• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP NU 06 Kedungsuren Kec. Kaliwungu Kab.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP NU 06 Kedungsuren Kec. Kaliwungu Kab. "

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

11 2.1 Manajemen Pendidikan

Suatu lembaga pendidikan, baik itu formal maupun non formal hendaknya memiliki suatu manajemen yang baik yang biasa disebut dengan istilah manajemen pendidikan. Dalam suatu proses, pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: dana, fasilitas, lingkungan sekolah, kurikulum, guru, peserta didik dan lain-lain. Semua faktor tersebut saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya.

Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah alat-alat yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Unsur manajemen dalam pendidikan merupakan penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam bidang pendidikan. Manajemen pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan yang dikaitkan dengan bidang pendidikan.

(2)

mencapai tujuan pendidikan. Manajemen dalam lingkungan pendidikan adalah mendayagunakan berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.

Unsur-unsur manajemen dalam pendidikan pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan unsur manajemen pada umumnya. Tony Bush (2000:4), memberikan pengertian manajemen pendidikan

sebagai berikut: “Educational management is a field of study and practice concerned with the operation of educational organizations.” Manajemen pendidikan adalah studi lapangan dan praktek yang bersamaan dengan operasional organisasi pendidikan.

Menurut B. Suryobroto (2004:16) manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerjasama untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dari yang sederhana sifatnya sampai dengan yang kompleks, tergantung dari ruang lingkup dan tingkat pendidikan yang dimaksud. Apabila tujuan itu kompleks maka cara pencapaiannya menjadi kompleks juga, sehingga dalam mencapai tujuannya tidak dapat diselesaikan sendiri, tetapi harus melalui kerjasama dengan pihak lain.

(3)

bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu pengembangan kepribadian dan kemampuan mengaktualisasikan potensi peserta didik. Berdasar prosesnya manajemen pendidikan harus dilandasi sifat edukatif yang berkenaan dengan unsur manusia yang tidak semata-mata dilandasi prinsip efektivitas dan efisiensi melainkan juga harus dilandasi dengan prinsip mendidik. Berdasar orientasinya, manajemen pendidikan diorientasikan atau dipusatkan kepada peserta didik.

(4)

efektif dan efesien. Keberhasilan akan terlihat jika tujuan yang telah ditetapkan lebih banyak tercapai secara efektif dan efesien.

2.1.1. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan Pada dasarnya sebagaimana yang diuraikan sebelumnya, manajemen pendidikan adalah alat-alat untuk mencapai tujuan pendidikan melalui pengelolaan atau pengaturan dalam bidang pendidikan, sedangkan bidang garapan manajemen pendidikan itu meliputi semua kegiatan yang merupakan sarana penunjang proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan menurut Husaini Usman (2006:11), sebagai proses atau disebut juga sebagai fungsi manajemen pendidikan adalah:

a. perencanaan; b. pengorganisasian;

c. pengarahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi dan negoisasi, serta pengembangan organisasi); d. pengendalian meliputi pemantauan (monitoring),

penilaian, dan pelaporan. Monitoring dan evaluasi sering disingkat ME atau Monev.

(5)

Sejalan dengan ruang lingkup manajemen pendidikan yang diuraikan oleh Husaini Usman di atas, penulis akan membandingkannya dengan pendapat-pendapat para ahli yang menyebutkannya dengan istilah bidang garapan manajemen pendidikan. Menurut Mulyasa (2002:20), fungsi manajemen sekolah merupakan kegiatan kelompok orang yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan. Dalam implementasinya merupakan suatu proses yang saling berkesinambungan.

Danim (2010:46), mendiskripsikan bahwa manajemen sekolah merupakan kegiatan kelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dengan mengembangkan sumber daya sekolah melalui reformasi kemandirian tata kelola keuangan sekolah, pemberdayaan masyarakat, penyediaan sarana prasarana pembelajaran, penentuan substansi kurikulum sekolah dan muatan lokal.

(6)

merupakan kajian yang akan digunakan untuk meneliti mengenai manajemen pengelolaan pendidikan formal yang dikelola oleh Yayasan Pondok pesantren Al Ulya, yang terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al Ulya.

2.2. Sistem Pendidikan Pesantren

Unsur-unsur suatu sistem pendidikan selain terdiri atas para pelaku yang merupakan unsur organik, juga terdiri atas unsur-unsur anorganik lainnya, berupa: dana, sarana dan alat-alat pendidikan lainnya; baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Hubungan antara nilai-nilai dan unsur-unsur dalam suatu sistem pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan satu dari yang lain, bagaikan ”gula

dengan manisnya”.

(7)

2.2.1. Unsur-unsur Pesantren

Secara tradisi, sebuah institusi pendidikan Islam dapat disebut "pesantren" kalau ia memiliki elemen-elemen utama yang lazim dikenal di dunia pesantren bahwa pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren. Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang Guru yang lebih dikenal dengan sebutan

”kyai”. Pondok merupakan unsur yang penting dari sebuah pesantren. Istilah ”pondok” diambil dari bahasa Arab ”funduq”, yang artinya ruang tidur. Dalam dunia pesantren, pondok merupakan unsur penting karena fungsinya sebagai tempat tinggal atau asrama santri, sekaligus untuk membedakan apakah lembaga tersebut layak dinamakan pesantren atau tidak.

Selanjutnya unsur yang kedua dari sebuah pesantren adalah masjid. Masjid merupakan tempat yang sentral bagi sebuah pesantren. Pada pesantren tertentu, masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah, akan tetapi juga digunakan untuk kegiatan pengajian. Di lingkungan pesantren, masjid memang bukan satu-satunya bangunan, karena di sekitarnya masih ada atau banyak lagi bangunan yang lain. Misalnya; gedung sekolah, koperasi santri, dan bangunan lainnya.

(8)

tidak memiliki santri. Menurut tradisi pesantren, santri dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (a) santri mukim; murid-murid yang datangnya berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren, (b) santri kalong; murid-murid yang berasal dari desa-desa atau daerah sekeliling pesantren dan biasanya tidak menetap di pesantren.

Pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) merupakan inti dari kegiatan keagamaan di pesantren. Pada umumnya kepandaian seorang santri diukur dari kemampuannya membaca dan menjelaskan isi kandungan dari kitab kuning, oleh karena itu agar bisa membaca dan memahami suatu kitab dengan benar, seorang santri dituntut terlebih dahulu untuk mempelajari dan mengerti dengan baik ilmu-ilmu alat (pendukungnya) seperti nahwu, sharaf, balaghah, ma’ani, bayan dan lain sebagainya.

(9)

2.2.2. Tipologi Pesantren

Sulthon Masthud mengatakan (2004:5), sejak tahun 1970-an bentuk-bentuk pendidikan yang diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervariasi. Bentuk-bentuk pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yakni: (1) pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA dan PT Agama Islam) maupun yang juga memiliki sekolah umum (SD, SMP, SMU dan PT Umum), seperti Pesantren Tebuireng Jombang dan Pesantren Syafi’iyyah Jakarta; (2) pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional, Seperti Pesantren Gontor Ponorogo dan Darul Rahman Jakarta; (3) pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk Madrasah Diniyah (MD), seperti Pesantren Lirboyo Kediri dan Pesantren Tegalrejo Magelang; dan (4) pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian.

(10)

pesantren yang sudah mempunyai madrasah dan kurikulum tertentu dan pengajaran dari kyai pada waktu-waktu yang ditentukan dan santri bertempat tinggal di tempat tersebut. Kemudian pesantren tipe C yaitu pesantren yang hanya semata-mata sebagai asrama. Para santri belajar di madrasah-madrasah atau sekolah-sekolah umum, dan kyai sebagai pengawas dan pembinaan mental.

(11)

dimana kerangka yang dikembangkannya berwujud pesantren dengan menyediakan kompleks pemondokan yang memadai, sedangkan muatan pendidikannya bertolak dari kurikulum pendidikan madrasah atau sekolah formal. Kelima, model pendidikan yang dikembangkan lembaga-lembaga pendidikan elit dengan wujud sekolah tetapi dimodel dalam bentuk pesantren (boarding school) atau sekolah berasrama. Dengan sendirinya pula, kurikulum pendidikan mengacu pada progam formal karena memang mempersiapkan lulusannya untuk memasuki dunia pendidikan formal yang lebih tinggi.

2.3. Menejemen Sekolah Berbasis pondok Pesantren

(12)

Setiap organisasi termasuk pendidikan pondok pesantren memiliki aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Dengan pengetahuan manajemen pengelola pondok pesantren bisa mengangkat dan menerapkan prinsip-prinsip dasar serta ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an dan Hadis kedalam kembaga tersebut. Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan abad ke-19 dewasa ini sangat populer bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola perusahaan atau lembaga pendidikan tak terkecuali lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren maka hanya dengan manajemen lembaga pendidikan pesantren diharapkan dapat berkembang sesuai harapan karena itu manajemen merupakan sebuah niscaya bagi lembaga pendidikan Islam atau pesantren untuk mengembangkan lembaga ke arah yang lebih baik.

Abudin Nata (2003:43), menyebutkan dewasa ini pendidikan islam terus dihadapkan pada berbagai problema yang kian kompleks karena itu upaya berbenah diri melalui penataan SDM peningkatan kompetensi dan penguatan institusi mutlak harus dilakukan dan semua itu mustahil tanpa manajemen yang profesional.

(13)

guru dan murid metodologi pembelajaran sarana prasarana evaluasi pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai komponen ini karena dilakukan tanpa perencanaan konsep yang matang-seringkali berjalan apa adanya alami dan tradisional akibat mutu pendidikan Islam acapkali menunjukkan keadaan yang kurang membanggakan.

Al-Qur’an dan Hadits yang notabene

merupakan landasan dan dasar pendidikan Islam saat ini belum benar-benar digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini diakibatkan oleh minim pakar di Indonesia yang secara khusus mendalami pemahaman kedua sumber tersebut dalam perspektif pendidikan Islam. Ummat Islam belum banyak mengetahui tentang isi kandungan Quran dan Al-Sunnah yang berhubungan dengan pendidikan secara baik. Akibat proses pendidikan Islam belum berjalan diatas landasan dan dasar ajaran Islam itu sendiri.

(14)

kompleks. Konsekwensi lebih lanjut lulusan pendidikan Islam semakin terpinggirkan dan tak berdaya ini merupakan masalah besar yang perlu segera diatasi lebih-lebih dalam dunia persaingan yang kian kompetitif dan mengglobal. Problema ini kian diperparah oleh tak tersedia tenaga pendidik Islam yang profesional yaitu tenaga pendidik yang selain menguasai materi ilmu yang diajarkan secara baik dan benar juga harus mampu mengajarkan secara efektif dan efisien kepada para siswa serta harus pula memiliki idealisme.

Manajemen yang dimaksud disini adalah kegiatan seseorang dalam mengatur organisasi lembaga atau perusahaan yang bersifat manusia maupun non manusia sehingga tujuan organisasi sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Bertolak dari rumusan ini terdapat beberapa unsur yang inheren dalam manajemen antara lain:

1. Unsur proses arti seorang manejer dalam menjalankan tugas manajerial harus mengikuti prinsip graduasi yang berkelanjutan.

2. Unsur penataan arti dalam proses manajemen prinsip utama adalah semangat mengelola mengatur dan menata.

3. Unsur implementasi arti setelah diatur dan ditata dengan baik perlu dilaksanakan secara profesional.

(15)

5. Unsur tujuan yang harus dicapai tujuan yang ada harus disepakati oleh keseluruhan anggota organisasi. Hal ini agar semua sumber daya manusia mempunyai tujuan yang sama dan selalu berusaha untuk mensukseskannya. Dengan demikian tujuan yang ada dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas dalam organisasi.

6. Unsur efektifitas dan efisiensi. Arti tujuan yang ditetapkan diusahakan tercapai secara efektif dan efisien.

Manajemen Pendidikan Pesantren adalah aktivitas memadukan sumber-sumber Pendidikan Pesantren agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan Pendidikan Pesantren yang telah ditentukan sebelum, dengan kata lain manajemen Pendidikan merupakan mobilisasi segala sumberdaya Pendidikan Pesantren untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Maka manajemen Pendidikan Pesantren hakekat adalah suatu proses penataan dan pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang melibatkan sumber daya manusia dan non manusia dalam menggerakkan mencapai tujuan Pendidikan

(16)

yang berhasil mencapai tujuan tetapi melalui penghamburan baik, tenaga, waktu maupun biaya.

Seorang manajer tak hanya memanfaatkan tenaga bawahan yang sudah ahli atau trampil demi kelancaran organisasi yang dia pimpin saja tetapi juga memberikan kesempatan pada bawahan agar mereka dapat meningkatkan keahlian atau ketrampilannya. Manajer pendidikan pesantren pada umum hanya tahu apa tugas mereka agar proses pendidikan dapat berlangsung konstan tetapi acapkali mereka kurang mampu mengantisipasi secara akurat perubahan yang bakal terjadi di masyarakat pada umum dan dalam dunia pendidikan Islam khususnya. Akibat mereka hanya tenggelam dalam tugas-tugas rutin organisasi keseharian tetapi sangat sulit melakukan inovasi progresif dan memungkinkan dicapai tujuan organisasi secara lebih improve dan membanggakan.

(17)

menyatakan bahwa managemen sangat terkait erat dengan persoalan kepemimpinan. Karena managemen dari segi etimologi yang berasal dari sebuah kata manage atau manus (latin) yang berarti memimpin menangani mengatur dan membimbing. Dengan demikian pengertian managemen dapat diartikan sebagai sebuah proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan juga pengawasan. Ini semua juga dilakukan untuk menentukan atau juga untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lainnya.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa managemen adalah ilmu aplikatif dimana jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan meliputi beberapa hal: Pleaning, organizing, actuating, controling. Berdasarkan empat hirarki tersebut managemen dapat bergerak tentu hal itu juga bergantung tingkat kepemimpinan seorang manager.

(18)

kegiatan-kegiatan teknis pesantren belum mampu mengolah apalagi dalam soal melaksanakan konsep yang disusun berdasarkan pertimbangan rasional. Kendati bersifat gradual dalam beberapa tahun terakhir di lembaga pendidikan pesantren telah dilakukan berbagai pembaharuan di bidang manajemen sebagai jawaban atas tuntutan demokratisasi global salah satu bentuk adalah model manajemen demokratis yang berbasis kultural dari oleh dan untuk peserta didik (DOUP) dalam konteks ini terjadi rekonstruksi dari yang top down menjadi button up dari yang doktrimal menjadi demokratik dari yang menyeramkan menjadi menyenangkan.

(19)

Dari sisi managemen kelembagaan di pesantren saat ini telah terjadi perubahan mendasar yakni dari kepeminpinan yang sentralistik hirarkis dan cenderung singgle fighter berubah menjadi model managemen kolektif seperti model yayasan.

Sejati manajemen berhubungan erat degan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia dalam organisasi atau lembaga pendidikan Islam dengan cara yang sebaik mungkin. Manajemen bukan hanya mengatur tempat melainkan juga mengatur orang per orang dalam mengatur orang tentu diperlukan seni atau kiat agar tiap orang yang bekerja dapat menikmati pekerjaan mereka.

(20)

lebih mencintai dan meridhoi kebenaran yang diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapi terencana dan teratur (asshaff:4). Setelah perencanaan dilanjutkan dengan pengorganisasian yakni proses penataan pengelompokan dan pendistribusian tugas tanggung jawab dan wewenang kepada semua perangkat yang dimiliki menjadi kolektifitas yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan team work dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efesien. Dalam Qs. (6:132), ditegaskan bahwa “Setiap orang mempunyai tingkatan menurut pekerjaan

masing-masing” Sewaktu Rasulullah membentuk atribut-aribut negara dalam kedudukan beliau sebagai pemegang kekuasaan tertinggi beliau membentuk organisasi yang didalam terlibat para sahabat beliau yang beliau tempatkan pada kedudukan menurut kecakapan dan ilmu masing-masing. Tidak dapat dipungkiri bahwa Rasulullah adalah seorang organisatoris ulung administrator yang jenius dan pendidik yang baik yang menjadi panutan karena itu beliau disebut sebagai panutan yang baik (uswatun hasanah).

Setelah planning dan organizing dalam siklus manajemen pendidikan Islam dilanjutkan dengan actuating yakni proses menggerakkan atau merangsang anggota anggota kelompok untuk melaksanakan tugas mereka masing masing dengan kemauan baik dan antusias.

(21)
(22)

efektif dan bermakna dalam arti bebas dari prasangka negatif dan dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna al hasil tujuan pengawasan pendidikan Islam haruslah konstruktif yakni benar-benar untuk memperbaiki meningkatkan efektifitas dan efisiensi.

2.4. Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Pondok Pesantren

1) Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.

2) Konsep pengembangan manajemen pondok pesantren harus lebih akomodatif terhadap perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut harus dilapisi dengan profesionalisme yang memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi yang ideal dan utuh yaitu idealisme-profesionalisme.

3) Menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan, bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern.

4) Misi pesantren yang sesuai dengan filosofis pendidikan Islam dan yang sudah dijelaskan diatas. 5) Kurikulumnya, Sistem Pengajarannya dan Sistem

(23)

6) Pada esensinya dakwah yang di lakukan kiai sebagai medium transformasi sosial melalui pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah yang dilakukan kiai sebagai medium transformasi sosial keagamaan itu di orientasikan kepada output dan input pemberdayaaan salah satunya aspek kongnitif masyarakat.

1. Output yang diharapkan

Output pondok pesantren harus memiliki prestasi pondok pesantren yang dihasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran serta manajemen di pondok pesantren.

Output pondok pesantren dikelompokan menjadi empat macam:

a. Output berupa prestasi penggetahuan akademik keagamaan.

b. Output berupa prestasi penggetahuan akademik umum.

c. Output berupa prestasi keterampilan atau kecakapan hidup.

d. Output berupa prestasi dalam bidang non akademik.

2. Input podok pesantren

Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif diantaranya adalah memiliki input dengan karakteristik sebagai berikut.

a. Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas

b. Sumber daya tersedia dan siap.

(24)

d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.

e. Focus pada pelanggan khususnya para santri.

f. Adanya input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda pondok pesantren.

2.5. Pendekatan

Manajemen di dalam sebuah organisasi sangat diperlukan, tidak terkecuali pada sebuah lembaga pendidikan, karena memang diantara keduanya memiliki hubungan yang erat. Dikatakan pula bahwa manajemen sebagai sub sistem kunci dalam suatu organisasi dan merupakan kekuatan vital yang menghubungkan sub sistem lainnya. Adapun pendekatan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif yang mengacu pada teori manajemen pendidikan formal dan manajemen pendidikan pesantren. Hal ini dilakukan agar dalam menganalisis data dan informasi terkait penelitian yang dilakukan tidak keluar dari kaidah.

(25)

bahwa sekolah secara keseluruhan akan mencapai tujuan yang optimal bukan hanya prestasi siswa melainkan juga prestasi sekolahannya. Prestasi yang dimaksud diperlukan sebagai upaya menciptakan situasi pendidikan di sekolah dengan pengintegrasian, penyelerasan dan penyederhanaan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Dengan mengoptimalisasikan penggunaan sarana prasarana, profesionalisme pendidik yang mendukung upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran yang kondusif. Sehingga tercipta iklim budaya pembelajaran yang sarat dengan nilai-nilai karakter luhur pendidikan.

Suharto (2011:15), mengemukaan bahwa pendidikan dilingkungan pesantren menciptakan dan mengembangkan kepribadian peserta didik yang beriman dan berakhlaq mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu pesantren harus menjadi pusat penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi juga penanaman, pemahaman, pengamalan ajaran agama. Frieda (2013:9), menjelaskan, bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang, mampu mengendalikan kesadaran emosi dirinya sendiri dan orang lain, serta mampu mengendalikan kemampuan tersebut untuk mencapai hasil yang diharapkan.

(26)

pesantren dapat membentuk siapa saja yang belajar dan diharapkan menjadi cikal bakal peserta didik yang unggul dengan penguatan nilai keagamaan serta akhlaq, berilmu pengetahuan, trampil serta mandiri dan mampu bersaing di era modern. Secara bertahap pendidikan berbasis pesantren dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Implementasi menejemen sekolah berbasis pesantren tidak hanya dituntut sebagai transfer ilmu akan tetapi juga mentransfer nilai-nilai luhur pendidikan dan pengamalan agama.

2.6. Indikator Peningkatan Manajemen Sekolah berbasis Pesantren

Direktorat Jenderal Pembinaan SMP, SMK (2012:14), menyatakan bahwa pemenuhan standar pengelolaan dalam proses pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan implementasi manajemen yang diterapkan yang terdapat dilembaga tersebut. Usman (2006:629), menjelaskan bahwa indikator implementasi manajemen sekolah akan berhasil apabila memiliki kemandirian, adanya kemitraan, partisipasi masyarakat, keterbukaan yang bertanggungjawab, dan

akuntabilitas yang dapat

(27)

manajemen kegiatan pembelajarannya dan partisipasi masyarakat.

Merujuk pada urain diatas maka indikator peningkatan implementasi manajemen sekolah pendidikan merupakan tranparansi manajemen, kepercayaan kegiatan sekolah diperlukan daya dukung sarana prasarana proses pendidikan yang memadai. Implementasinya mengacu pada standar pengelolaan pendidikan antara lain ketersediaan rencana kerja, dan rencana anggaran kerja yang disahkan oleh komite, pengasuh pesantren beserta kepala sekolah. Proses kegiatan belajar mengajar yang lebih aktif di dalam kelas, guru lebih bervariasi menggunakan metode mengajarnya. Peran serta masyarakat meliputi pertemuan orang tua dan komite yang lebih berkualitas, komunikasi pihak sekolah, pesantren dan komite selalu bersinergi serta keterlibatan tokoh masyarakat lebih intensif.

2.7. Kerangka berpikir

(28)

bertanggungjawab sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional.

Hasil pendidikan disekolah dapat ditentukan oleh upaya memberikan wahana dalam mengembangkan potensi peserta didik. Kemampuan para pendidik dan tenaga kependidikan, dengan menggunakan sarana prasarana yang optimal dan dapat mewujudkan situasi dan kondisi lingkungan sekolah serta pesantren yang kondusif dan proses pembelajaran yang nyaman. Syukur (2011:92), menjelaskan bahwa pesrta didik dapat belajar dengan nyaman, dengan membuat wahana terbaik sebagai tempat pembelajaran. Upaya menejemen sekolah membuat peserta didik dapat belajar dengan nyaman yang menghasilkasn pendidikan yang berkarakter.

Gambar kerangka dasar pemikiran

(29)

2.8. Kajian Riset terdahulu

Sejalan dengan permasalahan dalam

implementasi manajemen pendidikan formal

berbasis pesantren, Ummu Hanik (2013),

Manajemen Pengembangan Pendidikan Formal

Pesantren Sabilil Muttaqin (PSM) Takeran Magetan

Jawa Timur, di dalamnya membahas upaya PSM

dalam mempertahankan keberadaannya sebagai

sebuah lembaga pendidikan, menjelaskan model

manajemen yang dikembangkan PSM serta model

manajemen yang dipakai PSM dalam

mengembangkan pendidikan formalnya. Hasil

penelitian model pendidikan yang dikembangkan

PSM adalah model pendidikan yang memadukan

antara pendidikan pesantren dengan pendidikan

formal, dengan berlandaskan Risalah Qoidah yang

terdiri atas 9 qoidah dan nasehat luhur dari para

pemimpin pesantren. Dalam mengembangkan

pendidikan formalnya, PSM menggunakan model

manajemen yang berdasarkan sasaran (MBS) atau

management by Objectives (MBO).

Dalam penelitian Musarofah (2011) Manajemen

Pendidikan Berbasis Masyarakat: Tinjauan Historis

atas Pemberdayaan dan Pengembangan Pendidikan

Pesantren di Pondok Pesantren At-Tanwir

Bojonegoro, bahwa dalam penyelenggaraan

(30)

tersebut, adanya keterikatan secara informal antara

masyarakat dengan pesantren dalam bentuk

partisipasi tradisional dan ikatan emosional,

sehingga mempengaruhi pola hubungan perorangan

yang diakibatkan oleh perbedaan strata yang ada di

masyarakat. Dalam penelitiannya Musarofah tidak

banyak mengungkap output, karena keterbatasan

waktu penelitiannya.

Kemudian buku yang ditulis oleh Ainurrafiq

Dawam dan Ahmad Ta’arifin yang berjudul

Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Di dalamnya membahas tentang bagaimana penerapan kurikulum madrasah yang bernaung di bawah pesantren, pola kepemimpinan, pemberdayaan sumber daya manusia, cara mengorganisir siswa agar tidak berbenturan dengan kegiatan santri, dan hal-hal lain yang selama ini menjadi masalah madrasah yang menginduk pesantren.

Berdasar uraian diatas maka dianggap perlu

diadakan penelitian lebih lanjut implementasi

menejemen sekolah berbasis pondok pesantren di

Gambar

Gambar kerangka dasar pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

test Tes tulisan (UTS) Menjelaskan metodologi auditing yang meliputi desain pengujian pengendalian (test of control) dan pengujian substantif terhadap Siklus Penjualan

Pemanfaatan ruang sosial pada kampung Curug Sangereng yang merupakan permukiman enclave. lebih dominan memanfaatkan ruang luar dibandingkan dengan bangunan yang

A study was conducted to evaluate effects of replacing Processed Lupin Meal (PLM) for soybean meal (SBM) as protein ingredient on feed intake, body weight gain, egg production

Jika anda menyatukan antara pendapat mereka yang menyatakan tidak adanya ketetapan karakter, dengan pendapat mereka yang menyamakan se- mua tubuh dan perbuatan, dan bahwa manusia

Kesimpulan penelitian adalah aplikasi sericin pada permukaan HA meningkatkan jumlah perlekatan sel osteoblas dan konsentrasi pelapisan (0,01; 0,05; 0,1%) tidak

[r]

hati keperawatan dalam konteks yang lebih luas dari sejarah sosial.. Kanada.Sebagai perbandingan, pada tahun 1980-an, keilmuan

32 Presiden Bourguiba secara terang-terangan menyatakan bahwa “ide-ide yang berlaku di masa lampau, pada saat sekarang ternyata bertentangan dengan hati nurani