DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vii
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Asumsi Penelitian ... 16
BAB II KONSEP KARAKTER PERSAHABATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN METODE DONGENG A. Konsep Karakter Persahabatan ... 19
1. Pengertian Karakter ... 19
2. Unsur-unsur karakter... ... 24
3. Pengertian Karakter Persahabatan ... 35
a. Teori Perkembangan Moral Piaget ... 39
b. Filosofi Pendidikan Moral John Dewey ... 41
c. Teori Moral Kohlberg ... 42
4. Pengelompokan Karakter Persahabatan ... 52
5. Upaya Pengembangan Karakter Persahabatan ... 53
6. Hasil-Hasil Penelitian Karakter Persahabatan ... 63
B. Konsep Model Pembelajaran... ... 64
1. Pengertian Pembelajaran ... 64
2. Pengertian Model Pembelajaran ... 65
3. Klasifikasi Model Pembelajaran ... 66
4. Teoretik Model Pembelajaran... 71
5. Model Pembelajaran Anak Usia Dini ... 72
C. Mendongeng Sebagai Metode Pembelajaran... 78
1. Pengertian Dongeng... 78
2. Manfaat Dongeng Bagi Anak ... 81
3. Teknik Mendongeng ... 88
F. Penelitian yang Relevan ... 110
G. Hipotesis Penelitian ... 112
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 113
1. Pendekatan Penelitian ... ... 113
2. Desain ... ... 114
B. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 115
1. Lokasi Penelitian ... 115
2. Populasi Penelitian... 116
3. Sampel Penelitian ... 116
C. Definisi Operasional ... 117
D. Proses Pengembangan Instrumen ... 119
E. Prosedur Penelitian ... 132
F. Teknik pengumpulan data... 139
G. Tahap Penelitian ... 145
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 146
1. Profil Karakter Persahabatan Anak Usia Dini dengan Menggunakan model pembelajaran dengan metode mendongeng memnggunakan media wayang golek ... 146
2. Rumusan model hipotetik pembelajaran dengaan metode dongeng menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan karakter persahabatan ... 152
3. Gambaran efektivitas model pembelajaran dengan metode dongeng menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan karakter persahabatan anak usia dini di TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung ... 164
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 176
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A Simpulan ... 188
B Rekomendasi... 189
1. Bagi Para Pendidik TK Islam Terpadu At-Taqwa Geger Kalong Bandung ... 189
2. Bagi Pimpinan TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD Geger Kalong Bandung ... 190
3. Bagi Peneliti Lanjutan... ... 191
DAFTAR PUSTAKA ... 191
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang
dilakukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui
pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik
jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan
yang lebih lanjut. Sedangkan menurut Yusuf (2006: 24) batasan Pendidikan Usia
Dini (PAUD) berdasarkan psikologi perkembangan yaitu antara 0-8 tahun.
Ungkapan tersebut sesuai dengan amanat dalam Undang-Undang NO 20
Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 dinyatakan
bahwa:
“Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Disamping istilah Pendidikan Anak Usia dini terdapat pula terminologi
pengembangan anak usia dini, yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan
atau pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam membangun potensinya
secara holistik baik aspek pendidikan, maupun kesehatan (Direktorat PAUD,
PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
dan atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman
Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada
jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan
Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan. Sebagaimana diketahui, bahwa setiap manusia yang lahir ke
dunia ini selalu membawa keunikan dan kekhasan sendiri.
Tujuan pendidikan anak usia dini adalah membantu meletakkan dasar ke
arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang
diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta untuk
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut tampak
jelas bahwa tujuan pendidikan anak usia dini adalah membantu mempersiapkan
anak untuk memasuki pendidikan di sekolah dasar.
Penanaman karakter pada anak usia dini merupakan salah satu tujuan
pendidikan anak usia dini. Hal ini seperti di ungkapkan oleh Kemdiknas (2010)
bahwa pembentukan karakter merupakan tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi anak didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan
akhlak mulia. Amanah ini bermaksudkan agar pendidikan tidak hamya
membentuk insan Indonesia yang cerdas tetapi berkepribadian atau berkarakter.
membimbing individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan variasi lingkungan
yang dihadapinya. Dengan kata lain karakter akan memimpin diri untuk
mengerjakan sesuatu yang benar atau diterima secara sosial dan tidak
mengerjakan sesuatu yang tidak benar atau tidak diterima secara sosial
(Berkowitz, 2002). Karakter individu tentu saja tidak terbentuk secara tiba-tiba,
namun memerlukan proses yang berkelanjutan yang diperoleh dari pengalaman
individu dengan lingkungan dimana ia berada serta pematangan organ-organ
biologis. Karakter inilah yang menjadi penentu apakah individu mampu atau tidak
bersosialisasi dengan keanekaragaman situasi yang dihadapinya.
Hasil penelitian neurologi yang dilakukan Bloom menunjukkan bahwa
perkembangan intelektual telah mencapai 50 % ketika anak berusia 4 tahun 80%
setelah berusia 8 tahun dan 100% setelah anak berusia 18 tahun (Rusdiana, 2008:
35). Pada saat lahir otak bayi membawa potensi 100 milyar neuron dan sekitar 1
triliun sel Glia yang berfungsi membentuk bertriliun-triliun sambungan antar
neuron. Sinap ini akan bekerja sampai usia anak mencapai 5 sampai dengan 6
tahun (Anwar, 2007: 7).
Howard Gardner (Gordon Dryden, Terjemah Baiquni, 2000: 121) pakar
psikologi dari Universitas Harvard telah menghabiskan waktu bertahun-tahun
untuk menganalisa otak manusia dan pengaruhnya terhadap pendidikan . Hasil
penelitiannya menujukkan salah satu teori kecerdasan yang dikenal dengan
sebutan multiple intelligence. Teori ini pada dasarnya adalah pengelompokan
Perilaku individu menurut Howard Garner:
1)Logical mathematical (Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan nomerik serta kemampuan untuk berfikir rasional/logis; 2) Liguistic (Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata dan keragaman
fungsi –fungsi bahasa); 3) Musical (Kemempuan untuk menghasilkan dan
mengapresisai ritme, nada dan bentuk-bentuk apresiasi musik); 4) Spatial (Kemampuan mempresepsi dunia ruang visual secara akurat dan melakukan transpormasi persepsi tersebut; 5) Body kinesthetic (kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan menangani obyek-obyek secara trampil); 6) Interpersonal ( kemampuan untuk mengamati dan merespon suasana hati, tempramen, dan motivasi orang lain); 7) Intra personal (Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan secara intelegensi sendiri). (Yusuf, 2004: 109).
Hasil penelitian di Baylor College Of Medicine (Depdiknas, 2003:1)
menyatakan bahwa lingkungan memberikan peran yang sangat besar dalam
pembentukan sikap dan kepribadian, sosial dan pengembangan kemampuan anak
secara optimal. Anak yang tidak berada pada lingkungan yang baik, untuk
merangsang pertumbuhan otaknya seperti jarang disentuh, jarang diajak bermain
atau jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan otaknya akan lebih kecil
20% hingga 30%, dari ukuran normal anak seusianya . Sebagai konsekuensi dari
betapa pentingnya fase anak usia dini, maka kegiatan program pendidikan usia
dini yang digunakan harus mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki
anak termasuk didalamnya pengembangan karakter anak usia dini.
Pendidikan karakter diperlukan sebagai upaya mengatasi
permasalahan-permasalahan kebangsaaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan
masih belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai-nilai etika dan
budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa dan melemahnya kemandirian
bangsa (Megawangi, 2004: 6). Salah satu contoh yang sangat mengejutkan yaitu
ketika didapatkanya data tentang penyalahgunaan narkoba pada anak-anak di
Indonesia pada tahun 2004 yang tercatat sampai 800 orang anak dari 25 juta
anak SD diseluruh Indonesia telah menggunakan narkoba (Pikiran Rakyat, Rabu,
03-05-2004: 6).
Menurut Thomas Lickona (Megawangi, 2004: 6) mengungkapkan bahwa
terdapat sepuluh tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika
tanda-tanda ini sudah ada, berarti bangsa tersebut menuju jurang kehancuran. Menurut
Megawangi (2004: 8) tanda-tanda tersebut di Indonesia sudah ada diantaranya
adalah
1) Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja ditunjukan dengan hasil
penelitian di lima SMK-TI Bogor dengan jumlah sampel 903 siswa menunjukan bahwa 66,7% terlibat tawuran, 48,7% menggunakan batu, 26% memukul dengan alat (kayu,besi,dll.), dan 1,7% menikam dengan senjata tajam.
2) Membudayanya perilaku ketidak jujuran dari hasil penelitian di lima
SMK-TI Bogor menujukan 81% sering membohongi orang tua, 30,6% pernah memalsukan tandatangan orang tua/wali, 13 % sering mencuri, dan 11% sering memalak.
3) Pengaruh peer group yang kuat dalam tindakan kekerasan ditujukan
dengan banyaknya geng dikalangan remaja yang mempunyai solidaritas tinggi (25% dari 203 responden di lima SMK, TI Bogor mengaku anggota gang 66% dari anak tawuran dengan alasan solidaritas).
Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan adanya suatu terobosan untuk
dalam rangka tercapainya layanan terhadap tumbuh kembang anak secara utuh,
menyuluruh, dan terintegrasi.
Temuan penelitian di Sekolah Dasar yang dilakukan Ahman (1998) dan
Otoy (1996), menunjukan bahwa permasalahan-permasalahan yang ditemukan
pada anak Sekolah Dasar kelas rendah dan kelas awal adalah ketidak mampuan
bersosialisasi dan mengendalikan emosi. Permasalahan yang di temukan di
Sekolah Dasar ini tidak bisa dibiarkan karena anak akan sulit untuk bergaul
dengan temannya, mengalami kesulitan mengembangkan diri dan mengalami
hambatan pula dalam pencapaian perkembangan berikutnya.
Agar permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi anak Sekolah Dasar
dapat dikurangi dan anak dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan sosialnya
dengan baik, maka ketika anak di Pendidikan Usia dini atau TK, anak perlu
dibantu agar memiliki perilaku-perilaku sosial yang diharapkan.
Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan TK, Kurikulum TK 2007
dijabarkan kedalam dua kelompok bidang pengembangan atau area kurikulum
yaitu (1). Bidang pengembangan pembiasaan yang meliputi pengembangan moral
dan nilai-nilai agama, pengembangan sosial emosional dan kemandirian, dan (2).
Bidang kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa, kognitif,
fisik/motorik dan seni.
Upaya penyiapan sumber daya manusia untuk menciptakan generasi unggul
(Golden age), dimana proses tumbuh kembang dari segi fisik, motorik, sosial,
emosional, dan kognisi berlangsung secara pesat dan saling berhubungan erat satu
sama lain (Megawangi, 2004: 20). Selanjutnya Syaodih dan Agustin, (2008:17)
mengemukakan bahwa perkembangan disuatu ranah berpengaruh dan dipengaruhi
oleh perkembangan ranah lainnya. Untuk itu pada masa keemasan ini diperlukan
berbagai stimulasi yang mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki
anak. Potensi itu tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga non akademis. Kedua
potensi ini harus dikembangkan secara simultan dan saling berkaitan dalam proses
pembelajaran.
Mendidik anak usia dini ibarat mengukir di atas batu yang tidak akan pernah
hilang bahkan akan melekat selamanya. Artinya, pola pengasuhan dan pendidikan
yang tepat pada usia anak dini akan sangat melekat hingga dewasa. Keberhasilan
pendidikan usia dini sangat berperan besar bagi keberhasilan anak dimasa
selanjutnya. Sebagai generasi penerus bangsa, pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal sejak usia dini merupakan aset dan potensi sumber daya
manusia yang dapat menentukan masa depan suatu bangsa. Sebagai mana
diungkapkan oleh Djamarah (2005: 22), pendidikan adalah usaha sadar dan
bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang
sadar akan tujuan.
Pembelajaran yang dilakukan di taman kanak-kanak harus menggunakan
model pembelajaran dengan metode yang sesuai dengan tujuan perkembangan
yang dimaksud dengan karakteristik tujuan adalah pengembangan kreativitas,
pengembangan bahasa, pengembangan emosi, pengembangan motorik, dan
pengembangan sikap dan nilai. Untuk mengembangkan kognisi anak, dapat
dipergunakan metode-metode yang mampu menggerakkan anak agar
menumbuhkan kemampuan berpikir, menalar, menarik kesimpulan, dan membuat
generalisasi.
Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya
dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan strategi, metode,
materi/bahasan media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak, maka dengan
sendirinya bakat akan muncul pada anak, sehingga pembelajaran menjadi
bermakna bagi anak.
Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran
pada taman kanak-kanak adalah model pembelajaran dengan metode dongeng.
Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya
kejadian-kejadian aneh di jaman dahulu. Dongeng berfungsi menyampaikan
ajaran moral dan juga menghibur. Dongeng atau cerita yang dibawakan sangat
mempengaruhi perkembangan. Selanjutnya Musthafa (2008) mengemukakan
bahwa dongeng adalah paparan rekaan tentang kejadian atau aktivitas yang
berhubungan dengan sesuatu tokoh dalam konteks tertentu. Secara keseluruhan
rangkaian kejadian atau proses dapat dijadikan suatu hiburan, wahana ajaran
factual) dan terpadu (coheren). Dua karakteristik inilah yang membuat dongeng
memiliki kekuatan magis, sehingga bisa dibilang sebagai dongeng yang baik.
Dongeng menawarkan kesempatan menginterpretasi dengan mengenali
kehidupan diluar pengalaman langsung mereka. Anak-anak diperkenalkan dengan
berbagai cara, pola, dan pendekatan tingkah laku manusia sehingga mereka
mendapat bekal menghadapi masa depan. Kak Seto (2009: 30) berpendapat
bahwa dongeng memiliki banyak manfaat diantaranya adalah mampu melatih
daya pikir anak, bersosialisasi, mengasah kreatifitas, memupuk rasa keindahan
dan kehalusan budi, kepekaan sosial, memicu daya kritis, jendela pengalaman
bagi anak, melatih kemampuan bahasa anak, memicu multiple intelegent
anak-anak, dan mengandung hiburan.
Hubungan antara dongeng dengan pendidikan karakter, dapat dilihat dari
fungsi dongeng. Dongeng memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai sistem
proyeksi, alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, alat pendidikan anak,
alat penghibur hati, penyalur ketegangan yang ada dalam masyarakat, kendali
masyarakat dan protes sosial (Danandjaja, 2007: 140). Dari beberapa fungsi
tersebut tampak jelas bahwa dongeng dipercaya memiliki fungsi sebagai alat
pendidikan anak, termasuk pendidikan karakter.
Sebagaimana dikemukakan dalam Grand Design Pendidikan Karakter dari
kemendiknas, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
tuntunan anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Melalui pendidikan karakter anak
didik diharapkan memiliki karakter yang baik, meliputi kejujuran, tanggung
jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli, dan kreatif. Karakter tersebut diharapkan
menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari
olah hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa (http://www.kemendiknas.go.id/).
Di Indonesia, dalam kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia sudah
menempatkan empat pilar, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Namun implementasi dilapangan masih jauh dari apa yang diharapkan, terutama
kaitannya dengan penanman karakter. Seperti yang di ungkapkan oleh Heni
Direktur Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Media Anak (Pikiran Rakyat,
2012: 27) bahwa banyak guru yang tidak menerapkan empat pilar secara utuh,
terutama pilar memahami bunyi bahasa, perintah dan dongeng yang dilisankan.
Padahal dongeng dirasakan sangat perlu di implementasikan dilapangan. Karena
dongeng merupakan media yang sangat efektif dan menarik untuk menanamkan
berbagai nilai dan etika terhadap anak.
Menurut Heni (Pikiran Rakyat, 2012: 27) nilai-nilai yang dapat dipetik dari
dongeng antara lain, nilai kejujuran, kerendahan hati, setia kawan, kerja keras,
tenggang rasa, dan jika pendongeng mampu membawakan cerita dengan baik dan
benar, maka karakter pendengarnya dapat terbangun dengan baik pula. Bagi anak
usia dini dongeng menjadi media komunikasi menarik guna menyampaikan
Di dalam dongeng terdapat sebuah ideologi yang harus diwariskan dan
diajarkan kepada anak. Ideologi tersebut berupa nilai-nilai yang berhubungan
dengan akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab yang harus dimiliki oleh seorang
anak. Goldmann (1997: 17) memandang ideologi sebagai sebuah pandangan dunia
(world view), yang berwujud gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan
perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota suatu kelompok
sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial lainnya.
Dengan perspektif tersebut, maka karakter yang diajarkan kepada anak melalui
dongeng dianggap sebagai pandangan dunia ideal yang diwariskan dan harus
dimiliki oleh anak. Melalui dongeng yang dinikmati itulah anak diajarkan untuk
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berkaitan dengan karakter persahabatan, menurut Gardner (Musfiroh, 2008:
42) dalam teori kognitif melalui dongeng anak akan mendapatkan kecerdasan
interpersonal (interpersonal intelligence), yaitu kemampuan untuk melakukan
hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain
bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah, serta
menyelesaikan konflik sebagai realisasi dampak positif penyampaian pesan-pesan
moral yang tersirat dalam isi dongeng. Berdasarkan pendapat Gardner tersebut
diketahui bahwa salah satu manfaat yang dapat diperoleh anak dari dongeng
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan
pada kajian tentang efektifitas model pembelajaran dengan metode dongeng
menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan karakter persahabatan
anak usia dini.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Uraian di atas menggambarkan ketidak mampuan anak untuk berperilaku
sosial yang diharapkan oleh kelompoknya dapat berakibat anak tersingkir dari
kelompoknya. Sebaliknya bila anak sudah dapat menunjukan perilaku sosial yang
diharapkan, maka anak cenderung menguatkan posisinya dan dapat menjadi anak
yang popular dalam kelompoknya.
Tidak semua anak mampu menunjukan perilaku sosial yang diharapkan
dan tidak semua anak mampu berinteraksi dengan kelompoknya secara baik. Ada
anak yang menunjukan sikap membangkang, tidak mau berbagi dengan orang
lain, tidak memiliki rasa kasihan pada orang lain, licik, cepat marah. Ketidak
mampuan anak menunjukan perilaku sosial yang diharapkan bisa disebabkan
karena lingkungan-lingkungan yang dimasukinya. Menurut Hurlock (1978: 372)
orang yang paling penting bagi anak adalah guru, orang tua dan teman sebaya,
dari merekalah anak mengenal sesuatu yang baik tau tidak baik.
Ketidak mampuan anak menunjukan perilaku sosial yang diharapkan bisa
disebabkan karena lingkungan-lingkungan yang dimasukinya, terutama kaitan
Menurut Yusuf (2007:121) pendidikan anak sejak usia dini dapat
memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa dewasanya.
Dengan demikian pembelajaran pada pendidikan anak usia dini akan menentukan
kemampuan anak pada jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
Dari sudut pandangan psikologis perkembangan khususnya area
perkembangan sosial menegaskan bahwa membentuk hubungan yang baik dengan
teman sebaya merupakan satu dari tugas perkembangan sosial-emosional anak
pada masa usia dini. Pada masa usia dini hubungan teman sebaya merupakan
sarana penting bagi anak untuk belajar bersosialisasi. Pada masa ini, mempelajari
beberapa kemampuan penting dalam konteks hubungan dengan teman sebayanya.
Kemampuan tersebut dimulai dengan menggunakan berbagai kemampuan seperti
saling berbagi, kooperatif, dan saling bergiliran. Selanjutnya kemampuan tersebut
akan menuju ke hal yang lebih kompleks lagi seperti bernegosiasi dan
berkompromi. Seiring dengan bertambahnya usia, waktu digunakan anak untuk
bergaul dengan anak lain akan semakin banyak. Perbandingan aktivitas sosial
anak melibatkan anak-anak lain meningkan dari 10% pada usia 2 tahun, sampai
20% pada usia 4 tahun, sedikitnya 40% pada usia 7 sampai 11 tahun (Hartup,
1992).
Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa yang menjadi permasalahan
utama dalam penelitian ini adalah dalam kegiatan pembelajaran guru selalu
meneliti tentang model pembelajaran dngan metode dongeng menggunakan
media wayang golek untuk mengembangkan karakter persahabatan anak usia dini.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah, “Seperti apa model
pembelajaran dengan metode dongeng menggunakan media wayang golek yang
efektif untuk mengembangkan karakter persahabatan anak usia dini”. Secara lebih
rinci masalah utama tersebut diuraikan kedalam pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana profil karakter persahabatan anak usia dini di TK Islam Terpadu
At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung?
2. Bagaimana rumusan model pembelajaran dengaan metode dongeng
menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan karakter
persahabatan di TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung,
yang layak menurut ahli dan praktisi pendidikan anak usia dini ?
3. Bagaimana gambaran efektivitas model pembelajaran dengan metode
dongeng menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan karakter
persahabatan anak usia dini di TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD
Gegerkalong Bandung?
C.Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efektifitas model
untuk mengembangkan karakter persahabatan pada anak usia dini di TK Islam
Terpadu At-Taqwa KPAD Geger kalong Bandung. Secara khusus penelitian ini di
tujukan untuk menemukan:
1. Profil karakter persahabatan anak usia dini di TK Terpadu At-Taqwa KPAD
Geger kalong meliputi tenggang rasa, kerjasama, bermain dengan teman
sebaya, dan kemampuan berkomunikasi.
2. Model pembelajaran dengan metode dongeng untuk mengembangkan
karakter persahabatan di TK Islam Terpadu AT-Taqwa KPAD Gegerkalong
Bandung yang layak menurut ahli.
3. Gambaran efektivitas model pembelajaran dengan metode dongeng
menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan karakter
persahabatan di TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD Geger kalong Bandung?
C. Manfaat Penelitian
Secara teoretis penelitian ini dapat bermanfaat dalam rangka
pengembangan karakter persahabatan, perluasan khazanah tema penelitian
serta model pembelajaran mendongeng pada pendidikan anak usia dini.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru kepala
sekolah, praktisi pendidikan, pengembang, perencana, penyelenggara dan
pelaksana pendidikan, mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
1. Bagi Kepala Sekolah dan guru dapat memberikan informasi dan kajian
tentang model pembelajaran mendongeng menggunakan media wayang
golek untuk mengembangkan karakter persahabatan di TK.
2. Sebagai bahan masukan bagi praktisi dalam membuat model
pembelajaran mendongeng bagi penyelenggaraan pendidikan anak usia
dini.
3. Bagi pengembang, perencana, penyelenggara dan pelaksana pendidikan,
tulisan ini sebagai masukan dalam pengembangan, perencanaan dan
penyelenggaraan program pendidikan anak usia dini.
4. Sebagai tambahan referensi tentang pengembangan karakter persahabatan
khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
(PG PAUD). Serta dapat menjadi model pembelajaran karakter
persahabatan pada pendidikan anak usia dini melalui pembelajaran dengan
metode mendongeng menggunakan media wayang golek.
5. Sebagai bahan inspirasi bagi pihak yang berminat untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengembangaan karakter persahabatan
melalui pembelajaran dengan model pembelajaran mendongeng
menggunakan media wayang golek.
D. Asumsi Penelitian
Penelitian dan pengembangan model mendongeng untuk mengembangkan
karakter persahabatan anak usia dini ini didasarkan asumsi-asumsi sebagai
1. Model pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk membelajarkan
seseorang atau sekelompok orang melalui satu atau lebih strategi, metode
dan pendekatan tertentu kearah pencapaian yang telah direncanakan
(Nurfalah, 2007: 18).
2. Model pembelajaran dengan metode dongeng merupakan suatu skenario
kegiatan belajar yang sengaja dilaksanakan dan ditetapkan secara
sistematis dan logis oleh pendidik program pendidikan usia dini yang
mencakup pengelolaan, peran pemeran, pengemasan materi sajian, sarana
APE, dan setting lingkungan yang dipersiapkan dengan menggunakan
teknik dan cara penyampaian dongeng kisah nyata dari pemikiran fiktif
atau kisah nyata yang mengandung pesan-pesan moral positif bagi anak
sesuai karakter usia, tahap perkembangan dan indikator kemampuan yang
diharapkan dapat dicapai oleh anak dalam rangka menstimulus dan
menumbuh kembangkan seluruh potensi kecerdasan anak secara optimal
(Kusiadi, 2007: 36).
3. Karakter persahabatan adalah keterampilan sosial yang dimiliki anak,
merujuk pada pendapat Elksnin & Elknin (Adiyanti, 1999),
mengidentifikasi keterampilan sosial dengan beberapa cirri yaitu perilaku
Interpersonal, merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang
digunakan selama melakukan interaksi sosial perilaku ini berupa
keterampilan menjalin persahabatan, memperkenalkan diri, menawarkan
bantuan, dan memberikan atau menawarkan pujian. Perilaku yang
sendiri dalam situasi sosial, misalnya keterampilan menghadapi stres,
memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sejenisnya.
Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis, merupakan
perilaku yang mendukung prestasi belajar disekolah. Misalnya
mendengarkan dengan tenang saat guru menerangkan, mengerjakan
pekerjaan sekolah dengan baik, melakukan apa yang diminta olah guru dan
semua perilaku yang mengikuti aturan kelas.
4. Peer acceptance, merupakan perilaku yang berhubungan dengan
penerimaan sebaya, misalnya memberi salam, memberi dan menerima
persahabatan, menerima informasi, mengajak teman dalam suatu aktivitas,
dan menangkap dengan cepat emosi orang lain.
5. Keterampilan komunikasi, keterampilan komunikasi merupakan salah satu
keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik.
Kemampuan komunikasi dapat dilihat dalam beberapa bentuk, antara lain
menjadi pendengar yang responsif, mempertahankan perhatian dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Riduwan
(2005: 5) pendekatan kuantitatif mengutamakan objektivitas desain penelitian
yang menghasilkan data berupa angka-angka yang diolah dengan
menggunakan perhitungan statistik.
Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat
konfirmasi dan deduktif. Bersifat konfirmasi disebabkan karena metode
penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang telah
ada (Jalaludin, 2009: 56).
Penelitian kuantitatif bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan
kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah dalam bentuk
angka atau numerik, sehingga penelitian kuantitatif diidentikkan dengan
penelitian numerik. Penarikan kesimpulan pada penelitian kuantitatif bersifat
deduktif yaitu menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat umum ke
2. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu. Eksperimen semu adalah metode penelitian yang
menyingkap hubungan antara dua variabel atau lebih untuk mencari pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lain (Sudjana dan Ibrahim, 2004: 19). Pada
penelitian ini metode eksperimen semu menggunakan pretest-postest control
group design (desain prates-pascates kelompok kontrol), yang bertujuan
untuk mengetahui efektifitas penggunaan model pembelajaran metode
dongeng dengan media wayang golek pada kelas eksperimen, dan model
konvensional pada kelas kontrol (Sugiono, 2007:112).
Desain penelitian pada penelitian kuantitatif ini, dapat digambarkan
pada gambar 3.1 di bawah ini (Sugiono, 2007: 116):
O1 X1 O2
O3 X2 O4
Gambar 3.1
Pretest-posttest control group design
Keterangan:
O1 = pretest sebelum diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen.
O2 = posttest setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen.
X1 = pemberian perlakuan model pembelajaran dengan metode dongeng
O3 = pretest pada kelompok kontrol.
O4 = posttest pada kelompok kontrol.
X2 = tidak diberi perlakuan.
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak terpadu At-Taqwa
KPAD Geger Kalong Bandung. Alasan peneliti memilih Taman
Kanak-kanak ini adalah masalah yang diteliti memang ada dan sangat esensial untuk
diteliti, untuk kepentingan masa depan anak. Di Taman Kanak-kanak
terpadu At-Taqwa KPAD Geger Kalong Bandung belum pernah ada
penelitian yang serupa. Selain itu, setelah dilakukan studi pendahuluan
melalui wawancara tidak terstruktur ternyata guru belum pernah menerapkan
model pembelajaran dengan metode dongeng menggunakan wayang golek,
atau boneka, mereka biasanya menggunakan metode mendongeng dengan
media buku cerita. Guru merasa kesulitan untuk mempersiapakan,
melaksanakan, dan melakukan penilaian terhadap model pembelajaran
mendongeng dengan media wayang golek, dan tidak memahami model
pembelajaran mendongeng dengan metode dongeng menggunakan media
2. Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiono (2010: 117) merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Oleh karena itu, sebelum melakukan
penelitian, peneliti menentukan terlebih dahulu populasi yang akan diteliti
sesuai dengan permasalahan yang akan di teliti. Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi penelitian adalah seluruh anak didik yang terdaftar di
kelompok-B Taman Kanak-kanak terpadu At-Taqwa KPAD Geger Kalong
Bandung Tahun ajaran 2012/2013 yaitu 32 anak-anak usia 5-6 tahun yang
terdaftar secara administratif.
3. Sampel Penelitian
Sampel menurut Sugiono (2010: 85) merupakan bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan teknik
pengambilan sampel diantaranya adalah sampel jenuh yang merupakan
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Teknik pengambilan sampel jenuh ini biasanya di ambil jika populasi relatif
kecil, kurang lebih 30 orang, atau peneliti ingin membuat generalisasi dengan
kesalahan yang sangat kecil Sugiono (2010: 85).
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel jenuh
karena populasi di Taman Kanak-kanak terpadu At-Taqwa KPAD Geger
di atas maka pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampel jenuh
karena jumlahnya 32 orang, yang artinya seluruh populasi dijadikan sampel.
Sebaran sampel dan populasi pada penelitian ini lebih jelas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Sebaran Sampel dan Populasi Penelitian
Subjek Jumlah Anak TK
Populasi 32 orang
Sampel 16 orang
Kelompok Kontrol 16 orang
Kelompok Eksperiment 16 orang
C. Definisi Operasional
Secara operasional, terdapat dua konsep yang perlu dijelaskan dalam
penelitian ini, yaitu karakter persahabatan anak usia dini dan model pembelajaran
dengan metode dongeng menggunakan media wayang golek.
1. Karakter persahabatan
Karakter persahabatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keterampilan sosial yang dimiliki anak yaitu : (a). Tenggang rasa, (b).
Kerjasama, (c). Bermain dengan teman sebaya, (d). Kemampuan berkomunikasi.
Dimensi tenggang rasa pada penelitian ini mengacu pada indikator yang
meliputi; (1). Kemampuan anak dalam menghargai teman, (2). Menunjukan rasa
peduli terhadap teman, (3). Menyadari akan kelemahan dan kelebihan teman,
memahami perasaan orang lain, (7). Meminta maaf bila melakukan kesalahan,
(8). Mengontrol kemarahan.
Dimensi kerjasama pada penelitian ini dijabarkan dengan; (1).
Kemampuan anak berperan aktif dalam berinteraksi, (2). Kesadaran anak dalam
pembagian tugas, (3). menghargai pendapat orang lain, (4). Intensitas interaksi
dengan temannya, (5). mengajak teman dalam suatu aktifitas.
Dimensi bermain dengan teman sebaya pada penelitian ini
dioperasionalkan sebagai berikut; (1). Banyaknya teman bergaul, (2). Luas
pergaulan, (3). Kemampuan bersosialisasi, (4). Memberikan bantuan saat teman
mengalami kesulitan.
Dimensi kemampuan berkomunikasi pada penelitian ini meliputi; (1).
Kemampuan memperkenalkan diri, (2). Memberi salam, (3). Mengajukan
pertanyaan, (4). memberikan saran kepada teman, (5). Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh temannya.
2. Model Pembelajaran dengan Metode Dongeng Menggunakan Media
Wayang Golek
Model pembelajaran dalam penelitian ini merupakan alur mengajar
yang dirancang khusus dari awal sampai akhir untuk menunjang proses belajar,
berkaitan dengan pemahaman siswa yang terstruktur dengan baik dan
pembelajaran untuk mengembangkan karakter persahabatan siswa di TK Islam
Terpadu At-Taqwa Geger Kalong Bandung.
Sintak model pembelajaran dengan metode dongeng pada penelitian
ini meliputi; (1). Tahap Awal, tahapan pelaksanaan pada tahap awal ini terdiri
dari pengenalan dan orientasi belajar siswa yang dialokasikan waktu
pelaksanaannya selama 10 menit pada setiap tahapannya. (2) Tahap
Inti/Membawakan dongeng (alokasi waktu 30 menit)), dan (3) Tahap
akhir/Refleksi (alokasi waktu 10 menit).
D. Pengembangan Instrumen
1. Jenis Instrumen Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah profil karakter
persahabatan pada anak usia dini dengan model pembelajaran dengan metode
dongeng menggunakan media wayang golek. Data profil karakter
persahabatan dijaring melalui instrumen penelitian. Instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan, dan dipilih pada penelitian dalam
mengumpulkan data. Berdasarkan fokusnya, instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran
dengan metode dongeng menggunakan media wayang golek untuk
mengembangkan karakter persahabatan pada anak usia dini.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah pedoman
pengembangan karakter persahabatan anak usia dini di susun berdasarkan
variabel dan indikator variabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pedoman observasi yang sudah disediakan jawabannya, sehingga
observer tinggal memilih dengan membubuhkan tanda silang (X) pada
kolom yang sesuai dengan hasil pengamatannya (Arikunto, 2006: 152).
Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai
skor seperti tertera pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3
Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Pernyataan Skor Opsi Alternative Respon (Likert)
SB B C K SK
Favorable (+) 5 6 3 2 1
Un-Favorable (-) 1 2 3 4 5
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1-5 dengan
bobot tertentu. Bobotnya ialah:
1. Untuk pilihan jawaban Sangat Baik (B) memiliki skor 5 pada
pernyataan positif dan skor 1 pada pernyataan negatif.
2. Untuk pilihan jawaban Baik (B) memiliki skor 4 pada pernyataan positif
dan skor 2 pada pernyataan negatif.
3. Untuk pilihan jawaban Cukup (C) memiliki skor 3 pada pernyataan
positif atau skor 3 pada pernyataan negatif.
4. Untuk pilihan jawaban Kurang (K) memiliki skor 2 pada pernyataan
5. Untuk pilihan jawaban Sangat Kurang (SK) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif atau skor 5 pada pernyataan negatif.
Selain lembar observasi instrumen penelitian yang di gunakan adalah
dokumentasi. Dokumentasi diperoleh langsung dari tempat penelitian,
meliputi media/alat permainan yang digunakan diantaranya yaitu media
wayang golek, panggung boneka/wayang golek, boneka-boneka penunjang
lain, dan lain-lain , peraturan-peraturan permainan, laporan kegiatan,
foto-foto, film dokumentar dan data lainnya yang relevan dengan penelitian.
2. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen yang dikembangkan untuk mengembangkan
karakter persahabatan pada anak usia dini. Kisi-kisi instrumen ini
dikembangkan dari definisi operasional yang terdiri dari aspek dan indikator
karakter persahabatan yang selanjutnya dijadikan pernyataan. Kisi-kisi
instrumen pengembangan karakter persahabatan pada anak usia dini sebelum
uji coba disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Karakter Persahabatan Anak Usia Dini (Sebelum Uji Coba)
Variabel Sub variabel Indikator No Item
(+)
a. Tenggang rasa Kemampuan anak dalam
kelebihan temannya.
Intensitas interaksi anak
dengan temannya.
Mengajukan pertanyaan. 50,51
Sedangkan kisi-kisi instrumen pengembangan karakter persahabatan pada
anak usia dini setelah judgment dan uji coba disajikan dalam tabel dibawah
ini:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Karakter Persahabatan Anak Usia Dini (Setelah Uji Coba)
Variabel Sub variabel Indikator No Item
3. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat
kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbang
dilakukan oleh dua orang ahli dan satu orang praktisi. Ahli di sini yaitu
dosen dari Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang mengajar di Pendidikan
Dasar (SPS), dan guru kelas B di TK Islam Terpadu At-taqwa.
Penilaian oleh tiga orang ahli dilakukan dengan memberikan
penilaian pada setiap item pernyataan dengan dua kualifikasi, yaitu Memadai
(M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item
dapat digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua
kemungkinan yaitu item tidak dapat digunakan atau diperlukannya revisi
pada item sebelum digunakan. Selanjutnya hasil judgment tersebut
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyempurnaan instrumen yang telah
disusun. Berdasarkan hasil uji kelayakan instrumen oleh ahli dan praktisi,
disajikan dalam Tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.6
Hasil Uji Kelayakan Instrumen
Kesimpul an
Nomor Iem Jumlah
Dipakai 1,2,3,5,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17,19,21,22,2
3,24,25,26,27,28,29,32,33,34,36,37,38,40,41, 43,44,45,46,47,49,50,51,52,54,55,56
44
4. Uji Keterbacaan Instrumen Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, pedoman observasi tersebut
terlebih dahulu di uji keterbacaannya. Uji coba tersebut dilakukan kepada
28 orang anak didik TK-Ataqwa Bandung kelas sore, untuk mengukur sejauh
mana keterbacaan pedoman observsi tersebut. Setelah melakukan uji
keterbacaan, untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian
di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat di mengerti oleh anak didik.
5. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah selesai uji coba, maka hasil ujicoba dilakukan analisis untuk
diketahui validitas dan reliabilitasnya dari semua item pertanyaan. Kemudian
butir item yang dinyatakan valid dan instrumen dinyatakan reliabel maka
pedoman observasi tersebut dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Sedangkan untuk item yang dianggap tidak valid, dibuang atau diperbaiki
menyesuaikan dengan tingkat validitasnya.
a. Valid adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Ketepatan instrumen harus
dapat mengukur apa yang semestinya diukur, sebab derajat ketepatan
identik dengan nilai validitas dan nilai validitas menunjukan kesahihan
instrumen dengan materi yang akan dinyatakan baik butir soal maupun
penelitian yaitu validitas isi yang diuji berdasarkan analisis logis dan
validitas kontruk yang diuji berdasarkan analisis empiris (Akdon, 2008 :
57).
Untuk menguji alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antara
bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan
jumlah tiap skor butir, dengan menggunakan rumus Pearson Product
Moment, yaiitu:
r = n xy− x ( y) {n x2( x)2{n y2( y)2
Keterangan:
r : koefisien korelasi
x : jumlah skor item
y : jumlah skor total (seluruh item)
n : jumlah responden
Pada penelitian ini perhitungannya digunakan bantuan program
ANATESTV4. Untuk mengetahui apakah koefisien validasi setiap butir
item dalam instrumen valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara
mengkorelasikan antara skor butir (X) dengan skor total (Y), dengan
1. Bila Rhitung ≥ Rkritis, maka butir instrumen valid
2. Bila Rhitung < Rkritis, maka butir instrumen tidak valid
Dibawah ini merupakan rekapitulasi hasil uji validitas butir
pernyataan pada kelas uji coba:
Tabel 3.7
Rekapitulasi validasi instrumen
No Korelasi T hitung T tabel Keterangan Keputusan
49 0,32 1,74 1,70 Valid dipakai
50 0,33 1,78 1,70 Valid dipakai
51 0,44 2,50 1,70 Valid dipakai
52 0,32 1,72 1,70 Valid dipakai
53 0,04 0,20 1,70 Tidak Valid Tidak dipakai
54 0,34 1,85 1,70 Valid dipakai
55 0,44 2,51 1,70 Valid dipakai
56 0,42 2,43 1,70 Valid dipakai
Untuk lebih memperjelas tabel 3.8 dibawah ini merupakan hasil
rekapitulasi hasil uji pedoman observasi model pembelajaran dengan
menggunakan metode dongeng dalam mengembangkan karakter
persahabatan anak usia dini
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Pedoman Observasi Model Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Dongeng dalam Mengembangkan Karakter
Persahabatan Anak Usia dini
Keterangan No Item Jumlah
Valid 1,2,3,5,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17,19,21,22,2
3,24,25,26,27,28,29,32,33,34,36,37,38,40,41, 43,44,45,46,47,49,50,51,52,54,55,56
44
Tidak Valid 4, 6, 13, 18, 20, 30, 31, 35, 39, 42, 48, 53 12
Berdasarkan hasil validasi dari soal sebanyak 56 item, dinyatakan valid
hanya 44, dan yang tidak valid 12 item. Untuk item soal yang valid maka
soal tersebut digunakan pada penelitian, sedangkan item soal yang tidak
b. Setelah dilakukan uji validitas langkah selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas, yang berarti bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen telah teruji
ketepatannya. Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas
tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien
reliabilitasnya. Dalam mengukur reliabilitas digunakan rumus alpha
cronbach, sebagai berikut:
ɑ = k.r
1+(k−1)r
Keterangan:
ɑ : koefisien keandalan alat ukur
r : koefisien rata-rata korelasi antar item
k : jumlah item
Dalam pengujian reliabilitas pun dilakukan dengan bantuan ANATESV4.
Tolok ukur untuk mempersatukan derajat reliabilitas tes adalah sebagai
berikut (Suherman, 1993: 156):
Tabel 3.9
Interpretasi Indeks Derajat Reliabilitas
Harga Rii Keterangan
Rii ≤ 0,20 Sangat rendah
O,20 Rii ≤ 0,40 Rendah
0,40 Rii ≤ 0,60 Sedang
0,60 Rii ≤ 0,80 Tinggi
Berdasarkan hasil rekap analisis data, hasil reliabilitas (rii) adalah 0,92,
dengan N= 28 orang, maka tergolongkan dalam reliabilitas sangat tinggi
(Lampiran 3.1: 215).
E. Prosedur Penelitian
Dalam proses pendeskripsian penelitian model pembelajaran dengan
metode dongeng menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan
karakter persahabatan anak usia dini, prosedur yang ditempuh dalam
penelitian ini meliputi tiga langkah yaitu persiapan, pelaksanaan, dan
pelaporan.
Langkah-langkah penelitian tersebut meliputi tahap persiapan,
pelaksanaan, dan pelaporan setiap tahap dirinci sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada penelitian ini terdiri dari:
a. Tahapan yang pertama kali dilakukan peneliti adalah penyusunan
proposal, secara garis besar, proposal penelitian ini terdiri dari latar
belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, definisi operasional, metode atau pendekatan
penelitian, populasi atau objek penelitian, instrumen penelitian dan
analisis data.
c. Merevisi proposal sesuai masukan penguji, kemudian mengajukan
permohonan pengangkatan Dosen Pembimbing I dan dosen
pembimbing II pada bagian akademik.
d. Melaksanakan bimbingan BAB I, BAB II, BAB III, serta Instrumen
penelitian.
e. Melakukan judgment instrumen kepada dosen ahli, dan
mengujicobakan instrumen.
f. Pengajuan permohonan ijin penelitian.
g. Surat dari fakultas yang telah disahkan kemudian diberikan kepada
pihak sekolah Taman Kanak-kanak terpadu At-Taqwa KPAD Geger
Kalong Bandung yang menjadi tempat penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari:
a. Melakukan pengembangan instrumen yang meliputi menyusun
kisi-kisi, penimbangan instrumen penelitian, melakukan uji
keterbacaan, dan melakukan revisi instrumen sesuai dengan hasil
penimbangan para ahli dan hasil uji keterbacaan.
b. Melakukan uji coba instrumen kepada anak kelas sore di Taman
Kanak-kanak terpadu At-Taqwa KPAD Geger Kalong Bandung
Tahun Ajaran 2012/2013.
c. Menghitung validitas dan reliabilitas instrumen yang telah
d. Melakukan pretest kepada seluruh anak di Taman Kanak-kanak
terpadu At-Taqwa KPAD Geger Kalong Bandung Tahun Ajaran
2012/2013 yang merupakan populasi penelitian. Mengolah dan
menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil pretest. Menentukan
besarnya kelompok sampel penelitian yang akan diberikan
intervensi. Mengembangkan model pembelajaran dengan metode
dongeng menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan
karakter persahabatan di TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD
Gegerkalong Bandung, yang layak menurut ahli dan praktisi
pendidikan anak usia dini anak di Taman Kanak-kanak terpadu
At-Taqwa KPAD Geger Kalong Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
e. Untuk menghasilkan model pembelajaran dengaan metode dongeng
menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan karakter
persahabatan di TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD Gegerkalong
Bandung yang layak menurut ahli dan praktisi pendidikan anak usia
dini, maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan need assessment . Pada tahap ini, di Taman
Kanak-kanak terpadu At-Taqwa KPAD Geger Kalong Bandung Tahun
Ajaran 2012/2013 diobservasi oleh beberapa observer yang
dijaring melalui instrumen karakter persahabatan yang diberikan
2) Menyusun model pembelajaran dengaan metode dongeng
menggunakan media wayang golek untuk mengembangkan
karakter persahabatan di TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD
Gegerkalong Bandung, berdasarkan hasil analisis kebutuhan.
3) Melakukan uji rasional model pembelajaran dengaan metode
dongeng menggunakan media wayang golek untuk
mengembangkan karakter persahabatan yang telah disusun
kepada para ahli dan praktisi lapangan. Tahap ini bertujuan
untuk menilai kelayakan model pembelajaran dengaan metode
dongeng menggunakan media wayang golek untuk
mengembangkan karakter persahabatan di TK Islam Terpadu
At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung.
4) Setelah dilakukan uji rasional, maka tahap selanjutnya yaitu
tahap penyempurnaan model pembelajaran dengaan metode
dongeng menggunakan media wayang golek untuk
mengembangkan karakter persahabatan di TK Islam Terpadu
At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung. Pada tahap ini, program
tersebut disempurnakan dan dinyatakan sebagai model
pembelajaran dengaan metode dongeng menggunakan media
wayang golek untuk mengembangkan karakter persahabatan di
TK Islam Terpadu At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung yang
5) Melakukan treatment untuk mengembangkan model pembelajaran
dengaan metode dongeng menggunakan media wayang golek
untuk mengembangkan karakter persahabatan di TK Islam
Terpadu At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung dengan
program yang telah disusun.
f. Tahap terakhir yaitu melakukan post-test. Post-test ini bertujuan
untuk melihat perubahan karakter persahabatan yang terjadi pada
anak melalui model pembelajaran dengaan metode dongeng
menggunakan media wayang golek di TK Islam Terpadu At-Taqwa
KPAD Gegerkalong Bandung setelah diberi treatment.
Untuk menganalisis data yang berkaitan dengan hasil pretest,
posttest dan indeks gain dari penelitian ini yaitu dengan cara menguji
normalitas, homogenitas, dan uji hipotesis (uji-t). Teknik analisis data
dilakukan dengan 2 jenis yaitu:
1. Teknik analisis deskriptif, dengan melalui perhitungan, mean,
median, standar deviasi
2. Teknik analisis inferensial, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Melakukan uji normalitas
Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak, maka
menentukan rumus dalam pengujian hipotesis.
Langkah-langkah uji normalitas tes awal adalah sebagai berikut:
1) Menyekor hasil observasi
2) Menyusun daftar distribusi frekuensi
3) Menghitung rata-rata (X) dengan rumus.
Kedua sampel dikatakan normal jika signifikasinya >
0.05. jika sudah dipastikan data normal maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas variansi.
Apabila salah satu kelas atau keduanya tidah normal,
maka dilakukan uji statistic non-parametrik. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan SPSS versi
17.
b. Melakukan uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok sampel mempunyai varian yang homogen, atau
tidak.
Langkah-langkah uji homogenitas dua varian tes awal adalah
sebagai berikut:
1) Menentukan nilai F, dengan rumus (Sudjana, 1992: 250):
F=Varian besar
Varian kecil
2) Menentukan derajat kebebasan (db)
db2 = n2 - 2
3) Menentukan nilai F dari tabel atau daftar:
4) Menentukan homogenitas dua variansi, Jika F hitung lebih
kecil dari F tabel maka kedua variansi itu homogen.
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan SPSS
versi 17.
c. Uji Hipotesis (uji-t)
Untuk menghitung skala rata-rata tes akhir dengan uji
hipotesis, maka peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
t= �1−�2
1 1+
1 2
(Sujana, 1992 : 239)
Keterangan :
X1 = Rata-rata skor tes awal
X2 = Rata-rata skor tes akhir
n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen
n2 = Jumlah sampel kelas kontrol
Jika t hitung lebih kecil dari t tabel (t hitung < t tabel), berarti
hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis kerja (H1) di tolak,
atau tidak ada perbedaan hasil belajar antara pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran dengan metode
dongeng menggunakan media wayang, dengan pembelajaran
tabel (t hitung > t tabel), berarti hipotesis nol (Ho) ditolak,
dan hipotesis kerja (H1) diterima, artinya terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar antara pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran dengan metode dongeng
menggunakan media wayang, dengan pembelajaran
konvensional. Tingkat signifikansi pada penelitian ini adalah
5% (α=0,050).
3. Tahap Pelaporan
Tahap terakhir yaitu tahap pelaporan. Pada tahap ini, seluruh
kegiatan dan hasil penelitian yang telah dilakukan selama
melaksanakan penelitian diolah dan dianalisis, kemudian dilaporkan
dalam bentuk tesis.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi,
demonstrasi dan studi dokumentasi.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk dua tujuan, pertama observasi dilakukan
sebelum diberi perlakuan dongeng dengan tujuan untuk mengetahui karakter
persahabatan anak-anak sebelum diberi perlakuan dongeng dengan
menggunakan media wayang golek. Kedua observasi dilakukan setelah
anak-anak setelah diberi perlakuan model pembelajaran dengan metode dongeng
menggunakan media wayang golek.
2. Studi dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah dengan mengambil
data melalui dokumen-dokumen seperti administrasi pengajaran dan data anak.
Administrasi pengajaran meliputi catatan-catatan yang mengandung petunjuk–
petunjuk tertentu, misalnya laporan portofolio, catatan pengalaman dan evaluasi
tutor sehari-hari, pedoman pemebelajaran SKM atau SKH. Adapun data anak
termasuk di dalamnya segala hal yang berkaitan dengan identitas diri anak.
Studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
observasi.
G. Teknik Analisis Data
1.Penyeleksian Data
Penyeleksian data yang dimaksud ialah pemeriksaan kelengkapan jumlah
instrumen yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah instrumen yang
disebarkan. Tujuan dari penyeleksian data ini adalah untuk memilih data
yang memadai untuk diolah dan dianalisis. Data yang diolah dan dianalisis
adalah data yang memiliki kelengkapan pengisian baik identitas maupun jumlah
2. Penyekoran Data Hasil Penelitian
Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor untuk setiap
jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Instrumen pengumpul
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert
dengan lima alternatif pilihan jawaban. Secara sederhana, tiap opsi alternatif
respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada Tabel 3.2.
3. Penentuan Konversi Skor
Data hasil penelitian yang telah diperoleh dari hasil lembar
observasi yang disebarkan, kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui
profil karakter persahabatan anak usia dini, apakah karakter persahabatan pada
anak usia dini berada pada kategori alternatif penilaian untuk mengukur
kemampuan yang di miliki anak, yaitu selalu SB (Sangat Baik), Baik (B), Cukup
(C), Kurang (K), Sangat Kurang (SK). Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan Microsoft Office Excel 2007 For Window . Untuk mengetahui
tingkat pencapaian karakter persahabatan pada anak usia dini, dilihat dari skor
matang, skor tersebut diperoleh dengan membagi nilai rata-rata jumlah skor
aktual dengan skor ideal, kemudian dikalikan 100%.
Adapun penghitungan skor aktual dan skor ideal, sebagai berikut.
Skor Matang =skor aktual
skor ideal X 100%
(Rakhmat dan Solehuddin, 2006: 61)
Keterangan:
k = Jumlah Soal pada Setiap Indikator
NMak = Nilai Maksimal jawaban pada setiap item pertanyaan
Selanjutnya, untuk menentukan alternatif penilaian untuk mengukur
kemampuan yang di miliki anak, yaitu SB (Sangat Baik), Baik (B), Cukup (C),
Kurang (K), Sangat Kurang (SK) pada setiap indikator, menggunakan nilai skala
pengukuran terbesar yaitu 5 dan skala pengukuran terkecil adalah 1.
Untuk mengetahui nilai persentase terendah dengan persentase
tertinggi adalah 100% yaitu (1/5) x 100%. Untuk mencari rentang kelas,
pengkategorian persentase tertinggi dikurangi presentase terendah, yaitu
100% -20% dan nilai interval pengkategorian 80%/5 = 16% (Supranto, 2000,
72).
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut, maka pengkategorian
skor matang karakter persahabatan anak usia dini di TK Islam Terpadu
At-Taqwa tahun ajaran 2012/2013 seperti Tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.10
Kriteria Skor Matang Pengembangan Karakter Persahabatan Anak Usia Dini
No Kriteria Skor Matang Kategori
1. 84 – 100 Sangat Baik
2. 67 – 83 Baik
3. 50 – 66 Cukup
4. 33 –49 Kurang
5. < 32 Sangat Kurang
Untuk lebih jelas, interpretasi dari keempat kategori tersebut
Tabel 3.11
Interpretasi Kategori Pengembangan Karakter Persahabatan Anak Usia Dini
Kategori Interpretasi
Sangat Baik Anak pada kategori ini pengembangan karakter persahabatannya
sangat optimal pada setiap aspek, baik aspek tenggang rasa, kerjasama, bermain dengan teman sebaya, serta komunikasi. Artinya anak mampu menghargai teman, anak menunjukan rasa peduli terhadap teman, anak menyadari akan kelemahan dan kelebihan temannya, anak memiliki kesadaran akan hak milik orang lain, anak memberikan pujian, Anak memahami perasaan orang lain, anak meminta maaf bila melakukan kesalahan, mengontrol kemarahan, kemampuan anak berperan aktif dalam berinteraksi, kesadaran anak terhadap pembagian tugas, menghargai pendapat orang lain, Intensitas interaksi anak dengan temannya, mengajak teman dalam suatu aktifitas, banyaknya teman, luas pergaulan, kemampuan bersosialisasi, memberikan bantuan saat teman mengalami kesulitan, memperkenalkan diri, memberi salam, mengajukan pertanyaan, memberikan saran kepada teman, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya. Dengan kata lain, anak pada kategori ini memiliki pengembangan karakter persahabatannya yang sangat baik.
Baik Anak pada kategori ini pengembangan karakter persahabatannya
optimal pada setiap aspek, baik aspek tenggang rasa, kerjasama, bermain dengan teman sebaya, serta komunikasi. Artinya anak mampu menghargai teman, anak menunjukan rasa peduli terhadap teman, anak menyadari akan kelemahan dan kelebihan temannya, anak memiliki kesadaran akan hak milik orang lain, anak memberikan pujian, Anak memahami perasaan orang lain, anak meminta maaf bila melakukan kesalahan, mengontrol kemarahan, kemampuan anak berperan aktif dalam berinteraksi, kesadaran anak terhadap pembagian tugas, menghargai pendapat orang lain, Intensitas interaksi anak dengan temannya, mengajak teman dalam suatu aktifitas, banyaknya teman, luas pergaulan, kemampuan bersosialisasi, memberikan bantuan saat teman mengalami kesulitan, memperkenalkan diri, memberi salam, mengajukan pertanyaan, memberikan saran kepada teman, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya,. Dengan kata lain, anak pada kategori ini memiliki pengembangan karakter persahabatannya yang baik.
Cukup Anak pada kategori ini pengembangan karakter persahabatannya
aktif dalam berinteraksi, kesadaran anak terhadap pembagian tugas, menghargai pendapat orang lain, Intensitas interaksi anak dengan temannya, mengajak teman dalam suatu aktifitas, banyaknya teman, luas pergaulan, kemampuan bersosialisasi, memberikan bantuan saat teman mengalami kesulitan, memperkenalkan diri, memberi salam, mengajukan pertanyaan, memberikan saran kepada teman, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya. Dengan kata lain, anak pada kategori ini memiliki pengembangan karakter persahabatannya yang cukup.
Kurang Anak pada kategori ini pengembangan karakter persahabatannya
kurang optimal pada setiap aspek, baik aspek tenggang rasa, kerjasama, bermain dengan teman sebaya, serta komunikasi. Artinya anak mampu menghargai teman, anak menunjukan rasa peduli terhadap teman, anak menyadari akan kelemahan dan kelebihan temannya, anak memiliki kesadaran akan hak milik orang lain, anak memberikan pujian, Anak memahami perasaan orang lain, anak meminta maaf bila melakukan kesalahan, mengontrol kemarahan, kemampuan anak berperan aktif dalam berinteraksi, kesadaran anak terhadap pembagian tugas, menghargai pendapat orang lain, Intensitas interaksi anak dengan temannya, mengajak teman dalam suatu aktifitas, banyaknya teman, luas pergaulan, kemampuan bersosialisasi, memberikan bantuan saat teman mengalami kesulitan, memperkenalkan diri, memberi salam, mengajukan pertanyaan, memberikan saran kepada teman, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya,. Dengan kata lain, anak pada kategori ini memiliki pengembangan karakter persahabatannya yang kurang.
Sangat Kurang
H. Tahap Penelitian
Bagan 3.1 Alur Penelitian Studi pendahuluan
Identifikasi masalah
Kajian literatur
Penyusunan proposal
Pembuatan instrumen RKH/lembar observasi
Uji coba instrumen Diskusi/Uji ahli
Tes awal Observasi Kelas eksperimen
Metode dongeng dengan menggunakan media wayang
Tes akhir Observasi Analisis data Dan pembahasan
Kesimpulan