HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PANTANG MAKANAN DENGAN
LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS
(Relationship Relationships Between Food Behavior With Old Healing Perineum Cuts In Nifas Mother)
Lina Silvia Santi, Tuti Meihartati, Rabiatul Mutiah Email : linasilvia_santi@ymail.com,
riesti_fun@yahoo.co.id,mutyababymout@rocketmail.com
ABSTRACT
People still believe that there is a connection between certain foods and the health of the puerperal mothers. Behavior is an individual response to a stimulus or an action that can be observed. The purpose of this study was to determine the relationship of Abstinence Food Behavior with Perineum Wound Healing Period on Postpartum Mother.
This research use cross sectional approach and utilize primary data by using questioner tool. The sampling technique used is total sampling with population of 60 respondents using Chi - Square test.
The result of the analysis found that respondents who applied the abstinence behavior of most respondents long healing wound perineum with slow category, almost half of the respondents long healing perineal wound with the category of medium and a small part of long healing wound perineum with good category. Obtained result p value value 0,003 or <0,05.
The conclusion of this study found there is a very close relationship between the behavior of abstinence food with long healing wound perineum on postpartum. It is hoped for further researchers to conduct research with personal hygiene variables with perineal wound healing.
Keywords : Abstinence Food, Perineal Wound Healing
PENDAHULUAN
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang- kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia
mampu mengubah perilaku tersebut (Admanegara, 2011 ).
Pantang atau tabu ialah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan superpower yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan tersebut.
adalah dngan cara memberikan penyuluhan terhadap ibu nifas agar mereka mengerti dan tau pentingnya nutrisi bagi ibu nifas dan bayi serta untuk pertumbuhan bayi melalui ASI yang di berikan ibu nifas (Manuaba, 2010).
Dampak pada sebagian pasien, mengalami penurunan kadar protein akan mempengaruhi penyembuhan luka.
Solusi dari penelitian ini upaya yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah memberikan penyuluhan terhadap ibu masa nifas bahwa sangat diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup kalori, protein, cairan serta vitamin untuk mencegah anemia dan mempercepat penyembuhan luka perineum
Menurut data ASEAN pada tahun 2013 bahwa presentasi cakupan ibu nifas tercatat 107.675 atau ( 92, 73 %) ibu nifas, Pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami ruptur perineum sebanyak 95.985 atau ( 35, 67% ) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami ruptur perineum sebanyak 77.231 atau (27, 12 %) ibu nifas (DepKes RI, 2015).
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015 menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami ruptur perineum sebanyak 35.985 atau (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2016 ibu nifas yang mengalami ruptur perineum sebanyak 87.231 atau (37, 12 %) ibu nifas ( SDKI, 2015).
Menurut data Provinsi Kalimatan Selatan, Tahun 2015 di dapat kan ibu yang mengalami ruptur perineum sebanyak 11.321 atau (4, 67 %) orang ibu nifas (Dinkes kalsel, 2015). Menurut data Dinas Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015, Dinas Kesehatan daerah setempat berhasil mengumpulkan data ibu nifas diantara nya adalah ibu nifas diantaranya ibu nifas fisiologis sebanyak 3000 orang, serta ibu nifas dengan masalah antara lain yaitu ibu nifas yang mengalami Atonia Uteri sebanyak 60
orang, 445 orang mengalami ruptur perineum, 455 orang mengalami Bendungan ASI, 412 orang ibu nifas mengalami perdarahan, 150 orang mengalami sub involusi uteri, 100 orang ibu nifas yang mengalami pusing, 25 ibu nifas yang mengalamipeningkatan suhu tubuh dan 26 ibu nifas yang mengalami
mastitis (Dinkes Tanah Bumbu, 2015). Dari data Studi Pendahuluan yang dilakukan di BPM Malaika, J., Amd.keb Desa Rejosari Kecamatan Mantewe kabupaten Tanah Bumbu dalam Periode Januari – Desember 2014 terdapat 103 ibu nifas dan yang mengalami berpantang makanan sebanyak 89 orang, Periode Januari - Desember 2015 terdapat 100 orang ibu nifas orang dan yang mengalami makan berpantang sebanyak 92 orang. Pada Periode Januari – Mei 2016 didapatkan 60 orang ibu nifas dan 47 orang yang masih melakukan pantang makanan di BPM Malaika, J., Amd.keb Desa Rejosari diketahui bahwa ada peningkatan ibu nifas yang menerapkan pantang makanan pada tahun 2016 dengan ini peneliti menyimpulkan adanya masalah pantang makanan yang terjadi di desa rejosari sehingga berdampak pada lama luka penyembuhan perineum
Hipotesa penelitian ini adalah diduga ada hubungan antara perilaku pantang makanan dengan penyembuhan luka perineum di BPM Malaika, J., Amd.keb Desa Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu.
METODE PENELITIAN
populasi dalampenelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang masih melakukan pantang makanan dan mengalami ruptur perineum berjumlah 60 orang ibu nifas.
Analisis penelitian terdiri dari uji validitas, reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach dan untuk menguji hipotesis digunakan uji kai kuadrat (Chi Square).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi Frekuensi Perilaku pantang makanan di BPM Malaika., J, Amd.Keb desa Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten bulan Juni 2016
Berdasarkan Diagram menunjukan bahwa sebagian besar responden melakukan perilaku pantang makanan dan sebagian kecil responden tidak melakukan perilaku pantang Makanan.
Distribusi Frekuensi lama
penyembuhan luka perineum di BPM Malaika., J, Amd.Keb desa Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten bulan Juni 2016
Berdasarkan diagram diatasbahwa hampir setengahnya dari responden mengalami penyembuhan luka dengan kategori lambat dan hampir setengahnya dari responden mengalami penyembuhan luka dengan kategori sedang dan hampir setengahnya dari responden mengalami penyembuhan luka dengan kategori baik.
Hasil analisis perilaku pantang makanan di BPM Malaika., J, Amd.Keb Desa Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbudi peroleh bahwa responden yang berperilaku pantang makanan sebagian besar responden lama penyembuhan luka
perineum dengan kategori lambat, hampir setengahanya dari responden lama penyembuhan luka perineum dengan kategori sedang dan sebagian kecil lama penyembuhan luka perineum dengan kategoribaikdan respondentidak berperilaku pantang makanan hampir setengahnya penyembuhan luka perineum
dengan kategori baik, hampir setengahnya penyembuhan luka perineum
dengan kategori sedang dan sebagian kecil penyembuhan luka perineum dengan kategori lambat.
PEMBAHASAN
Perilaku Pantang Makanan
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden melakukan perilaku pantang makanandan sebagian kecil responden tidak melakukan perilaku pantang Makanan.
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang- kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu mengubah perilaku tersebut.
Masalah gizi yang masih banyak terjadi ternyata bukan saja diakibatkan oleh keadaan sosial
ekonomi suatu negara tetapi juga dipengaruhi adanya kepercayaan-kepercayaan yang keliru mengenai hubungan antara perilaku pantang
makanan dan kesehatan, pantangan-pantangan yang mencegah orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka.Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang budaya berbeda yang sangat mempengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat termasuk perilaku kesehatan. Banyak praktek-praktek budaya yang berpengaruh secara negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, seperti kepercayaan untuk pantang terhadap suatu makanan tertentu (Suprabowo, 2006).
Penyembuhan Luka Perineum
Analisa menunjukan bahwa hampir setengahnya dari responden mengalami penyembuhan luka dengan kategori lambat dan hampir setengahnya dari responden mengalami penyembuhan luka dengan kategori sedang dan hampir setengahnya dari responden mengalami penyembuhan luka dengan kategori baik.
Seseorang yang mengalami luka, tubuh akan memberikan reaksi atas terjadinya luka tersebut. Reaksi yang terjadi yaitu melalui fasefase yang disebut sebagai fase penyembuhan luka. Fase penyembuhan luka yaitu :
a) Fase inflamasi (24 jam pertama – 48 jam)
Setelah terjadi trauma, pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan
tubuh akan berusaha
(peradangan). Respon peradangan adalah suatu reaksi normal yang merupakan hal penting untuk memastikan penyembuhan luka. Peradangan berfungsi mengisolasi jaringan yang rusak dan mengurangi penyebaran infeksi. b) Fase proliferasi (48 jam – 5 hari)
Fase proliferasi adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis kolagen. Sintesis kolagen dimulai dalam 24 jam setelah cidera dan akan mencapai puncaknya pada hari ke lima sampai hari ke tujuhkemudian akan berkurang secara perlahan-lahan. Kolagen disekresi oleh fibroblas sebagai tropokolagen imatur yang mengalami hidroksilasi (tergantung vitamin C) untuk menghasilkan polimer yang stabil. Proses fibroplasia yaitu penggantian parenkim yang tidak dapat beregenerasi dengan jaringan ikat. Proses ini dimulai sejak 24 jam setelah cidera. Pada fase proliferasi, serat-serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut, sehingga menyebabkan tarikan pada tepi luka. Fibroblast dan sel endotel vaskular mulai berproliferasi dan denganwaktu 3-5 hari terbentuk jaringan granulasi yang merupakan tanda dari penyembuhan. Jaringan granulasi berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus. Bentuk akhir dari jaringan granulasi adalah suatu parut yang terdiri dari fibroblast berbentuk spindel, kolagen yang tebal, fragmen jaringan elastik, matriks ekstraseluler sertapembuluh darah yang relatif sedikit dan tidak kelihatan aktif (Prabowo, 2007).
Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.
Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses Fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan (maturasi) (Prabowo, 2007).
c) Fase maturasi (5 hari -21 hari) Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah hilang dan bisa berlangsung berbulan-bulan. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Odem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang,
kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan yang maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal.Hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan setelah penyembuhan (Sjamsuhidajat, 2015). Hubungan Antara perilaku pantang makanan dengan lama penyembuhan luka perineum
setengahnya penyembuhan luka
perineum dengan kategori baik, hampir setengahnya penyembuhan luka
perineum dengan kategori sedang dan sebagian kecil penyembuhan luka
perineum degan kategori lambat, dan responden yang berperilaku pantang makanan sebagian besar responden lama penyembuhan luka perineum
dengan kategori lambat, hampir setengahanya dari responden lama penyembuhan luka perineum dengan kategori sedang dan sebagagian kecil lama penyembuhan luka perineum
dengan kategori baik.
Hasil analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai P value 0,003 <0,05 sehingga Ho ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan sangat erat antara perilaku pantang makanan dengan lama penyembuhan luka perineum.
KESIMPULAN
Sebagian besar dari responden melakukan perilaku pantang makanan dan sebagian kecil responden tidak melakukan perilaku pantang Makanan di BPM Malaika, J., Amd.Keb Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu.
Hampirsetengahnya penyembuh an luka perineum dengan kategori baik, hampir setengahnya penyembuhan luka perineum dengan kategori sedang dan sebagian kecil penyembuhan luka perineum dengan kategori lambat di BPM Malaika, J., Amd.Keb Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu.
Ada hubungan yang sangat erat antara Perilaku Pantang makanan dengan lama penyembuhan luka
perineum yaitu 0,003 di BPM Malaika, J., Amd.Keb kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu.
SARAN
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan variabel personal hygiene
dengan penyembuhan luka perineum.
DAFTAR PUSTAKA
Admanegara. (2011). prosedur
penelitian. PT.Rineka Cipta:
Jakarta.
Anisa, Dilla. (2015). Hubungan Antara
Makan Berpantang dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu
Nifas.KTI. Kebidanan. STIKES
Bandung: Jawa Barat.
Anwar. (2007). Patofisiologi Dalam Kebidanan. EGC: Jakarta.
Anderson. (2009). prosedur penelitian. PT.Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). prosedur
penelitian. PT.Rineka Cipta:
Jakarta.
Anggrainy. (2012). Patofisiologi Dalam Kebidanan. EGC: Jakarta. Bahiyatun. (2008). Patofisiologi Dalam
Kebidanan. EGC: Jakarta.
Baumali. (2009). Riset Keperawatan
dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Salemba Medika: Jakarta.
Chania, Sellia. (2008). The Refusal of
abstinence from food suggests
healing changed. Internet.http// Pudmed.com. Diakses pada tanggal 12 Mei 2016. Pukul 12.00 Wita. Clara, Steven.(2013). The relationship
between abstinence from food with wound healing. http// Pudmed.com.
Diakses pada tanggal 12 Mei 2016. Pukul 12.00 Wita.
Coad. (2007). Patofisiologi Dalam Kebidanan. EGC: Jakarta.
Depkes Republik Indonesia. (2016).
Survey Demografi Kesehatan
Indonesia Tahun 2016. Depkes: Jakarta.
Deviana, Intan. (2010). Hubungan Antara Makan Berpantang dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas. KTI. Kebidanan. STIKES Bandung: Jawa Barat.
DinkesTanah Bumbu. (2016). Profil
Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2016. Dinkes. Tanah Bumbu : Tanah Bumbu
. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Depkes: Jakarta.
Elvayanie dan Sumarni. (2013). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika: Jakarta. Effendy. (2008). Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika: Jakarta.
Festinger. (2014). Asuhan Kebidanan Patologi. Salemba Medika: Jakarta. Foster dan anderson. (2009). Asuhan
Kebidanan Patologi. Salemba
Medika: Jakarta
Hidayat, Achmad Alimul Azis. (2007).
Riset Keperawatan dan Teknik
Penulisan Ilmiah. Salemba Medika: Jakarta.
Justin, Hernistia. (2014). The refusal of abstinence food with wound healing. http// Pudmed.com. Diakses pada tanggal 12 Mei 2016. Pukul 12.00 Wita.
Katz. (2011). Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga berencana
untuk Pendidikan Bidan. EGC:
Jakarta.
Kurt, Lewin. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan.
EGC: Jakarta.
Lainkjaer. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan.
EGC: Jakarta.
Mass. (2014). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, jilid 1 edisi 3. EGC: Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2013). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Nurhikmah. (2009). Buku Ajar: Metedologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
Nursalam. (2008). Konsep dan
Penerapan Metedologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta.
Paath. (2015).Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka- Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Oktaviyani. (2007). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka- Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Rusjianto. (2009). Patologi pada Kehamilan. EGC: Jakarta.
Santika. (2012). Hubungan Antara Makan Berantang Dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas. KTI. Kebidanan. STIKES Mega Tembung: Medan.
Sukmadinata.(2008). Metode Penelitian Pendidikan: Yayasan Kansius. Bandung.
Sulastri. (2011). Patologi pada Kehamilan. EGC: Jakarta.
Sugiyono.(2010).Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&B. Alfabeta : Bandung.
_________.(2012).Metodologi
Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&B. Alfabeta : Bandung.
Suprabowo. (2006). Buku Asuhan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka- Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Saleha,Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Salemba Medika: Jakarta.
Suherni. (2009). Metedologi Penelitian Kebidanan D III, DIV, S1 & S2. Nuha Medika: Yogyakarta.
Syamsuhidayat. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABETA: Bandung.
Varney. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, edisi ke 4. EGC: Jakarta. Wiknjosastro, hanifa. (2006). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan, edisi ke 4. EGC: Jakarta.
(2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan,
edisi ke 4. EGC: Jakarta.
World Health Organization. (2015).
Mediacentre. Diakses pada tanggal 15 April 2016, dari http://who.int.
Yuliana, Intan. (2008). Hubungan Antara Makan Berpantang dengan
Penyembuhan Luka Perineum.