• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon 2.1.1 Pengertian Respon - Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan (Studi di Yayasan Fajar Dinul Islam SMK Namira Technology Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon 2.1.1 Pengertian Respon - Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kota Medan (Studi di Yayasan Fajar Dinul Islam SMK Namira Technology Nusantara"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

2.1.1 Pengertian Respon

Respon adalah istilah yang digunakan dalam psikologi untuk menamakan

reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respon biasanya

diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan

perangsangan. Teori behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan

dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku .Dengan kata

lain respon merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan dari

lingkungan. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka

akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsangan yang dikondisikan.

Menurut Louis Thursone (dalam Azwar, 2007:25) respon merupakan

jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pemahaman

yang mendetail, rasa takut, ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal yang

khusus. Pengungkapan sikap dapat diketahui melalui:

1. Pengaruh atau penolakan

2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana seseorang atau

sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu,seperti perubahan lingkungan

(2)

menyenangi,mendekati dan mengharapkan suatu objek,seseorang disebut

mempunyai respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi,afeksi,dan

psikomotorik. Sebaliknya, seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila

informasi yang didengar atau perubahan terhadap sesuatu objek tidak

mempengaruhi tindakannya atau justru menghindar dan membenci objek tertentu.

Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon, yaitu:

a. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan

fisik.

b. Variabel fungsional yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat,

misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu.(Cruthefield, dalam

Rahmat, 2004:51-59).

Secara umum dapat dikatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

respon seseorang yaitu:

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan

interpretasi tentang ada yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif,

kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut,berupa orang,benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran

itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan

kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran

respon turut menentukan cara pandang orang.

c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam

(3)

Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau

tanggapan seseorang. Respon dalam penelitian akan diukur dari tiga aspek, yaitu

persepsi, sikap dan partisipasi. Persepsi menurut Mc Mahon adalah proses

menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan akat penerima

informasi (sensorik information).

Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson menunjukkan

bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mencium dunia sekitar kita

dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai suatu gejala yang

dialami manusia. Berdasarkan uraian diatas, William James mengatakan persepsi

terbentuk atas dasar kata yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh

indera kita sebagian yang lainnya. Diperolehnya dari pengelolaan ingatan

(memory) kemudian diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki

(Adi,1994:179).

Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang

dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan baik

lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penerimaan. Persepsi merupakan

suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang

benar.

Fenomena lain yang terkait dengan penginderaan adalah ilusi.Ilusi muncul

akibat keterbatasan indra kita,dan ilusi bukanlah suatu tipuan ataupun persepsi

yang salah. Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi

(attention). Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam

kaitan dengan pengalaman. Oleh Karena itu atensi ini menjadi bagian yang

(4)

Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan

eksternal.

Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah:

1. Motif dan kebutuhan

2. Preparatory set,yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input

sensorik tertentu tetapi tidak pada input yang lain.

3. Minat (interest).

Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah:

1. Intensitas dan ukuran

2. Kontras dengan hal-hal yang baru

3. Pengulangan

4. Pergerakan.(Adi.1994:107).

Sedangkan atensi itu banyak mendasari diri pada proses yang disebut

filtering atau proses menyaring informasi yang ada pada lingkungan,karena sensor

channel kita mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan

kita.

Mengenai sikap Thursone (Dalam Azwar,2007) mengatakan sikap adalah

derajat efek positif dan negatif yang dikaitkan dengan objek psikologis, Objek

psikologis yang dimaksud adalah lambang-lambang, kalimat, semboyan, intuisi,

pekerjaan, atau profesi, dan ide yang dapat dibedakan dalam perasaan positif atau

negatif. Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam suka atau tidak suka terhadap

suatu objek sikap yang merupakan emosi yang diarahkan oleh seseorang kepada

orang lain,benda atau peristiwa sebagai objek sasaran sikap. Sikap merupakan

(5)

Rokeach (Dalam Wagito, 2003) memberikan pengertian tentang sikap

yaitu sikap merupakan predisposing, untuk merespon, untuk berprilaku. Ini berarti

bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk

berbuat atau berprilaku. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang

tertentu. Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang berbentuk

batiniah seperti aktualisasi diri,dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya

hasil-hasil dan usaha-usaha pembangunan.

Selain persepsi dan sikap,partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting

bahkan mutlak di diperlukan dalam mengukur respon. Pendekatan partisipasi

bertumpu pada kekuatan siswa untuk secara aktif berperan serta dalam Program

Bina Keluarga Remaja. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation

yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental

dimana orang orang atau anggota siswa aktif menyumbang kreativitas dan

inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya. Pendekatan partisipasi

bertumpu pada kekuatan siswa untuk secara aktif berperan serta atau ikut serta

dalam program secara menyeluruh.

Partisipasi aktif siswa dalam pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja

memerlukan kesadaran, minat, dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa

diterapkan adalah strategi penyadaran. Partisipasi saja tidak cukup sebagai strategi

dalam program pengembangan tumbuh kembang anak dan remaja,tetapi juga hasil

yang diharapkan dari program tersebut keluarga dan remaja dapat memperoleh

(6)

a. Mampu merangsang timbulnya minat siswa untuk bergabung ke dalam

program dan kegiatan-kegiatan yang berbau anak dan remaja.

b. Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan siswa.

c. Pelaksanaan program semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan siswa/i

d. Jangkauan program menjadi lebih luas meskipun dengan dana yang terbatas

e. Siswa-siswi menjadi semakin tertarik dengan proram tersebut

Partisipasi sering juga disebut peran serta atau ikut serta yang diartikan

sebagai adanya motivasi dan keterlibatan siswa-siswi secara aktif dalam seluruh

tahapan program,sejak persiapan,perencanaan,pelaksanaan,pemeliharaan,evaluasi

hingga pengembangan dan perluasannya.

Partisipasi aktif siswa dalam pelaksanaan program memerlukan kesadaran

siswa akan minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan

adalah melalui strategi penyadaran. Untuk berhasilnya program di Sekolah

tersebut,maka siswa dituntut terlibat tidak hanya dalam aspek kognitif dan

praktis,tetapi juga ada keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini

diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan

perubahan yang mencakup seluruh bangsa diperlukan dalam mengukur respon.

2.2 Siswa

2.1.2 Pengertian Siswa

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,yang

selanjutnya diproses dalam proses pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan

(7)

dari berbagai pendekatan, antara lain: Pendekatan Sosial, pendekatan psikologis,

dan pendekatan edukatif/pedagogis.

Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang

diberikan oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa

digambarkan sebagai sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk

memperoleh ilmu pengetahuan. Selain memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga

mengalami perkembangan serta pertumbuhan dari kegiatan pendidikan tersebut.

Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa merupakan salah satu anggota masyarakat

yang memiliki potensi serta usaha untuk mengembangkan dirinya.

Peserta didik yang pada umumnya merupakan individu yang memiliki

potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui pendidikan baik fisik maupun

psikis dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat dimanapun ia

berada. Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik

serta etika yang sopan untuk berinteraksi pada masyarakat lainnya.

(http://www.go.id/Pengertian Siswa/ diakses pada tanggal 18-09-2014 pukul

14.50 WIB)

Ada beberapa pengertian siswa :

a. Menurut Nandang Zulfikar,siswa adalah mereka yang secara khusus

diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang

diselenggarakan disekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang

berilmu pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian,

berakhlak mulia dan mandiri.

b. Menurut Prof Dr Shafique Ali Khan, siswa adalah orang yang datang ke suatu

(8)

c. Menurut Abu Achmadi,siswa adalah individu yang belum bias dikatakan

dewasa. Ia memerlukan,usaha,serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai

tingkat kedewasaanya yang mempunyai potensi dasar yang ada dalam dirinya

berupa fisik maupun psikis yang perlu dikembangkan melalui pendidikan.

Ada beberapa pendekatan terhadap siswa diantaranya:

a. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang

disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai

anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat

sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar

pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan

dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu

dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan

masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi

dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan

dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik dapat

ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman

langsung.

b. Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh

dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti:

bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan

jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses

pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan

(9)

menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang,

yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi.

Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan

intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu

dengan lainnya.

c. Pendekatan edukatif/pedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan

siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam

rangka sistem pendidikan menyeluruh.

2.3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(dahulu Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)disingkat BKKBN, adalah Lembaga

pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional pernah sukses

dengan slogan dua anak cukup,laki-laki perempuan sama saja.. Namun, untuk

menghormati hak asasi manusia, kini BKKBN memiliki slogan dua anak lebih

baik

Tugas dan Fungsi

2.3.1 Tugas

Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga

sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(10)

Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Keluarga Berencana dan

Keluarga Sejahtera.

Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN.

Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta, LSOM

dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,

keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

2.3.3 Kewenangan

a. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.

b. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara

makro

c. Perumusan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka

kematian ibu,bayi,dan anak.

d. Penetapan system informasi dibidangnya.

e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku yaitu:

f. Perumusan dan pelaksanaan kegiatan tertentu dibidnag Keluarga Berencana

dan Keluarga Sejahtera.

(11)

2.4PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA

2.4.1 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi tercapainya suatu

kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek,disebutkan bahwa dalam setiap

program dijelaskan mengenai:

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai

b. Kegiatan yang diambil untuk mencapai kegiatan

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui

d. Perkiraan anggaran yang aka dibutuhkan

e. Strategi pelaksanaan

Selanjutnya program dapat diartikan serangkaian tentang berbagai

kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa mendatang, dimana kegiatan

tersebut dimaksudkan untuk memecahkan satu atau beberapa masalah atau

mencapai satu atau beberapa tujuan program juga sering dimaksudkan sebagai

tindakan antisipasi atas suatu keadaan yang ada atau diperkirakan ada, sehingga

keadaan tersebut tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kehidupan

manusia (Gittinger,2005:195).

Apa yang dikemukakan Gittinger merajuk pada proses manajemen

pembangunan. pengertian yang dirumuskan menunjukkan bahwa program

tersebut memiliki sifat mengikat,dalam arti wajib dilakukan. Program tersebut

merupakan pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang dianggap tepat dalam

memecahkan suatu masalah atau mencapai tujuan. Dengan demikian program

(12)

memecahkan suatu masalah-masalah kemiskinan yang semakin marak dan untuk

mencapai suatu tujuan yang baik.

Lebih lanjut Gittinger mengemukakan bahwa menetapkan suatu program

merupakan suatu alternatif terbaik untuk lebih mudah mencapai suatu tujuan atau

melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian dalam merumuskan program

setidaknya terkandung beberapa komponen sebagai berikut:

a. Dipahami bagaimana kondisi yang sedang berlangsung.

b. Dipahami masalah-masalah yang sedang ada dan mengancam.

c. Dipahami kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan,

keinginan-keinginan dan tujuan-tujuan dari kelompok sasaran program.

d. Tersedia data mengenal potensi,kelemahan,peluang dan tantangan internal dan

eksternal.

e. Ditetapkan kondisi yang diinginkan .

f. Ditetapkan target-target capaian dalam masa tertentu (Gittinger,2005:217)

Apa yang dikemukakan oleh Gittinger menunjukkan bahwa merumsukan

suatu program merupakan keputusan dan jalan terbaik dalam mencapai sesuatu

dan memecahkan suatu masalah. Dengan adanya program diharapkan kegiatan

yang dilaksanakan akan lebih terarah, lebih terkonsentrasi, dan akan lebih efisien

dan efektif. Adanya program menjadikan suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan

secara lebih sistematis. Sebaliknya,tanpa program maka setiap kegiatan tidak akan

terorganisir,sehingga akan menghabiskan lebih banyak sumber daya.

Kadariah mengemukakan bahwa program adalah seperangkat

proyek-proyek yang terkoordinir. Sehingga proyek-proyek adalah unit terkecil dari suatu

(13)

berbagai kegiatan diatur dari berbagai sudut,seperti kapan dilaksanakan,dan

bagaimana hubungan atau koordinasi dari kegiatan diatur dari berbagai

sudut,seperti kapan dilaksanakan,dan bagaimana hubungan atau koordinasi dari

kegiatan-kegiatan atau proyek-proyek itu (Kadariah,2007:23)

2.4.2 Latar Belakang Program Bina Keluarga Remaja

Bina keluarga remaja (BKR) merupakan program strategis dalam upaya

menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam lingkungan

masyarakat. Program bina keluarga remaja (BKR) merupakan upaya

meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua dan anggota

keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik,

intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosional, sosial dan moral spiritual.

Ketika seorang anak memasuki masa remaja, ia mulai meninggalkan dunia

keluarga dan memasuki lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan

sosial/pergaulan. Pada masa ini seorang anak remaja berada pada masa transisi

dalam upaya menemukan jati diri menuju kedewasaan biologis dan psikologis.

Program Bina Keluarga Remaja berada dibawah Koordinasi Badan

Kependudukan dan Keluarga berencana Nasional seperti yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Keluarga dan karena penyesuaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah

2010-2014,program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) telah disepakati untuk

dikembangkan menjadi program Generasi Berencana dalam rangka penyiapan

(14)

Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional. Direktorat Bina Ketahanan Remaja merupakan salah satu direktorat

dibawah Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,yang

memiliki tugas antara lain melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan

teknis penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK),pemantauan dan

evaluasi serta pemberian bimbingan teknis fasilitasi dibidang Bina Ketahanan

Remaja.

Dalam kehidupan remaja perubahan nilai ini terlihat dari perilaku hidup

remaja yang tidak sehat. Apabila perilaku remaja tidak sehat ini terus

berlangsung,tentu akan mengganggu tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan

kehidupan remaja,baik secara individual maupun sosial. Program Bina Keluarga

Remaja telah dibentuk di beberapa provinsi,namun akhir-akhir ini mengalami

penurunan baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan pendataan keluarga

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun

2011,terdapat 5.853.561 keluarga yang memiliki remaja usia 10-24 tahun dan

tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah yang banyak itu menjadi sasaran program

Bina Keluarga Remaja. Kelompok Bina Keluarga Remaja ini telah dikembangkan

di seluruh Provinsi Indonesia,dan sampai dengan Desember 2011 telah

berkembang sebanyak 33.779 kelompok. Jumlah yang banyak tersebut perlu

dikelola dan dibina secara berkesinambungan.

Dalam rangka mengemban amanat undang-undang dan merespon

(15)

(Genre) bagi remaja dan keluarga 33.779 kelompok. Keluarga yang memiliki

remaja yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya dilaksanakan oleh

Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem).Program ini didasarkan pada

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor

47/HK.010/B5/2010 tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional 2010-2014 dan Addendum Peraturan Kepala Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nomor 133/PER/B1/2011 tentang

Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun

2010-2014 untuk Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam

adendum tersebut dinyatakan sebagai berikut:

1. Meningkatnya usia kawin pertama (UKP) perempuan dari 19.8 (SDKI 2007)

menjadi sekitar 21 tahun.

2. Meningkatnya partisipasi keluarga yang mempunyai anak dan remaja dalm

kegiatan kelompok kegiatan Bina Keluarga Remaja dari 1.5 juta menjadi 2.7

juta keluarga remaja.

Sehubungan dengan hal tersebut,pengembangan kelompok Bina Keluarga

Remaja (BKR) dapat membantu orangtua dalam memahami remaja,permasalahan

remaja,dan cara berkomunikasi dengan remaja melalui kelompok ini setiap

keluarga yang memiliki remaja dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi

bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja, meliputi kebijakan

Program Genre, Penanaman nilai-nilai moral melalui 8 Fungsi

Keluarga,Pendewasaan Usia Perkawinan, Seksualitas, NAPZA, HIV, dan AIDS,

(16)

Efektif Orangtua terhadap Remaja, Peran Orangtua Dalam Pembinaan Tumbuh

Kembang Remaja,dan Pemenuhan Gizi Remaja.

2.4.3 Tujuan Program Bina Keluarga Remaja

Tujuan utama dari Program Bina Keluarga Remaja adalah untuk

meningkatkan pengetahuan orangtua dalam melakukan pembinaan terhadap

remaja. Disamping itu,kegiatan ini diarahkan pula untuk meningkatkan

kesertaan,pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi pasangan usia subur (PUS)

anggota BKR .Agar penyelenggaraan kegiatan tersebut berlangsung secara efektif,

maka perlu diperhatikan pokok-pokok kegiatan dalam menyelenggarakan kegiatan

kelompok BKR yang meliputi pembentukan kelompok,peningkatan kapasitas

pengelola dan pelaksana serta pelayanan kegiatan BKR.

2.4.4 Pengorganisasian

Program Bina Keluarga Remaja dilaksanakan oleh Forum BKR Pusat,

Forum BKR Tingkat Provinsi,Tingkat Kabupaten/Kota,Tingkat Kecamatan,

Tingkat Desa/Kelurahan. Masing-masing pelaksana memegang peranan penting

dalam menjamin keberhasilan Program Bina Keluarga Remaja.

1. Tingkat Pusat

a. Forum BKR tingkat Pusat membuat kesepakatan operasional dan rencana

kegiatan pengembangan BKR, termasuk juknis, jadwal pelaksanaan,

(17)

b. Pengawasan pengendalian serta pemantauan perkembangan kegiatan

dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang

telah disepakati.

c. Forum BKR tingkat Pusat membuat umpan balik laporan dari forum

tingkat Provinsi secara berkala.

d. Forum tingkat Pusat melakukan bimbingan dan pembinaan terpadu

ketingkat administrasi yang lebih rendah.

2.Tingkat Provinsi

a. Forum BKR tingkat Provinsi membuat kesepakatan operasional bagi

pengembangan BKR termasuk jenis kegiatan,jadwal pelaksanaan,anggaran

dan pembuatan petunjuk teknis bagi tingkat Kabupaten/Kota.

b. Pengawasan, pengendalian serta pemantauan, perkembangan kegiatan

dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang

telah disepakati.

c. Forum BKR tingkat Provinsi membuat umpan balik laporan dari forum

BKR tingkat Kabupaten/Kota secara berkala.

d. Forum BKR tingkat Provinsi melakukan bimbingan dan pembinaan

terpadu ke tingkat administrasi yang lebih rendah.

3. Tingkat Kabupaten/Kota

a. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota menjabarkan kesepakatan

pelaksanaan BKR termasuk jadwal pelaksanaan dan alokasi

anggarannya,pembuatan petunjuk teknis bagi tingkat kecamatan.

b. Pemantauan perkembangan kegiatan dilakukan dengan menggunakan

(18)

c. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota operasional tingkat Kecamatan

secara berkala.

d. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota melakukan bimbingan dam

pembinaan kepada pengelola pelaksana di tingkat administrasi yang lebih

rendah.

4. Tingkat Kecamatan

a. Tim operasional tingkat kecamatan menyusun rencana pelaksanaan

kegiatan BKR,termasuk jadwal dan alokasi anggarannya,sesuai dengan

petunjuk teknis.

b. Pemantauan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan

sistem pencatatan dan pelaporan yang telah disepakati.

c. Tim operasional tingkat Kecamatan melakukan bimbingan dan pembinaan

kepada pelaksana tingkat desa.

5. Tingkat Desa/Kelurahan

a. Tim pelaksana tingkat desa/kelurahan menyusun rencana pelaksanaan

kegiatan BKR,termasuk jadwal dan alokasi anggarannya.

b. Tim pelaksana tingkat desa atau kelurahan membuat laporan mengenai

pelaksanaan kegiatan tingkat desa kepada tim operasional tingkat

kecamatan.

2.3.5Mekanisme Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja

1. Tingkat Pusat

(19)

Penggalangan kesepakatan dan operasional dalam pengembangan BKR

merupakan kegiatan terpadu secara lintas sektoral maupun lintas program

yang terkait. Untuk itu diperlukan adanya kesamaan wawasan dan

dukungan dari seluruh sektor terkait di semua tingkatan wilayah.

pembentukan kesepakatan kebijakan program dapat dilakukan melalui

pertemuan forum, pertemuan koordinasi, pertemuan kerja dan

forum-forum lainnya yang bermanfaat bagi semua pihak.

b. Pembentukan Forum

Untuk mendorong terselenggaranya kegiatan dengan baik perlu

diupayakan adanya forum sebagai wadah koordinasi untuk merencanakan,

melaksanakan dan evaluasi program yang akan maupun yang sudah

dilaksanakan. Forum ini anggotanya terdiri dari unsur instansi pemerintah,

LSM, pemerhati ,para pakar bidang kesehatan, pendidikan, psikologi,

sosial, dan agama serta ahli lainnya.

c. Penyusun Perencanaan

Perencanaan program dan anggaran dalam rangka mendukung

pengembangan kegiatan ini BKR dilaksanakan secara terpadu berdasarkan

sistem perencanaan yang berlaku

d. Penyusunan Pedoman BKR

Penyusunan pedoman BKR,pengembangan dan pembinaan kelompok

BKR baik bagi petugas/pengelola, fasilitator, kader maupun untuk

orangtua.

(20)

Penyusunan materi dan media BKR bagi petugas/pengelola, kader dan

fasilitator orangtua yang mempunyai anak remaja.

f. Pelatihan dan Orientasi

Dalam rangka penyebarluasan informasi dan peningkatan

pengetahuan/keterampilan petugas/pengelola, pelaksana BKR mengadakan

pelatihan tingkat nasional.

g. Pengembangan dan Pelaksanaan Sosialisasi

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk terus menerus

meningkatkan kesadaran,kepedulian dan peran serta masyarakat dalam

BKR.Untuk itu perlu dikembangkan kegiatan dan pesan-pesan KIE yang

sesuai dengan situasi dan kondisi kebutuhan wilayah.

h. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan melalui sistem pencatatan dan

pelaporan yang dikembangkan kunjungan lapangan, pertemuan,

rapat-rapat, review yang dilaksanakan secara berkala.

2. Tingkat PROPINSI

a. Penggalangan kesepakatan dan operasional ditingkat propinsi

dilaksanakan dengan melibatkan instansi terkait forum pertemuan yang

ada pada tingkat propinsi.

b. Tingkat propinsi dan kabupaten/kota dapat menindaklanjuti sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan daerah.

c. Penyusunan Perencanaan

Perencanaan pengelola program dan anggaran kegiatan BKR dilakukan

(21)

d. Orientasi/pelatihan

Dalam rangka desimilasi informasi dan peningkatan

pengetahuan/keterampilan petugas atau pengelola, pelaksana BKR di

tingkat kabupaten/kota perlu dilakukan orientasi dan pelatihan BKR.

e. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan BKR

f. Menyusun dan memproduksi materi dan media BKR. Materi dan media

BKR ini mencakup materi dan media standar maupun yang dikembangkan

sesuai kondisi dan budaya local.

g. Pengembangan dan pelaksanaan KIE BKR

Kegiatan KIE dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan,sosialisasi,seni

budaya lokal dan sarana-sarana yang ada sebagai upaya untuk

meningkatkan kesadaran,kepedulian dan peran serta masyarakat dalam

kegiatan BKR.

h. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan melalui pencatatan dan

pelaporan,kunjungan lapangan,pertemuan,rapat-rapat yang dilaksanakan

secara periodik.

4. Tingkat Kecamatan

Pengelolaan BKR di tingkat kecamatan dilaksanakan secara terpadu bersama

sektor terkait melalui tim operasional BKR dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Penggalangan kesepakatan

b. Pembentukan tim operasional

(22)

d. Pendataan calon kelompok BKR

e. Penyusunan rencana kegiatan

f. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi

g. Pembinaan pengembangan

5. Tingkat Desa/Kelurahan

Kegiatan pengelolaan dan BKR di tingkat desa dilaksanakan dengan

langkah-langkah sebagai ebrikt:

a. Penggalangan kesepakatan

b. Pembentukan ti pelaksanan tingkat desa

c. Orientasi tim pelaksana dan kader

d. Pendataan calon anggota BKR

e. Pembuatan jadwal kegiatan

f. Pembentukan kelompok BKR

g. Pelaksanaan kegiatan

h. Pencatatan dan pelaporan

i. Pembinaan

2.4.6 Sasaran Penerima Program Bina Keluarga Remaja

Sasaran BKR adalah setiap keluarga yang memiliki anak usia sekolah

dasar dan sekolah menengah atau setara dalam keluarga. Sedangkan sasaran tidak

langsung yaitu: • Guru,

• Pemuka agama,

(23)

• Pimpinan organisasi profesi/organisasi sosial kemasyarakatan,

• Pemuda/wanita,

• Para ahli dan lembaga bidang ilmu yang terkait,

• Serta institusi/lembaga pemerintahan dan non pemerintahan,

• Seperti organisasi wanita,

• Sekolah dan LSM

Kelompok BKR dikelola oleh pengurus kelompok minimal 4 orang kader,

yang terdiri dari seorang ketua dan tiga anggota atau disesuaikan dengan

kebutuhan.

Adapun materi-materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan

kelompok adalah tentang gerakan pembangunan keluarga sejahtera, konsep dasar

BKR, pemantauan 8 fungsi keluarga, tumbuh kembang anak dan remaja,

reproduksi sehat, pembinaan anak dan remaja serta pengelolaan program BKR

Hal-hal yang diperlukan dalam penyuluhan :

a. Menciptakan suasana akrab, agar pesan yang disampaikan dapat dengan

mudah diterima sasaran.

b. Memiliki waktu yang tepat/dengan kondisi situasi.

c. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah diterima oleh sasaran.

d. Isi pesan yang disampaikan tidak bertentangan dan tidak menyimpang dari

norma adat istiadat kelompok.

e. Mampu membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

Kader BKR adalah anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia

mendukung kegiatan bina keluarga anak dan remaja. Tugas para kader BKR

(24)

penyuluhan kepada keluarga anak dan remaja yang ada di desa untuk ikut aktif

menjadi anggota BKR, menyusun jadwal kegiatan, menyelenggarakan pertemuan

berkala dengan orang tua.

Anak remaja dan orang tua menjadi fasilitator dalam peraturan kunjungan

rumah apabila diperlukan, merujuk kepada konselor keluarga sejahtera pusat

informasi dan pelayanan keluarga serta pencatatan dan pelaporan keluarga lain

dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik,

intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosional, sosial dan moral spiritual.

2.5 Kerangka Pemikiran

Dalam upaya mengatasi permasalahan remaja maka Pemerintah melalui

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melaksanakan Program

Bina Keluarga Remaja (BKR) yang dirancang khusus untuk remaja yang berusia

10-24 tahun. Program Bina Keluarga Remaja Bina keluarga remaja (BKR)

merupakan program strategis dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas dalam lingkungan masyarakat. Program bina keluarga

remaja (BKR) merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain dalam membina tumbuh

kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik, intelektual, kesehatan reproduksi,

mental emosional, sosial dan moral spiritual.

(25)

pengetahuan anggota keluarga terhadap kelangsungan perkembangan anak

remaja,diantaranya tentang pentingnya hubungan yang setara dan harmonis pada

satu keluarga dalam rangka pembinaan kepribadian anak dan remaja.

Menumbuhnya rasa cinta kasih sayang antara orang tua dengan anak dan

remajanya, atau sebaliknya dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi

oleh masing-masing pihak sehingga timbul rasa hormat dan saling menghargai

satu sama lain. Terlaksananya deteksi dini terhadap setiap gejala yang

memungkinkan timbulnya kesenjangan hubungan antara orangtua dan anak

remaja didalam kehidupan rumah tangga. Serta terciptanya sarana hubungan yang

sesuai dan harmonis yang didukung sikap dan perilaku yang rasional dalam

bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh kembang anak dan remaja.

Secara khusus tujuan BKR terdiri dari:

1. Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup sehat dan berakhlak

2. Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup yang berketahanan

3. Remaja memahami dan mempersiapkan diri menjadi Generasi Berencana

Indonesia

Peserta Program Bina Keluarga Remaja adalah Keluarga yang mempunyai

remaja yang berusia 10-24 tahun dengan ketentuan yang telah diatur dalam

pedoman pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja. Respon siswa adalah

tingkah laku balasan tindakan yang berupa wujud dari persepsi, sikap, dan

partisipasi siswa, dimana persepsi itu meliputi pengetahuan siswa tentang

Program Bina Keluarga Remaja dan apa tujuan,manfaat dan atensi dari Program

(26)

Sikap meliputi tentang penilaian siswa terhadap Program Bina Keluarga

Remaja,penolakan atau penerimaan,dan mengharapkan atau menghindari dari

Bina Keluarga Remaja. Partisipasi meliputi tentang menikmati, melaksanakan,

memelihara, menilai, frekuensi,dan kualitas. Siswa dapat memahami akan nilai

positif dan negatif yang telah dilaksanakan oleh Program Bina Keluarga Remaja

di dalam siswa dan bekerja sama dalam pelaksanaanya.

Untuk memperjelas alur pemikiran, penulis membuat bagan yang

(27)

Bagan 1

Bagan Alur Pemikiran

BKKBN KOTA MEDAN

Bina Keluarga Remaja

Respon Siswa SMK Namira Technology Nusantara Medan

(28)

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.6.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan

peristiwa, objek. kondisi,situasi,dan hal-hal yang sejenisnya. Defensi konsep

memiliki tujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara

mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta

menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi,

2009:112).

Adapun yang menjadi konsep yang diangkat dalam penelitian ini dapat

didefenisikan sebagai berikut:

1. Respon adalah suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik, pemahaman

yang mendetail, penilaian, pengaruh, penolakan, suka atau tidak serta

pemanfaatan pada suatu fenomena.

2. Siswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya

diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen

pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain:

pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.

3. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) adalah wadah kegiatan yang

mempunyai remaja usia 10-24 tahun. BKR bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam

(29)

meningkatkan kesertaan,pembinaan,dan kemandirian ber-KB bagi anggota

kelompok.

2.6.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria suatu

operasi lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya

dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk

memudahkan untuk penelitian lapangan. Maka perlu operasi analisasi dari

konsep-konsep untuk menggambarkan apa yang harus diamati (Silalahi,

2009:120).

Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering

disebut sebagi suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep

berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis,Jika

konsep sudah bersifat dinamis,maka akan memungkinkan untuk dioperasikan.

Wujud operasionalisasi konsep adalah bentuk sajian yang benar-benar

terperinci,sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep

tersebut terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141).Adapun menjadi defenisi

operasional dalam respon siswa dalam pelaksanaan program bina keluarga remaja

di SMK Namira Technology Nusantara Medan dapat diukur melalui:

1. Persepsi atau pemahaman siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga

Remaja dapat diukur melalui:

a. Pengetahuan siswa tentang Program Bina Keluarga Remaja.

(30)

c. Pengetahuan siswa tentang tujuan dan manfaat Program Bina Keluarga

Remaja.

d. Atensi suatu proses penyeleksian siswa dalam Program Bina Keluarga

Remaja.

2. Sikap siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat diukur

melalui:

a. Penilaian adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki siswa tentang

Program Bina Keluarga Remaja

b. Penolakan atau penerimaan adalah hubungan dengan rasa senang atau tidak

senangnya siswa dengan Program Bina Keluarga Remaja. Dalam hal ini

dapat diketahui bahwa siswa tersebut menolak atau menerima program

tersebut.

c. Mengharap atau menghindari adalah kesiapan siswa untuk bertingkah laku

yang berhubungan dengan Program Bina Keluarga Remaja,dalam hal ini

dapat diketahui apakah siswa mengharapkan atau menghindari program

tersebut.

3. Partisipasi siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat

diukur melalui:

a. Melaksanakan adalah siswa yang berperan serta dalam pelaksanaan

Program Bina Keluarga Remaja dengan penuh persiapan, perencanaan,

pemahaman, dan evaluasi agar pelaksanaan program tersebut dapat berjalan

(31)

b. Memelihara adalah siswa berperan serta dalam memelihara Program

Keluarga Harapan agar dapat berjalan sesuai dengan baik dan sesuai

dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

c. Menikmati adalah siswa berperan serta dalam menikmati hasil Program

Bina Keluarga Remaja dimana siswa tinggal dan menerima dan merasakan

Referensi

Dokumen terkait

kekuatan tanah karena sifat pasir yaitu memiliki tahanan friksi yang besar, sehingga tanah Quarry Garuda Sakti memiliki nilai CBR lebih besar dari pada Quarry Kulim dan

d) Guru Membuat/Mempelopori/Membina kegiatan penyusunan Buku Ajar, Modul atau Bahan – bahan lainnya yang dapat digunakan siswa dan/atau orang lain untuk Pengembangan

jiwa terhadap perilaku seksual. Akibat dari gangguan seksual itu timbul kejahatan-kejahatan yang melanggar norma-norma serta sistem hukum di Indonesia. Perilaku

Polerovirus isolat Bali, Indonesia baik yang bergejala klorosis ringan, sedang, maupun berat termasuk ke dalam spesies Pepper vein yellows virus (PeVYV) serta memiliki

Pada metoda ini saluran baru dihubungkan ke bus saluran-saluran yang sudah ada (existing lines), lalu dibuat sebuah model jaringan transmisi baru, dengan

mendongengkan anaknya menjelang tidur. Kebiasaan ini sangat positif, karena di samping menyenangkan dan bisa membuat anaknya tertidur, dongeng-dongeng yang

Berbicara tentang kontribusi dunia pendidikan terhadap masyarakat, maka pandangan MM sebagai berikut. Perubahan- perubahan dalam dunia pendidikan semestinya berkelanjutan atau

Menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok