• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perubahan Tutupan Lahan Kota Lubuk Pakam Antara Tahun 2012 Dengan 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Perubahan Tutupan Lahan Kota Lubuk Pakam Antara Tahun 2012 Dengan 2015"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tata Ruang Kota

Kota adalah sebagai suatu wadah yang mempunyai batasan administrasi

wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kota sebagai suatu lingkungan dengan rangkaian ekosistem yang kompleks, yang terdiri dari komponen-komponen fisik, biologis, sosial, budaya dan ekonomi

selalu mengalami perkembangan dan perubahan yang akan berpengaruh pada tata kota (Nurisjah, 1997).

Tata ruang kota secara fisik dapat dipisahkan menjadi ruang terbangun dan ruang terbuka. Berdasarkan Depdagri (1998), ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah lebih luas, baik dalam area memanjang/jalur yang dalam

penggunaannya bersifat terbuka atau dasarnya tanpa bangunan.

Tata ruang kota penting dalam efisiensi sumberdaya kota dan juga

efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya. Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem

transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain

(2)

Tutupan Lahan

Indonesia adalah salah satu negara mega biodiversity yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman hayati benua Asia (Pulau Jawa, Sumatera dan

Kalimantan) dan Benua Astrulia (Pulau Papua) serta sebaran wilayah peralihan wallacea (Pulau Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara). Indonesia memiliki hutan tropis ketiga terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire, Sehingga sangat penting

peranannya sebagai bagian dari paru-paru dunia serta penyeimbang iklim global.Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui optimalisasi manfaat

hutan, pemerintah telah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan secara proporsional dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai atau pulau, yaitu minimal 30% (tiga puluh persen), seperti

dituangkan pada pasal 18 UU No. 41 tahun 1999.Kawasan hutan dimaksud kemudian dideliniasi sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai hutan konservasi, lindung atau produksi (Departemen Kehutanan, 2008).

Kenampakan tutupan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan kenampakan tutupan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu

tertentu.Perubahan tutupan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni tipe perubahan tutupan lahan pada kondisi yang sama.

Kecendrungan perubahan ini dapat ditunjukan dengan peta multi waktu.Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan tutupan

(3)

umumnya tidak linear karena kenampakanya berubah-ubah, baik penutupan lahan

maupun lokasinya (Murcharke, 1990).

Penutupan lahan pada kawasan hutan terutama yang terkait dengan tutupan

lahan berubah dengan cepat dan sangat dinamis. Kondisi hutan yang semakin menurun dan berkurang luasnya telah menyebabkan laju pengurangan hutan pada kawasan hutan mencapai angka kurang lebih 2,48 juta ha/tahun pada periode

1997-2000 atau kurang lebih 8,5 juta ha selama 3 tahun. Tingginya tekanan terhadap keberadaan hutan telah mendorong dilakukannya monitoring sumber

daya hutan secara periodik dengan interval waktu 3 tahunan (Purnama, 2005).

Penggunaan Lahan

Lahan (land) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Sitorus, 2003). Menurut Lillesand dan Kiefer (1987),

penggunaan lahan (land use) merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan dan terkait dengan kegiatan manusia pada sebidang

lahan.Pendapat Townshend dan Justice (1981 dalam Hartanto, 2006) mengenai penutupan lahan, yaitu perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan

kegiatan manusia terhadap obyek tersebut.

Menurut Arsyad (1989) penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk

(4)

pertanian.Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam tegalan, sawah, kebun

karet, hutan produksi dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam penggunaan kota atau desa (pemukiman),

industri, rekreasi dan sebagainya.

Karateristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu,

misalnya kemiringan lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif, curah hujan dan sebagainya (FAO, 1976).

Lahan

Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana

lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan. Konsep lahan meliputi iklim, tanah, hidrologi, bentuk lahan, vegetasi dan fauna, termasuk

di dalamnya akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas manusia baik masa lampau maupun masa sekarang (Dent dan Young, 1981).

Karateristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu, misalnya kemiringan lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif, curah hujan dan

sebagainya (FAO, 1976). Keberhasilan penanaman banyak ditentukan oleh kesesuaiann antara karateristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman

bersangkutan.

(5)

Kombinasi berbagai karateristik lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku

lahan (kualitas lahan), yakni bagaimana ketersediaan air, perkembangan akar, peredaran udara, kepekaan terhadap erosi, ketersediaan hara dan sebagainya

(Arsyad, 1989).

Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang kompleks dari suatu lahan. Masin-masing kualitas lahan mempunyai keragaman tertentu yang berepengaruh

terhadap kesesuaiannya untuk suatu penggunaan tertentu. Setiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu atau lebih karateristik lahan (FAO, 1976).

Sistem Satelit Landsat

Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumberdaya bumi yang

dikembangkan NASA dan Departemen dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit ini terbagi dalam dua generasi yakni generasi pertama dan generasi kedua. Generasi pertama adalah satelit Landsat 1 sampai 3. Satelit generasi kedua adalah satelit

membawa dua jenis sensor yaitu sensor MMS dan sensor Thematic Mapper (TM). Kelebihan sensor TM adalah menggunakan tujuh saluran, enam saluran

terutama dititik beratkan untuk studi vegetasi dan satu saluran untuk studi geologi, sedangkan Landsat TM mempunyai 7 band. Untuk lebih singkatnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Saluran Citra Landsat TM (Lillesand dan Kiefer, 1979).

Saluran Kisaran Gelombang

(μm)

Kegunaan Utama

1 0,45 – 0,52 Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan lahan.

(6)

3 0,63 – 0,69 Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu daerah penyerapan klorofil

4 0,76 – 0,90 Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk

identifikasi jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air.

5 1,55 – 1,75 Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan

air pada tanaman, kondisi kelembapan tanah.

6 2,08 – 2,35 Untuk membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan

hidrotermal.

7 10,40 – 12,50 Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi. Pembedaan kelembapan tanah, dan keperluan lain yang berhubungan dengan gejala termal.

8 Pankromatik Studi kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang

Citra penginderaan jauh ini sangat bermanfaat untuk pemetaan tutupan lahan karena selain mempermudah pengklasifikasian lahan juga mempermudah

dalam menganalisis tutupan suatu lahan atau areal tertentu.

Tepatnya tanggal 11 Februari 2013, NASA melakukan peluncuran satelit

Landsat Data continuity Mission (LDCM). Satelit ini mulai menyediakan produk citra open accesssejak tanggal 30 mei 2013, menandai perkembangan baru dunia antariksa. NASA lalu menyerahkan satelit LDCM kepada USGS tersebut. Satelit

ini kemudian lebih di kenal sebagai landsat 8. Pengelolaan arsip data citra masih di tangani oleh Earth Resources Observation and Science (EROS) Center. Landsat 8 hanya memerlukan waktu 99 menit untuk mengorbit bumi dan

melakukan liputan pada area yang sama setiap 16 hari sekali. Resolusi temporal ini tidak berbeda dengan landsat versi sebelumnya.

Sebenarnya landsat 8 lebih cocok sebagai satelit dengan misi melanjutkan landsat 7 dari pada disebut sebagai satelit baru dengan spesifikasi yang baru pula. Ini terlihat dari karakteristiknya yang mirip dengan landsat 7, baik resolusinya

(7)

menjadi titik penyempurnaan dari landsat 7 seperti jumlah band, rentang spektrum

gelombang elektromagnetik terendah yang dapat ditangkap sensor serta nilai bit (rentang nilai digital number) dari tiap piksel citra.

Satelit landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (Oli) dan Thermel Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada Oli dan 2 lainnya

(band 10 dan 11) pada TIRS. Sebagian besar kanal memiliki spesifikasi mirip dengan landsat 7. Jenis kanal, panjang gelombang dan resolusi spasial setiap band

pada landsat 8 di bandingkan dengan landsat 7. Laju degradasi/deforestasi dapat diketahui dengan membandingkan penutupan lahan hutan pada tahun tertentu dengan tahun-tahun sebelumnya (mencakup pula karakteristik indeks vegetasinya)

untuk keperluan tersebut, citra landsat masih menjadi andalan bagi para analisis bidang kehutanan (Campell, 2013).

Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto atau citra dengan maksud

untuk mengenali objek dan gejala serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut. Dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu:

1. Deteksi 2. Identifikasi

3. Analisis

(8)

dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses,

yaitu:

A. Pengenalan objek melalui proses deteksi, yaitu pengamatan atas adanya

suatu objek. Berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala

di sekitar kita, penginderaan tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil reklamasi dari foto udara atau satelit.

Dalam identifikasi ada tiga ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan cirri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:

1. Spektral, ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik

dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.

2. Spatial, ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs dan asosiasi.

3. Temporal, ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman. B. Penilaian atas fungsi objek dan kaitanya antar objek dengan cara

menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju kearah terorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang yang

sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra.

(9)

oleh Sutanto; 1986 sebagai berikut ini:

a) Rona

Merupakan tingkat kehitaman atau tingkat kegelapan obyek pada citra/ foto,

rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya, dengan mata biasa rona dapat dibedakan menjadi 5 tingkatan putih, kelabu-putih, kelabu, kelabu hitam dan hitam.

b) Warna

Merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spectrum

sempit, lebih sempit dari spectrum tampak, contohnya warna atap pabrik adalah putih dan warna taman adalah hijau.

c) Bentuk

Merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja, contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk; Bangunan Gedung: berbentuk I, L, U, tajuk pohon palma : berbentuk

bintang dan Gunung berapi : berbentuk kerucut. d) Ukuran

Atribut obyek yang berupa panjang (sungai,jalan), luas (lahan), volume, ukuran ini merupakan fungsi skala. Misalnya ukuran rumah berbeda dengan ukuran perkantoran, biasanya rumah berukuran lebih kecil

dibandingkan dengan bangunan perkantoran. e) Tekstur

(10)

f) Pola

Merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan

bagi beberapa objek bentukan alamiah, contoh : pola teratur (tanaman perkebunan. Permukiman transmigrasi), pola tidak teratur : tanaman di hutan, jalan berpola teratur dan lurus berbeda dengan sungai yang

berpola tidak teratur atau perumahan (dibangun oleh pengembang) berpola lebih teratur jika dibandingkan dengan perumahan

diperkampungan. g) Bayangan

Merupakan kunci pengenalan objek yang penting untuk beberapa jenis

objek, misalnya, untuk membedakan antara pabrik dan pergudangan, dimana pabrik akan terlihat adanya bayangan cerobong asap sedangkan gudang tidak ada.

h) Situs

Menjelaskan letak objek terhadap objek lain disekitarnya, contoh pohon

kopi di tanah miring, pohon nipah di daerah payau, sekolah dekat lapangan olahraga, pemukiman akan memanjang di sekitar jalan utama. i) Assosiasi

Diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Sehingga asosiasi ini dapat dikenali 2 objek atau lebih secara

(11)

j) Konvergensi Bukti

Penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit kearah satu kesimpulan tertentu . Contoh :

Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu

(Andimanwno, 2013).

Bentang alam dan bentang budaya merupakan objek dari penginderaan

jauh. Contoh pengenalan unsur bentang alam dan bentang budaya dari citra penginderaan jauh yaitu :

1. Unsur Bentang Alam

a. Sungai, memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap jika airnya jernih atau cerah jika keruh. Arah aliran sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan sungai memiliki sudut

lancip sesuai dengan arah aliran, perpindahan meander ke arah samping dan ke arah bawah (muara).

b. Dataran banjir, memiliki permukaan yang rata dengan posisi lebih rendah dari daerah sekitar. Dataran banjir memiliki rona yang seragam atau kadang-kadang tidak seragam, dan terdapat sungai yang posisinya kadang-kadang agak jauh.

c. Guguk pasir, berbentuk sempit dan memanjang, lurus atau melengkung, irigasi rendah dengan permukaan air yang datar, sejajar sama lain dan sejajar

(12)

d. Hutan bakau, memiliki rona sangat hitam karena daya pantul terhadap cahaya

rendah, ketinggian pohon seragam dan tumbuh pada pantai yang becek, tepi sungai atau peralihan air payau.

e. Hutan rawa, memiliki rona dan tekstur tidak seragam. Hal ini disebabkan karena ketinggian pohonnya berbeda. Terletak antara hutan bakau dengan hutan rimba di kawasan pedalaman.

2. Unsur bentang budaya

a. Jalan raya dan jalan kereta api

Jalan raya dan jalan kereta api memiliki bentuk memanjang, lebarnya seragam dan relative lurus. Tekstur halus serta rona yang kontras dengan daerah sekitar dan pada umumnya cerah.

b. Terowongan dan jembatan

1. Pada terowongan Nampak seperti jalan atau jalan kereta api yang tiba-tiba hilang pada satu titik dan timbul lagi pada titik lain.

2. Pada jembatan Nampak adanya sungai atau saluran irigasi yang menyilang jalan, terdapat bayangan karena perbedaan tinggi antara jembatan dengan

sungai (Sutanto, 1986).

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang berorientasi operasi berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan

(13)

(penyimpanan dan pemanggilan data) (c) manipulasi dan analisis,

(d) pengembangan produk dan pencetakan (Aronoff, 1989).

Salah satu prosedur kerja yang umum dilakukan dalam SIG adalah

penumpang tindihan beberapa peta untuk mencari suatu wilayah tertentu. Dalam pekerjaan perencanaan keruangan dimana data-data disajikan dalam bentuk peta, pendekatan ini sangat biasa dilakukan. Tumpang tindih bukan hanya

menggabungkan garis yang terdapat pada dua atau tiga peta tersebut menjadi gabungan, karena hal ini hanya bagian kegiatan fisiknya, akan tetapi yang lebih

penting menggali makna yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut (Barus dan Wiradisastra, 2000).

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjanjikan pengelolaan

sumber daya dan pembuatan model terutama model kuantitatif menjadi lebih mudah dan sederhana. SIG merupakan suatu cara yang efesien dan efektif untuk mengetahui karateristik lahan suatu wilayah dan potensi pengembangannya.

Sistem Informasi Geografis dapat dibagi menjadi empat komponen, yaitu : 1. Sistem Komputer

Sistem komputer berupa komputer dan sistem operasi yang digunakan untuk mengoperasikan SIG.

2. Perangkat Lunak

Perangkat Lunak SIG berupa program dan antarmuka pengguna untuk menjalankan perangkat keras

3. Perangkat Pikir

(14)

4. Infrastruktur

Infrastruktur menunjuk pada kebutuhan fisik yang berhubungan dengan ketatausahaan organisasi, dan lingkungan penggunaan SIG.

Perencanaan Tata Ruang Kota

Kota adalah sebagai suatu wadah yang mempunyai batasan administrasi

wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kota sebagai suatu lingkungan dengan rangkaian ekosistem yang kompleks, yang

terdiri dari komponen-komponen fisik, biologis, sosial, budaya dan ekonomi selalu mengalami perkembangan dan perubahan yang akan berpengaruh pada tata kota (Nurisjah, 1997).

Tata ruang kota secara fisik dapat dipisahkan menjadi ruang terbangun dan ruang terbuka. Berdasarkan Depdagri (1998), ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah lebih luas, baik dalam area memanjang/jalur yang dalam

penggunaannya bersifat terbuka atau dasarnya tanpa bangunan.

Perencanaan tata kota (Urban Design) bertujuan untuk mewujudkan proses

ruang kota yang berkualitas tinggi dilihat dari kemampuan tata ruang tersebut, di dalam membentuk pola hidup masyarakat urban yang sehat. Untuk itu maka elemen tata ruang kota yang berpengaruh terhadap proses pembentukan ruang

yang dimaksud harus diarahkan serta di kendalikan perancanganya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan. Menurut Shurvani (1985),

(15)

ruang terbuka di perkotaan, terbagi menjadi ruang terbuka hijau dan ruang terbuka

non hijau.Ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang di isi tanaman guna mendukung manfaat

ekologis, sosial budaya, dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non hijau dapat berupa ruang yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru yang berupa permukaan sungai, danau

maupun areal-areal yang di peruntuhkan sebagai genangan retensi.

Tata ruang kota penting dalam efisiensi sumberdaya kota dan juga

efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya. Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem

tranportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utamadalam menata ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruangkota selain dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan

Gambar

Tabel 1. Saluran Citra Landsat TM (Lillesand dan Kiefer, 1979).

Referensi

Dokumen terkait

(Verlaine, Bruxelles-Chevaux de Bois dalam antologi Romance Sans Paroles) Pada larik di atas ditemukan adanya pengulangan vokal untuk jenis sengau [ã] sebanyak tiga

[r]

Di lain pihak dalam upaya untuk membuat dan menganalisis serta review soal tulis sehingga didapatkan soal yang kredibel, melalui satu proses pembuatan soal yang

Guru jurusan geografi begitu juga dengan mata pelajaran yang lain. Ketika ada kebijaksanaan yang.. mengharuskan adanya keterpaduan pada beberapa mata pelajaran yang

sudah dimulai sejak umur 25 tahun, tetapl baru terlihat nyata setelah berumur 65 tahun keatas. Kadang-kadang terlihat pada umur 40 tahun disebut presblakusls prekoks.

UD. Jayadi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang makanan ringan yakni dengan mengolah buah-buahan menjadi keripik. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2005, perusahaan

Kerangka konsep yang berusaha diusulkan adalah dengan cara mengintervensi residual space menggunakan metode sequence narrative, dimana ruang sisa ini deskenariokan

Jika untuk menghasilkan 1 liter minyak membutuhkan biji 2.48 kg maka energi manusia yang diperlukan dalam proses pengupasan untuk menghasilkam 1 liter minyak kasar