• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI DALAM PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN SAYURAN DI DESA LAMOMEA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI DALAM PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN SAYURAN DI DESA LAMOMEA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

2023: 2(1): 1 - 10

http://jiikpp.uho.ac.id/index.php/journal doi: http://dx.doi.org/10.56189/jiikpp.v2i1.31237

CONTACT Hartina Batoa hartina.batoa@uho.ac.id Vol 2. No 1. Januari 2023

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI DALAM PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN SAYURAN DI DESA LAMOMEA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE

SELATAN

Musafirah Amaliah Rahmah1, Hartina Batoa1*, Salahuddin1

1Jurusan Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

* Corresponding Author : hartina.batoa@uho.ac.id To cite this article:

Rahmah, M. A., Batoa, H., & Salahuddin, S. (2023). Pengetahuan dan Keterampilan Petani dalam Pemanfaatan Pupuk Organik Pada Tanaman Sayuran di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.

JIIKPP (Jurnal Ilmiah Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat), Vol. 2, No.1: 1 - 10. doi:

http://dx.doi.org/10.56189/jiikpp.v2i1.31237

Received: 10 Agustus, 2022; Accepted: 20 Desember, 2022; Published: 28 Januari, 2023 ABSTRACT

Farmers' knowledge is everything that farmers know about crop business and business opportunities or job opportunities for farmers. Farmer's skill is a knowledge communication process to change farmer's behavior to be effective, efficient and fast through technology development. Vegetables as a horticultural product is one of the main non-food sub-sectors which is very vulnerable to the use of chemicals. This study aims to find out: how is the knowledge of farmers in the use of organic fertilizers on vegetable crops in Lamomea Village, how are the skills of farmers in the use of organic fertilizers in vegetable crops in Lamomea Village and what is the relationship between the knowledge and skills of farmers and the use of organic fertilizers for vegetable crops in Lamomea Village. This research was conducted in Lamomea Village, Konda District, South Konawe Regency which was carried out from July 2022 to September 2022 with a total of 31 farmers who were respondents who were determined using the slovin formula. Data analysis in this study used quantitative methods. The results showed that the knowledge of farmers in the use of organic fertilizers in vegetable crops was in the sufficient category, while the skills of farmers in the use of organic fertilizers in vegetable crops are also in the sufficient category, Meanwhile, the relationship between knowledge and skills of farmers in the use of organic fertilizers for vegetable crops is in a very close category, significantly between the knowledge and skills of farmers in the use of organic fertilizers for vegetable crops in Lamomea Village, Konda District, South Konawe Regency.

Keywords: Farmer's Knowledge; Farmer's Skills; Vegetable Crops; Use of Organic Fertilizer.

PENDAHULUAN

Manusia terlibat dalam pertanian, yaitu pemanfaatan sumber daya hayati untuk menciptakan pangan, bahan baku industri, sumber energi, dan pengelolaan lingkungan (Purba, et al., 2020). Perekonomian suatu bangsa bergantung pada sektor pertaniannya, terutama negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini benar karena sebagian besar masyarakat Indonesia bergantung pada pertanian untuk makanan sehari-hari mereka.

Pertanian juga telah membantu meningkatkan PDB, menciptakan lapangan kerja, memberikan berbagai pilihan makanan, mengurangi jumlah orang miskin di daerah pedesaan, dan meningkatkan nilai mata uang asing melalui ekspor.

Pengetahuan merupakan komponen penting dalam pengembangan tindakan seseorang (Yuantari, et al., 2013). Salah satu aspek perilaku petani yang juga berkontribusi terhadap adopsi inovasi adalah pengetahuan.

Integritas usaha pertanian baru petani dan kemampuan mereka untuk menyerap teknologi baru keduanya dipengaruhi oleh tingkat keahlian mereka. Petani membutuhkan keahlian praktis dan teoretis ketika mengadopsi

(2)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850 kemajuan (Lesmana & Margareta, 2017). Menurut Mubarak, et al., (2007) usia seseorang, pendidikan, profesi, lama bekerja, pengalaman, budaya, dan informasi semuanya berdampak pada tingkat pengetahuan mereka dan apakah mereka dapat dianggap memiliki pengetahuan yang sangat baik. Dengan menggunakan kuesioner dan ujian wawancara, ketika tes terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan konten yang diukur dari topik penelitian, pengetahuan dapat dinilai.

Kapasitas petani untuk melakukan tugas-tugas pertanian yang menuntut fisik memberikan wawasan tentang keterampilan mereka. Namun, dasar bagi petani yang melakukan pekerjaan fisik adalah kapasitas mereka untuk membuat penilaian yang paling banyak menggunakan keterampilan mereka saat ini (Fadhilah, et al, 2018).

Produksi sayuran dipengaruhi oleh keterampilan; semakin besar tingkat keahlian dan penerapan dalam penanaman sayuran, semakin tinggi outputnya, dan sebaliknya. Lima (5) komponen keterampilan petani adalah:

keterampilan petani tentang jenis pupuk, keterampilan petani tentang manfaat pupuk, keterampilan petani tentang dosis pupuk, keterampilan petani tentang waktu pemupukan, dan keterampilan petani tentang penggunaan pupuk.

Pupuk organik dibuat ketika bahan organik diuraikan oleh bakteri, yang kemudian menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang (Supartha, et al., 2012). Petani di berbagai daerah di Indonesia menghasilkan sayuran sebagai tanaman yang signifikan. Tanaman komersial seperti sayuran memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan petani. Dengan keadaan ekonomi yang lebih baik dan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat, diharapkan masyarakat Indonesia akan makan lebih banyak sayuran. Untuk tujuan menyerap kualitas fisik, kimia, dan biologi untuk meningkatkan efektivitas produksi lahan, pupuk organik sangat penting.

Salah satu masyarakat di Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Desa Lamomea terletak sekitar 24,87 km dari Kota Kendari. Budidaya ikan dan pertanian (termasuk sawah dan tanaman hortikultura) merupakan mayoritas kegiatan ekonomi masyarakat (lele, nila, dan gurame). Lahan seluas sekitar 25 hektar tersedia untuk menanam sayuran di Desa Lamomea. Produsen sayuran di Desa Lamomea sering menggunakan pupuk organik seperti daun kering, kotoran kambing, dan kotoran ayam sebagai nutrisi tanaman. Meskipun banyak petani yang telah menggunakan pupuk organik dalam produksi sayuran mereka, namun pemahaman mereka tentang cara mengaplikasikan pupuk organik masih di bawah standar karena keahlian dan pengalaman pertanian mereka.

Berdasarkan hasil survei di lapangan, hasil panen sayuran di Desa Lamomea tidak mencukupi kebutuhan karena petani menggunakan pupuk organik secara tidak berimbang dan pemahaman mereka tentang pengaruh pupuk organik terhadap perkembangan dan produksi sayuran masih kurang. Dengan rumusan masalah bagaimana pengetahuan petani dalam penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran di Desa Lamomea, bagaimana keterampilan petani dalam penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran di Desa Lamomea, dan bagaimana hubungan antara pengetahuan petani dengan keterampilan petani, maka penulis tertarik untuk melihat tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Lamomea, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan pada bulan Juli sampai September 2022. Desa Lalomea, dengan populasi 105 petani, dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu desa yang memiliki potensi tanaman sayuran, salah satu desa di mana sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran, dan salah satu desa di mana belum ada penelitian yang dilakukan dengan topik yang sama. Dalam investigasi ini, pengambilan sampel acak dasar digunakan untuk menentukan ukuran sampel. Menurut Arikunto (2019) jika populasi lebih dari 100 orang, 15% dari keseluruhan populasi dapat dijadikan sampel, tetapi jika populasi kurang dari 100 orang, sampel lengkap dikumpulkan. Karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka digunakan rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel untuk penelitian ini, yang mencakup 31 peserta. Rumus Slovin adalah sebagai berikut:

n = 𝑁

1+𝑁(𝑑)²= 105

1+(105)(15%)= 105

3,3625= atau 31 orang

(Sugiyono, 2017)

(3)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850 Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif sebagai metode analisisnya dengan menggunakan korelasi rank spearman dengan bantuan software SPSS 13.

HASIL DAN PEMBAHASAN.

Gambaran Umum Responden Umur

Umur seorang petani sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan informasi yang akan diterima.

Kapasitas belajar seseorang dapat berkembag cepat sampai dengan umur 20 tahun dan semain berkurang hingga berumur 55 tahun (Yanfika & Suprayitno, 2019). Menurut Simanjuntak (1997) usia berdampak pada pendapatan, dan kemampuan fisik seseorang akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan usia rata-rata petani di Desa Lamomea.

Tabel 1. Umur Responden di Desa Lamomea

No. Umur Responden Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%)

1.

2. Produktif (15-54)

Non Produktif (>54) 26

5 83,88

16,12

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Pada Tabel 1. menunjukkan setidaknya ada 26 petani atau 83,88% tergolong usia produktif dan sebanyak 5 petani atau 16,12% tergolong usia non produktif. Dengan demikian, petani yang ada di Desa Lamomea didominasi oleh petani usia produktif. Berdasarkan hal tersebut, akan menjadi suatu potensi yang cukup besar bagi pengembangan dan kemajuan usahatani tanaman sayuran di Desa Lamomea. Ketika seorang pekerja semakin tua, tingkat produksi mereka meningkat karena mereka berada dalam tahap kehidupan yang lebih produktif; namun, ketika mereka menjadi lebih tua dan menghadapi masalah fisik dan kesehatan, tingkat produktivitas mereka menurun (Kumbadewi, et al., 2016).

Pendidikan

Salah satu yang menentukan kemampuan dan cara berfikir seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas adalah pendidikan. Pendidikan petani yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap kapasitas petani yang membuat petani lebih mudah dalam berusahatani sehingga dapat meningkatkan produksinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin luas pengetahuan dan pemahamannya, serta semakin logis proses berpikirnya.

Tabel 2 di bawah ini menunjukkan tingkat pendidikan petani di Desa Lamomea:

Tabel 2. Pendidikan Responden di Desa Lamomea

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

SD SMP SMA

Perguruan Tinggi

5 9 17

0

16,13 29,03 54,84 0

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 2, terdapat total 5 responden di SD dengan tingkat respons 16,13%, 9 responden di SMP dengan tingkat respons 29,03%, dan 17 responden di SMA dengan tingkat respons 54,84%. Dapat dikatakan bahwa responden di Desa Lamomea sebagian besar berpendidikan SMA. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dibuat oleh Sujaya, et al., (2018) bahwa petani lebih bersedia menerima perbaikan teknologi pertanian semakin berpendidikan. Petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki proses mental yang lebih kompleks daripada petani dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (Fahmi & Maria, 2020).

Luas Lahan

Besarnya output pertanian secara signifikan dipengaruhi oleh luas lahan, menjadikannya salah satu elemen produksi yang penting. Ukuran perusahaan, pada gilirannya, akan menentukan berapa banyak yang dihasilkan oleh perusahaan pertanian. Luas lahan. Ukuran atau luas lahan akan berdampak pada pendapatan

(4)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850 petani, dan petani yang pendapatannya meningkat juga akan mengalami peningkatan kesejahteraan (Phahlevi, 2013). Informasi pada Tabel 3 di bawah ini dapat digunakan untuk menentukan ukuran luas lahan di Desa Lamomea.

Tabel 3. Luas Lahan Petani di Desa Lamomea

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%)

1.

2.

3.

Sempit (< 0,5) Sedang (0,5-1) Luas (> 1)

0 15 16

0 48,38 51,62

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Tabel 3 menunjukkan bahwa luas lahan kategori sedang sebanyak 15 orang dengan persentase 48,38%

dan luas lahan pada kategori luas sebanyak 16 petani atau 51,62%. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang bertani sayuran di Desa Lamomea tergolong luas.

Pengalaman Berusahatani

Pengalaman seorang petani memiliki dampak besar pada cara dia mengelola atau mengoperasikan pertaniannya. Petani yang sudah lama bekerja sering kali memiliki banyak informasi, membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan daripada petani yang kurang berpengalaman (Samun, et al., 2011). Tabel 4 di bawah ini menunjukkan pengalaman pertanian penduduk Desa Lamomea.

Tabel 4. Pengalaman Berusahatani di Desa Lamomea

No. Pengalaman Usahatani (Tahun) Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Kurang Berpengalaman (< 5) Cukup Berpengalaman (5-10) Berpengalaman (> 10)

20 5 6

64,52 16,13 19,35

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Tabel 4 menunjukkan pengalaman berusahatani pada kategori kurang berpengalaman sebanyak 20 orang responden dengan persentase 64,52%. Hal tersebut berarti bahwa petani di Desa Lamomea mempunyai pengalaman berusahatani kurang berpengalaman dalam berusahatani sayuran, yang sebelumnya para petani lebih fokus pada usahatani padi sawah mereka daripada berusahatani sayuran sehingga pengalaman mereka tergolong kurang. Sejalan dengan pendapat Yasmiati, et al., (2010) bahwa 5-10 tahun pengalaman pertanian dianggap memadai sedangkan 10 tahun atau lebih dianggap berpengalaman dan kurang dari 5 tahun dianggap kurang berpengalaman.

Pengetahuan Petani

Pengetahuan Petani terhadap Jenis Pupuk Organik

Unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dengan sehat keduanya terdapat dalam pupuk organik. Pupuk organik, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan guano, adalah beberapa jenis pupuk yang dapat dipilih petani (Handayani, 2011). Tabel 5 di bawah ini menunjukkan kategori pengetahuan tentang jenis pupuk organik.

Tabel 5. Pengetahuan Petani terhadap Jenis Pupuk Organik di Desa Lamomea

No. Pengetahuan Jenis Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99 Cukup (50-74) Kurang (25-49)

12 19 0

38,70 61,29 0

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Tabel 5. menunjukkan tentang pengetahuan petani terhadap jenis pupuk yaitu pada kategori cukup setidaknya ada 19 petani atau 61,29%. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani terhadap jenis

(5)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850 pupuk berada pada kategori cukup yang artinya petani di Desa Lamomea terhadap pengetahuan jenis pupuk organik dalam penerapannya terbilang cukup untuk mengetahui jenis-jenis pupuk organik bahan apa saja baik padat maupun cair. Sejalan dengan pendapat Sormin, et al., (2012) bahwa wawasan ialah satu dari sejumlah elemen dari karakteristik petani yang wajib diadaptasi dengan inovasi.

Pengetahuan Petani terhadap Keunggulan Pupuk Organik

Keunggulan pupuk organik merupakan usaha yang dilakukan dalam pemperbaiki kesuburan tanah yaitu menggunakan pemupukkan dengan cara pupuk organik (Roidah, 2013). Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel berikut.

Tabel 6. Pengetahuan Petani terhadap Keunggulan Pupuk Organik di Desa Lamomea

No. Pengetahuan Keunggulan Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

6 25

0

19,35 80,65 0

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Data pada tabel tersebut menyajikan informasi petani yang berada di Desa Lamomea dalam pengetahuan terhadap keunggulan pupuk organik berada pada kategori cukup dengan jumlah 25 orang petani dengan persentase 80,65%. Pengetahuan petani terhadap keunggulan pupuk organik dalam hal menyiapkan ketersediaan bahan pupuk organik, para petani dapat menyiapkan bahan-bahan pupuk baik pupuk organik cair atau padat.

Pengetahuan Petani terhadap Cara Pembuatan Pupuk Organik

Bahan yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya yang memilik lebih unsur hara serta nutrisi disebut sebagai pupuk. Menurut Arum (2005), bahwa pada lingkungan sekitar kita ternyata bahan-bahan organik maupun limbah organik yang dapat diolah sebagai pupuk organik cair maupun padat. Berikut pengetahuan petani terhadap cara pembuatan pupuk organik yang tersaji pada tabel berikut:

Tabel 7. Pengetahuan Petani terhadap Cara Pembuatan Pupuk Organik di Desa Lamomea

No. Pengetahuan Cara Pembuatan Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

27 4 0

87,09 12,91 0

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa 27 petani di Desa Lamomea memiliki persentase keseluruhan sebesar 87,09%, menempatkan pengetahuan mereka tentang cara pembuatan pupuk organik dalam kategori baik.

Pengetahuan petani tentang ketersediaan pasokan pupuk organik, baik pupuk organik cair maupun padat yang berasal dari kotoran hewan seperti kotoran sapi, kambing, atau ayam, dan jangka waktu pembuatan pupuk yang bervariasi dari 5-7 hari di Desa Lamomea. Hal ini sependapat dengan pernyataan Nurdin, et al., (2009) bahwa pelatihan dan bantuan produksi pupuk meningkatkan kesadaran petani terhadap pupuk organik.

Pengetahuan Petani terhadap Dosis Takaran Pupuk Organik

Keuntungan pupuk organik bagi tanaman tidak hanya menyediakan unsur hara; tetapi juga dapat membantu meningkatkan struktur tanah dan aktivitas mikroorganisme tanah. Pengetahuan petani terhadap dosis takar merupakan pemahaman petani dalam mengimbangi pupuk yang akan digunakan pada tanaman. Untuk mengetahui tentang dosis takar pupuk organik petani tersaji pada tabel berikut:

Tabel 8. Pengetahuan Petani terhadap Dosis Takar Pupuk Organik di Desa Lamomea

No. Pengetahuan Dosis Takar Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

3 24

4

9,68 77,41 12,91

(6)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Pada Tabel 8 menyajikan informasi pengetahuan petani terhadap dosis takar pupuk organik di Desa Lamomea berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 24 orang petani dengan persentase 77,41%, artinya pengetahuan petani dalam hal mengetahui tentang takaran yang dibutuhkan tanaman sudah cukup. Di samping fungsinya untuk menambah unsur hara, pupuk ini pun mampu merangsang pertumbuhan akar, menguatkan kesehatan tanaman serta meminimalisir pestisida.

Pengetahuan Petani terhadap Penggunaan Pupuk Organik

Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menyehatkan mikroorganisme, dan meningkatkan ketersediaan unsur hara (Mayadewi, 2007). Berikut adalah tabel penyajiannya:

Tabel 9. Pengetahuan Petani terhadap Penggunaan Pupuk Organik di Desa Lamomea

No. Pengetahuan Penggunaan Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

10 19 2

32,26 61,29 6,45

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Pada Tabel 9. menyajikan pengetahuan responden terhadap penggunaan pupuk organik berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 19 orang petani dengan persentase 61,29%. Artinya pengetahuan petani terhadap pembuatan pupuk organik di Desa Lamomea sudah cukup dalam hal mengetahui tentang penggunaan pupuk dengan mengatur waktu kapan akan dilakukan pemupukan. Dengan pemberian beberapa jenis pupuk organik yang bermula dari pupuk kandang serta pupuk organik cair serta menanganan fisik maka produksi akan meningkat dari normalnya (Marpaung, 2018).

Keterampilan Petani

Keterampilan Petain dalam Membedakan Jenis Pupuk Organik

Keterampilan adalah pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara terus menerus dan terstruktur sehingga dapat membentuk kebiasan baru bagi seseorang. Keterampilan petani dalam membedakan jenis pupuk merupakan kemampuan petani dalam memilih jenis pupuk apa yang akan mereka gunakan sesuai yang dibutuhkan petani. Untuk mengetahui keterampilan petani dalam membedakan jenis pupuk organik cair tersaji pada tabel berikut:

Tabel 10. Keterampilan Membedakan Jenis Pupuk Organik di Desa Lamomea

No. Keterampilan Membedakan Jenis Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

11 18 2

35,49 58.06 6,45

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Data yang disajikan berupa keterampilan petani di Desa Lamomea dalam membedakan jenis pupuk organik berada pada kategori cukup sebanyak 18 orang petani dengan persentase 58,06%. Sehingga keterampilan petani dalam hal membedakan jenis pupuk sudah cukup diketahui oleh petani di Desa Lamomea seperti apa jenis pupuk organik padat serta cair dari kotoran sapi atau ayam. Hal tersebut senada dengan Supartha, et al., (2012) bahwa pupuk organik sangat penting sebagai penyangga aspek fisik, kimia, dan biologi tanah dalam rangka meningkatkan efektivitas pemupukan dan produksi lahan.

Keterampilan Petani dalam Mengetahui Keunggulan Pupuk Organik

Keterampilan petani terhadap keungggulan pupuk organik merupakan kemampuan petani dalam mengtahui keunggulan tiap pupuk yang akan digunakan. Keterampilan dapat mengacu pada kegiatan tertentu

(7)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850 yang ditunjukkan atau cara penggunaannya. Tabel 11 di bawah ini menggambarkan seberapa baik petani memahami manfaat pupuk organik.

Tabel 11. Keterampilan Petani dalam Mengetahui Keunggulan Pupuk Organik

No. Keterampilan Mengetahui Keunggulan Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

3 28

0

9,68 90,32

0

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Tabel 11. Menyajikan informasi keterampilan petani tentang mengetahui keunggulan pupuk organik berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 28 orang petani dengan persentase 90,32%. Artinya petani di Desa Lamomea dalam mengetahui keunggulan pupuk organik cukup. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadisuwito (2012), kelebihan dari jens pupuk ini ialah mampu memberikan kesehatan bagi lingkungan, revitalisasi produktivitas tanah, meminimalisir pengeluaran serta merubah keunggulan produk lebih baik.

Keterampilan Petani tentang Cara Pembuatan Pupuk Organik

Keterampilan jenis ini merupakan kemampuan petani dalam mengolah kotoran hewan untuk dijadikan pupuk organik. Adapun kategori keterampilan tentang cara pembuatan pupuk organik tersaji pada tabel berikut:

Tabel 12. Keterampilan Petani tentang Cara Pembuatan Pupuk Organik

No. Keterampilan Cara Pembuatan Pupuk Organik Jumlah Responden

(Jiwa) Persentase (%)

1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

17 14 0

54,84 45,16 0

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Data pada tabel tersebut menyajikan informasi keterampilan responden tentang cara pembuatan pupuk organik kategori baik yaitu sebanyak 17 (54,84%) responden. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan responden tentang cara pembuatan pupuk organik berada pada kelompok baik. Berarti bahwa petani di desa tersebut telah mengimplikasikan cara pembuatan pupuk ini dengan benar.

Keterampilan Petani dalam Mengetahui Dosis Takar Pupuk Organik

Menurut Amirullah (2003), dua kategori kemampuan gerak berdasarkan faktor genetik dan lingkungan dapat dibuat: (a) kemampuan filogenetik, yang diwariskan sejak lahir dan dapat berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak; dan (b) kemampuan ontogenetik, yang diperoleh melalui latihan dan pengalaman sebagai akibat dari pengaruh lingkungan. Tabel 13 di bawah ini mencantumkan bidang-bidang keterampilan untuk memahami dosis pupuk organik.

Tabel 13. Keterampilan Petani dalam Mengetahui Dosis Takar Pupuk Organik

No. Keterampilan Mengetahui Dosis Takar Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

1 16 14

5,22 51,62 45,16

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Data pada tabel tersebut menyajikan informasi mengenai keterampilan responden dalam mengetahui dosis/takaran pupuk organik kategori cukup yaitu sebanyak 16 (51,62%) responden. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan responden dalam mengetahui dosis/takaran pupuk organik masih berada pada kelompok cukup.

(8)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850 Berarti bahwa separuh dari petani di desa tersebut lumayan tahu tentang dosis/takaran pupuk organik. Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Havlin, et al., (2005) yaitu pemberian dosis pupuk N yang berlebihan akan berdampak pada meningkatnya unsur N dalam tanah yang mampu merangsang aktifitas fotosintesis serta tumbuhnya vegetative tanaman.

Keterampilan Petani dalam Penggunaan Pupuk Organik

Keterampilan petani terhadap penggunaan pupuk merupakan kemampuan petani pada saat penanaman dan pemberian pupuk organik pada sayuran. Adapun untuk melihat kategori keterampilan dalam penggunaan pupuk organik tersaji pada tabel berikut.

Tabel 14. Keterampilan Petani dalam Penggunaan Pupuk Organik

No. Keterampilan Pengguaan Pupuk Organik Jumlah Responden (Jiwa) Persentase (%) 1.

2.

3.

Baik (75-99) Cukup (50-74) Kurang (25-49)

10 19 2

32,26 61,29 6,45

Jumlah 31 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Data pada tabel tersebut menyajikan informasi mengenai keterampilan petani dalam penggunaan pupuk organik kategori cukup yaitu sebanyak 19 (61,29%) responden. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan responden dalam penggunaan pupuk organik masih berada pada kelompok cukup, yang berarti bahwa separuh dari petani di desa tersebut lumayan tahu dalam memanfaatkan pupuk organik. Redono (2016), berpendapat bahwa sikap petani terhadap penggunaan pupuk organik akan dipengaruhi oleh kemahiran mereka dalam menangani dan mengaplikasikan pupuk tersebut. Jika petani mahir mengolah sendiri beragam pupuk organik dan mengaplikasikan pupuk organik tersebut ke lahan mereka, mereka akan bersikap seperti yang diharapkan. Untuk membuat pupuk organik sendiri di rumah dan menghemat uang, petani dapat menggunakan sumber daya lokal seperti sisa jerami yang dipanen dan kotoran hewan.

Hubungan Pengetahuan dan Keterampilan Petani dalam Pemanfaatan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran

Dalam penelitian ini, hubungan antara pengetahuan dan kemampuan petani tentang penerapan pupuk organik pada tanaman sayuran di Desa Lamomea dievaluasi dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman.

Ho diterima jika probabilitas ≥ α (0,05), sedangkan Ho ditolak jika probabilitas ≤ α (0,05). Tabel 15 menunjukkan hasil analisis korelasi Rank Spearman yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16:

Tabel 15. Hubungan Pengetahuan dan Keterampilan Petani dalam Pemanfaatan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran

No. Variabel Nilai Koefisien Nilai Signifikan Hubungan

1.

2. Pengetahuan Petani

Keterampilan Petani 0,951

0,951 0,000

0,000 Signifikan

Signifikan Sumber: Data Primer Diolah, 2022

Hubungan antara pengetahuan dan kemampuan petani dalam penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran di Desa Lamomea diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,951 dengan nilai signifikan 0,000, sesuai dengan hasil uji Tabel 15 dengan menggunakan software SPSS 16 rank spearman. Hal ini menunjukkan bahwa petani di Desa Lamomea memiliki nilai koefisien yang sama dan nilai yang signifikan dalam hal pengetahuan dan kemampuan mereka tentang penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran. Hal ini dapat dikatakan signifikan karena memiliki nilai signifikan 0,000 > atau < dari 0,05. Parameter untuk menilai koefisien korelasi menuru (Sugiyono, 2015) adalah sebagai berikut: 0,00-0,199 sangat tidak erat, 0,20-0,399 tidak erat, 0,40-0,599 cukup erat, 0,60-0,799 erat, dan 0,80-1,000 sangat erat.

Penggunaan pupuk organik oleh petani untuk tanaman sayuran berada pada kisaran yang sangat sempit yaitu 0,80-1,000, artinya semakin besar pengetahuan petani maka semakin baik kemampuan petani.. Hal ini sesuai dengan hail penelitian dimana pengetahuan petani berada dalam kategori cukup sebanyak 21 orang

(9)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850 dengan persentase 67,74%. Sedangkan keterampilan petani terhadap penggunakan pupuk organik terdapat pada kategori cukup yaitu sebanyak 22 orang dengan persentase 70,97%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat dikatakan bahwa petani di Desa Lamomea memiliki pengetahuan yang memadai tentang penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran, dan mereka juga memiliki kemampuan yang sesuai dalam penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran. Kategori yang paling erat hubungannya antara pengetahuan dan kemampuan petani dalam penggunaan pupuk organik dengan penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran adalah sangat berhubungan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan petani tentang penggunaan pupuk organik perlu ditingkatkan agar lebih efektif.

REFERENSI

Amirullah, H. (2003). Alat Evaluasi Keterampilan Bermain Bola Basket: Jurnal Nasional Pendidikan Jasmani dan Ilmu Keolahragaan. Jakarta: Depdiknas.

Aurum, M. (2005). Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Setek Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Blume).

Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadhilah, M. L., Eddy, B. T., & Gayatri, S. (2018). Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Penerapan Sistem Agribisnis terhadap Produksi pada Petani Padi di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 2(1), 39-49.

Fahmi, D. N., & Maria, M. (2020). Persepsi Petani Terhadap Implementasi Kartu Tani (Studi Kasusdesa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang). AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 19(2), 315-330.

Hadisuwito, S. (2012). Membuat Pupuk Organik Cair: AgroMedia.

Handayani, Y. (2011). Persilangan Diallel lengkap dua Tetua Anggrek, Perkecambahan Biji dan Pembesaran Sedling in Vitro serta Aklimatisasi Phalaenopsis. Tesis, Bandar Lampung: Universitas lampung.

Kumbadewi, L. S., Suwendra, I. W., Susila, G. P. A. J., & SE, M. (2016). Pengaruh Umur, Pengalaman Kerja, Upah, Teknologi dan Lingkungan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan. Manajemen Indonesia, 4(1).

Lesmana, D., & Margareta. (2017). Tingkat Pengetahuan Petani Padi Sawah (Oryza sativa L.) terhadap Pertanian Organik di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang. Jurnal Pertanian Terpadu, 5(2), 18- 33.

Marpaung, A. E. (2018). Pemanfaatan Jenis dan Dosis Pupuk Organik Cair (POC) untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Sayuran Kubis. Agroteknosains, 1(2).

Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Rozikin, S. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 30.

Phahlevi, R. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah di Kota Padang Panjang.

Ekonomi Pembangunan, 1(02).

Purba, D. W., Thohiron, M., Surjaningsih, D. R., Sagala, D., Ramdhini, R. N., Gandasari, D., . . . Sa’ida, I. A. (2020).

Pengantar Ilmu Pertanian: Yayasan Kita Menulis.

Redono, C. (2016). Respon Petani terhadap Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Padi Sawah di Kelurahan Bokoharjo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Agrica Ekstensia, 10(1), 29.

Samun, S., Rukmana, D., & Syam, S. (2011). Partisipasi Petani dalam Penerapan Teknologi Pertanian Organik pada Tanaman Stroberi di Kabupaten Bantaeng. Analisis Kebijakan Pertanian, 4(2), 1-12.

Simanjuntak. B. 1997. Membina dan Mengembangkan Generasi Muda. Bandung: Tarsito.

(10)

Musafirah Amaliah Rahmahet al. e-ISSN: 2809-9850 Sormin, E. U., Supriana, T., & Sihombing, L. (2012). Analisis Tingkat Pengetahuan Petani terhadap Manfaat Lahan

Padi Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai. Journal of Agriculture and Agribusiness Socioeconomics, 1(1), 15333.

Sugiyono, D. R. (2015). Statistika untuk Penelitian [Statistic for Research]. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, D. R. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta.

Sujaya, D. H., Hardiyanto, T., & Isyanto, A. Y. (2018). Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Produktivitas Usahatani Mina Padi di Kota Tasikmalaya. Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 4(1), 25-39.

Supartha, I. N. Y., Wijana, G., & Adnyana, G. M. (2012). Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 1(2), 98-106.

Yanfika, H., & Suprayitno, M. A. (2019). Kompetensi Peternak Ayam Ras Pedaging Di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Agribisnis Terpadu, 12(1), 51-58.

Yasmiati, Y., Kusumawardani, N. D., & Sulastri, S. (2010). Hubungan Faktor-faktor Sosial Ekonomi dan Psikologi dengan Tingkat Penerimaan Usahatani Padi. Wacana Journal of Social and Humanity Studies, 13(4), 673-684.

Yuantari, MG. C., Widianarko, B., & Sunoko, H. R. (2013). Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan). Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 142-148.

Referensi

Dokumen terkait

Satu hal yang tidak bisa dinafikan bahwa sesuai dengan teori adanya interrelasi ilmu pengetahuan yang bersifat hierakis, maka posisi berbagai tingkatan tujuan pendidikan

Kebolehan atas sesuatu yang wajar juga telah dijelaskan oleh Yousuf Kamal Muhammad, bahwa konsep asceticism (pertapaan seperti kaum sufi) dalam Islam bukan untuk melarang apa

Melalui Putusan MK Nomor 92/PUU-X/2012 menegaskan pengembalian kewenangan legislasi yang dimiliki oleh DPD dalam 5 (lima) hal, yaitu (1) dalam mengajukan Rancangan Undang-Undang

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Perilaku penduduk seki- tar lingkungan hutan ditunjukkan dengan hal-hal berikut: (a) Membuka lahan; (b) Me-

kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan ,karena etika telah dijadikan sebagai coporate culture..dengan adanya kode etik secara internemua karyawan

Pria ulit preposium 6a)as&#34; lesi 6am)ut pu)is 6adang meatus uretra Pem)engkakan skrotum ,idak )engkak  ,idak ada ,idak ada ,idak ada ,idak ada !engkak  &amp;da - &amp;da

Keterlibatan kaum perempuan dalam bidang sosial baik melalui kegiatan rutin yang diprogramkan oleh lembaga sosial maupun kegiatan yang sifatnya spontan yang seringkali