• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA

Penulisan Hukum ( Skripsi )

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

BINUGRAHI ADI WIGUNA NIM. E1105054

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA

Oleh

Binugrahi Adi Wiguna NIM. E1105054

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, April 2010 Dosen Pembimbing

Pius Triwahyudi, S.H.,MSi. NIP. 195602121985031004

(3)

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi) PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA

Oleh

Binugrahi Adi Wiguna NIM. E1105054

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada: Hari : Kamis

Tanggal : 22 April 2010

DEWAN PENGUJI 1 Purwono Sungkowo Raharjo, SH. :... Ketua

2 Lego Karjoko, S.H., MH. :... Sekretaris

3 Pius Triwahyudi, S.H.,MSi. :... Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum NIP 196109301986011001

(4)

PERNYATAAN

Nama : Binugrahi Adi Wiguna NIM : E1105054

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA adalah betul-betul krya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang diperoleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, April 2010

yang membuat pernyataan

Binugrahi Adi Wiguna NIM. E1105054

(5)

ABSTRAK

BINUGRAHI

ADI

WIGUNA,

E 1105054.2010.PELAKSANAAN

PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA

KARYA.Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan mengetahui prosedur pemberian jaminan kecelakaan kerja oleh PT Jamsostek terhadap pekerja PT Wijaya Karya.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif,menemukan hukum in concreto ada tidaknya pelaksanaan jaminan kecelakaan kerja di PT Wijaya Karya. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,dan bahan hukum tersier. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan studi kepustakaan. Analisis data yang dilaksanakan dengan interpretasi terhadap peristiwa hukum dan untuk memperoleh kesimpulan jawaban digunakan silogisme.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan program jaminan kecelakaan kerja PT. Wijaya Karya diatur melalui Pasal 63 Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Program Jaminan Kecelakaan kerja PT. Wijaya Karya telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, karena kepada masing-masing perusahaan yang bersangkutan diberi keleluasaan dengan manfaat lebih baik untuk menyelenggarakan sendiri program keempat yaitu mengenai pelayanan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja

Pada dasarnya pelaksanaan pembayaran dan tata cara pengajuan klaim PT. Wijaya Karya. dalam program jamsostek telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan apabila dibandingkan dengan ketentuan mengenai pelaksanaan pembayaran dan tata cara pengajuan klaim pada PT. Wijaya Karya. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja , maka pelaksanaannya telah sesuai dengan Undang-Undang tersebut.

Kata kunci: Pelaksanaan, Jamsostek, Pekerja

(6)

ABSTRACT

BINUGRAHI ADI WIGUNA, E 1105054.2010.PELAKSANAAN WORK ACCIDENT INSURANCE PROGRAM IN PT Wijaya KARYA.Fakultas Law University Eleven in March.

This study aims to determine the responsibility of PT Wijaya Karya to workers who experience accidents and know the procedures for guaranteed delivery by PT Jamsostek work placea accidents workers of PT Wjaya Karya.

This study is a descriptive normative law, found the law in concreto whether there is any guarantee of work accidents in the implementation of PT Wijaya Karya. Types of data used are secondary data. Secondary data sources used include the primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal material. Techniques of data collection used were interviews and literature study. Data analysis was carried out with the legal interpretations of the events and to obtain answers tou sesyllogistic conclusion. .

Based on this study result that the implementation of occupational accident insurance program of PT. Wijaya Karya governed by Article 63 of the Collective Labor Agreement (CLA). Accidents Insurance Program PT. Wijaya Karya has been in accordance with applicable regulations, ie, Law No. 3 of 1992, due to each company is given the flexibility with better benefits for their own conduct that is the fourth program of health care services for workers. . Basically, the implementation of payment and procedure for filing claims of PT. Wijaya Karya. in employees' social security programs are in compliance with applicable regulations, namely Government Regulation No. 14 of 1993 on Organizing programs Labor and Social Security when compared with provisions regarding the implementation of payment and procedure for filing claims at. Wijaya Karya. Government Regulation Number 14 Year 1993 concerning Organizing

Workers Social Security Program, the implementation is in accordance with the Act. .

Keyword: Implementation, Social Security, Workers

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.

Penulisan hukum merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam rangkaian kurikulum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Hukum dalam menempuh jenjang kesarjanaan S1.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya. Namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Pius Triwahyudi,S.H. MSi selaku Pembimbing penulisan skripsi yang

telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini.

3. Ibu Gayatri Dyah Surobowati,S.H,.M.H. selaku Pembimbing Akademik penulis. 4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Fakultas Hukum UNS.

5. Bagian Personalia PT. Wijaya Karya yang telah memberikan data dan informasi kepada penulis selama mengadakan penelitian.

6. Keluarga besarku (Bapak, Ibu, eyang, ganjar,dito,dewi,budhe cunil,vina,siti) untuk semangat dan kasih sayang yang diberikan selama ini.

(8)

8. Buat teman-teman seperjuanganku angkatan 2005.

9. Teman-teman futsal yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal budi baik yang disumbangkan kepada penulis dalam penyusunan penulisan hukum ini mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan lapang dada penulis ingin mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini.

Akhir kata semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta ilmu pengetahuan hukum.

Surakarta, Maret 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN...i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Sistematika Skripsi ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Kerangka Teori ... 12

1. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 12

a. Tinjauan Umum Pengertian Tentang Pekerja ... 12

b. Pengertian Umum Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja .... 16

1) Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja………. 16

(10)

3) Kewajiban PT Jamsostek bagi

Perusahaan………... 19

4) Besar / Bentuk dan Tata Cara Pembayaran dan Pelayanan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)………... 21

5) Hambatan Dalam Keikutsertaan Program Jamsostek………... 22

B. Kerangka Pemikiran... 24

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 26

A Hasil Penelitian ……… 26

1. Deskripsi PT. Wijaya Karya... 26

a. Sejarah Berdirinya PT. Wijaya Karya... 26

b. Data Perusahaan PT. Wijaya Karya... ... 27

c. Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya... 28

d. Tugas, Pokok dan Fungsi PT. Wijaya Karya... 30

2. Tanggung Jawab PT Wijaya Karya Terhadap Pekerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja... 32

3. Prosedur Pemberian Jaminan Kecelakaan Kerja Oleh PT Jamsostek Terhadap Pekerja PT Wijaya Karya ... 42

B Hasil Pembahasan... 48

1. Tanggung Jawab PT Wijaya Karya Terhadap Pekerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja... 48

2. Prosedur Pemberian Jaminan Kecelakaan Kerja Oleh PT Jamsostek Terhadap Pekerja PT Wijaya Karya ... 49

BAB IV PENUTUP... 51

A. Kesimpulan... 51

B. Saran-Saran... 52

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Ijin Penelitian

Lampiran II. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Sosial Tenaga Kerja Lampiran III. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Naluri manusia untuk selamat dan sehat dalam melakukan aktifitasnya terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan serta keanekaragaman penyebab kecelakaan dalam melaksanaan suatu pekerjaan. Ketika suatu pekerjaan dilakukan secara sendiri-sendiri tidaklah terlalu sulit untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan akan tetapi lain halnya apabila pekerjaan itu dilakukan secara berkelompok di suatu tempat dalam waktu yang bersamaan.

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di dalam pelaksanaan pembangunan nasional tersebut, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan dan dituntut dapat berpartisipasi dan berperan aktif bersama pengusaha dalam upaya menuju perbaikan dan peningkatan taraf hidup bangsa dengan jalan meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.

Peningkatan produksi dan produktifitas kerja serta kelangsungan kegiatan usaha secara kesinambungan hanya dimungkinkan apabila telah terbentuk suatu hubungan kerja yang dinamis, harmonis, selaras, serasi dan seimbang antara pengusaha dan pekerja sehingga tercipta ketenangan usaha dan ketenangan kerja sesuai asas hubungan industrial yang terbuka, transparan dan komunikatif.

(13)

Dalam kaitannya dengan apa yang diuraikan diatas penyelenggaraan perlindungan tenaga kerja yang kerap kali menjadi perhatian oleh publik atau menjadi sorotan adalah jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK.) Sesuai dengan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, bahwa penyelenggara program Jamsostek ini diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT. Jamsostek (persero), dan PT Jamsostek dalam rangka melaksanakan tugasnya lebih mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam rangka peningkatan dan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya.

Perkembangan dari sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dimulai pada tahun 1700 SM oleh Raja Hamurabi di Kerajaan Babylonia yang membuat Undang-undang yang menyatakan bahwa : “Bila seorang ahli bangunan membuat rumah

untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah

itu roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli bangunan tersebut

harus dibunuh”.

Untuk menanggulangi resiko-resiko tersebut, Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja mengatur pemberian jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

(14)

KEPESERTAAN (TENAGA KERJA) PROGRAM JAMSOSTEK

PERIODE: 2006 - 2008

2008 2007 2006

Program JKK,JHT,JK 26.300.000 23.729.950 23.081.367

Program Jasa Konstruksi 3.632.072 3.332.959 2.681.635

Program JPK 1.800.000 1.621.175 1.412.352

Sumber data: http://www.jamsostek.co.id/realisasipembayaran.html> REALISASI PEMBAYARAN JAMINAN

PT JAMSOSTEK (PERSERO) PERIODE: 2004 - 2008

Jaminan Kecelakaan Kerja

Audited 2008 292,027,786,807

Audited 2007 234,268,995,685

Audited 2006 220,562,724,816

Audited 2005 219,231,917,907

Audited 2004 192,461,450,125

Sumber data: http://www.jamsostek.co.id/realisasipembayaran.html>

(15)

Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, di mana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi : "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan. Jamsostek atau jaminan sosial tenaga kerja adalah program pemerintah, untuk memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja, guna menjaga harkat dan mertabatnya sebagai manusia, dalam mengatasi risiko-risiko yang timbul di dalam hubungan kerja. Jamsostek memberi kepastian jaminan dan perlindungan terhadap risiko sosial-ekonomi, yang ditimbulkan kecelakaan kerja, cacat, sakit, hari tua.

Dengan beralihnya kegiatan perekonomian dunia ke revolusi industri yang diawali di Prancis pada abad ke-18, yang juga merubah pemikiran manusia dari bekerja secara sendiri-sendiri menjadi bekerja berkelompok, menuntut pengembangan pemikiran untuk menjaga dan memelihara keselamatan dan kesehatan karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan karena : “Pekerja yang sehat dan produktif menjadi aset strategis. Bukan hanya bagi perusahaan, tapi juga

bagi masyarakat secara keseluruhan.

Hubungan kerja tentunya membutuhkan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan . PT. Wika yang merupakan salah satu pabrik Insulators di Indonesia tentunya juga ingin meningkatkan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan pekerjanya. Dalam hal ini bentuk perlindungan,pemeliharaan. dan peningkatan pekerja pada PT. Wika diselenggarakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) demi peningkatan produktivitas kerja dan peningkatan kesejahtraan pekerjanya.

(16)

tersebut merupakan hal yang tidak manusiawi. Akhirnya para pekerja meminta kepada pengusaha untuk mengambil langkah guna menanggulangi masalah kecelakaan kerja yang terjadi.

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis berusaha untuk menyusun penelitian hukum dengan judul “PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah perlu diadakan sebelum melangkah ke penelitian lebih lanjut, sehingga tidak akan menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas pada hal atau masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah yang telah dikenakan diatas sekiranya, maka perlu dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas. Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggung jawab PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja?

2. Bagaimana Prosedur pemberian jaminan kecelakaan kerja oleh PT Jamsostek terhadap pekerja PT Wijaya Karya?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang hendak dicapai agar penelitian tersebut dapat membawa manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain. Dalam penelitian kali ini, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif :

(17)

b. Untuk mengetahui prosedur pemberian jaminan kecelakaan kerja oleh PT Jamsostek terhadap pekerja PT Wijaya Karya.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis.

c. Untuk memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum

D. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan yang jelas, setiap penelitian juga tidak terlepas dari manfaat apa yang akan diperoleh dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis:

a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk sedikit memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya

c. Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa

2. Manfaat Praktis

(18)

b. Hasil penelitian ini diharapakan dapat membantu memberi masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah-masalah ketenagakerjaan.

E. Metode Penelitian

Pemilihan jenis metode tertentu dalam suatu penelitian sangat penting karena akan berpengaruh pada hasil penelitian nantinya. Suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu faktor penting yang menunjang suatu kegiatan dan proses penelitian. Metodelogi pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya ( Soerjono Soekanto, 2006 : 6 )

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis yang menyangkut masalah kerjanya yaitu cara kerja untuk dapat memahami yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, melalui prosedur penelitian dan teknik penelitian (M. Iqbal Hasan, 2002:20)

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

(19)

2. Sifat Penelitian

Dalam penelitian hukum ini, sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian Preskriptif. Penelitian Preskriptif ini diharapkan menghasilkan argumentasi dan konsep sebagai preskripsi yang sudah mengandung nilai dan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan yang mana untuk mrmberikan saran yang seharusnya berhubungan dengan penelitian ini (Soerjono Soekanto, 1986 (Cet III)).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah pendekatan dengan Perundang –undangan.

Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian. Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang – undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi focus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Untuk itu penelitian harus melihat hukum sebagai system tertutup yang mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :

a. Comprehensive artinya norma – norma hukum yang ada didalamnya terkait antara satu dengan yang lain secara logis.

b. All – inclusive bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada kekurangan hukum.

c. Systematic bahwa disamping bertautan antara satu dengan yang lain, norma – norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis. ( Haryono, op.cit., hlm 3 ) ( Johnny Ibrahim 2006 : 302 - 303 )

4. Jenis Data

(20)

kepustakaan. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer (data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder. (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:12).

Berkaitan dengan jenis penelitian yang dilakukan penulis yang merupakan penelitian normatif, maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui Studi Kepustakaan atau studi dokumen. Data sekunder didapat dari sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui studi kepustakaan yang terdiri dari dokumen-dokumen, buku-buku literatur, hasil penelitian terdahulu dan sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana penelitian ini diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, yaitu tempat dimana diperoleh data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu semua bahan atau materi hukum yang mempunyai kedudukan mengikat secara yuridis, yaitu bisa berupa norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan, dan lain-lain. Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer antara lain :

a) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

b) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek

(21)

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:13). Bahan hukum sekunder ini meliputi : jurnal, literatur, buku, koran, laporan penelitian dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:13). Bahan hukum tersier seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Politik, dan Ensiklopedi.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan, yaitu suatu bentuk pengumpulan data lewat membaca buku literatur, mengumpulkan, membaca dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian, dan mengutip dari data-data sekunder yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen, dan bahan-bahan kepustakaan lain dari beberapa buku-buku referensi, artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah, peraturan perundang-undangan, laporan, teori-teori, media massa seperti koran, internet dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.dimana beberapa data dimintakan klarifikasi pada:

1. Manager atau badan Personalia PT. Wijaya Karya 2. Pekerja di PT. Wijaya Karya

(22)

7. Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan data adalah bagaimana caranya mengolah data yang berhasil dikumpulkan untuk memungkinkan penelitian bersangkutan melakukan analisa yang sebaik-baiknya (Seorjono dan Abdurrahman, 2003: 46). Penulis menggunakan model Silogisme dan model Interpretasi.

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi. Interpretasi mempunyai dua bentuk, yaitu: arti sempit dan arti luas. Interpretasi dalam arti sempit (deskriptif) yaitu interpretasi data yang dilakukan hanya sebatas pada masalah penelitian yang diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan dan diolah untuk keperluan penelitian tersebut. Sedang interpretasi dalam arti luas (analik) yaitu interpretasi guna mencari makna dan hasil penelitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan/menganalisis data hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan intervensi (generalisasi) dari data yang diperoleh denagn teori-teori yang relevan denagn hasil-hasil penelitian tersebut.

F. Sistematika Penelitian

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum maka penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapaun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 ( empat ) bab yang tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika keseluruhan penulisan hukum ini adalah sebagi berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

(23)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab yang kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis akan menguraikan Tinjauan umum tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Tinjauan umum tentang Budaya Hukum dan Tinjauan umum tentang Efektifitas Hukum. Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis akan menampilkan bagan kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis mencoba untuk menyajikan pembahasan berupa jawaban atas pertanyaan dalam perumusan masalah, yaitu :

a. Untuk mengetehui tanggung jawab PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

b. Untuk mengetahui prosedur pemberian jaminan kecelakaan kerja oleh PT Jamsostek terhadap pekerja PT Wijaya Karya.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini memuat mengenai kesimpulan dan saran penulis atas pembahasan permasalahan tersebut dalam bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi sumber-sumber pustaka yang dikutip dan dijadikan bahan pemikiran dalam penulisan hukum ini.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja a. Tinjauan Umum pengertian tentang Pekerja

Seperti yang kita ketahui dalam dunia kerja terdapat banyak istilah untuk pekerja, seperti: buruh, karyawan, atau pegawai. Namun semua istilah tersebut memiliki maksud dan tujuan yang sama yaitu: orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah sebagai imbalan (Darwin Prins; 2000 : 20). Namun kali ini penulis hanya membahas beberapa istilah, antara lain.

(1) Pekerja

Istilah buruh sangat umum dan terkenal dalam bidang perburuhan sejak zaman belanda, karena peraturan perundang-undangan yang lama menggunakan istilah buruh. Pada zaman belanda yang dimaksud dengan buruh adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar, orang-orang ini disebut sebagai “Blue Collar”, sedangkan yang melakukan pekerjaan di kantor pemerintahan atau swasta disebut sebagai “White Collar”. Perbedaan yang membawa konsekuensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh pemerintah Belanda tidak terlepas dari upaya untuk memecah belah orang-orang pribumi.

(25)

Bagi buruh, hubungan hukum antar buruh dengan majikan berdasrkan hubungan hukum keperdataan, artinya hubungan hukum tersebut harus dibuat antara dua pihak yang mempunyai kedudukan perdata. Bagi pegawai negeri, hubungan hukum antara pegawai negeri dengan pemerintah berdasarkan hukum publik.

Dalam hal tertentu yang tercakup dalam pengertian pekerja atau buruh diperluas. dalam hal kecelakaan kerja, dalam Undang-undang No.3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga kerja pasal 5 ayat (2), ditentukan bahwa, termasuk tenaga kerja dalam jaminan kecelakaan kerja ialah :

(a) Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun yang tidak;

(b) Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan;

(c) Narapidana yang dipekerjakan perusahaan.

Dalam pasal 1 angka 14 Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Naional, memberikan pengertian : “Setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain”.

Dalam pasal 1 huruf d Undang-undang No. 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan, memberikan pengertian bahwa buruh adalah: “Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan dengan menerima upah”.

(26)

negara Indonesia, ternyata tidak memberikan perumusan yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan Buruh.

Istilah pekerja secara yuridis baru ditemukan dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang membedakannya dengan pengertian tenaga kerja. Dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa Tenaga kerja adalah : “Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Dari pengertian ini jelaslah bahwa pengertian tenaga kerja sangat luas yakni mencakup semua penduduk dalam usia kerja dalam UU No.13 Tahun 2003 minimal berumur 14 tahun. Dari pasal 1 angka 2 Undang-undang nomor 13 tahun 2003 dapat disimpulkan bahwa buruh adalah : “setiap orang yang melakukan pekerjaan yang dilakukan dalam hubungan kerja yang bertujuan untuk menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”. Kalimat “didalam hubungan kerja” perlu digaris bawahi karena disinilah letak kuncinya apakah orang itu tenaga kerja atau buruh. Orang itu disebut buruh apabila dia telah melakukan hubungan kerja dengan majikan. Kalau tidak maka dia hanyalah “tenaga kerja”, belum termasuk buruh. Jadi disini tenaga kerja lebih luas daripada buruh, sebab buruh merupakan bagian dari tenag kerja. Tetapi dalam pasal 1 ayat (3) Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

(27)

dasarnya memuat unsur yang sama, yaitu : seseorang yang bekerja pada orang lain dengan menerima upah. Jadi pekerja pengertiannya sama dengan kata buruh.

(2) Pengusaha

Sebelum istilah pengusaha ada, maka istilah majikan yang digunakan untuk menyebut mereka para pengusaha yang mempekerjakan dan membayar buruh. Sama halnya dengan istilah buruh, istilah majikan itu tidak sesuai dengan konsep di dalam Hubungan Industrial, karena bila kita mendengar kata majikan, maka yang terlintas di dalam pikiran kita adalah orang yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk menekan buruh agar selalu menurut kepadanya, padahal antara buruh dan majikan secara yuridis merupakan mitra kerja yang mempunyai kedudukan yang sama. Karena itu lebih tepat jika disebut dengan Pengusaha.

Sehubungan dengan hal tersebut, perundang-undangan yang lahir kemudian seperti UU No.7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan, UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasioanal.

Undang-undang No. 7 tahun 1981 pasal 1 huruf b memberikan pengertian sebagai berikut :

(a) Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu perusahaan milik sendiri;

(b) Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

(28)

Dalam pasal 1 angka 15 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasioanal, memberikan pengertian Pemberi kerja adalah : “Orang perseorangan atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya”.

Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pengertian pengusaha adalah sebagai berikut :

(a) Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

(b) Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

(c) Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di indonesia dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah indonesia.

Sedangkan dalam Undang-undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, pengusaha adalah :

(a) Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

(b) Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

(c) Orang atau badan hukum yang indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar indonesia.

(29)

“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan buruh dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara.

Dalam pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 memberikan definisi tentang perusahaan adalah : “ Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak milik orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja atau buruh dengan memberi upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa pengertian pengusaha menunjukkan pada orangnya sedangkan perusahaan menunjuk pada bentuk usaha atau orangnya.

Sedangkan pengertian perusahaan dalam pasal 1 angka 6 UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah :

(a) setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

(b) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Dari pengertian di atas jelaslah bahwa pengertian pengusaha menunjukkan pada orangnya sedangkan perusahaan menunjuk pada bentuk usaha atau orangnya.

(30)

adanya hak dan kewajiban yang seimbang antara pihak yang saling berkait, sehingga tercipta hubungan kerja yang tepat.

b. Pengertian Umum Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (1) Pengertian Jaminan sosial Tenaga Kerja

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tyenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,sakit,hamil,bersalin,hari tua, dan meninggal dunia. ( Zulaini Wahab,2001:143 )

Melihat pengertian tersebut perlindungan dalam jaminan sosial tenaga kerja terbagi 2 (Dua), yaitu:

(a) Perlindungan bagi pekerja dalam bentuk santunan berupa uang jaminan (kecelakaan kerja, kematian dan jaminan hari tua).

(b) Perlindungan bagi pekerja berupa pelayanan kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan.

(31)

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia

(2) Pengaturan Jamsotek

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek. Undang-undang ini memuat pengaturan tentang penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja, program jamsostek, iuran, besarnya jaminan dan tata cara pembayaran, badan penyelenggara, serta ketentuan pidana. Landasan penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja diatur dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 1992, yaitu Pasal 3 ayat (1) dan (2) sebagai berikut :

Ayat (1) : “Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program kepada jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Ayat (2) : “Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja”.

(32)

adalah untuk mencapai tujuan sosial dengan memberikan ketenangan kerja bagi buruh/karyawan yang merupakan pelaksana pembangunan melalui perlindungan terhadap terganggunya arus penerima penghasilan.

Ruang lingkup atau bentuk program jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 6 ayat (1) menentukan bahwa Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang ini meliputi :

1) Jaminan Kecelakaan Kerja; 2) Jaminan Kematian;

3) Jaminan Hari Tua;

4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Berdasarkan hal tersebut diatas penjelasan satu persatu mengenai bentuk program jaminan kecelakaan kerja yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja.

International Labour Organization (ILO) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai kecelakaan fisik atau penyakit sebagai akibat dari kerja dan tidak karena kesengajaan yang menimbulkan ketidak mampuan bekerja untuk sementara atau tetap atau kematian ( Sendjun Manulang, 1982:86 ).

(33)

Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan berangkat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang sama dilalui atau wajar dilalui, juga meliputi penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu dikatakan sebagai penyakit yang mempunyai akibat langsung bagi pekerja maka dianggap sebagai penyakit yang timbul karena akibat hubungan kerja.

Adapun jaminan yang diberikan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 adalah :

a) Biaya pengangkutan;

b) Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan; c) Biaya rehabilitasi;

Santunan berupa uang yang meliputi : santunan sementara tidak mampu bekerja; santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya; santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; santunan kematian.

Selama tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu bekerja, pengusaha tetap membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan, sampai penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima oleh semua pihak.

(3) Kewajiban PT. Jamsostek Bagi Perusahaan

(34)

Penyelenggaraan program Jamsostek bersifat wajib dan dilaksanakan dengan sistem asuransi sosial untuk menjamin hak-hak peserta dan kewajiban lainnya dari badan penyelenggara dengan tidak meninggalkan watak sosialnya (Zulaini Wahab, 2001:146).

Ciri-ciri dasar dari masing-masing program tersebut, dapat disimpulkan bahwa program-program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKC), Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah termasuk program asuransi, sedangkan program Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan suatu bentuk program dana pensiun yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya (Zulaini Wahab, 2001:146).

Program Jamsostek diselenggarakan oleh negara,tetapi pelaksanaanya dilakukan oleh Badan Penyelenggara yang ditunjuk. Dalam hal ini Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan melimpahkan tugas dan wewenang penyelenggara program tersebut kepada Badan Penyelenggara yang ditunjuk.

PT. Jamsostek merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai 2 (dua) kewajiban bagi perusahaan, yaitu: 1) Mengadministrasikan kepesertaan Jaminan Hari Tua (JHT) dan

menginvestasikan dana iuran Jaminan Hari Tua (JHT)

2) Bertindak sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mengelola program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKC), Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan(JPK) (Zulaini Wahab, 2001:147).

(35)

Adapun kewajiban dasar PT. Jamsostek bagi pekerja adalah sebagai berikut:

1) Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

2) Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbang tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja (Lalu Husni, 2005:153).

Oleh karena itu PT Jamsostek mendidik kemandirian pekerja sehingga pekerja tidak harus meminta belas kasih orang lain bila dalam hubungan kerja terjadi resiko-resiko seperti kecelakan kerja, sakit, hari tua dan lainnya (Lalu Husni, 2005:154).

(4) Besar/Bentuk dan Tata Cara Pembayaran dan Pelayanan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

a) Pengertian

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko - resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% s/d 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

b) Manfaat

(36)

kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.

Iuran JKK :

1. Kelompok I : 0.24 % dari upah sebulan; 2. Kelompok II : 0.54 % dari upah sebulan; 3. Kelompok III : 0.89 % dari upah sebulan; 4. Kelompok IV : 1.27 % dari upah sebulan; 5. Kelompok V : 1.74 % dari upah sebulan; *) sesuai dengan PP Nomor 76 tahun 2007 Tata Cara Pengajuan Jaminan:

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form jamsostek 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT. Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2x24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.

2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh / meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada PT. Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2X 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya PT. Jamsostek (persero) akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahliwaris.

3. Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:

(37)

b) Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form Jamsostek 3b atau 3c.

c) Kwitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

(5) Hambatan Dalam Keikutsertaan Program Jamsostek

Pelita VI diperkirakan bahwa pertumbuhan jumlah tenaga kerja mencapai sekitar 12 juta orang. Dengan kata lain setiap tahun bertambah 2.5 juta tenaga kerja. Kalau pertambahan jumlah peserta program Jamsostek di bawah angka pertumbuhan tenaga kerja maka PT. Jamsostek akan mengalami kemunduran, tidak mampu menyeimbangkan jumlah peserta dengan jumlah pertumbuhan tenaga kerja. Untuk itu pihak PT. Jamsostek pada awal Pelita VI menargetkan kepesertaan tenaga kerja rata-rata 25% (2 juta orang setahun), sehingga diharapkan akhir Pelita VI terdapat 20 juta tenaga kerja yang ikut dalam program Jamsostek. Pemenuhan target yang di tetapkan tersebut di atas bukan hal yang mudah dan tentunya akan mengalami hambatan-hambatan yang lebih kompleks lagi dalam pelaksanaannya. Beberapa hambatan dalam menjaring kepesertaan program jamsostek yang dihadapi saat ini, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab pihak pengusaha/kontraktor/pemborong untuk mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program Jamsostek.

(38)

3) Kepesertaan program , jamsostek selama ini ada 3 macam yang dikenal dengan istilah Peserta Daftar Sebagian (PDS), yaitu : a) hanya sebagian tenaga kerja diikut sertakan.

b) Tidak semua dari program jamsostek diikut sertakan.

c) Kepesertaan yang tidak membayar penuh iuran (iuran tidak dibayar berdasarkan upah yang diterima sebulan melainkan berdasarkan upah pokok saja).

4) Beratnya beban yang ditanggung pengusaha untuk membayar iuran JKK, JHT JKM dan JPK yang besarnya masing - masing sekitar 0.24 - 1.74%, 3.70%, 0.30% dan 3-6% dari upah sebulan, sehingga secara langsung menambah biaya produksi (varible cost). Tidak mengherankan pada bulan Juli 1994 tercatat 20.326 perusahaan yang menunggak dengan total iuran yang belum dibayar sebesar Rp. 73 milyar.

5) Kesulitan keuangan (financial) perusahaan akibat pemenuhan kebijakan pemerintah yaitu adanya kenaikan Upah Minimum Reginal (UMR) tenaga kerja terhitung mulai 1 April, 1995 dan di tambah lagi adanya kenaikan UMR sekitar 10.63 persen mulai 1 April 1996.

6) Meningkatnya jumlah perusahaan asuransi swasta yang menawarkan berbagai macam perlindungan yang sasarannya pada seluruh lapisan masyarakat, apalagi dalam era globalisasi sekarang ini sudah ada perusahaan asuransi swasta asing yang mengembangkan bisnisnya di Indonesia.

(39)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran

Kesimpulan

2. Adanya bentuk Pemberian klaim jaminan Kecelakaan kerja sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelengaraan Jamsostek

1. Tanggung jawab PT Wijaya Karya terhadap Pekerja yang mengalami Kecelakaan Kerja

2. Prosedur Pemberian Jaminan

(40)

Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila dan pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945, diarahkan pada peningkatan harkat dan martabat serta kemampuan manusia, juga kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur baik materiil maupun spiritual.

Peran serta pekerja dalam pembangunan semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapi. Oleh karena itu kepada pekerja perlu di berikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas nasional.

Bentuk perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan pekerja di selenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengetahui pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja di PT Wijaya Karya

(41)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi PT. Wijaya Karya a. Sejarah Berdirinya PT. Wijaya Karya

Didirikan pada 11 Maret 1960, PT Wijaya Karya (Persero), biasa disebut WIKA, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedrijf Vis en Co disingkat NV Vis en Co. Berawal dari perusahaan yang bergerak di bidang pekerjaan instalasi, WIKA berkembang menjadi perusahaan yang sehat dengan empat pilar bisnis utama yaitu usaha jasa Konstruksi, Industri, Perdagangan dan Realti.

WIKA mendorong setiap unit usahanya yang memiliki potensi untuk berkembang lebih pesat dan memberi nilai tambah bagi menjadi unit usaha yang mandiri. Setelah pembentukan WIKA Beton yang pada awalnya adalah Divisi produk beton pada tahun 1997, WIKA melanjutkan pembentukan PT WIIKA In-trade yang awalnya adalah Divisi Industri dan Peradagangan serta PT WIKA Realty yang awalnya adalah Divisi Realti, pada awal tahun 2000. Keempat pilar bisnis tersebut kini dikelola oleh divisi konstruksi dan 3 anak perusahaan. Dengan demikian setiap unit usaha semakin terfokus pada pengelolaan bidang usahanya, agar suatu saat unit-unit usaha tersebut dapat menunjukkan diferensiasinya dan akhirnya meningkatkan nilai tambah sesuai kondisi lingkungan.

Untuk meningkatkan daya saing, maka perusahaan memutuskan untuk: 1. Pembinaan dan pengembangan budaya mutu yang berkelanjutan 2. Pencegahan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

3. Pengelolaan dan pengendalian lingkungan, termasuk pencegahan terjadinya pencemaran

(42)

5. Perlindungan informasi secara berkelanjutan di dalam pengembangan, penggunaan, pengelolaan informasi dan pengambilan keputusan.

Komitmen tersebut dilaksanakan berdasarkan pada prinsipprinsip tata kelola perusahaan yang baik. WIKA menjalankan program tanggung jawab sosialnya seiring dengan perkembangannya menjadi perusahaan yang kuat, inovatif, dan bertumbuh. Sebagai badan usaha milik negara (BUMN) WIKA menjalankan program tanggung jawab sosialnya dalam format Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Sejarah program PKBL berawal dari dibentuknya Unit Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi di Lingkungan PT Wijaya Karya (PPEL-K WIKA), dan keluarnya SK Direksi Nomor: SK.01.06/00.185/91 pada tanggal 25 Nopember 1991. Sesuai dengan namanya kegiatan unit tersebut hanya penyaluran pinjaman dana ke Mitra Binaan Ekonomi Lemah dan Koperasi.

Dalam pertumbuhannya, PPEL-K bertransformasi menjadi PKBL sesuai SK Direksi nomor: SK.01.01/ A.DIR.0394/99 tanggal 4 Nopember 1999. Transformasi tersebut memperluas program-program yang sudah ada dengan memasukkan program Pembinaan Lingkungan.

b. Data Perusahaan

1) Nama Perusahaan : PT. Wijaya Karya

2) Didirikan : 23 Juli 1987

3) Lokasi

a) Kantor Pusat : Summitmas-1, lantai 18

Jl. Jendral Sudirman Kav. 61-62 Jakarta 12190 , Indonesia

Tel. (021)-2521734 (021)-2521883 Fax. (021)-2522560

b). Kantor cabang : Wilayah V

(43)

Jl. Teuku Umar No. 21 Semarang 50234 Phone : +62 24 841189

Fax : +62 24 8318135 c) Jenis Proyek : Paragon City , Semarang

Klien : PT Cakrawala Sakti Alamat : Jl. Pemuda Semarang Luas Lahan : 47.000 m2

Luas Bangunan : 120.000 m2

(terbagi dalam dua fase pengembangan) Arsitek : PT Cakrawala Sakti Kencana

4) Investasi

a) Nilai Investasi : US $ 500.000.000

b) PT. Wijaya Karya sebagai kontraktor utama, dan Golden Flower Group selaku PT Cakrawala Sakti sebagai pengelola.

5) Dewan Komisaris dan Direksi

a) Ir. Agoes Widjanarko, MIP, Presiden Komisaris b) Pontas Tambunan, SH, Komisaris

c) Soepomo, SH, SP.N, L.LM, Komisaris

d) DR. Amanah Abdulkadir, Komisaris Independen

e) Brigjend TNI (Pur) Dadi Pratjipto, SE, Komisaris Independen f) Bintang Perbowo , Presiden Direktur

g) Ganda Kusuma , Direktur Keuangan h) Budi Harto , Direktur Operasional i) Tonny Warsono , Direktur SDM

j) Slamet Maryono , Direktur Operasional II

(44)

Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi secara keseluruhan menceminkan pola hubungan yang tetap, mempunyai pola interaksi tertentu dan mencerminkan cara kordinasinya. Dalam struktur organisasi masing-masing bertanggung jawab sendiri-sendiri. Pembagian kerja ini dimaksudkan untuk menyederhanakan keanekaragaman dari kegiatannya

Adapun bagan atau gambar struktur organisasi dari PT. Wijaya Karya dapat dilihat sebagai berikut

Gambar 3 : Struktur Organisasi PT Wijaya Karya

(45)

d. Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab PT. Wijaya Karya

Adapun tugas, fungsi, dan wewenang serta tanggung jawab yang ada di PT. Iskandar Indah printing Textile adalah sebagai berikut :

1) General Manager Personalia & Keuangan

Fungsi

a) Memastikan tersajinya RKAP dan rencana kerja 3 tahunan.

b) Memastikan tersajinya Laporan Keuangan bulanan maupun audit.

Tanggung jawab

a) Terlaksananya pembuatan RKAP dan rencana kerja 3 tahunan.

b) Tersajinya Laporan Keuangan bulanan.

Tugas

a) Terlaksananya pmbuatan RKAP dan rencana kerja 3 tahunan.

b) Tersajinya Laporan Keuangan bulanan.

Wewenang

a) Mensyahkan pembayaran opersional pabrik.

b) Mensyahkan laporan keuangan.

2) Manager Personalia dan General Affair

Fungsi

a) Terselenggaranya proses administrasi keporsanaliaan dan operasional Umum.

b) Terselenggaranya ketentuan instruksi dari perusahaan maupun pemerintah Cq Depnaker.

Tanggung jawab

a) Menyelenggarakan proses rekrut sesuai dengan perencanaan kebutuhan pegawai.

b) Pembinaan pegawai antara lain pelatihan-pelatihan. Tugas

(46)

b) Menyiapkan kegiatan pelatihan. Wewenang

a) Menerbitkan Surat Peringatan 1,2,3 atas dasar permintaan langsung pegawai yang bersangkutan.

b) Verifikasi pengeluaran biaya personalia dan umum. 3) Worker

Fungsi

a) Terlaksananya produksi secara kualitas dan kuantitas.

b) Melaksanakan sistim manajemen mutu ISO 9000 dan ISO 14000.

Tanggung jawab

a) Mencapai target produksi secara kualitas dan kuantitas.

b) Melaksanakan program 5 S.

Tugas

a) Mencapai target produksi.

b) Melaksanakan standar kerja di seksi masing-masing.

Wewenang

a) Melaporkan kepada sub leader / leader jika terjadi tendensi reject atau kerusakan mesin.

b) Melaporkan kepada sub leader / leader jika proses produksi tidak sesuai dengan standar.

4) Perpajakan

Fungsi

a) Terselenggaranya tertib administrasi perpajakan dengan baik dan pelaporan pajak tepat waktu.

b) Meminimalkan Perbedaan Pajak dengan pihak Kantor Pajak. Tanggung jawab

(47)

B.Tanggung Jawab PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja

Dalam penelitian ini yang menjadi responden untuk memperoleh data mengenai pelaksanaaan tanggung jawab terhadap pekerja pada PT. Wijaya Karya adalah :

a. Ibu Rini Ambarwati selaku staf bagian personalia PT. Wijaya Karya b. Bapak Soni Kuncoro selaku staf bagian personalia PT. Wijaya Karya c. Bapak Darmadi selaku staf bagian personalia PT. Wijaya Karya d. Bapak Jaya Kusuma selaku staf bagian personalia PT. Wijaya

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, kondisi tenaga kerja dalam PT Wijaya Karya adalah sebagai berikut:

Data jumlah tenaga kerja yang dipertanggung jawabkan:

Jabatan Jumlah pekerja dan status pekerja

(48)

Berdasarkan data yang telah penulis dapatkan, PT. Wijaya Karya telah menjadi peserta Jamsostek sejak bulan Januari tahun 1988, dan mengikusertakan 129 pekerja tetap (61 Karyawan dan 68 Tenaga Kerja Langsung). Dengan ketentuan yang diikutkan dalam program Jamsostek pada PT. Wijaya Karya hanya bagi pekerja tetap saja, dengan pertimbangan bagi pekerja tidak tetap menurut wawancara penulis dengan Ibu Rini Ambarwati selaku manager personalia mengatakan bahwa bagi pekerja tidak tetap hanya bekerja pada PT. Wijaya Karya apabila ada proyek yang dikerjakan, selebihnya apabila tidak ada proyek yang dikerjakan, maka pekerja-pekerja tersebut tidak lagi bekerja pada. PT. Wijaya Karya.. Dengan pertimbangan tersebut maka bagi pekerja tidak tetap tidak diikutsertakan dalam program Jamsostek. Sedangkan apabila ada kecelakaan kerja bagi pekerja tidak tetap yang bekerja pada PT. Wijaya Karya seluruhnya adalah tanggungan perusahaan, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, penyakit yang timbul dalam hubungan kerja ataupun perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Dengan ketentuan bagi pekerja tidak tetap tidak disediakan fasilitas asuransi dan tunjangan dari perusahaan.

(49)

Data kecelakaan kerja pada PT Wujaya Karya menunjukkan dari tahun 2005 sampai dengan bulan tahun 2009 adalah:

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber data : Personalia PT Wijaya Karya

Dari keterangan data yang menunjukkan kecelakaan kerja dala PT Wijaya Karya maka dalam hal ini penulis menentukan langakah-langkah yang ditempuh apabila terjadi kecelakaan kerja antara lain :

(50)

2. Dalam hal meninggal dunia, segera memberitahukan kepada PT. Asuransi Umum Sinarmas sebelum penguburan dilakukan. Jika dianggap perlu, asuransi dapat meminta untuk diadakan pemeriksaan atas jenazah satu sama lain berkaitan dengan masalah penentuan pemberian santunan.

3. Tertanggung dan pihak yang berkepentingan dalam pertanggungan ini harus memberikan segala keterangan kepada PT.Asuransi Umum Sinarmas secepatnya sesuai keadaan yang sebenarnya dilengkapi bukti tertulis sah dari yang berwajib.

4. Jika kewajiban-kewajiban yang tersebut diatas tidak dipehuni, maka segala hak atas santunan menjadi batal.

Dalam pelaksanaannya tanggung jawab terhadap kecelakaan kerja dilakukan oleh PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja,dimana dalam hal ini :

a. secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempattempat yang mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang keselamatan kerja.

c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai.

(51)

Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial tenaga Kerja bahwa pengusaha yang telah menyelenggarakan program pelayanan pemeliharaan kesehatan sendiri dengan manfaat lebih baik dari program pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek, tidak wajib untuk mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan pada PT. Jamsostek.

Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas tidak jarang pekerja mengalami kecelakaan kerja bukan karena kelalaian dari dirinya saja tetapi juga karena perusahaan kurang memahami dan tidak melindungi karyawan dengan alat pengaman ketika mereka bekerja. Kalau ini dibiarkan maka motivasi dan kinerja karyawan bakal semakin menurun. Karena itu PT Wijaya Karya sewajarnya memiliki strategi memperkecil dan bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan karyawan sesuai dengan kondisi perusahaan. Strategi yang perlu diterapkan PT Wijaya Karya meliputi:

1. Pihak manajemen PT Wijaya Karya perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alasan finansial, kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab perusahaan dan karyawan maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

2. Pihak manajemen PT Wijaya Karya dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.

(52)

Sementara arti reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

4. Pihak manajemen PT Wijaya Karya dapat menggunakan tingkat derajad keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Sesuai dengan strategi di atas maka program yang diterapkan untuk menterjemahkan strategi itu diantara perusahaan biasanya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini sangat bergantung pada kondisi perusahaan. Secara umum program memperkecil dan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja dapat dikelompokkan : telaahan personal, pelatihan keselamatan kerja, sistem insentif, dan pembuatan aturan penyelamatan kerja

Menurut wawancara penulis dengan Ibu Rini Ambarwati selaku manager personalia mengatakan bahwa bagi pekerja tidak tetap hanya bekerja pada PT. Wijaya Karya apabila ada proyek yang dikerjakan, selebihnya apabila tidak ada proyek yang dikerjakan, maka pekerja-pekerja tersebut tidak lagi bekerja pada PT. Wijaya Karya. Dengan pertimbangan tersebut maka bagi pekerja tidak tetap tidak diikutsertakan dalam program Jamsostek. Sedangkan apabila ada kecelakaan kerja bagi pekerja tidak tetap yang bekerja pada PT. Wijaya Karya seluruhnya adalah tanggungan perusahaan, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, penyakit yang timbul dalam hubungan kerja ataupun perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Dengan ketentuan bagi pekerja tidak tetap tidak disediakan fasilitas asuransi dan tunjangan dari perusahaan.

(53)

Mas selaku pihak yang memberi jaminan dalam perlindungan telah memberikan fasilitas yang terbaik bagi pekerja di PT. Wijaya Karya., hal ini dapat dibuktikan dengan Asuransi Jiwa Sinar Mas memberikan fasilitas kesehatan berupa program rawat inap, rawat jalan dan perawatan gigi. Berikut ini akan penulis jabarkan pelaksanaan program jaminan Asuransi Jiwa Sinar Mas yang berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja di PT. Wijaya Karya.

a. Jaminan perawatan rumah sakit & pembedahan (Rawat Inap), yaitu: 1) Biaya kamar dan menginap di rumah sakit (max 90 hari)

Penggantian biaya-biaya harian akomodasi kamar, menginap dan makan.

2) Biaya kamar semi ICU/Isolasi (max 20 hari)

Penggantian biaya-biaya harian akomodasi kamar dan menginap, serta harus ada pernyataan tertulis dari dokter bahwa seorang peserta harus dirawat di kamar semi ICU/Isolasi

3) Unit perawatan intensif (max 20 hari)

Penggantian biaya-biaya harian akomodasi kamar dan menginap, serta harus ada pernyataan tertulis dari dokter bahwa seorang peserta harus dirawat di ICU.

4) Biaya aneka perawatan rumah sakit

Obat-obat sesuai dengan resep, biaya pemeriksaan laboratrium, pemeriksanaan radiologi, penggunaan alat-alat medis, baya perawatan, biaya terapi, transfusi darah, pemakaian oksigen dan biaya administrasi. 5) Biaya pembedahan

Penggantian biaya yang wajar dan perlu sesuai dengan daftar pembedahan, termasuk biaya kunjungan dokter bedah.

6) Biaya pembiusan

(54)

7) Biaya kamar bedah

Penggantian biaya kamar bedah, obat-obatan dan sewa alat. 8) Kunjungan Dokter di Rumah Sakit

Penggantian atas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengunjungi seorang pasien.

9) Konsutasi Dokter spesialis di Rumah Sakit

Penggantian atas biaya konsultasi pada Dokter spesialis 10)Biaya ambulans

11)Biaya sebelum dan sesudah perawatan Rumah Sakit

Penggantian biaya-biaya seperti jasa konsultasi Dokter umum, obat-obatan dan tes laboratrium yang terjadi 30 (tiga puluh) hari sebelum dan sesudah perawatan Rumah Sakit.

12)Perawatan gigi darurat akibat kecelakaan

Penggantian biaya-biaya yang terjadi dari cedera yang terjadi pada gigi alamiah yang benar-benar sehat.

13)Rawat jalan darurat akibat kecelakaan

Penggantian biaya-biaya untuk perawatan sebagai pasien berobat jalan pada klinik atau rumah sakit apapun yang terdaftar dalam jangka waktu 48 (empat puluh delapan) jam setelah kecelakaan terjadi.

14)Perawatan bedah minor

Penggantian biaya pembedahan untuk penyakit yang membutuhkan tindakan bedah sederhana, tidak dilakukan di kamar operasi dan tidak memerlukan Dokter anastesi.

15)Santunan kematian

Pembayaran dilakukan sesuai dengan premi yang dibayarkan oleh peserta asuransi.

(55)

Pembayaran dilakukan sesuai dengan premi yang dibayarkan oleh peserta asuransi.

Dalam pelaksanaannya dalam rawat jalan ini pekerja beserta keluarganya diberi keleluasaan untuk memilih fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan manfaat/fasilitas yang paling baik. Dengan ketentuan apabila biaya yang dikeluarkan oleh pekerja beserta keluarganya tidak melebihi dari premi yang dibayarkan. Maka selisih dari pembayaran tersebut adalah tanggungan dari pekerja beserta keluarganya.

b. Program jaminan rawat jalan, yaitu:

1) Konsultasi ke Dokter Umum

Penggantian biaya untuk suatu konsultasi ke Dokter umum. 2) Konsultasi ke Dokter Spesialis

Penggantian biaya untuk suatu konsultasi ke Dokter spesialis, tanpa harus ada surat rekomendasi dari Dokter umum.

3) Konsultasi dan obat-obatan

Penggantian biaya-biaya untuk suatu kunjungan dan obat-obatan yang berhubungan dengan diagnosis.

4) Obat-obatan yang diberikan resep Dokter

Penggantian atas biaya resep dan ditebus di apotik. 5) Tes diagnostic

Penggantian biaya-biaya untuk tes laboratrium, serta alat-alat pengujian diagnostic yang direkomendasikan oleh Dokter yang merawat. 6) Fisioterapi

Penggantian biaya-biaya untuk fisioterapi yang direkomendasikan oleh Dokter.

7) Biaya administrasi

Gambar

Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran
Gambar 3 : Struktur Organisasi PT Wijaya Karya

Referensi

Dokumen terkait

Since 1999 the English Department of Widya Mandala University has given the chance to the students to choose either thesis or non-thesis program.. However, the feedback

1) Kemiskinan (Proper) Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan pokok.

Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang ( money ), barang ( goods ), atau jasa ( service ) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan haraan dari

BERMASALAH, EFISIENSI OPERASIONAL, DAN UKURAN BANK TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA “.

Pada Siklus kedua ini mengalami peningkatan yang signifikan, menjadi peningkatan yang sempurna menjadi 100 %, peningkatan ini mempunyai beberapa faktor mendukung dalam

“Sekolah merupakan lembaga publik yang mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kepada publik, khususnya pelayanan untuk peserta.. didik yang menuntut

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berasumsi bahwa kualitas hidup dari pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid hipertensi lebih baik dibandingkan dengan

Hasil dari analisis tentang pengaruh strategi reading aloud terhadap aktivitas belajar ilmu tajwid santri putra Pondok Pesantren Al-Hidayah Desa Karangharjo