I. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian
4.1.1.Letak Geografis Desa Penelitian
Desa Batur merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya bertani. Di Desa Batur terdapat 2 golongan petani yaitu petani organik dan petani non organik. Jumlah penduduk Desa Batur sampai tahun 2014 adalah sebanyak 6.878 jiwa yang terdiri dari 3.633 laki-laki dan 3.235 perempuan dengan jumlah kepala keluarga 4.848 KK. Desa Batur secara administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa Batur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Sumogawe b. Sebelah Selatan : Gunung Merbabu c. Sebelah Barat : Desa Kopeng d. Sebalah Timur : Desa Tajuk
Secara geografis Desa Batur memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah sebagai berikut :
a. Jarak dari Pusat Kecamatan Getasan : 3 km b. Jarak dari Pusat Kabupaten Semarang : 30 km c. Jarak dari Pusat Provinsi Jawa Tengah : 35 km d. Jarak dari Pusat Ibu Kota Jakarta : 200 km
4.1.2.Keadaan Tanah dan Luas Penggunaan Lahan
Luas keseluruhan Desa Batur adalah 1081,750 Ha. jenis penggunaan lahan desa Batur dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Luas dan Penggunaan Lahan Desa Batur
Bentuk penggunaan lahan Luas (Ha) Persentase Pemukiman, bangunan umum
Sumber: Data Monografi Desa Batur, 2014
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa lahan di Desa Batur pada tahun 2014 masih banyak yang belum digunakan, masih menjadi milik negara. Namun pada tahun 2016 ini tanah negara tersebut sudah banyak dimiliki oleh penduduk Desa Batur dan digunakan untuk bercocok tanam menanam sayuran.
4.1.3.Keadaan Pertanian
Lokasi penelitian yaitu Desa Batur, jenis tanaman yang biasanya diusahakan petani adalah sawi sendok, selada hijau, selada merah, brokoli, seledri, daun bawang, dan masih ada banyak jenis sayuran lainnya. Para petani di Desa Batur menggunakan pola tanam tumpangsari agar dapat menghasilkan hasil panen yang berlimpah meskipun memiliki lahan yang tidak begitu luas. Menurut Paimin (1991) menyatakan bagi petani yang menanam sayuran sebagai penghasilan keluarga, pola tanam menggunakan tumpangsari memang menguntungkan. Dengan melakukan tumpangsari bersama tanaman lain dapat memberikan penghasilan bagi petani selama menunggu hasil sayuran lainnya. Pertanian di Desa Batur memiliki pola pergiliran usahatani yang cenderung tetap tiap tahunnya dan tanaman yang biasanya ditumpangsarikan adalah jagung, cabai, sawi sendok, selada hijau, selada merah dan masih banyak lainnya.
4.2. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini petani responden adalah petani yang melakukan budidaya sayuran secara organik yang bergabung di dalam kelompok tani Bangkit Merbabu. Selanjutnya untuk mengetahui karakteristik petani responden akan diuraikan berdasarkan tingkat pendidikan, usia, pendapatan dan luas lahan.
a. Tingkat Pendidikan
Menurut Widiarti (2010), pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pola pikir petani dalam menjalankan usahatani dan pengambilan keputusan dalam hal membudidayakan sayuran yang diproduksinya. Selain itu, pendidikan juga akan berpengaruh dalam penyerapan inovasi yang dapat diterapkan dalam kegiatan usahataninya.
Tabel 4.2 Petani berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat
Pendidikan Frekuensi Persentasi
Tidak Sekolah 0 0.0%
SD 4 8.9%
SMP 29 64.4%
SMA 8 17.8%
Perguruan Tinggi 4 8.9%
Jumlah 45 100%
Rata-rata SMP
Sumber: Data Primer (2016)
Tingkat pendidikan yang ditempuh petani akan memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang cara berpikir, penerimaan suatu informasi, maupun penilaian terhadap suatu masalah yang terjadi. Pada tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar petani memiliki pendidikan SMP sehingga tidaklah sulit bagi mereka untuk menerima informasi.
b. Usia
baru. Petani muda biasanya lebih mudah menerima hal-hal baru dari luar dirinya. Pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa usia petani rata-rata yaitu 44 - 51th dengan frekuensi 15 petani sehingga kemampuan bekerja dan menerima hal-hal baru diharapkan lebih baik dengan kriteria umur dibawah 50 th, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk petani yang memiliki usia diatas 50th mereka memiliki pengalaman lebih banyak hanya saja cara berfikir yang berbeda dalam hal penerimaan inovasi pertanian.
Tabel 4.3 Petani berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentasi
20 – 27 2 4,4%
28 – 35 5 11,1%
36 – 43 8 17,8%
44 – 51 15 33,4%
52 – 59 7 15,5%
60 – 66 8 17,8%
Jumlah 45 100%
Sumber: Data Primer (2016) c. Luas Lahan
Luas lahan usahatani berpengaruh positif terhadap produksi usahatani. Luas lahan dapat menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan rumah tangga petani.
Tabel 4.4 Petani beradasarkan Luas Lahan
Luas lahan (m2 ) Frekuensi Persentasi
200.0 - 1760.0 28 62.2%
1760.0 - 3320.0 10 22.2%
3320.0 - 4880.0 1 2.2%
4880.0 - 6440.0 4 8.9%
6440.0 -8000.0 2 4.4%
Jumlah 45 100%
Rata-rata 1949 m2
Pada tabel diatas diketahui kebanyakan petani memiliki luas lahan yang sempit yaitu 200 m2– 1760 m2 dengan jumlah responden terbanyak yaitu 28 petani, tetapi hal ini tidak mengecilkan hasil produksi mereka karena para petani di kelompok tani Bangkit Merbabu ini menanam sayuran dengan sistem tumpang sari, sehingga walaupun mereka memiliki lahan yang digolongkan sempit mereka masih dapat memenuhi kebutuhan pasar.
4.3. Kepuasan Petani dengan Kualitas Pelayanan Penyuluhan
Kelompok tani Bangkit Merbabu merupakan kelompok tani syauran organik yang mendapatkan penyuluhan serta pembinaan dari Dinas Pertanian. Penyuluhan yang didapatkan oleh kelompok tani Bangkit Merbabu ini tidak mendapatkan jadwal yang pasti dari Dinas Pertanian, oleh karena itu kelompok tani Bangkit Merbabu mengadakan pertemuan kelompok setiap minggunya untuk membahas permasalahan yang ada baik di lahan maupun mengenai penjualan. Kepuasan petani terhadap suatu jasa ditentukan oleh kepentingan petani. Pada hal ini kepuasan petani diukur menggunakan 5 indikator yaitu tangible, reliability, responsiveness, insurance dan
empathy.
4.3.1.Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas Pelayanan Penyuluhan dalam hal bukti fisik/nyata (Tangible)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dilihat dari kepuasan terhadap bukti fisik/nyata (tangible) dari penyuluh melalui tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Tangible)
No Tangible
1 Dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh
menggunakan alat peraga yang
memperjelas materi penyuluhan
5 6 15 13 6 2,8
2 Penyuluh selalu berpakaian rapi (sopan/
3 Kelengkapan ruangan penyuluhan alat bantu
seperti LCD dan proyektor sehingga
penyuluhan lebih menarik.
20 6 10 7 2 3,7
4 Penyuluh memberikan brosur atau materi
kepada petani saat menyampaikan
penyuluhan
22 10 10 3 0 4,1
Rata-rata skor total 3,6
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel distribusi diatas diketahui petani menilai penyuluhan yang mereka dapatkan dari segi fisik atau tangiblememiliki nilai yang cukup tinggi yaitu 3,6. Hal ini dikarenakan untuk setiap kegiatan penyuluhan, penyuluh selalu memakai peralatan seperti proyektor, dan brosur sehingga petani tidak bosan ketika kegiatan penyuluhan berlangsung.
4.3.2.Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas Pelayanan Penyuluhan dalam hal keandalan (Reliability)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari kepuasan terhadap keandalan (reliability) dari penyuluh melalui tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Reliability)
No Reliability
1 Penyuluh memberikan materi dengan jelas
dan mudah dimengerti 14 15 9 6 1 3,1
2 Bahasa yang digunakan penyuluh
merupakan bahasa Indonesia yang jelas dan
mudah dimengerti
15 21 3 5 1 3,4
3 Penyuluh mampu menjawab pertanyaan
dari peserta dengan sabar dan mudah
dimengerti
14 16 13 0 2 3,3
4 Materi yang disampaikan dengan
menggunakan peralatan atau media yang
menarik sehingga tidak membosankan
14 15 12 4 0 3
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel diatas rata-rata skor untuk kepuasan petani dalam hal keandalan penyuluh sebesar 3,2 dapat disimpulkan bahwa petani menilai keandalan penyuluh sudah baik atau sudah cukup puas, menurut hasil wawancara petani mengakui penyuluh yang hadir sangat membantu mereka karena menambah wawasan petani semakin luas walaupun sebagian kecil penyuluh yang datang terkadang masih belum bisa menjawab pertanyaan dari para petani tetapi walaupun demikian petani.
4.3.3.Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas Pelayanan Penyuluhan dalam hal merespon (Responsiveness)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari kepuasan terhadap respon (responsiveness) dari penyuluh melalui Tabel 4.7.
Berdasarkan Tabel 4.7 didapat nilai yang tinggi dari hasil respon penyuluh dengan rata-rata skor 3,9, hal ini sesuai dengan pernyataan petani dari hasil wawancara dimana mereka sangat puas terhadap respon penyuluh ketika melakukan tanya jawab karena penyuluh bersikap ramah terbukti dengan rata-rata skor tertinggi ada pada pernyataan pertama dan kedua selain itu menurut petani informasi yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan petani.
Tabel 4.7 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (responsiveness)
No Responsiveness
1 Penyuluh tanggap ketika peserta
mengajukan saran atau pertanyaan 24 6 9 6 0 4
2 Penyuluh berinteraksi secara aktif dengan
peserta sehingga terjadi timbal balik saat
penyuluhan
19 11 11 4 0 4
3 Penyuluh menangani masalah atau
keluhan yang dialami petani secara tepat 18 9 15 3 0 3.9
4 Penyuluh memberikan informasi yang
dibutuhkan petani secara tepat 13 15 13 4 0 3.8
Sumber: Data Primer (2016)
4.3.4.Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas Pelayanan Penyuluhan dalam hal jaminan (Assurance)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari kepuasan terhadap jaminan(Assurance) dari penyuluh melalui Tabel 4.8.
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan nilai skor rata-rata yang tinggi yang sebesar 4,06 dapat diartikan bahwa petani puas dengan cara penyampaian yang dilakukan penyuluh serta penyuluh juga dapat meyakinkan para petani dengan inovasi-inovasi baru mengenai pertanian organik.
Tabel 4.8 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Assurance)
No Assurance
1 Penyuluh mampu meyakinkan peserta
dengan materi mengenai inovasi baru
dalam pertanian
14 18 12 1 0 4
2 Penyuluh yang datang memiliki
kemampuan kompetensi dan professional
dalam melayani peserta
17 15 9 3 1 3.9
3 Penyuluh memberikan rasa percaya
kepada petani untuk menangani masalah
yang dihadapi petani
4 Penyuluh selalu bersikap sopan dan sabar
kepada petani 24 6 13 2 0 4.1
Rata-rata skor total 4.06
Sumber data primer : 2016
4.3.5.Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani terhadap Kualitas Pelayanan Penyuluhan dalam hal empati (Emphaty)
Kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan dapat dilihat dari kepuasan terhadap empati (emphaty) penyuluh melalui tabel berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan Petani (Emphaty)
No Empathy
1 Penyuluh memberikan perhatian secara
individu kepada anda 8 13 18 6 0 3.5
2 Penyuluh mampu menjalin hubungan yang
baik dengan peserta 12 18 10 3 2 3.7
3 Penyuluh mampu berkomunikasi dengan
baik dengan petani 13 18 8 4 2 3.8
4 Penyuluh mampu melayani peserta dengan
penuh perhatian 12 20 10 3 0 3.9
Rata-rata skor total 3.7
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai rata-rata skor yang tinggi sebesar 3,7 yang dapat menyatakan bahwa petani di kelompok tani Bangkit Merbabu puas dengan cara penyampaian penyuluh, hal ini dikarenakan penyuluh yang datang dapat menyesuaikan cara berkomunikasi dengan petani dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti petani.
4.4. Kapasitas Petani
Dalam hal ini kapasitas petani mencakup kemampuan manajerial petani dan kemampuan sebagai innovator.
No Kapasitas Petani
1 Mampu menciptakan inovasi baru
pertanian atau usahatani berupa menciptakan
produk baru atau alat pertanian yang lebih
mudah digunakan dan efektif
6 14 7 7 11 2.9
2 Aktif sebagai pengurus kelompok tani dan
atau kegiatan pertanian tingkat
desa/kecamatan
6 16 9 8 6 3.1
3 Mampu menggunakan media yang ada
sebagai sumber informasi pertanian antara
lain koran, tv, radio, dan internet.
8 6 11 10 10 2.8
4 Mampu mengatasi permasalahan
pertanian secara mandiri antara lain
menghilangkan hama penyakit, irigasi, dan
kesuburan lahan
13 19 3 8 2 3.7
5 Mampu mempertahankan/meningkatkan
produksi 3 musim tanam terakhir 6 16 15 7 1 3.4
6 Mampu menghasilkan produksi diatas
rata-rata desa 4 19 15 4 3 3.3
7 Mampu menghindari kegagalan panen 3
musim tanam terakhir 5 15 15 9 1 3.3
8 Mampu mempertahankan/meningkatkan
rata-rata harga jual hasil sayuran selama 3
musim terakhir
3 29 18 5 2 3.5
Rata-rata skor total 3.2
Sumber: Data Primer (2016)
dapat diandalkan dimana mereka mampu mengatasi permasalahan seperti hama penyakit, selain keahlian petani di lahan mereka juga sudah mengerti bagaimana cara manajemen produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar, untuk memenuhi kebutuhan pasar kelompok tani ini mensiasati membagi jenis sayuran yang ditanam sehingga petani yang satu dan yang lainya memiliki tanaman yang berbeda.
4.5. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
Ketahanan pangan terdiri dari tiga pilar yaitu ketersediaan, akses, dan pemanfaatan. (Chung et al, 1997) Dalam penelitian ini ketahanan pangan rumah tangga petani diukur dengan tigaindikator tersebut.
4.5.1.Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani dilihat dari Ketersediaan Pangan
Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator ketersediaan pangan sapat dilihat melalui Tabel 4.11.
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa ketersediaan pangan petani memiliki nilai yang tinggi dengan rata-rata 4,2 dimana setiap keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari akan ketersediaan pangan seperti beras dan kebutuhan pangan lainya. Dari hasil wawancara petani mengaku setelah panen mereka akan membeli beras untuk satu musim panen sehingga mereka tidak kekurangan beras, dan untuk sayuran mereka mengkonsumsi dari hasil tanam mereka sendiri.
1 Mampu memenuhi kebutuhan pangan
sayuran keluarga selama selama 1 musim
panen dari hasil tanam sendiri
29 6 4 5 1 4.2
2 Dari hasil panen 1 musim panen dapat dijual
untuk memenuhi kebutuhan makan
minimal 3x sehari
32 3 2 6 2 4.2
3 Mampu memenuhi kebutuhan beras
>11kg/bulan 31 3 6 5 0 4.3
4 Dari hasil panen sayuran 1 musim panen
dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan
beras
31 3 6 4 1 4.3
Rata-rata skor total 4.2
Sumber: Data Primer (2016)
4.5.2.Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani dilihat dari Akses Pangan
Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator akses pangan dapat dilihat melalui Tabel 4.12.
Berdasarkan Tabel 4.12diketahui untuk akses pangan petani memiliki nilai rata-rata skor yang tinggi sebesar 4,3 hal ini dikarenakan akses pangan di desa Batur sangatlah mudah dan terjangkau sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun tidak ada kendaraan umum di sekitar lingkungan mereka, petani tidak kesulitan untuk menjangkau sumber pangan yang jaraknya mungkin jauh karena kebanyakan petani sudah memiliki kendaraan pribadi sehingga mereka tidak merasa kesulitan dalam hal transportasi. Selain itu tersedia beberapa warung kelontong juga penjual ikan keliling sehingga petani tidak perlu pergi ke pasar untuk mendapatkan bahan-bahan yang mereka butuhkan.
No Akses Pangan
1 Tersedia sarana transportasi untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang jauh dari
rumah
31 4 7 3 0 4.4
2 Sumber pangan yang dibutuhkan selalu
tersedia setiap saat 30 2 10 3 0 4.3
3 Biaya perjalanan ke lokasisumber pangan
(pasar, warung, toko serba ada) tidak
mengeluarkan biaya yang mahal
31 4 6 4 0 4.3
4 Jarak rumah ke lokasi untuk mendapatkan
sumber pangan (pasar, warung, toko serba
ada) mudah dijangkau
34 9 2 0 0 4.4
Rata-rata skor total 4.3
Sumber: Data Primer (2016)
4.5.3.Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani dilihat dari Pemanfaatan Pangan
Ketahanan pangan rumah tangga petani dilihat melalui indikator pemanfaatan pangan dapat dilihat melalui Tabel 4.13.
Tabel. 4.13 Distribusi Petani berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
1 Mampu membeli ikan, daging, telur, tahu,
dan tempe sebagai sumber protein gizi
keluarga dalam kurun waktu minimal 1
minggu sekali
16 13 12 4 0 3.9
2 Mengkonsumsi buah-buahan sebagai
pelengkap gizi minimal 1 minggu sekali 13 8 12 9 3 3.4
3 Mampu menyediakan susu sebagai
pelengkap menu empat sehat lima
sempurna minimal 1 minggu sekali
9 14 11 5 6 3.3
4 Mampu membeli minyak goreng,
kacang-kacangan, dan biji-bijian sebagai sumber
lemak
33 2 7 3 0 4.1
Rata-rata skor total 3.7
Sumber: Data Primer (2016)
4.6. Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Responden dengan Kepuasan, Kapasitas,dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
petani lebih memiliki kesempatan berusaha tani dan kemauan untuk belajar dan menerapkan teknologi maupun ide-ide baru dalam pengelolaan.
4.6.1.Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Kepuasan Petani (X2)
Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat kepuasan petani melalui tabel berikut:
Tabel. 4.14 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Kepuasan Petani
Usia
Jumlah Sampel Kepuasan (Skor)
Rata-Rata Kepuasan
Orang %
Rendah Sedang Tinggi
41 - 59 60 - 79 80 - 99
20 – 27 2 4,4 - 1 1 4.6
28 – 35 5 11,1 - 1 4 4.6
36 – 43 8 17,8 1 1 6 3.5
44 – 51 15 33,4 5 1 9 3.8
52 – 59 8 17,8 4 2 2 3.4
60 – 66 7 15,5 - 3 4 3.8
Jumlah 45 100 10 9 26
Sumber: Data Primer (2016)
Merbabu yang usianya 50 tahun ke atas kebanyakan dari mereka mau mengikuti apa keputusan yang di ambil oleh kelompok taninya.
4.6.2.Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Kapasitas Petani (X3)
Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat kapasitas petani melalui tabel berikut :
Tabel. 4.15 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Kapasitas
Usia
Jumlah Sampel Kapasitas (Skor)
Rata-Rata
Kapasitas
Orang %
Rendah Sedang Tinggi
12 - 20 21 - 30 31 - 39
20 – 27 2 4,4 - 1 1 3.1
28 – 35 5 11,1 - 3 2 3.7
36 – 43 8 17,8 2 5 1 3.1
44 – 51 15 33,4 4 8 3 3.2
52 – 59 7 15,5 - 4 3 3.3
60 – 66 8 17,8 2 3 3 3.4
Jumlah 45 100 8 24 13
Sumber: Data Primer (2016)
kegiatan di lahan mereka dibantu oleh anak-anaknya sehingga pekerjaan mereka lebih ringan.
4.6.3.Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Usia Petani (X1) dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y)
Usia petani dapat didistribusikan dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani melalui Tabel 4.16.
Tabel. 4.16 Distribusi Petani berdasarkan Usia dengan Ketahanan Pangan
Usia
Jumlah Sampel Ketahanan Pangan (Skor) Rata-Rata
Ketahanan
Pangan
Orang %
Rendah Sedang Tinggi
23 - 35 36 - 48 49 - 61
20 – 27 2 4,4 - - 2 4.8
28 – 35 5 11,1 - 1 4 4.4
36 – 43 8 17,8 1 - 7 4.0
44 – 51 15 33,4 6 - 9 3.8
52 – 59 7 15,5 1 - 6 4.3
60 – 66 8 17,8 2 - 6 4.2
Jumlah 45 100 10 9 26
Sumber: Data Primer (2016)
Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui ketahanan pangan rumah tangga petani memiliki nilai rata-rata yang tinggi untuk setiap usia, nilai terendah terdapat pada usia 44 – 51 tahun dengan rata-rata 3,8 yang rentanya tidak jauh jika dibandingkan dengan nilai rata-rata untuk usia yang lainya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa usia berapapun tidak mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani.
4.6.4.Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Pendidikan (X2) dengan Kapasitas Petani (Y1)
Tabel. 4.17. Distribusi Petani berdasarkan Pendidikan Petani dengan Kapasitas Petani
Pendidikan
Jumlah sampel Kapasitas (Skor)
Orang % Rendah Sedang Tinggi
12 - 20 21 - 30 31 - 39
SD 28 53,3% 6 16 6
SMP 8 17,7% 0 5 3
SMA 5 11,11% 1 1 3
Perguruan Tinggi 0 0% 0 0 0
Jumlah 45 100% 7 24 14
Sumber: Data Primer (2016)
Dari tabel diatas diketahui kapasitas petani Bangkit Merbabu dominan ada pada kategori sedang dengan pendidikan SD, tetapi petani yang tidak sekolah juga memiliki kapasitas yang tinggi. Sehingga dapat dianalisis bahwa pendidikan disini tidak mempengaruhi kapasitas petani.
4.6.5.Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Pendidikan (X2) dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y2)
Dari Tabel 4.18 distribusi petani berdasarkan pendidikan dengan ketahanan pangan, diketahui dari jenjang tidak sekolah hingga SMA memiliki ketahanan pangan yang tinggi. Sehingga dapat dianalisis bahwa pendidikan tidak mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani.
Tabel. 4.18. Distribusi Petani berdasarkan Pendidikan Petani dengan Ketahanan Pangan
Pendidikan
Jumlah Sampel Kapasitas (Skor)
Orang % Rendah Sedang Tinggi
12 - 20 21 - 30 31 - 39
Tidak Sekolah 4 8,8% 1 0 3
SD 29 64,4% 5 1 23
SMP 8 17,7% 4 0 4
SMA 4 8,8% 1 0 3
Perguruan Tinggi 0 0% 0 0 0
Jumlah 45 100% 11 1 33
4.6.6.Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kepuasan Petani (X2) dengan Kapasitas Petani (X3)
Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui tingkat kepuasan padakategori tertinggi dengan skor 80-99 kapasitas petaninya ada pada kategori sedang memiliki jumlah paling tinggi sebanyak 24 responden. Hal ini dapat dikatakan bahwa kepuasan petani mempengaruhi kapasitas petani.
Tabel. 4.19. Distribusi Petani berdasarkan Kepuasan dengan Kapasitas
Kepuasan (Skor)
Jumlah Sampel Kapasitas (Skor)
Orang %
Rendah Sedang Tinggi
12 - 20 21 - 30 31 - 39
Rendah (41 - 59) 8 17,7% 5 3 0
Sedang (60 - 79) 12 26,6% 0 5 7
Tinggi (80 - 100) 25 55,5% 3 16 6
Jumlah 45 100% 8 24 13
Sumber: Data Primer (2016)
4.6.7.Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kepuasan Petani (X3) dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y2)
Distribusi kepuasan petani dengan ketahanan pangan petani dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 4.20 Distribusi Petani berdasarkan kepuasan dengan ketahanan pangan
Kepuasan (Skor)
Jumlah Sampel Ketahanan Pangan (Skor)
Orang %
Rendah Sedang Tinggi
23 - 35 36 - 48 49 - 61
Rendah (41 - 59)
8 17,7% 6 0 2
Sedang (60 - 79)
12 26,6% 2 0 10
Tinggi (80 - 99)
Jumlah 45 100% 11 1 33
Sumber: Data Primer (2016)
Dari tabel distribusi diatas dengan tingkat kepuasan paling tinggi, ketahanan petani juga ada pada kategori jumlah responden yang tinggi sebanyak 33 responden.Tabel diatas dapat dikatakan bahwa kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluhan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan petani yang menyatakan bahwa penyuluhan yang mereka dapatkan tidak hanya sekedar informasi mengenai pertanian yang ada tapi bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup dengan berusaha tani.
4.6.8.Distribusi Jumlah Petani berdasarkan Kapasitas Petani (X3) dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Y)
Distribusi kapasitas petani dengan ketahanan pangan petani dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 4.21 Distribusi Petani berdasarkan Kapasitas Petani dengan Ketahanan Pangan X21 Kapasitas
Jumlah Sampel Ketahanan (Skor)
Orang % Rendah Sedang Tinggi
23 - 35 36 - 48 49 - 61
Rendah (12 - 20) 8 17,7% 6 0 2
Sedang (21 – 30) 21 46,6% 3 1 20
Tinggi (31 – 39) 9 20% 2 0 11
Jumlah 45 100% 11 1 33
Sumber: Data Primer (2016)
Dari Tabel 4.21 kapasitas petani pada kategori sedang memiliki jumlah responden ketahanan pangan yang paling tinggi dengan jumlah 20 responden dan kapasitas petani pada kategori tinggi memiliki 11 responden. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan kapasitas yang baik maka ketahanan pangan rumah tangga petani juga baik.
4.7. Analisis Regresi Tahap 1
Getasan. Pengujian yang dilakukan diantaranya uji R, uji F, dan uji t. Ringkasan dari pengaruh usia petani dan kepuasan petani terhadap kapasitas petani di kelompok tani Bangkit Merbabu, kecamatan Getasan dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Regresi Berganda Tahap 1
Hipotesa Variabel eksogen Variabel endogen (β) thitung P-value Ket.
A Usia Kapasitas 0.178 1.128 0.266 Tidak Signifikan
B Pendidikan Kapasitas 0.138 0.904 0.371 Tidak Signifikan
C Kepuasan Kapasitas 0.380 2.530 0.015 Signifikan
Uji F Fhitung 2,483 R2 = 15,4
Sig 0,074
Sumber : Analisis Data Primer (2016)
Pada analisis ini dibagi menjadi dua bagian yaitu melihat pengaruh secara gabungan dan melihat pengaruh secara parsial. Dari tabel diatas diketahui besarnya angka R square 15,4 % , angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh usia,pendidikan dan kepuasan terhadap kapasitas secara gabungan adalah 15,4%, sedangkan sisanya sebesar 84,6% dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-variabel diluar model ini.
Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat atau sering disebut uji kelinieran persamaan regresi. Dengan n = 45, k = 4 diperoleh Ftabel= 2,83.dan Fhitung = 2,483dengan sig = 0,074> 5
%.Ini berarti usia, pendidikan dan kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel kapasitas petani.
4.7.1 Uji Hipotesis Usia (X1) terhadap Kapasitas Petani (Y1)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu (parsial) variabel bebasmempengaruhi variabel terikat secara signifikan atau tidak. Berdasarkan tabel 4.22 diperoleh keterangan untuk variabel usia petani diperoleh nilai thitung= 1,128< ttabel
memiliki kapasitas tinggi dan 6 petani berusia tua (52-66 tahun) yang memiliki kapasitas tinggi. Tidak ditemukan petani muda yang memiliki kapasitas rendah dan terdapat 2 petani berusia tua yang memiliki kapasitas rendah. Berdasarkan tabel tersebut, tampak bahwa petani usia muda ataupun tua, dapat memiliki kapasitas yang tinggi ataupun rendah. Schermerhorn, et al., (1997:4) juga menyatakan bahwa usia tidak ada hubungannya dengan kinerja seseorang dalam hal ini orang yang lebih tua tidaklebih unproduktif daripada orang muda, karena tergantung oleh masing-masing individunya. Dengan demikian pengaruh langsung usia terhadap kapasitas petani adalah sebesar 0,178 atau 17,8% (Tabel 4.22 pada kolom β) yang selanjutnya akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur:
X1 Y1 = 0,178
4.7.2 Uji Hipotesis Pendidikan Petani (X2) terhadap Kapasitas Petani (Y1)
Nilai yang diperoleh variabel pendidikan petani sebesar thitung= 0,904< ttabel =
terhadap kapasitas petani adalah sebesar 0,138 atau 13,8% (tabel 4.20pada kolom β) yang selanjutnya akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur:
X2 Y1 = 0,138
4.7.3 Pengujian Hipotesis Kepuasan (X3) terhadap Kapasitas Petani (Y1)
Nilai yang diperoleh variabel kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan sebesar thitung= 2,530> ttabel = 1,682dengan sig 0,015< 0,05 jadi Ha diterima
dengan kata lain kepuasan petani terhadap kualitas pelayanan penyuluhan berpengaruh terhadap kapasitas petani. Berdasarkan Tabel 4.19 tampak bahwa kepuasan petani kategori rendah maka kapasitasnya juga rendah, dan tidak ditemukan petani yang memiliki kapasitas tinggi. Sedangkan petani kepuasan tinggi memiliki kapasitas sedang dan tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kepuasan berpengaruh positif terhadap kapasitas. Kepuasan petani terhadap suatu jasa ditentukan oleh kepentingan petani tersebut, dalam hal ini dapat dikatakan kepentingan kelompok tani bangkit Merbabu sudah terpenuhi sehingga petani puas dan mau menerima serta mencoba inovasi-inovasi baru yang diberikan oleh penyuluh. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner pada tabel distribusi kepuasan petani yang memiliki nilai rata-rata tinggi untuk setiap pernyataan petani contohnya seperti penyuluh memberikan rasa percaya kepada petani untuk menangani masalah yang dihadapi petani, penyuluh dan petani saling berinteraksi serta penyuluh memberikan informasi sesuai kebutuhan petani. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Morgan (2004) bahwa kapasitas individu, kelompok maupun organisasi akan mencapai hasil yang diinginkan dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang efektif. Dengan adanya penyuluhan tersebut, petani di kelompok tani Bangkit Merbabu mengaku menjadi lebih terbuka dengan hal-hal baru yang diberikan kepada mereka dan petani cenderung mau mencoba inovasi-inovasi baru yang ada, dengan terus mencoba maka kapasitas atau kemampuan petani semakin berkembang. Pengaruh langsung untuk kepuasan petani terhadap kapasitas petani adalah sebesar 0,380 atau 38% (table 4.20 kolom β) yang selanjutnya akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur.
4.7.4 Uji Korelasi
Tabel 4.23 Uji Korelasi Karakteristik Petani dengan Kepuasan Petani
Variabel Korelasi X1 X2 X3
X1 1 -0,330
1,000
-0,291
X2 -0.330* 0.134
X3 -0.291 0.134 1
Sumber: Analisis Data Primer (2016) Keterangan: X1 = Usia
X2 = Pendidikan X3 = Kepuasan
Untuk menafsirkan angka pada tabel diatas digunakan kriteria sebagai berikut :
0 – 0,25 = korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) >0,25 – 0,5 = korelasi cukup
>0,5 – 0,75 = korelasi kuat >0,75 – 1 = korelasi sangat kuat
4.8. Analisis Regresi Tahap 2
Analisis regresi tahap dua mengkaji pengaruh usia, pendidikan, kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani di kelompok tani Bangkit Merbabu, Kecamatan Getasan melalui kapasitas petani sebagai variabel intervening. Pengujian yang dilakukan diantaranya uji R, uji F, dan uji t. Ringkasan dari pengaruh usia, pendidikan dan kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani melalui kapasitas petani sebagai variabel intervening dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.24 Regresi Berganda Tahap 2
Hipotesa Variabel eksogen Variabel endogen (β) thitung P-value Ket.
A Usia Ketahanan Pangan 0.053 0.374 0.711 Tidak signifikan
B Pendidikan Ketahanan Pangan -0.088 -0.651 0.519 Tidak Signifikan
C Kepuasan Ketahanan Pangan 0.378 2.657 0.011 Signifikan
D Kapasitas Ketahanan Pangan 0.369 2.682 0.011 Signifikan
Uji F Fhitung 5,643 R2 = 36,1 %
Sig .001a
Sumber: Analisis Data Primer (2016)
Dari tabel diatas diketahui besarnya R square adalah 36,1% dengan kata lain variabel usia, pendidikan, kepuasan petani dan kapasitas petani secara gabungan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani, sedangkan sisanya sebesar 63,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel pada model ini. Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel independent secara simultan terhadap variabel dependent atau sering disebut uji kelinieran persamaan regresi.
Dengan n = 45, k = 5 diperoleh Ftabel = 2,61 dengan nilai Fhitung = 5,643 dan
sig = 0,001< 5 %. Ini berarti usia, pendidikan, kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan, dan kapasitas petani secara simultan benar-benar berpengaruh signifikan terhadap variabel ketahanan pangan rumah tangga petani.
4.8.1 Uji Hipotesis Usia (X1) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)
4.22 diperoleh untuk variabel karakteristik petani diperoleh nilai thitung= 0,374 < ttabel =
1,683 dengan sig 0,711 > 0,05 jadi Ho diterima dengan kata lain usia petani tidak berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Pada hal ini usia tidak mempengaruhi ketahanan pangan petani di kelompok tani Bangkit Merbabu juga bisa dilihat dari Tabel 4.16 distribusi yang menyatakan dari usia muda sampai yang paling tua ketahanan pangannya memiliki nilai rata-rata yang tinggi. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari serta akses yang ditempuh sangatlah mudah sehingga baik dari segala rentan usia tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan atau menjaga ketahanan pangan rumah tangga. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Halik (2007) menunjukkan bahwa usia tidak menjadi faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan melainkan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan adalah luas lahan, tingkat pendapatan perkapita, dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Pengaruh langsung variabel usia terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani sebesar 5,3% (tabel 4.22 pada kolom β) yang akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur :
X1 Y2 = 0,053
4.8.2 Uji Hipotesis Pendidikan (X2) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)
Berdasarkan Tabel 4.22 diperoleh keterangan untuk variabel pendidikan petani diperoleh nilai thitung = -0,651< ttabel = 1,683 dengan sig 0,519> 0,05 jadi Ho diterima
kebutuhan pangan juga sangat mudah sehingga pendidikan petani tidak mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani. Pengaruh langsung variabel usia terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani sebesar -8,8% (Tabel 4.24 pada kolom β) yang akan digunakan untuk pembentukan analisis jalur :
X2 Y2 = -0,088
4.8.3 Uji Hipotesis Kepuasan (X3) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)
Untuk variabel kepuasan petani dengan kualitas pelayanan penyuluhan diperoleh nilai thitung= 2,657 > ttabel = 1,683 dengan sig 0,011< 0,05 maka Ha diterima
dengan kata lain kepuasan petani berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Berdasarkan Tabel 4.20. terdapat 10 petani dengan kepuasan sedang yang memiliki ketahanan pangannya tinggi dan 21 petani dengan kepuasan tinggi memiliki ketahanan pangan yang tinggi serta 6 petani dengan kepuasan rendah ketahanan pangannya juga rendah, sehingga dapat dikatakan kepuasan petani mempengaruhi ketahanan pangan. Hal ini senada dengan Singh (2002 dalam Wesley 2014) “innovative technologies and good practices translate to increased yields and
improved food security only when they properly shared with farmer” artinya teknologi
yang inovativ dan penyampaian yang baik untuk meningkatkan produksi dan ketahanan pangan adalah hanya dengan ketika mereka membagikan dengan baik kepada petani, yang dimaksudkan membagikan dengan baik disini adalah penyuluhan kepada petani sehingga dengan penyuluhan yang baik akan sangat membantu petani sehingga wawasan petani lebih terbuka. Kepuasan berpengaruh secara langsung terhadap ketahanan pangan dengan nilai beta sebesar 0,378 atau 37,8%
X3 Y2 = 0,378
4.8.4 Uji Hipotesis Kapasitas (Y1) terhadap Ketahanan Pangan (Y2)
Nilai yang diperoleh untuk variabel kapasitas petani adalah sebesar thitung=
2,682 > ttabel = 1,683 dengan sig 0,011< 0,05 maka Ha diterima dengan katalain
terbukti pada tabel distribusi 4.21 yang menggambarkan bahwa dengan kapasitas tinggi maka ketahanan pangan petani juga tinggi.
Kapasitas petani salah satunya adalah kemampuan petani dalam meningkatkan produksi usahatani, sehingga ketika kapasitas petani baik maka produktivitas tinggi, produktivitas yang tinggi dapat meningkatkan hasil pendapatan para petani sehingga kebutuhan akan pangan terpenuhi dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Aminah (2015) yang menyatakan bahwa jika kapasitas petani kecil atau rendah berpengaruh pada ketahanan pangan rumah tangga petani. Dengan demikian diperoleh kapasitas berpengaruh langsung terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani dengan nilai beta sebesar 0,369 atau 36,9%.
Y1 Y2 = 0,369
4.9. Pembentukan Analisis Jalur
Dalam analisis jalur selain terdapat pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung. Besarnya pengaruh tidak langsung suatu variabel terhadap variabel tertentu dapat dihitung dengan cara mengalikan koefisien-koefisien regresi (beta-β) dari variabel pemberi efek. Dibawah ini akan ditunjukkan pengaruh tidak langsung : Perhitungan Pengaruh Tidak Langsung (IE)
X1 Y1 Y2 = 0,178 x 0,369 = 0,065 X2 Y1 Y2 = 0,138 x 0,369 = 0,050 X3 Y1 Y2 = 0,380 x 0,369 = 0,140
Sehingga pada penelitian ini dapat digambarkan model analisis jalur ini sebagai berikut :
Gambar 4.1. Pembentukan Analisis Jalur
Kapasitas Petani
Ketahanan Pangan Usia Petani
0,380
0,053
0,646
0,378 0,178
0,369 0,863
Pendidikan Petani
Kepuasan Petani