PENGARUH INFLASI, STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN
DEVIDEN TERHADAP REAKSI PASAR SAHAM DI BURSA
EFEK INDONESIA
Indah Asri Fadwanisah, Tri Lestari, Nurul Qomari
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya indahasri31@gmail.com
ABSTRAK
Variabel independen inflasi diukur dengan tingkat inflasi pertahun, struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan kebijakan deviden diukur dengan Devidend payout Ratio (DPR). Sedangkan variable dependen reaksi pasar saham diproyeksikan dengan retur saham. Hasil pengujian koefisiensi regresi secara simultan diperoleh nilai f hitung sebesar 4.108 atau lebih besar dari f tabel sebesar 3.07, maka variabel bebas yang terdiri dari inflasi(X1), struktur modal (X2), dan kebijakan deviden (X3) memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap reaksi pasar saham. Pada pengujian koefisiensi regresi secara parsial diperoleh t hitung inflasi sebesar 2.179 dan kebijakan deviden 2.437 lebih besar dari f tabel 2.0796, artinya variabel bebas X1 dan X3 berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat. Kebijakan deviden merupakan faktor paling dominan dari hasil Koefisiensi Beta Standardized memiliki Beta paling tinggi sebesar 0.464 diantara variabel yang lainnya.
Kata Kunci: Inflasi, Struktur Modal, Kebijakan Deviden, dan Reaksi Pasar Saham
ABSTRACT
Independent variable of inflation is measured by yearly inflation rate, capital structure is measured by Debt to Equity Ratio (DER), and dividend policy is measured by Devidend payout Ratio (DPR). While the dependent variable stock market reaction is projected with stock returns.The result of regression coefficient test simultaneously obtained the value of f count equal to 4,108 or bigger than f table equal to 3,07, hence independent variable consist of inflation (X1), capital structure (X2), and dividend policy (X3) have influence together Against stock market reactions. In the regression coefficient test partially obtained t arithmetic inflation of 2.179 and dividend policy 2.437 greater than f table 2.0796, meaning free variables X1 and X3 partially affect the dependent variable. Dividend policy is the most dominant factor of Standardized Beta Coefficiency has Beta highest of 0.464 among other variables.
497 PENDAHULUAN
Banyak orang tertarik untuk menginvestasikan sebagian uang mereka di pasar
saham (stock market). Adapun tujuan mereka berinvestasi adalah untuk mendapatkan
return yang optimal dengan risiko yang minimal. Para investor dapat
menginvestasikan uang mereka dengan berinvestasi langsung maupun tidak
langsung. Investasi langsung berarti investor melakukan pembelian langsung aktiva
keuangan suatu perusahaan, sedangkan investasi tidak langsung berarti pembelian
saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan
dari perusahaan-perusahaan lain. Pembeli dan penjual akan berpartisipasi jika pasar
modal bersifat likuid dan efisien.
Indonesia sering sekali mengalami inflasi, inflasi bukanlah saat harga-harga
barang dikonsumsi naik. Kenaikan harga di pasar atau toko dan juga kenaikan harga
listrik atau bensin, tidak bisa dikatakan sebagai inflasi. Kebutuhan bahan pokok dan
juga bensin dipengaruhi oleh permintaan dan juga persediaan barang. Jika kenaikan
bukan karena kelebihan suplai uang dipasaran tetapi lebih disebabkan oleh aturan
yang buruk, contohnya seperti kenaikan harga bawang dan daging sapi saat ini, hal
ini belum bisa dikatakan sebagai inflasi.
Inflasi terjadi saat dipengaruhi oleh goncanganya sebuah perekonomian,
termasuk didalamnya kenaikan harga yang terjadi berkesinambungan. Naiknya
inflasi tentu akan mempengaruhi naiknya biaya hidup. Namun tidak semua inflasi
buruk, dalam batasan tertentu inflasi dapat berdampak positif bagi perekonomian.
Bank sentral di setiap negara, jika di Indonesia adalah Bank Indonesia biasanya
menargetkan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang normal adalah antara 2% hingga
3%, tidak pernah 0%.
Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan penurunan harga saham, karena
menyebabkan kenaikan harga barang secara umum. Kondisi ini mempengaruhi biaya
produksi dan harga jual barang akan menjadi semakin tinggi. Harga jual yang tinggi
akan menyebabkan menurunnya daya beli, hal ini akan mempengaruhi keuntungan
perusahaan dan akhirnya berpengaruh terhadap harga saham yang mengalami
Struktur modal suatu perusahaan dijadikan sebagai salah satu bagian dari
informasi laporan keuangan yang akan direspon oleh investor dalam kegiatan
investasi yang akan dilakukan. Untuk itu, seorang investor harus bisa mengambil
keputusan dalam memilih jenis sumber dana, baik yang diperoleh dalam perusahaan
sendiri maupun dari luar perusahaan. Menurut Najmudin (2011:294) struktur modal
berkaitan dengan penentuan tentang proporsi tertentu dari total modal yang
dibutuhkan perusahaan yang akan didanai dengan utang dan ekuitas. Perusahaan
harus bisa melakukan penentuan struktur modal secara optimal yang artinya dapat 4
meminimalkan biaya modal keseluruhan atau biaya rata-rata modal, sehingga tidak
akan terjadi dampak yang buruk bagi perusahaan. Apabila perusahaan melakukan
kesalahan dalam penentuan struktur modal, maka perusahaan akan mengalami
kebangkrutan. Dalam hal ini, investor tidak akan berminat untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut karena dinilai kurang terhadap penentuan struktur modalnya.
Rumusan Masalah
a. Apakah inflasi berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham?
b. Apakah struktur modal berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham?
c. Apakah kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar
saham?
d. Apakah inflasi, struktur modal dan kebijakan deviden berpengaruh secara
simultan terhadap reaksi pasar saham?
e. Variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap reaksi pasar
saham?
TINJAUAN PUSTAKA 1. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang disebabkan
oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Nopirin (2009:25) “mendefinisikan inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus”. Terdapat berbagai jenis Inflasi.
499
Keown et. Al., (dalam Yulita, 2014:6) struktur modal (capital structure) adalah
perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang
ditujukan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap sumber modal
sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal berasal dari
modal saham, laba ditahan, dan cadangan.
3. Kebijakan Deviden
Martono dan Harjito (2013:270) “kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”.
Kerangka Konseptual
Kebijakan deviden
Sumber: Peneliti (2017)
Gambar 1 Kerangka Konseptual
c
Reaksi Pasar Saham Struktur modal
Inflasi
Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2009: 96) “hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang diajabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masi bersifat sementara”. Berdasarkan rumusan masalah di muka, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bahwa inflasi memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham
2. Bahwa struktur modal memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar
saham
3. Bahwa kebijakan deviden memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi
pasar saham
4. Bahwa variabel inflasi, struktur modal, dan kebijakan deviden berpengaruh
secara simultan terhadap reaksi pasar saham.
5. Diantara variabel inflasi, struktur modal, dan kebijakan deviden yang
mempunyai pengaruh dominan adalah kebijakan deviden.
METODE PENELITIAN
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik itu
secara positif maupun negatif, serta sifatnya yang dapat berdiri sendiri. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah inflasi (sub variabel X1), struktur
modal (sub variabel X2), dan kebijakan deviden (sub variabel X3).
Metode pengambilan sampel dilakukan peneliti adalah dengan metode sensus
data dari populasi yang dijadikan sampel adalah seluruh perusahaan pertambangan,
energi, dan logam BUMN yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penentuan kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan sampel adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
2. Menyediakan laporan keuangan dari priode 2011-2015.
3. Dalam penelitian yang akan saya buat , diperoleh data di Bursa Efek Indonesia
501
Tabel 1
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Jenis Perusahaan
1 ANTM PT Aneka Tambang (persero) Tbk Pertambangan
2 PTBA PT Bukit Asam (persero) Tbk Pertambangan
3 TINS PT Timah (persero) Tbk Pertambangan
4 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk Energi
5 KRAS PT Krakatau Steel (persero) Tbk Logam
Sumber : Peneliti (2017)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Analisa dan Pembahasan
Analisis statistik deskriptif memberikan informasi mengenai deskripsi dari
variabel yang digunakan dalam penelitian. Informasi tersebut disajikan dari nilai
minimum, nilai maksimum, nilai mean, dan nilai standar deviasi dari masing-masing
variabel penelitian.
Tabel 2
Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
25 3.35 8.38 5.6360 2.29892
25 .34 1.94 .8140 .36603
25 .00 803.60 139.6804 215.61204
25 1.36 2.38 1.8501 .24476
25 Inflasi (X1)
Struktur Modal (X2) Kebijakan Deviden (X3) Reaksi Pasar Saham (Y) Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Sumber : Peneliti (2017)
1. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik yang meliputi: Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji
Multikolinieritas, dan Uji Heteroskedastisitas.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
One -Sam ple Kolm ogorov-Smirnov Test
25
T est distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Sumber : Peneliti (2017)
Berdasarkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) diketahui bahwa nilai signifikansi
sebesar 0.978 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang
diuji berdistribusi normal. Hal tersebut diperkuat dihasil scatterplot pada gambar 2
dibawah ini yang sebaran data mengikut garis diagonal.
1.0
Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber: Peneliti (2017)
Gambar 2 Scatterplot Normalitas
b. Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas adalah melihat nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil Uji Multikolinieritas,
503
Tabel 4
Nilai Tolerance dan VIF
No. Variabel Tolerance VIF
1 Inflasi (X1) 0.912 1.096
2 Struktur Modal (DER) (X2) 0.767 1.304
3 Kebijakan Deviden (DPR) (X3) 0.828 1.207
Sumber : SPSS (2017)
Berdasarkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai toleransi dari
masing-masing variabel Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X2), dan Kebijakan Deviden
(DPR) (X3), di atas 0.1 dan nilai VIF di bawah 10. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak terjadi gejala multikolinearitas, sehingga asumsi regresi terpenuhi.
c. Uji Heteroskedastistas
Uji Heterokedastisitas adalah varian residual, yang tidak sama pada semua
pengamatan, dalam model regresi.
2 1
0 -1
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
-3
Regression Stude
ntiz
ed
Residual
Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) Scatterplot
Sumber : Peneliti (2017)
Gambar 2
Grafik Pengujian Heteroskedaktisitas
Berdasarkan Gambar 2, diketahui titik menyebar secara acak baik di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Jadi, tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah antara anggota pengamatan
dalam variabel-variabel bebas yang sama memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
Tabel 5 Nilai Durbin Watson
Model Summ aryb (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2) a.
Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) b.
Sumber : Peneliti (2017)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil uji Durbin-Watson diperoleh
nilai DW sebesar 1.994 (DW = 1.994) ; du = 1.654; 4 - du = 2.346. Karena nilai DW
terletak pada range du – (4-du) = 1.654 ≤ dw ≤ 2.346, maka dapat disimpulkan tidak
ada autokorelasi. Jadi pengujian autokorelasi dalam penelitian ini adalah tidak ada
autokorelasi.
2. Uji Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda ini bertujuan untuk meneliti bagaimana
pengaruh masing-masing variabel bebas Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X2),
dan Kebijakan Deviden (DPR) (X3) terhadap variabel terikat Reaksi Pasar Saham (Y)
pada penelitian ini.
Tabel 6
Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda
Model Koefisien Regresi thitung Sig
Konstanta 1.534 10.582 0.000
Inflasi (X1) 0.042 2.179 0.041
Struktur Modal (DER) (X2) 0.007 0.050 0.961
Kebijakan Deviden (DPR) (X3) 0.001 2.437 0.024
Sumber : Peneliti (2017)
Dari data Tabel 5 persamaan regresi yang didapat adalah:
Y = 1.534 + 0.042 (X1) + 0.007 (X2) + 0.001 (X3)
3. Koefisien Determasi (R Square)
Hasil uji koefisien korelasi dan determinasi persamaan regresi linear
505
Tabel 7
Koefisien Korelasi Dan Koefisien Determinasi
Model Summary
.608a .370 .280 .20771
Model
Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2)
a.
Sumber : Peneliti (2017)
Nilai koefisien determinasi atau R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Y) yaitu 0.370.
Hal ini berarti sebesar 37.0% Reaksi Pasar Saham (Y) dapat dijelaskan oleh variabel
Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X2), dan Kebijakan Deviden (DPR) (X3).
Sedangkan sisanya 63.0% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti.
4. Hasil Uji Simultan (Uji F)
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2) a.
Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) b.
Sumber : SPSS (2017)
Dari Tabel 8 diperoleh nilai Fhitung sebesar 4.108 atau lebih besar dari Ftabel
sebesar 3.07 atau signifikan F ≤ 0,05 pada α = 0.05, maka H0 ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari Inflasi (X1), Struktur Modal
(DER) (X2), dan Kebijakan Deviden (DPR) (X3) memiliki pengaruh secara simultan
terhadap variabel terikat yaitu Reaksi pasar saham (Y).
5. Hasil Uji Parsial (Uji t)
a. Uji Parsial Pengaruh Variabel Inflasi (X1) Terhadap Reaksi Pasar Saham (Y)
Berdasarkan tabel 9 besarnya nilai thitung variabel bebas Inflasi (X1) adalah
Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga variabel bebas
Inflasi (X1) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Reaksi Pasar
Saham (Y).
sehingga variabel bebas Struktur Modal (DER) (X2) memiliki pengaruh tidak
signifikan secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham (Y).
c. Uji Parsial Pengaruh Variabel Kebijakan Deviden (DPR) (X3) Terhadap Reaksi
Pasar Saham (Y)
Berdasarkan tabel 9 besarnya nilai thitung variabel bebas Kebijakan Deviden
(DPR) (X3) adalah 2.437 dengan nilai signifikan t sebesar 0.024, berarti nilai signifikansi t ≤ 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga variabel bebas Kebijakan Deviden (DPR) (X3) memiliki pengaruh
signifikan secara parsial terhadapReaksi pasar saham .
6. Pembuktian Variabel Yang Dominan
Tabel 8
Tabel Nilai Korelasi Parsial
Coefficie ntsa
1.534 .145 10.582 .000
.042 .019 .395 2.179 .041
.007 .132 .010 .050 .961
.001 .000 .464 2.437 .024
(Constant)
Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) a.
Sumber: Peneliti (2017)
Variabel kebijakan deviden menunjukan beta yang paling tinggi sebesar
0.464 diantara variabel yang lainnya sehingga peneliti bisa membuktikan sesuai
dengan hipotesa bahwa variabel kebijakan deviden memiliki pengaruh yang dominan
507 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
ditarik beberapa kesimpulan guna menjawab rumusan masalah. Beberapa kesimpulan
tersebut terdiri dari:
1. Inflasi, Struktur Modal, dan Kebijakan Deviden berpengaruh secara simultan
terhadap Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di
bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode
2011-2015. Dan Inflasi, dan Kebijakan Deviden berpengaruh secara parsial
terhadap Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di
bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode
2011-2015. Sedangkan Struktur Modal tidak berpengaruh secara parsial terhadap
Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang
pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode
2011-2015.
2. Variabel kebijakan deviden (DER) berpengaruh yang paling dominan terhadap
Reaksi Pasar Saham daripada variabel struktrum modal dan kebijakan deviden
pada Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan,
energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2015.
SARAN
Adapun beberapa saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
positif signifikan terhadap reaksi pasar saham, sehingga tingkat inflasi
diharapkan dapat memberikan informasi yang dijadikan pertimbangan oleh
investor sebelum melakukan keputusan investasi sehingga memberikan tingkat
pengembalian (return) secara optimal.
2. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa struktur modal
(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar saham diharapkan
dapat menjadi evaluasi bagi investor sebelum melakukan keputusan investasi
3. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kebijakan deviden
(DPR) berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar saham diharapkan dapat
menjadi inforrmasi sebelum melakukan keputusan investasi sehingga
memberikan tingkat pengembalian (return) secara optimal.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi pasar saham, sehingga dapat menambah perbendaharaan
ilmu pengetahuan di Universitas Bhayangkara Surabaya sebagai sumbangan
pemikiran dibidang akuntansi yang nantinya dapat digunakan sebagai
pertimbangan pembaca untuk menyelesaikan masalah serupa.
DAFTAR PUSTAKA
I Made Sudana 2011, Manajemen Keuangan Perusahaan, Erlangga, Jakarta.
Martono, dan A. Harjito 2013, Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Ekonisia, Yogyakarta.
Najmudin 2011, Manajemen Keuangan Syar’iyyah Modern, Andi Offset, Yogyakarta.
Nopirin 2009. Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi ke-1, Yogyakarta: BPFE.
www.idx.co.id