• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maturasi Induk Ikan Belida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Maturasi Induk Ikan Belida"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

# Ko re sp o n d e n si: Balai Rise t Per ikan an Bu d id aya Air Tawar d an

Pe nyu lu h an Pe rikan an. Jl. Se m p u r No . 1 , Bo g o r 1 61 2 9 , In d o n e s ia.

Te l. + 6 2 2 5 1 8 3 1 3 2 0 0

E-m ail: l i esset i j ani ngsi h@ yahoo.com

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

PERFORM A PEM IJAHAN IKAN BELIDA (Notopterus chitala) M ELALUI INDUKSI HORM ON HCG DAN LHRH

Lies Setijaningsih#, Jojo Subagja, Deni Radona, Brata Pantjara, Anang Hari Krist anto, dan

Yohanna Retnaning W idyastuti

Balai Riset Perikanan Bu didaya Air Tawar dan Penyu luhan Pe rikanan Jl. Se mpur No. 1, Bogo r 16129

(Naskah dit erima: 20 M ar et 2018; Revisi final: 16 M ei 2018; Diset ujui publikasi: 16 M ei 2018)

ABSTRAK

Permintaan ikan belida cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku olahan makanan yang masih mengandalkan tangkapan dari alam. Tingginya eksploitasi mengakibatkan populasi ikan dari tahu n ke t ah un sem akin b erku rang d an t eran cam pu nah. Tekno lo gi p em be nihan ikan b elid a de ngan penggunaan hormon d iduga d apat me ningkat kan prod uksi larva unt uk kepe rluan b udidaya. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi performasi pemijahan ikan belida secara alami dan buatan melalui induksi hormon HCG dan LHRH analog. Pemijahan alami dan buatan dilakukan menggunakan induk betina sebanyak enam ekor dan jantan tiga ekor (rasio 2:1). Induk yang digunakan berukuran panjang 46 ± 5 cm dan bobot 2.209 ± 623 g. Pe mijahan buatan dilakukan dengan indu ksi horm on HCG dosis 500 IU/kg dan LHRH analog dosis 0,5 mL/kg. Penyuntikan HCG dan LHRH diberikan dengan interval 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan pada pemijahan buatan (induksi hormon) diperoleh induk yang memijah sebanyak dua ekor den gan nilai diameter telur (3,1 ± 0,3 mm); fekund itas (282-907 but ir); d erajat pembu ahan (21%-40%); derajat penetasan (56%-75%); dan sintasan (30%-50%); sedangkan pada pemijahan alami diperoleh satu ekor induk yang memijah dengan nilai diameter te lur (3,5 ± 0,3 m m); feku nditas (1.616 butir); dan de rajat pembuahan (86,7%); selama tiga bulan pengamatan secara intensif dengan frekuensi pemijahan enam kali. Aplikasi t eknologi pemijahan d engan m enggunakan in duksi h ormon d apat m enghasilkan produk larva pada ikan belida.

KATA KUNCI: ikan belida; LHRH analog; HCG; pemijahan alami; pemijahan buatan

ABSTRACT: Performance of Clown Knifefish Not opt erus chit ala in natural and artificial spawning conditions.

By: Lies Setijaningsih, Jojo Subagja, Deni Radona, Brata Pantjara, Anang Hari Kristanto, and Yohanna Retnaning W idyastuti

The demand for fish consumpt ion of Clown Knifefish is considerably high. However, t he fish supply for consumpt ion and processed food st ill relies on wild-caught . Such exploit at ion has decreased t he populat ion of Clown Knifefish t o a point t hat it can become an endangered species. Efforts on t he breeding t echnology of Clown Knifefish t hrough nat ural and art ificial propagat ion using of hormones have shown promising result s. The current st udy was conduct ed t o evaluat e t he performance of Clown Knifefish in nat ural and art ificial spawning condit ions using t he induct ion of HCG hormone and LHRH analogues. The nat ural and artificial spawning treat ment s were conduct ed using six fish females and t hree fish males (a rat io of 2:1). The average Broodst ocks’ size was 46 ± 5 cm in lengt h and 2,209 ± 623 g in weight . The art ificial spawning was conduct ed wit h HCG hormone induct ion (dose of 500 IU/kg body weight ) and LHRH analogue (dose: 0.5 mL/kg). HCG and LHRH inject ions were given wit hin 24 hours int erval. The result s showed t hat t he artificial spawning (hormone induction) had successfully caused t wo broodst ock t o spawn producing eggs wit h t he diamet er of 3.1 ± 0.3 mm; fecundit y of 282-907 eggs; fert ilizat ion rat e of 21%-40%; hat ching rate of 56%-75%; and survival rat e of 30%-50%. In t he nat ural spawning, one broodst ock had spawned wit h t he egg diamet er of 3.5 ± 0.3 mm; fecundit y of 1,616 eggs; and fert ilizat ion rat e of 86.7%. This st udy concludes t hat spawning t echnology applicat ions using hormonal induct ion can increase t he product ion larvae of Clown Knifefish broodst ock.

(2)

PENDAHULUAN

Ikan belida Not opt erus chit ala merupakan ikan asli perairan Indo nesia dengan dist ribusi sebaran di Pulau Jawa, Sumat era, dan Kalimant an. Selain it u, ikan belida pernah dilapo rkan keberadaan po pulasinya di negara-negara Asia sepert i Thailand, Kambo ja, Viet nam, dan Malaysia (Wibo wo , 2011; Ko t t elat et al., 1993). Ikan ini memiliki nilai eko lo gi dan eko no mis t inggi sebagai ikan ko nsumsi dan bahan baku olahan makanan. Sejauh ini unt uk memenuhi kebut uhan ko nsumsi dan bahan baku o lahan makanan sep ert i kerupuk dan empek-e mp empek-e k m asih mempek-e n gan d alkan t an gkap an d ari alam sehingga dist ribusi sebarannya sudah dikat ego rikan sebagai ko mo dit as langka at au bahkan hampir punah. Beb erapa pe ne lit ian t en t an g ikan b elida su dah banyak dilakukan sepert i aspek bio lo gi yang meliput i makanan, re pro duksi, dan habit at (Adjie & Ut o mo , 1 9 9 4 ; Ad jie et al., 1 9 9 9 ; Su n a rn o, 2 0 0 2 ), as p e k lingkungan (Set ijaningsih & Sut risno, 2013; Nur yadi & Set ijaningsih, 2014), sert a penelit ian t erkait aspek genet ik melalui analisis pro t ein (Madang, 1999).

Dalam me n in gkat kan p ro du kt ivit as ikan be lid a perlu dilakukan pengembangan t ekno lo gi budidaya ikan belida dari kehidupan insit u ke budidaya secara t erko nt ro l. Salah sat unya yait u dengan menggunakan induksi ho rmo n dalam mempercepat proses mat urasi. Penelit ian unt uk pro ses mat urasi pada ikan-ikan asli p erairan Ind o n e sia d e ngan m en ggu nakan ho rmo n sudah banyak dilakukan ant ara lain pada ikan gabus (At h-t har et al., 2017), ikan bet o k (Yulisari et al., 2018; Maidie et al., 2015), ikan nilem (Rado na et al., 2011), ikan t o rso ro (Asih et al., 2004), ikan t ambakan (Radona et al., 2014), dan ikan baung (Supriyadi, 2005). Pada ikan belida, pro ses mat urasi dengan menggun akan induksi ho rmo n sudah dilakukan juga namun belum o p t im a l. Pe n e lit ia n Kr is t a n t o & Su b a g ja (2 0 1 0 ) melapo rkan bahwa ikan belida yang diinduksi dengan ho rmo n LHRH analo g 1,5 mL/kg dan HCG 500 IU/kg dapat meningkat kan kemat angan go nad, akan t et api belum berhasil dipijahkan. Hasil yang sama dilakukan Pamu n gkas (20 0 6 ) d e n gan m en ggun akan h o rm o n LHRH analo g 25 mg/kg dan 17á-met ilt est o st ero n 150 mg/kg. Ap likasi t e kn o lo gi pe mb en ihan ikan be lida dengan induksi ho rmo n dapat mendukung pencapaian t a rge t d an u n t u k m e n in gk at k an p r o d u ks i d alam mencegah t erjadinya kepunahan spesies (species ext inc-t ion). Pe n elit ian in i be rt u ju an un t uk m e ngevalu asi performa pemijahan ikan belida secara alami dan buatan melalui induksi ho rmo n HCG dan LHRH analo g.

BAHAN DAN M ETODE

Penelit ian dilakukan di Inst alasi Riset To ksiko lo gi dan Lingkungan Budidaya Cibalagung, unit pelaksana t eknis Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan

Pe n yu lu h an Pe rikan an Bo go r d an Balai Pe rikan an Budidaya Air Tawar, Mandiangin, Kalimant an Selat an.

Ikan Uji

Induk ikan belida yang digunakan adalah sebanyak 18 eko r (12 bet ina dan enam jant an) dengan ukuran panjang 46 ± 5 cm dan bo bo t 2.209 ± 623 g. Induk b e lid a d ip e r o le h d ar i d u a t e m p at ya it u Cisa lak , Kabupat en Subang dan Kampar, Kabupat en Kampar. Pemilihan induk ikan belida mengacu dari penelit ian yang pernah dilakukan o leh Set ijaningsih & Sut risno (2013).

M at urasi Induk Ikan Belida

Pe meliharaan indu k ikan b elida dilaku kan pada kolam t embok dengan luas 16,5 m2 dengan kedalaman

1,2 m. Pakan yang diberikan berupa pakan “hidup” yakn i be n ih ikan m as, n ila, dan n ile m . Se lain it u , dib erikan pakan be rupa udang dalam ben t uk b eku (mat i). Pemberian pakan dilakukan sebanyak 5% dari bio massa dengan frekuensi dua kali sehari yait u pagi dan so re. Dalam pro ses percepat an mat urasi go nad ikan belida, pakan yang diberikan diperkaya dengan tambahan nutrien berupa vitamin C dan mineral dengan rasio 1 kg pakan: 150 g vit amin dan mineral. Vit amin d a n m in e r a l d icam p u r m e n g g u n a ka n m e d ia a ir, kemudian disempro t kan ke dalam pakan.

Teknik Pemijahan Ikan Belida

Pemijahan induk ikan belida dilakukan secara alami dan buat an. Sebelum pemijahan, dilakukan penent uan t ingkat kemat an gan induk ikan belida dengan cara pengambilan t elur dalam gonad ikan melalui kanulasi, co nt o h t elur diamat i meliput i diamet er t elur. Induk ikan belida yang t erpilih digunakan dalam perco baan pe mijah an alami dan b uat an . Pemijahan alam i d an bu at an dilakukan m enggu nakan ind uk be t in a ikan belida sebanyak enam ekor dan induk jant an sebanyak t iga eko r dengan rasio sat u jantan dan dua bet ina yang sekaligus digunakan sebagai ulangan individu. Induk ya n g d igu n aka n d ib e ri t a n d a d e n g an ch ip u n t u k m em ud ah kan pe gamat an. Pad a pe mijahan bu at an , induk bet ina ikan belida yang mat ang go nad (TKG 2-4) diinduksi dengan ho rmo n HCG do sis 500 IU/kg dan LHRH analo g do sis 0,5 mL/kg. Induksi ho rmo n LHRH analo g dilakukan 24 jam set elah induksi HCG (Kristanto & Subagja, 2010). Ho rmon LHRH analo g diberikan dua kali dengan int er val wakt u dari penyunt ikan kesat u ke p en yu nt ikan ke dua selam a e nam jam, pro p o rsi pemberian hormo n yait u 40% pada penyunt ikan kesat u dan 60% pada penyunt ikan kedua.

(3)

(Set ijaningsih & Sut risno , 2013). Subst rat papan yang sudah dit empeli t elur kemudian diangkat dan dibilas dengan air bersih, set elah it u dimasukkan ke dalam akuarium dan diberi aerasi (Gambar 1). Pada pemijahan buatan, t elur yang diperoleh diinkubasi pada akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x 30 cm dengan ket inggian air 20 cm. Suhu air yang digunakan selama inkubasi t e lu r 2 8 °C. Pa ram e t e r yan g d iam a t i p ad a p ro s e s pemijahan yaitu panjang t otal, bo bo t awal, bobot akhir, TKG, frekuensi pemijahan (%), fekundit as (but ir/eko r), derajat pembuahan (persentase t elur yang dibuahi dari t elur yang dio vulasikan; %). Selain it u, pada pemijahan buat an dilakukan juga pengamat an derajat penet asan (persent ase jum lah t elur yang mene t as dari jumlah t elur yang dibuahi; %), panjang (cm), dan bo bo t lar va (g). Sampel yang digunakan unt uk paramet er panjang dan bo bo t lar va sebanyak 30 eko r, menggunakan alat ukur dan t imbangan dengan ket elit ian 0,001 g.

Analisis Dat a

Data dipero leh dengan cara sampling, dat a bio logis dilakukan dengan penimbangan bo bot dan pengukuran panjang pada induk. Dat a yang dipero leh kemudian dit abulasi dan dianalisis dengan bant uan pro gram ex-cel dan dianalisis secara deskript if.

HASIL DAN BAHASAN

Perkembangan Induk Ikan Belida

Hasil pengamat an mat urasi go nad dilakukan selama t iga bulan pemeliharaan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Pa d a p r o s e s p e m ija h a n a la m i, k o n d is i in d u k mengalami peningkat an pada karakt er bo bo t sebesar 7,77 g atau 0,4%; dari bobot rata-rata awal pemeliharaan seb esar 2 .209,5 6 ± 6 60,96 g men jadi 2 .217,2 2 ± 621 ,32 g (Tabel 1). Pada pro ses p emijahan den gan in d u k s i h o r m o n , k o n d is i in d u k m e n g a la m i peningkatan pada bo bo t sebesar 9,22 g atau 0,5%; dari bo bo t rat a-rat a awal pemeliharaan sebesar 2.227,78 ± 605,589 g menjadi 2.237,00 ± 570,04 g (Tabel 2). Pada pemijahan alami dipero leh sat u eko r induk yan g siap m e m ijah d e n gan uku ran b o b o t se b esar 1.500 g sedangkan pada pemijahan buat an dipero leh dua eko r induk bet ina dengan bo bo t masing-masing 1.460 g dan 1.418 g. Ketiga eko r induk bet ina t ersebut m e n g a la m i p e n in g k at a n b o b o t b e r k isa r 8 -1 0 g . Peningkatan bo bo t ikan sejalan dengan perkembangan t ingkat kemat angan go nad (TKG) dari TKG-2 dan 3 m e n ja d i TKG-3 + d an 4 d an d iiku t i ju g a d e n g an pert umbuhan diamet er o o sit menjadi rat a-rat a 3,1 ± 0,3 mm. Kristant o et al. (2008) melapo rkan bahwa ikan belida bisa memijah sepanjang t ahun dengan puncak pemijahan t erjadi pada mu sim kemarau. Selain it u, pro ses mat urasi go nad ikan dapat dipengaruhi o leh

fakt o r ekst ernal dan int ernal. Fakt o r int ernal ant ara la in s p e s ie s , u m u r, d a n k e t e r s e d ia a n h o r m o n , s e d a n g k a n fa k t o r e k s t e r n a l d ip e n g a r u h i o le h lingkungan, suhu, dan jenis makanan (Sant o so , 2009).

Pem ijahan Alam i

Pada sat u bulan pert ama pemeliharaan induk dapat memijah secara alami dan t elur didapat kan pada papan subst rat (Gambar 1). Pro ses pemijahan induk belida mulai menempelkan t elur t idak diket ahui wakt u yang t epat nya.

Ha s il p e n g a m a t a n in d u k ik a n b e lid a s e la m a p e n e lit ia n (t ig a b u la n ) d i k o la m t e m b o k d e n g an pemijahan alami menunjukkan persent ase frekuensi p e m ijah a n t e rt in gg i (5 0 ,0 0 %) p a d a b u la n k e d u a pemeliharaan sebanyak t iga kali, dan t erendah pada bulan ketiga pemeliharaan yang diperoleh hanya sekali bert elur (16,67%) (Gambar 2).

Fekun dit as yang d ih asilkan p ad a pe mijahan in i didapat dari perhitungan secara manual pada telur yang dio vulasikan dan menempel pada subst rat . Dari hasil pengamat an t elur ikan belida dipero leh ukuran diam-et er 3,5 ± 0,3 mm. Nilai ini sama halnya dengan hasil penelit ian Srivast ava et al. (2012) yan g melapo rkan bahwa t elur ikan belida memiliki diamet er 3,5 ± 0,5 mm. Nilai Fekundit as pada suat u spesies ikan dapat berbeda ant ara sat u individu dengan individu lainnya. Fekun dit as m em p un yai ke t erpaut an de ngan um ur, p a n jan g, d an b o b o t in d ivid u . Ju m la h fe ku n d it as t erbanyak t erdapat pada bulan kedua pemeliharaan s e ju m la h 9 3 2 b u t ir /e k o r, p a d a b u la n k e t ig a pemeliharaan masing-masing sejumlah 459 dan 225 b u t ir/e k o r (Gam b ar 3 ). Me n u ru t Niko lsky (1 9 6 3 ), b a h w a fe k u n d it a s p a d a s e t ia p in d ivid u b e t in a t ergant ung pada umur, ukuran, spesies, dan ko ndisi lingkungan, sepert i ket ersediaan pakan. Fekundit as akan m e n u ru n se jalan de n gan m u lai m e n u run n ya kondisi ikan yang memengaruhi kualit as dan kuant itas t elur yang dihasilkan. Pada penelit ian Sant o so (2009) dan Sunarno (2002) fekundit as yang dihasilkan ikan belida dengan ukuran < 1.000 g berkisar 250-500 but ir d e n ga n ra t a -r a t a 2 9 0 b u t ir/e ko r. Pe n e lit ia n la in , Ko h in o o r et al. (2 0 1 2 ) d an Gu st o m i et al. (2 0 1 6 ) menghasilkan rat a-rat a 1.000 but ir t elur pada induk belida dengan ukuran bo bot sekitar 2.000 g, sedangkan pada penelitian Hossain et al. (2006) melaporkan jumlah fekundit as yang dihasilkan dari induk dengan ukuran > 4.000 g sebanyak 5.761 but ir.

(4)

Tabel 1. Panjang, bo bo t (awal dan akhir), jenis kelamin, dan t ingkat kemat angan go nad (TKG) induk ikan belida di ko lam dengan sist em pemijahan alami

Table 1. Length, weight (init ial and final), sex, gonad mat uration stage (TKG) of Clown Knifefish broodst ock cult ured in t he pond wit h nat ural spawning syst em

Ke terangan: A: Perlakuan p emijahan alam i, A*:Ind u k yan g d id uga memijah (p ap ila berwarna merah), A**: ind u k jantan yang d ip erg unakan untu k p emijahan b uatan p ad a p erlakuan B, sp e rma 0: tid ak ad a sp erma, d an sp e rma + : ad a sp erma

Remar ks: A: nat ur al spawni ng t reat ment , A*: br oodst ock all egedly spawning (r ed papil la), A**: male br oodst ock w as used for spawning in t reat ment B, sper m 0: no sperm produced, and sperm + : sper m produced

No.

Panj ang t ot al Total length

(cm )

Bobot awal Initial weight

(g)

Bobot akhi r Final weight

(g)

Kel am i n

Sex TKG

Perl akuan Treatments

1 56 .2 3 ,16 6 3 ,1 7 0 Jantan (M ale) Sp er ma (Sperm) 0 A 2 50 .1 2 ,71 5 2 ,7 1 9 Jantan (M ale) Sp er ma (Sprem) + A

3 49 .7 2 ,57 0 2 ,5 7 8 Betin a (Female) TKG 2 A

4 47 .4 2 ,37 0 2 ,3 7 6 Betin a (Female) TKG 1 A

5 53 .3 2 ,82 5 2 ,8 3 4 Betin a (Female) TKG2 A

6 40 .6 1 ,50 0 1 ,5 1 1 Betin a (Female) TKG2 A

7 40 .0 1 ,41 0 1 ,4 2 0 Jantan (M ale) Sp er ma (Sprem) + A**

8 42 .9 1 ,83 0 1 ,8 3 7 Betin a (Female) TKG 1 A

9 41 .2 1 ,50 0 1 ,5 1 0 Betin a (Female) TKG 2 A*

X 4 6 .8 2 2,20 9 .5 6 2 ,2 1 7 .1 1

SD 5 .9 3 6 6 0.96 6 21 .32

Tabel 2. Panjang, bo bo t (awal dan akhir), jenis kelamin, dan t ingkat kemat angan go nad (TKG) induk ikan belida di ko lam dengan sist em pemijahan menggunakan induksi ho rmo n

Table 2. Lengt h, weight (init ial and final), sex, gonad mat urat ion st age (TKG) of Clown Knifefish br oodst ock cult ur ed in t he pond w it h ar t ificial spaw ning syst em using hor monal induct ion

Ke terangan: B: p erlakuan p em ijahan buatan , B**: ind u k yang d isunt ik (jan tan d an be tina), sp e rma + : p ro d uksi sp erma d ikit, d an sp e rma + + : p ro d uksi sp erma banyak

Remar ks: B: art ifi cial spawning t reat ment ; B**: broodst ock was inj ect ed (mal e and femal e), sperm + : lit t le sperm product ion, and sperm + + : many sperm product i on

No.

Panj ang t ot al

T otal leng th

(cm )

Bobot aw al

Initial w eig ht

(g)

Bobot ak hi r

Final weig ht

(g)

Kel am i n

Sex TKG

Per l ak uan

T r eat m ents

1 5 4 2 ,8 5 5 2 ,8 6 1 Ja n ta n (M al e) Sp e r m a (Sperm) + B 2 5 4 3 ,1 5 0 3 ,1 5 8 Ja n ta n (M al e) Sp e r m a (Sperm) + + B**

3 4 7 2 ,3 7 5 2 ,3 8 1 Be tin a (Female) TKG 3 B

4 4 9 2 ,5 6 0 2 ,5 7 1 Be tin a (Female) TKG 1 B

5 4 7 2 ,4 5 0 2 ,4 5 9 Be tin a (Female) TKG 3 B

6 4 5 2 ,0 0 0 2 ,0 1 3 Be tin a (Female) TKG 1 B

7 4 6 1 ,8 0 0 1 ,8 1 2 Ja n ta n (M al e) Sp e r m a (Sperm) + + B**

8 4 0 1 ,4 5 0 1 ,4 6 0 Be tin a (Female) TKG 3 -4 B**

9 4 1 1 ,4 1 0 1 ,4 1 8 Be tin a (Female) TKG 2 -4 B**

(5)

Pengamat an t erhadap ko ndisi t elur yang diinkubasi dilakukan selama 3-5 hari set elah pro ses pembuahan. Telur yang t elah dibuahi ber warna kuning mengkilap, sedangkan t elur yang t idak dibuahi ber warna put ih keruh. Hasil perhit ungan derajat pembuahan dipero leh pada setiap bulan pemeliharaan masing-masing adalah 90%, 80%, dan 90% (Gambar 4). Pada saat pengamat an t elu r, t e rd ap at juga t e lu r-t e lur yan g p o sisi int inya s u d a h d it e p i a t a u b a h k a n k o s o n g . Ha l in i dim ungkinkan pada b eberapa induk mem iliki t e lur dengan t ingkat kemat angan yang t idak seragam dan sedikit nya sperma yang dihasilkan o leh induk jant an. Se la in it u , fa k t o r p e n ye b a b r e n d a h n ya t in g k a t

pembuahan karena waktu pengamatan dilakukan di luar musim pemijahan ikan belida yait u musim penghujan (Krist ant o et al., 2008).

Pengamatan pada telur yang menet as ini dilakukan mulai dari hari ket iga set elah pembuahan dilakukan sampai t idak t erdapat lagi t elur yang menet as sampai h ari ke lim a. Te lu r yan g m e n e t as d it an d ai d e n gan gerakannya yang memut ar, sedangkan telur yang t idak menetas ber warna put ih keruh, t idak ada gerakan dan t et ap ada di subst rat yang pada akhirnya membusuk. Pada p enelit ian ini, persent ase derajat pem buah an yang dihasilkan t erbilang t inggi (86,7%) dibandingkan dengan penelit ian Ho ssain et al. (2006) yait u 82,00%; Gambar 1. Telur ikan belida hari pert ama pengambilan subst rat dari ko lam pemeliharaan; A)

t elur yang t idak t erbuahi dan B) t elur yang t erbuahi.

Figure 1. Clown Knifefish eggs of t he first day post bot t om subst rat e collect ion from t he rearing pond; A) unfert ilized eggs and B) fert ilized eggs.

Gambar 2. Frekuensi pemijahan alami ikan belida. Figure 2. Nat ural spawning frequency of Clown Knifefish. (A) (B)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

1 2 3

F

re

k

u

e

n

si

p

e

m

ij

a

h

a

n

a

la

m

i

N

a

tu

ra

l

sp

a

w

n

in

g

f

re

q

u

en

cy

(%

)

(6)

hal ini karena induk betina ikan belida pada saat pro ses pemijahan alami t erjadi sudah pada fase TKG-4. Daya p e m b u a h an t e lu r d a p a t d ip e n ga ru h i o le h fa kt o r int rinsik dari embrio it u sendiri (Kurcharczky et al., 2014).

Pemijahan Buat an dengan Induksi Horm on

Karakt erist ik bio lo gi repro duksi ikan belida hasil pemijahan dengan induksi hormon disajikan pada Tabel 3. Set elah t u juh jam 30 menit , induk belida bet ina

Gambar 3. Nilai fekundit as ikan belida. Figure 3. Fecundit y value of Clown Knifefish.

memijah. Jumlah t elur yang dipero leh dari sat u induk bet ina sebanyak 386 but ir/eko r, dengan bo bo t 20 g. Inkubasi t elur belida dilakukan pada bak fiber dengan diamet er bak 100 cm dan diisi air sebanyak 30 lit er. Telur menet as diinkubasikan selama t iga hari. Lama p e n e t a s a n ya n g d ih a s ilk a n r e la t if le b ih c e p a t dibandingkan dengan penelit ian Srivastava et al. (2012) yang menyat akan penet asan t erjadi pada hari kelima a t a u ke e n a m s e t e la h p e m b u a h a n . Ke b e r h a s ila n pemijahan buat an dalam menghasilkan lar va, karena Gambar 4. Nilai derajat pembuahan ikan belida hasil pemijahan alami.

Figure 4. Value of fert ilizat ion rat e of nat ural spawning of Clown Knifefish. Keteran gan: Warna bar p ad a gambar merup akan ind ivid u ikan belid a yan g memijah Remar ks:Color bar in t he fi gur e is an indivi dual spawn of clown kni fefi sh

(7)

induk ikan belida t elah mencapai mat ang go nad yang se suai dan d apat m ene rima rangsangan ho rm o nal. Me n u r u t Zo h a r (1 9 8 9 ), HCG a k a n m e r a n g s a n g pematangan oo sit dan mempercepat akt ivitas ho rmo n ya n g t e r lib a t d a la m p e m a t a n g a n t e lu r s e p e r t i t e st o st e ro n , p ro ge st e ro n , d an 1 7 -p ro ge st e ro n . Penggunaan Luteinizing hormon releasing hormon (LHRH) pada pemijahan secara buat an diperunt ukkan unt uk memacu kelenjar pit uit ari melepaskan ho rmo n go na-do tropin (GTH) setelah kelenjar hipot alamus mendapat t ambahan ho rmo n LHRH yang berasal dari ekso genus. GTH d i d a la m d a r a h m e r a n g s a n g g o n a d u n t u k menghasilkan ho rmo n st e ro id yang memacu unt uk pemat angan t elur dan sperma (Lut z, 2001).

Pe m ija h a n ik a n b e lid a s e ca r a b u a t a n d a p a t m e n in g k a t k a n k in e r ja r e p r o d u k s i d a n p r o d u k t ivit a s n ya s e h in g g a d a p a t m e n ja m in ket ersediaan benih unt uk budidaya dan mendukung ko nser vasi di alam.

KESIM PULAN

Aplikasi t ekno lo gi pemijahan ikan belida dengan menggunakan induksi ho rmo n dapat meningkat kan produksi dalam pemenuhan ket ersediaan benih unt uk budidaya dan mendukung ko nser vasi ikan belida di alam.

UCAPAN TERIM A KASIH

Uc a p a n t e r im a k a s ih d is a m p a ik a n k e p a d a Kement erian Riset Tekno lo gi dan Pendidikan Tinggi yang sudah mendanai penelitian ini melalui DIPA Tahun 2 0 1 7 . Te r im a ka s ih ju g a k e p a d a Sd r. He p p y Aprilist ian t o dan Su darm aji yan g t e lah me mb ant u t erlaksananya penelit ian ini.

DAFTAR ACUAN

Adjie, S., Husnah, & Gafar, A.K. (1999). St udi bio lo gi ikan belida Noptoterus chitala di daerah aliran sungai Ba t a n g Ha r i Pro vin s i Ja m b i. Jur nal Penel i t i an Perikanan Indonesia, 5(1), 38-44.

Adjie, S. & Ut o mo , A.D. (1994). Aspek bio lo gi ikan belida di sekitar perairan Lubuk Lampam Sumat era Se la t a n . Pr osi d i n g sem i n ar d a n p en yu su na n , pengolahan dan evaluasi hasil penelit ian perikanan per air an umum. Lo ka Pe n e lit ian Pe rikan an Air Tawar Palembang.

Asih, S., Subagja, J., Winarlin, & Widiyat i, A. (2004). Penguasaan t eknik pembenihan dan pembesaran ikan bat ak: Pe n in gkat an kualit as t e lur me lalu i perlakuan ho rmo nal pada penyunt ikan awal dalam berbagai dosis dan selang wakt u berbeda. Laporan Hasil Penelit ian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. hlm. 314-323.

At h-t har, M.H.F., Gust iano , R., Kusmini, I.I., Prako so , V.A., & Pu t r i, F. P. (2 0 1 7 ). In d u k s i h o r m o n a l mat urasi go nad ikan gabus (Channa st riat a). Jurnal Riset Akuakult ur, 12(1), 9-20.

Ch o lik, F., Jagadraya, A.G., Po erno mo , R.P., & Jauji, A. (2 005 ). Aku aku lt u r t ump uhan h arapan masa depan bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar. Jakart a, 425 hlm. Gust o mi, A., Sulist io no , & Yo nvit ner. (2016). Bio lo gi

reproduksi ikan belida (Notopt erus notopterus Pallas, 1769) di ko lo ng-bendungan Simpur, Pulau Bangka. Jurnal Ilmu Pert anian Indonesia, 21(1), 56-62. Ho ssain, Q.Z., Ho ssain, M.A., & Par ween, S. (2006).

Breeding bio lo gy, capt ive breeding and fr y nurs-in g o f hum ped feat herb ack (Not opt erus chit ala). Ecoprint, 13, 41-47.

Tabel 3. Karakt er bio lo gi repro duksi ikan belida hasil pemijahan dengan induksi ho rmo n HCG dan LHRHa

Table 3. Reproduct ive biology charact er of clown knifefish spawning result wit h HCG hormonal induct ion and LHRHa

Param et er Parameters

Hasil pengam at an Obser vation r esult

Waktu laten p emijah an (jam) / Latent period of spawning (hours) 13 -1 5

Fekun d itas (b u tir p er eko r ) / Fecundit y (eggs per individual) 2 25 -9 32

Diam eter telu r / egg diamet er (mm) 3 .2 -3 .8

Der ajat p emb u ah an / Fertilization rat e (%) 21 -4 0

Der ajat p en etasan / Hat hcing rat e (%) 56 -7 5

Pan jan g larva / Length of larvae (cm) 1 .7 -1 .9

Bo b o t larva / Weight of larvae (g ) 0 .0 3 75 -0 .0 3 79

(8)

Ko t t e la t , M., Ka r t ik a s a ri, S.N., Wh it t e n , A.J., & Wirjo at m o d jo , S. (1 99 3 ). Fre sh wat e r fish e s o f West ern Indonesia and Sulawesi. Edisi dua bahasa. Jakart a: Periplus Edit io ns Limit ed, 221 pp. Krist ant o , A.H. & Subagja, J. (2010). Respo ns induk

ikan belida t erhadap ho rmo n pemijahan. Prosiding For um Inovasi Teknologi Akuakult ur. Pu sat Rise t Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 113-116. Krist an t o , A.H., Nu r ya d i, Yo sm an iar, & Su t r is n o .

(2008). Perkembangan telur dan sperma induk ikan belida Not opt erus chit ala yang dipelihara di ko lam. Jurnal Riset Akuakult ur, 3(1), 73-82.

Kucharczyk, D., ¯ arski, D., Targo ñska, K., £uczyñski, M.J., Szczerbo wski, A., No wo sad, J., Kujawa, R., & Mamcarz, A. (2014). Inducedart ificial andro gen-esis in co mmo n t ench, Tincat inca (L.), using co m-mo n carp and co mm-mo n bream eggs. It al. J. Anim. Sci., 13, 196-200.

Lut z, C.G. (2001). Pract ical genet ic fo r aquacult ure. Fishing News Books, 234 pp.

Madang, K. (1999). M orfologi habit at dan keragaman genet ik ker abat ikan belida di perair an Sumat er a Selat an. Disert asi. Pro gram Pascasarjana, Inst it ut Pert anian Bo go r.

Maidie, A., Sumo harjo ., Asra, S.W., Ramadhan, M., & Hid a ya n t o , D. N. (2 0 1 5 ). Pe n g e m b a n g a n pembenihan ikan beto k (Anabas t est usdineus) untuk skala rumah t angga. M edia Akuakult ur, 10(1), 31-37.

Nikolsky, G.V. (1963). The eco lo gy o f fishes. New Yo rk: Academic Press.

Nur yadi & Set ijaningsih, L. (2014). Perio de penyinaran pembenihan ikan belida Not opt erus chit ala unt uk me ningkat kan sint asan. Pr osiding Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur. Pusat Penelitian dan Perikanan Budidaya. Jakart a, hlm. 881-885.

Pamun gkas, A.J. (2006 ). Efekt ivit as hormon 17 alpha met ilt est ot eron dan LHRHa dalam mencapai t ingkat kemat angan gonad siap memij ah pada ikan belida. Te sis. Seko lah p asca Sarjan a. In st it ut Pe rt anian Bo go r, 70 hlm.

Rad o n a, D., Cah ya n t i, W., & Ku sm in i, I.I. (2 0 1 4 ). Tekno lo gi pembenihan ikan t ambakan (Helost oma

t emminckii) di Balai Budidaya Ikan Sent ral, Pro vinsi Kalimant an Barat . Prosiding Forum Inovasi Teknologi Ak ua ku l t ur, Pu s a t Pe n e lit ia n d a n Pe r ika n a n Budidaya. Jakart a, hlm. 885-891.

Ra d o n a , D., As ih , S., & Su n a r n o , M.T.S. (2 0 1 1 ). Penggunaan o vaprim dalam keberhasilan o vulasi, derajat penet asan dan kelangsungan hidup lar va ikan nile m Ost eochilus hasselt i. Prosiding Seminar Nasional Per ikanan, Se k o lah Tin g gi Pe rik an an . Jakart a, hlm. 102-106.

San t o so , L. (20 09 ). Bio lo gi re pro du ksi ikan b elid a (Chit ala lopis) di Sungai Tulang Bawang, Lampung. Berkala Perikanan Terubuk, 37(1), 38-46.

Set ijaningsih, L. & Sut risno . (2013). Perbaikan t eknik perbenihan ikan belida Not opt erus chit ala melalui rekayasa lingkungan. Laporan Teknis Hasil Penelitian. Balai Penelit ian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar. Bo go r, 31 hlm.

Srivast ava, S.M., Go palakrish nan , A., Sin gh , P.S., & Pandey, A.K. (2012). Embr yo nic and lar val devel-o p m e n t devel-o f t h r e a t e n e d b r devel-o n z e fe a t h e r b a c k , Not opt erus not opt erus (Pallas). J. Exp. Zoology, 15(2), 425-430.

Sunarno, M.T.D. (2002). Selamatkan plasma nutfah ikan belida. Wart a Penelit ian Perikanan, 8(4), 2-7. Supriyadi. (2005). Efekt ivit as pemberian HCG dan

17á-met ilt est ost eron yang dienkapsulasi didalam emulsi t erhadap perkembangan gonad ikan baung. Te sis pascasarjana. Inst it ut Pert anian Bo go r, 74 hlm. Wibo wo , A. (201 1). Kaj ian bioekologi dalam rangka

menent ukan arah pengelolaan ikan belida Notopterus chitala (Bleeker 1851) di Sungai Kampar, Provinsi Riau. Dise rt asi. Se ko lah Pascasarjan a. In st it u t Pert anian Bo go r, 170 hlm.

Yulisari, I., Sukendi, & Nuraini. (2018). The effect o f o vaprim and HCG inject io n wit h different do ses o n o vulat io n and egg qualit y o f climbing pearch (Anabas t est udineus). Jurnal Online M ahasiswa Uni-versit as Riau, 5(1), 1-9.

Gambar

Table 1.Length, weight (initial and final), sex, gonad maturation stage (TKG) of Clown Knifefish
Gambar 2.Frekuensi pemijahan alami ikan belida.Figure 2.Natural spawning frequency of Clown Knifefish.
Gambar 4.Nilai derajat pembuahan ikan belida hasil pemijahan alami.Figure 4.Value of fertilization rate of natural spawning of Clown Knifefish.
Table 3.Reproductive biology character of clown knifefish spawning result with HCG

Referensi

Dokumen terkait

Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan perusahan/pengurus koperasi yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain

Adapun Dokumen-Dokumen yang akan diadakan pembuktian dan harus dibawa, diserahkan serta diperlihatkan Aslinya kepada Pokja ULP, yakni :.. Formulir Isian Kualifikasi Asli

If you and your family or friends are needing to take a break for a weekend or a week, consider taking a trip to a ski resort.. Everyone needs to get away once in a while, and there

Cocktail making evening in Sussex is an ideal corporate event to enhance the team-building attitude in corporate people.. This event is like a breath of fresh air after the

Peserta diharapkan membawa semua Dokumen Kualifikasi Asli yang telah di Upload pada sistem SPSE pada paket Pekerjaan Pembangunan Rumah Masyarakat Type 42 m2 Di

(2) Calon peserta didik yang berasal dari Daerah dengan sekolah tujuan SMK yang menggunakan PPDB jalur umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dapat diterima di sekolah

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Daerah, perlu menetapkan Keputusan

Apakah benar pengertian dari efek samping obat adalah “efek yang tidak diinginkan dan muncul ketika suatu obat digunakan pada takaran normala. Apakah benar pengertian