• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa-Siswi Sekolah Menengah Kejuruan 'X' Tentang NAPZA Di Kota Bandung Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa-Siswi Sekolah Menengah Kejuruan 'X' Tentang NAPZA Di Kota Bandung Tahun 2014."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN “X” MENGENAI NAPZA

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Raisa Dewi Afianty, 2014. Pembimbing I: dr. Penny Setyawati M., Sp.PK, M.Kes Pembimbing II: dr. Harry Tribowo H., Sp.KJ

Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda, salah satunya penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Lingkungan sekolah merupakan salah satu sasaran peredaran narkoba sehingga angka kejadian penyalahgunaan NAPZA pada pelajar relatif tinggi. Kurangnya pengetahuan, sikap, perilaku pelajar khususnya tingkat SMA/ SMK mengenai bahaya NAPZA menyebabkan siswa-siswi rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) “X” tentang NAPZA di kota Bandung tahun 2014.

Penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan teknik pengambilan whole sampling dan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian pada 275 responden yang merupakan siswa-siswi SMK “X” di kota Bandung

Hasil menunjukkan bahwa 59,27 % responden memiliki gambaran pengetahuan cukup, 92,73% memiliki gambaran sikap baik, dan 92,36% memiliki gambaran perilaku baik tentang NAPZA.

Pada umumnya, siswa-siswi SMK “X” di kota Bandung tahun 2014 memiliki gambaran pengetahuan yang cukup, serta sikap dan perilaku yang baik tentang NAPZA.

(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL "X" STUDENTS ON DRUGS

IN THE CITY OF BANDUNG IN 2014

Raisa Dewi Afianty, 2014. 1st Advisor : dr. Penny Setyawati M., Sp.PK, M.Kes

2nd Advisor : dr. Harry Tribowo H., Sp.KJ

The lifestyle of the society nowadays cause many problems that threaten various aspects of community life, especially for the younger generation, some of the problems are abuse and dependence of narcotics, alcohol, psychotropics and other addictive substances (drugs). The school environment is one of the targets of drug distribution so that the incidence of drug abuse in students is relatively high. The lack of knowledge, attitude, behavior of students, especially high school/ vocational high school regarding the dangers of drug use leads students to be more vulnerable to drug abuse. The aims of this study are to describe the knowledge, attitudes, and behavior of students of Vocational High School (VHS) "X" on drugs in the city of Bandung in 2014.

This was a descriptive survey study with whole sampling technique and using a questionnaire as a research instrument to 275 respondents who were students of VHS "X" in Bandung.

The results showed that 59.27% of respondents have a sufficient knowledge, 92.73% have a good of attitude, and 92.36% have a good behavior on the drugs. Generally, the students of VHS "X" in the city of Bandung in 2014 have a sufficient knowledge, and good attitude and behavior on the drugs.

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Akademis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Landasan Teori ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domain Perilaku ... 6

2.1.1 Pengetahuan ... 6

2.1.2 Sikap ... 8

2.1.3 Perilaku ... 10

2.1.4 Perilaku Kesehatan ... 11

2.1.5 Determinan Perilaku Manusia ... 12

2.2 NAPZA ... 14

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.2.2 Psikotropika ... 16

2.2.3 Zat Adiktif Lainnya ... 17

2.2.4 Jenis NAPZA yang Sering Disalahgunakan ... 18

2.3 Penyalahgunaan NAPZA ... 22

2.3.1 Riwayat Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia ... 22

2.3.2 Epidemiologi ... 24

2.3.3 Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja dan Lingkungan Sekolah ... 27

2.3.4 Tahapan Penyalahgunaan NAPZA ... 31

2.3.5 Karakteristik Pribadi Penyalahguna NAPZA ... 32

2.3.6 Dampak Penyalahgunaan NAPZA ... 33

2.3.7 Terapi Penyalahgunaan NAPZA ... 33

2.3.8 Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA ... 35

2.4 Dasar Hukum dan Sanksi Hukum Penyalahguna NAPZA ... 38

2.4.1 Kebijakan dan Dasar Hukum ... 38

2.4.2 Sanksi Hukum... 40

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Instrumen dan Subjek Penelitian ...42

3.1.1 Instrumen Penelitian ...42

3.1.2 Subjek Penelitian ...42

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...42

3.3 Metode Penelitian ...42

3.3.1 Desain Penelitian ...42

3.3.2 Variabel Penelitian ...43

3.3.3 Definisi Operasional Penelitian ...43

3.3.4 Besar Sampel Penelitian ...44

3.3.5 Prosedur Penelitian ...44

3.4 Analisis Data ...44

3.4.1 Pengetahuan ...44

(5)

x Universitas Kristen Maranatha

3.4.3 Perilaku ...45

3.5 Aspek Etik Penelitian ...46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...47

4.1.1 Karakteristik Responden ...47

4.1.2 Pengetahuan ...48

4.1.3 Sikap ...55

4.1.4 Perilaku ...62

4.1.5 Pengetahuan Responden Secara Keseluruhan...67

4.1.6 Sikap Responden Secara Keseluruhan ...68

4.1.7 Perilaku Responden Secara Keseluruhan ...68

4.2 Pembahasan ...69

4.2.1 Karakteristik Responden ...69

4.2.2 Pengetahuan ...71

4.2.3 Sikap ...72

4.2.4 Perilaku ...73

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...74

5.2 Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA ...76

LAMPIRAN ...80

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Kasus Penyalahgunaan NAPZA di Kota Bandung ...27

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...47

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...48

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai NAPZA ...48

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Jenis Narkotika ...49

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Cara Penggunaan NAPZA Selain Diminum ...50

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Alasan Utama Seseorang Terjerumus dalam Penyalahgunaan NAPZA...50

Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Ciri Fisik Pengguna NAPZA ...51

Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Dampak Penyalahgunaan NAPZA ...52

Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Risiko Terserang Penyakit Akibat Penggunaan NAPZA Dengan Cara Bergantian Jarum Suntik...52

Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Penyebab ‘Sakau’ Pada Pecandu Narkoba ...53

Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Cara Mencegah Agar Pelajar Tidak Terjerumus Penyalahgunaan NAPZA ...54

Tabel 4.12 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Cara Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA ...54

Tabel 4.13 Distribusi Sikap Responden Mengenai Penyalahguna NAPZA Harus Ditindak Tegas dan Diberikan Sanksi Hukum ...55

Tabel 4.14 Distribusi Sikap Responden Mengenai Orang yang Menggunakan NAPZA Harus Dikucilkan Dari Masyarakat ...56

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.16 Distribusi Sikap Responden Mengenai Sebagai Makhluk Sosial

Kadang Perlu Berbaur Kepada Para Pecandu Narkoba Namun

Kita Tidak Boleh Terjerumus Kedalamnya ...57

Tabel 4.17 Distribusi Sikap Responden Mengenai Mengikuti Penyuluhan/

Seminar Tentang Bahaya NAPZA ...58

Tabel 4.18 Distribusi Sikap Responden Mengenai Penyalahgunaan NAPZA

Berhubungan Dengan Peningkatan Tindak Kejahatan/

Kekerasan ...59

Tabel 4.19 Distribusi Sikap Responden Mengenai ‘Bebas Narkoba’

Menjadi Salah Satu Syarat Penerimaan Siswa-Siswi Baru ...59

Tabel 4.20 Distribusi Sikap Responden Mengenai Perlunya Masalah

Narkoba Dimasukan Ke Dalam Kurikulum Pendidikan ...60

Tabel 4.21 Distribusi Sikap Responden Mengenai Para Penyalahguna

NAPZA Harus Dibawa Ke Pusat Panti Rehabilitasi Untuk

Proses Penyembuhannya ...61

Tabel 4.22 Distribusi Sikap Responden Mengenai Perlunya Kerjasama

Antara Pihak Aparat Keamanan, Pihak Sekolah, Orang Tua, dan

Diri Sendiri Untuk Memberantas Penyalahgunaan NAPZA ...61

Tabel 4.23 Distribusi Sikap Responden Mengenai Tempat Peredaran

NAPZA Di Sekitar Tempat Tinggal ...62

Tabel 4.24 Distribusi Sikap Responden Mengenai Memiliki Teman atau

Keluarga Pecandu NAPZA ...63

Tabel 4.25 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kebiasaan Merokok ...63

Tabel 4.26 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kebiasaan Minum

Minuman Keras atau Sering Pergi Ke Diskotik ...64

Tabel 4.27 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kebiasaan Merokok atau

Minum Minuman Keras Sebagai Penghilang Stress ...64

Tabel 4.28 Distribusi Sikap Responden Mengenai Kebiasaan Menghabiskan

Waktu Dengan Berkumpul Bersama Teman Tanpa Tujuan yang

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.29 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pernah Mengikuti

Penyuluhan/Seminar Tentang Bahaya NAPZA ...65

Tabel 4.30 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pernah Melihat Wujud Narkoba ...66

Tabel 4.31 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pernah Mendapat Tawaran Untuk Mencoba Narkoba ...66

Tabel 4.32 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pernah Mencoba Narkoba ...67

Tabel 4.33 Distribusi Pengetahuan Responden Secara Keseluruhan ...67

Tabel 4.34 Distribusi Sikap Responden Secara Keseluruhan ...68

(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2004, 2009,

2011 ...25

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Penyalahgunaan

(10)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KUISIONER PENELITIAN ...80

LAMPIRAN 2 INFORMED CONSENT ...85

LAMPIRAN 3 SURAT KEPUTUSAN KOMISI ETIK PENELITIAN ...86

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang

mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda. Salah

satunya adalah penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap narkotika, alkohol,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Angka kejadian penyalahgunaan

NAPZA cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Remaja adalah generasi muda

yang masih memiliki jiwa dan tingkat emosional yang belum stabil, rasa ingin

tahu tinggi, mudah terpengaruh hal-hal negatif, rasa solidaritas yang berlebihan,

keinginan untuk eksis dalam pergaulan, serta lebih cepat berinteraksi dengan

berbagai lingkungan masyarakat, sehingga rentan terhadap penyalahgunaan

NAPZA (Apandi, 2011). Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah yang

menjadi keprihatinan dunia internasional di samping masalah HIV/AIDS.

Fenomena NAPZA itu sendiri bagaikan gunung es artinya yang tampak di

permukaan lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak tampak atau dengan kata

lain, bila ditemukan 1 orang penyalahguna NAPZA artinya ada 10 orang lainnya

yang tidak terdata secara resmi (Hawari, 2006).

NAPZA adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi

seperti perasaan, pikiran, suasana hati, serta perilaku jika masuk ke sistem

sirkulasi tubuh manusia, baik secara enteral maupun parenteral. NAPZA juga

dikenal sebagai narkoba (narkotika dan obat-obat berbahaya) (Kurniawan, 2008).

Keberadaan NAPZA di Indonesia mempunyai dua sisi yang paradoksal.

NAPZA di satu sisi sangat bermanfaat khususnya dunia medis, tetapi di sisi lain

jika dipakai tidak sesuai peraturan dapat menyebabkan ketergantungan (adiksi)

dan mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan NAPZA yang mengancam

generasi bangsa (Suyadi, 2013). NAPZA pada umumnya disalahgunakan oleh

(12)

2 Universitas Kristen Maranatha NAPZA di era globalisasi ini kurang berhasil diantisipasi, baik oleh pemerintah,

aparat negara, maupun masyarakat, khususnya oleh generasi muda termasuk kaum

pelajar, sehingga NAPZA kini telah beredar luas di masyarakat (Prisaria, 2012).

Estimasi kerugian ekonomi akibat NAPZA pun semakin meningkat setiap tahun,

yaitu sebesar 32,4 triliun pada tahun 2008 (BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan

Universitas Indonesia, 2009) lalu meningkat menjadi 48,2 triliun pada tahun 2011

(Butarbutar, 2013).

United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) melaporkan secara

global bahwa pada tahun 2011 terdapat 167-315 juta orang dengan rentang usia

15-64 tahun aktif mengonsumsi NAPZA (UNODC, 2013).

Prevalensi penyalahgunaan NAPZA di Indonesia terus meningkat setiap tahun.

Menurut hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bekerjasama dengan

Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI), prevalensi

penyalahgunaan NAPZA di Indonesia pada kelompok usia 10-59 tahun di tahun

2009 adalah 1,99% atau sekitar 3,6 juta jiwa lalu meningkat menjadi 2,2% atau

sekitar 3,8 juta jiwa pada tahun 2011 (Butarbutar, 2013).

BNNP Jabar mencatat, Jawa Barat menempati urutan ke-6 untuk tingkat

prevalensi penyalahgunaan NAPZA di Indonesia (BNN, 2011). Angka prevalensi

penyalahgunaan narkotika di Jawa Barat mencapai 2,5% dari jumlah penduduk

atau sekitar 1,1 juta jiwa dan 22% diantaranya adalah pelajar (Apandi, 2011).

Lingkungan sekolah saat ini seringkali menjadi sasaran bagi para bandar

narkoba yang ingin menghancurkan generasi bangsa (Apandi, 2011). Satuan

Reserse Narkoba Polrestabes Bandung melaporkan kasus penyalahgunaan

NAPZA di kota Bandung selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2010-2012

mencapai 1783 kasus, 880 kasus di kalangan umum dan 903 kasus di kalangan

pelajar. Penyalahgunaan NAPZA di lingkungan Sekolah Dasar (SD) mencapai

20 kasus, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 176 kasus, Sekolah Menengah Atas/

Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/ SMK) 691 kasus, dan Perguruan Tinggi (PT)

16 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa kasus penyalahgunaan NAPZA

tertinggi adalah pada tingkat SMA/ SMK (Suwanto, 2013). Jika pengetahuan,

(13)

3 Universitas Kristen Maranatha bahaya NAPZA, dapat menyebabkan siswa-siswi rentan terhadap penyalahgunaan

NAPZA. Penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang

NAPZA ini pernah diteliti oleh Yunisa tahun 2007 pada mahasiswa-mahasiswi di

Universitas Kristen Maranatha Bandung, oleh Hidayati & Indrawati tahun 2012

pada siswa-siswi SMK Negeri 2 Sragen, dan oleh Amiruddin, Syahrir, dan DP

tahun 2013 pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep, tetapi

belum ada penelitian sebelumnya yang dilakukan pada siswa-siswi di SMK kota

Bandung, sehingga hal tersebut mendasari peneliti untuk melakukan penelitian

mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa-siswi SMK “X”

tentang NAPZA di kota Bandung tahun 2014.

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian ini adalah sebagai

berikut:

 Bagaimana pengetahuan siswa-siswi SMK “X” tentang NAPZA di kota

Bandung tahun 2014.

 Bagaimana sikap siswa-siswi SMK “X” tentang NAPZA di kota Bandung

tahun 2014.

 Bagaimana perilaku siswa-siswi SMK “X” tentang NAPZA di kota Bandung

tahun 2014.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa-siswi SMK “X” tentang NAPZA di kota

(14)

4 Universitas Kristen Maranatha 1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

 Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang NAPZA.

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data gambaran pengetahuan,

sikap, dan perilaku tentang NAPZA di kalangan siswa-siswi SMK “X” yang

mungkin diperlukan oleh instansi-instansi terkait seperti instansi pemerintah

maupun instansi kesehatan untuk menggiatkan penanggulangan

penyalahgunaan NAPZA.

 Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan digunakan oleh peneliti-peneliti

selanjutnya sebagai referensi untuk karya tulis ilmiah selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang NAPZA dan dampaknya,

agar dapat menimbulkan dan atau meningkatkan kesadaran akan bahaya

penyalahgunaan NAPZA terutama di kalangan pelajar, sehingga diharapkan dapat

menurunkan tingkat penyalahgunaan NAPZA.

1.5Landasan Teori

Tingginya tingkat penyalahgunaan NAPZA dapat dipengaruhi oleh

pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang. Ketiga faktor ini menentukan

integritas individu. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang diperoleh dari proses

penginderaan, terutama penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan juga

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap seseorang. Sikap

adalah penilaian seseorang terhadap stimulus yang mereka terima. Sikap belum

merupakan suatu tindakan, tetapi merupakan predisposisi terjadinya suatu

tindakan. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek yang diterima,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,

proses selanjutnya diharapkan ia akan menerapkan apa yang diketahui atau dinilai

(15)

5 Universitas Kristen Maranatha Pengetahuan tentang NAPZA dapat memengaruhi sikap dan perilaku seseorang

dan dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan agar generasi muda, khususnya

pelajar tidak terjerumus kedalam penyalahgunaan NAPZA. Selain pengetahuan,

faktor individu, keluarga, dan lingkungan juga dapat memengaruhi sikap dan

perilaku seseorang. Jika pengetahuan, sikap, dan perilaku pelajar khususnya

tingkat SMA/ SMK ini kurang mengenai bahaya NAPZA, dapat menyebabkan

siswa-siswi rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA, sehingga penulis ingin

mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa-siswi SMK “X”

(16)

74 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari penelitian “Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku

siswa-siswi SMK “X” tentang NAPZA di kota Bandung tahun 2014” yaitu siswa-siswi

SMK “X” di Kota Bandung Tahun 2014 memiliki :

 Pengetahuan cukup tentang NAPZA  Sikap yang baik tentang NAPZA  Perilaku baik tentang NAPZA

5.2Saran

Saran-saran penulis kepada pihak sekolah, orang tua, pemerintah, serta untuk

penelitian selanjutnya, yaitu:

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada siswa-siswi di beberapa SMK dan

SMA lain di kota Bandung untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan,

sikap, dan perilaku siswa-siswi di SMK dan SMA kota Bandung.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada siswa-siswi SMA/ SMK negeri

dan swasta di kota Bandung untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan,

sikap, dan perilaku siswa-siswi di SMK/ SMA negeri dan swasta kota

Bandung.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara

pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang NAPZA di SMK dan SMA kota

Bandung.

 Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian pendahuluan terhadap

beberapa responden terlebih dahulu untuk mengidentifikasi permasalahan

(17)

75 Universitas Kristen Maranatha didapatkan informasi yang lebih menggambarkan pengetahuan, sikap, dan

perilaku secara lebih akurat.

 Sekolah meningkatkan program penyuluhan-penyuluhan dan seminar melalui

kerjasama dengan Departemen Kesehatan, Badan Narkotika Nasional (BNN),

dan tempat rehabilitasi setempat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan KIE

(Komunikasi, Informasi, Edukasi) mengenai NAPZA dan bahaya

penyalahgunaan NAPZA agar dapat mempertahankan dan meningkatkan

kesadaran akan bahaya penyalahgunaan NAPZA kepada siswa-siswa SMK

“X” kota Bandung dan masyarakat umum, khususnya kalangan pelajar

sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat penyalahgunaan NAPZA.  Meningkatkan peran kepala sekolah, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),

guru dan seluruh staf sekolah, serta seluruh siswa-siswi SMK “X” kota

Bandung untuk bersama-sama melakukan tindakan prevensi penyalahgunaan

NAPZA.

 Memasukkan masalah NAPZA ke dalam kurikulum pendidikan untuk

meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang NAPZA begitu juga dampak

dan bahaya penyalahgunaan NAPZA.

 Menjadikan “Bebas Narkoba” sebagai salah satu syarat penerimaan siswa

-siswi baru dan mengadakan screening NAPZA pada siswa-siswi yang sedang

(18)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN “X” TENTANG NAPZA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL "X" STUDENTS ON DRUGS

IN THE CITY OF BANDUNG IN 2014

Raisa Dewi Afianty1, Penny Setyawati Martioso2, Harry Tribowo Hadi3

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha1

Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha2

Bagian Ilmu Kejiwaan, Rumah Sakit Immanuel Bandung3

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda, salah satunya penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Lingkungan sekolah merupakan salah satu sasaran peredaran narkoba sehingga angka kejadian penyalahgunaan NAPZA pada pelajar relatif tinggi. Kurangnya pengetahuan, sikap, perilaku pelajar khususnya tingkat SMA/ SMK mengenai bahaya NAPZA menyebabkan siswa-siswi rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) “X” tentang NAPZA di kota Bandung tahun 2014.

Penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan teknik whole sampling dan

menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian pada 275 responden yang merupakan siswa-siswi SMK “X” di kota Bandung.

Hasil menunjukkan bahwa 59,27 % responden memiliki gambaran pengetahuan cukup, 92,73% memiliki gambaran sikap baik, dan 92,36% memiliki gambaran perilaku baik tentang NAPZA.

Pada umumnya, siswa-siswi SMK “X” di kota Bandung tahun 2014 memiliki gambaran pengetahuan yang cukup, serta sikap dan perilaku yang baik tentang NAPZA.

(19)

ABSTRACT

The lifestyle of the society nowadays cause many problems that threaten various aspects of community life, especially for the younger generation, some of the problems are abuse and dependence of narcotics, alcohol, psychotropics and other addictive substances (drugs). The school environment is one of the targets of drug distribution so that the incidence of drug abuse in students is relatively high. The lack of knowledge, attitude, behavior of students, especially high school/ vocational high school regarding the dangers of drug use leads students to be more vulnerable to drug abuse. The aims of this study are to describe the knowledge, attitudes, and behavior of students of Vocational High School (VHS) "X" on drugs in the city of Bandung in 2014.

This was a descriptive survey study with whole sampling technique and using a questionnaire as a research instrument to 275 respondents who were students of VHS "X" in Bandung.

The results showed that 59.27% of respondents have a sufficient knowledge, 92.73% have a good of attitude, and 92.36% have a good behavior on the drugs.

Generally, the students of VHS "X" in the city of Bandung in 2014 have a sufficient knowledge, and good attitude and behavior on the drugs.

Key words: knowledge, attitude, behavior, drugs

PENDAHULUAN

Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama pada generasi muda. Salah satunya yaitu ketergantungan pada narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Angka kejadian penyalahgunaan NAPZA cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Remaja adalah generasi muda yang masih memiliki jiwa dan tingkat emosional yang belum stabil, rasa ingin tahu yang tinggi, mudah terpengaruh hal-hal negatif, solidaritas berlebihan, keinginan untuk eksis dalam pergaulan, serta lebih cepat berinteraksi dengan berbagai lingkungan masyarakat, sehingga rentan terhadap penyalahgunaan

NAPZA1. Kasus penyalahgunaan NAPZA

telah menjadi masalah dunia internasional di samping masalah HIV/AIDS. Insidensi kasus penyalahgunaan NAPZA bagaikan fenomena gunung es, dimana kasus yang teridentifikasi dan mendapat penanganan secara adekuat hanya sebagian kecil saja

dibandingkan dengan jumlah kasus yang sebenarnya atau bila ditemukan 1 orang teridentifikasi sebagai oknum yang terjerat kasus penyalahgunaan NAPZA, maka dapat dianggap mewakili 10 orang lainnya yang tidak terdata secara resmi2.

NAPZA adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati, serta perilaku jika masuk ke sistem sirkulasi tubuh manusia, baik secara enteral maupun parenteral. NAPZA juga dikenal sebagai narkoba, yaitu narkotika dan obat-obat berbahaya3.

Kegunaan NAPZA mempunyai dua sisi paradoksal. NAPZA di satu sisi sangat bermanfaat khususnya dunia medis, tetapi di sisi lain bila pemakaiannya tidak sesuai aturan akan menyebabkan ketergantungan (adiksi), mengakibatkan penyalahgunaan NAPZA yang mengancam masa depan

generasi muda4. NAPZA pada umumnya

(20)

pemerintah, aparat negara, maupun masyarakat, khususnya generasi muda termasuk kaum pelajar, akibatnya NAPZA kini beredar luas di masyarakat5. Estimasi

kerugian ekonomi akibat NAPZA makin meningkat setiap tahun, yaitu sebesar 32,4

triliun pada tahun 20086 lalu meningkat

menjadi 48,2 triliun pada tahun 20117.

United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) melaporkan secara global bahwa pada tahun 2011 ada 167-315 juta orang dengan rentang usia 15-64 tahun

aktif mengonsumsi NAPZA8.

Prevalensi penyalahgunaan NAPZA di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Menurut hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI), prevalensi penyalahgunaan NAPZA di Indonesia pada kelompok usia 10-59 tahun pada tahun 2009 adalah 1,99% atau sekitar 3,6 juta jiwa lalu meningkat menjadi 2,2% atau sekitar 3,8 juta jiwa pada tahun 20119.

BNNP Jabar melaporkan bahwa tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan NAPZA di Jawa Barat menempati peringkat ke-6 di

Indonesia10. Prevalensi penyalahgunaan

narkotika di Jawa Barat mencapai 2,5% jumlah penduduk atau sekitar 1,1 juta jiwa dan 22% diantaranya adalah pelajar1.

Lingkungan sekolah saat ini sering menjadi sasaran para bandar narkoba yang ingin menghancurkan masa depan generasi

muda bangsa1. Satuan Reserse Narkoba

Polrestabes Bandung melaporkan kasus penyalahgunaan NAPZA di kota Bandung selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2010-2012 mencapai 1783 kasus, 880 kasus di kalangan umum dan 903 kasus di kalangan pelajar. Penyalahgunaan NAPZA oleh pelajar Sekolah Dasar (SD) mencapai 20 kasus, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 176 kasus, Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/ SMK) 691 kasus, dan Perguruan Tinggi (PT) 16 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa kasus penyalahgunaan NAPZA

tertinggi adalah pada tingkat SMA/ SMK11.

Jika pengetahuan, sikap, dan perilaku pelajar khususnya tingkat SMA/ SMK kurang mengenai bahaya NAPZA, dapat menyebabkan siswa-siswi rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengethaui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa-siswi SMK “X” tentang NAPZA di kota Bandung tahun 2014.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian survei deskriptif dengan teknik whole sampling terhadap 275 orang responden siswa-siswi SMK “X” kota Bandung. Penelitian dilakukan di SMK “X” di kota Bandung, Januari-Desember 2014. Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian, masing-masing terdiri dari 10 pertanyaan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang

NAPZA. Seluruh responden telah

mendapat penjelasan dari penulis dan menyatakan kesediaannya secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini, serta telah menandatangani informed consent. Penulis membagikan kuisioner kepada para responden, lalu menjelaskan secara umum cara pengisian kuisioner. Para responden mengisi kuisioner pada waktu bersamaan dalam waktu sekitar 5-10 menit, lalu kuisioner dikembalikan kepada penulis. Selanjutnya dilakukan analisis

data secara univarian menggunakan

statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Jawaban kuisioner responden dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup, kurang berdasarkan nilai total skor hasil penjumlahan nilai dari kesepuluh pertanyaan dari masing-masing komponen.

Penilaian pengetahuan berdasarkan

skala Thrustone dengan interval 1-1012.

(21)

Dengan demikian, nilai total maksimal yang diperoleh responden untuk kategori pengetahuan adalah 100 dan nilai total minimal adalah 10. Tingkat pengetahuan responden dibedakan menjadi 3 kategori berdasarkan total nilai jawaban benar dari 10 pertanyaan. Rentang nilai pengetahuan Baik 70-100, Cukup 40-69, Kurang 10-39. Penilaian sikap berdasarkan skala likert dengan interval 1-5. Jawaban berdasarkan skala likert ini memiliki gradasi sangat positif dan sangat negatif12. Nilai maksimal

untuk masing-masing soal adalah 5 dan nilai minimal adalah 1. Dengan demikian, nilai total maksimal yang diperoleh responden untuk kategori sikap adalah 50

dan nilai total minimal adalah 10. Tingkat

sikap dibedakan menjadi 3 kategori dengan rentang nilai Baik 37-50, Cukup 24-36, Kurang 10-23.

Penilaian perilaku berdasarkan skala guttman dengan interval 1-0. Skala ini digunakan jika ingin mendapat jawaban yang tegas dan konsisten terhadap persoalan yang ditanyakan, misalnya ya/tidak, benar/salah, dan setuju/tidak

setuju12. Nilai maksimal untuk

masing-masing soal adalah 1 dan nilai minimal adalah 0. Dengan demikian, nilai total maksimal yang diperoleh responden untuk kategori perilaku adalah 10 dan nilai total minimal adalah 0. Tingkat perilaku dibedakan menjadi 3 kategori dengan rentang nilai Baik 7-10, Cukup 4-6, Kurang 0-3.

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel.

HASIL PENELITIAN Pengetahuan Responden

Tingkat pengetahuan responden digambarkan pada tabel 1, dari 275 responden, didapatkan mayoritas responden sebanyak 163 responden (59,27%) memiliki pengetahuan cukup, 86 responden (31,27%) memiliki pengetahuan baik, dan 26 responden (9,46%) memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden secara keseluruhan adalah cukup.

Tabel 1 Distribusi Pengetahuan Responden

Pengetahuan Jumlah Presentase

Baik 86 31,27 % tabel 2, dari 275 responden, didapatkan mayoritas responden sebanyak 255 responden (92,73%) memiliki sikap yang baik, 18 responden (6,55%) memiliki sikap cukup, dan hanya 2 responden (0,72%) yang memiliki sikap kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden secara keseluruhan adalah baik.

Tabel 2 Distribusi Sikap Responden

Sikap Jumlah Presentase

Baik 255 92,73 %

Cukup 18 6,55 %

Kurang 2 0,72 %

(22)

Perilaku Responden

Perilaku responden digambarkan pada tabel 3, dari 275 responden, didapatkan mayoritas responden sebanyak 254 responden (92,36%) memiliki perilaku yang baik, 18 responden (6,55%) memiliki perilaku cukup, dan hanya 3 responden (1,09%) yang memiliki perilaku kurang. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku responden secara keseluruhan adalah baik. Tabel 3 Distribusi Perilaku Responden

Perilaku Jumlah Presentase

Baik 254 92,36 %

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 275 responden, didapatkan mayoritas responden sebanyak 59,27% responden memiliki pengetahuan cukup tentang NAPZA. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden secara keseluruhan adalah cukup.

Penelitian Yunisa pada tahun 2007 terhadap mahasiswa/i di Universitas Kristen Maranatha Bandung mendapatkan hasil bahwa pengetahuan mahasiswa/i

terhadap NAPZA adalah baik13. Tingkat

pengetahuan salah satunya dipengaruhi

oleh pendidikan14, sehingga berdasarkan

hal tersebut responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya memiliki pengetahuan yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 2 Sragen mendapatkan hasil bahwa mayoritas responden, yaitu sebanyak 85 orang (59%) memiliki pengetahuan yang

baik tentang narkoba15, sedangkan

penelitian yang dilakukan pada remaja yang ditahan di Polres Metro Jakarta

Selatan didapatkan bahwa mayoritas responden, yaitu sebanyak 30 responden

(60%) memiliki pengetahuan kurang16.

Ada perbedaan tingkat pengetahuan antara responden SMK di kota Bandung, responden SMK di kota Sragen, dan responden di Polres Metro Jakarta Selatan. Hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan kondisi sosial budaya di kota Bandung, kota Sragen, dan kota Jakarta, akan tetapi faktor lain seperti informasi, ekonomi, pengalaman, dan usia seseorang juga dapat berkontribusi dalam membentuk pengetahuan seseorang14.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan, terutama dari hasil

indra penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam pembentukan tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan, informasi, kondisi sosial budaya dan ekonomi, pengalaman, serta usia14.

Sikap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 275 responden, didapatkan mayoritas responden sebanyak 92,7% responden memiliki sikap yang baik tentang NAPZA. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden secara keseluruhan adalah baik. Penelitian Yunisa pada tahun 2007

mendapatkan hasil bahwa sikap

mahasiswa/i di Universitas Kristen Maranatha Bandung terhadap NAPZA

adalah baik13. Amiruddin, Syahrir, dan DP

pada tahun 2013 melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep dan didapatkan hasil bahwa mayoritas responden, yaitu 86 responden

(95,6%) memiliki sikap yang baik17,

(23)

Ada perbedaan sikap antara responden SMK di kota Bandung, mahasiswa/i di Universitas Kristen Maranatha Bandung, responden di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep, dan responden di Polres Metro Jakarta Selatan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak yang mungkin berbeda pada setiap responden, karena tiga komponen pokok tersebut adalah faktor yang menentukan sikap seseorang14.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang belum dipraktikkan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap adalah wujud kesiapan individu untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap suatu objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan/ aktivitas, tetapi predisposisi terjadinya suatu tindakan/ perilaku14.

Perilaku

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 275 responden, didapatkan mayoritas responden sebanyak 67,64% responden memiliki perilaku yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku responden secara keseluruhan adalah baik.

Penelitian Yunisa pada tahun 2007 mendapatkan hasil bahwa perilaku mahasiswa/i di Universitas Kristen Maranatha Bandung terhadap NAPZA

adalah baik13, sedangkan pada penelitian

yang dilakukan pada remaja yang ditahan di Polres Metro Jakarta Selatan menunjukkan bahwa mayoritas responden, yaitu sebanyak 32 responden (64%) memiliki perilaku kurang16.

Ada perbedaan perilaku antara

responden SMK di kota Bandung,

mahasiswa/i di Universitas Kristen Maranatha Bandung, dan responden di Polres Metro Jakarta Selatan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan antara faktor internal dan faktor eksternal pada setiap responden. Faktor internal mencakup tingkat pengetahuan, kecerdasan, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti sosial, ekonomi,

budaya, dan sebagainya14, sehingga kedua

faktor tersebut menyebabkan perbedaan perilaku pada setiap responden.

Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia/ individu sebagai respon terhadap stimulus dari luar yang diterima oleh individu bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia, misalnya berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, belajar, menulis, membaca dan sebagainya. Dalam proses pembentukan dan perubahannya, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor internal dan faktor eksternal seperti yang telah disebutkan diatas14.

SIMPULAN

(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Apandi Y. Katakan Tidak Pada

Narkoba Bandung: Simbiosa Rekatama Media; 2011.

2. Hawari D. Penyalahgunaan &

Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, & Zat Adiktif). 2nd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.

3. Kurniawan J. Definisi dan Pengertian

Narkoba dan Golongan/Jenis Narkoba sebagai Zat Terlarang. [Online].; 2008 [cited 2014 August 5. Available from: http://juliuskurnia.wordpress.com/20 08/04/07/arti-definisi-pengertian- narkoba-dan-golonganjenis-narkoba-sebagai-zat-terlarang.

4. Suyadi. Mencegah Bahaya

Penyalahgunaan Narkoba Melalui Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Yogyakarta: Penerbit Andi; 2013.

5. Prisaria N. Hubungan Pengetahuan

Dan Lingkungan Sosial Terhadap

Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa

SMA Negeri 1 Jepara. 2012.

6. BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan

Universitas Indonesia. Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Jakarta:; 2009.

7. Butarbutar D. www.bnn.go.id.

[Online].; 2013 [cited 2014 Januari

20. Available from:

http://www.slideshare.net/agus-popi/data-narkoba-5-tahun-terakhir.

8. UNODC. The United Nations Office

on Drugs and Crime. [Online].; 2013 [cited 2014 January 24. Available from:http://www.unodc.org/unodc/e

9. Butarbutar D. www.bnn.go.id.

[Online].; 2013 [cited 2014 Januari

20. Available from:

http://www.slideshare.net/agus-popi/data-narkoba-5-tahun-terakhir. 10. BNN. Survei Nasional Perkembangan

Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta:; 2011 Juni 26.

11. Suwanto DA. UPI. [Online].; 2013 [cited 2014 Januari 24. Available from:

http://repository.upi.edu/id/eprint/ 3546.

12. Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Jakarta: Referensi; 2013.

13. Yunisa S. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku Terhadap NAPZA di Kalangan Mahasiswa/ Mahasiswi Universitas Kristen Maranatha, Bandung Tahun 2007. 2007.

14. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Jakarta: PT Rineka Cipta; 2012.

15. Hidayati PE, Indrawati. Gambaran Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di SMK Negeri 2 Sragen Kabupaten Sragen. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2012.

16. Parulian R. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Bahaya Narkoba Dengan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Yang Ditahan Di Polres Metro Jakarta Selatan. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 2011.

(25)

76 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Adyani, S. M. 2008. Gambaran Pengetahuan Siswa Tentang NAPZA Di SMA Negeri 1 Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2008. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Amiruddin, Syahrir, H., & DP, H. I. 2013. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang NAPZA Di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep.

Apandi, Y. 2011. Katakan Tidak Pada Narkoba. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ashton, C. 2001. Pharmacology and effects of cannabis: a brief review. The British Journal of Psychiatry, Vol. 178. Hal. 101-6.

Badan Narkotika Nasional (BNN). 2011. Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta.

BNN. 2012. Mahasiswa & Bahaya Narkotika. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.

BNN. 2013. Sejarah Singkat Narkoba.

http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkat-narkoba (diunduh pada 17-10-2014).

BNN & Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. 2009. Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Butan, D. B. 2012. Perkembangan Ancaman Bahaya Narkoba di Indonesia Tahun 2008-2012. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.

Butarbutar, D. 2013. Kondisi Narkoba Di Indonesia Pada Akhir Tahun 2011. www.bnn.go.id: http://www.slideshare.net/agus-popi/data-narkoba-5-tahun-terakhir (diunduh pada 20-01-2014).

(26)

77 Universitas Kristen Maranatha Fernandez, H. & Libby, T. 2011. Heroin: Its History, Pharmacology, and

Treatment (Edisi 2). Center City: Hazelden.

Hawari, D. 2006. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, & Zat Adiktif) (Edisi 2). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hidayati, P. E., & Indrawati. 2012. Gambaran Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Di SMK Negeri 2 Sragen Kabupaten Sragen. Jurnal Ilmu Kesehatan.

Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.

Katzung, B., Masters, S. & Trevor, A. 2012. Basic and Clinical Pharmacology (Edisi 12). New York: McGraw-Hill.

Kurniawan, J. 2008. Definisi & Pengertian Narkoba Dan Golongan/Jenis

Narkoba Sebagai Zat Terlarang.

http://juliuskurnia.wordpress.com/2008/04/07/arti-definisi-pengertian-narkoba-dan-golonganjenis-narkoba-sebagai-zat-terlarang (diunduh pada 8-05- 2014).

Kupferschmidt, G. 2004. History of Substance Abuse. http://www.forcon.ca/learning/drug_abuse.html (diunduh pada 17-10-2014).

Lintzeris, N., Clark, N., Winstock, A., Dunlop, A., Muhleisen, P., Gowing, L. et al. 2006. National Clinical Guidelines and Procedures For The Use of Drug Dependence (Edisi 2). Barton: Commonwealth of Australia.

Lisa, J., & Sutrisna, N. 2013. Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Longo, D. et al. 2011. Harrison's Principles of Internal Medicine (Edisi 18). New York: McGraw-Hill.

Notoatmodjo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(27)

78 Universitas Kristen Maranatha Nurdiati, R. 2013. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2013.

www.kemenag.go.id:

http://www.kemenag.go.id/file/file/ProdukHukum/qanu1395037364.pdf (diunduh pada 24-09-2014).

Parulian, R. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Bahaya Narkoba Dengan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Yang Ditahan Di Polres Metro Jakarta Selatan. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Passie, T. et al. 2008. The Pharmacology of Lysergic Acid Diethylamide: A Review. CNS Neuroscience and Therapeutics.Vol. 14. Hal. 295-314.

Prisaria, N. 2012. Hubungan Pengetahuan Dan Lingkungan Sosial Terhadap Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa SMA Negeri 1 Jepara. Universitas Diponegoro.

Ries, R., Miller, S. & Fiellin, D. 2009. Principles of Addiction Medicine. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Suwanto, D. A. 2013. Survey Tentang Pemahaman Dan Sikap Siswa Terhadap Narkoba Atau Napza Di Kalangan Remaja. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyadi. 2013. Mencegah Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Melalui Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Penerbit Andi.

The American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (Edisi 4). Arlington: The American Psychiatric Association.

The Australian Department of Health. 2004. Pharmacology of Amphetamines. http://www.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/drugtr eat-pubs-modpsy-toc~drugtreat-pubs-modpsy-2~drugtreat-pubs-modpsy-2-3~drugtreat-pubs-modpsy-2-3-pamp (diunduh pada 17-10-2014).

(28)

79 Universitas Kristen Maranatha The National Institute on Drug Abuse. 2003. Preventing Drug Abuse Among

Children and Adolescents: A Research-Based Guide for Parents, Educators, and Community Leaders (Edisi 2). Bethesda: The National Institute of Health.

The World Health Organization-1. 2014. Abuse (drug, alcohol, chemical,

substance or psychoactive substance).

http://www.who.int/substance_abuse/terminology/abuse/en/ (diunduh pada 17-10-2014).

The World Health Organization-2. 2014. Adolescent health. http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/ (diunduh pada 18-10-2014).

The World Health Organization-3. 2014. The Global Burden. http://www.who.int/substance_abuse/facts/global_burden/en/ (diunduh pada17-10-2014).

UNODC. 2013. World Drug Report 2013 Notes Stability in Use of Traditional Drugs and Points to Alarming Rise in New Psychoactive Substances. The

United Nations Office on Drugs and Crime:

http://www.unodc.org/unodc/en/press/releases/2013/June/2013-world-drug- report-notes-stability-in-use-of-traditional-drugs-and-points-to-alarming-rise-in-new-psychoactive-substances.html (diunduh pada 24-01-2014).

Utari, I. 2014. Permasalahan Penyalahgunaan Zat Secara Global, Regional, dan Nasional Narkoba Pada Rakernis Terapi Rehabilitasi Napza. www.bnn.go.id: http://www.slideshare.net/ditkeswa/paparan-menkesok (diunduh pada 12-11-2014).

Gambar

Tabel 2 Distribusi Sikap Responden
Tabel 3 Distribusi Perilaku Responden

Referensi

Dokumen terkait

interaktif pengajaran yaitu: ”(1) untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya

Dengan pemanfaatan UJE (Kulit Jengkol) sebagai pembasmi larvasida diharapkan dapat menjadi salah satu alternative insektisida alternatif bahan alami yang murah dan ramah

Akan tetapi sekarang dengan masuknya tanaman kelapa sawit, telah membawa sejumlah konsekuensi bagi masyarakat terutama menyangkut perubahan etos kerja dan

Apabila sebuah merek dari ganesha operation begitu mempengaruhi tingkat kepercayaan orang tua siswa untuk memasukan anak nya untuk mengikuti bimbingan belajar di

Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh motivasi terhadap minat mahasiswa akuntansi mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), hal ini dibuktikan dengan nilai

Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan suatu metode serta pembuatan alat ukur untuk penentuan pola radiasi akustik dan mengukur getaran pada frekuensi tinggi dengan

Menurut Gerlach dan Ely (Sadiman, (2003: 83) pemilihan media tidak terlepas dari konteksnya, bahwasanya media merupakan komponen dari sistem instruksional secara

Mahasiswa praktikan dalam pelaksanaan mengajar di kelas menyampaikan materi dengan didampingi dan tanpa didampingi oleh Guru Pembimbing. Guru pembimbing masuk ke ruang