• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minasa Na Sengkang Perancangan Busana Ready-to-Wear Deluxe dengan Menggunakan Bahan Utama Tenun Sengkang bagi Masyarakat Perkotaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Minasa Na Sengkang Perancangan Busana Ready-to-Wear Deluxe dengan Menggunakan Bahan Utama Tenun Sengkang bagi Masyarakat Perkotaan."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Laporan ini menjelaskan proses realisasi pakaian ready-to-wear dengan judul

“Minasa Na Sengkang”. Inspirasi berasal dari harapan masyarakat Sengkang untuk tetap mempertahankan budaya menenun seiring berjalanya era globalisasi. Isu tersebut menjadi

latar belakang untuk melakukan inovasi pada pakaian agar dapat disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat perkotaan.

Perwujudan busana ready-to-wear yang menggunakan kain Tenun Sengkang ini

dipadukan dengan trend fashion tahun 2016-2017 yang bertopik resistance. Pada awalnya,

kain Tenun Sengkang ini hanya digunakan oleh masyarakat setempat dan disebut sebagai

lipa (bawahan baju bodo) dan kelompok tertentu. Perpaduan ini diciptakan dengan tujuan

dapat membawa Tenun Sengkang ke target market yang lebih luas sebagai alternatif produk

busana keseharian. Jenis busana yang dihasilkan tergolong dalam koleksi busana formal

yang ditujukan bagi wanita di kalangan menengah atas dengan rentang usia 28-45 tahun.

Proses perancangan busana terdiri dari 3 tahapan besar. Pertama di awali dengan

observasi atau pengematan mengenai objek inspirasi, eksperimen reka bahan, dan realisasi

koleksi pakaian. Data primer yang diperoleh berupa hasil pengalaman, observasi, dan

eksperimen. Data sekunder adalah studi kepustakaan yang membantu proses desain dan

produksi. Setelah menghimpun data yang diperlukan, kemudian proses yang dilakukan

adalah eksperimen reka bahan, yaitu teknik bordir untuk menghasilkan tekstur dan detail

pakaian. Proses dilanjutkan dengan realisasi dari pakaian yaitu tahap pembuatan pola dan

finalisasi koleksi. Desain busana yang dibuat memiliki siluet I yang nyaman digunakan

untuk wanita di daerah perkotaan dengan rentang usia 28-45 tahun.

Pada akhirnya, keseluruhan koleksi dibuat untuk memperkaya aplikasi Tenun

Sengkang ke dalam koleksi busana wanita. Perpaduan dengan trend yang diharapkan

dapat memperluas pasar Tenun Sengkang kepada masyarakat perkotaan. Dengan harapan,

target market yang dituju dapat lebih .menghargai hasil karya tekstil khas Indonesia.

(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This report described the process of realization for ready-to-wear clothes with the title "Minasa Na Sengkang". Inspired by the people of Sengkang who maintain cultural looms along as the era of globalization. These issue became the background to innovate ready-to-wear clothing in order to be adapted to the needs of the urban communities.

The embodiment of fashion ready-to-wear that uses Sengkang Looms combined with fashion trend of the year 2016-2017 the resistance related. In the beginning, Sengkang Looms in only used by the local community and known as lipa (bodo dress subordinates) and certain groups. This combination was created with the aim of can bring Sengkang Looms to a wider target market as an alternative for ready-to-wear fashion products. The type of clothing that is produced belongs to the collection of formal dress for women among the age range of 28-45 years.

The fashion design process consists of 3 major stages. First start with an observation regarding the object of inspiration, manipulating fabric experimentation and realization of the clothing collection. Primary data were obtained as the result of experience, observation, and experimentation. The secondary data is literature study that helps the process of design and production. After collecting the necessary data, then the process is conducted their experiments materials, namely embroidery techniques to produce the texture and detail of clothing. The process is continued with the realization of clothing that is phase pattern making and finalization of the collection.The design was made with I silhouettes for comfortable used for urban communities. The intended target market is mature

women with age range 28-45 years.

At the end, the entire collections is made to enrich the application Sengkang Looms into collections of women's clothing. Blend with a trend that is expected to wider market of urban communities to Sengkang weaving. With hope, the intended target market can better appreciate the work of Indonesian textiles.

(3)

v Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang...1

1.2Masalah Perancangan...3

1.3Tujuan Perancagan...3

1.4Batasan Perancangan...3

1.5Metode Perancangan...5

1.6Sistematika Penulisan...6

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Teori Fashion...7

2.1.1 Fashion...7

2.1.2 Trend...9

2.2 Teori Busana...11

2.2.1 Fungsi Busana...13

2.2.2 Industri Busana...14

2.3 Teori Pola dan Jahit...15

(4)

vi Universitas Kristen Maranatha

2.3.2 Macam-macam Pola Dasar...16

2.3.3 Teori Jahit...18

2.4 Teori Tekstil...18

2.5 Teori Reka Bahan Tekstil...19

2.6 Teori Desain...21

2.6.1 Unsur Desain...22

2.6.2 Prinsip Desain...27

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI 3.1 Trend Fashion 2016-2017...30

3.1.1 Refugium Sebagai Tema Inspirasi...31

3.1.2 Timurid Sebagai Subtema Inspirasi...31

3.1.3 Humane Sebagai Tema Inspirasi...32

3.1.4 Integral Sebagai Subtema Inspirasi...33

3.2 Sengkang...34

3.3 Kain Tenun Sengkang...35

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Perancangan Umum...40

4.1.1 Image Board...40

4.1.2 Narasi Konsep...41

4.1.3 Ilustrasi Desain...41

4.2 Perancangan Khusus...42

4.2.1 Desain 1...42

(5)

vii Universitas Kristen Maranatha

4.2.3 Desain 3...44

4.2.4 Desain 4...46

4.3 Perancangan Detail...47

4.3.1 Reka Bahan...47

4.3.2 Aksesoris...48

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...49

5.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA...50

BIODATA PENULIS...52

(6)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Metode Perancangan...4

Gambar 2.1 Lingkaran Warna...25

Gambar 2.2 Warna Primer...25

Gambar 2.3 Warna Sekunder...26

Gambar 3.1 Buku Trend Forecasting 2106-2017 “Resistance”...27

Gambar 3.2 Refugium...31

Gambar 3.3 Timurid...32

Gambar 3.4 Humane...32

Gambar 3.5 Integral...33

Gambar 3.6 Peta Kota Sengkang...34

Gambar 3.7 Alat Tenun Tradisional “Bola-bola”...36

Gambar 3.8 Lipa Sabbe...38

Gambar 3.9 Tenun Baron Serat Kayu...39

Gambar 4.1 Image Board...40

Gambar 4.2 Ilustrasi Desain...41

Gambar 4.3 Desain 1...42

Gambar 4.4 Desain 2...43

Gambar 4.5 Desain 3...44

Gambar 4.6 Desain 4...46

Gambar 4.7 Reka Bahan...47

(7)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Mindmap...53

LAMPIRAN B Rincian Ukuran Model...54

LAMPIRAN C Pola...56

LAMPIRAN D Rincian Harga...72

LAMPIRAN E Foto Busana...75

LAMPIRAN F Material...82

LAMPIRAN G Reka Bahan Tekstil...83

LAMPIRAN H Foto Proses Pembuatan...84

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang

ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan

dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Berbagai kelompok etnis di Sulawesi

Selatan, termasuk suku Bugis, Makassar, dan Mandar terkenal dengan kain tenun

suteranya. Pada awalnya, kain tenun sutera berupa sarung yang disebut lipa dibuat

oleh para wanita dengan menggunakan mesin tenun tradisional untuk digunakan

oleh pria maupun wanita. Benang sutera ini diimpor dari China, tetapi sekarang

mereka telah memproduksinya sendiri kota Sengkang, kabupaten Wajo. Peralatan

tersebut mereka buat sendiri baik dari pemeliharaan ulat sutra, memintal benang,

pewarnaan benang, sampai pada peralatan tenunan. Bahan-bahannya mereka ambil

dari alam yang ada disekitar mereka, seperti kayu dari berbagai jenis pohon, bambu,

buah-buahan dan daun-daunan yang digunakan sebagai bahan pewarna.

Kegiatan menenun menjadi salah satu mata pencarian masyarakat khususnya

kaum perempuan di daerah-daerah Sengkang, Makassar, dan Mandar. Tetapi gejala

globalisasi yang melanda dunia yang berlangsung sejalan dengan perkembangan

teknologi modern, komunikasi, dan informasi membuat tenunan tradisional menjadi

tertinggal. Generasi muda, khususnya remaja-remaja putri di Sengkang sudah

kurang berminat untuk mempelajari tenunan sutra tradisional. Mereka sudah lebih

tertarik pada kegiatan-kegiatan lain yang dianggapnya lebih produktif, misalnya

menjadi pegawai, karyawan atau buruh pabrik atau pekerjaan lain yang lebih

menawarkan upah yang lebih tinggi.

Walaupun sebenarnya kaum muda di kota Sengkang ini ingin tetap

melestarikan budaya yang diturunkan nenek moyangnya secara turun-temurun

seiring berjalanya era globalisasi. Maka, dikembangkannya berbagai alat tenun

yang lebih baik dan lebih praktis, baik yang bukan mesin (ATBM) maupun yang

(9)

2 Universitas Kristen Maranatha dan dapat mengembangkan corak-corak yang lebih modern, dengan proses

pengerjaan yang lebih cepat.

Berdasarkan gambaran umum tersebut maka desainer bermaksud untuk

mengangkat kain Tenun Sengkang sebagai inspirasi dalam membuat karya desain,

dan memperkenalkanya kepada ruang lingkup yang lebih besar. Pada awalnya, kain

Tenun sengkang ini hanya digunakan oleh masayarakat Sulawesi pada acara

tertentu. Kemudian mulai ditinggalkan oleh kaum muda seiring dengan gejala

globalisasi. Maka dari itu, desainer bermaksud untuk menarik target market yang

lebih besar, dan diminati oleh masyarakat-masyarakat kota besar di luar pulau

Sulawesi, atau bahkan mancanegara.

Untuk menarik minat di ruang lingkup yang lebih besar, maka desainer

meggabungkan kain Tenun Sengkang ini dengan trend fashion tahun ini. Yaitu,

sesuai dengan trend fashion yang diambil dari buku “Resistance” trend forecasting

tahun 2016-2017. Trend yang diambil oleh desainer yaitu Refugium dan Humane,

dengan subtema Timurid dan Integral.

Maka dari itu desainer membuat suatu karya desain yang membawa kain

Tenun Sengkang ini terlihat lebih modern gaya desain yang wearable. Koleksi ini

bertemakan “The Globaleast” yang memiliki arti sebagain era globalisasi yang

mempengaruhi wilayah timur di Indonesia. Judul dari koleksi ini yaitu “Minasa na

Sengkang”, yang memiliki arti sebagai harapan dari suku Bugis untuk tetap

melestarikan budaya yang diturunkan secara turun-temurun seiring dengan

berjalanya era globalisasi. Koleksi ini hadir dengan siluet I dengan garis desain yang

clean, mengikuti perkembangan tren masa kini. Menggunakan pilihan warna yang

diambil dari palet warna Integral dan Timurid. Pilihan warna tersebut diantaranya

warna biru, dengan nuansa warna metalik. Koleksi ini hadir dengan material kain

tenun sutera yang berasal dari Makassar (tenun sengkang) dan bahan organdi .

Dilengkapi dengan detail pada pakain dengan motif geometris sederhana , dan

tekstur yang sangat presisi yang dibuat oleh teknologi tinggi. Sesuai dengan

kebutuhan wanita usia produktif di kota besar yang lebih cenderung peduli terhadap

trend fashion dalam aktifitas keseharianya. Maka koleksi ini dibuat untuk memenuhi

kebutuhan wanita di usia produktif, yang memiliki rasa bangga akan produk tanah

(10)

3 Universitas Kristen Maranatha rentang usia 28-45 tahun di kota-kota besar yang memiliki karakter desain dewasa,

formal, perkotaan dan Tenun Sengkang. Karya desain ini cocok untuk digunakan

untuk aktivitas seperti kantor, atau pertemuan-pertemuan penting lain

1.2 Masalah Perancangan

Dalam pembuatan koleksi pakaian ready to wear ini, penulis menemukan

beberapa masalah. Yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pemilihan warna pada karya desain yang sesuai dengan trend

tahun 2016-2017 .

2. Bagaimana pemilihan material yang sesuai dengan kebutuhan target market

dan sesuai dalam aktivitas sehari-hari di negara beriklim tropis .

3. Bagaimana pemilihan teknik reka bahan yang digunakan untuk

menghasilkan tekstur dan sesuai dengan karakter desain.

4. Bagaiamana agar koleksi ini dapat disesuaikan dengan trend fashion yang

disukai oleh target market yang dituju.

1.3 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan desainer dalam merancang koleksi pakaian “Minasa na

Sengkang”, yaitu sebagai berikut

1. Memperluas market kain Tenun Sengkang, yang pada awalnya hanya sebagai

lembaran kain, kini dapat dipadukan kedalam busana yang dapat digunakan

masyarakat perkotaan.

2. Merupakan salah satu upaya untuk memperkaya keragaman corak lokal

kedalam koleksi desain busana perkotaan.

3. Menjadikan suatu pilihan bagi target market yang mencari pakaian

ready-to-wear dengan sentuhan motif tradisional yang berasal dari daerah timur di

Indonesia, dan memberikan varian koleksi busana ready-to-wear yang

memiliki gaya yang formal dan dapat digunakan dalam aktivitas keseharian

oleh target market yang dituju.

4. Menghadirkan Tenun Sengkang sebagai produk tekstil khas Sulawesi Selatan

(11)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.4 Batasan Perancangan

Sesuai dengan masalah-masalah yang telah dikemukakan pada sub-bab

sebelumnya, berikut ini akan dipaparkan pokok-pokok yang dijadikan acuan dasar

dalam menghasilkan koleki busana ready-to-wear “Minasa na Sengkang”, yaitu

sebagai berikut :

1. Semua desain menggunakan kain Tenun Sengkang sebagai unsur utama,

khususnya kain tenun sengkang berwarna biru yang diambil dari palet warna

Timurid. Material Tenun sengkang kemudian diperkaya dengan penggunaan

bahan organdi berwarna abu menyerupai metalik dengan detail corak yang

memiliki warna serupa, warna abu ini disesuaikan dengan palet warna dari

subtema Integral. Sehingga tone warna biru dan abu dapat sesuai dengan

karakter yang ada pada subtema Timurid dan Integral.

2. Dalam pembuatan koleksi pakaian yang berjudul “Minasa na Sengkang” ini,

desainer memilih material yang sangat wearable dan dapat disesuaikan

dengan ragam aktvitas, iklim, di kota-kota besar. Yaitu dengan memilih kain

Tenun Sengkang dan juga bahan organdi sebagai elemen estetika dalam

kolesi ini Sehingga koleksi ini sangat nyaman dan cocok untuk digunakan

dalam aktivitas sehari-hari. Karakter material, harus nyaman di tubuh dan

sesuai dengan iklim tropis.

3. Sesuai dengan subtema Integral, bahwa desain dibuat dengan tekstur secara

presisi. Maka desainer memilih teknik bordir sebagai teknikreka bahan.

Sehingga pada kain terdapat terkstur dengan motif-motif geometris yang

dihasilkan dari teknologi tinggi. Pada akhirnya, koleksi ini dapat

menyeseuaikan dengan trend pada subtema Integral.

4. Koleksi ini dibuat dengan desain yang telihat modern dan wearable, dengan

gaya formal. Pakaian, dapat digunakan dengan mudah oleh target market

yang dituju dalam aktivitas sehari-hari seperti pakaian kerja, atau bahkan

untuk acara sosial lainya. Target market yang dituju yaitu, wanita karier di

kalangan menengah ke atas, yang sadar akan pentingnya melestarikan

budaya, dengan rentang usia 28 tahun sampai 45 tahun yang berada di

(12)

5 Universitas Kristen Maranatha

1.5 Metode Perancangan

Keseluruhan proses perancangan tugas akhir terdiri dari tiga tahap metode

perancangan yaitu tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Ketiga tahap

tersebut dijabarkan dalam bentuk bagan yatu sebagai berikut :

Gambar 1.1 Metode Perancangan

Sumber :Meisha, 2015

Pra Produksi Produksi Pasca Produksi

(13)

6 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1 – Pendahuluan

Berisikan penjelasan tentang latar belakang perancangan koleksi busana “Minasa na

Sengkang”. Yang terdiri dari masalah perancangan, tujuan perancangan, dan batasan

perancangan yang ditemukan dalam perancangan konsep, serta tujuan dirancangnya

koleksi tersebut.

BAB 2 – Kerangka Teori

Berisi penjelasan mengenai teori-teori yang terkait dan menunjang proses

perancangan koleksi “Minasa na Sengkang”.

BAB 3 – Deskripsi Objek Studi

Berisi penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan atau diimplementasikan kedalam

proses perancangan dan penciptaan konsep koleksi busana “Minasa na Sengkang”.

Yang terdiri dari objek-objek utama yang digunakan pada perancangan konsep.

BAB 4 – Konsep Perancangan

Berisi penjelasan secara komprehensif dan mendalam akan koleksi “Minasa na

Sengkang”. Meliputi penjelasan konsep hingga detail koleksi dan proses

pengerjaanya.

BAB 5 – Penutup

Berisi ulasan sebagai akhir dari penjelasan konsep, serta kesimpulan dan saran untuk

menambah wawasan pada pembaca agar para desainer selanjutnya dapat

(14)

49 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan selesainya koleksi busana “Minasa na Sengkang” ini maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan awal menciptakan busana siap pakai yag mengangkat kain

tradisional Indonesia telah tercapai. Koleksi ini mengangkat kain Tenun Sengkang

dari Sulawesi Selatan kedalam karya desain, karena kain Tenun Sengkang yang telah

ditinggalakan oleh generasi muda di daerah tersebut seiring berjalanya era

globalisasi. Maka terciptanya suatu koleksi busana yang menjadikan kain Tenun

Sengkang ke dalam balutan busana modern. Dengan ini juga maka kita dapat

memperkaya keragaman corak lokal kedalam desain busana masyarakat perkotaan,

guna memperkenalkan kain Tenun Sengkang ke target market yang lebih luas.

Penggunaan kain Tenun Sengkang ini memberikan karakter etnik pada

pakaian yang cocok digunakan di daerah beriklim tropis. Selain dari itu tone warna

pilihan juga memberikan kesan pada pemakain. Potongan pakaian pada koleksi ini

memberikan kesan dewasal dan formal. Koleksi ini dibuat sesuai dengan kebutuhan

target market denga range usia 28-45 tahun di kota-kota besar.

5.2 Saran

Berdasarkan pembuatan koleksi “Minasa na Sengkang” maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan penulis guna memperbaiki dan menambah nilai

guna rancangan. Koleksi dengan mengangkat tema khas suatu daerah, memerlukan

pencarian data yang lebih spesifik. Sehingga, dapat mempermudah dalam pembuatan

siluet, material, detail pada karya desain. Unsur warna juga dapat membangun

karakter pada pembuatan baju, misalnya warna biru dengan aksen abu dan silver

yang dibuat oleh penulis. Warna pilihan ini, dapat memberikan kesan cool dan

dewasa. Selain itu adapun saran teknis yang akan disampaikan oleh penulis. Yaitu,

dalam membuat teknik bordir maka desainer harus lebiih teliti. Karena teknik bordir

(15)

50 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Brockman, Helen Lewis. 1965. The theory of fashion design. London : Wiley.

Cahyono, Sumardi. 2000. Pewarisan Kebudayaan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Darmaprawira W.A, Sulasmi. 2002. Warna : Teori dan Kreatifitas Penggunaannya edisi ke 2. Bandung : ITB

Himpunan, wastraprema . 1976. Kain adat / Tradition Textiles : Jakarta :

Hitchcock, Michael. 1991. Indonesian Textiles. London : British Museum Press.

Jay, Sian E. 2010. TENUN Handwoven Textiles of Indonesia. Jakarta : BAB

Publishing Indonesia

Kummli, Heidi &Serafini, Sherry. 2007. The Art of Bead Embroidery. Kalmbach Books.

Piterse, Jan Neverdeen. 2010. Globalization & Culture. New York.

Soekarno. 2002. Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Solomon, Michael et al.2009. Consumer Behaviour : A European Perspective. UK : Financial Times / Prentice Hall.

Suwarti, Kartiwa. 2008. Tenun Ikat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Soehersono, Herry. 2003. Busana Formal Wanita Dengan Aksen Bordir. Jakarta :

PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Suhersono, Hery. 2005. Desain bordir pada garis leher busana. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama.

Thomas, William Isaac.1899. The Psychology of Modesty and Clothing. American Journal of

(16)

51 Universitas Kristen Maranatha

http://timurindonesia.com/index.php/2015/09/14/tenun-sutera-kerajinan-asal-sengkang-diminati-kaum-hawa/

Diunduh pada 18 /11/2015 Pukul. 16.05

http://kaintenunbugis.blogspot.co.id/p/jenis-corak.html

Diunduh pada 18/11/2015 Pukul 16.07

http://kampung-mandar.web.id/artikel/tenunan-mandar.html

Gambar

Gambar 1.1 Metode Perancangan

Referensi

Dokumen terkait

This study aims to investigate Lab senior high school students’ perceptions toward the advantages and disadvantages of teacher feedback in their writing activities.. The

5. Pe:rn1 tung an WaKtl.> untuK PengemHIPan. tp: waktu pengenctapan [bulan]. Perhitungan untuk waKtn pengendapan pacta tabel 5. Perllltungan W'aKtu Pengendapan I'ada

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji masalah peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar mahasiswa melalui pembelajaran menggunakan

[r]

Perancangan sistem estimasi sumberdaya harus melihat parameter yang telah ditentukan sebagai unit kontrol dalam melakukan perhitungan maupun standarisasi basis

Perusahaan mampu melakukan kegiatan yang dapat mengubah pengetahuan individu (Tacit) menjadi pengetahuan organisasi (Explicit) baik dengan mengadakan pertemuan

Waktu kerusakan yang singkat kemungkinan diakibatkan oleh pemasangan yang kurang sempurna atau dalam pemasangannya terburu-buru sehingga saat mobil digunakan pada

Dari sisi supply side, BI telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang mendorong pengembangan UMKM, antara lain ketentuan mengenai Kredit Usaha Kecil yang pada prinsipnya