• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Regulasi Mobile Virtual Network O

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Regulasi Mobile Virtual Network O"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Regulasi Mobile Virtual Network Operator (MVNO) dan Analisis

Strategik Menggunakan SWOT di Indonesia

Study of Regulations Mobile Virtual Network Operator (MVNO) in

Indonesia

Siska Riantini Arif2

Peminatan Regulasi & Manajemen Telekomunikasi, Program Studi S2Teknik Elektro Telekomunikasi, Telkom University

Jalan Telekomunikasi No. 1, Dayeuhkolot, Bandung Email: [email protected]

Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

Abstrack-- Dalam Penelitian ini dilakukan analisis mengenai kajian regulasi MVNO, dengan melihat studi-studi kasus dan beberapa negara. Dengan melihat kondisi Indonesia pada saat ini, bahwa dapat diambil kesimpulan bahwa MVNO merupakan bisnis yang menguntungkan baik untuk perusahaan MVNO itu sendiri, MNO atau operator penyelenggara jaringan dan masyarakat, oleh karena Pemerintah harus segara membentuk kebijakan dan regulasi yang tepat untuk mendukung berkembang

Kata kunci—MVNO, MNO, Kebijakan, Regulasi

mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dari sudut pandang teknologi, tren sekarang telah berevolusi dari narrowband ke broadband, dari tradisional menuju Next Generation Network, sedangkan dari sudut bisnis layanan, tren saat ini telah menuju ke

layanan data. Besarnya jumlah

Penyelenggara jaringan dan penyelenggara layanan ini akan menimbulkan kompetisi yang sangat ketat dan cenderung menuju ke perang tarif (seperti yang terjadi saat ini). Para penyelenggara Telekomunikasi ini

berkompetisi untuk meraih pelanggan

Abstract--In this research study carried out an sebanyak-banyaknya dengan menawarkan

analysis of the MVNO regulation, by looking at berbagai layanan yang inovatif dengan tarif

case studies and several countries. By looking at yang semurah-murahnya. Kondisi persaingan

the condition of Indonesia at this time, that it can sebagaimana dimaksud di atas, berpotensial

be concluded that the MVNO is a lucrative akan berdampak negatif terhadap proses

business both for companies MVNO itself, MNO investasi jangka pendek maupun investasi

or operator networks and the people of jangka panjang. Mengacu pada pola

Indonesia, therefore the government must kerjasama yang sudah diterapkan di berbagai

immediately establish policies and regulations negara maka pola kerja sama dengan para

appropriate to support the growing MVNO in penyelenggara Telekomunikasi/Penyedia

Indonesia with SWOT analyze. Layanan (Mobile Network Operator/MNO)

lain, sangat penting dilakukan. Pola

Keywords—MVNO, MNO, Policy, Regulation kerjasama yang dimaksud dikenal sebagai

Mobile Virtual Network Operation (MVNO)

1.

Pendahuluan [1]. Struktur layer NGN itu sendiri dapat

Perkembangan Industri Telekomunikasi digambarkan seperti di bawah ini:

dan Penyiaran di Dunia, saat ini telah

(2)
(3)

Gambar 1. Evolusi NGN

MVNO juga merupakan tipe model

jaringan sharing yang muncul karena adanya

keterbatasan resource pada operator yang

baru sehingga MVNO dapat

mengoptimaslkan kapasitas jaringan milik MNO dan menumbuhkan iklim bisnis yang beragam dalam bidang telekomunikasi. Prinsip dasar jaringan MVNO adalah memberikan MNO tanpa adanya lisensi

spectrum [2].

2. Kerangka Teori 2.1 Definisi MVNO

MVNO adalah penyelenggara jasa

pelayanan telekomunikasi bergerak (Seluler atau FWA) dalam bentuk suara dan data,

dimana penyelenggara tersebut tidak

memiliki izin atas spekrum frekuensi atau lisensi jaringan akses. Dalam menjalankan

usahanya, penyelenggara tersebut

melakukan kerjasama dengan MNO yang memiliki alokasi spectrum frekuensi serta lisensi jaringan akses. Pada dasarnya MVNO adalah sebuah layanan bergerak yang menyewa atau memakai spektrum

frekuensi milik MNO melalui suatu

perjanjian bisnis. MVNO dalam hal ini dapat hanya berperan sebagai reseller dari

MNO atau bisa membangun

infrastrukturnya sendiri yang dibutuhkan

sesuai dengan teknologi dan izin spektrum frekuensi yang dimiliki oleh MNO [2].

2.2 Bisnis Model MVNO

Berdasarkan kondisi tersebut, MVNO secara bisnis model dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu :

Reseller / Super Dealer 

MVNO berkedudukan hanya sebagai

reseller terhadap layanan bergerak

(mobile service) dari MNO. MVNO tidak memiliki infrastruktur dan hanya sebagai kepanjangan tangan MNO sehingga tanggung jawab pelanggan ada pada MNO [1].

Service Provider MVNO ( SP-MVNO ) 

MVNO mempunyai/membangun

Infrastruktur sendiri yang terkait dengan system data base pelanggannya meliputi billing system, customer care, pusat pemasaran (marketing centre) dan pusat penjualan. Pada tipe ini MVNO masih

terbatas menggunakan produk (wholesale) milik MNO [1].

Enhanced Service Provider MVNO (

ESP-MVNO )

Hampir mirip dengan SP-MVNO tetapi pada model ini MVNO tidak hanya menjual layanan seluler (mobile service) milik MNO tetapi juga menawarkan layanan tambahan milik MVNO itu sendiri [1].

(4)

Full MVNO

MVNO menyediakan dan membangun seluruh infrastruktur termasuk Core Network, Transmisi dan jaringan akses. MVNO hanya menyewa Lisensi akses spektrum frekuensi dari MNO. Secara garis besar Bisnis model MVNO dapat digambarkan sebagai berikut [1].

2.3 Prodak Layanan MVNO

Berikut secara umum bagian dari macam-macam layanan produk MVNO :

• Layanan Voice:

Multi Service Partai, Call Forwarding Services, Pembatasan Jasa Telepon, jumlah Presentasi Jasa, Enhanced

Layanan Panggilan Manajemen,

Premium Voice Services, Jasa Voice saat Roaming, Switching Lines, Ringkasan untuk Layanan Voice dan Profil HLR [2].

• Data dan Bearer Layanan GSM: Layanan

Circuit Switched Data, Layanan Packet Switched Data, Data Services saat Roaming, Jasa Ringkasan Data untuk menawarkan dan profile HLR, Layanan Data dan layanan Portal [2].

• Layanan Pesan:

Layanan kotak suara (VM), layanan

pesan pendek (SMS), layanan pesan

multimedia (MMS) [2].

• SIM-Card dan SIM-Card Jasa [2].

• Ponsel Number Portability:

MNP keluar dan MNP masuk [2 [2].

2.4 Pasar MVNO Global

MVNOs adalah dibangun pertama kali di Inggris dan di banyak daerah di seluruh Eropa sekitar tahun 1990, membuka pasar untuk negara-negara di Eropa Barat untuk mengizinkan dibangunnnya bisnis MVNO. Sejak tahun 2000-an, Negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Utara memimpin

perkembangan MVNO dengan laju

pertumbuhan yang sangat cepat. Sejak tahun 2005, bisnis MVNO mulai merambat ke kawasan Asia Pasifik kemudian mulailah Pasar Asia-Pasifik memimpin gelombang kedua pertumbuhan MVNO. Hingga Mei

2013, jumlah total MVNOs di dunia mencapai 1.207, di antaranya 723 di Eropa, 197 berada di Asia Pasifik, dan 174 berada di Amerika Utara [3].

Gambar 2. Jumlah MVNO di dunia

Gambar 3. Market Share MVNO

Kondisi ekonomi untuk MNOs, adalah kebutuhan untuk memperpanjang bisnis ke komersial bergerak dan perubahan di teknologi yang menggabungkan ke suatu titik untuk model MVNO sebagai salah satu yang kian diperhitungkan. Dalam membangun sebuah MVNO terdapat dua hal sangat penting untuk dipahami, yaitu :

Lingkungan hukum dan ketentuan yang perlu dimasukkan dalam perjanjian

dalam dasar menjalankan usaha [4];

Bagaimana untuk saling berkoordinasi antara pelaksanaan dan perjanjian dari

pengaturan pada MVNO tersebut [4];

Bagaimana strategi operasional yang diterapkan dalam bisnis MVNO di negara-negara lain tersebut? berikut adalah beberapa studi kasus yang dianalisis [3]:

2.5. Studi Kasus MVNO

2.5.1 Studi Kasus 1: layanan MVNO Virgin Group di India

Virgin Group adalah perusahaan swasta terbesar di UK, yang memiliki sekitar 200 anak perusahaan. Ruang lingkup bisnisnya

(5)

Judul dalam bahasa Indonesia (Penulis1, Penulis2 dst)

meliputi penerbangan, kereta api, minuman ringan, musik, hiburan liburan, mobil, anggur, penerbitan dan gaun pengantin, dan lainnya. Pada akhir tahun 1999, perusahaan mendirikan Virgin Mobile dalam kemitraan dengan Inggris one2one Telecom Company dengan saham yang sama. Setelah masuk ke pasar telekomunikasi Inggris, perusahaan tersebut mengakuisisi 300.000 klien dalam waktu kurang dari 7 bulan. Virgin Group juga bekerjasama dengan operator mobile internet di Australia, Singapura, Amerika Utara, Afrika Selatan, dan India, dan telah menjadi contoh sukses dalam bisnis MVNO. Kelompok sasaran Virgin adalah orang-orang muda berusia antara 15 sampai 30

tahun. Bagi mereka, merek Virgin

merupakan layanan modis, dinamis, dan komprehensif. Di India, orang-orang di bawah 25 tahun yang memiliki akun lama nya, sekitar 50% dari total penduduk. Berkat strateginya dalam pemilihan kelompok sasaran, India adalah pasar terbaik yang

ditargetkan untuk Virgin untuk

mempromosikan produk-produknya di

semua kategori.

Sejak undang-undang India melarang investasi asing langsung dalam bisnis MVNO, pada tahun 2008, Virgin Group mendirikan Virgin Mobile India Ltd Perusahaan dalam kemitraan dengan Tata Teleservices, operator CDMA terbesar kedua di India, dengan menandatangani perjanjian waralaba, dengan masing-masing

dua pihak memegang 50% saham.

Perusahaan yang baru saja ditemukan meluncurkan merek Virgin Mobile pada Maret 2008, yang diposisikan sebagai "layanan mobile pertama di India khusus ditargetkan pada generasi muda" dan menawarkan paket layanan yang paling menguntungkan prabayar di India. Setahun

setelah peluncurannya, Virgin Mobile

menikmati keuntungan karena hampir 90%

seperti yang ditargetkan menjadi

pelanggannya.

Menurut Presiden Virgin, sebagai

perusahaan mobile virtual, pihak Virgin membeli beberapa menit suara dari operator

jaringan tradisional dan kemudian

menyediakan layanan telekomunikasi

dengan merk Virgin. Tidak seperti operator telekomunikasi lainnya, yang menggunakan sebagian besar investasi mereka untuk membangun infrastruktur jaringan, pihak Virgin menggunakan semua investasinya

untuk memberikan layanan kepada

pelanggannya.

Dengan memanfaatkan konten dan

merek keuntungan dari perusahaan

induknya, Virgin Mobile dengan mudah

menemukan cara untuk membedakan

layanan dari jasa telekomunikasi normal lainnya. Filosofi layanan disorot oleh Virgin Mobile adalah "itu lebih dari sebuah ponsel". Virgin Mobile bekerja sama dengan perusahaan penerbangan, perjalanan, dan musik dari Virgin Group untuk melakukan

bundling penjualan dan menyediakan

layanan beragam dengan harga yang menguntungkan kepada pelanggan muda.

Setelah orang-orang tersebut menjadi

pelanggan Virgin Mobile, pelanggan

menikmati beberapa layanan termasuk belanja, perjalanan, tiket dan pemesanan hotel jasa melalui ponselnya sendiri. pelanggan Virgin Mobile juga dapat menikmati diskon 10% ketika membeli produk wisata yang ditawarkan oleh Virgin Group, dan juga dapat menggunakan ponselnya untuk membeli atau menyewa kaset video dan DVD dari toko-toko ritel Virgin Music. Jadi dalam arti tertentu, Virgin Mobile adalah lebih dari alat

komunikasi, itu adalah terminal

mengintegrasikan semua jenis persembahan oleh Virgin Group.

Selain itu, Virgin Mobile memiliki keunikan dari Virgin Group dalam penjualan

dan pendekatan pemasaran. Misalnya,

merancang “get paid” untuk rencana yang

akan datang untuk memberikan poin

penghargaan (rewards) untuk setiap kali

panggilan masuk. Jadi bagi pelanggan, menerima panggilan juga bisa berarti

"making money". Virgin Mobile juga

menyelenggarakan kampanye online untuk mendorong pelanggan untuk mengikuti

(6)

program voting untuk iklan TV di Virgin Mobile. hasilnya, sekitar 18 juta orang menghadiri program ini, yang menyumbang 50% dari total pengguna internet di India.

Strategi segmentasi branding Virgin Mobile sangat tinggi dan berhasil menarik banyak pelanggan muda. Sekitar 70% dari orang-orang muda di India bergeser ke Virgin Mobile. Dan ini merupakan bisnis yang sangat menguntungkan [3].

2.5.2 Studi Kasus 2: Kegagalan ESPN memasuki Bisnis MVNO

Pada akhir tahun 2005, ESPN masuk ke pasar MVNO dengan peluncuran merek layanan telepon selularnya sendiri, yaitu ESPN mobile, dengan menyewa jaringan operator telekomunikasi Amerika Sprint Nextel. Target pasar ESPN adalah untuk meningkatkan keuntungan dalam konten olahraga untuk memberikan berita olahraga, skor real time, roundups terbaik dan video permainan para penggunanya. Pengguna akan terus dapat mengakses informasi berita olahraga terbaru, dan target ESPN akan mengunci pelanggan sasaran di pasar tersegmentasi nya. Pada bulan November 2005, ESPN mulai menjual ponsel ESPN bekerja sama dengan pengecer produk elektronik Best Buy, dan pada saat yang

sama, memperluas pasar melalui

telemarketing dan pemasaran online.

Namun, tujuh bulan kemudian, setelah menghabiskan dana sekitar 150 juta dollar, ESPN mobile hanya memperoleh pelanggan

30.000, jauh lebih kecil dari titik

minimalnya setidaknya 500.000. Akibatnya, pada bulan Desember 2006, MVNO ESPN harus mengumumkan penutupan usahanya.

Atribut utama dari langkah

ketidakberhasilan ESPN terletak pada

kegagalan strategi pemasaran dalam

memperoleh pelanggan baru dan biaya tinggi untuk layanan konten eksklusif. Jika pengguna ingin layanan mobile ESPN, pengguna harus menghabiskan 199 dolar untuk membeli ponselnya, dan kemudian menghabiskan tambahan 35 dolar sampai 225 dolar per bulan untuk kontennya. Harga

terlalu tinggi ini menakutkan banyak

pelanggan potensial. Menurut sebuah

laporan oleh perusahaan riset pasar

Brandimensions, 60% dari 1.900 responden menyerah berlangganan untuk layanan ESPN untuk alasan tersebut. Selanjutnya, ESPN tidak menghabiskan cukup uang di saluran tradisional dan kampanye pemasaran online yang tidak baru sama sekali. Semua faktor ini digabungkan dan menjadi alasan

kegagalan ESPN mengakuisisi cukup

pelanggan dalam waktu singkat untuk mencapai titik impas. Hal ini akhirnya menyebabkan ESPN meninggalkan bisnis MNVO [3].

2.5.3 Studi Kasus 3: ONO memiliki

keuntungan empat kali lipat dengan bantuan MVNO

ONO adalah perusahaan komunikasi broadband Spanyol, didirikan pada tahun 1998, yang menyediakan telepon, televisi dan jaringan layanan kepada pelanggan rumah tangga. Berdasarkan infrastruktur yang ada, ONO meluncurkan generasi baru

dari infrastruktur kabel, yang

memungkinkan pelanggan untuk menikmati layanan 3-in-1 dari televisi, telepon dan internet. Pada akhir tahun 2002, sekitar

sepertiga dari pelanggan ONO

menggunakan layanan ini 3-in-1. Pada bulan Februari 2006, ketika Spanyol membuka pasar MVNO yang bekerjasama dengan Telefonica, ONO menjadi operator keempat di Spanyol untuk memberikan layanan bermain empat kali lipat mengintegrasikan tetap di telepon, ponsel, internet dan televisi. Tele 2 dan ONO memiliki keunggulan dalam bisnis MVNO karena sebagai operator telekomunikasi sendiri, mereka

memiliki mereka sendiri infrastruktur

telekomunikasi dan basis pelanggan. Setelah

pembukaan pasar MVNO, mereka

menyediakan layanan bermain empat kali

lipat untuk mengikat sumber daya

pelanggan. Pada saat yang sama, dengan pengalaman operasi kaya terakumulasi selama bertahun-tahun, mereka dapat juga meminimalkan pengeluaran, seperti biaya

(7)

Judul dalam bahasa Indonesia (Penulis1, Penulis2 dst)

layanan MVNO dan biaya operasi, dan lainnya dibandingkan dengan perusahaan lain yang bertujuan untuk memasuki bisnis MVNO, Tele2 dan ONO keduanya memiliki keunggulan alami yang jelas [3].

2.6. Pengelompokan Strategi Bisnis MVNO

Dari uraian ketiga studi kasus di atas, Bisnis MVNO dalat dikelompokan menjadi 4 stratetgy [3] :

Gambar 4. 4 Kelompok strategi pemasaran MVNO

2.7 Kunci sukses berbisnis di MVNO

Dari Uraian strategi studi kasus di atas,

dan diawali dengan menganalisis

environment yang mendorong diperlukannya layanan MVNO. Diantaranya diperoleh kesimpulan untuk penerapan startegi sukses dalam bisnis MVNO adalah sebagai berikut [3] :

1. Kesiapan infrastruktur dan sumber daya

dari operator

2. Strategi Market share MVNO

3. Efektifitas kapasitas jaringan

2.7.1 Kesiapan infrastruktur dan sumber daya dari operator

Ketika kita melihat kembali

perkembangan MVNO di dunia, perusahaan MVNO yang sukses biasanya memiliki

setidaknya salah satu keuntungan sumber daya berikut [3]:

a. Infrastruktur distribusi suara:

Di pasar internasional, ada contoh MVNO sukses seperti Tesco Mobile di Inggris dan Irlandia, Carrefour di Eropa dan Taiwan, Wal-Mart di AS, dan lainnya. Dalam menganalisis kunci

keberhasilan mereka, jelas bahwa

pengecer ini memiliki saluran distribusi suara, dan sebagai hasilnya, ketika mereka memperluas ke pelanggan baru, mereka dapat meminimalkan biaya pemasaran dan layanan. Untuk bisnis MVNO, akuisisi pelanggan awal adalah

langkah yang paling sulit dalam

kampanye pasar; pengecer profesional

dapat dengan mudah memecahkan

masalah ini.

b. Kekuatan Merk:

Beberapa merek yang sangat kuat dalam bahwa mereka sangat menarik pelanggan dalam kelompok sasaran khusus mereka, seperti Virgin dan Disney Group. Merek ini dapat memanfaatkan keuntungan mereka sendiri untuk menarik pelanggan baru pada kelompok sasaran dengan biaya relatif lebih rendah, dan pada saat yang sama, menggunakan pendekatan pemasaran merek yang unik untuk

mewujudkan bundling penjualan dengan

produk lain dengan merek yang sama untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.

c.Sumber Daya Operator sendiri:

Ketika masuk ke pasar baru, untuk

tujuan penghematan biaya dan

menghindari pembatasan kebijakan

tertentu, beberapa operator

telekomunikasi dapat membuka usaha

MVNO dengan menyewa jaringan

seluler dari operator lokal. Berkat pengalaman yang mereka kaya dalam

operasi telekomunikasi dan basis

pelanggan tetap di layanan broadband atau televisi, mereka memiliki kelebihan yang terkemuka ketika menjelajahi pasar MVNO baru.

d. Keunggulan konten:

(8)

Dengan memiliki banyak sumber daya,

bisnis dapat dilakukan dengan bundling

penjualan diantara layanan seluler dan layanan konten melalui MVNO. Ini adalah kasus untuk Universal dan ESPN.

Universal Music Mobile France adalah MVNO yang didirikan oleh Grup Universal. Yang menawarkan unduhan musik gratis dalam paket layanan selulernya, hal ini untuk meningkatkan

loyalitas dari pelanggannya dan

memperlebar pemasaran MVNO nya.

2.7.2 Strategi Market Share MVNO

MVNO harus memiliki posisi yang jelas dalam menjalankan strategi pemasarannnya, untuk membedakan layanannya dari

penyelenggara-penyelenggara jaringan

lainnya. MVNO harus memiliki target

pelanggan dengan feature yang unik di

setiap grup nya [3].

Contoh seperti pada tabel berikut:

Gambar 5. Segment MVNO di dunia

2.7.3 Efektifitas Kapasitas Jaringan

MVNO harus memiliki solusi dalam mengoptimalisasi jaringan UMTS eksisting

sehingga dapat meningkatkan value added

yang optimal bagi bisnis MVNO dan memberikan kontribusi maksimal bagi

peningkatan market share dan revenue share

bagi bisnis broadband yang merupakanbussiness

dan revenue driver MNO [3].

3. Metode Penelitian

Dalam studi ini digunakan tiga pendekatan. Pertama, studi literatur yakni

pengumpulan data atau referensi lainnya sebagai pendekatan teoritis. Kedua, dalam studi ini juga dilakukan pengumpulan data sekunder yang ada di lapangan terkait dengan

penerapan MVNO di negara-negara

benchmark. Ketiga yaituu dilakukan analisis

dari hasil benchmarking dibuat suatu analisis

strategi mengenai penerapan MVNO di Indonesia menggunakan analisa SWOT.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kajian Regulasi MVNO di Indonesia

4.2 Latarbelakang munculnya MVNO di Indonesia :

Penerapan MVNO di Indonesia

sebetulnya sudah berlangsung cukup lama. MVNO mulai dikenal sejak tahun 2000-an

dengan tujuan mempercepat penetrasi

layanan seluler. MVNO pada saat itu dikondisikan hanya untuk kondisi darurat dan bukan ditujukan untuk percepatan pembangunan insfrastruktur nasional dan pemerataan teledensitas [1].

Melalui Undang-undang Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi, sektor ini resmi meninggalan area monopolinya untuk segera bertransisi ke era kompetisi. Kompetitor baru pun diundang masuk menjadi operator jaringan maupun jasa di sektor ini. Banyak kalangan yang menyambut terbitnya undang-undang telekomunikasi dan Undang-undang-undang Nomor 5/1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Rencana perubahan Peraturan

Pemerintah No. 52/2000 tentang

Penyelenggaraan Telekomunikasi terkait

pasal 10B berpotensi menimbulkan model bisnis Mobile Virtual Network Operator (MVNO). Semantara di rencana revisi PP 53/2000 dibuka tentang wacana network sharing. Dua revisi ini menjadi pintu masuk bagi bisnis MVNO [6].

4.2 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan penerapan MVNO di Indonesia :

Selain itu juga ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bisnis

(9)

Judul dalam bahasa Indonesia (Penulis1, Penulis2 dst)

MVNO apabila diimplementasikan di Indonesia, antara lain:

Perkembangan MVNO di Dunia

MVNO di beberapa negara telah

berkembang pesat dan memberi

kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan industri telekomunikasi di negara tersebut;

Timeline Penerapan MVNO 

Pemerintah harus segera menetapkan kepastian penerapan MVNO dalam rangka meringankan beban investasi MNO dan mendorong pertumbuhan infrastruktur nasional yang merata;

Kesiapan Industri untuk menjadi MVNO Regulasi MVNO akan menciptakan

peluang bagi penyelenggara layanan

telekomunikasi dan penyelenggara

penyelenggara yang lain untuk menjadi MVNO;

Kesiapan MNO untuk merencanakan 

MVNO

MNO akan mengkaji perencanaan

MVNO baik yang menyangkut aspek teknis maupun aspek bisnis sehingga MNO dapat merencanakan jenis bisnis model MVNO dan area MVNO;

Model Pentarifan 

Regulator harus segera mengatur

mengenai model tarif pada MVNO sehingga dapat dirumuskan tarif

(MVNO) yang kompetitif tanpa

menimbulkan dampak negatif terhadap penetapan tarif MNO itu sendiri;

Proses Integrasi antara MVNO dan MNO MNO akan memberikan full support kepada MVNO dalam hal integrasi

jaringan, network element dan layanan;

Kondisi Sumber Daya di Indonesia Pengguna telekmunikasi yang saat ini telah mencapai lebih dari 155 juta pelanggan ditambah dengan populasi

usia potensial Indonesia yang terus

meningkat, berpeluang membawa

pertumbuhan pelanggan semakin tinggi. Pelanggan yang saat ini cenderung hanya berpindah-pindah dari MNO satu ke yang lainnya, mengakibatkan tingat

churn rate menjadi sangat tinggi;

Pertumbuhan pelanggan seluler dan FWA yang sangat tinggi dari tahun ke tahun menjadi indikator yang positif untuk penerapan MVNO, khususnya pelanggan yang berada di wilayah yang

belum terjangkau layanan

telekomunikasi;

Peningkatan Kompetisi sehat antar

Operator

Jumlah penyelenggara jaringan dan penyelenggara jasa yang besar di

Indonesia merupakan potensi bagi

penerapan MVNO;

Faktor Geografis Indonesia 

Wilayah Indonesia yang sangat luas dan tersebar sangat cocok untuk penerapan

MVNO, sehingga dapat dicapai

percepatan dan pemerataan layanan

telekomunikasi di seluruh wilayah

Indonesia, Sampai dengan tahun 2008,

penetrasi broadband di Indonesia masih

rendah yaitu hanya mencapai sekitar 1% [11], dengan pola penyebaran masih terkonsentrasi di pulau Jawa [12];

Penekanan Biaya Investasi 

Penurunan ARPU dan AMPU MNO

akibat perang tarif saat ini,

dikhawatirkan akan menurunkan revenue

perusahaan, sehingga agresifitas

investasi akan sangat menurun. MVNO diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk menekan biaya investasi;

Perkembangan Teknologi 

Perkembangan teknologi akses

broadband khususnya layanan data, internet, VOIP yang semakin maju serta canggih menjadi driver lahirnya MVNO. Terlihat pada pengguna layanan internet berikut ini Penerapan infrastructure sharing ( tower bersama) [10]. Layanan

internet khususnya menggunakan modem di Indonesia pada Tahun 2010 mencapai 57,8 juta (sumber:detik.com).

Hasil penelitian Northen Sky Research

(NSR) memprediksikan bahwa potensi bisnis akses MVNO melalui jaringan UMTS tumbuh positif diseluruh wilayah

di dunia [7].

(10)

4.2.2 Keuntungan Penerapan MVNO di Indonesia :

Dengan diimplementasikannya MVNO, maka akan diperoleh keuntungan dengan adanya kebijakan untuk penerapan MVNO di Indonesia antara lain:

Pembangunan Infrastruktur (jaringan telekomunikasi) Nasional meliputi jaringan akses, transmisi (backbone)

dan Core semakin cepat;

Program pembangunan pemerataan

pembangunan jaringan Broadband sesuai dengan PP No. 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pita lebar Indonesia 2014-2019, yang meliputi layanan suara dan data secara nasional akan semakin cepat

terwujud;

Menurunkan biaya investasi dan

operasional MNO;

Menciptakan segmentasi market, brand dan produk;

Dengan berkurangnya biaya operasional, MNO dapat memiliki perkembangan positif untuk menaikkan ARPU MNO. MVNO harus bisa lebih fokus terhadap pemilihan strategi bisnis model dan layanan yang bisa menghasilkan ARPU

dan AMPU yang menguntungkan [8].

4.2.3 Aspek Kebijakan Regulasi Penerapan MVNO di Indonesia :

Berikut adalah pembahasan mengenai aturan penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia secara umum diatur dalam 4 peraturan yaitu:

Undang-undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi (UU 36 tahun

1999);

Peraturan Pemerintah nomor 52 tahun 

2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (PP 52 tahun 2000);

Keputusan Menteri Perhubungan nomor:  perubahannya (KM 20 tahun 2001);

Keputusan Menteri Perhubungan nomor: 

KM.21Tahun2001tentang

Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi dan perubahannya (KM 21 tahun 2001) Sehubungan dengan rencana penerapan MVNO di Indonesia, keempat peraturan tersebut memberikan definisi yang sama untuk terminologi Jasa Telekomunikasi dan Jaringan Telekomunikasi sebagai berikut:

a. Jaringan telekomunikasi: adalah

rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam bertelekomunikasi;

b. Jasa telekomunikasi: adalah layanan

telekomunikasi untuk memenuhi

kebutuhan bertelekomunikasi dengan menggunakan jaringan

telekomunikasi;

c. Penyelenggaraan jaringan

telekomunikasi: adalah kegiatan

penyediaan dan atau pelayanan

jaringantelekomunikasiyang

memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi;

d. Penyelenggaraan jasa

telekomunikasi: adalah kegiatan

penyediaan dan atau pelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkan

terselenggaranya telekomunikasi

Sehubungan dengan konsep MVNO, dimana operator jasa yang tidak memiliki jaringan dan spektrum frekuensi dapat menyelenggarakan

jasa telekomunikasi dengan

menggunakan dan atau menyewa jaringan telekomunikasi serta alokasi

spektrum frekuensi milik

penyelenggara jaringan, baik UU 36 tahun 1999, PP 52 tahun 2000, dan KM 21 tahun 2001 sama-sama memungkinkanpenyelenggaraan

Jasa telekomunikasi dengan

menggunakan dan atau menyewa

jaringantelekomunikasimilik

penyelenggara jaringan

telekomunikasi. UU 36 tahun 1999

- Pasal 9 ayat (2)

Penyelengarajasa

telekomunikasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1

(11)

Judul dalam bahasa Indonesia (Penulis1, Penulis2 dst)

dalam menyelenggarakan jasa (1) Dalam menyelenggarakan

telekomunikasi, menggunakan jasa telekomunikasi,

dan atau menyewa jaringan penyelenggara jasa

telekomunikasi milik telekomunikasi

penyelenggara jaringan menggunakan jaringan

telekomunikasi PP 52 tahun telekomunikasi milik

2000. penyelenggara jaringan

- Pasal 13 telekomunikasi.

Dalam penyelenggaraan jasa (2) Penyelenggara jasa

telekomunikasi sebagaimana telekomunikasi dalam

dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, menggunakan jaringan

penyelenggara jasa telekomunikasi sebagaimana

telekomunikasi menggunakan dimaksud dalam ayat (1)

jaringan telekomunikasi milik dilaksanakan melalui

penyelenggara jaringan kerjasama yang dituangkan

telekomunikasi KM 21 tahun dalam suatu perjanjian

2001. tertulis [1] [9].

- Pasal 5

4.3. Analisis SWOT:

Dari hasil analisa diatas dapat dilakukan analisa SWOT sebagai berikut :

Strenght Weakness

1. Perkembangan MVNO di Dunia semakin pesat 1. Peraturan Penerapan MVNO

belum diberlakukan

Strengths-Weakneses-

Opportunities-Threats 2. Dengan MVNO dapat mengurangi biaya 2. Harga yang ditawarkan lebih tinggi

(SWOT) Matrix operasional operator dari tarif operator biasanya

3. Mind set tentang merk baru 3. Produk yang dihasilkan bisa all in 1 MVNO belum terlalu populer

mengalahkan merk operator

Opportunity SO – STRATEGIES WO -- STRATEGIES

O1.S3. Menciptakan Produk yang memiliki nilai lebih dari seluler biasanya; O1.S2. Dengan berkurangnya biaya operasional,

O1.W1. Pemerintah harus segera 1. Pertumbuhan pengguna MNO dapat memiliki perkembangan positif untuk

menetapkan kepastian penerapan telepon seluler yang besar menaikkan ARPU MNO. MVNO harus bisa lebih

MVNO dalam rangka efisiensi cost

fokus terhadap pemilihan strategi bisnis model dan

layanan yang bisa menghasilkan ARPU dan AMPU yang menguntungkan

O2.W1. Pemerintah harus segera

O2.S2. Dengan MVNO para operator tidak perlu menetapkan kepastian penerapan 2. Kondisi Sumber Daya dan MVNO dalam rangka meringankan

membangun jaringannya sendiri-sendiri sehingga

faktor Geografis di Indonesia beban investasi MNO dan menghemat biaya

mendorong pertumbuhan

infrastruktur nasional yang merata 3. Pembangunan Infrastruktur

O1.W1. Pemerintah harus segera (jaringan telekomunikasi) O3.S1. Menciptakan segmentasi market, brand dan

menetapkan kepastian penerapan semakin cepat dan didikung produk;

MVNO dengan program pemerintah

O4.S3. Full MVNO dapat mengembangkan dan O2.W4. Mencoba terus 4. Kebutuhan akan informasi meningkatkan beragam

menerapkan semua layanan dan teknologi sesuai

yang semakin tinggi layanan/kontek agar dicapai dengan kebutuhan pelanggan dan kemajuan jaman

kepuasan pelanggan

(12)

5. Kecendrungan gaya hidup O5.W2. memuat segala keunggulan O5.S3.membuat satu produk yang dapat mencakup produk dalam semua layanan, digital di masyarakat modern

semua membuat produk yang memiliki dan serba praktis kualitas yang tinggi.

O6.S1. MNO dapat menyewakan layanan suara dan data (non basic) kepada SP MVNO, O6.S1. ESP MVNO bekerjasama dengan MNO

O6.W3. Bekerja sama dengan jasa mengkaji untuk menjadi Full MVNO dengan

periklanan yang dapat mencakup 6. Banyaknya jumlah operator bersama-sama menyiapkan rencana pembangunan

semua; di Indonesia infrastruktur diluar infrastruktur akses, diantaranya

O6.W2. Menciptakan segmentasi meliputi Core Network, Transmisi/Backbone

market, brand dan produk; berdasarkan aspek teknologi netral, Kerjasama ini

bisa dilakukan di area eksisting layanan MNO atau diluar layanan area layanan MNO

Threat ST – STRATEGIES WT -- STRATEGIES

T1.W3. Bekerjasama dengan

1. Meningkatnya kekuatan T1.S1. Meningkatkan mutu dan pelayanan agar perusahaan lain dengan peningkatan trend MVNO masih dikenal melebihin dari teknologi maupun dengan operator pesaing

pesaingnya itu sendiri untuk menimbulakn simbiosis mutualisme

2. Harga Barang T2.W2. Membuat produk turunan komplementer yang naik yang lebih terjangkau

3. Menurunnya penjualan alat T3.S3. Menciptakan suatu layanan dan teknologi yang tidak hanya bsa dijangkau dengan suatu alat

komunikasi

komunikasi, tetapi kartu semperti ATM bank

4. Cyber crime T4.S1. Membuat Proteksi yang Tidak mudah Di

bobol

5. Teknologi baru yang dapat T5.W3. bekerjasama dengan

berdampak negatif pada daya perusahaan lain dengan peningkatan

saing teknologi

5. Simpulan dan Saran

Dari uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan sekaligus direkomendasikan bahwa:

MVNO dimungkinkan untuk diterapkan di Indonesia, Oleh karena itu Pemerintah harus segera membuat regulasi mengenai MVNO terutama harus memperhatikan

ketentuan-ketentuan yang berkaitan

dengan masalah alokasi frekuensi.

Pengaturan mengenai alokasi frekuensi saat ni diatur dalam Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia (PM 29 tahun 2009). Dalam PM 29

tahun 2009 perlu mengakomodir

penggunaan spektrum frekuensi dalam

penyelenggaraan MVNO, dimana

frekuensi yang telah dialokasikan kepada

suatu MNO, dapat disewa atau

digunakan oleh MVNO.

Pemerintah diharapkan dapat segera

memberikan landasan hukum dalam

penerapan MVNO di Indonesia,

khususnya untuk MVNO jenis Service

Provider MVNO (SP-MVNO) dan

Enhanced Service Provider MVNO (ESP-MVNO). Beberapa hal yang perlu didiskusikan lebih lanjut adalah apakah regulasi yang saat ini berlaku dapat dijadikan dasar hukum untuk penerapan kedua jenis MVNO ini, serta bilamana Full MVNO dapat diterapkan Indonesia;

Pemerintah dapat memberikan

keleluasaan secara penuh kepada para MNO untuk dapat menyelenggarakan MVNO secara B2B, dengan mengacu pada Izin Penyelenggaraan (Modern License) yang dimiliki oleh masing-masing MNO (Lisensi, cakupan area dan layanan);

Pemerintah diharapkan dapat menerapkan pola BHP frekuensi

“khusus “pada para MNO untuk

mempercepat pertumbuhan MVNO di

seluruh wilayah Inddonesia.

(13)

6. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada pihak-pihak yang telah membantu, termasuk

Bapak Imam sebagai Dosen Manajemen

Bisnis dan Telekomunikasi di Universitas Telkom ini yang telah mengarahkan dan mendukung dalam proses penyusunan paper ini.

7. Daftar Pustaka

[1] Yusron, M. (2009). Artikel telekomunikasi : MVNO. Jakarta.

http://artikelkamustelekom.blogspot.co.id/2009/11/mvno- mobile-virtual-network-operation_24.html#

[2]Dr. Lutz Gruneberg. “ MVNO Business Model &

Process Overview”. 200

[3]Deloitte TMT COE. (2013). Deloitter Seruies Report: MVNO

Competition Strategy Analysis. iChina

[4]Coffeygraham. 2010-13. MVNO Key Legal Issues. London

[5]Dr. Lutz Gruneberg. “ MVNO Business Model &

Process Overview”. 2007 [2]

[6]Badan Regulasi Nasional. (2003)

h ttp://www.brti.or.id/tentang-brti

[7]Eka Apriyani, Meyti. (2011). Analisis Performansi Design

Jaringan Mobile Virtual Network Operator (MVNO) Studi Kasus Operator X

[8]Nababan Pirhot and Darwanto. Kajian kebijakan teknologi

informasi dan komunikasi. 2015. Jakarta: Institute for Criminal Justice Reform

[9]Regulasi Pos dan Telekomunikasi

Indonesia. http://www.postel.go.id

Gambar

Gambar 1. Evolusi NGN
Gambar 3. Market Share MVNO
Gambar 4. 4 Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Stabilitas Lereng Akibat Beban Hujan Harian Maksimum Bulanan dan Beban Lalu Lintas (Studi Kasus Desa Mangunharjo, Jatipurno, Wonogiri).. Skripsi, Program

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu

Dari tabel 5.7 dapat dijelaskan bahwa dari 98 orang responden penelitian ini yang merupakan Kepala Keluarga warga masyarakat Desa Tasik Serai Kecamatan Pinggir

Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna. Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi

System musyawarah yang berbeda, terlewatnya kekayaan penduduk dan perbedaan harga antar desa dan tersendatnya pembayaran ganti rugi telah menimbulkan

Struktur EIS dapat menyediakan beberapa interface, seperti laporan periodik, tanya jawab, menu-driven, command language, natural language, dan input/output. EIS interface yang baik

Hubungan desa Tongkoh sendiri dengan desa Lau Gendek adalah tidak lain atas hubungan tanah, karena marga Karo Sekali yang pertama sekali mendiami desa Lau Gendek sampai ke

Salah satu kelebihan dari metode pertukaran data dengan memanfaatkan cloud storage Google Drive adalah tidak terikat oleh alamat Internet Protocol sehingga dalam