• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI DAN BELANJA LAIN-LAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI DAN BELANJA LAIN-LAIN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PELAPORAN

PELAPORAN

KEUANGAN

KEUANGAN

BELANJA SUBSIDI

BELANJA SUBSIDI

DAN BELANJA

DAN BELANJA

LAIN-LAIN

LAIN-LAIN

(2)

KEKUASAAN ATAS

KEKUASAAN ATAS

PENGELOLAAN NEGARA

PENGELOLAAN NEGARA

1. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku

pengelola fskal dan wakil pemerintah dalam

kepemilikan kekayaan negara yang

dipisahkan.

2. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga

selaku Pengguna  Anggaran/Pengguna Barang kementerian/lembaga yang dipimpinnya.

3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota

selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

(3)

PENGELOLAAN

PENGELOLAAN

KEUANGAN NEGARA

KEUANGAN NEGARA

PRESIDEN

Pemegang kekuasaan PKN

MENTERI……… & BELANJA

LAIN-LAIN

999.02 999.03 999.04 999.05 999.06 999.07

3

(4)

DASAR HUKUM APP

DASAR HUKUM APP

Berdasarkan UU No.1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara

Pasal 51 ayat (1) berbunyi:

“Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum

Negara/ Daerah menyelenggarakan

akuntansi atas transaksi keuangan, aset,

utang, dan ekuitas dana,

termasuk

transaksi pembiayaan dan

perhitungannya.”

(5)

ANGGARAN PEMBIAYAAN

ANGGARAN PEMBIAYAAN

DAN PERHITUNGAN

DAN PERHITUNGAN

Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan adalah dana yang dialokasikan kepada Menteri Keuangan/ BUN sebagai Pengguna Anggaran selain yang dialokasikan untuk Kementerian Negara/Lembaga, yang dalam pelaksanaannya dapat diserahkan kepada Kementerian Negara/Lembaga/pihak lain sebagai Kuasa Pengguna Anggaran

BELANJA

LAIN-BELANJA SUBSIDI

BELANJA SUBSIDI

DAN BELANJA

DAN BELANJA

LAIN-LAIN (BA

LAIN-LAIN (BA

(6)

DASAR HUKUM APP

DASAR HUKUM APP

Berdasarkan PP 8 tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah:

Pasal 1 ayat (24):

“Anggaran pembiayaan dan perhitungan

adalah dana APBN yang dialokasikan kepada

Menteri Keuangan / BUN sebagai PA selain

yang dialokasikan untuk K/L, yang dalam

pelaksanaannya dapat diserahkan kepada K/

L/

pihak lain

sebagai KPA”

(7)

KRITERIA PIHAK LAIN

KRITERIA PIHAK LAIN

(PMK196/PMK.05/2008)

(PMK196/PMK.05/2008)

Pihak

lain

adalah

instansi/unit

organisasi

di

luar

Kementerian

Negara/Lembaga dan berbadan hukum

yang menggunakan anggaran yang

bersumber dari APBN dan bukan Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai

entitas

Pemerintahan

Daerah,

dan

karenanya

wajib

menyelenggarakan

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) sesuai

ketentuan yang berlaku.

(8)

JENIS TRANSAKSI BAPP

JENIS TRANSAKSI BAPP

1. Belanja Subsidi

2. Belanja Transfer Lainnya 3. Belanja Lain-Lain

4. Transfer kepada Pemerintah Daerah

Transfer Dana Perimbangan

Transfer Otonomi Khusus dan Penyesuaian

5. Pengelolaan Utang

Pembayaran Bunga Utang Dalam dan Luar NegeriPembayaran Cicilan Pokok Utang Luar NegeriPembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam NegeriPenerimaan Pembiayaan

Penerimaan Hibah

6. Belanja Penerusan Pinjaman 7. Belanja Penyertaan Modal Negara

8. Belanja Penerusan Pinjaman sebagai Hibah 9. Belanja Penerusan Hibah

10. Transaksi Khusus

Pengeluaran Kerjasama Internasional

Pengeluaran Perjanjian Hukum InternasionalPengeluaran Koreksi dan Pengembalian Pembayaran Jasa Perbendaharaan Pembayaran PFK

Pendapatan Jasa Perbendaharaan dan Perbankan

11. Transaksi Pengelolaan PNBP dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat PNBP terdiri dari:

PPh Migas;

PNBP Migas dan PNBP Migas Lainnya;Pungutan Ekspor;

(9)

BELANJA LAIN-LAIN

BELANJA LAIN-LAIN

Belanja lain-lain/tak terduga

adalah

pengeluaran anggaran untuk kegiatan

yang sifatnya tidak biasa dan tidak

diharapkan

berulang

seperti

penanggulangan

bencana

alam,

bencana sosial, dan pengeluaran tidak

terduga lainnya yang sangat diperlukan

dalam

rangka

penyelenggaraan

kewenangan pemerintah pusat/daerah.

(10)

KATEGORI BELANJA LAIN LAIN

KATEGORI BELANJA LAIN LAIN

Belanja lain-lain dibagi dalam 3 (tiga) kategori utama yaitu:

1. Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat

pengeluarannya tidak dapat diklasifkasikan ke dalam pos-pos belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja daerah.

2. Pengeluaran/belanja yang sifatnya tidak biasa dan

tidak diharapkan berulang seperti

penanggulangan bencana alam, bencana sosial.

3. Pengeluaran/belanja tidak terduga lainnya yang

(11)

BELANJA PUSAT DALAM

BELANJA PUSAT DALAM

APP

APP

Kriteria keperluan mendesak

a. Sulit direncanakan kebutuhannya;

b. Adanya resiko yang besar apabila tidak dipenuhi pada saat kejadian, baik dari segi politik, ekonomi, sosial dan keamanan;

c. Kejadian yang tidak disebabkan oleh alam, contohnya adanya akibat dari suatu kebijakan Pemerintah Asing yang terkait dengan Pemerintah Indonesia, klaim pihak ketiga sebagai hasil putusan pengadilan

(12)

PEMBIAYAAN DALAM APP

PEMBIAYAAN DALAM APP

Masuk dalam kategori “below the lines” APBN

Pengeluaran dalam kategori ini tidak berdampak

pada penambahan kekayaan pemerintah secara langsung. Penarikan pinjaman untuk penerusan pinjaman akan menimbulkan hutang Pemerintah kepada pihak Lender dan secara bersamaan

menimbulkan piutang Pemerintah pada

penerima penerusan pinjaman.

Dipergunakan antara lain untuk: pembayaran

(13)

PENGANGGARA

Terencana dan dapat

diklasifkasikan ke dalam pos-pos

belanja pegawai, belanja barang,

belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi,

belanja hibah, belanja bantuan

sosial, dan belanja daerah

1. Tidak Terencana 2. Pengeluaran/belanja yang sifatnya tidak biasa

dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan

bencana alam, bencana sosial.

3. Pengeluaran/belanja tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan

(14)

KATEGORI BELANJA LAIN

KATEGORI BELANJA LAIN

LAIN

LAIN

Belanja lain-lain dibagi dalam 3 (tiga) kategori utama yaitu:

1.Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat

pengeluarannya tidak dapat diklasifkasikan ke dalam pos-pos belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja daerah.

2.Pengeluaran/belanja yang sifatnya tidak biasa dan

tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial.

3.Pengeluaran/belanja tidak terduga lainnya yang sangat

diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.

(15)

BELANJA PUSAT DALAM

BELANJA PUSAT DALAM

APP

APP

Kriteria keperluan mendesak

a. Sulit direncanakan kebutuhannya;

b. Adanya resiko yang besar apabila tidak dipenuhi pada saat kejadian, baik dari segi politik, ekonomi, sosial dan keamanan;

c. Kejadian yang tidak disebabkan oleh alam, contohnya adanya akibat dari suatu kebijakan Pemerintah Asing yang terkait dengan Pemerintah Indonesia, klaim pihak ketiga sebagai hasil putusan pengadilan

Dana cadangan resiko fskal digunakan untuk menampung alokasi untuk mengantisipasi adanya perubahan asumsi-asumsi dalam penyusunan APBN, contohnya perubahan harga minyak dan besaran subsidi yang akan mengubah besaran penerimaan dan pengeluaran

(16)

PENTINGNYA KLASIFIKASI

PENTINGNYA KLASIFIKASI

BELANJA

BELANJA

memformulasikan

kebijakan

dan

mengidentifkasi alokasi sumber daya

sektor-sektor;

mengidentifkasi

capaian

kegiatan

pemerintah

melalui

penilaian

kinerja

pemerintah; dan

membangun akuntabilitas atas ketaatan

dalam pelaksanaan anggaran terhadap

otorisasi yang diberikan oleh legislatif.

(17)

FORMULASI KLASIFIKASI

FORMULASI KLASIFIKASI

YANG MEMENUHI FUNGSI

YANG MEMENUHI FUNGSI

ANGGARAN DAN

ANGGARAN DAN

PELAPORAN

PELAPORAN

Klasifkasi menurut fungsi, untuk analisis dan

formulasi kebijakan;

Klasifkasi organisasi, untuk keperluan

akuntabilitas;

Klasifkasi menurut dana, untuk keperluan

sumber pembiayaan;

Klasifkasi menurut ekonomi, untuk tujuan

statistik dan objek (jenis belanja), ketaatan, pengendalian dan analisis ekonomi;

Klasifkasi menurut program dan kegiatan,

untuk informasi dan pengendalian pencapaian tujuan

(18)

PELAPORAN APP

PELAPORAN APP

Setiap Kementerian Negara / Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk Bagian APP ( PMK No. 171/PMK.05/2007)

Penyusunan Laporan Keuangan APP dilakukan secara terpisah dengan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga sesuai dengan Bagian Anggaran masing-masing;

Laporan Keuangan APP dikirim kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

Direktorat Jenderal Perbendahaaran akan melakukan penyusunan Laporan Keuangan APP secara keseluruhan.

TATACARA

TATACARA

(19)

PENYAJIAN

PENYAJIAN

LK

LK

Laporan Keuangan

yang disajikan:

1.

LRA

2.

NERACA

3.

CALK

4.

LAPORAN BMN

(20)

REVIU

REVIU

 Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja

Lain-lain yang disajikan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan wajib di reviu oleh Aparat Pengawasan Intern sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Sistem Pengendalian Intern (SPI). {PP 60/2008 pasal 48 & 49}

 Reviu dimaksud dapat dilakukan oleh BPKP

berdasarkan penetapan terlebih dahulu oleh Menteri Keuangan, selama terkait dengan kegiatan kebendaharaan umum negara.

(21)

PERNYATAAN TANGGUNG

PERNYATAAN TANGGUNG

JAWAB

JAWAB

(Statement of

(Statement of

Responsibility)

Responsibility)

Berdasarkan PP-8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi pemerintah pasal 25 ayat (2)

menyatakan bahwa Kementerian

Negara/Lembaga/Pihak Lain yang menerima alokasi APP wajib menyampaikan Laporan Keuangan tahunan yang dilampiri dengan pernyataan tanggung jawab.

21

(22)

Pemerintah Pusat dapat memberikan

pinjaman

dan/atau

hibah

kepada

Pemerintah Daerah atau sebaliknya.

(UU

17/2003 pasal 22 ayat 2)

Pemerintah Pusat dapat memberikan

pinjaman atau

hibah

kepada

Pemerintah

Daerah

/Badan Usaha Milik Negara/Badan

Usaha Milik Daerah sesuai dengan yang

tercantum /ditetapkan dalam UU APBN UU

1/2004 pasal 33 ayat (1).

PENGHIBAHAN

PENGHIBAHAN

ASET

ASET

(23)

Penjualan

Pengalihan Kepemilikan BMN/D kpd pihak lain dg menerima penggantian dlm bentuk uang

Pengalihan kepemilikan

BMN/D yg dilakukan antara pempus dg pemda, antar pemda, atau antara

pempus/pemda dg pihak lain, dg menerima

penggantian dlm btk

barang, sekurang2nya dg nilai seimbang

Pengalihan kepemilikan brg dr pempus kpd pemda, dr pemda kpd pempus antar pemda atau dr pempus/Pemda kpd phk lain, tanpa memperoleh penggantian

Pengalihan kepemilikan BMN/D yg sml mrp’ kekayaan yg tdk

dipisah’ mjd kekayaan yg dipisah’ u. dip’htg’sbg mdl/saham ngr/daerah pd BUMN BUMD/bdn hk lain’

yg dimiliki negara

(24)

HIBAH

HIBAH

Penggun a

dg

perset.

Pengelol a

21

(25)

MEKANISME SERAH TERIMA

MEKANISME SERAH TERIMA

BARANG

BARANG

UMUM

UMUM

 Barang Milik Negara (BMN) pada akhir tahun

diserahkan dari Pembantu Pengguna Barang(PB) atau KPB Belanja Lain-lain kepada satuan kerja kementerian negara/lembaga/pihak lain yang mengelola Belanja Lain-lain selambat-lambatnya tanggal 31 Desember dan/atau sampai dengan telah selesainya kegiatan dimaksud.

 Penyerahan BMN dilakukan dari Pembantu

Pengguna Barang Belanja Lain-lain (DJA) atau yang diberi kuasa kepada SKPD, diperlakukan sebagai Hibah.

(26)

HAL-HAL YANG PERLU

HAL-HAL YANG PERLU

PERHATIAN

PERHATIAN

Pengelola Barang > DJKN

Pengguna Barang > DJA (Dit. A3)

Kementerian Negara/Lembaga

Kuasa Pengguna Barang: Satker

(27)

NERACA

NERACA

ASET

ASET KEWAJIBAN KEWAJIBAN

Aset Tetap

Tanah xxx

Peralatan dan Mesin xxx

Gedung dan Bangunan xxx

Jalan, Irigasi dan

Jaringan xxx Ekuitas Aset Tetap Lainnya

xxx Aset Tetap Diinvestasikan dalam xxx

Total xxx

(28)

MEKANISME SERAH

MEKANISME SERAH

TERIMA BARANG

BMN kepada PEMDA (Hibah)

1 2

3

SK Persetujuan penghapusan,

dgn tindak lanjut

pengalihan BMN kepada PEMDA

(Hibah) SK

Penghapusan, berdasarkan SK

(29)

MEKANISME PELAPORAN

MEKANISME PELAPORAN

BELANJA SUBSIDI DAN

BELANJA SUBSIDI DAN

BELANJA

BELANJA

LAIN-LAIN

LAIN-LAIN

(PMK 196/2008)

(PMK 196/2008)

(30)

PELAPORAN APP

PELAPORAN APP

Setiap Kementerian Negara / Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk Bagian APP ( PMK No. 171/PMK.05/2007)

Penyusunan Laporan Keuangan APP dilakukan secara terpisah dengan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga sesuai dengan Bagian Anggaran masing-masing;

Laporan Keuangan APP dikirim kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

Direktorat Jenderal Perbendahaaran akan melakukan penyusunan Laporan Keuangan APP secara keseluruhan.

TATACARA

TATACARA

(31)

UNIT AKUNTANSI BELANJA

UNIT AKUNTANSI BELANJA

LAIN LAIN

LAIN LAIN

K/L & PIHAK LAIN

(32)

 Transaksi Belanja Lain-Lain antara lain belanja yang dilakukan oleh

Kementerian Negara/Lembaga yang bersumber dari BAPP yang bersifat mendesak serta tujuan khusus yang anggarannya tidak tersedia pada Kementerian Negara/Lembaga.

 DS Belanja Lain-Lain terdiri dari dokumen anggaran, dokumen

pengeluaran, dokumen penerimaan, dan dokumen lain yang dipersamakan untuk Belanja Lain-Lain.

 Satuan Kerja yang diberi kewenangan untuk menggunakan

anggaran Belanja Lain-lain merupakan UAKPA.

 Penanggung Jawab UAKPA adalah Kepala Satuan Kerja.

 Kementerian Negara/Lembaga yang mendapat pelimpahan

wewenang untuk menggunakan anggaran Belanja Lain-Lain merupakan UAPA

 Penanggung Jawab UAPA adalah Menteri Teknis atau pejabat yang

ditunjuk/diberi kewenangan.

UNIT AKUNTANSI DAN DOKUMEN SUMBER

UNIT AKUNTANSI DAN DOKUMEN SUMBER

BELANJA LAIN-LAIN

BELANJA LAIN-LAIN

(33)

 UAKPA Belanja Lain-Lain wajib memroses dokumen

sumber untuk menghasilkan laporan keuangan berupa LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

 UAKPA Belanja Lain-Lain wajib menyampaikan LRA dan

Neraca beserta ADK setiap bulan ke KPPN/BUN.

 UAKPA Belanja Lain-Lain melakukan rekonsiliasi dengan

KPPN dan/atau PKN setiap bulan.

 UAKPA Belanja Lain-Lain wajib menyampaikan LRA dan

Neraca beserta ADK setiap bulan ke UAPPA-E1/UAPA.

 Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan

disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan.

PROSES AKUNTANSI

PROSES AKUNTANSI

TINGKAT UAKPA

TINGKAT UAKPA

(34)

 UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain menyusun laporan

keuangan tingkat UAPPA-E1 berdasarkan laporan keuangan UAKPA Belanja Lain-Lain.

 UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain melakukan rekonsiliasi

Laporan Keuangan dengan Direktorat Jenderal Anggaran setiap Triwulanan.

 UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain wajib menyampaikan

laporan keuangan tingkat UAPPA-E1 beserta ADK kepada UAPA Belanja Lain-Lain Kementerian Negara/Lembaga setiap bulan.

 Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan

disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan.

PROSES AKUNTANSI

PROSES AKUNTANSI

TINGKAT UAPPA-E1

TINGKAT UAPPA-E1

(35)

UAPA Belanja Lain-Lain melakukan proses

penggabungan laporan keuangan UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain yang digunakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.

UAPA Belanja Lain-Lain menyusun laporan keuangan

tingkat UAPA berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan dari UAPPA-E1 Belanja Lain-Lain.

UAPA Belanja Lain-Lain menyampaikan LRA dan Neraca

tingkat UAPA beserta ADK kepada Direktorat Jenderal Anggaran setiap triwulan.

Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan

disertai dengan Statement of Responsibility dan Catatan atas Laporan Keuangan.

UAPA Belanja Lain-Lain melakukan rekonsiliasi atas

laporan keuangan dengan Direktorat Jenderal Anggaran setiap semester.

Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara

Rekonsiliasi .

PROSES AKUNTANSI

PROSES AKUNTANSI

TINGKAT UAPA

TINGKAT UAPA

K/L

K/L

(36)

UAPA PA Belanja Lain-Lain melakukan proses penggabungan

laporan keuangan UAPA Belanja Lain-Lain yang digunakan oleh Kementerian Negara/Lembaga dan Pihak Lain.

UAPA PA Belanja Lain-Lain menyusun laporan keuangan tingkat

UAPA berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan dari UAPA Belanja Lain-Lain yang digunakan oleh Kementerian Negara/ Lembaga dan Pihak Lain.

UAPA PA Belanja Lain-Lain menyampaikan LRA dan Neraca tingkat

UAPA beserta ADK kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAPA BUN setiap triwulan.

Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan disertai

dengan Statement of Responsibility dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Direktorat Jenderal Anggaran melakukan rekonsiliasi atas laporan

keuangan dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester.

Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi .

PROSES AKUNTANSI TINGKAT

PROSES AKUNTANSI TINGKAT

UAPA PENGGUNA ANGGARAN

UAPA PENGGUNA ANGGARAN

DJA

DJA

(37)

LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN

ANGGARAN PEMBIAYAAN DAN

ANGGARAN PEMBIAYAAN DAN

PERHITUNGAN

PERHITUNGAN

Kementerian Negara/Lembaga dan/atau Direktorat

Jenderal yang diberi kewenangan dalam pengelolaan anggaran yang bersumber dari APP dalam penyusunan laporan keuangan wajib membentuk Unit Akuntansi.

Laporan Keuangan APP merupakan gabungan dari

Laporan Keuangan masing-masing UAKPA.

Laporan Keuangan APP sebelum disampaikan kepada

Menteri Keuangan direviu oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang ditugaskan oleh Menteri Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan

Laporan Keuangan APP diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

(38)

PEMBINAAN APP

PEMBINAAN APP

Dalam rangka menjaga kesinambungan

penyusunan

dan

keandalan

laporan

keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran

c.q Direktorat Anggaran III melakukan

pembinaan dan

monitoring

penyusunan

laporan keuangan APP (BSBL).

Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan

dan

monitoring

Direktorat

Jenderal

Anggaran c.q Direktorat Anggaran III dapat

bekerja sama dengan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan.

(39)

AKHIR SPM BLJ PEGAWAI,

LS PIHAK KETIGA

KE BENDAHARA

SANKSI APABILA:

1. Tidak Rekon dengan KPPN dan KPKNL

2. Tidak Menyampaikan

Laporan BMN ke KPPN dan KPKNL 3. Tidak Mengirim Laporan

ke Unit Vertikal

4. Tidak melaporkan DK/TP

SANKSI APABILA:

1. Tidak Rekon dengan KPPN dan KPKNL

2. Tidak Menyampaikan

Laporan BMN ke KPPN dan KPKNL 3. Tidak Mengirim Laporan

ke Unit Vertikal

4. Tidak melaporkan DK/TP

(40)

TERIMA

TERIMA

KASIH

KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pola pengusahaan usahatani komoditas tanaman pangan pada lahan kering di Kabupaten Morowali dapat

3.7.3 Sequence Diagram Memilih Latihan Home Halaman Latihan Latihan Angka Latihan Tubuh Latihan Alam Latihan Hewan Memuat Aplikasi() Tekan Button Latihan() Pilih Latihan

DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar sistem, dimana data

Karena banyaknya macam cakupan dari Surat Berharga ini, maka dalam pembahasan ini, hanya akan membatasi pada beberapa macam Surat Berharga Komersial yang termasuk

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu dan waktu ekstraksi kulit kayu manis ( Cinnamomum burmanii ) dengan gelombang ultrasonik yang optimum, sehingga dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) mendeskripsikan aktivitas siswa dalam penerapan pendekatan scaffolding untuk pembelajaran akuntansi kelas X D di SMK Shalahuddin

Berdasarkan paparan singkat di atas dan fenomena yang terjadi saat ini, perilaku pembelian impulsif atau bisa disebut impulse buying khusunya di kalangan

• Pencegahan jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi melalui pintu pemasukan dan pengeluaran (impor, ekspor, dan antar area dalam wilayah Republik Indonesia)