BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon
2.1.1 Pengertian Respon
Respon adalah istilah yang digunakan dalam psikologi untuk menamakan
reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respon biasanya
diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan
perangsangan. Teori behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan
dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku .Dengan kata
lain respon merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan dari
lingkungan. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka
akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsangan yang dikondisikan.
Menurut Louis Thursone (dalam Azwar, 2007:25) respon merupakan
jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pemahaman
yang mendetail, rasa takut, ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal yang
khusus. Pengungkapan sikap dapat diketahui melalui:
1. Pengaruh atau penolakan
2. Penilaian
3. Suka atau tidak suka
4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana seseorang atau
sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu,seperti perubahan lingkungan
menyenangi,mendekati dan mengharapkan suatu objek,seseorang disebut
mempunyai respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi,afeksi,dan
psikomotorik. Sebaliknya, seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila
informasi yang didengar atau perubahan terhadap sesuatu objek tidak
mempengaruhi tindakannya atau justru menghindar dan membenci objek tertentu.
Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon, yaitu:
a. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan
fisik.
b. Variabel fungsional yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat,
misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu.(Cruthefield, dalam
Rahmat, 2004:51-59).
Secara umum dapat dikatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
respon seseorang yaitu:
a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan
interpretasi tentang ada yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif,
kepentingan, dan harapannya.
b. Sasaran respon tersebut,berupa orang,benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran
itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan
kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran
respon turut menentukan cara pandang orang.
c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam
Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau
tanggapan seseorang. Respon dalam penelitian akan diukur dari tiga aspek, yaitu
persepsi, sikap dan partisipasi. Persepsi menurut Mc Mahon adalah proses
menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan akat penerima
informasi (sensorik information).
Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson menunjukkan
bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mencium dunia sekitar kita
dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai suatu gejala yang
dialami manusia. Berdasarkan uraian diatas, William James mengatakan persepsi
terbentuk atas dasar kata yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh
indera kita sebagian yang lainnya. Diperolehnya dari pengelolaan ingatan
(memory) kemudian diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki
(Adi,1994:179).
Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan baik
lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penerimaan. Persepsi merupakan
suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang
benar.
Fenomena lain yang terkait dengan penginderaan adalah ilusi.Ilusi muncul
akibat keterbatasan indra kita,dan ilusi bukanlah suatu tipuan ataupun persepsi
yang salah. Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi
(attention). Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam
kaitan dengan pengalaman. Oleh Karena itu atensi ini menjadi bagian yang
Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan
eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah:
1. Motif dan kebutuhan
2. Preparatory set,yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input
sensorik tertentu tetapi tidak pada input yang lain.
3. Minat (interest).
Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah:
1. Intensitas dan ukuran
2. Kontras dengan hal-hal yang baru
3. Pengulangan
4. Pergerakan.(Adi.1994:107).
Sedangkan atensi itu banyak mendasari diri pada proses yang disebut
filtering atau proses menyaring informasi yang ada pada lingkungan,karena sensor
channel kita mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan
kita.
Mengenai sikap Thursone (Dalam Azwar,2007) mengatakan sikap adalah
derajat efek positif dan negatif yang dikaitkan dengan objek psikologis, Objek
psikologis yang dimaksud adalah lambang-lambang, kalimat, semboyan, intuisi,
pekerjaan, atau profesi, dan ide yang dapat dibedakan dalam perasaan positif atau
negatif. Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam suka atau tidak suka terhadap
suatu objek sikap yang merupakan emosi yang diarahkan oleh seseorang kepada
orang lain,benda atau peristiwa sebagai objek sasaran sikap. Sikap merupakan
Rokeach (Dalam Wagito, 2003) memberikan pengertian tentang sikap
yaitu sikap merupakan predisposing, untuk merespon, untuk berprilaku. Ini berarti
bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk
berbuat atau berprilaku. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang
tertentu. Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang berbentuk
batiniah seperti aktualisasi diri,dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya
hasil-hasil dan usaha-usaha pembangunan.
Selain persepsi dan sikap,partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting
bahkan mutlak di diperlukan dalam mengukur respon. Pendekatan partisipasi
bertumpu pada kekuatan siswa untuk secara aktif berperan serta dalam Program
Bina Keluarga Remaja. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation
yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental
dimana orang orang atau anggota siswa aktif menyumbang kreativitas dan
inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya. Pendekatan partisipasi
bertumpu pada kekuatan siswa untuk secara aktif berperan serta atau ikut serta
dalam program secara menyeluruh.
Partisipasi aktif siswa dalam pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja
memerlukan kesadaran, minat, dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa
diterapkan adalah strategi penyadaran. Partisipasi saja tidak cukup sebagai strategi
dalam program pengembangan tumbuh kembang anak dan remaja,tetapi juga hasil
yang diharapkan dari program tersebut keluarga dan remaja dapat memperoleh
a. Mampu merangsang timbulnya minat siswa untuk bergabung ke dalam
program dan kegiatan-kegiatan yang berbau anak dan remaja.
b. Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan siswa.
c. Pelaksanaan program semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan siswa/i
d. Jangkauan program menjadi lebih luas meskipun dengan dana yang terbatas
e. Siswa-siswi menjadi semakin tertarik dengan proram tersebut
Partisipasi sering juga disebut peran serta atau ikut serta yang diartikan
sebagai adanya motivasi dan keterlibatan siswa-siswi secara aktif dalam seluruh
tahapan program,sejak persiapan,perencanaan,pelaksanaan,pemeliharaan,evaluasi
hingga pengembangan dan perluasannya.
Partisipasi aktif siswa dalam pelaksanaan program memerlukan kesadaran
siswa akan minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan
adalah melalui strategi penyadaran. Untuk berhasilnya program di Sekolah
tersebut,maka siswa dituntut terlibat tidak hanya dalam aspek kognitif dan
praktis,tetapi juga ada keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini
diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikut serta dalam gerakan
perubahan yang mencakup seluruh bangsa diperlukan dalam mengukur respon.
2.2 Siswa
2.1.2 Pengertian Siswa
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan
dari berbagai pendekatan, antara lain: Pendekatan Sosial, pendekatan psikologis,
dan pendekatan edukatif/pedagogis.
Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang
diberikan oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa
digambarkan sebagai sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Selain memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga
mengalami perkembangan serta pertumbuhan dari kegiatan pendidikan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa merupakan salah satu anggota masyarakat
yang memiliki potensi serta usaha untuk mengembangkan dirinya.
Peserta didik yang pada umumnya merupakan individu yang memiliki
potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui pendidikan baik fisik maupun
psikis dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat dimanapun ia
berada. Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik
serta etika yang sopan untuk berinteraksi pada masyarakat lainnya.
(http://www.go.id/Pengertian Siswa/ diakses pada tanggal 18-09-2014 pukul
14.50 WIB)
Ada beberapa pengertian siswa :
a. Menurut Nandang Zulfikar,siswa adalah mereka yang secara khusus
diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang
diselenggarakan disekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang
berilmu pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian,
berakhlak mulia dan mandiri.
b. Menurut Prof Dr Shafique Ali Khan, siswa adalah orang yang datang ke suatu
c. Menurut Abu Achmadi,siswa adalah individu yang belum bias dikatakan
dewasa. Ia memerlukan,usaha,serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai
tingkat kedewasaanya yang mempunyai potensi dasar yang ada dalam dirinya
berupa fisik maupun psikis yang perlu dikembangkan melalui pendidikan.
Ada beberapa pendekatan terhadap siswa diantaranya:
a. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang
disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai
anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat
sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar
pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan
dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu
dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan
masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi
dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan
dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik dapat
ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman
langsung.
b. Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh
dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti:
bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan
jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan
menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang,
yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi.
Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan
intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu
dengan lainnya.
c. Pendekatan edukatif/pedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan
siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam
rangka sistem pendidikan menyeluruh.
2.3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(dahulu Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)disingkat BKKBN, adalah Lembaga
pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional pernah sukses
dengan slogan dua anak cukup,laki-laki perempuan sama saja.. Namun, untuk
menghormati hak asasi manusia, kini BKKBN memiliki slogan dua anak lebih
baik
Tugas dan Fungsi
2.3.1 Tugas
Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga
sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera.
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN.
Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta, LSOM
dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
2.3.3 Kewenangan
a. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.
b. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro
c. Perumusan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian ibu,bayi,dan anak.
d. Penetapan system informasi dibidangnya.
e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu:
f. Perumusan dan pelaksanaan kegiatan tertentu dibidnag Keluarga Berencana
dan Keluarga Sejahtera.
2.4PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA
2.4.1 Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi tercapainya suatu
kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek,disebutkan bahwa dalam setiap
program dijelaskan mengenai:
a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai
b. Kegiatan yang diambil untuk mencapai kegiatan
c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui
d. Perkiraan anggaran yang aka dibutuhkan
e. Strategi pelaksanaan
Selanjutnya program dapat diartikan serangkaian tentang berbagai
kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa mendatang, dimana kegiatan
tersebut dimaksudkan untuk memecahkan satu atau beberapa masalah atau
mencapai satu atau beberapa tujuan program juga sering dimaksudkan sebagai
tindakan antisipasi atas suatu keadaan yang ada atau diperkirakan ada, sehingga
keadaan tersebut tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kehidupan
manusia (Gittinger,2005:195).
Apa yang dikemukakan Gittinger merajuk pada proses manajemen
pembangunan. pengertian yang dirumuskan menunjukkan bahwa program
tersebut memiliki sifat mengikat,dalam arti wajib dilakukan. Program tersebut
merupakan pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang dianggap tepat dalam
memecahkan suatu masalah atau mencapai tujuan. Dengan demikian program
memecahkan suatu masalah-masalah kemiskinan yang semakin marak dan untuk
mencapai suatu tujuan yang baik.
Lebih lanjut Gittinger mengemukakan bahwa menetapkan suatu program
merupakan suatu alternatif terbaik untuk lebih mudah mencapai suatu tujuan atau
melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian dalam merumuskan program
setidaknya terkandung beberapa komponen sebagai berikut:
a. Dipahami bagaimana kondisi yang sedang berlangsung.
b. Dipahami masalah-masalah yang sedang ada dan mengancam.
c. Dipahami kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan,
keinginan-keinginan dan tujuan-tujuan dari kelompok sasaran program.
d. Tersedia data mengenal potensi,kelemahan,peluang dan tantangan internal dan
eksternal.
e. Ditetapkan kondisi yang diinginkan .
f. Ditetapkan target-target capaian dalam masa tertentu (Gittinger,2005:217)
Apa yang dikemukakan oleh Gittinger menunjukkan bahwa merumsukan
suatu program merupakan keputusan dan jalan terbaik dalam mencapai sesuatu
dan memecahkan suatu masalah. Dengan adanya program diharapkan kegiatan
yang dilaksanakan akan lebih terarah, lebih terkonsentrasi, dan akan lebih efisien
dan efektif. Adanya program menjadikan suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan
secara lebih sistematis. Sebaliknya,tanpa program maka setiap kegiatan tidak akan
terorganisir,sehingga akan menghabiskan lebih banyak sumber daya.
Kadariah mengemukakan bahwa program adalah seperangkat
proyek-proyek yang terkoordinir. Sehingga proyek-proyek adalah unit terkecil dari suatu
berbagai kegiatan diatur dari berbagai sudut,seperti kapan dilaksanakan,dan
bagaimana hubungan atau koordinasi dari kegiatan diatur dari berbagai
sudut,seperti kapan dilaksanakan,dan bagaimana hubungan atau koordinasi dari
kegiatan-kegiatan atau proyek-proyek itu (Kadariah,2007:23)
2.4.2 Latar Belakang Program Bina Keluarga Remaja
Bina keluarga remaja (BKR) merupakan program strategis dalam upaya
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam lingkungan
masyarakat. Program bina keluarga remaja (BKR) merupakan upaya
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua dan anggota
keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik,
intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosional, sosial dan moral spiritual.
Ketika seorang anak memasuki masa remaja, ia mulai meninggalkan dunia
keluarga dan memasuki lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan
sosial/pergaulan. Pada masa ini seorang anak remaja berada pada masa transisi
dalam upaya menemukan jati diri menuju kedewasaan biologis dan psikologis.
Program Bina Keluarga Remaja berada dibawah Koordinasi Badan
Kependudukan dan Keluarga berencana Nasional seperti yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Keluarga dan karena penyesuaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2010-2014,program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) telah disepakati untuk
dikembangkan menjadi program Generasi Berencana dalam rangka penyiapan
Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional. Direktorat Bina Ketahanan Remaja merupakan salah satu direktorat
dibawah Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,yang
memiliki tugas antara lain melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
teknis penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK),pemantauan dan
evaluasi serta pemberian bimbingan teknis fasilitasi dibidang Bina Ketahanan
Remaja.
Dalam kehidupan remaja perubahan nilai ini terlihat dari perilaku hidup
remaja yang tidak sehat. Apabila perilaku remaja tidak sehat ini terus
berlangsung,tentu akan mengganggu tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan
kehidupan remaja,baik secara individual maupun sosial. Program Bina Keluarga
Remaja telah dibentuk di beberapa provinsi,namun akhir-akhir ini mengalami
penurunan baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan pendataan keluarga
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun
2011,terdapat 5.853.561 keluarga yang memiliki remaja usia 10-24 tahun dan
tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah yang banyak itu menjadi sasaran program
Bina Keluarga Remaja. Kelompok Bina Keluarga Remaja ini telah dikembangkan
di seluruh Provinsi Indonesia,dan sampai dengan Desember 2011 telah
berkembang sebanyak 33.779 kelompok. Jumlah yang banyak tersebut perlu
dikelola dan dibina secara berkesinambungan.
Dalam rangka mengemban amanat undang-undang dan merespon
(Genre) bagi remaja dan keluarga 33.779 kelompok. Keluarga yang memiliki
remaja yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya dilaksanakan oleh
Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem).Program ini didasarkan pada
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor
47/HK.010/B5/2010 tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional 2010-2014 dan Addendum Peraturan Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nomor 133/PER/B1/2011 tentang
Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun
2010-2014 untuk Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam
adendum tersebut dinyatakan sebagai berikut:
1. Meningkatnya usia kawin pertama (UKP) perempuan dari 19.8 (SDKI 2007)
menjadi sekitar 21 tahun.
2. Meningkatnya partisipasi keluarga yang mempunyai anak dan remaja dalm
kegiatan kelompok kegiatan Bina Keluarga Remaja dari 1.5 juta menjadi 2.7
juta keluarga remaja.
Sehubungan dengan hal tersebut,pengembangan kelompok Bina Keluarga
Remaja (BKR) dapat membantu orangtua dalam memahami remaja,permasalahan
remaja,dan cara berkomunikasi dengan remaja melalui kelompok ini setiap
keluarga yang memiliki remaja dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi
bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja, meliputi kebijakan
Program Genre, Penanaman nilai-nilai moral melalui 8 Fungsi
Keluarga,Pendewasaan Usia Perkawinan, Seksualitas, NAPZA, HIV, dan AIDS,
Efektif Orangtua terhadap Remaja, Peran Orangtua Dalam Pembinaan Tumbuh
Kembang Remaja,dan Pemenuhan Gizi Remaja.
2.4.3 Tujuan Program Bina Keluarga Remaja
Tujuan utama dari Program Bina Keluarga Remaja adalah untuk
meningkatkan pengetahuan orangtua dalam melakukan pembinaan terhadap
remaja. Disamping itu,kegiatan ini diarahkan pula untuk meningkatkan
kesertaan,pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi pasangan usia subur (PUS)
anggota BKR .Agar penyelenggaraan kegiatan tersebut berlangsung secara efektif,
maka perlu diperhatikan pokok-pokok kegiatan dalam menyelenggarakan kegiatan
kelompok BKR yang meliputi pembentukan kelompok,peningkatan kapasitas
pengelola dan pelaksana serta pelayanan kegiatan BKR.
2.4.4 Pengorganisasian
Program Bina Keluarga Remaja dilaksanakan oleh Forum BKR Pusat,
Forum BKR Tingkat Provinsi,Tingkat Kabupaten/Kota,Tingkat Kecamatan,
Tingkat Desa/Kelurahan. Masing-masing pelaksana memegang peranan penting
dalam menjamin keberhasilan Program Bina Keluarga Remaja.
1. Tingkat Pusat
a. Forum BKR tingkat Pusat membuat kesepakatan operasional dan rencana
kegiatan pengembangan BKR, termasuk juknis, jadwal pelaksanaan,
b. Pengawasan pengendalian serta pemantauan perkembangan kegiatan
dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang
telah disepakati.
c. Forum BKR tingkat Pusat membuat umpan balik laporan dari forum
tingkat Provinsi secara berkala.
d. Forum tingkat Pusat melakukan bimbingan dan pembinaan terpadu
ketingkat administrasi yang lebih rendah.
2.Tingkat Provinsi
a. Forum BKR tingkat Provinsi membuat kesepakatan operasional bagi
pengembangan BKR termasuk jenis kegiatan,jadwal pelaksanaan,anggaran
dan pembuatan petunjuk teknis bagi tingkat Kabupaten/Kota.
b. Pengawasan, pengendalian serta pemantauan, perkembangan kegiatan
dilakukan dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang
telah disepakati.
c. Forum BKR tingkat Provinsi membuat umpan balik laporan dari forum
BKR tingkat Kabupaten/Kota secara berkala.
d. Forum BKR tingkat Provinsi melakukan bimbingan dan pembinaan
terpadu ke tingkat administrasi yang lebih rendah.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
a. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota menjabarkan kesepakatan
pelaksanaan BKR termasuk jadwal pelaksanaan dan alokasi
anggarannya,pembuatan petunjuk teknis bagi tingkat kecamatan.
b. Pemantauan perkembangan kegiatan dilakukan dengan menggunakan
c. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota operasional tingkat Kecamatan
secara berkala.
d. Forum BKR tingkat Kabupaten/Kota melakukan bimbingan dam
pembinaan kepada pengelola pelaksana di tingkat administrasi yang lebih
rendah.
4. Tingkat Kecamatan
a. Tim operasional tingkat kecamatan menyusun rencana pelaksanaan
kegiatan BKR,termasuk jadwal dan alokasi anggarannya,sesuai dengan
petunjuk teknis.
b. Pemantauan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan
sistem pencatatan dan pelaporan yang telah disepakati.
c. Tim operasional tingkat Kecamatan melakukan bimbingan dan pembinaan
kepada pelaksana tingkat desa.
5. Tingkat Desa/Kelurahan
a. Tim pelaksana tingkat desa/kelurahan menyusun rencana pelaksanaan
kegiatan BKR,termasuk jadwal dan alokasi anggarannya.
b. Tim pelaksana tingkat desa atau kelurahan membuat laporan mengenai
pelaksanaan kegiatan tingkat desa kepada tim operasional tingkat
kecamatan.
2.3.5Mekanisme Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja
1. Tingkat Pusat
Penggalangan kesepakatan dan operasional dalam pengembangan BKR
merupakan kegiatan terpadu secara lintas sektoral maupun lintas program
yang terkait. Untuk itu diperlukan adanya kesamaan wawasan dan
dukungan dari seluruh sektor terkait di semua tingkatan wilayah.
pembentukan kesepakatan kebijakan program dapat dilakukan melalui
pertemuan forum, pertemuan koordinasi, pertemuan kerja dan
forum-forum lainnya yang bermanfaat bagi semua pihak.
b. Pembentukan Forum
Untuk mendorong terselenggaranya kegiatan dengan baik perlu
diupayakan adanya forum sebagai wadah koordinasi untuk merencanakan,
melaksanakan dan evaluasi program yang akan maupun yang sudah
dilaksanakan. Forum ini anggotanya terdiri dari unsur instansi pemerintah,
LSM, pemerhati ,para pakar bidang kesehatan, pendidikan, psikologi,
sosial, dan agama serta ahli lainnya.
c. Penyusun Perencanaan
Perencanaan program dan anggaran dalam rangka mendukung
pengembangan kegiatan ini BKR dilaksanakan secara terpadu berdasarkan
sistem perencanaan yang berlaku
d. Penyusunan Pedoman BKR
Penyusunan pedoman BKR,pengembangan dan pembinaan kelompok
BKR baik bagi petugas/pengelola, fasilitator, kader maupun untuk
orangtua.
Penyusunan materi dan media BKR bagi petugas/pengelola, kader dan
fasilitator orangtua yang mempunyai anak remaja.
f. Pelatihan dan Orientasi
Dalam rangka penyebarluasan informasi dan peningkatan
pengetahuan/keterampilan petugas/pengelola, pelaksana BKR mengadakan
pelatihan tingkat nasional.
g. Pengembangan dan Pelaksanaan Sosialisasi
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk terus menerus
meningkatkan kesadaran,kepedulian dan peran serta masyarakat dalam
BKR.Untuk itu perlu dikembangkan kegiatan dan pesan-pesan KIE yang
sesuai dengan situasi dan kondisi kebutuhan wilayah.
h. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan melalui sistem pencatatan dan
pelaporan yang dikembangkan kunjungan lapangan, pertemuan,
rapat-rapat, review yang dilaksanakan secara berkala.
2. Tingkat PROPINSI
a. Penggalangan kesepakatan dan operasional ditingkat propinsi
dilaksanakan dengan melibatkan instansi terkait forum pertemuan yang
ada pada tingkat propinsi.
b. Tingkat propinsi dan kabupaten/kota dapat menindaklanjuti sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan daerah.
c. Penyusunan Perencanaan
Perencanaan pengelola program dan anggaran kegiatan BKR dilakukan
d. Orientasi/pelatihan
Dalam rangka desimilasi informasi dan peningkatan
pengetahuan/keterampilan petugas atau pengelola, pelaksana BKR di
tingkat kabupaten/kota perlu dilakukan orientasi dan pelatihan BKR.
e. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan BKR
f. Menyusun dan memproduksi materi dan media BKR. Materi dan media
BKR ini mencakup materi dan media standar maupun yang dikembangkan
sesuai kondisi dan budaya local.
g. Pengembangan dan pelaksanaan KIE BKR
Kegiatan KIE dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan,sosialisasi,seni
budaya lokal dan sarana-sarana yang ada sebagai upaya untuk
meningkatkan kesadaran,kepedulian dan peran serta masyarakat dalam
kegiatan BKR.
h. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan melalui pencatatan dan
pelaporan,kunjungan lapangan,pertemuan,rapat-rapat yang dilaksanakan
secara periodik.
4. Tingkat Kecamatan
Pengelolaan BKR di tingkat kecamatan dilaksanakan secara terpadu bersama
sektor terkait melalui tim operasional BKR dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Penggalangan kesepakatan
b. Pembentukan tim operasional
d. Pendataan calon kelompok BKR
e. Penyusunan rencana kegiatan
f. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi
g. Pembinaan pengembangan
5. Tingkat Desa/Kelurahan
Kegiatan pengelolaan dan BKR di tingkat desa dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai ebrikt:
a. Penggalangan kesepakatan
b. Pembentukan ti pelaksanan tingkat desa
c. Orientasi tim pelaksana dan kader
d. Pendataan calon anggota BKR
e. Pembuatan jadwal kegiatan
f. Pembentukan kelompok BKR
g. Pelaksanaan kegiatan
h. Pencatatan dan pelaporan
i. Pembinaan
2.4.6 Sasaran Penerima Program Bina Keluarga Remaja
Sasaran BKR adalah setiap keluarga yang memiliki anak usia sekolah
dasar dan sekolah menengah atau setara dalam keluarga. Sedangkan sasaran tidak
langsung yaitu: • Guru,
• Pemuka agama,
• Pimpinan organisasi profesi/organisasi sosial kemasyarakatan,
• Pemuda/wanita,
• Para ahli dan lembaga bidang ilmu yang terkait,
• Serta institusi/lembaga pemerintahan dan non pemerintahan,
• Seperti organisasi wanita,
• Sekolah dan LSM
Kelompok BKR dikelola oleh pengurus kelompok minimal 4 orang kader,
yang terdiri dari seorang ketua dan tiga anggota atau disesuaikan dengan
kebutuhan.
Adapun materi-materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan
kelompok adalah tentang gerakan pembangunan keluarga sejahtera, konsep dasar
BKR, pemantauan 8 fungsi keluarga, tumbuh kembang anak dan remaja,
reproduksi sehat, pembinaan anak dan remaja serta pengelolaan program BKR
Hal-hal yang diperlukan dalam penyuluhan :
a. Menciptakan suasana akrab, agar pesan yang disampaikan dapat dengan
mudah diterima sasaran.
b. Memiliki waktu yang tepat/dengan kondisi situasi.
c. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah diterima oleh sasaran.
d. Isi pesan yang disampaikan tidak bertentangan dan tidak menyimpang dari
norma adat istiadat kelompok.
e. Mampu membantu memecahkan masalah yang dihadapi.
Kader BKR adalah anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia
mendukung kegiatan bina keluarga anak dan remaja. Tugas para kader BKR
penyuluhan kepada keluarga anak dan remaja yang ada di desa untuk ikut aktif
menjadi anggota BKR, menyusun jadwal kegiatan, menyelenggarakan pertemuan
berkala dengan orang tua.
Anak remaja dan orang tua menjadi fasilitator dalam peraturan kunjungan
rumah apabila diperlukan, merujuk kepada konselor keluarga sejahtera pusat
informasi dan pelayanan keluarga serta pencatatan dan pelaporan keluarga lain
dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik,
intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosional, sosial dan moral spiritual.
2.5 Kerangka Pemikiran
Dalam upaya mengatasi permasalahan remaja maka Pemerintah melalui
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melaksanakan Program
Bina Keluarga Remaja (BKR) yang dirancang khusus untuk remaja yang berusia
10-24 tahun. Program Bina Keluarga Remaja Bina keluarga remaja (BKR)
merupakan program strategis dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas dalam lingkungan masyarakat. Program bina keluarga
remaja (BKR) merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain dalam membina tumbuh
kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. “baik secara fisik, intelektual, kesehatan reproduksi,
mental emosional, sosial dan moral spiritual.
pengetahuan anggota keluarga terhadap kelangsungan perkembangan anak
remaja,diantaranya tentang pentingnya hubungan yang setara dan harmonis pada
satu keluarga dalam rangka pembinaan kepribadian anak dan remaja.
Menumbuhnya rasa cinta kasih sayang antara orang tua dengan anak dan
remajanya, atau sebaliknya dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
oleh masing-masing pihak sehingga timbul rasa hormat dan saling menghargai
satu sama lain. Terlaksananya deteksi dini terhadap setiap gejala yang
memungkinkan timbulnya kesenjangan hubungan antara orangtua dan anak
remaja didalam kehidupan rumah tangga. Serta terciptanya sarana hubungan yang
sesuai dan harmonis yang didukung sikap dan perilaku yang rasional dalam
bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh kembang anak dan remaja.
Secara khusus tujuan BKR terdiri dari:
1. Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup sehat dan berakhlak
2. Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup yang berketahanan
3. Remaja memahami dan mempersiapkan diri menjadi Generasi Berencana
Indonesia
Peserta Program Bina Keluarga Remaja adalah Keluarga yang mempunyai
remaja yang berusia 10-24 tahun dengan ketentuan yang telah diatur dalam
pedoman pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja. Respon siswa adalah
tingkah laku balasan tindakan yang berupa wujud dari persepsi, sikap, dan
partisipasi siswa, dimana persepsi itu meliputi pengetahuan siswa tentang
Program Bina Keluarga Remaja dan apa tujuan,manfaat dan atensi dari Program
Sikap meliputi tentang penilaian siswa terhadap Program Bina Keluarga
Remaja,penolakan atau penerimaan,dan mengharapkan atau menghindari dari
Bina Keluarga Remaja. Partisipasi meliputi tentang menikmati, melaksanakan,
memelihara, menilai, frekuensi,dan kualitas. Siswa dapat memahami akan nilai
positif dan negatif yang telah dilaksanakan oleh Program Bina Keluarga Remaja
di dalam siswa dan bekerja sama dalam pelaksanaanya.
Untuk memperjelas alur pemikiran, penulis membuat bagan yang
Bagan 1
Bagan Alur Pemikiran
BKKBN KOTA MEDAN
Bina Keluarga Remaja
Respon Siswa SMK Namira Technology Nusantara Medan
2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.6.1 Defenisi Konsep
Konsep adalah sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan
peristiwa, objek. kondisi,situasi,dan hal-hal yang sejenisnya. Defensi konsep
memiliki tujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara
mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta
menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi,
2009:112).
Adapun yang menjadi konsep yang diangkat dalam penelitian ini dapat
didefenisikan sebagai berikut:
1. Respon adalah suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik, pemahaman
yang mendetail, penilaian, pengaruh, penolakan, suka atau tidak serta
pemanfaatan pada suatu fenomena.
2. Siswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya
diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen
pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain:
pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.
3. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) adalah wadah kegiatan yang
mempunyai remaja usia 10-24 tahun. BKR bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam
meningkatkan kesertaan,pembinaan,dan kemandirian ber-KB bagi anggota
kelompok.
2.6.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria suatu
operasi lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya
dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk
memudahkan untuk penelitian lapangan. Maka perlu operasi analisasi dari
konsep-konsep untuk menggambarkan apa yang harus diamati (Silalahi,
2009:120).
Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering
disebut sebagi suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep
berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis,Jika
konsep sudah bersifat dinamis,maka akan memungkinkan untuk dioperasikan.
Wujud operasionalisasi konsep adalah bentuk sajian yang benar-benar
terperinci,sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep
tersebut terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141).Adapun menjadi defenisi
operasional dalam respon siswa dalam pelaksanaan program bina keluarga remaja
di SMK Namira Technology Nusantara Medan dapat diukur melalui:
1. Persepsi atau pemahaman siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga
Remaja dapat diukur melalui:
a. Pengetahuan siswa tentang Program Bina Keluarga Remaja.
c. Pengetahuan siswa tentang tujuan dan manfaat Program Bina Keluarga
Remaja.
d. Atensi suatu proses penyeleksian siswa dalam Program Bina Keluarga
Remaja.
2. Sikap siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat diukur
melalui:
a. Penilaian adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki siswa tentang
Program Bina Keluarga Remaja
b. Penolakan atau penerimaan adalah hubungan dengan rasa senang atau tidak
senangnya siswa dengan Program Bina Keluarga Remaja. Dalam hal ini
dapat diketahui bahwa siswa tersebut menolak atau menerima program
tersebut.
c. Mengharap atau menghindari adalah kesiapan siswa untuk bertingkah laku
yang berhubungan dengan Program Bina Keluarga Remaja,dalam hal ini
dapat diketahui apakah siswa mengharapkan atau menghindari program
tersebut.
3. Partisipasi siswa dalam pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja dapat
diukur melalui:
a. Melaksanakan adalah siswa yang berperan serta dalam pelaksanaan
Program Bina Keluarga Remaja dengan penuh persiapan, perencanaan,
pemahaman, dan evaluasi agar pelaksanaan program tersebut dapat berjalan
b. Memelihara adalah siswa berperan serta dalam memelihara Program
Keluarga Harapan agar dapat berjalan sesuai dengan baik dan sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
c. Menikmati adalah siswa berperan serta dalam menikmati hasil Program
Bina Keluarga Remaja dimana siswa tinggal dan menerima dan merasakan