• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFORMANSI PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERFORMANSI PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA DAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

UJIAN NASIONAL

SEBAGAI PARAMETER PERBAIKAN

PENDIDIKAN NASIONAL

Bagaikan makan buah simalakama, jika dilaksanakan banyak siswa yang menjadi korban, namun jika tidak dilaksanakan maka standar mutu penyelenggaraan pendidikan nasional tak dapat dipetakan. Jika tak dapat dipetakan, maka kita tak pernah dapat menyatakan bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia disebut meningkat atau menurun. Dengan kata lain kita tidak dapat mengatur penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik.

Terdapat berbagai entity yang saling berhubungan erat dalam membangun sistim pendidikan nasional kita. Pada skala kecil ( tingkat sekolah ) dapat digambarkan identifikasi entity tersebut pada skala sekolah antara lain ; Siswa ; Guru; Penyelenggara sekolah ( DIKNAS;Yayasan; dll) ; petugas sekolah ( TU, Instruktur, cleanning service, keamanan ) ; Orang tua siswa; Komite Sekolah ( sebagai stakeholder ); pemerintah; regulator; dll.

Berbagai entity tersebut masing-masing mempunyai perannya; antara lain bisa berlaku sebagai objek maupun sebagai subjek. Pada tulisan ini yang kita bahas sebagai objek adalah ”entity siswa.” dengan sub judul diatas ; haruskah mengorbankan siswa ???

Objek kedua adalah entity Penyelenggara sekolah dengan sub entitynya adalah keputusan mengukur performansi pendidikan nasional khususnya untuk tingkat sekolah menengah. Alat ukurnya adalah ujian nasional, dengan batas ukurnya tingkat kelulusan pada kurun waktu tertentu. Jadi hal ini akan menjadi permasalahan nasional ketika capaian standar pengukuran itu tidak imbang.

Penafsiran terhadap diberlakukannya standar pendidikan nasional itu sangat beragam. Apalagi hal ini dikaitkan pula dengan standar prestasi daerah dalam pembangunan SDM didaerahnya, dan pada IPM sebagai salah satu kunci performansinya bagi suatu daerah antara lain adalah perkembangan pembangunan sumber daya manusia, sehingga interpretasi dari masing-masing kepala daerah terhadap tolok ukur pendidikan nasional melalui program Ujian Nasional ini sangat beragam, namun ada hal yang hampir sama adalah bahwa ukuran prosentase jumlah kelulusan siswa menjadi suatu parameter keberhasilan suatu daerah dalam membangun sumber daya manusianya. Padahal maksud dari Menteri Pendidikan Nansional dalam penyelenggaraan Ujian Nasional itu sudah demikian jelas, sehingga interpretasinya seharusnya bagaimana menjadikan hasil UN ini sebagai data awal dalam mengupayakan peningkatan pembangunan sektor pendidikan di daerahnya. Pada rangkaian berikutnya adalah bagaimana caranya menjadikan data hasil UN itu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia didaerahnya. Seperti rasio SDM yang mempunyai strata pendidikan tertentu terhadap peluang kesempatan kerja didaerahnya, atau korelasi antara jumlah SDM yang berpendidikan dengan indeks pembangunan lainnya, dsb.

(2)

Antara keberhasilan Proses Pendidikan Dengan Keberhasilan

Pembangunan Daerah

Proses pendidikan yang dimaksud adalah bagaimana status sistem transformasi keilmuan itu berproses di suatu lingkungan pendidikan yang dibatasi hanya pada tataran lingkungan sekolah. Dimana sekolah yang kita maksudkan inipun adalah terfokus pada proses transformasi terkait dengan lingkungan yang menjadi objek bahasan yaitu penyelenggaraan Ujian Nasional yaitu setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas).

Anggaran Belanja Daerah yang biasanya diajukan dari Pemerintah Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), kita fokuskan pada dukungan pemerintah daerah dalam proses pembangunan pendidikan didaerahnya. Dimana menurut amanat Undang-undang bahwa anggaran pendidikan harus mencapai 20% dari total anggaran. Padahal pembangunan pendidikan itu tidak hanya untuk mendukung proses pendidikan sebagaimana kepada sekolah-sekolah. Pos-pos anggaran untuk SLTA mungkin akan semakin kecil prosentasenya dibandingkan pos-pos anggaran lainnya dari sub anggaran pendidikan yang dimaksud dalam undang-undang itu. Sebagai contoh saat ini pemerintah sedang menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun, maka anggaran untuk mendukung hal ini tentunya lebih besar dibandingkan dengan pembangunan pendidikan untuk program yang terkait dengan SLTA tersebut. Parameter pengukuran keberhasilan program wajib belajar 9 tahun itu tidak terkait dengan Ujian Nasional. Sehingga jika kita tidak bisa mengukur suatu program maka sudah jelas kita tidak akan bisa memanagenya.

(3)

atau kegagalan pengendalian pemerintahan suatu daerah. Masih banyak faktor-faktor lain yang menjadi parameter keberhasilan suatu daerah.

Perhatian khusus kita adalah ternyata terjadi korelasi yang signifikan antara proses pendidikan dengan proses pembangunan suatu daerah. Suatu contoh singkat saja bahwa ada upaya para kepala daerah untuk mendorong capaian hasil Ujian Nasional SLTA pada suatu capaian tertentu. Hal ini dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa korelasi proses pendidikan dengan pembangunan daerah itu nyata adanya. Disamping itu keberhasilan para kepala sekolah dalam mencapai kelulusan pada prosentase tertentu menunjukkan bahwa orientasi kita masih pada hasil bukan orientasi pada proses. Mengapa hal demikian terjadi ? karena parameter pengukuran itu hanya dijadikan sebagai ukuran keberhasilan sesaat, tidak digunakan sebagai bagian dari proses perbaikan secara terus-menerus atau berkesinambungan, sehingga hasilnya yang akan dicapai sebenarnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jika kita hanya berorientasi pada hasil saja.

Biasanya capaian yang diupayakan untuk oreintasi hasil itu umumnya capaiannya pada ukuran kuantitas bukan kualitas, maka akibat ikutannya adalah ketika para lulusan SLTA ini akan melanjutkan langkahnya baik untuk bekerja maupun melanjutkan kuliah tidak dapat bersaing (daya saingnya rendah), selanjutnya angka pengangguran akan semakin tinggi karena tidak dapat diserap oleh pasar tenaga kerja (skill belum mumpuni).

Dilema akan muncul ketika kita beroreintasi pada proses, oleh sebab itu konsekwensinya adalah harus dilakukan perbaikan yang akan melebar/luas serta simultan. Unsur yang menjadi perhatian bukan lagi tertumpu pada siswa saja/peserta ujiannya, namun jauh kebelakang seperti bagaimana caranya meningkatkan kualitas gurunya, bagaimana materi bahan ajarnya, bagaimana sarana-prasarana Kegiatan Belajar Mengajarnya (KBM), bagaimana dengan manajemen pengelolaan pendidikannya, bagaimana dengan dukungan pendanaannya, bagaimana mendapatkan source/calon siswa yang berkualitas, jika fokusnya calon siswa, maka bagaimana proses KBM pada SLTP. Mata rantai perbaikan itu akan semakin panjang ketika stakeholder lainnya kita libatkan lebih dalam.

Permasalahannya saat ini adalah bagaimana kita menentukan skala prioritas bagi langkah perbaikan itu. Apakah dimulai dari hulu atau di hilir ?? oleh sebab itu peta kondisi pendidikan di suatu tempat mulai dirasakan penting untuk digelar.

Keberhasilan proses pendidikan di suatu daerah sangat menentukan keberhasilan Kepala Daerah yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya. Peta yang menggambarkan performansi keberhasilan pendidikan itu antara lain yang sekarang digunakan yaitu tingkat kelulusan siswa didaerahnya. Namun seharusnya hal ini bukan menjadi satu-satunya parameter pengukuran performansi keberhasilan, karena indikator keberhasilan lainnya juga harus diperhatikan, seperti bagaimana ratio antara jumlah guru vs jumlah murid; ratio antara tingkat pendidikan para guru dengan standar nasional tentang strata pendidikan guru yang harus dipenuhi. Dan masih banyak lagi indikator yang dimaksud.

(4)

langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menjamin tercapainya sasaran kelulusan itu, bila perlu capaiannya 100%. Hal ini akan merusak tatanan norma-norma yang berkembang dimasyarakat. Norma-norma kejujuran, keadilan dan sportifitas yang kini sudah mulai pudar harus diangkat kembali kepermukaan, sehingga hal ini dapat menjadi budaya bangsa di kemudian hari.

Keberhasilan proses pendidikan akan membuat dampak positif terhadap perkembangan pembangunan daerah yang hasilnya akan diketahui dalam jangka panjang. Jumlah penduduk yang mempunyai tingkat pendidikannya mayoritas tinggi, maka akan menjadi stimulan bagi tingkat partisipatif masyarakat dalam program-program pembangunan daerahnya. Meskipun tidak mempengaruhi secara siginfikan terhadap tingkat pertumbuhan pembangunan daerah, namun dapat dipastikan bahwa ratio jumlah penduduk yang mayoritas tingkat pendidikannya cukup tinggi akan memberikan dampak positif bagi Indeks Pembangunan Manusianya.

Performansi Pendidikan

Parameter pengukuran keberhasilan pendidikan dapat ditinjau dari aspek output maupun outcome-nya. Namun pada wilayah transformasi dan bahkan wilayah inputpun dapat diidentifikasi indikator kinerjanya sebagai bagian dari parameter pengukuran prosesnya. Pada kesempatan ini mari kita tinjau saja parameter pengukuran yang mungkin dapat dijadikan bahan kajian kita bersama. Dimulai dari output dari suatu proses pendidikan. Namun sebelumnya kita sepakati dulu tentang ukuran keberhasilan pendidikan nasional adalah merupakan suatu proses akumulasi secara berjenjang dari tingkat sekolah, tingkat rayon, tingkat kota, propinsi dan tingkat nasional. Prestasi siswa-siswa pada suatu sekolah adalah prestasi rata-rata sekolah yang bersangkutan, sedangkan prestasi rata-rata sekolah tersebut yang berada disuatu rayon merupakan prestasi rayon ybs. Demikian pula pada tingkat kota yang melingkupi rayon-rayon adalah prsetasi kota ybs dari rata prestasi rayon-rayon. Selanjutnya prestasi propinsi adalah prestasi rata-rata dari kota-kota dalam propinsi ybs. Pada akhirnya akumulasi prestasi masing-masing propinsi adalah gambaran prestasi tingkat nasional.

Oleh sebab itu mengapa para kepala daerah itu ikut sibuk memonitor perkembangan kelulusan para siswa-siswanya di lingkungan kota mereka masing-masing. Prestasi kelulusan siswa-siswanya menggambarkan secara instan prestasi para pimpinan daerahnya dalam mengupayakan pendidikan yang lebih baik. Namun seharusnya diikuti pula dengan aspek outcomenya, misalnya berapa persenkah para lulusan itu dapat terserap dan bersaing di pasar tenaga kerja atau berapa persen yang melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada setiap menjelang pelaksanaan Ujian Nasional hampir bisa dipastikan ada pihak yang kontra penyelenggaraan UN ini. Padahal aspek positifnya jauh lebih baik dibandingkan jika kita tidak pernah melakukan pengukuran. Ingat bahwa jika kita tidak bisa mengukurnya, maka kita tidak bisa mengendalikannya, jika kita tidak bisa mengendalikannya maka kita dapat dipastikan dinyatakan gagal.

(5)

pendidikan para guru Vs standar yang diharuskan oleh DIRJEN di lingkungan KEMENDIKBUD. Ratio sarana dan prasarana yang tersedia VS standar ideal yang harus tersdia. Ratio tingkat kemampuan calon siswa ketika pertama kali mereka baru masuk sekolah dari jenjang sekolah sebelumnya VS standar yang telah ditentukan oleh sekolah. ( wilayah input ).

Performansi pendidikan lebih akurat jika memiliki indikator pengukuran yang lengkap untuk memberikan gambaran dari berbagai aspek. Antara lain aspek transformasi, aspek sarana & prasarana, aspek manajemen layanan (kepuasan pelanggan) , aspek pendanaan, aspek pengendalian kualitas, dlsb. Namun jika secara ideal untuk mencapai berbagai aspek tersebut nampaknya sangat sulit, sehingga untuk pengukuran yang cukup, dapat menggunakan 3 dari lima aspek tersebut. Seperti aspek transformasi, manajemen layanan, dan pendanaan.

Aspek transformasi antara lain yang terkait dengan KBM (kegiatan belajar mengajar) dimana terdiri atas unsur-unsur pengajar, bahan ajar, methoda pengajaran, siswa, fasilitas sarana pendidikan, dlsb. Sedangkan aspek manajemen layanan terdiri atas tingkat kepuasan pelanggan, kecepatan tanggap terhadap keluhan pelanggan, dlsb. Aspek pendanaan antara lain terkait dengan sumber dana, sistem pengelolaan dana, sistem prioritas penggunaan dana, dan ketahanan dukungan dana, dlsb.

Perbaikan Proses Pendidikan

Sasaran mengukur performansi pendidikan dimaksud dapat diarahkan kepada berbagai aspek, namun jika kita ingin fokus, maka hal yang mendasar untuk dilakukan perbaikan adalah sikap tindak kita terhadap tujuan nasional pendidikan, dimana aspek budi pekerti atau moralitas harus terlebih dulu dibenahi. Bagaimanapun baiknya penyusunan rumusan sasaran pendidikan itu, namun jika manusia yang menghasilkan rumusan tersebut tidak berangkat dari idealisme yang kuat, bersih, tulus ikhlas dan jujur untuk kemajuan bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan kelompok maupun golongan, maka belum tentu akan menghasilkan sesuatu yang punya nilai tambah.

Perbaikan yang dimaksud disini adalah perbaikan yang secara bertahap, sistematis, gradual, dan konsisten atas proses pendidikan nasional, pendidikan daerah dan sampai pada gugus yang terkecil, yaitu sekolah.

Proses pendidikan yang dimulai dari rencana startegi tingkat nasional sampai dengan rencana tindakan pada tingkat sekolah, dan berakhir pada proses evaluasi hasil pendidikan per satuan waktu yang hasilnya akan dijadikan bahan untuk penyusunan rencana berikutnya. Bagaimana mungkin kita bisa memanaj apabila kita tidak bisa mengukurnya ??

(6)

dapat juga dipengaruhi oleh kualitas para gurunya yang memang berada dibawah rata-rata, atau juga bisa saja sarana-prasarana pendidikannya tidak memadai sehingga mempengaruhi secara signifikan terhadap kelancaran proses belajar mengajar di sekolah ybs. Disamping itu mungkin saja manajemen sekolahnya tidak berjalan dengan baik sehingga mengganggu secara signifikan terhadap proses belajar mengajar di sekolah tsb.

Ketika kita sudah mengetahui faktor kunci penyebab kekurang berhasilan proses pendidikan itu, maka langkah merumuskan program-program perbaikan harus segera dilakukan, sehingga dapat segera mengatasi kekurangan/kelemahan proses pendidikan tsb. Mungkin saja karena kualitas murid ketika baru masuk memang terbukti sebagai faktor kuncinya, maka fokus perhatiannya adalah bagaimana mendapatkan calon siswa yang kualitasnya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini memang dilematis, ketika kita melakukan saringan masuk dengan standar yang cukup tinggi, maka kita cenderung akan kekurangan mendapatkan calon murid baru. Namun jika kualitas calon murid bukan sebagai faktor kuncinya, maka berikutnya mungkin faktor kunci lainnya seperti faktor guru ( kesejahteraan, kualitas, atau motivasinya, dll), atau bisa juga karena methoda/manajemen sekolahnya yang menjadi faktor kuncinya, dimana unsur ini bisa menjadi dominan ketika sistem dan prosedur di sekolah tersebut tidak dilaksanakan dengan konsisten, diktator, dan semaunya sendiri (terserah kepala sekolah saja),dll. Banyak faktor kunci yang dapat menjadi penyebabnya, namun yang lebih penting adalah perbaikan itu haruslah berkesinambungan, dengan pengertian bahwa setelah satu bagian dilakukan perbaikan, maka harus diteruskan kepada perbaikan lainnya yang saling ketergantungan, sehingga terjadi siklus perbaikan yang berjalan terus menerus. Capaian keberhasilan dengan cara ini akan terasa ketika konsistensi perbaikan itu berjalan dan menghasilkan suatu kondisi yang jauh lebih baik dari kondisi sebelumnya, oleh sebab itu perlu upaya yang keras dalam rangka menciptakan peningkatan kondisi proses pendidikan nasional.

Penentuan skala prioritas faktor yaitu mana yang lebih dulu harus dilakukan, tentunya akan berbeda tergantung pada pemetaan permasalahan yang dirumuskan berdasarkan hasil pengukuran sebelumnya, antara lain dengan menggunakan data hasil penyelenggaraan ujian nasional tersebut. Misalnya dari peta tersebut menyebutkan bahwa nilai rata-rata hasil ujian di suatu daerah indonesia timur berada dibawah batas rata-rata nasional, dimana terindikasi seluruh mata pelajarannya hasilnya tidak memenuhi syarat. Ditemui sebabnya bahwa kualifikasi para gurunya tidak ada yang memenuhi syarat, disamping itu bahan ajar / buku wajibnya tidak pernah diperoleh, informasi perkembangan yang sangat minim karena daerah terpencil, dlsb. Oleh sebab itu perhatian utama bagi daerah seperti ini harusnya langkah solusi yang dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang cukup, mengadakan peningkatan kualifikasi para guru sebagai prioritas utamanya dan menyediakan jaringan informasi yang memadai untuk menjamin kelancaran aliran informasi, dlsb.

(7)

Penutup

Bahwa Performansi Pendidikan nasional dapat diukur salah satunya menggunakan indikator hasil ujian nasional adalah suatu keniscahyaan. Oleh sebab itu penyelenggaraan ujian nasional ini harusnya secara berkesinambungan mengalami perbaikan, baik dari segi konsep, visi, misi, tujuan , maupun dari segi proses pelaksanaannya dan segi monitoring dan evaluasinya, sehingga nantinya dapat ditarik kesimpulan entity apa saja yang menjadi prioritas perbaikan disuatu daerah Kecamatan, Kabupaten/Kota atau ditingkat Propinsi. Hal ini bukan untuk membudayakan iklim persaingan antar daerah agar indeks manusianya meningkat dari sisi penyelenggaran pendidikannya saja.

Perbaikan kualitas Pendidikan tidak dapat dilakukan secara instan bagai membalik telapak tangan, namun harus bertahap, berjenjang, gradual, berkesinambungan, dengan skala batasan waktu yang jelas. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang optimal dari seluruh unsur entity yang terkait dengan proses pendidikan tersebut, yang bergerak secara sinergis, satu arah tujuan yang sama yaitu peningkatan kualitas pendidikan, dan tekad yang kuat untuk membangun bangsa dan Negara Indonesia yang maju, sejahtera dan makmur.

Referensi

Dokumen terkait

Selain informasi dari responden, pencacah, dan pemeriksa juga bisa menambahkan catatan untuk memperjelas masalah yang berkaitan dengan daftar isian. Nama

Penelitian Sandi (2013) earnings response coefficient sangat berguna dalam analisis fundamental yaitu analisa untuk menghitung nilai saham sebenarnya

Penyelesaian Persamaan Pell dengan menggunakan Metode Ring Kuadratik Dalam menyelesaikan persamaan Pell dengan metode ring kuadratik dibutuhkan solusi awal yang

Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan yang terlihat sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan. Bangunan yang berhubungan

Adalah kerja keras secara fisik dan mental yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.. Dimensi Tingkat Frustasi/

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Struktur komunitas tumbuhan herba di bawah tegakan vegetasi pinus

Memperkenalkan tokoh-tokoh inspiratif kota Bandung kepada anak-anak agar ternanam nilai-nilai hidup yang dimiliki para tokoh yang ada sehingga menginspirasi anak-anak

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap rencana kerja anggaran maupun realisasi penggunaan anggaran DBHCHT dari beberapa daerah penerima masih menunjukkan