• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN INDONESIA PRAKTIKUM INVESTIGASI WABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN INDONESIA PRAKTIKUM INVESTIGASI WABAH"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian, yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka (undang-undang wabah, 1969).

Sedangkan yang dimaksud dengan Kejadian Luar Biasa atau yang biasa dikenal dengan KLB adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan atau kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (undang-undang wabah, 1969).

Jika kita membicarakan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB), tentunya tidak lepas dari peranan seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat atau SKM. Sebagai ahli kesehatan masyarakat kita tidak hanya berteori atau sekedar berbicara tentang penyakit-penyakit dan segala jenis penyebaran serta penanggulangannya saja, melainkan kita harus mampu mengaplikasikan dan juga mengimplementasikan di lapangan.

Dalam memenuhi tuntutan tersebut, maka kami sebagai calon sarjana Kesehatan Masyarakat harus mampu mengenali masalah yang ada di masyarakat, penyebab terjadinya masalah dan alternatif pemecahan masalah di masyarakat serta mampu mengelola secara teknis, administrasi dan evaluasi program masyarakat dalam skala mikro di tingkat pedesaan.

(2)

di masyarakat yang kemungkinan potensial menjadi suatu kejadian luar biasa (wabah).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) berdasarkan data puskesmas maupun data kasus KLB yang sudah terjadi.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengumpulkan data penyakit (data rutin) di Puskesmas.

b. Mahasiswa mampu menganalisis data penyakit (10 penyakit) terbesar di Puskesmas melalui data rutin.

c. Mahasiswa mampu mengolah data secara manual dan atau computer.

d. Mahasiswa mampu membuat deskripsi atau gambaran dan interprestasi data 5 penyakit terbesar di puskesmas yang potensial menjadi KLB.

e. Mahasiswa mampu menentukan salah satu dari 5 penyakit yang potensial menjadi KLB.

f. Mahasiswa mampu membuat perencanaan penyelidikan KLB pada penyakit yang ditetapkan potensial KLB.

(3)

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Mendapatkan pengalaman dalam mengaplikasi teori tentang investigasi wabah.

b. Mendapatkan kemampuan dalam mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari data rutin di puskesmas tentang penyakit potensial wabah.

c. Mampu menyusun rencana kegiatan tentang penyelidikan dan tindakan yang akan dilakukan dalam penanggulangan KLB. 2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam mendukung proses pembelajaran aktif.

b. Pengembangan akademik bagi mahasiswa dan staf pengajar. c. Memperoleh masukan dari instansi tempat praktikum lapangan

(Stakeholder) dalam penyempurnaan pembelajar sesuai kompetensi kritis kesehatan masyarakat.

3. Bagi Institusi (Dinas dan Puskesmas)

a. Terjalinnya kerjasama saling menguntungkan antara dinas kesehatan dan puskesmas dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

b. Mendapatkan bantuan dari mahasiswa dalam pengelolaan data penyakit di puskesmas.

4. Bagi Masyarakat Setempat (Masyarakat Juwangi)

(4)

BAB II

ANALISIS DATA PENYAKIT

A. Hasil Pengumpulan/ Pengamatan Data Penyakit

Berdasarkan data rutin tahunan yang kami peroleh di

Grafik 1. 10 besar penyakit di puskesmas Juwangi tahun 2008 – Maret 2013

(5)

sehingga dari 10 besar penyakit tersebut kami tidak menemukan KLB yang sedang terjadi selama kurun waktu 5 tahun terakhir.

Melihat grafik diatas perlu adanya perhatian khusus terhadap penyakit ISPA yang masih tinggi dibandingkan dari penyakit yang lain yaitu sebesar 10426 dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Dari survei yang dilakukan, hal ini dipicu karena faktor lingkungan dimana masih adanya rumah yang belum tergolong dalam kriteria rumah sehat.

(6)

B. Penyakit Potensial KLB dalam Kurun Waktu 5 Tahun Terakhir

Untuk menentukan adanya KLB di suatu daerah yaitu dengan melihat kriteria sebagai berikut:

3. Peningkatan kejadian penyakit 2 kali atau lebih dibandingkan periode sebelumnya.

4. Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan tahun sebelumnya.

5. Angka rata-rata per bulan dalam 1 tahun menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata per bulan tahun sebelumnya.

6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dari suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan CFR periode sebelumnya.

7. Proportional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan 2 kali atatu lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu tahun sebelumnya.

Kemudian berdasarkan kriteria penetuan adanya KLB tersebut diatas, maka diperoleh penyakit potensi KLB sebagai berikut :

1. DBD 2. TB paru 3. Diare 4. Influenza

(7)

0

Grafik 2. 4 besar penyakit potensi KLB th. 2008 – Maret 2013

(8)

penghujan yang disebabkan oleh meningkatnya container perindukan nyamuk.

C. Prioritas Penyakit KLB

Untuk menentukan prioritas KLB dari keempat penyakit potensial KLB tersebut, kami menggunakan anlisis dengan teknik skoring yakni memberikan penilaian (scor) terhadap masalah tersebut dengan menggunakan ukuran parameter sebagai berikut:

a. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah.

b. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut (saverity).

c. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate increase).

d. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need).

e. Keuntungan social yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit).

f. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility).

g. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah (resource availability).

(9)

Tabel1. Prioritas Masalah dengan Skoring

Kesimpulan: Dilihat dari analisis skoring, prioritas terbesar dari 4 kasus penyakit tersebut adalah DBD dengan total skor 29. Sedangkan prioritas terendah adalah influenza dengan total skor 20.

Selain menggunakan teknik skoring, dalam menentukan permeabilitas pembuluh darah, hipovolemia dan gangguan mekanisme penggumpalan darah. Terutama menyerang anak-anak, tetapi juga menyerang orang dewasa. Berikut adalah grafik kasus DBD dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

(10)

memungkinkan akan terjadinnya potensi KLB. Sehingga DBD perlu

Grafik 3. Kasus DBD th. 2008 – Maret 2013

Analisis data yang diperoleh dari data rutin Puskesmas Juwangi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari 10 desa di kecamatan Juwangi terdapat 8 kasus dari tahun 2008 hingga 2012. 2 kasus di desa Pilangrejo, 2 kasus di desa Juwangi dan 1 kasus di desa Ngleses pada tahun 2008. Terdapat kasus kembali pada tahun 2010 di desa Pilangrejo terdapat 1 kasus dan di tahun 2012 terdapat 2 kasus di desa Ngleses dan bahkan belum lama ini pada bulan Januari 2013 ditemukan kembali 2 kasus di desa Juwangi.

(11)
(12)

BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Wilayah

Kecamatan juwangi terletak paling utara dari kabupaten boyolali, berbatasan dengan kabupaten Grobogan

Batas kecamatan juwangi :

Sebelah Utara : Kec Karang Rayung, Grobogan Sebelah Barat : Kec Kedung Jati, Grobogan Sebelah Timur : Kec Geyer, Grobogan Sebelah Selatan : Kec Kemusu, Boyolali

(13)

Gambar 2. Peta wilayah kerja Puskesmas Juwangi

Luas wilayah kecamatan Juwangi adalah 7.999,350 Ha. Wilayah kecamatan Juwangi terbagi atas 9 Desa, 1 Kelurahan, 43 RW dan 212 RT. Semua desa di wilayah kerja Puskesmas Juwangi dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.Transportasi umum yang ada di Kecamatan Juwangi diantaranya kendaraan roda empat, roda dua, dokar, bus yang dapat diakses melalui Terminal Juwangi dan kereta api yang dapat diakses melalui Stasiun Telawa Juwangi.

Jumlah penduduk di Wilayah Kecamatan Juwangi pada tahun 2011 adalah sebanyak 34.269 jiwa. Rincian penduduk Wilayah Kecamatan Juwangi adalah sebagai berikut:

Laki laki : 16.891 jiwa

Perempuan : 17.378 jiwa

(14)

Data penduduk program kesehatan Puskesmas antara lain:  Jumlah bayi 0-1 thn : 606 bayi

 Jumlah balita 1-5 thn : 2.609 balita

 Jumlah WUS : 7.247 orang

 Jumlah BUMIL : 588 orang

 Jumlah PUS : 6.170 orang

B. Distribusi Penyakit Berdasarkan Variabel Epidemiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) di puskesmas Juwangi merupakan trend penyakit yang muncul tidak setiap tahun. Namun dengan kemunculan DBD tersebut menjadikan keresahan dan ketakutan masyarakat akan meluasnya DBD di Kecamatan Juwangi.

1. Disribusi DBD menurut waktu tahun (Time)

Pola terjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32) derajat celcius, dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Indonesia merupakan Negara dengan iklim tropis sangat mendukung untuk berkembangnya nyamuk

aedes aegypti. Dengan melihat grafik sebelumnya diatas dapat dilihat bahwa kasus terjadinya DBD terjadi pada musim penghujan dan peralihan musim. Dimana pada musim penghujan akan bnyak genangan air yang tersedia sehingga tersedia pula habitat nyamuk dewasa untuk bertelur dan berkembangbiak.

2. Disribusi DBD menurut Orang (Person)

(15)

Juwangi, penderita berusia 18 dan 20 tahun yang terjadi pada kakak-beradik, hal tersebut kemungkinan terjadi adanya penularan di dalam rumah karena karakteristik dari nyamuk aedes aigypti adalah endofagik. Berdasarkan survei, kasus tersebut terjadi kemungkinan besar dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

3. Disribusi DBD menurut Tempat (Place)

Faktor lingkungan atau tempat sangat berpengaruh dalam distribusi penyebaran nyamuk aedes aegypti. Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan aedes aegypti tidak sempurna. Dan juga perlu memperhatikan lingkungan rumah apakah ada tempat-tempat persembunyiaan nyamuk aedes aegypti untuk bertelur, seperti adanya genangan air pada ember bekas, kaleng-kaleng bekas, ban bekas, tempat penampungan air dan juga lain yang mendukung perkembangbiakan nyamuk.

Dari hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) pihak puskesmas di bulan Januari 2013 kemarin dengan melakukan pemantauan jentik berkala (PJB) di daerah penderita kasus di desa Juwangi ditemukan 6 rumah dari 25 rumah yang diperiksa terdapat jentik nyamuk.

HI = 6 / 25 x 100 HI = 24 %

HI = Rumah positif jentik

X 100% Rumah yang diperiksa

(16)

ABJ = 100% - 24 % = 76 %

(17)

BAB IV

RENCANA PENYELIDIKAN DAN TINDAKAN PENANGGULANGAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit potensial wabah yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penemuan dan peningkatan kasus DBD ini telah terjadi di Kabupaten Boyolali khususnya di wilayah kerja Puskesmas Juwangi.

Saat menemukan adanya kasus DBD tersebut pihak Puskesmas Juwangi telah melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan pada radius 20 rumah atau sekeliling indeks dan di sekolah penderita. Berdasarkan PE pada bulan Januari dilakukan pemantauan jentik dan abatisasi selektif serta fogging foccus. PE yang dilakukan salah satu tujuannya adalah untuk mencari penderita tambahan dalam periode 3 minggu yang lalu sejak tanggal sakit indeks kasus dengan gejala sebagai berikut :

a. Panas 2-7 hari tanpa sebab

b. Penderita dengan tanda DBD (dengan tanda pendarahan atau RL + )

c. Penderita meninggal dengan tanda DBD .

Untuk menanggulangi keresahan dan ketakutan warga maka pihak puskesmas Juwangi tanggap dengan melakukan tindakan foging focus. Kemudian untuk menindaklanjuti adanya kasus tersebut kami telah melakukan rencana penyelidikan dan penanggulangan.

A. Rencana Penyelidikan

(18)

termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter.

Upaya penyelidikan yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan survey lapangan, observasi, dan metode wawancara. Tujuan dari penyelidikan penyakit DBD antara lain:

1. Menentukan dan memastikan etiologi peningkatan penyakit DBD.

2. Mengidentifikasi sumber penularan penyakit DBD.

3. Menggambarkan distribusi/penyebaran penyakit DBD berdasarkan variabel epidemiologi (Time, Place, Person).

4. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD).

B. Tindakan Penanggulangan

Tindakan penanggulangan DBD secara sederhana dapat dilakukan dengan tindakan menurut sasarannya, dapat dibedakan atas dua macam, yakni terhadap kasus dan terhadap lingkungan.

Pada dasarnya tindakan terhadap kasus adalah dalam rangka mengobati penyakit yang diderita dan pada umumnya hampir sama dengan tindakan pengobatan. Hanya saja karena penyakit DBD adalah penyakit menular maka tindakan terhadap kasus ini harus ditambahkan dengan tindakan lain yang sesuai terutama pada tindakan penyelidikan yaitu disertai anemnesis, pemeriksaan fisik, pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium, diagnosa, terapi dan isolasi.

(19)

1. Memusnahkan spesies Aedes aegypti di lingkungan pemukiman, bersihkan tempat perindukan dengan gerakan Pemberantasan Sarang Namuk (PSN) atau taburkan larvasida di semua tempat yang potensial sebagai tempat perindukan larva Aedes aegypti. 2. Menggunakan lotion anti nyamuk atau obat nyamuk bagi

orang-orang yang terpajan dengan nyamuk

(20)

BAB V membutuhkan upaya pengendalian serta penanggulangan yang tepat.

3. Berdasarkan variabel epidemiologi, distribusi kasus menurut waktu jumlah kasus tertinggi pada tahun 2008-2013 yaitu sebanyak 10 kasus. Untuk distribusi kasus menurut tempat, kasus terbanyak terjadi di Desa Pilangrejo dan Ngleses yaitu sebanyak 3 kasus. Sedangkan untuk distribusi kasus menurut orang, kasus DBD rata-rata menyerang anak-anak berumur 5-15 tahun.

4. Berdasarkan data yang kami peroleh dari Puskesmas Juwangi cara penularan penyakit DBD dapat disebabkan oleh mobilitas penduduk, letak geografis, kurangnya kesadaran masyarakat untuk gerakan PSN.

(21)

4. Pada daerah-daerah yang endemis DBD perlu adanya peningkatan gerakan PSN secara rutin.

5. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan PSN secara mandiri dengan memberdayakan masyarakat melalui kegiatan Jumantik

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2005. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Gambar

Grafik 1. 10 besar penyakit di puskesmas Juwangi tahun 2008 – Maret
Grafik 2.  4 besar penyakit potensi KLB th. 2008 – Maret 2013
Grafik 3. Kasus DBD th. 2008 – Maret 2013
Gambar 1. Peta wilayah kabupaten Boyolali
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan alokasi dana bantuan teknis Menetapkan alokasi dana bantuan teknis kepada Tenaga Teknis Desa/Kelurahan yang kepada Tenaga Teknis Desa/Kelurahan yang

Diantara kelompok senyawa dibawah ini, yang bukan merupakan jenis lipid yang mengandung asam lemak/ minyak adalah.. Pada umumnya molekul biologis tidak hanya

Yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Program

Adapun tipe hasil kontruksi atau ethic penjelasan mengenai kategori yang diberikan oleh pihak observer luar dalam upaya memberikan analisis terhadap penampilan

[r]

Pada keadaan ini momentum angular elektron, L merupakan perkalian bilangan bulat dengan konstanta Planck h dibagi 2.. Pada

Polinomial paritas adalah sisa setelah dibagi dengan polinomial pembangkit, dan tersedia didalam register setelah pergeseran ke-n pada register umpan balik

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil tabulasi data dengan membandingkan produksi total untuk tiap jenis verietas rumput tanpa memperhatikan dosis pupuk didapatkan bahwa