• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN A. Sejarah Ringkas PengadilanMiliter I-02 Medan - Pengendalian Internal Atas Aktiva Tetap Pada Pengadilan Militer I-02 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN A. Sejarah Ringkas PengadilanMiliter I-02 Medan - Pengendalian Internal Atas Aktiva Tetap Pada Pengadilan Militer I-02 Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL PENGADILAN MILITER I-02 MEDAN A. Sejarah Ringkas PengadilanMiliter I-02 Medan

1) Masa Pendudukan Belanda dan Jepang

Sebelum perang Dunia ke-II, Peradilan Militer Belanda di Indonesia

dikenal dengan "Krijgsraad" dan"Hoog Militair Gerechtshof". Peradilan ini ruang

lingkupnya meliputi perbuatan pidana militer dan anggota-anggotanya terdiri dari

Angkatan Darat Belanda di Indonesia (Hindia Belanda) yaitu KNIL dan anggota

Angkatan Laut Belanda. Anggota Angkatan Darat Hindia Belanda (KNIL) di

periksa dan di adili oleh "Krijgsraad" untuk tingkat pertama dan "Hoog Militair

Gerechtshof" untuk tingkat banding, hal ini sebagaimana tercantum

dalam bepalingen Betreffende de rechtsmaacht Van De militaire rechter in

nederlands Indie, S. 1934 No. 173 dan De Provisionele Instructie Voor Het Hoog

Militair Gerechtshof Van Nederlands Indie, S.1992 No. 163.

Sedangkan anggota-anggota Angkatan Laut Belanda di periksa dan di

adili oleh "Zeekrijgsraad" dan"Hoog Militair Gerechtshof" ,"Krijgsraad" terdapat

di kota Cimahi, Padang, Ujung Pandang dengan daerah hukum masing-masing.

Dengan demikian penguasa Belanda di Jawa-Madura maupun diluar daerah

mengadakan "Temporaire Krijgsraad" yaitu Mahkamah Militer sementara yang di

beri wewenang pula mengadili tindak pidana yang oleh orang-orang bukan Militer

serta bukan di golongkan dalam bangsa Indonesia. Majelis Hakim terdiri dari 3

(2)

Mahkamah Militer Sementara (Belanda) itu bersidang dengan

MajelisHakim. Mahkamah Agung Indonesia dalam sejarahnya melakukan

kelanjutan dari "Het Hooggerechtshof Ver Indonesie"(Mahkamah Agung

pemerintah Hindia Hindia Belanda di Indonesia) yang didirikan berdasarkan R.0

tahun 1842 dan Het Hooggerechtshof (HGH) merupakan hakim kasasi terhadap

putusan-putusan Raad Van Justitie (RV) yaitu peradilan—peradilan sehari-hari

bagi orang-orang Eropa dan yang di samakan dengan mereka. Het

Hooggerechtshof berkedudukan di Jakarta.

2) Masa Sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia

Setelah berdirinya Negara Republik Indonesia, pemerintah tetap

mempertahankan badan-badan Peradilan serta Peraturan-Peraturan dari Jaman

Pendudukan Jepang dengan perubahan-perubahan / penambahan-penambahan

berdasarkan UUD 1945. Berhubung dengan itu untuk menghindarkan kekosongan

hukum dalam UUD 1945 diadakanlah Ketentuan Peralihan (Pasal II).

Tetapi dalam pernyataan Pemerintahan RI pada waktu itu prakteknya

tidak mengoper Peradilan Ketentaraan dari jaman sebelumnya. Juga setelah

dibentuknya Angkatan Perang RI pada tanggal 5 Oktober 1945, Peradilan Militer

belum diadakan. Peradilan Militer ini baru dibentuk setelah dikeluarkannya

Undang-Undang No. 7 Tahun 1946 pada tanggal 8 Juni 1946. Namun demikian

ini tidak berarti bahwa pada masa diantara 5 Oktober 1945 dan 8 Juni 1946 dalam

Iingkungan Angkatan Bersenjata tidak ada Hukum dan Keadilan. Adalah telah

menjadi prinsip khususnya bagi para pemimpin TNI bahwa dalam keadaan

(3)

dengan keadaan belum diadakan Peradilan-Peradilan Militer, tidak berarti bahwa

terhadap pelanggaran-pelanggaran Hukum sama sekali tidak diadakan tindakan

apapun, seperti diketahui dalam Lingkungan Militer selalu berlaku hukum

disiplin, inilah pada masa itu pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di

Lingkungan ABRI diselesaikan serta keadilan ditegakkan.

Bahwa Peradilan Disiplin ini sebagai alat untuk menegakkan keadilan,

khususnya di Lingkungan ABRI memang dirasakan masih kurang mencukupi

kebutuhan, dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 7

Tahun 1946 tentang Peraturan mengadakan Pengadilan Tentara disamping

Pengadilan Biasa. Pengadilan Tentara pada waktu itu terdiri dari 2 (dua) badan

(tingkat) yakni :

1. Mahkamah Tentara.

2. Mahkamah Tentara Agung.

Bila perlu berhubung dengan keadaan dimungkinkan pula untuk

dibentuk suatu Pengadilan Tentara Luar Biasa. Pengadilan Tentara berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1948 terdiri dari :

1. Mahkamah Tentara.

2. Mahkamah Tentara Tinggi.

3. Mahkamah Tentara Agung.

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 16 Tahun 1950 maka

peraturan tentang susunan dan kekuasaan dalam Lingkungan Peradilan

(4)

PP. No. 37 Tahun 1948. Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1950

tentang kekuasaan kehakiman dalam Peradilan Ketentaraan dilakukan oleh, yaitu :

1. Pengadilan Tentara.

2. Pengadilan Tentara Tinggi.

3. Mahkamah Tentara Agung.

Soekarno kemudian melakukan intervensi terhadap pelaksanaan

kekuasaan lembaga peradilan yang bebas melalui UU no. 19 tahun 1964, tentang

ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Retorika Politik Revolusioner

telah memasuki UU. No 19 tahun 1964, yang memberikan kekuasaan kepada

Presiden untuk melakukan Interversi terhadap peradilan dalam hal kepentingan

nasional atau kepentingan revolusi terancam. Presiden Soekarno memberikan

status menteri kepada Ketua Mahkamah Agung. lni berarti Presiden menjadikan

Ketua Mahkamah Agung sebagai unsur kekuasaan pemerintah yang membantu

Presiden ( UUD 1945 pasal 17), kebijakan ini sangat bertentangan dengan

konsep-konsep UUD 1945.

Pada saat Indonesia menjadi Negara Serikat, pengaturan lembaga

peradilan didalam konstitusi RIS lebih luas dibandingkan dengan

Undang¬undang Dasar 1945.sebagai jaminan terlaksananya peradilan dengan

balk. Maka dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tidak lagi

digunakan, yang digunakan adalah UUDS (Undang-Undang Dasar Sementara).

Perubahan tersebut dengan sendirinya berpengaruh pada lembaga

peradilan, karena UUDS tidak lagi mengenal daerah-daerah atau negara bagian.

(5)

realisasi dari UUDS, maka pada tahun 1951 di undangkan Undang¬Undang

Darurat No 1 tahun 1951. Undang-Undang darurat inilah yang kemudian menjadi

dasar menghapuskan beberapa peradilan yang tidak sesuai dengan Negara

Kesatuan Repubik Indonesia. Termasuk secara berangsur-angsur menghapuskan

Peradilan Swapraja dibeberapa tertentu dan semua peradilan adat.

Kembalinya kepada UUD 1945 belum terealisasikan dengan murni dan

terhadap eksistensi kemandirian lembaga peradilanlndonesia seperti dalam pasal

24 dan 25 UUD 1945. dalam penjelasannya ditegakkan kekuasaan kehakiman

ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan

pemerintah, akan tetapi dalam pelaksanaanya telah menyimpang dari UUD 1945

antara lain pernah lahir UU No 19 tahun 1964 tentang campur tangan peresiden

terhadap pengadilan. Bahkan dalam penjelasannya disebutkan bahwa pengadilan

tidak bebas dan pengaruh kekuasaan Eksekutif dan kekuasaan pembuat

Undang-Undang.

Pengaruh kekuasaan pemerintahan Otoriter terhadap pelaksanaan

kekuasaan lembaga peradilan yang independent terjadi mulai pada proses

pengadilan sampai kepada pengaturan organisasi, administrasi dan keuangan.

Segenap pengaruh eksekutif terhadap peradilan tersebut hares di lihat dalam

rangka menghambat pelaksanaan kekuasaan lembaga peradilan yang independent.

kekuasaan pemerintahan Otoriter senantiasa berupaya secara sitematik dan dengan

berbagai cara mempengaruhi kekuasaan lembaga peradilan. Baik melalui

pengaturan perundang-undangan maupun Intervensi Iangsung kekuasaan

(6)

pemimpin besar revolusi lahirlah UU No 10 tahun 1985 tentang pengadilan dalam

lingkungan

Peradilan Umum dan Mahkamah Agung. Dalam era tersebut, bahkan

ketua Mahkamah Agung menjadi salah satu menteri sebagai pembantu presiden.

Ketentuan UU No 19 Tahun 1964 jelas bertentangan dengan pasal 24 dan 25

UUD 1945 beserta penjelasannya.

3) Masa Reformasi Kekuasaan Lembaga Peradilan (1970-1998)

Berdasarkan pada latar belakang politik seperti yang telah diutarakan

diatas, maka lahirlah UU No 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok

kekuasaan kehakiman sebagai pengganti UU No 19 tahun 1964. UU No. 14 tahun

1970 tersebut merupakan resultan dari pertentangan pendapat antara kelompok

komponen Orde Baru dengan kekuatan kelompok Militer yang tidak menghendaki

kekuasaan lembaga peradilan Negara RI Terlepas dari kontrol pemerintah atau

birokrasi. Hasil kompromi dari dua pandangan yang sating bertentangan tersebut

adalah dicabutnya pasal 19 tersebut, serta makna pasal 24 dan 25 beserta

penyelesaiannya di masukakan dalam UU kekuasaan kehakiman yang baru tetapi

pembinaan administrasi, organisasi dan Finansial badan Peradilan Umum dan

Peradilan Tata Usaha Negara.yang direktur jenderalnya dari kehakiman agung.

4) Masa Setelah Berakhirnya Orde Baru

Perkembangan politik pasca jatuhnya Pemerintahan Orde Baru

membawa tuntutan pembaharuan reformasi disegenap lapangan kehidupan

(7)

di bidang Pengadilan secara khusus. Reformasi sektor hukum dan Pengadilan

dimaksudkan untuk memperkuat Indepedensi Kekuasaan Lembaga Peradilan.

Tahun 2004 Indonesia memasuki abad baru dalam kehidupan

ketatanegaraan yang berkaitan dengan masalah penyelenggaraan fungsi kekuasaan

Lembaga Peradilan. Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 Tahun 2004

Pasal 13 Ayat (1) menetapkan :"Organisasi, administrasi dan finansial

Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya berada di

bawah kekuasaan Mahkamah Agung."

Berdasarkan Pasal 45 UU. No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

kehakiman, sejak dialihkannya organisasi, administrasi dan finansial sebagaimana

dimaksud oleh Pasal 42 Ayat (3) maka :

• Pembinaan personil Militer di Lingkungan Peradilan Militer di Iaksanakan

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur personil

Militer.

• Semua PNS di Lingkungan Peradilan Militer beralih menjadi PNS di

Mahkamah Agung.

• Berdasarkan Keppres Nomor : 56 tahun 2004 pengalihan organisasi,

administrasi dan finansial pengadilan dalam lingkungan peradilan militer

dialihkan dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ke Mahkamah

Agung RI, pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa organisasi, administrasi dan

finansial pengadilan dalam lingkungan peradilan militer dialihkan

dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia ke Mahkamah Agung RI

(8)

Tahun 2004 menyebutkan bahwa pada saat berlakunya Keputusan

Presiden ini, semua peraturan pelaksanaan mengenai organisasi ,

administrasi dan finansial Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer

yang tidak bertentangan dengan keputusan presiden ini dinyatakan masih

tetap berlaku, sampai dengan diubah dan/atau diadakan peraturan yang

baru berdasarkan keputusan presiden ini.

• Mendasari ketentuan tersebut diatas maka Pengadilan Militer I-02

Medandalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebelum terbitnya

struktur organisasi dan prosedur baru sebagai realisasi dari perubahan

sebagaimana tercantum dalam Keppres No.56 tahun 2004 , maka

Pengadilan Militer I-02 Medan masih menggunakan acuan Organisasi

dan Prosedur berdasarkan Kep Pangab No. Kep/01/1984, akan tetapi

dengan tuntutan , beban tugas dan fungsi peradilan satu atap dalam

reformasi peradilan, Dilmil I-02 Medan mengadopsi / menyelaraskan

ketentuan Kep Pangab No. Kep/01/1984 dengan Organisasi Pengadilan

Tinggi di jajaran Mahkamah Agung RI

B. Visi dan Misi

Visi Pengadilan Militer I-02 Medan

• Terwujudnya Pengadilan Militer I-02 Medan yang Agung

Misi Pengadilan Militer I-02 Medan

• Menjaga kemandirian Pengadilan Militer I-02 Medan

• Memberikan Pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari

(9)

• Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Militer I-02 Medan

• Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Pengadilan Militer I-02

Medan

C. Tujuan Pengadilan Militer I-02 Medan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan visi yang

akan dicapai atau dihasilkan. Tujuan yang ditetapkan Pengadilan Militer I-02

Medan adalah :

1. Meningkatkankualitassumberdaya proses pengadilan

2. Meningkatkan kemampuan dan kinerja pengadilan agar lebih efisien dan

efektif

3. Memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi syarat operasional

peradilan militer sehingga pelaksanaan tugasdapat maksimal

4. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi Peradilan Militer

5. Pencari keadilan merasa kebutuhan dan kepuasaannya terpenuhi.

D. Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur organisasi diperlukanuntuk membedakan batas – batas wewenang

dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan /

keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang teah ditetapkan.

Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan

perseorangan maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan

serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui

saluran tunggal. Struktur organisasiPengadilanMiliter I-02 Medan dapat dilihat

(10)

Gambar 2.1

Strukutur Organisasi PengadilanMiliter I-02 Medan

Kepala : Adil Karo-Karo, SH

Wakil Kepala : James F. Fandersloot, SH, MH

Pokkimil : Undang Suherman, SH

Kataud : Arief Rachman, SH

Kaurtu : Husein Saidy, SH

Kaurdal : Desman Wijaya, SH

Katera : Sutrisno Setio Utomo, SH

Kaurminradang : Roza Maimun, SH

(11)

Kaurdokpustak : D.S Siregar

Kaurminku : Wahyupi

E. Job Description

1. Kadilmil I-02 Medan

Kadilmil dijabat oleh seorang Pamen Sarjana Hukum, yangberkedudukan

pula sebagai Hakim Militer yang disingkat Kimmil, dengan tugas kewajiban

sebagai berikut :

1)Memberikan pertimbangan dan saran kepada Dirjen Badilmiltun MARI

hal-hal yang menyangkut bidang tugasnya.

2)Mengkoordinasikan, mengawasi dan memberikan pengarahan atas

penyelenggaraan fungsi-fungsi Dilmil.

3)Menentukan kebijaksanaan dan mengambil keputusan dalam rangka

memimpin Dilmil guna menjamin terselenggaranya fungsi utama Dilmil.

4)Merencanakan,mempersiapkan dan mengatur pe-nyelenggaraan

penyidangan perkara yang dilimpahkan kepada Dilmil.

5) Mengatur pembagian pekerjaan antara Kadilmil, Waka Dilmil dan para

Kimmil sehingga dapat menjamin daya guna dan keseimbangan yang baik

dalam menyelenggarakan fungsi Dilmil.

6) Mengawasi pelaksanaan permohonan banding, grasi, kasasi dan

peninjauan kembali sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan putusan Dilmil, sebagai yang

dimaksud dalam pasal 262 Undang-undang No.31 tahun 1997 tentang

(12)

2. Waka Dilmil I-02 Medan

Waka Dilmil dijabat oleh seorang Pamen Sarjana Hukum yang

berkedudukan sebagai Kimmil dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

1) Mengkoordinasikan dan mengawasi semua pekerjaan/kegiatan segenap

usaha Dilmil.

2) Menyampaikan pertimbangan dan saran staf.

3) Memelihara dan mengawasi pelaksanaan prosedur kerja di lingkungan

Dilmil.

4) Mengerjakan tugas khusus dari Kadilmil.

5) Mewakili Kadilmil apabila Kadilmil berhalangan melaksanakan tugas

kewajibanya.

3. Kepaniteraan

a. Tera dipimpin oleh seorang Pama ahli hukum sebagai Kepala Tera,

disingkat Katera, yang berkedudukan sebagai Panitera, dengan tugas

kewajiban sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan pengurusan administrasi perkara sejak berkas

perkara diterima oleh Dilmil. Pada saat ini telah mengacu pada buku

II edisi 2007 pedoman teknis administrasi dan pemeriksaan di sidang

pengadilan dalam lingkungan peradilan militer yang diterbitkan oleh

MARI.

2) Menyelenggarakan penyimpanan berkas perkara baik selama

perkara-perkara yang bersangkutan masih dalam proses tingkat

(13)

3) Menyiapkan dan meneruskan permohonan banding, grasi, kasasi dan

peninjauan kembali sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

4) Mengatur dan mempersiapkan penyelenggaraan persidangan

Dilmil

5) Menyelenggarakan kegiatan administrasi umum.

6) Menyelenggarakan notulen rapat-rapat Dilmil.

7) Menyelenggarakan pengurusan arsip dan dokumen-dokumen

Dilmil

8) Menyelenggarakan Perpustakaan Dilmil.

9) Mengatur pembagian pekerjaan di antara para Panitera.

10)Bertindak sebagai Panitera dalam persidangan Dilmil atas

penunjukkan Kadilmil.

11)Menyelenggarakan urusan administrasi keuangan

12)Mempersiapkan laporan-laporan Dilmil.

b. Tera terdiri dari 4 (empat) urusan, yang masing-masing dipimpin oleh

seorang Pama sebagai Kepala Urusan disingkat Kaur, dan berkedudukan

sebagai Panitera, sebagai berikut :

1) Urusan Administasi Perkara dan Persidangan, disingkat Ur

Minradang.

2) Urusan Administrasi Umum, disingkat Ur Minu.

Urusan Dokumentasi dan Perpustakaan, disingkat Ur. Dok-pustak.

(14)

4) Katera bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya selaku Panitera

dalam persidangan Dilmil kepada Hakim Ketua yang bersangkutan

dan atas pelaksanaan tugas lainnya kepada Kadilmil.

4. Taud

a. Taud dipimpin oleh seorang Pama Sarjana Hukum, sebagai Kepala Taud,

disingkat Kataud, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan surat-menyurat bagi Dilmil.

2) Bertindak sebagai Panitera dalam persidangan Dilmil atas

penunjukkan Kadilmil,

3) Melaksanakan dinas urusan dalam, termasuk kebersihan dan

keindahan, pengamanan dan pemeliharaan disiplin serta tata tertib,

4) Menyelenggarakan perawatan personil dan materiil di lingkungan

Dilmil,

5) Mengatur perumahan dan angkutan untuk keperluan

anggota dan dinas Dilmil,

6) Mengatur penggunaan perlengkapan/ruangan kerja.

7) Mengatur penerimaan tamu dan hal-hal yang bersifat protokoler,

8) Mengatur dan menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk

penyelenggaraan upacara, rapat, pertemuan dan lain-lain yang

memerlukan pengaturan khusus, yang diadakan Dilmil.

b. Taud terdiri dari 2 (dua) Urusan yang masing-masing dijabat oleh

seorang Pama sebagai Pama Urusan, disingkat Kaur, sebagai berikut :

(15)

2) Urusan Dalam, disingkat Urdal.

c. Kataud bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kewajibannya kepada

Kadilmil, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh

Katera.

5. Majelis

Majelis Hakim terdiri dari seorang Hakim Ketua yang

serendah-rendahnya berpangkat Mayor dan 2 (dua) orang hakim anggota yang terdiri

dari Kimmil masing-masing serendahnya berpangkat sama serta dibantu

oleh Panitera, dengan tugas kewajiban memeriksa dan memutus setiap

perkara pidana yang diajukan kepadanya, menurut dan berdasarkan

peraturan perundang-undangan,

6. Pok Kimmil

a. Pok Kimmil merupakan wadah dari Hakim Militer pada Dilmil untuk

melaksanakan tugas kewajibannya baik sebagai Hakim pada Dilmil

maupun dalam memberikan saran dan pertimbangan tentang

penyelenggaraan fungsi tehnis kepada Kadilmil,

b. Kelompok Hakim Militer pada Dilmil terdiri dari para Kimmil.

F. Jaringan Usaha

Pengadilan Mliter I-02 mengembangkan pendidikan, penelitian,

pengabdian, pelayanan masyarakat dan pembinaan civitas

akademika.Pengadilan Mliter I-02 merupakan sebuah instansi yang

menghasilkan jasa pendidikan non profit (tidak berorientasi pada perolehan

(16)

Pengadilan Militer I-02 lebih berorientasi pada pelayanan pendidikan

yang bermutu dan berkualitas, melakukan penelitian-penelitian yang

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, serta melakukan kegiatan sosial berupa

pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Pengadilan

MiliterI-02 yaitu penyelenggaraan pendidikan, pengadaan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat.

Dengan demikian, diharapkan lulusan-lulusan dari Pengadilan Militer

I-02 adalah lulusan yang mempunyai kualitas yang baik dan mampu

memberikan Jasa Hukum Terbaik pada Bangsa dan Negara.

G. Kinerja Usaha Terkini

Setiap perusahaan maupun instansi tentu mempunyai visi dan misi

yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk

mencapai itu semua, begitu juga pada Pengadilan Mliter I-02, Pengadilan

terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh Pengadilan dapat

terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan

kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan

kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan

perusahaan adalah menyelenggarakan program pendidikan dan pengajaran

terhadap mahasiswa, melakukan berbagai macam pengadilan yang

bermanfaat bagi universitas, masyarakat dan mahasiswa serta melakukan

(17)

memotivasi masyarakat agar dapat hidup lebih layak dan mandiri, kegiatan

bakti sosial kepada masyarakat dan lain sebagainya.

Pengadilan Mliter I-02 juga terus melakukan pembinaan terhadap

civitas akademika agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang

benar-benar memiliki kualitas yang baik.Kegiatan-kegiatan kerohanian juga

tetap dilaksanakan fakultas, seperti perayaan hari-hari besar keagamaan

misalnya Natal, Paskah, Idul Fitri, dan lain-lain, sehingga para civitas

Pengadilan Mliter I-02 selalu memiliki nilai-nilai dan norma-norma

keagamaan dalam menjalani hidup, serta selalu bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

H. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan Pengadilan Militer I-02 antara lain adalah sebagai berikut

1. Kegiatan peningkatan pelayanan hukum yang berkeadilan di lingkungan

prajurit TNI

2. Kegiatan peningkatan kredibilitas dan transparansi Peradilan Militer

3. Kegiatan peningkatan kualitas SDM Pengadilan Militer I-02 Medan

4. Kegiatan peningkatan sarana dan prasarana operasional peradilan militer

untuk memaksimalkan pelaksanaan tupoksi Pengadilan Militer I-02

Medan

5. Kegiatan optimalisasi kinerja satuan kerja Pengadilan Militer I-02 Medan

6. Kegiatan aktualisasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Satuan kerja

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya,

[r]

Pada pasal 36 protokol tambahan 1 konvensi jenewa tentang perlindungan korban-korban pertikaian bersenjata internasional tahun 1977 yang apa bila disimpulkan

Context Diagram 0 Sistem Data base Inventory Technical Budget Holder Penyediaan dan penggunaan b a Laporan Transaksi Laporan Stock persediaan Purchasing Pemesanan barang C

Penelitian sebelumnya yang menggunakan ZPT Rootone F diantaranya Darliana (2006) menunjukkan bahwa pemberiaan Rootone F dengan konsentrasi 100 mg/l air dapat

47 DERIS SYAFRUDIN Teknik Kimia 48 DERMAN FRANCISCO SIREGAR Teknik Mesin 49 DHIMAS ABDILLAH TAUFIQ Teknik Lingkungan 50 DIAS ILHAM FIQRULLAH Teknik Elektro 51 DICKY ARDIAN

Jumlah sel T CD8 + dinilai dengan skor histologi dengan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan monoklonal antibodi sel T CD8 + dengan pewarnaan