BERPERILAKU PATUH PAJAK
(Studi Kasus pada Pelaku Usaha DistroAnggota KICK di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia
Anggita Lestari
1005853
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PELAKU USAHA DISTRO ANGGOTA KICK DI KOTA BANDUNG)
Oleh :
Anggita Lestari
Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuSyarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
©Anggita Lestari 2014
UniversitasPendidikan Indonesia
Juni 2014
HakCiptadilindungiundang – undang.
KEPERILAKUAN YANG DIPERSEPSIKAN TERHADAP NIAT BERPERILAKU PATUH PAJAK
(STUDI KASUS PADA PELAKU USAHA DISTRO ANGGOTA KICK DI KOTA BANDUNG)
ANGGITA LESTARI
1005853
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing
Mayasari, SE. MM NIP. 19710705 200212 2 001
Mengetahui:
Ketua Program StudiManajemen
Dr. Vanessa Gaffar, SE., AK, MBA NIP. 19740307 200212 2 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Anggita Lestari, 2014
ABSTRAK
Anggita Lestari (1005853). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Kontrol
Keperilakuan yang dipersepsikan Terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak (Survei Pada Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota Bandung).
Dibawah bimbingan Mayasari, SE., MM
Pajak merupakan salah satu elemen vital dalam pembangunan suatu Negara dengan menjadi sumber pendapatan tertinggi dalam APBN. Oleh karena itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal pajak membuat target-target penerimaan pajak guna mengupayakan pengoptimalan penerimaan pajak. Namun pada kenyataannya angka realisasi penerimaan pajak di Indonesia masih belum dapat memenuhi target yang telah ditentukan sehingga menimbulkan Tax Gap yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh minimnya kepatuhan pajak dari wajib pajak, khususnya wajib pajak badan yang sebenarnya memiliki potensi wajib pajak yang tinggi salah satunya pada sektor Fashion atau Distro terutama di Kota Bandung yang memiliki komunitas distro terbesar yaitu KICK.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap, norma subjektif dan control keperilakuan yang dipersepsikan dalam mempengaruhi niat berperilaku patuh pajak dalam hal ini adalah pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan verifikatif dengan desain kausal. Adapun sampel dalam penelitian yaitu 32 distro yang tergabung dalam Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK) di Kota Bandung serta terdaftar pada Disperindag Jabar tahun 2013. Jumlah responden tersebut diambil dengan teknik pengambilan sampel jenuh. Kemudian dilakukan pengujian korelasi dan regresi berganda.
iii ABSTRACT
Anggita Lestari (1005853). The influence of attitude, subjective norm and perceived behavioral control to tax compliance intention (A case study of
Distro’s owners, members of KICK, in Bandung).Under supervision ofMayasari, SE., MM.
Tax is one of the vital elements in the development of a country which can be the highest income for the Government budget or the Annual Financial Statement of the country (APBN). Because of that, the Government through Directorate General of Taxes has some goals in optimizing tax revenue. In fact, in Indonesia, tax revenue is still not able to meet its target so that it creates a attitudes of tax compliance intention. The study uses descriptive and verifiable approach with a causal design. The sample of the study is 32 Distros that are members ofKreative Independent Clothing Kommunity (KICK) in Bandung which are registered in Department of Industry and Commerce of West Java in 2013. The respondents are taken using total population sampling technique. Therefore, the study uses correlation and regression analysis.
The results of the study indicate that: (1) attitude toward tax compliance behavior to tax compliance intention has positive and significant influence (2) subjective norm to tax compliance intention has positive and significant influence (3) perceived behavioral control does not have significant influence to tax compliance intention (4) attitude toward tax compliance behavior, subjective norm and perceived behavioral control simultaneously have positive and significant influence to tax compliance intention. Through this study, it is expected that the Government and Directorate General of Taxes constantly improve the socialization and education for the taxpayers’ rights and liabilities so that the taxpayers have better understanding of the procedures to meet tax obligations.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Teori Perilaku Terencana/Theory Planned of Behavior (TPB)Error! Bookmark not def
2.1.2 Sikap ... Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Norma Subyektif... Error! Bookmark not defined.
2.1.4 Kontrol Keprilakuan yang dipersepsikan Error! Bookmark not defined.
2.1.5 Niat Berperilaku ... Error! Bookmark not defined.
2.1.6 Kecenderungan Pribadi untuk BerperilakuError! Bookmark not defined.
2.1.7 Keputusan Pribadi untuk Berperilaku... Error! Bookmark not defined.
2.1.8 Pajak ... Error! Bookmark not defined.
2.1.9 Niat Berperilaku Patuh Pajak ... Error! Bookmark not defined.
2.2 Pengaruh Sikap Terhadap Niat Berperilaku Patuh PajakError! Bookmark not defined.
2.4 Pengaruh Kontrol Keperilakuan terhadap Niat Berperilaku Patuh PajakError! Bookmark not define
2.5 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.
2.6 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.
2.7 Paradigma Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
2.8 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2 Metode dan Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2.2 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.3 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Sumber Data ... Error! Bookmark not defined.
3.4.2 Teknik Pengumpulan data ... Error! Bookmark not defined.
3.5 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
3.5.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined.
3.5.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined.
3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
3.6.1 Rancangan Analisis data ... Error! Bookmark not defined.
3.6.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.
3.6.3 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
3.6.4 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined. 4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.1.1 Gambaran Umum Distro di Kota BandungError! Bookmark not defined.
4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik RespondenError! Bookmark not defined.
4.1.3 Gambaran Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.1.4 Hasil Pengujian Statistik ... Error! Bookmark not defined.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Pembahasan Sikap Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Pelaku Usaha
Distro Anggota KICK di Kota Bandung . Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Pembahasan Norma Subjektif Terhadap Kepatuhan Pajak Pada
4.2.3 Pembahasan Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan Pada
Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota BandungError! Bookmark not defined.
4.2.4 Pembahasan Niat Berperilaku Patuh Pajak Pada Pelaku Usaha
Distro Anggota KICK di Kota Bandung . Error! Bookmark not defined.
4.2.5 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak Pada Pelaku
Usaha Distro Anggota KICK di Kota BandungError! Bookmark not defined.
4.2.6 Pengaruh Sikap Terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak Pada
Pelaku Usaha Distro di Kota Bandung.... Error! Bookmark not defined.
4.2.7 Pengaruh Norma Subjektif Terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak
Pada Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota BandungError! Bookmark not defin
4.2.8 Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan Terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak Pada Pelaku Usaha Distro Anggota
KICK di Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan
nasional, masalah pembiayaan Negara menjadi hal yang sangat penting untuk
dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan
dalam negeri dan pendapatan luar negeri. Hal ini tertulis dalam penyusunan
Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara (APBN). Berdasarkan anggaran
tersebut, pajak merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting
dalam pembiayaan belanja Negara dengan menjadi sumber pendapatan Negara
tertinggi. Menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir diperoleh data peranan pajak
terhadap APBN rata-rata diatas 60% bahkan pada RAPBN Tahun 2013 sektor
Triliun dengan total belanja Negara sekitar Rp. 1.589 triliun (Media Keuangan,
VIII, 65, 2013). Untuk memperjelas data tersebut berikut disajikan tabel mengenai
peranan pajak terhadap APBN tahun 2008-2013.
Tabel 1.1
Peranan Pajak Terhadap APBN
Tahun Anggaran
Jumlah (dalam Milyaran rupiah) Persentase (%) Pajak terhadap
APBN
APBN Perpajakan
2008 985.730,7 658.700,8 66,82%
2009 937.382,1 619.922,2 66,13%
2010 1.042.117,2 723.306,6 69,40%
2011 1.320.751,3 878.685,2 66,52%
2012 1.418.497,7 1.019.332,4 71,85%
RAPBN 2013 1.529.023,7 1.193.876,2 78,08%
Sumber:Media Keuangan VIII, 65, 2013 dan Sugiharti, 2013(diolah kembali)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa persentase pajak
terhadap APBN mayoritas mengalami pergerakan yang fluktuatif setiap tahun
sejalan dengan meningkatnya jumlah anggaran belanja negara. Hal ini
membuktikan bahwa semakin tinggi jumlah anggaran belanja negara maka
sumber pembiayaan yang dibutuhkan akan semakin tinggi pula. Oleh karena itu,
pemerintah melalui Direktorat Jenderal pajak mengupayakan pengoptimalan
penerimaan pajak guna memenuhi anggaran belanja negara melalui target-target
penerimaan pajak. Namun pada kenyataannya angka realisasi penerimaan pajak di
Indonesia masih belum optimal, pada tahun 2011 hanya terealisasi sebesar
97,26% yaitu Rp.742,74 Triliun dari target penerimaan Rp. 763,67 Triliun.
Tahun 2012 yaitu sebesar 94,38% (Media Keuangan, VIII, 65, 2013). Pemerintah
juga memperkirakan realisasi penerimaan pajak pada tahun 2013 hanya akan
mencapai 92,4% dari target sebesar Rp. 1.148,4 triliun (www.metrotvnews.com,
19 Desember 2013).
Angka realisasi penerimaan pajak tersebut diperoleh berdasarkan
pemasukan pajak yang dilaporkan wajib pajak kepada pemerintah melalui kantor
pelayanan pajak setiap daerah berdasarkan system pemungutan self assessment,
dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutang
(Widyaningsih, 2011). Sehingga wajib pajak dituntut untuk memiliki kesadaran
dan tanggung jawab akan kewajiban pajaknya, kesadaran pajak yang rendah dapat
mengakibatkan menurunnya angka realisasi penerimaan pajak. Masalah kesadaran
pajak inilah yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia salah satunya di Kota
Bandung yang mengalami penurunan pencapaian target penerimaan pajak.
Berdasarkan laporan penerimaan pajak Kota Bandung yang diperoleh dari
Kanwil DJP Jawa Barat I diperoleh data penerimaan pajak Kota Bandung pada
tahun 2008 dan 2009 telah melampaui target yang ditentukan atau dengan kata
lain angka realisasi penerimaan pajak lebih besar dari target penerimaan pajaknya.
Namun perolehan tersebut menurun pada periode pajak tiga tahun terakhir yaitu
memenuhi target yang telah dicanangkan pemerintah seperti yang ditunjukkan
pada tabel 1.2 di bawah ini:
Tabel 1.2
Penerimaan Pajak Kota Bandung
(dalam milyaran rupiah)
Tahun Target Realisasi Tax Gap
2008 2.024,5 2.342,8 318,3
2009 1.841,6 1.995,7 154,1
2010 7.011,4 6.230,5 - 780,9
2011 2.405,2 2.059,1 - 346,1
2012 8.410,6 7.322,5 - 1088,1
Sumber: Kanwil DJP Jawa Barat I (diolah kembali)
Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa angka penerimaan
pajak Kota Bandung mengalami pergerakan yang fluktuatif dan memiliki selisih
antara jumlah target dan realisasi penerimaan pajaknya. Pada tahun 2008 dan
2009 realisasi penerimaan pajak menunjukkan selisih yang positif namun pada
periode pajak tiga tahun terakhir angka penerimaan pajak menunjukkan selisih
yang negatif, dimana realisasi penerimaan pajak yang diperoleh tidak dapat
memenuhi target pemerintah Kota Bandung. Selisih negatif antara target dan
realisasi penerimaan pajak ini menimbulkan gap atau jurang pemisah yang dalam
ilmu perpajakan disebut dengan Tax Gap. Nilai yang ditunjukkan oleh tax gap ini
mencerminkan besarnya sejumlah penerimaan pajak yang hilang karena adanya
dilaporkan (underreported income) maupun pengurang penghasilan yang lebih
dilaporkan (overstated deductions) (Sommerfeld, et al: 1994). Maka dapat
dikatakan bahwa telah terjadi penurunan kepatuhan pajak oleh wajib pajak di Kota
Bandung.
Salah satu bentuk penghasilan yang tidak dilaporkan dapat ditinjau dari
tingkat pengembalian SPT tahunan yang masuk ke kantor-kantor pelayanan pajak.
Mengingat pengembalian SPT merupakan tahapan terakhir dari sistem
pemungutan pajak setelah wajib pajak menghitung serta memperhitungkan tarif
pajak terutang kemudian melakukan pembayaran, maka saat wajib pajak tidak
melakukan pelaporan SPT tahunan berarti wajib pajak belum melaksanakan
kewajibannya dalam menghitung dan membayar pajak terutang (Widyaningsih,
2011). Berikut ini diperoleh data mengenai rasio penyampaian SPT tahunan di
Kota Bandung:
Tabel 1.3
Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Kota Bandung
Tahun
Badan Pribadi Badan Pribadi Badan Pribadi Badan Pribadi
2010 36,395 299,170 12,496 150,934 - - 34.92% 51.72% 43.32%
2011 41,495 384,980 12,968 158,169 3,8% 4,8% 32.45% 40.67% 36.56%
2012 22,377 345,467 13,980 184,083 7,8% 16,4% 64.12% 53.25% 59% 95%
Berdasarkan keterangan tabel di atas, jumlah SPT tahunan yang masuk ke
Kantor Pelayanan Pajak di Kota Bandung sangat jauh dibawah jumlah wajib pajak
yang terdaftar. Semakin rendah tingkat penyampaian SPT maka mengindikasikan
semakin rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Maka dengan kata lain, wajib pajak badan maupun pribadi di Kota
Bandung memiliki kecenderungan untuk tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya. Masyarakat cenderung hanya mendaftarkan dirinya sebagai wajib
pajak namun melalaikan kewajibannya sebagai masyarakat yang taat pajak.
Rasio kepatuhan pajak merupakan jumlah perbandingan antara seluruh
jumlah SPT yang masuk dengan jumlah wajib pajak terdaftar. Tabel 1.3 di atas
menunjukkan rasio kepatuhan wajib pajak badan dan wajib pajak pribadi dalam
menyampaikan SPT tahunannya. Dengan menjumlahkan rasio kepatuhan wajib
pajak badan dan orang pribadi kemudian dirata-ratakan maka diperoleh rasio
kepatuhan wajib pajak Kota Bandung sebesar 59% pada tahun 2012. Artinya,
hanya 59% dari seluruh wajib pajak terdaftar di Kota Bandung yang
menyampaikan SPT tahunannya pada tahun tersebut. Rasio ini memang
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya namun belum dapat
memenuhi target rasio kepatuhan yang ditetapkan pemerintah untuk Kota
Bandung yaitu sebesar 95%.
Keterangan pada tabel 1.3 di atas juga menunjukkan wajib pajak badan
orang pribadi pada tahun 2010 dan 2011. Pada tahun 2012 rasio kepatuhan wajib
pajak badan mengalami peningkatan yang signifikan dikarenakan pengaruh
menurunnya jumlah wajib pajak badan terdaftar yang mencapai 50% sedangkan
wajib pajak pribadi hanya berkurang sebesar 10%. Penurunan jumlah wajib pajak
ini diantaranya diakibatkan oleh wajib pajak meninggal dunia, wajib pajak wanita
menikah, wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi, bentuk usaha
tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya dan wajib pajak pribadi
lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai wajib pajak (Widyaningsih,
2011). Di samping itu jika dibandingkan dengan wajib pajak orang pribadi,
persentase pertumbuhan penyampaian SPT wajib pajak badan juga tergolong
rendah. Pada periode pajak 2011 dan 2012 persentase pertumbuhannya
masing-masing sebesar 3,8% dan 7,8%, angka ini masih berada jauh di bawah persentase
pertumbuhan penyampaian SPT wajib pajak orang pribadi yang mencapai 16,4%.
Fenomena ini menggambarkan sikap wajib pajak badan yang kurang mendukung
peraturan perpajakan dengan masih banyaknya wajib pajak badan yang tidak
melaporkan penghasilan usahanya sehingga mengakibatkan pertumbuhan
penyampaian SPT yang rendah.
Sikap wajib pajak badan yang kurang mendukung peraturan perpajakan di
Kota Bandung ini sangat disayangkan mengingat Kota Bandung merupakan salah
satu kota besar di Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan industri yang
cukup tinggi. Industri yang tengah berkembang pesat di Kota Bandung ini
distribution store yang menghasilkan nilai ekonomi tinggi (Fitriyana, 2013).
Disamping itu, distro juga memiliki tren yang membaik dibandingkan dengan
potensi lainnya dilihat dari pertumbuhan jumlah distro di Bandung yang dalam
empat tahun terakhir ini mencapai 100%. Menurut Ketua Kreative Independent
Clothing Kommunity (KICK), Fiki Chikara Satari (2013) terdapat sekitar 160
anggota distro di Kota Bandung. KICK merupakan komunitas distro terbesar di
Indonesia yang menaungi keberadaan distro clothing di Indonesia sehingga KICK
sangat memegang peranan yang besar terhadap perkembangan distro khususnya di
Kota Bandung, anggota KICK seringkali dijadikan acuan dan panutan oleh
distro-distro baru yang bermunculan.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kota Bandung
memiliki potensi wajib pajak badan yang tinggi dari sektor distro, namun potensi
tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran perpajakan yang tinggi pula karena
tidak semua distro terdaftar sebagai wajib pajak badan serta masih rendahnya
persentase wajib pajak distro yang memenuhi kewajibannya membayar pajak
dibandingkan industri menengah lainnya. Hal ini dapat dilihat dari minimnya
distro yang memiliki pencatatan dan pembukuan pajak sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Hal ini mencerminkan perilaku pajak yang rendah dari para pemilik
distro dengan tidak mendaftarkan dan melaporkan penghasilan usahanya dengan
Ketidakpatuhan wajib pajak tercipta akibat tidak adanya kesadaran atau
niat wajib pajak untuk berlaku patuh pada peraturan yang disebabkan oleh tidak
adanya keyakinan dari wajib pajak pada undang-undang perpajakan serta adanya
rasa ketidakpercayaan pada petugas pajak (Agustiantono, 2012). Allingham dan
Sandmo (1972) yang dikutip oleh Manurung (2013) pada situs www.pajak.go.id
menyebutkan bahwa kecenderungan masyarakat tidak mau membayar pajak atau
membayar pajak lebih kecil dari seharusnya disebabkan oleh masyarakat yang
merasa pengawasan pemerintah dan sanksi atau denda yang dikenakan terhadap
wajib pajak yang tidak patuh masih sangat kecil. Hal ini tercermin dari masih
banyaknya wajib pajak yang terlambat menyampaikan SPT, mengurangi jumlah
pajak terutang yang seharusnya dibayarkan dan melakukan tindakan tidak terpuji
dengan menyuap pihak fiskus guna meringankan tanggungan pajaknya
(Mustikasari, 2007). Perilaku ini tentu akan berdampak negatif dan menyebabkan
tidak terpenuhinya target penerimaan pajak Kota Bandung. Maka diperlukan
kesadaran dari wajib pajak untuk berperilaku patuh memenuhi kewajiban
pajaknya guna meningkatkan penerimaan pajak.
McMahon (2001) dalam Anggraeni (2013) mengartikan kepatuhan sebagai
sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang di dalamnya
didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat perilaku seseorang
dapat sesuai dengan yang diharapkan. Mc Mahon juga mengartikan kepatuhan
sebagai kegiatan individu untuk menjalankan kewajibannya sesuai dengan
niat kepatuhan pajak sebagai kecenderungan atau keputusan Wajib Pajak untuk
melakukan perilaku kepatuhan pajak.
Niat berperilaku tidak hanya datang dari dalam diri wajib pajak itu sendiri,
terdapat faktor lain yang dijadikan bahan pertimbangan oleh wajib pajak dalam
berperilaku patuh pajak seperti pengaruh subjektif orang-orang sekitar mengenai
peraturan perpajakan, bisa saja dari pengaruh orang terdekat, pelayanan petugas
pajak itu sendiri maupun atas saran konsultan pajak dan pimpinan perusahaan.
Pengaruh-pengaruh semacam ini dapat diatasi jika wajib pajak memiliki kontrol
personal yang baik dengan mempertimbangkan segala konsekuensi yang mungkin
timbul jika wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya, misalnya kemungkinan
dilakukannya pemeriksaan oleh pihak fiskus maupun adanya orang ketiga yang
melaporkan kecurangan pajak yang dilakukan (Mustikasari, 2007). Oleh
karenanya perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor yang mempengaruhi niat
wajib pajak dalam hal ini wajib pajak badan untuk berperilaku patuh.
Penelitian mengenai niat kepatuhan pajak telah dilakukan oleh beberapa
peneliti menggunakan kerangka model teori perilaku terencana (Theory Planned
of Behavior) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang
Pribadi dan Badan (Blanthorne, 2000 dalam Bobek, 2003). Model teori perilaku
terencana yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang
signifikan, bahwa niat berperilaku tidak patuh wajib pajak sangat dipengaruhi oleh
Teori perilaku terencana (Theory Planned of Behavior) merupakan
pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikemukakan oleh
Icek Ajzen. Teori ini menyatakan bahwa suatu perilaku yang ditampilkan seorang
individu timbul akibat adanya niat untuk berperilaku. Niat berperilaku yang
dikemukakan dalam Teori Perilaku Terencana ini ditentukan oleh tiga faktor
kepercayaan yaitu kepercayaan perilaku yang menghasilkan sikap terhadap suatu
perilaku, kepercayaan normatif yang menghasilkan norma subjektif serta
kepercayaan kontrol yang menghasilkan kontrol keperilakuan. (Ajzen, 2006)
Berdasarkan uraian tersebut, penulis berniat melakukan pengujian kembali
mengenai pengaruh dari variabel-variabel pembentuk niat dan perilaku dari wajib
pajak badan menganut pada model Teori Perilaku terencana atau TPB (Theory
Planned Behavior), yaitu sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm), dan
kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang dipersepsikan (perceived
behavioral control) guna mengetahui faktor-faktor pembentuk niat berperilaku
patuh pajak pada wajib pajak dengan studi kasus pada pelaku usaha distro
Anggota KICK di Kota Bandung berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Maka
1.2 Identifikasi Masalah
Pajak merupakan salah satu elemen vital dalam pembiayaan suatu negara.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pajak telah berhasil mendanai lebih dari 70%
anggaran belanja negara. Sehingga pajak menjadi fokus utama pemerintah dalam
mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri. Dalam perkembangannya
pemerintah menemukan beberapa kendala dalam memenuhi target penerimaan
pajak yang selalu defisit, salah satunya adalah masalah kepatuhan pajak yang
teridentifikasi masih tergolong rendah untuk setiap daerah di Indonesia.
Kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia
memiliki tingkat rasio kepatuhan pajak yang jauh di bawah batas minimal yang
ditargetkan yaitu sebesar 59% dari target 95%, jumlah ini sangat dipengaruhi oleh
kepatuhan wajib pajak pribadi maupun badan dalam melaporkan pajak
terutangnya. Sejauh ini wajib pajak badan memiliki rasio kepatuhan yang paling
fluktuatif dan persentase tingkat pertumbuhan penyampaian SPT yang rendah
dibandingkan dengan wajib pajak orang pribadi. Masalah semacam ini tentunya
perlu segera dikaji karena jika dibiarkan lebih lanjut akan menyebabkan
penerimaan pajak yang terus menurun dan menimbulkan tax gap yang semakin
besar serta akan berdampak pada hal yang lebih kompleks seperti tidak
terpenuhinya pembiayaan belanja negara yang dapat mengganggu stabilitas
Rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh beberapa faktor, baik
itu faktor internal dari dalam diri masyarakat maupun faktor di luar masyarakat itu
sendiri seperti kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap peraturan dan
undang-undang perpajakan, adanya dorongan dari lingkungan sekitar untuk tidak
mematuhi peraturan dan kurangnya kontrol diri dalam mempertimbangkan segala
konsekuensi yang mungkin timbul dari perilaku yang dilakukannya. Faktor-faktor
ini akan mempengaruhi niat berperilaku masyarakat sebagai wajib pajak dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya.
Ajzen (2006) menyatakan bahwa niat individu dalam melakukan suatu
perilaku tertentu sangat dipengaruhi oleh tiga faktor kepercayaan, yaitu
Behavioral Beliefs atau kepercayaan-kepercayaan perilaku yang akan
menciptakan sikap (attitude) terhadap niat berperilaku, normative beliefs atau
kepercayaan-kepercayaan normatif, yang akan menciptakan norma subyektif
(subjective norms) terhadap niat berperilaku, serta control beliefs atau
kepercayaan-kepercayaan kontrol yang akan menciptakan kontrol perilaku yang
dipersepsikan (perceived behavioral control). Hal ini dibahas lebih lanjut oleh
Ajzen dalam teori perilaku terencana (Theory Planned of Behavior) yang akan
memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi niat individu dalam melakukan
suatu perilaku terencana.
Penelitian ini akan menguji sejauh mana sikap, norma subjektif dan
niat berperilaku patuh pada pelaku usaha distro Anggota KICK di Kota Bandung
dalam mematuhi peraturan perpajakan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dan beberapa hasil penelitian
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan
yang dipersepsikan pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota
Bandung?
2. Bagaimana gambaran niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha
distro anggota KICK di Kota Bandung?
3. Bagaimana pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan
yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh pajak pada pelaku
usaha distro anggota KICK di Kota Bandung?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Gambaran sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota
Bandung
2. Gambaran niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro
3. Pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha
distro anggota KICK di Kota Bandung
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sangat berguna terutama dalam
meningkatkan khasanah dalam pengembangan ilmu manajemen perilaku
keuangan khususnya tentang teori perilaku terencana dan kepatuhan pajak.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan tambahan masukan bagi
Pemerintah dan Direktorat Jenderal Pajak tentang upaya-upaya untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak khususnya wajib pajak badan.
Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membuka wawasan
penulis mengenai perilaku wajib pajak badan dan faktor-faktor yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen (variabel
bebas) dan satu variabel dependen (variabel terikat) yaitu sikap (X1), norma
subjektif (X2) dan kontrol keperilakuan (X3) sebagai variabel independen serta
niat berperilaku patuh pajak sebagai variabel dependennya (Y), sedangkan subjek
penelitiannya adalah pelaku usaha distro yang berada di Kota Bandung. Waktu
dilaksanakannya penelitian ini adalah pada tahun 2008-2013.
3.2 Metode dan Desain Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian
Secara umum Sugiyono (2007) mengemukakan bahwa metode penelitian
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Metode penelitian diperlukan guna mempermudah arah dari penelitian
yang akan dilaksanakan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan
verifikatif. Penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2007 ) adalah “penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
Berdasarkan definisi tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk memberi
gambaran mengenai sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan serta niat
berperilaku patuh pada wajib pajak badan dalam hal ini distro Kota Bandung.
Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu
hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan (Arikunto,
2010). Pada intinya penelitian verifikatif ini menguji kesesuaian teori yang
digunakan dengan objek penelitian yang dilakukan, maka pada penelitian ini
bertujuan guna mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol
keperilakuan terhadap niat berperilaku patuh pada wajib pajak badan di distro
Kota Bandung.
3.2.2 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam melakukan
suatu penelitian guna menuntun jalannya seluruh proses penelitian. Seperti yang
diutarakan Arikunto (2010) bahwa desain penelitian merupakan rencana atau
rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan
dilaksanakan. Pemilihan desain penelitian yang tepat turut mempengaruhi
tercapainya suatu tujuan penelitian.
Iqbal Hasan (2002) mengklasifikasikan desain penelitian ke dalam tiga
jenis yaitu:
1. Desain Eksplanatori, desain ini berusaha mencari ide-ide atau
hubungan-hubungan baru sehingga desain ini tidak bertitik tolak pada fakta
2. Desain Deskriptif, bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik
dari suatu fenomena tertentu.
3. Desain Kausal, berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana satu variabel dapat mempengaruhi
variabel yang lain.
Dilihat dari tujuannya penelitian ini berusaha menjelaskan gambaran dan
hubungan sebab akibat antara sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan
terhadap niat berperilaku patuh pada wajib pajak badan. Oleh karenanya desain
penelitian ini merupakan penelitian dengan desain kausal.
3.3 Operasionalisasi Variabel
Variabel menurut Sugiyono (2007) pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel juga dapat merupakan atribut seseorang atau objek yang mempunyai
sifat untuk dipelajari. Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan, variabel independen
atau sering dikatakan sebagai variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen,
sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
Variabel perilaku yang diteliti dalam penelitian ini melibatkan tiga faktor
yang diidentifikasi mempengaruhi niat berperilaku patuh (Y) berdasarkan teori
perilaku terencana, adapun variabel yang dimaksud menurut Ajzen (1991) yaitu:
1. sikap terhadap kepatuhan pajak (X1),
2. norma subyektif (X2) dan
3. Kontrol keprilakuan yang dipersepsikan (X3)
Operasionalisasi variabel beserta skala pengukuran yang digunakan
tersebut lebih jelas akan disajikan dalam bentuk tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Tingkat
Kontrol Keperilakuan
(X3)
Keputusan
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data
Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber data menurut Sugiyono (2007) terdiri
dari sumber data primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, atau dengan kata lain data
primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh penulis melalui objek
penelitian. Disamping data primer, penulis juga memerlukan data sekunder guna
menunjang, melengkapi dan menyempurnakan data primer. Sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data
atau data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain.
Berikut ini adalah data yang diperoleh penulis melalui berdasarkan sumber
Tabel 3.2
Sumber Data
No Data Jenis Data Sumber
1. Peranan pajak terhadap
APBN 2008-2012 Sekunder
Sugiharti, 2013 (diolah kembali)
2. Realisasi penerimaan pajak
nasional 2011-2012 Sekunder
Sekunder Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Jawa Barat I
4.
Rasio kepatuhan penyampaian SPT tahunan Kota Bandung
2010-2012
Sekunder Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Jawa Barat I
5. Daftar distro di Kota Bandung Sekunder
Dinas Perindustrian dan berperilaku patuh pajak pada
pelaku usaha distro anggota KICK di kota Bandung
Primer Kuesioner Penelitian
7. Kondisi wajib pajak badan di
Kota Bandung Primer
Wawancara Humas Kanwil Direktorat Jenderal Pajak
Provinsi Jawa Barat I
8. Gambaran distro di kota
Bandung Primer
Wawancara bidang Ilmatek Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat dan pelaku usaha distro
3.4.2 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu sistematika prosedur yang
dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun
prosedur pengumpulan data yang dilakukan penulis meliputi:
1. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
adalah bersifat close-ended question karena tidak ada bagian yang terdiri dari
identitas responden. Pengukuran kuesioner menggunakan skala likert 5 poin
untuk mengukur sikap, norma subjektif, kontrol keperilakuan dan niat
berperilaku patuh yang diberi nilai atau skor. Kemudian kuesioner ini
dibagikan secara langsung oleh penulis kepada responden yang dalam hal ini
adalah pemilik distro tersebut.
2. Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap (Sugiyono, 2007). Wawancara dilakukan guna mendapatkan data
mengenai fenomena yang diteliti secara lebih detail dan mendalam.
Responden wawancara ini merupakan petugas Direktorat Jenderal Pajak
Kanwil Bandung I dan petugas bidang Ilmatek Dinas Perindustrian,
Perdagangan Provinsi Jawa Barat serta para pelaku distro.
3. Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
penelaahan dokumen, catatan, dan laporan yang berhubungan dengan objek
penelitian. Maka penulis melakukan studi dokumentasi dengan melihat dan
menelaah laporan penerimaan pajak serta laporan rasio kepatuhan
penyampaian SPT tahunan Kota Bandung pada tahun 2008-2012.
4. Studi Kepustakaan, dilakukan dengan mempelajari berbagai literature,
jurnal, buku, karya ilmiah atau penelitian terdahulu serta web browsing pada
situs-situs yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis mengenai
3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan kualitas dan ciri-ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai
sekelompok unit analisis atau objek pengamatan yang minimal memiliki satu
persamaan karakteristik sedangkan kerangka populasi (sampling frame) adalah
daftar seluruh unit sampling dalam sebuah populasi yang akan dijadikan sampel
(Sugiyono, 2007). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pelaku usaha
distro anggota KICK di Kota Bandung yaitu sebanyak 160 distro, namun
mengingat penelitian ini meninjau kepatuhan pajak badan maka populasi sasaran
dalam penelitian ini adalah pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung
yang telah terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat yaitu
sebanyak 32 distro berdasarkan kerangka sampling sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kerangka Sampling
NO NAMA
PERUSAHAAN ALAMAT
1 Skaters Jl. Dalam Kaum Plaza Parahyangan
2 Flashy Shop Jl. Dipatiukur No 1 Bandung
3 Dobujack Jl. Plered No 19 Bandung
4 BlackJack Jl. trunojoyo No 28 Bandung
6 Arena Experience Jl. Ir. H. Juanda No 207 Bandung
7 Screamous Jl. Rasamala No 2 Bandung
8 Auch Jl. Garuda Bandung
9 Dloops Jl. Riau 110 PAV Bandung
10 Invictus Jl. Sultan Agung No 9 Bandung
11 Mahanagari Jl. Cihampelas (Ciwalk)
12 Gee Eight Jl. Progo NO 3 Bandung
13 Thisconnect Jl. Buah Batu 205 Bandung
14 Evil Jl. Sultan Agung No 5 Bandung
15 Oink Jl. Trunojoyo No. 23 Bandung
16 Airplane System Jl. Aceh No 44 Bandung
17 Badger Inv. Jl. Mutiara IV No. 16 Bandung
18 Black ID Jl. Belitung No 3 Bandung
19 Ouval Research Jl. Buahbatu No. 64 Bandung
20 EAT 347 Jl. Trunojoyo No 4 Bandung
21 Firebolt Cihampelas Walk Bandung
22 Inksomnia Jl. Trunojoyo No 23 Bandung
23 No Label Stuff Jl. Trunojoyo No 8 Bandung
24 Wadezig! Jl. Sultan Agung No. 7 Bandung
25 Jail Body Inside Jl. Batununggal Indah Raya I No 10
26 Barbel Jl. Ir. H. Juanda No 362 Bandung
27 Blankwear Jl. A.H Nasution No 1 Bandung
28 Celtic Jl. Setiabudi N0. 56 Bandung
29 RAWKS Jl. Banda No 23 Bandung
30 Rollink Jl. Soka No 17 Bandung
31 Kuyagaya Jl. Gandapura Bandung
32 Blaze Distro Jl. Aceh No 40 Bandung
Sumber: Disperindag Jabar dan KICK, 2013 (diolah kembali)
3.5.2 Sampel
Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2007) Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan kata lain
sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif
sama dan dianggap bisa mewakili populasi. Mengingat jumlah populasi sasaran
dimana teknik sampel jenuh atau sensus ini menggunakan seluruh unit populasi
sasaran yang terdapat dalam kerangka sampling sebagai sampel penelitian.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diperoleh anggota sampel sebanyak 32
distro anggota KICK di Kota Bandung yang terdaftar pada Disperindag Jabar
tahun 2013 berdasarkan kerangka sampling yang telah ditentukan sebelumnya
untuk melakukan penelitian mengenai niat berperilaku patuh pajak.
Setelah diperoleh sampel seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3,
kemudian penulis menentukan responden yang akan dijadikan sasaran dalam
penelitian ini yaitu para pemilik distro tersebut. Adapun yang akan diteliti adalah
kepatuhan pajak dari para pelaku usaha distro ditinjau dari kepatuhan memenuhi
kewajiban membayar pajak badan tahunan.
3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.6.1 Rancangan Analisis data
Pada dasarnya dalam setiap penelitian diperlukan suatu rancangan atau
prosedur mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan setelah semua data
terkumpul. Mengingat penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan
untuk menguji teori dan hubungan antar variabel melalui penyebaran kuesioner
maka rancangan pengolahan dan penafsiran data kuesioner mutlak diperlukan agar
diperoleh hasil apakah terdapat pengaruh dari variabel X yaitu sikap, norma
subjektif, dan kontrol keperilakuan terhadap variabel Y atau niat berperilaku
patuh.pajak. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data yang harus
1. Editing, yaitu pemeriksaan kuesioner yang telah terkumpul kembali
setelah dibagikan kepada responden. Dalam praktiknya mungkin terdapat
kesalahan dalam pengisian kuesioner oleh responden maka langkah ini
meliputi mengecek kelengkapan pengisian instrument secara menyeluruh.
2. Skoring, yaitu pemberian skor atau kode untuk setiap opsi dari item
instrumen berdasarkan ketentuan yang ada. Skala pengukuran yang
digunakan dalam setiap pertanyaan adalah skala likert lima poin dimana
untuk jawaban positif diberi bobot 5-4-3-2-1 dan sebaliknya untuk
jawaban negative diberi bobot 1-2-3-4-5.
Tabel 3.4
Kriteria Bobot Nilai Alternatif
Pilihan Jawaban Bobot Pertanyaan
Sangat setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
3. Tabulating, yaitu merekap data hasil skoring ke dalam bentuk tabel
rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item kuesioner. Berikut tabel
rekapitulasi yang dimaksud:
Tabel 3.5
Tabel Rekapitulasi Data
Resp. Skor Item Total
1 2 3 … N
…
N Total
4. Tahap uji coba instrument, penulis menggunakan dua tahap pengujian
yaitu uji validitas dan reliabilitas guna mengetahui kelayakan kuesioner
yang disebarkan kepada responden.
5. Analisis deskriptif, digunakan untuk menggambarkan skor variabel X dan
Y serta kedudukannya guna menjawab tujuan penelitian yang bersifat
deskriptif. Analisis ini dilakukan melalui tinjauan kontinum dan
perbandingan rata-rata data sampel.
6. Analisis verifikatif, digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang
bersifat asosiatif serta menguji hipotesis melalui teknik analisis regresi
berganda.
3.6.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Guna mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel diperlukan
kualitas data instrumen yang valid dan reliabel pula. Hasil penelitian yang
dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kemudian dikatakan
reliabel apabila terdapat kesamaan data pada waktu yang berbeda. (Sugiyono,
Sugiyono juga menjelaskan bahwa instrument yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Maka
dalam suatu penelitian diperlukan suatu uji validitas dan reliabilitas dari
instrument yang digunakan guna mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan.
3.6.2.1 Pengujian Validitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keandalan atau keabsahan suatu alat ukur (Arikunto, 1995; 63-69 dalam Sunjoyo,
dkk, 2013: 38).Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel (Nugroho,
2005:67 dalam Sunjoyo, dkk, 2013:39). Tingkat validitas yang tinggi dalam suatu
instrumen penelitian akan menghasilkan penjelasan masalah penelitian yang
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi product
moment dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan df = n -2 , secara
matematis berikut formula dari korelasi product moment:
dimana:
rxy = Korelasi Product Moment
N = Jumlah populasi
∑x = Jumlah skor butir (X)
∑y = Jumlah skor variabel (Y)
∑x2
= Jumlah skor butir kuadrat (X)
∑y2
= Jumlah skor variabel kuadrat (Y)
∑xy = Jumlah perkalian butir (X) dan skor variabel (Y)
Pada penelitian ini, perhitungan nilai rxy akan diperoleh dengan bantuan
program komputer SPSS kemudian hasilnya dikonsultasikan dengan tabel nilai r
menggunakan taraf kesalahan 5%. Instrument dinyatakan valid apabila:
Nilai > r tabel, maka item pertanyaan valid
Nilai < r tabel, maka item pertanyaan tidak valid
Adapun hasil pengujian validitas yang diperoleh tercantum pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.6
Hasil Pengujian Validitas X1 (Sikap)
No
Item
Keterangan
1 0,678 0,349 Valid
2 0,857 0,349 Valid
3 0,700 0,349 Valid
4 0,831 0,349 Valid
6 0,936 0,349 Valid
7 0,743 0,349 Valid
8 0,775 0,349 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 For Windows, 2014
Tabel 3.7
Hasil Pengujian Validitas X2 (Norma Subjektif)
No
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 For Windows, 2014
Tabel 3.8
Hasil Pengujian Validitas X3 (Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan)
No
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 For Windows, 2014
Tabel 3.9
Hasil Pengujian Validitas Y (Niat Berperilaku Patuh)
No
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan terhadap 32
responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan df = n-2, yaitu
32 - 2 = 30. Sehingga diperoleh nilai sebesar 0,349. Maka setiap item
pertanyaan dalam instrument ini dapat dikatakan valid, karena pada setiap
item menunjukkan nilai yang lebih besar daripad a ( > ). Hal ini
berarti pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat dijadikan alat ukur apa yang
hendak diukur.
3.6.2.2 Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sunjoyo, dkk, 2013).Uji
reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi data dari instrumen penelitian
yang digunakan untuk mengukur konsep. Untuk melihat tingkat reliabilitas
instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha (α)
pada program SPSS.
Secara matematis, Arikunto (2010) menyatakan formula cronbach alpha
sebagai berikut:
(Arikunto, 2010)
Dimana:
= Reliabilitas instrument
= Jumlah varians butir
= Varians total
Rumus variansnya adalah:
=
(Arikunto, 2010)
Dimana:
= Harga varians total
= Jumlah kuadrat skor total
= Jumlah kuadrat dari jumlah skor total
= Jumlah responden
Adapun keputusan dalam uji reliabilitas ini adalah sebagai berikut:
Jika maka instrument dinyatakan reliabel
Jika maka instrument dinyatakan tidak reliabel
Secara teknis pengujian reliabilitas tersebut dilakukan dengan
menggunakan program Komputer SPSS 17 for windows, maka diperoleh hasil
seperi yang tercantuk dibawah ini:
Tabel 3.10
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Keterangan
Sikap 0,764 0,349 Reliabel
Kontrol
Keperilakuan yang dipersepsikan
0,982 0,349 Reliabel
Niat Berperilaku
Patuh 0,979 0,349 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 For Windows, 2014
Berdasarkan tabel 3.10 diperoleh hasil uji reliabilitas variabel X1, X2. X3,
dan Y menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut dinyatakan reliabel karena
nilai .
3.6.3 Teknik Analisis Data
3.6.3.1 Analisis Deskriptif
Analisis dekskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2007). Suliyanto dalam Sunjoyo, dkk (2013) menjelaskan
bahwa statistik deskriptif merupakan ilmu statistik yang mempelajari bagaimana
cara menyusun dan menyajikan data dari data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian serta mempelajari bagaimana cara melakukan pengukuran nilai-nilai
statistik.
Analisis deskriptif dalam penelitian ini menggunakan tinjauan kontinum
untuk menggambarkan skor serta kedudukan variabel X dan variabel Y. adapun
langkah-langkah dalam analisis ini adalah sebagai berikut:
Dimana:
ST = Skor Tertinggi
JB = Jumlah Bulir
JR = Jumlah Responden
2. Membandingkan jumlah skor hasil angket dengan jumlah skor kriterium.
Jumlah skor hasil angket dapat diperoleh dengan formula:
Dimana:
Xi = Jumlah skor hasil kuesioner variabel X/Y
X1 - Xn = Jumlah skor kuesioner masing-masing responden
3. Membuat daerah kontinum guna melihat gambaran tentang variabel secara
keseluruhan yang diharapkan responden. Daerah kontinum dibagi ke
dalam tiga tingkatan sebagai berikut:
Tinggi = ST x JB x JR
Sedang = SS x JB x JR
Rendah = SR x JB x JR
Dimana:
ST = Skor Tertinggi
SS = Skor Sedang
SR = Skor Rendah
JR = Jumlah Responden
4. Menentukan selisih skor kontinum dari setiap tingkatan, maka digunakan
formula:
5. Menentukan daerah kontinum tinggi, sedang dan rendah dengan
menambah selisih (R) secara bertahap dari kontinum tinggi sampai dengan
kontinum rendah.
6. Menentukan garis kontinum dan daerah letak skor untuk setiap variabel,
seperti gambar berikut:
Rendah Sedang Tinggi
3.6.3.2 Analisis Verifikatif
a. Method of Successive Internal (MSI)
Pengolahan data dengan menggunakan statistik parametrik mengharuskan
data yang diukur dalam skala interval, mengingat data variabel sebelumnya
berupa data ordinal maka terlebih dahulu dilakukan transformasi data ordinal ke
data interval dengan menggunakan Method of Succesive Internal (MSI).
Adapun langkah-langkah dalam dalam metode ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
1. Memperhatikan tiap butir pertanyaan
2. Menentukan berapa orang yang menjawab skor 1,2,3,4, dan 5 untuk setiap
butir tersebut
3. Membagi setiap frekuensi dengan banyaknya responden , hasilnya
disebut dengan proporsi (P).
4. Menentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlahlan proporsi
yang ada dengan proporsi sebelumnya.
5. Menentukan nilai Z untuk setiap kategori proporsi kumulatif yang
diperoleh dengan menggunakan tabel distribusi normal
6. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan tabel ordinat distribusi normal.
7. Menghitung nilai skala atau Scala Value (SV) dengan menggunakan
rumus:
8. Menghitung skor hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan
rumus:
dimana
Untuk memperjelas langkah-langkah dimaksud diatas, berikut disajikan
Tabel 3.11
Pengubahan Data Ordinal Ke Interval
Kriteria 1 2 3 4 5
Frekuensi Proporsi
Proporsi Kumulatif Nilai
Skala Value
b. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linier berganda agar data yang dihasilkan dapat bermanfaat.
Terdapat lima jenis uji asumsi klasik namun tidak semua uji asumsi klasik harus
dilakukan pada analisis regresi linier. Dalam penelitian ini hanya akan digunakan
tiga jenis uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas data, uji multikolinearitas
dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas Data
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal maka digunakan uji normalitas untuk melihat apakah
nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square,
Untuk mendeteksi normalitas data kali ini penulis mencoba
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dilihat dari nilai residual. Ghozali
(2008) dalam Sunjoyo (2013) menyebutkan dikatakan normal jika nilai
residual yang dihasilkan di atas nilai signifikansi yang ditetapkan.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya
korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model
regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara
variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel
terikatnya menjadi terganggu.
Uji multikolinearitas dapat diketahui jika nilai koefisien korelasi
antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70, maka model
dapat dinyatakan bebas dari multikolinearitas, jika nilai korelasi lebih dari
0,70, berarti terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen
sehingga terjadi multikolinearitas. Pada penelitian ini penulis melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF) menggunakan program
komputer SPSS 17 For Windows, jika nilai tolerance tidak kurang dari 0,1
dan nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dapat dikatakan terbebas
dari multikolinearitas.
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau
disebut homoskedastisitas. Konsekuensi dari adanya gejala heteroskedastis
adalah penaksiran yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel besar
maupun kecil walaupun penaksiran yang diperoleh menggambarkan
populasinya atau tidak bias.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter
plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID
(nilai residualnya) menggunakan program computer SPSS 17 For
Windows. Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu
pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar
atau sebaliknya melebar kemudian menyempit (Sunjoyo, dkk, 2013).
c. Analisis Korelasi
Analisis korelasi menurut Lind (2008) yang dikutip Sunjoyo, dkk (2013)
adalah sekumpulan teknik untuk mengukur hubungan (kekuatan hubungan) antara
dua variabel atau lebih. Uji korelasi dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan dan kapasitas antara sikap, norma subjektif
dan kontrol keperilakuan terhadap niat berperilaku, maka digunakan analisis
hubungan antara sikap, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan terhadap niat berperilaku secara bersamaan.
Sugiyono (2007) menggunakan prosedur matematik untuk mengukur
tingkat hubungan antar variabel tersebut dalam bentuk angka atau indeks
koefisien korelasi yang bergerak antara -1 sampai +1. Sebuah nilai yang
mendekati +1 menunjukkan sebuah arah atau hubungan positif antar variabel,
sebaliknya jika nilai mendekati -1 menunjukkan hubunga kebalikan atau negatif
antar varibel. Apabila dijabarkan lebih lanjut, maka didapat tabel interpretasi
koefisien korelasi seperti berikut:
Tabel 3.12
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 - 1,00 Sangat Kuat
0,60 – 0,79 Kuat
0,40 – 0,59 Cukup Kuat
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
Sumber: Sunjoyo, dkk (2013
Adapun rumus matematis untuk menghitung koefisien korelasi menurut
rxy = koefisien korelasi
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
N = jumlah populasi
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
sebuah variabel bebas (X) atau lebih terhadap naik turunnya variabel terikat (Y).
Maka untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh sikap, norma subjektif dan
kontrol keperilakuan terhadap niat berperilaku patuh dilakukan analisis dengan
formula:
(Iqbal Hasan, 2002)
Dimana:
Kd = nilai koefisien determinasi
nilai koefisien determinasi ini memiliki asumsi 0 ≤ r2 ≥ 1, nilai r2
yang
rendah menunjukkan kemampuan variabel-variabel independent dalam
menjelaskan variasi variabel dependent yang terbatas. Semakin besar atau
mendekati 1 maka mengindikasikan variabel independent semakin mampu
menjelaskan variabel dependentnya.
e. Uji Regresi Linier Berganda
Lind (2008) dalam Sunjoyo, dkk (2013) mengatakan analisis regresi
adalah teknik yang digunakan untuk mengembangkan persamaan regresi dan
memberikan perkiraan. Pada umumnya uji regresi bertujuan untuk menguji
hubungan-hubungan ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau
lebih variabel independen (bebas). Penelitian ini menggunakan jenis uji regresi
berganda karena memiliki lebih dari satu variabel independen (sikap, norma
subjektif, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan) yang mempengaruhi variabel
dependennya (niat berperilaku patuh). Persamaan regresi berganda dengan 3
variabel adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
(Sugiyono, 2007)
Dimana:
Y = variabel dependent (niat berperilaku patuh)
X1 = variabel independent (sikap)
X3 = variabel independent (kontrol keperilakuan yang dipersepsikan)
a = harga Y apabila X=0 (harga konstan)
b1b2 = koefisien regresi
Uji regresi ini dapat dilakukan jika telah memenuhi asumsi-asumsi yang
berlaku dalam regresi berganda, menurut Lind (2008, dalam Sunjoyo, dkk, 2013)
asumsi tersebut antara lain:
1. Terdapat hubungan yang linier (terdapat hubungan garis lurus antara
variabel terikat dan sekelompok variabel bebas)
2. Variabel-variabel independennya tidak boleh berkorelasi. Pada
umumnya jumlah variabel independen berkisar antara dua sampai empat
variabel. Walaupun secara teoritis bisa digunakan banyak variabel bebas,
namun penggunaan lebih dari tujuh variabel bebas dianggap tidak
efektif.
3. Memenuhi asumsi klasik.
Pengujian regresi ini menggunakan program SPSS yang dimaksudkan
guna menguji apakah model yang dibuat mempunyai kesesuaian yang baik atau
memiliki hubungan kausalitas yang dihipotesiskan.
3.6.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan guna mengetahui apakah terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y). Pengujian
dilakukan pada hipotesis nol (Ho), yaitu pernyataan tidak adanya perbedaan
alternatif (Ha), yaitu menyatakan adanya perbedaan antara parameter dan statistik
data sampel. Maka hipotesis yang akan diuji dalam pengambilan keputusan
penerimaan atau penolakan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara sikap, norma subjektif dan kontrol
keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh
Ha : Terdapat pengaruh antara sikap, norma subjektif dan kontrol
keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh
3.6.4.1 Uji Simultan (Uji F-Statistik)
Uji F-statistik adalah pengujian pengaruh variabel independent secara
bersama-sama terhadap variabel dependent. Hasil pengujian dapat dilihat dari
nilai signifikansi F hitung, bila nilainya lebih tinggi dari tingkat keyakinan maka
seluruh variabel independent tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama terhadap variabel dependentnya. Sebaliknya jika nilai signifikansi
lebih rendah dari dari tingkat keyakinan maka seluruh variabel independent secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependentnya.
Pengujian simultan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program
komputer SPSS guna menguji besarnya pengaruh dari sikap, norma subjektif dan
patuh. Tingkat signifikansi yang digunakan untuk menentukan nilai F tabel adalah
sebesar 5 %.
Adapun asumsi pengambilan keputusan yang digunakan adalah:
a. Terima Ho, jika koefisien . Artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari sikap, norma subjektif dan kontrol
keperilakuan secara simultan terhadap niat berperilaku patuh.
b. Tolak Ho, jika koefisien . Artinya, terdapat pengaruh
yang signifikan dari sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan
secara simultan terhadap niat berperilaku patuh.
3.6.4.2 Uji Parsial (Uji T-Statistik)
Uji T-statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent secara parsial atau terpisah. Adapun formula dalam
pengujian parsial ini adalah:
(Sugiyono, 2007)
Dimana: r = koefisien korelasi
n = banyaknya sampel
Secara teknis alat pengujian parsial dalam penelitian ini menggunakan