

lama.

Tabel 4. Standar mutu Sohun (SNI 01-3723-1995)

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

8.1. Angka lempeng total Koloni/gr Maksimal 106

8.2.E. coli APM/gr Maksimal 10

8.3. Kapang Koloni/gr Maksimal 104

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN), 1995

13.Penelitian Terdahulu

Menurut Fatmawati (2009), dalam penelitian yang berjudul

Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten yang bertujuan untuk peningkatan produksi, pendapatan, serta efisiensi yang dapat dicapai dari usaha tempe. Alternatif

strategi menggunakan matrik SWOT yang menghasilkan perbaikan sarana

(36)

commit to user

swasta dengan dukungan dari pemerintah; meningkatkan dan

mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi penggunaan

sarana dan prasarana produksi; meningkatkan kualitas sumber daya

pengusaha secara teknis, moral dan spiritual melalui kegiatan pembinaan

untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe. Prioritas strategi

berdasarkan analisis matriks QSP adalah perbaikan sarana dan prasarana

produksi, dan sumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan

dukungan dari pemerintah.

Menurut Meisiana (2010), dalam penelitian yang berjudul Strategi

Pengembangan Industri Kecil Tahu Di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen dari hasil penelitian diketahui bahwa : Kekuatan utama dalam mengembangkan industri kecil tahu yaitu bantuan permodalan dan

penyuluhan tentang limbah tahu. Sedangkan kelemahan utamanya yaitu

kurangnya subsidi kedelai dan belum ada standarisasi produk tahu.

Peluang dalam mengembangkan industri kecil tahu yaitu kualitas bahan

baku dan kepercayaan konsumen. Sedangkan ancamannya yaitu kenaikan

harga sembako dan kurangnya pasokan sekam sebagai bahan bakar.

Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri

kecil tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen yaitu memanfaatkan

bantuan modal, peralatan, pengawasan kualitas kedelai untuk menambah

kepercayaan konsumen melalui teknologi yang ada, Perbaikan kebijakan

serta kualitas penyuluhan sesuai kebutuhan pengusaha tahu dan

meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia melalui

kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan potensi industri kecil tahu;

Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri

kecil tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen adalah memanfaatkan

bantuan modal, peralatan, pengawasan kualitas kedelai untuk menambah

kepercayaan konsumen melalui teknologi yang ada.

Menurut Sulistyowati (2003), dalam penelitian yang berjudul

(37)

commit to user

Klaten, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa biaya rata-rata produksi yang dikeluarkan pada bulan Desember 2002 untuk bahan baku pati sagu

dan pati aren adalah sebesar Rp. 9.951.495,47 dan Rp. 15.433.598,91

dengan tingkat produksi rata-rata sebesar 4.632,81 kg untuk pati aren dan

3.275 kg pati sagu. Penerimaan yang diterima usaha industri soun pada

bahan baku pati aren dan pati sagu masing-masing sebesar Rp.

18.464.311,74 dan Rp. 11.855.465,95 sehingga keuntungan rata-rata yang

diperoleh dalam satu bulan sebesar Rp. 2.144.009,46 untuk pati aren dan

Rp. 1.412.787.12 untuk pati sagu. Pada analisis fungsi produksi

menunjukkan bahwa biaya faktor produksi, biaya modal dan tenaga kerja

pada bahan baku pati aren dan pati sagu masing-masing berpengaruh nyata

terhadap penerimaan soun.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut di atas, dapat

dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini dalam menentukan faktor

strategis, mengetahui alternatif dan pemilihan prioritas strategi

pengembangan yang paling efektif yang dapat dilaksanakan dalam

kegiatan usaha mengembangkan agroindustri sohun Di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

B. Kerangka Berpikir

Sektor agroindustri mempunyai peran penting dalam perekonomian

baik daerah maupun nasional. Peranan dalam perekonomian daerah yaitu

bahwa usaha agroindustri dapat menciptakan peluang usaha untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu berkontribusi terhadap

penyerapan tenaga kerja daerah. Sehingga secara keberlanjutan usaha

agroindustri ini akan dapat membantu sebagai penopang perekonomian secara

nasional. Salah satu agroindustri yang mempunyai peranan seperti penjelasan

diatas adalah agroindustri sohun yang bersentra di Desa Manjung Kecamatan

Ngawen Kabupaten Klaten, dimana agroindustri ini keberadaannya sudah

lama dan masih eksis sampai sekarang ini. Dengan demikian untuk

mengoptimalkan peranan dari usaha agroindustri sohun diharapkan usaha ini

(38)

commit to user

Begitu banyaknya potensi yang dimiliki diharapkan agroindustri sohun

mendapat perhatian lebih dari semua pihak. Sehingga menuntut pengusaha

untuk membuat strategi yang mampu membawa agroindustri sohun tetap eksis

dan mampu menghadapi persaingan. Agar agroindustri sohun ini dapat terus

berlangsung maka diperlukan langkah-langkah atau strategi pengembangan

yang mengutamakan keterpaduan baik dalam lingkup lintas sektor, antar

sektor maupun wilayah.

Pengusaha agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen

Kabupaten Klaten secara umum melakukan kegiatan usahanya untuk

dipasarkan. Dengan skala usaha relatif kecil, maka pengusaha harus mampu

melakukan manajemen dengan baik agar usahanya dapat terus berkembang.

Dengan kata lain pengusaha harus mampu melakukan kegiatan produksi dan

pemasaran produk yang dapat memberikan keuntungan maksimal.

Pengusaha harus mampu mangatur penggunaan faktor produksi secara

efisien untuk menekan biaya produksi dan mengatur jenis produk yang

dihasilkan serta volume penjualannya untuk mendapatkan harga jual produk

yang menguntungkan. Selain hal tersebut, pengusaha sohun juga harus mampu

mengelola modalnya dengan baik dan mengadopsi teknologi produksi dan

pemasaran untuk menjamin kegiatan usaha secara berkesinambungan.

Para pengusaha harus mampu memutuskan apa yang dihasilkannya

dan bagaimana menghasilkannya. Dalam proses pengambilan keputusan,

pengusaha sohun memperoleh peluang yang dibatasi baik oleh faktor-faktor

yang tidak dapat dikendalikan (faktor eksternal) maupun yang dapat

dikendalikan (faktor internal). Identifikasi tersebut perlu dilakukan untuk

menentukan faktor-faktor yang dianggap berpotensi untuk terjadi. Faktor

eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal dapat berupa

kekuatan maupun kelemahan tergantung pada pengaruhnya terhadap suatu

usaha. Pengusaha sohun harus mampu memutuskan strategi yang akan

(39)

commit to user

Berdasarkan uraian diatas dapat disusun dalam skema kerangka

berpikir dalam penelitian strategi pengembangan agroindustri sohun di Desa

Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten, seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Strategi Pengembangan Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

C. Pembatasan Masalah

1. Faktor eksternal yang dianalisis meliputi lingkungan industri seperti

pesaing, pelanggan dan pemasok, kemudian meliputi lingkungan jauh

seperti keadaan alam (cuaca), kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi,

sosial budaya, dan teknologi.

2. Faktor internal yang dianalisis meliputi kondisi keuangan, sumber daya

manusia, produksi, pemasaran, manajemen dan penelitian pengembangan

(litbang).

3. Analisis faktor eksternal dan internal menggunakan analisis kualitatif yang

disajikan dari hasil wawancara dengan informan kunci dan hasil

pengamatan selama penelitian.

Gambar

Tabel 16. Jenis Ternak, Jumlah Pemilik dan Jumlah Ternak di
Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan
Tabel 1.  Jenis, Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan di
Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir ini memiliki tujuan untuk merancang dan membuat sebuah aplikasi permainan Jakarta Bersih berbasis Unity yang merupakan permainan yang akan digunakan oleh

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang di dapat adalah “B agaimana perhitungan efisiensi biaya kualitas dengan pendekatan activity

Beribu manfaat tentang informasi dan teknologi di bidang pendidikan dan kebudayaan bisa didapatkan oleh masyarakat melalui kanal-kanal di laman http://kemdikbud.go.id sesuai dengan

tua anak. 3) faktor pendukung penyuluh agama lslam dalam meningkatkan mutu pendidikan keberagamaan anak di Desa Lassa-Lassa adalah adanya kerja sama yang baik antara tokoh

2010, The Honey Prescription The Amazing Power of Honey as Medicine , Healing Arts Press, Rochester, p.. M., Gasparrini, M.,

Ibu Senny Y.Esar, M.Si., Apt selaku ketua Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universistas Katolik Widya Mandala Surabaya serta pembimbing II atas segala

Risiko harga saham adalah suatu indikator dasar dalam proses pengambilan keputusan yang nantinya harapan dari hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana risiko

Untuk memberikan kepastian hukum dalam berusaha bagi pedagang kaki lima dan terpeliharanya sarana prasarana, estetika, kebersihan dan kenyamanan ruang milik