• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Digital Pemrograman Web Berbasis Challenge Based Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Modul Digital Pemrograman Web Berbasis Challenge Based Learning"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

97

Modul Digital Pemrograman Web Berbasis Challenge Based Learning

Muhammad Mushawwir

*a)

, Setiadi Cahyono Putro

a)

,

Didik Dwi Prasetya

a)

Abstrak: Dibutuhkan sumber belajar dan model pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan keaktifan belajar serta mendukung proses pembelajaran. Modul digital berbasis challenge based learning dinilai mampu mengatasi masalah tersebut. Metode pengembangan yang dilakukan adalah model ADDIE untuk pengembangan media dan Dick & Carey untuk pengembangan konten. Hasil dari uji coba yang diperoleh sebagai berikut: (1) dari ahli media memperoleh persentase sebesar 87,5%, (2) dari ahli materi persentase sebesar 88,63%, (3) dari uji coba kelompok besar diperoleh persentase sebesar 87,36%, dan (4) keaktifan belajar siswa berada pada kategori sedang. Dari hasil validasi yang diperoleh untuk modul digital mata pelajaran pemrograman web berbasis challenge based learning untuk menumbuhkan keaktifan belajar pada siswa kelas X RPL SMKN 6 Malang dinyatakan sangat valid dan layak untuk digunakan. Kekatifan belajar siswa disimpulkan berkategori sedang berdasarkan hasil observasi yang dilakukan yaitu 21 orang kategori sedang dan 9 orang kategori tinggi.

Kata-kata kunci : modul digital, challenge based learning, keaktifan belajar.

1. Pendahuluan

Proses pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang bisa mencapai tujuan yang telah ditentukan. Faktor utama keberhasilan belajar adalah guru dan juga siswa. Sebuah pembelajaran akan maksimal hasilnya apabila siswa yang ada dalam proses tersebut aktif dan proses pembelajaran tidak terpusat pada guru.

Perkembangan zaman yang pesat memberikan efek positif terhadap perkembangan bahan ajar. Bahan ajar yang dulunya hanya berbasis cetak sekarang sudah ada dalam bentuk digital. Modul adalah salah satu bahan ajar yang bisa dibuat dalam bentuk modul digital sehingga dapat digunakan ooleh siswa secara mandiri.

Perubahan dari media cetak ke digital ini pastinya memberikan efek positif yang banyak. Dari sebuah buku yang dipenuhi dengan teks saja sudah berubah jadi modul dengan tampilan visual yang menarik. Selain tampilan yang menarik modul digital ini juga dapat memberikan interaksi atau umpan balik terhadap penggunanya. Hal ini juga menjadi nilai lebih dari sebuah modul digital dibandingkan media cetak. Tetapi tidak semua modul digital layak untuk digunakan. Modul digital harus melalui tahap validasi dan harus memenuhi aspek-aspek kelayakan sebuah modul sehingga dapat dikatakan layak untuk digunakan.

Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan modul digital yang terintegrasi dengan model Challenge Based Learning didalamnya yaitu membuat sebuah modul yang berbasis digital sehingga dapat memudahkan penggunanya. Challenge Based Learning yang di integrasikan didalam modul ini juga diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih maksimal dari sebelumnya.

Johnson, dkk (2009) menyatakan bahwa Challenge Based Learning merupakan jenis pembelajaran baru yang menggabungkan pembelajaran berbasis masalah,

pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kontekstual yang difokuskan pada penyelesaian masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran challenge based learning mampu membuat siswa bekerja bersana siswa lain dan guru-guru mereka (Swiden, 2013). Johnson & Adam (2011) berpendapat bahwa penerapan challenge based learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk (1) merencanakan pembutan modul digital mata pelajaran Pemrograman Web dengan model pengembangan ADDIE dan Dick & Carey, (2) menghasilkan modul digital mata pelajaran pemrograman web berbasis Challenge Based Learning untuk menumbuhkan keaktifan belajar siswa kelas X RPL di SMKN 6 Malang yang sudah di validasi, (3) uji coba modul digital mata pelajaran pemrograman web berbasis Challenge Based Learning untuk menumbuhkan keaktifan belajar pada X RPL di SMKN 6 Malang.

2. Landasan Teori

2.1 Modul Digital

Modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional) (Winkel, 2009:472).

Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010).

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik. Hal ini menyebabkan modul mudah digunakan secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan daya

Korespondensi: awirmuh@gmail.com

(2)

fleksebilitas yang tinggi.

Sedangkan untuk modul digital adalah penerapan sebuah perangkat pembelajaran berbentuk modul ke dalam digital dan dapat kita operasikan melalui perangkat computer. Modul digital merupakan salah satu bentuk dari bahan ajar non cetak berbasis CAI(Computer Assited Instruction). Perubahan bentuk bahan ajar dari media cetak ke media digital ini tentunya banyak memberikan perubahan ke dampak baik bagi penggunanya. Menggunakan modul digital daya aksesibilitas dan daya fleksibilitas menjadi meningkat dari sebelumnya.

2.2 Challenge Based Learning

Johnson, dkk (2009) menyatakan bahwa challenge based learning merupakan pembelajaran baru yang menggabungkan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kontekstual yang difokuskan kepada penyelesaian dari permasalahan yang ada dikehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini membuat siswa untuk berpikir kritis dan aktif agar dapat memecahkan masalah.

Tantangan yang di desain secara efektif untuk belajar dan membantu siswa meningkatkan keterampilannya dalam mengaplikasikan konsep dan pengetahuan. Pembelajaran ini membuat siswa mampu bekerja bersama siswa lain dan guru-guru mereka (Swiden, 2013).

Dalam modul pembelajaran pemrograman web yang akan dibuat ini mengkombinasikan modul digital dengan bermuatan challenge based learning. Modul yang bermuatan challenge based learning akan berisi tantangan yang tentang masalah-masalah yang ada di sekitar siswa. Siswa dituntut bisa menyelesaikan tantangan yang diberikan pada setiap bagian pembelajaran dengan pengetahuan yang telah didapatnya di dalam pelajaran pemrograman web. Penerepan challenge based learning ini diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson & Adam (2011) bahwa penerapan challenge based learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibtan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Challenge based learning tidak berbeda dengan pembelajaran lainnya yaitu memiliki langkah-langkah untuk melaksanakan pembelajarannya, menurut challenge based learning Classroom Guide (2012) langkah-langkah pembelajarann challenge based learning yaitu : (1) menemukan ide besar untuk menjadi tantangan, (2) mengatur langkah penyelesaian masalah, (3) mengidentifikasi solusi, (4) implementasi dan evaluasi, (5) publikasi dan evaluasi.

3. Metode Penelitian

Menurut Robert (2009:2) langkah

pengembanganADDIE adalah dari Analysis (analisis),

Design (desain), Development(pengembangan),

Implentation (implementasi), dan Evaluation (evaluasi). Keunggulan model ini adalah proses evaluasi dilakukan secara terus menerus dalam setiap langkah yang dilakukan.

Sehingga produk yang di hasilkan dapat valid untuk digunakan. Model ini juga sangat sederhana untuk digunakan dan sistematis.

Gambar 1 Langkah Pengembangan ADDIE (Sumber: Robert 2009)

Gambar 2 Langkah Dick & Carey ( Sumber: Dick, W., & carey, J.O :2001)

Analisis dilakukan bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi dengan cara wawancara dengan kepala kantor RPL dan guru mata pelajaran di SMKN 6 Malang. Tahap selanjutnya adalah desain yang dituangkan dalam storyboard modul digital yang dikembangkan. Pengembangan adalah langkah ketiga yaitu dengan membuat modul digital dengan bahasa pemrograman HTML 5. Pengembangan konten yang dilakukan menggunakan model Dick & Carey.

(3)

Evaluasi adalah langkah terakhir dari model ini. Pada langkah evaluasi dilihat apakah modul sudah sesuai dengan kelayakan yang di harapkan. Pada dasarnya evaluasi telah dilakukan oleh ahli media dan ahli materi dengan hasil evaluasi tersebut akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan terhadap modul yang dibuat

Langkah pengembangan Dick & Carey dilakukan untuk mengembangkan konten modul digital seperti Gambar 2 sebagai berikut : (1) Identifikasi Tujuan, (2) Melakukan Analisis Pengajaran, (3) Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal, (4) Menulis Tujuan Kerja, (5) Pengembangan Tes Acuan Patokan, (6) Pengembangan Strategi Pembelajaran, (7) Pengembangan dan Pemilihan Perangkat Pembelajaran, (8) Merancang dan Melaksanakan dan Melaksanakan Tes, (9) Revisi Penyajian, (10) Evaluasi Sumatif.

Tahap pertama dari pengembangan konten adalah identifikasi tujuan. Pada identifikasi ini dilakukan identifikasi silabus pemrograman web. Tahap kedua adalah analisis yaitu analisis keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa. Tahap ketiga adalah identifikasi karakteristik siswa yang bertujuan agar modul digital dapat menyesuaikan kebutuhan siswa.

Tahap keempat adalah merumuskan tujuan pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran ini merujuk pada standar kompetensi dan komptensi dasar yang telah ditetapkan. Tahap kelima adalah mengembangkan instrumen penilaian. Instrument yang dikembangkan adalah kisi-kisi soal yang akan digunakan pada bagian evaluasi pembelajaran.

Tahap keenam adalah mengembangkan strategi pembelajaran. Muatan challenge based learning dalam modul ini akan di jabarkan dalam langkah-langkah pembelajaran yang terdapat di dalam modul.

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada responden selanjutnya akan di analisis dengan rumus pengolahan data kuantitatif yang di adaptasi dari Akbar (2013) yang ditunjukkan pada

∑Tse = Total Skor Empirik Validator

∑Tsh = Skor maksimal yang diharapkan

Tabel 1 Kriteria kelayakan hasil validasi

Persentase Kriteria Tingkat Validitas

85,01% - 100,00%

Sangat Valid Dapat digunakan tanpa revisi

70,1% - 85,00% Cukup Valid Dapat digunakan dengan revisi kecil 55,01% -

70,00%

Kurang Valid Kurang valid (disarankan tidak dipergunakan karena perlu revisi besar) 01,00% -

55,00%

Tidak Valid Tidak valid(tidak boleh digunakan)

Data yang didapatkan dengan pengolahan data persamaan 1 merupakan data persentase validitas. Dari data tersebut kemudian mengahsilkan kriteria validitas sesuai dengan data yang didapatkan. Kriteria dari validitas yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1 yang di adaptasi dari Akbar (2013:41).

Kemudian untuk menganalisis data hasil observasi keaktifan siswa dengan mengadaptasi petunjuk penentuan batas ideal keaktifan belajar oleh Arikunto (2012:229)

Tabel 2 Penentuan data kelompok ideal Batas

Kelompok

Keterangan

Tinggi Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak rata-rata +1 standar deviasi keatas ( ≥ M + SD)

Sedang Semua siswa yang mempunyai skor antara skor rata-rata +1 standar deviasi dan skor rata-rata -1 standar deviasi (M – SD > a < M + SD)

Rendah Semua siswa yang mempunyai skor rata-rata -1 standar deviasi dan yang kurang dari itu ( ≤ M - SD)

Sumber: Arikunto (2012:299)

Rumus untuk menentukan interval ideal adalah dengan menggunakan Rumus 2 dan 3.

M

.(2)

SD .

(3)

Setelah dihitung dengan menggunakan Rumus 2 dan 3 maka diperoleh hasil perhitungan penentuan interval dan kategori batas kelompok, data kategori tingkat keaktifan belajar yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori tingkat keaktifan belajar

Interval Ideal Kategori

(4)

Cover dari setiap bab pada modul digital berbeda-beda sesuai dengan materi yang menjadi pokok bahasan di dalamnya.

Gambar 2 Daftar Isi

Daftar isi pada modul digital sudah dilengkapi dengan link sehingga mempermudah pengguna menuju halaman tertentu dalam modul.

Gambar 3 KD, Tujuan, dan Uraian Materi

Komptensi dasar, tujuan, dan uraian materi memberikan informasi kepada siswa tentang kemampuan apa yang akan dicapai setelah mempelajari bab tersebut.

Gambar 4 Panduan Challenge Based Learning

Panduan challenge based learning berfungsi sebagai petunjuk dalam penerpaan langkah model pembelajaran tersebut didalam sebuah modul digital.

Gambar 5 Materi

Materi berisikan semua informasi yang sudah di kumpulkan dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami pembaca.

Gambar 6 Rangkuman

Rangkuman berisi inti-inti pokok bahasan dari materi yang telah disajikan sebelumnya.

4.2 Pembahasan

Hasil dari proses validasi yang dilakukan oleh ahli media menunjukkan persentase sebesar 87,5 % dan berdasarkan tabel validitas maka modul digital dari segi media sudah sangat valid. Hasil proses validasi oleh ahli materi mendapatkan persentase sebesar 88,63 dan berdasarkan tabel validitas modul digital dari segi materi sudah sangat valid. Uji coba yang dilakukan kepada 30 orang siswa mendapatkan persentase 87,36% dan berdasarkan tabel validitas sudah dinyatakan sangat layak.

Modul digital yang dibuat diharapkan dapat membantu proses pembelajaran yang berlangsung. Keakatifan pembelajaran diharapkan dapat tumbuh dalam penggunaan modul ini sehingga hasil belajar yang di dapat secara maksmal. Berdasarkan hasil observasi ketika modul ini digunakan kategori kekatifan siswa berada pada kategori sedang berdasarkan tabel tingkat keaktifan belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil 21 orang berkategori sedang, 9 orang berkategori tinggi, dan tidak ada siswa yang berkategori keaktifan rendah.

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengembangan dan penelitian ini maka di hasilkan sebuah modul digital pemrograman web bermuatan challenge based learning untuk siswa kelas X jurusan RPL di SMKN 6 Malang. Modul digital yang dikembangkan berupa file dengan ekstensi electronic publishing atau .epub yang bersifat stand alone. Kelebihan dari modul digital ini adalah sudah mengintegrasikan model pembelajaran didalamnya, mudah di akses kapan saja dan dimana saja dengan perangkat yang mendukung, modul ini juga di desain dengan tampilan yang menarik, dan terdapat video pembelajaran yang bisa membantu siswa untuk memahami materi yang disajikan. Modul sudah sangat valid untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan sudah dapat menumbuhkan keaktifan belajar berdasar hasil uji coba yang dilakukan.

(5)

langkah-langkah challenge based learning yang terintegrasi didalamnya juga dapat lebih dirincikan.

Daftar Pustaka

[1] Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

[2] Anwar, I. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI. Bandung.

[3] Apple Inc. 2012. Challenge Based Learning A Classroom Guide.

[4] Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

[5] Branch, R. M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. University of Georgia.

[6] Dick, W., Carey, L., &Carey, J.O. 2001. The Systematic Design Of Instruction (5th ed). New York: Addison-Wesley, Longman.

[7] Johnson, L.F., & Adams, S. 2011. Challenge Based Learning: The Report from the Implemntation Project.Austin, Texas: The New Media Consortium. [8] Johnson, L.F., Smith, R. S., Myte, J. T., & Varon, R.K.,

2009. Challenge base learning : an Approach For Our Time. Austin, Texas : New Media Consortium.

[9] Swiden, C.L. 2013. Effetcs Of Challenge based Learning On Student Motovation And Achievment. Montana : Montana State University.

[10] Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.

(6)

Gambar

Gambar 2 Langkah Dick & Carey ( Sumber: Dick, W., & carey, J.O :2001)
Tabel 2 Penentuan data kelompok ideal
Gambar 6 Rangkuman

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus nyata yang penulis temukan hanya terdapat 3 diagnosa keperawatan yaitu : Penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Penurunan sirkulasi

Berdasarkan data hasil penilaian instrumen uji coba produk terhadap kualitas tingkat kemu- dahan, kemenarikan dan kemanfaatan produk mendapatkan hasil dari uji coba produk masuk

Persepsi Siswa Tentang harapan Dari Dorongan Yang Diberikan Oleh Guru Berdasarkan data olah hasil penelitian, dapat diketahui bahwa dari 23 orang responden, sebanyak 3 orang

Metode observasi ini, digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan, problematika, dan upayanya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak autis di SD Inklusi Suryo

STAIN Sorong selaku perguruan tinggi agama Islam di Sorong, Papua Barat, dengan berbagai ahli agama, ahli pendidikan, ahli hukum, serta sivitas akademiknya diharapkan menjadi

نم وهو ميلعتلا ةيلمع في مامتهلإا دوجو لدت لئلاد ىلع ،ينعم ئيش ىلع زيكرت وه مامتهلإاو .ةملها دوجو او ينسرادلا زيكرت وه ملعتلا في مامتهلإ هحرش ام

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kepuasan peserta diklat ( reaction ) terhadap aspek edukatif, aspek fasilitas, aspek pelayanan dan hasil belajar peserta diklat ( learning

Pada Tabel 2 hasil uji statistiki chi- square diperoleh nilai P-value = 0.001 (P&lt;0.05) berarti ada hubungan yang signifikan antara higiene perorangan dengan