• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penilaian Higiene dan Sanitasi Penjualan Makanan Pecel dan Pemeriksaan Salmonella di Kecamatan Medan Helvetia 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penilaian Higiene dan Sanitasi Penjualan Makanan Pecel dan Pemeriksaan Salmonella di Kecamatan Medan Helvetia 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan dasar dan sangat berperan bagi

kelangsungan hidup dan pertumbuhan manusia. Makanan yang

dikonsumsi harus sehat, aman dan higienes, layak dikonsumsi dalam jumlah

cukup dan layak untuk dikonsumsi serta tidak menimbulkan gangguan terhadap

kesehatan (Mukono, 2004).

Menurut Saksono (1986) makanan yang sehat harus dijaga untuk tetap

sehat, dengan cara penyimpanan yang benar, penyajian yang tepat dan

pengangkutan yang paling cocok serta pembungkusan yang sesuai dengan

sifat-sifat makanan dan memperhatikan kebersihan yang setiap saat harus dilakukan.

Makanan merupakan hal yang penting bagi kesehatan manusia. Saat ini

banyak terjadi penyakit melalui makanan yang disebut Food Borne Disease atau

penyakit bawaan makanan. Penyebab penyakit bawaan makanan dipengaruhi

oleh berbagai faktor salah satunya bakteri patogen seperti Salmonella. Food

Borne Disease biasanya bersifat toksik maupun infeksius, disebabkan oleh agen penyakit yang masuk kedalam tubuh melalui konsumsi makanan yang

terkontaminasi (WHO, 2005).

Menurut BPOM (2008) mikroba dapat mencemari pangan melalui air, debu,

udara, tanah, alat-alat pengolah (selama proses produksi atau penyiapan) juga

sekresi dari usus manusia atau hewan. Penyakit akibat pangan (food borne

(2)

dengan keracunan. Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi

oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama

penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang dapat membahayakan

manusia. Salah satu bakteri yang terkait dengan keracunan makanan adalah

Salmonella.

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang terdapat

dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri (pH, kelembaban,

nilai gizi), keadaan lingkungan dari mana makanan tersebut diperoleh, serta

kondisi pengolahan ataupun penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi

dapat mengubah karakter organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi / nilai

gizi atau bahkan merusak makanan tersebut.

Oleh karena itu diperlukan pemantauan terhadap higiene sanitasi dalam

pengolahan makanan. Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor

risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan

makanan, orang, tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi. Higiene dan

sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena memiliki hubungan

yang erat. Misalnya higienenya sudah baik karena mau mencuci tangan,tetapi

sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedianya air bersih, maka

mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Susanna dan Hartono (2003) diketahui bahwa

fasilitas sanitasi penjual ketoprak dan gado-gado di lingkungan kampus UI

(3)

Penanganan terhadap bahan-bahan makanannya sudah baik, namun untuk

penjamah makanannya belum berperilaku hidup bersih dan sehat.

Pecel merupakan salah satu jenis makanan khas Indonesia yang banyak

beredar di masyarakat. Pecel yang dijual juga beragam jenis tergantung dengan

daerahnya masing-masing. Bahan pokoknya terdiri dari berbagai macam sayuran,

seperti : daun singkong, bayam, kangkung, tauge dan kacang panjang. Lalu

disiram dengan kuah yang berbahan pokok gula merah dan kacang.

Menurut Wikipedia (2008) pecel merupakan makanan yang terdiri dari

sayur-sayuran yang direbus dan lauk yang dihidangkan dengan alas berbeda

seperti di atas piring lidi yang disebut ingke, pincuk, dan daun pisang, di atas

tampah bambu, sesuai dengan ciri khas kota asal pecel, biasanya berbeda karena

tiap daerah memiliki ciri tersendiri. Sayuran yang dihidangkan antara lain daun

pepaya/kates, lodeh, kacang panjang, taoge, mentimun, daun singkong dan daun

kemangi serta masih banyak variasi lain yang disesuaikan dengan selera. Bumbu

kacang yang disiram di atas pecel disebut “bumbu pecel” yang terdiri dari

kencur, gula merah, garam, cabai, daun jeruk, dan kacang tanah sangria yang

dicampur, diulek atau ditumbuk. Ada juga yang menambahkan daun jeruk purut,

bawang putih, serta asam jawa dalam campuran air hangat untuk mencairkan

bumbu kacang.

Pedagang pecel lebih banyak menggunakan tangan secara langsung dalam

membuat dan menyajikan barang dagangannya. Pecel yang diolah dengan

menggunakan tangan lebih berpeluang untuk terkontaminasi oleh mikroba

(4)

keracunan, diare, salmonellosis dan penyakit yang menyerang saluran

pencernaan lainnya. Menurut Yuliarti (2007) menyentuh makanan dengan tangan

langsung tidak dianjurkan karena kurangnya kesadaran untuk mencuci tangan

dengan sabun sebelum menyentuh makanan serta pencucian peralatan makan

yang kurang bersih dan mengolah serta menyimpan makanan kurang higienes

dapat menyebabkan penyakit tifus yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Salmonella merupakan bakteri gram-negatif berbentuk batang yang

menyebabkan typhus, paratyphus, dan penyakit foodborne. Bakteri ini bukan

indikator sanitasi, melainkan bakteri indikator keamanan makanan. Salmonella

memiliki banyak serotype yang semuanya diketahui bersifat patogen, sehingga

adanya bakteri ini dalam makanan dianggap membahayakan kesehatan.

Salmonella tidak meninggalkan bau maupun rasa apapun pada makanan, kecuali jika bahan makanan (daging) mengandung Salmonella dalam jumlah besar, maka akan terjadi perubahan warna dan bau (merah muda pucat sampai kehijauan,

berbau busuk) (Irianto, 2014).

Di kecamatan Medan Helvetia salah satu makanan yang banyak dijual

oleh pedagang adalah pecel. Tempat berjualannnya banyak dilewati dengan

kendaraan bermotor. Sebagian dari penjual tersebut ada yang tempat

berjualannya jauh dari sumber air bersih dan dekat dengan saluran pembuangan

air (selokan). Penjual juga menjamah makanannya tidak dengan sarung tangan

lebih banyak menggunakan tangan secara langsung dalam membuat dan

menyajikan barang dagangannya. Pecel yang diolah dengan menggunakan tangan

(5)

menyebabkan berbagai gangguan kesehatan mulai dari keracunan, diare,

salmonellosis dan penyakit yang menyerang saluran pencernaan lainnya. Penjual

maupun pembeli tidak menganggap hal ini sebagai masalah. Padahal hal tersebut

dapat menjadi faktor pendukung adanya Salmonella penyebab keracunan

makanan pada manusis. Sedangkan makanan dan minuman yang baik, bila

diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat haruslah memenuhi persyaratan

Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene

Sanitasi Makanan Jajanan.

Menurut Clark (2015) Salmonella merupakan penyebab infeksi usus

kedua yang paling umum di Amerika Serikat. Lebih dari 7.000 kasus Salmonella

dikonfirmasi pada tahun 2009; Namun sebagian besar kasus tidak dilaporkan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memperkirakan bahwa lebih dari 1

juta orang di Amerika Serikat terikat dengan Salmonella setiap tahun, dan

rata-rata 20.000 rawat inap dan hampir 400 kematian terjadi disebabkan oleh

keracunan Salmonella. Sedangkan Data dari BPOM (2014) disebutkan bahwa pada tahun 2014 terdapat 540 kasus keracunan yang disebabkan oleh makanan

dimana salah satu penyebab keracunan makanan tersebut adalah bakteri.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengetahui gambaran

mengenai penerapan higiene dan sanitasi makanan pecel melaui pemeriksaan

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Penjual pecel lebih banyak menggunakan tangan secara langsung dalam

membuat dan menyajikan barang dagangannya. Pecel yang diolah dengan

menggunakan tangan lebih berpeluang untuk terkontaminasi oleh mikroba

patogen yang bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan mulai dari

keracunan, diare, salmonellosis dan penyakit yang menyerang saluran

pencernaan lainnya. Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan penelitian terhadap

penilaian higiene dan sanitasi penjualan makanan pecel di Kecamatan Medan

Helvetia 2015 didukung dengan pemeriksaan Salmonella.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang higiene

dan sanitasi pedagang makanan pecel di Kecamatan Medan Helvetia 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahuihigiene dan sanitasi pemilihan bahan baku makanan

pecel.

2. Untuk mengetahui higiene dan sanitasi penyimpanan bahan baku

makanan pecel.

3. Untuk mengetahuihigiene dan sanitasi pengolahan makanan pecel.

4. Untuk mengetahuihigiene dan sanitasi penyimpanan makanan pecel.

5. Untuk mengetahuihigiene dan sanitasi pengangkutan makanan pecel.

(7)

7. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Salmonella pada makanan pecel

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pembuat makanan pecel untuk

mempertahankan higiene dan sanitasi pengolahan makanan pecel.

2. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam

mengkonsumsi makanan pecel.

3. Sebagai masukan bagi dinas terkait dalam meningkatkan upaya

penyehatan bahan makanan.

4. Menambah wawasan berpikir untuk peneliti terutama yang berhubungan

dengan higiene sanitasi dan pemeriksaan bakteri Salmonella pada

makanan pecel.

5.Sebagai informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh tingkat kesukaan konsumen terhadap ikan cakalang ( Katsuwonus pelamis L.) asap, yang direndam dalam ekstrak kulit

Kontraste estatistikoan banaketa adierazgarria eman duten neurtzeko bide baliokideak alderatu behar ditugu: fona- zioa aditz nagusian luzatzea ( luz0 etiketa aditz nagusian, 9.11

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching and Learning berpengaruh terhadap

PRleja prrjanjlan pinjara*rsemlnjara uanfl kedua belah pi- hak loluaaa untuk berjcnji bahva Junlah uang yan? harua dl* k*mbaliV*n bolch lebih feeaar darl jumlah yang temli dlbtrl-

[r]

hasil dari perampasan kemampuan dan bias gender yang hadir dalam masyarakat dan pemerintah, serta juga akibat meningkatnya insiden “ibu” sebagai kepala rumah

1. Dalam akta kelahiran si anak. Dalam akta perkawinan ayah atau ibu kalau kemudian meneruskan dengan perkawinan. Dalam akta pengakuan / pengesahan anak. Peristiwa kelahiran

Perusahaan yang membangun hubungan dengan bank besar cenderung untuk menggunakan kontrak   forwar d  dibanding kontrak   futur es karena jumlah mata uang dalam