1
HUBUNGAN ANTARA MOBILISASI DINI DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA RUPTURE PERINEUM PADA FASE PROLIFERASI IBU POST PARTUM (Relatiionship Between The Early Mobilization With The Process of Healing of Perineum Ruptur
in The fase Proliferation of Mother Post Partum)
Tuti Meihartati, Lidia Widia, Nuraidah
Email : riestie_fun@yahoo.co.id, lidia_cantika30@yahoo.com mida.samsung2016@gmail.com
ABSTRACT
Data from the World Health Organization show that the incidence of Ruptur Pereneium in Indonesia is 67.2% in 2014, up from the year before it is 60% in 2013. The purpose of the study to Detect Relationship Between Early Mobilization with Perineum Rupture Wound Healing process in the maternal proliferation phase Post partum.
This research method used analitilk design with cross sectional time approach. Primary data can be obtained from data obtained through direct interviews with respondents using Questionnaire on Early Mobilization and direct observation about wound healing process.
The results of this study showed that respondents who experienced the incidence of rupture perineum by 40 respondents. From Chi-square test in get There is a relationship Between Early Mobilization with Healing Process Perineum Rupture wound on the postpartum maternal proliferation phase of the statistical test obtained ρ value = 0,000.
Conclusions : There is a very close relationship with the relationship between early mobilization and the healing process of perineal rupture wound in the proliferative phase at Hospital Paradise Simpang Empat Kabupaten Tanah bumbu In prove from the test results p value 0.000 statistics. In expecting to mother to do premature mobilization so that heal process of rupture perineal wound heal quickly.
Keywords : Early Mobilization, Perineum Rupture
PENDAHULUAN
Penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing secepat mungkin untuk berjalan (Manuaba, IBG 2010). Akibat tidak melakukan mobilisasi dini dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi. Salah satu tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh, perdarahan abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uterus akan keras, maka risiko perdarahan abnormal dapat
2 yaitu budaya makan atau pola konsumsi memengaruhi kecepatan kesembuhan luka perineum (Manuaba, IBG 2010) .
Luka perenium di definisikan sebagai adanya robekan jalan lahir maupun karena episiotomi pada saat melahirkan janin. Robekan pereniun terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada perslinan berikutnya. Perenium adalah merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul, yang terletak antara vulva dan anus. Perenium terdiri dari otot dan fascia urogenetalis seta diafragma pelvis (Winkjosastro,H 2007).
Setelah kelahiran, vagina dan perineum tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pasca partum. Ruang vagina selalu sedikit lebih besar dari pada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi, latihan pengencangan otot perineum akan mengembalikan tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan setiap hari (Saleha,S 2010).
AKI (Angka Kematian Ibu) pada tahun 2010 menurut WHO adalah 287/100.000 kealhiran hidup, di negara maju 9/100.000 kelahiran hidup dan di negara berkembang 600/100.000 kelahiran hidup. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai AKI yanh lebih tinggi di banding negar –negara ASEAN. Data dari WHO (2014) menyebutkan bahwa angka kejadian Ruptur Pereneium di Indonesia adalah 67,2%, meningkat dari tahun sebelum nya yaitu 60% pada tahun 2013 (WHO, 2014).
Dari Negara-negara ASEAN seperti Thailand pada tahun 2013 menyebutkan 644/1000 persalinan tanpa luka ruptur perenium, di Malaysia 572/1000 persalinan tanpa luka ruptur perenium, dan Singapura 408 / 1000 persalinan tanpa ruptur perenium. (WHO, 2015).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Tahun 2007 sebesar 228/100.00 kelahiran hidup, sedangkan sasaran maternal 2010 adalah 125/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan adalah perdarahan 28%, eklampsi 24%, infeksi 23%, partus lama 5%, dan abortus 5% (Depkes RI, 2010).
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2007 masih cukup tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup masih jauh diatas rata-rata jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Provinsi Kalimantan Selatan terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun, dari jumlah kematian ibu presentasi penyebab kematiannya yaitu perdarahan 35%, preeklamsia-eklamsia 25%, infeksi 12%, persalinan lama 12%, dan sebab lain 13 % termasuk letak sungsang (Depkes Prov Kal-Sel, 2012).
Data dari Kabupaten Tanah Bumbu kejadian partus dengan luka ruptur perineum pada tahun 2013 ada 74 ibu (32,1%). Data dari Dinkes tanah bumbu kejadian luka ruptur perineum yang di dapat pada tahun 2014 (Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu, 2014).
3 182 ibu (42,9%), ibu bersalin dengan luka ruptur perineum adalah sebanyak 104 ibu (57,1%) angka kejadian rupture perineum masih cukup tinggi (Rumah Sakit Bersalin Paradise, 2015).
Masalah ibu melahirkan dengan luka ruptur perineum sampai saat ini perlu di perhatikan karena dapat menyebabkan disfungsi organ reproduksi wanita, sebagai sumber perdarahan dan jalan keluar masuk nya infeksi yang kemudian menyebabkan kematian karena perdarahan atau sepsis (Manuaba, IBG 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka rupture perineum adalah mobilisasi dini, pola makan, dan personal hygiene (Nasution, 2007).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Mobilisasi Dini dengan proses Penyembuhan Luka Rupture Perineum pada fase proliferasi ibu post partum di Rumah Sakit Bersalin Paradise Kabupaten Tanah Bumbu.
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Bersali Paradise Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Proses penelitian dilakukan mulai dari bulan Juni sampai bulan September 2016.
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti ingin mengetahui hubungan variabel independent dengan variabel dependent, peneliti mengambil pendekatan cross sectional karena dari kedua variabel dilakukan pada waktu yang sama dan waktu peneliti dalam melakukan penelitian sangat terbatas. Berdasarkan sumber data termasuk penelitan primer.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum dari bulan Juni sampai bulan Juli ada 40 ibu post partum
yang mengalami luka rupture perineum di Rumah Sakit Bersalin Paradise Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2016. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara accidental Sampling dengan menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Adapun instrumen untuk Mobiisasi dini yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, dan untuk proses penyembuhan luka mnggunakan observasi langsung.
Analisis penelitian terdiri dari uji validitas, reliabilitas dengan menggunakan Distribusi Nilai rtabel Signifikansi 5% dan untuk menguji hipotesis menggunakan uji statistic Chi Square yang terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi melakukan Mobilisasi Dini di Rumah Sakit Bersalin Paradise Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.
No Kategori mobilisasi
dini
Frekuensi (orang)
Presentase (%)
1.
2.
Tidak Melakukan
Melakukan
18
22
45
55
Total 40 100
Sumber : Data RSB Paradise
4 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Proses Penyembuhan Luka rupture perineum Pada Fase Proliferasi Ibu di Rumah Sakit Bersalin Paradise Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.
N
Sumber : Data RSB Paradise
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa ibu nifas di RSB paradise hampir setengahnya (40%) dari responden yang termasuk proses penyembuhan luka rupture perineum pada fase proliferasi yang tidak sembuh dan sebagian besar (60%) dari responden yang termasuk penyembuhan luka rupture perineum pada fase proliferasi yang sembuh.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Mobilisasi Dini dengan Kejadian Proses Penyembuhan Luka Ruptur Perineum pada fase proliferasi di RSB
Hasil analisis Hubungan Antara Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka Rupture Perineum pada fase proliferasi di RSB Paradise Tanah Bumbu di peroleh bahwa hampir seluruhnya (77,8%) dari responden adalah kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini yang proses penyembuhan lukanya tidak sembuh pada fase proliferasi, dan sebagian kecil (22,2%) dari responden yang tidak melakukan mobilisasi dini yang proses penyembuhan lukanya sembuh pada fase proliferasi. Sedangkan kelompok yang melakukan mobilisasi dini sebagian kecil (9,1%) dari responden proses penyembuhan lukanya tidak sembuh pada fase proliferasi dan hampir seluhnya (90,9%) dari responden proses penyembuhan lukanya sembuh pada fase proliferasi.hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang sangat erat Hubungan Antara Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka Rupture Perineum pada fase proliferasi.
Dari hasil uji statistik menggunakan Uji Chi-Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,000. Jika p value = 0,000 maka p lebih kecil dari alpha (p< 0,05) jadi H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan dari uji tersebut adalah menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat Hubungan antara mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka rupture perineum pada fase proliferasi
PEMBAHASAN
5 Mobilisasi dini merupakan aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari kedua definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi mengacu kepada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan mobilisasi mengacu pada ketidak mampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkat imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada diantara rentang mobilisasi, tetapi pada klien lain berada pada kondisi mobilisasi mutlak berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Carpenito, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui sebagian besar (55%) dari responden adalah kelompok yang melakukan mobilsasi dini di Rumah Sakit Bersalin Paradise Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.
Proses penyembuhan merupakan reaksi dari jaringan untuk memulihkan diri dan segera melakukan fungsinya kembali bahwa sifat penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasi bergantung pada lokasi, keparahan dan luasnya cedera. Sedangkan untuk mencapai tahap kesembuhan ada beberapa fase yang harus dilewati yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan maturasi. Kesemua tahap tersebut harus dilewati dengan sempurna, dengan rentang waktu yang relatif berbeda tegantung dari berbagai hal. Kecepatan penyembuhan luka dapat dihambat oleh faktor antara lain usia, malnutrisi, obesitas, gangguan oksigenasi, merokok, obat-obatan, diabetes, radiasi , stress luka persona hygiene ibu (Johnson, 2005).
Untuk mempercepat penyembuhan luka sebaiknya dijaga agar tidak terkena air dan lembab. Untuk itu penderita disarankan tidak mandi, cukup menyeka. Tidak sedikit penderita kanker yang menderita luka karena berbagai sebab:bekas operasi, efek radiasi, terlalu lama berbaring, terjatuh atau pertumbuhan sel-sel kanker sampai keluar kulit. Sebagian diantaranya merupakan luka kronis yang tidak sembuh dlam waktu 14 hari. Supaya tidak menimbulkan infeksi dan menjadi semakin parah, luka memerlukan perawatan khusus (Ismail, 2008).
Hasil analisis Hubungan Antara Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka Rupture Perineum pada fase proliferasi di RSB Paradise Tanah Bumbu di peroleh bahwa hampir seluruhnya adalah kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini yang proses penyembuhan lukanya tidak sembuh pada fase proliferasi, dan sebagian kecil yang tidak melakukan mobilisasi dini yang proses penyembuhan lukanya sembuh pada fase proliferasi. Sedangkan kelompok yang melakukan mobilisasi dini sebagian kecil proses penyembuhan lukanya tidak sembuh pada fase proliferasi dan hampir seluhnya proses penyembuhan lukanya sembuh pada fase proliferasi.hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang sangat erat Hubungan Antara Mobilisasi Dini dengan Proses Penyembuhan Luka Rupture Perineum pada fase proliferasi.
Mobilisasi atau di sebut juga early ambulation adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagainya di samping kemampuan menggerakan eksremitas atas dalam 24 – 48 jam post partum
( Sulistyawati, 2007 ).
6 bahwa sifat penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasi bergantung pada lokasi, keparahan dan luasnya cedera. Sedangkan untuk mencapai tahap kesembuhan ada beberapa fase yang harus dilewati yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan maturasi. Kesemua tahap tersebut harus dilewati dengan sempurna, dengan rentang waktu yang relatif berbeda tegantung dari berbagai hal. Kecepatan penyembuhan luka dapat dihambat oleh faktor antara lain usia, malnutrisi, obesitas, gangguan oksigenasi, merokok, obat-obatan, diabetes, radiasi, stres, personal hygiene ibu (Johnson, 2005). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi, S (2013) dengan judul Hubungan antara mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka rupture perineum pada ibu post partum di seluruh wilayah kerja puskesmas singosari kabupaten malang dengan uji chi square.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nabila, A (2013) dengan judul Hubungan antara pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka rupture perineum fase proliferasi pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas jenggot kota pekalongan dengan uji chi square.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putri, A (2014) dengan judul Hubungan antara mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka rupture perineum pada fase proliferasi ibu nifas di RSUD Wonosari gunung kidul dengan uji chi square.
Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Henniari (2010), dengan judul Description of the factors that influence early mobilization after sectio Caesaria, di duga ada hubungan yang bemakna antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka pasca seksio caesaria, karna pada penelitian ini telah di uji denagan uji chi square.
Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Leenskjold S (2015), dengan
judul Manual protection of the perineum reduces the risk of obstetric anal sphincter ruptures, di duga ada hubungan yang bermakna antara perlindungan perineum untuk mengurangi resiko ruptur pada sfingter ani, karna pada penelitian ini telah di iju dengan chi square.
Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Diepenhorst (2012), dengan judul Obstetric rupture of the rectovaginal septum and sphincter complex despite an intact perineum: report of three cases di duga ada hubungan yang bermakna antara robekan dari rectovaginal dan sfingter meskipun perineum nya utuh karna pada penelitian ini telah di iju dengan chi square.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Bersalin Paradise Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu:
7 SARAN
1. Bagi RS besalin Paradise
Diharapkan agar petugas rumah sakit mampu menagani kasus rupture perineum dengan cepat dan tepat dengan intervensi sesuai dan tetap memperhatikan prinsip asuhan sayang ibu
2. Bagi Tenaga Kesehatan RSB Paradise
petugas kesehatan hendaknya dapat memberikan Komunikasi Informasi Edukasi kepada ibu post partum pentingnya mobilisasi dini juga bagaimana cara menjaga dan merawat luka rupture perineum. 3. Bagi Organisasi IBI
Diharapkan semoga program-program kesehatan akan lebih baik lagi kedepannya terutama di bidang “Kebidanan” melalui oraganisasi IBI dan dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam memberikan Komunikasi Informasi Edukasi kepada ibu post partum bagaimana menjaga dan merawat luka rupture perineum.
4. Bagi Dinas Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan khususnya pegawai kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya mobilisasi dini dalam proses penyembuhan luka rupture perineum.
5. Bagi Responden
Diharapkan agar dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya Mobilisasi dini bagi proses penyembuhan luka rupture perineum.
6. Bagi Institusi Stikes Darul Azhar Batulicin
Diharapkan agar menambah koleksi buku kesehatan edisi terbaru untuk mempermudah mencari
referensi untuk pembuatan tugas maupun Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
7. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar dapat menjadikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dalam melaksanakan fungsi bidan sebagai peneliti. Agar hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri tentang mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka rupture perineum pada fase proliferasi.
8. Bagi Pembaca
Diharapkan agar hasil penelitian ini untuk bahan belajar dan menambah wawasan serta selalu melakukan mobilisasi dini untuk proses penyambuhan luka rupture perineum pada fase proliferasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia: Aplikasi dan proses keperawatan. salmba medika. Jakarta Dinas Kesehatan (2014). Data Postpartum.
Kabupaten tanah Bumbu
Dewi, Susilowati (2013). Hubungan mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka rupture perineum pada ibu post partum di seluruh wilayah kerja Puskesmas Singosari Kabupaten Malang. KTI D III Kebidanan Poltekes Surakarta
8 Diepenhorst GM1, van Buijtenen JM,
Renckens CN, Sonneveld DJ (2012). Obstetric rupture of the rectovaginal septum and sphincter complex despite an intact perineum: report of three cases. 31 Mei 2016, dari www.pubmed.com
Henniari (2010) Description of the factors that influence early mobilization after sectio Caesaria. Diakses pada tanggal 31 Mei 2016, dari www.pubmed.com
Ismail (2008). Konsep Penyembuhan Luka. Bina Pustaka. Jakarta
Johnson, Ruth (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Salemba. Jakarta
Leenskjold S1, Høj L, Pirhonen J.(2015). Manual protection of the perineum reduces the risk of obstetric anal sphincter ruptures. Diakses pada tanggal 31 Mei 2016, dari www.pubmed.com
Manuaba Ida Bagus Gde (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk pendidikan Bidan. Bina Pustaka. Jakarta
Nabila, Azzahra (2013). Hubungan antara pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka rupture perineum fase proliferasi pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas jenggot kota pekalongan. KTI D III kebidanan Nasution (2007). Sinopsis Obstetri : Obstetri
Fisiologi, Obstetri Patologi. EGC. Jakarta
Putri, Anggraini (2013). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan mobilisasi dini ibu post partum dengan proses penyembuhan luka rupture perineum di RSUD Wonosari gunung kidul. KTI D III Kebidanan
Rumah Sakit Bersalin Paradise (2015). Data Sekunder. Rumah Sakit Bersalin Paradise.
Saleha, Sitti (2010). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Salemba. Jakarta World Health Organization. (2014).
Bascommetro. Diakses pada tanggal 05 Mei 2016, dari http://www.bascometro.com/2014/12 /angka-kematian-ibu-untuk-tahun-2014.html
. (2015). Bascommetro. Diakses pada tanggal 05 Mei 2016, dari http://www.bascometro.com/2015/12 /angka-kematian-ibu-untuk-tahun-2015.html