• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prestasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Prestasi Di Gugus Ahmad Yani Susukan Ungaran Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prestasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Prestasi Di Gugus Ahmad Yani Susukan Ungaran Timur"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Prestasi

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasiadalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah diakukan, dikerjakan,dan sebagainya) (1991: 787). Sedangkan menurut Saiful BahriDjamarah (1994: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar danKompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapatdiciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yangdiperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikantentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan denganpenguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasiadalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telahdikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh denganjalan bekerja. Seorang guru penjasorkes kususnya di wilayah gugus Ahmad Yani Kecamatan Ungaran Timur kususnya karena banyak mengajakan aktifitas pelajaran bersifat parktik diharapkan dapat menciptakan hasil nyata pada siswa yaitu prestasi siswa.

2.2 Manajemen (Pengelolaan) 2.2.1 Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan / manajemen mempunyai pengertian yang sangat luas sehingga tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Pengelolaan atau manajemen berasal dari bahasa inggris to manaje yang berarti ”mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola” (Echols dan Hasan Sadily, 2004). Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat pada usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya (Pidarta, 2004: 4).

(2)

rangka mencapai tujuan. Dalam pendidikan pengelolaan itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat pada usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Pengelolaan pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang.

Mulyasa (2007: 20) menyatakan manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien.

2.2.2 Fungsi Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi pembelajaran. menurut Husdarta (2009: 34) mengemukakan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari atas fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian kegiatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan secara efisien. Selanjutnya hasibuan (2008: 23) mengemukakan bahwa manajemen sebagai sesuatu usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia yang berpotensi dalam pencapaian tujuan. Sumber tersebut berupa orang, uang, material, peralatan, metode, waktu dan prasarana lain.

Perkembangan ilmu manajemen yang pesat sesuai dengan akumulasi dan perkembangan jaman memunculkan pendapat yang beragam tentang fungsi manajemen, Salah satu pendapat yang disampaikan oleh Terry (2003: 8) bahwa fungsi manajemen tersebut dikenal dengan singkatan POAC yaitu Planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), Actuating (pergerakan ) dan Controling ( Pengawasan).

a. Perencanaan

(3)

bagaimana cara pencapaian organisasi tersebut. Perencanaan pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan yang dipakai sebagai dasar bagi kegiatan atau aktivitas dimasa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.

Uno (2008: 2) mengatakan perencanaan merupakan suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan lainnya dalam sebuah organisasi, sehingga perencanaan ditempatkan sebagai fungsi pertama.

Perencanaan dapat disusun dengan

mempertimbangkan hasil penelitian, observasi atau dengan organisasi. Perencanaan merupakan penjabaran dari strategi awal organisasi. Untuk melaksanakan perencanaan dengan baik diperlukan adanya suatu organisasai yang cocok. Sehingga kemudian muncul fungsi yang kedua yaitu pengorganisasian.

b. Pengorganisasian

Purwanto (2006: 16) mendefinisikan pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengorganisasian terdapat adanya pembagian tugas-tugas, wewenang, dan tanggug jawab secara terinci menurut bidang-bidang dan bagian-bagian, sehingga terciptalah adanya hubungan-hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

c. Pengarahan

(4)

tugas dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan dapat juga diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki.

d. Pengawasan

Pada hakekatnya pengawasan mencakup penilaian adanya kemajuan atau tidak, perlunya penyegaran atau tidak. Sehingga pengawasan harus mampu menjadi suatu upaya dalam meluruskan roda organisasi agar tidak terjadi penyimpangan dalam organisasi tersebut. Pengawasan juga dapat dijadikan sebagai langkah pengawasan dan evaluasi aktivitas

organisasi menyangkut perencanaanm

pengorganisasian, maupun tahap pelurusan sesuai dengan visi misi yang diemban.

2.3 Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang dibutuhkan mencapai tujuan pendidikan. Moh. Uzer Usman (2001: 62) mengemukakan bahwa: Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik, berlangsung untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa syarat utama berlangsungnya prosesbelajar-mengajar yaitu adanya interaksi.

Selanjutnya, menurut Mulyasa (2003: 100) menyatakan”pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling berhubungan antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik.

(5)

155) “untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang baik setidak-tidaknya ada tiga indikator, yaitu: 1) Menyenangkan/membahagiakan, 2) Lingkungan kondusif (fisik dan non fisik), 3) Layanan dan penampilan prima”

Oleh karena itu guru harus memiliki jiwa yang longgar dan sabar dalam menghadapi siswa, dengan kata hati guru harus kaya hati. Suasana pembelajaran hendaknya bukan hanya mentransfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik tetapi melakukan pendidikan secara keseluruhan. Suasana pembelajaran seharusnya dapat membangkitkan suasana yang sejuk dan nyaman. Mengajar dengan hati bukan berarti tidak boleh tegas dan melibatkan unsur fisik, melainkanadalah segala sesuatu yang dilakukan guru semata-mata agar peserta didik menjadi menjadi orang terdidik dan tujuan pendidikanya tercapai.

Menurut Sudiarto (2005: 34) yang dikutip dalam bukunya M. Furqon H (2009: 158) mengemukakan Suasana pembelajaran kondusif, maka kebijakan utama membantu pengembangan peserta didik adalah:

1.menyediakan guru yang profesional

2.menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru

3.menyediakan media pembelajaran yang kaya yang memungkinkan pesera didik dapat secara terus menerus belajar melalui membaca buku wajib, serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatanmenikmati belajar.

Dari pertanyaan pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang guru benar-benar harus mampu berkreatif untuk membuat alat peraga sehingga siswa bisa menggunakan fasilitas tersebut dengan menyenangkan sehingga siswa akan meksimal untuk meraih prestasinya.

2.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

(6)

Berkaitan dengan pendidikan jasmani Samsudin (2008: 2) menyatakan ”Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidupsehat dan aktif sikap sportif dan kecerdasan emosi”. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah jasmani psikomotor, kognitif dan afektif terhadap siswa.

Pengembangan domain psikomotor mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual motorik menyatakan bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak dan aktifitas jasmani untuk tujuan yang bersifat mendidik yang bersifat pembentukan dan pembinaan ketrampilan.Perkembangan perseptual motorik terjadi melalui proses kemampuan seseorang untuk menerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah dan di programkan sampai tercipta respon berupa aksi yangselaras dengan rangsang tersebut. Dampak langsung dari aktifitas jasmani yang merangsang dan kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan dan kepekaan sistem saraf.

Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Menyangkut pengetahuan yang berkaitan dengan landasan ilmiah jasmani dan olahraga serta kegiataan mengisi waktu luang serta pengetahuan tentang kesehatan.

Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian, seperti Intelegensia emosional yang mencangkup pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dan berkemampuan untuk berempati. Ketiga ini sangat berguna dalam masyarakat dan dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

(7)

maksimal. Hal ini akan berimbas pada prestasi akademik siswa.

2.4.2 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani mempunyai peranan penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Dari masing-masing jenjang pendidikan, Pendidikan Jasmani mempunyai tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan siswa. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (2006/2007: 2-3) bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya mengembangkan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga terpilih.

b.Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d.Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di

lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

(8)

sikap sportif, mengembangkan keterampilan menjaga keselamatan dan pencapaian pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup yang sehat dan kebugaran serta memiliki sikap yang sportif.

Dari pendapat para pakar pendidikan olahraga dapat disimpulkan bahwa pelajaran penjasorkes di usia dini sungguh masih sangat dibutuhkan sekali untuk pertumbuhan jasmani baik bersifat motorik dan psikisnya guna meraih suatu prestasi dimasa depannya, sebab sudah tidak rahasia umum lagi olahraga masa sekarang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Apalagi dunia Olahraga dan kesehatan tidak bisa dipisahkan, Dunia olahraga sudah menjadi ranah kehidupan bagi para atlit yang berprestasi dan sebagai mata pencaharian yang sangat layak untuk kehidupan. Jadi tidak hanya anak yang pandai Sain matematika saja yang jadi andalan olahraga juga sekarang sudah menjadikan masa depan yang layak anak berprestasi.

2.4.3 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani mempunyai peranan yang penting untuk perkembangan dan pertumbuhan siswa baik dari fisik maupun psikologis. Ruang lingkup program pengajaran pendidikan jasmani yang diajarkan disekolah dasar harus mencakup aspek tersebut. Menurut Aip Syaifudin dan Muhadi (1992: 5) bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi:

a.Kegiatan pokok yang terdiri atas:

Pengembangan kemampuan jasmani, atletik, senam,permainan

b.Kegiatan pilihan

Pencaksilat,renang,bulutangkis,tenis meja, sepak takraw,permainan tradisional

Ruang lingkup pendidikan jasmani Olahraga dan kesehatan mencakup permainan, pengembangan diri, senam, aktifitas rikmik, aktifitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan.

2.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

(9)

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan, siswa sekolah dasar mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan usianya. Oleh karena itu, dalam merumuskan atau merencanakan pembelajaran pendidikan jasmani harus mengetahui karakteristik siswa. Di samping mengetahui karakteristik fisiologis, perlu juga mengetahui karakteristik psikologis maupun sosialnya. Berdasarkan karakteristik inilah selanjutnya dapat diketahui implikasinya.

Dari sudut perkembangan sosial, usia masa anak-anaktermasuk dalam tahap rasional yang rata-rata berkembang pada usia 7 tahun ke atas. Ditinjau dari sudut perkembangan kognitif termasuk periode operasi kongkrit yaitu usia 7-11 tahun, (M. Furgon H. 2002: 8). Berdasarkan tingkat perkembangan pada masa anak-anak, maka anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik tertentu yang dapat dijadikan dasar untuk memberikan kegiatan fisik atau olahraga. M. Furqon H. (2002: 10) menyatakan, "Karakteristik anak sekolah dasar meliputi karakteristik fisiologis, psikologis dan sosiologis".

Mengetahui dan memahami karakteristik anak usia sekolah dasar baik dari segi fisiologis, psikologis dan sosiologis adalah sangat penting terutama guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik anak, maka dalam membelajarkan siswa harus disesuaikan dengan tingkat perkembangannya.

2.6 Hambatan Pembelajaran (Learning Disability)

Hambatan dalam kegiatan pembelajaran berawal dari sebuah keterpaksaan, hal itu dikarenakan sesuatu yang tidak diinginkan dipaksa untuk di jalani dan ketika prosesnya tidak ada komunikasi dalam hal ini khususnya orang tua dan anak kemudian muncul berbagai hambatan yang sulit untuk di lalui. Hambatan pembelajaran (learning disibillity) di bagi menjadi 2 (Mega, 2010: 1-2), yakni:

a. Intenal

(10)

kegiatan yang ia tidak suka kemudian di implementasikan pada saraf sensorik dan motorik, sehingga semua kegiatan yang berhubungan dengan hal yang tidak ia sukai akan terasa berat dan sulit untuk dijalani. Hambatan internal diantarannya:

1)Malas

2)Motivasi rendah

3)Tidak percaya diri

4)Minder

b. Eksternal

Hambatan yang berasal dari luar antara lainKeluarga, lingkungan belajar, teman dan guru.

2.7 Tinjauan Penelitian terdahulu

Irianto (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa (1) Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran IPA di SD N Cebongan 01, 02, dan 03 Salatiga terdiri dari persiapan proses pembelajaran yang meliputi pembuatan silabus, program semester, program tahunan, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Sedangkan proses pengelolaan pembelajaran berhubungan secara langsung dengan kemampuan guru dalam mengajar. Untuk kendala yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran IPA antara lain adalah alokasi waktu yang digunakan. Alokasi waktu yang digunakan guru hanya 5 jam pelajaran dalam seminggu. Kurangnya pemahaman atau pengetahuan guru tentang penggunaan alat-alat peraga juga dapat menjadi kendala dalam pembelajaran IPA. Selain itu adanya kemampuan siswa yang beraneka ragam dalam menangkap materi pelajaran juga dapat menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan pembelajaran IPA.

Purnomo (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa (1) Sebelum menyusun RPP guru terlebih dahulu harus melakukan identifikasi mata pelajaran. Dari identifikasi tersebut guru mengetahui permasalahan yang terkait dengan pelajaran yang akan direncanakan.

(11)

melalui kegiatan pengintegrasian dengan pembelajaran matematika. (2) Kendala yang dialami dalam pembelajaran matematika kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 4 Purwodadi belum signifikan dirasakan. Hanya kendala dalam diri siswa yang menjadi tantangan bagi guru untuk bisa mengtasinya. Siswa terkesan malas belajar matematika sehingga guru melakukan pendekatan individual baik di sekolah maupun mendatangi rumah siswa untuk melakukan koordinasi dengan orang tua siswa. Selain itu, di awal kegiatan pembelajaran siswa masih kurang siap dalam menerima materi, sehingga guru melakukan kegiatan berbagai kegiatan apersepsi untuk menarik perhatian siswa.

Penelitian tentang peranan guru dalam pembelajaran yang dilakukan oleh Algozzine, Gretes dan Queen (2007) yang berjudul “Beginning Teachers' Perceptions of Their Induction Program Experiences”. Mereka menyatakan tentang “Ensuring a qualified teacher in every classroom is a central part of the latest agenda to strengthen public education and maximize student achievement. Effective teaching and delivering quality instruction are lifelong and critical goals of professional development of teachers. High-quality induction programs support qualified teachers for every child”. Hasil dari penelitian yang mereka lakakukan yaitu membahas tentang keberadaan seorang guru yang berkualitas di dalam kelas sangat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Karena dengan adanya guru yang berkualitas tersebut dapat membimbing siswa dalam memaksimalkan kwalitas siswa tersebut.

Asiabaka (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “The Need for Effective Facility Management in Schools in

Nigeria” menyatakan bahwa pengelolaan fasilitas

merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen sekolah. Aktualisasi dari tujuan dan sasaran pendidikan membutuhkan penyediaan, maksimal pemanfaatan dan pengelolaan yang tepat dari fasilitas.

2.8 Kerangka Pikir Penelitian

(12)

siswa. Siswa yang satu dengan yang lain mempunyai karakter yang berbeda, tugas guru bagaimana mengarahkan keberbedaan tersebut kepada tujuan yang sama yakni memperoleh ilmu dari guru pada saat pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan adanya manajemen pembelajaran yang baik agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar.

Berdasarkan Kerangka Pikir Peneliti untuk mengetahui bagaimana Manajemen Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Prestasi digugus Ahmad Yani Kecamatan Ungarn Timur Kabupaten Semarang bisa diterapkan disekolah-Sekolah. Peneliti merumuskan kerangka pikir sebagai berikut:

Kerangka Pikir

1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran masih minim.

2. Prestasi siswa rendah

Guru melakukan pengelolaan terhadap pembelajaran dengan melakukan perencanaan, pengorganisasain, pengarahan dan pengawasan terjadi dalam pembalajaran.

Prestasi siswa semakin meningkat

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mark up penawaran kontraktor dan analisis biaya penawaran dan biaya pelaksanaan untuk mendapatkan besar ban persentase

Draft skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Ramadhan Wengku Arizal Universitas

Pasien mengatakan sejak 9 hari yang lalu tidak bisa tidur, seluruh badan terasa gatal dan nyeri pada lesi didaerah glutea saat ingin merubah posisi badan ditempat tidur karena

Dalam penelitian naturalistik kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya

Penelitian yang berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Desa Semboro Kecamatan Semboro Kabupaten Jember” mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi kualifikasi serta penetapan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, bersama

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2006 tentang Desa, Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam huruf

Pengaruh Temperatur Heat Treatment dan Holding Time Terhadap Sifat Fisis, Mikrostruktur dan Sifat Magnet Permanen Bonded NdFeB. Medan : Universitas Sumatera