• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN

BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG

ANAK AGUNG KETUT ANDHY DHARMA LAKSANA NIM. 1203005307

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

SKRIPSI

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN

BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG

ANAK AGUNG KETUT ANDHY DHARMA LAKSANA NIM. 1203005307

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN

BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

ANAK AGUNG KETUT ANDHY DHARMA LAKSANA NIM. 1203005307

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iv

Lembar Persetujuan Pembimbing

(5)

v

PADA TANGGAL : 24 JUNI 2016

Panitia Penguji Skripsi

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Asung Kerta Wara Nugraha-Nya,

Akhirnya skripsi yang berjudul “PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai rangkaian kegiatan akademis lainnya guna untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Ide awal dari penulisan skripsi yang berjudul “PENEGAKAN HUKUM

TERHADAP PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN

BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG” adalah karena minuman beralkohol menjadi factor yang berpengaruh terhadap kesehatan, angka kecelakaan dan meningkatnya angka kriminalitas. Oleh karena itu menarik minat penulis untuk membahas dan meneliti bagaimana penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung.

(7)

vii

I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari SH., MH., sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH., MH., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak I Ketut Sudiarta SH., MH sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan petunjuk dan arahan selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Prof. Dr. I Wayan Parsa, SH., M.Hum sebagai Pembimbing I yang telah membantu memberikan petunjuk maupun membimbing penulis dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Nengah Suharta, SH., MH, sebagai Pembimbing II yang telah membantu memberikan petunjuk maupun membimbing penulis dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak I Ketut Suardita, SH., MH., sebagai Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah menyetujui skripsi saya ini.

(8)

viii

membekali ilmu pengetahuan serta pengalaman yang berguna selama penulis mengikuti perkuliahan.

10. Bapak Kepala Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Udayana beserta segenap staff dan jajarannya, yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan dan keperluan administrasi selama mengikuti perkuliahan.

11. Kepada orang tua penulis, Ayah I Gusti Made Suartika, dan Ibu I Wayan Candri serta Kakak Anak Agung Putu Raka Yuni Puspitasari dan Anak Agung Made Yulia Permatasari, yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuan baik moril maupun materiil selama mengikuti perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi ini.

12. Kepada sabahat penulis, I Gusti Ngurah Surya Adhi Kencana Putra, Bayu Nata, Raka Wiratma, Reza Aditya, Yoga Pratama dan yang spesial Edes Meranggi yang telah membantu penulis baik memberikan dorongan, semangat dan pengalaman yang tak akan terlupakan selama mengikuti perkulihan hingga penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

yang telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan penulis selama mengikuti proses perkulihan dan penyusunan skripsi.

Akhirnya semoga budi baik dari Bapak/Ibu/Saudara/i yang telah diberikan akan mendapatkan imbalan yang sesuai dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini maih jauh dari sempurna, baik dari penyajiannya maupun dalam penyusunannya, seperti

ungkapan pepatah yang mengatakan “tiada gading yang tidak retak”. Hal ini semata-mata karena kemampuan dan pengetahun penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis dengan kerendahan hati senantiasa mengharapkan bantuan serta masukan berupa kritikan dan saran yang bersifat membangun yang diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya saya berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik sebagai bahan bacaan maupun pengetahuan bagi kita semua.

OM Shanti, Shanti, Shanti, OM

Denpasar, 28 April 2016

(10)

x

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/ Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi atau plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

(11)

xi

HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBARAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACK ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 10

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 11

1.5 Tujuan Penelitian ... 15

1.5.1 Tujuan Umum ... 15

1.5.2 Tujuan Khusus ... 15

1.6 Manfaat Penelitian ... 15

1.6.1 Manfaat Teoritis... 15

(12)

xii

1.7 Landasan Teoritis ... 17

1.8 Metode Penelitian ... 25

1.8.1 Jenis Penelitian ... 25

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 26

1.8.3 Sifat Penelitian ... 27

1.8.4 Data dan Sumber ... 27

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

1.8.6 Teknik Penentuan Sample Penelitian ... 30

1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENEGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL 2.1 Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum ... 32

2.1.1 Pengertian Penegakan Hukum ... 32

2.1.2 Penegakan Hukum Dalam Hukum Administrasi ... 36

2.2 Tinjauan Umum Tentang Minuman Beralkohol ... 38

2.2.1 Pengertian Minuman Beralkohol ... 38

2.2.2 Dampak Minuman Beralkohol ... 40

2.2.3 Pengedaran dan Penjualan Minuman Beralkohol ... 45

(13)

xiii

3.2 Penegakan Hukum Terhadap Peredaran Minuman Beralkohol ... 63

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI OLEH

PEMERINTAH DALAM PENEGAKAN TERHADAP

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN

BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG

4.1 Hambatan Yuridis ... 71 4.2 Hambatan Non Yuridis ... 74

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 84 5.2 Saran ... 86

(14)

xiv ABSTRAK

Minuman beralkohol merupakan minuman yang dapat mengakibatkan banyak kerugian, diantaranya merugikan kesehatan, meningkatkan angka kecelakaan dan meningkatkan angka kriminalitas. Oleh karena itu dampak dari minuman beralkohol tidak lepas dari peredaran minuman beralkohol tersebut, peredaran minuman beralkohol tidak terlepas dari peran Pemerintah sebagai pembuat kebijakan terhadap minuman beralkohol tersebut. Adapun peranan dari Pemerintah berupa pengendalian dan pengawasan terhadap peredaran minuman beralkohol guna penegakan hukum terhadap minuman beralkohol.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi adalah penelitian hukum empiris, dimana pada awalnya akan diteliti yaitu data sekunder kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach )dan pendekatan fakta (The Fact Approach ). Sumber data dalam skripsi ini dilakukan dengan dua data yaitu data primer yang diperoleh langsung dari sumber pertama dan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung dari narasumber di lapangan yang meliputi pengumpulan data - data terkait dan wawancara.

Adapun yang dapat disimpulkan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1) Dalam rangka penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung dilakukan dengan upaya prefentif dan upaya represif. Adapun upaya prefentif yang dilakukan Pemerintah terhadap minuman beralkohol, dilakukan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadadu berperan dalam mengeluarkan izin baik SKPL-A maupun SIUP-MB, Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian berperan dalam melakukan sosialisasi dan pengawasan terhadap peredaran minuman beralkohol, Dinas Kesehatan berperan sebgai pembina dalam penyuluhan maupun pembinaan terhadap peredaran minuman beralkohol. Sedangkan upaya represif dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Badung berperan sebagai penindak dalam terjadinya pelanggaran terhadap minuman beralkhol tersebut. 2) Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pemerintah dalam penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung dipengarui oleh faktor hukum, faktor aparat penegak hukum, faktor sarana atau fasiltas pendukung, faktor masyarakat dan faktor budaya.

(15)

xv law.

This paper is used empiric legal research the employs primary and secondary information and also employs statue and factual approach. Primary information was found direct from first source and secondary information was found not direct from informan by interview.

As can be inferred in this thesis is as follows: 1) Due process of law in Badung regency still weak because many merchant have no SKPL-A and SIUP-MB permission and the location of selling still break the Regulation of Badung Regency of 2015 Number 38 abaut other, command, and control alcoholic drink. 2) Due process of law implemented by preventive and repressive system. Preventive system was through by socialization and control, then repressive system was through by give punishment to rule breaker. The obstacle of due process of law are yuridis (there is an applicable rule) and non yuridis (less the personel control and legal cultre of society still weak.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, sehingga setiap aktivitas masyarakat yang merupakan aktivitas hidupnya harus berdasarkan pada hukum yang ada dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Hukum Indonesia adalah hukum, sistem norma atau sistem aturan yang berlaku di Indonesia1. Negara hukum adalah negara atau pemerintah yang berdasarkan hukum. Negara menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan dilakukan di bawah kekuasaan hukum. Kekuasaan tumbuh pada hukum dan semua orang sama di hadapan hukum 2. Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia, karena hukum merupakan aturan untuk mengatur tingkah laku manusia. Tatanan, kebebasan dan ketertiban masyarakat diatur oleh Hukum atau “the rule of law”. Jaminan perlindungan atas kebebasan individu sebagai anggota masyarakat, harus sesuai dengan hukum 3. Tanpa adanya hukum tidak dapat dibayangkan masa depan Indonesia.

Dalam perkembangan di era grobalisasi yang semakin pesat dan memaksa manusia untuk berfikir dan merubah kehidupan untuk mengikuti aturan hukum yang berlaku. Era globalisasi dan modernisasi yang semakin berkembang

1

Ilhami Bisri, 2011, Sistem Hukum Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, h.5

(17)

seperti saat ini, masyarakat seharusnya sudah menyadari betapa pentingnya pembangunan di bidang kesehatan. Kesehatan merupakan hal pokok dan hal dasar yang harus terpenuhi untuk mencapai kesejahteraan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan oleh pemerintah yang merupakan cita – cita pembangunan bangsa Indonesia. Namun disisi lain masyarakat masih gemar untuk mengkonsumsi minuman beralkohol.

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan mengkonsumsinya menyebabkan mabuk bagi mengkonsumsinya. Minuman beralkohol merupakan minuman yang dapat mengakibatkan banyak kerugian. Diantaranya dapat merugikan kesehatan, meningkatkan angka kecelakaan dan meningkatkan angka kriminalitas. Minuman beralkohol juga memberikan dampak buruk secara sosial. Menurut penelitian terhadap narapidana di Amerika Serikat, 80% di antaranya melakukan kejahatan di bawah pengaruh minuman beralkohol 4.

Minuman beralkohol yang disingkat dengan miras merupakan minuman yang mengandung alkohol. Dengan kenikmatannya yang banyak menimbulkan kesenangan semu, minuman ini berhasil menjadi gaya hidup di dunia termasuk di Indonesia. Tak jarang, minuman beralkohol biasa disajikan dalam perayaan tertentu atau pesta yang meriah. Walaupun termasuk minuman mewah, sayangnya minuman beralkohol ini bisa membahayakan kesehatan bagi yang

4Wandy, 2012, “Dampak Negatif Minuman Beralkohol”, Serial online, URL :

(18)

3

mengkonsumsinya 5. Pada umumnya minuman beralkohol diklasifikasikan menjadi 3 golongan. Golongan itu antara lain :

a. Golongan A yakni minuman beralkohol dengan kadar alkohol 1% hingga 5% seperti minuman bir dan green sand.

b. Golongan B yakni minuman beralkohol dengan kadar alkohol 5% hingga 20% seperti minuman martini dan wine atau anggur.

c. Golongan C yakni minuman beralkohol dengan kadar alkohol 20% hingga 50% seperti whisky dan brandy.

Adapun dampak yang diperoleh dari minuman beralkohol diataranya, mulut terasa kering, jantung berdegup lebih kencang, menimbulkan rasa mual, kesulitan bernafas dan sering buang air kecil. Gejala-gejala tersebut bisa dirasakan dalam beberapa menit. Namun, efek yang diberikan bisa berbeda-beda tergantung dari kadar alkohol dari minuman beralkohol yang diminum. Setelah mabuk, nantinya akan timbul perasaan yang membuat peminumnya seolah-olah merasa hebat sampai rasa malupun akan hilang dengan sendirinya. Pikiran mereka terasa plong dan rileks. Bahaya minuman beralkoho jika hal ini telah dialami, maka peminum yang hampir setengah sadar membutuhkan teman untuk menceritakan hal-hal yang terjadi pada diri mereka. Bahkan banyak dari peminum yang sampai menceritakan hal-hal yang bersifat rahasia kepada temannya. Selain itu, meminum minuman beralkohol mengakibatkan fungsi motorik tidak berjalan secara normal seperti bicara cadel dan sempoyongan. Ketidak sadaran ini secara berangsur akan

5 Anonim, 2015, “Bahaya Minuman Beralkohol Bagi Kesehata, Halosehat, URL

(19)

hilang dalam kurun waktu 4 hingga 6 jam. Setelah itu, peminum akan merasa sangat tertekan dan lelah6. Senikmat apapun yang dirasakan oleh peminum, tentu tak lepas dari masalah kesehatan yang akan dihadapinya. Peminum minuman beralkohol atau pemabuk bisa terancam masalah kesehatan yang serius jika mengkonsumsi minuman beralkohol apalagi jika dikonsumsi secara rutin. Bahaya minuman beralkohol sangat mematikan, adapun masalah kesehatan yang dialami oleh peminum minuman beralkohol yang rutin seperti:

1. Minuman beralkohol menyebabkan lever membengkak

Penelitian menunjukkan bahwa 10% hingga 20% penyakit lever bisa terjadi dikarenakan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi terlalu banyak alkohol dalam minuman beralkohol, hal tersebut bisa membahayakan lever. Sebab, alkohol bisa memicu lever untuk bekerja lebih ekstra untuk menyaring cairan tersebut. Sehingga, lever mengalami pembengkakan karena mengandung banyak air didalamnya.

2. Minuman beralkohol menyebabkan kerusakan Otak

Kerusakan otak yang bisa diakibatkan dari meminum minuman beralkohol adalah menurunnya fungsi otak hingga resiko depresi dan frustasi kian meningkat. Jika hal ini terjadi, kesehatan mental bisa terganggu hingga menyebabkan perubahan pola tingkah laku.

(20)

5

3. Minuman beralkohol dapat menyebabkan Penurunan Fungsi Indra Meminum minuman beralkohol juga dapat menimbulkan fungsi indra menjadi menurun. Salah satunya adalah kerusakan mata yang bisa saja terjadi. Akibatnya mata bisa mengalami kebutaan secara permanen. 4. Kerusakan Sistem Pencernaan

Peminum minuman beralkohol dalam jangka panjang akan sangat beresiko terkena peradangan kronis terhadap saluran pencernaannya. Lambung bisa mengalami kelainan, termasuk usus yang sel-selnya bisa berubah menjadi sel-sel ganas.7

Untuk melindungi masyarakat dari kerugian minuman beralkohol, maka satu tindakan yang dapat dilakukan pemerintah dengan mencegah peredaran minuman beralkohol secara bebas. Pencegahan peredaran minuman beralkohol dilakukan didasari oleh tugas mengatur yang dimilikinya. Maka pencegahan minuman beralkohol diatur dengan peraturan yang meliputi Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Kemudian dalamPeraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol diuraikan pengertian minuman beralkohol dalam Pasal 1 yang dilanjutkan dalam Pasal 2 yang berisikan minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor, kemudian pada Pasal 3 dijelaskan mengenai pengelompokan minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor, pada Pasal 4 dipaparkan mengenai perizinan terhadap peredaran minuman beralkohol, kemudian dalam

(21)

Pasal 5 menyebutkan standar mutu produksid ari minuman beralkohol, Pasal 6 menjelaskan mengenai minuman beralkohol yang diedarkan wajib mencantumkan label sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dan pada Pasal 7 ditentukan tempat yang diperbolehkan peredaran atau penjualan minuman beralkohol yang sudah ditentukan.

Dilanjutkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/MDAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/MDAG/PER/1/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol yang menjelaskan pengertian minuman beralkohol pada Pasal 1 yang kemudia dilanjutkan dengan Pasal 2 yang menjelaskan pengolongan minuman beralkohol golongan A, minuman beralkohol golongan B dan minuman beralkohol golongan C. Dalam Pasal 3 mengenai jenis atau produk minuman beralkohol yang dapat di impor dan diperdagangkan di dalam negeri, dalam Pasal 4 memuat pengadaan minuman beralkohol dalam negeri dan impor yang kemudia perizinanya dilanjutkan dibawahnya hingga pada Pasal 32 yang mengatur tentang pengendalian dan pengawasan peredaran dan penjualan minuman beralkohol.

(22)

7

Ketentuan Umun pada Pasal 1 yang kemudian dilanjutkan mengenai pengelompokan minuman beralkohol pada Bab II dalam Pasal 2. Dalam Bab III pada Pasal 3 mengatur tentang perizinan terhadap pengedaran atau penjualan minuman beralkohol, kemudian dalam Bab IV pada Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 dijelaskan mengenai pengedaran dan penjualan minuman beralkohol. Hingga pada Bab VI tentang Pengawasan pada Pasal 14 dijelaskan mengenai pengendalian dalam rangka pengawasan minuman beralkohol.

Sejalan dengan hal itu pemerintah Kabupaten Badung menerbitkan aturan pengendalian minuman beralkohol, aturan tersebut dituangkan dalam Peraturan Bupati Badung Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Penataan, Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol Di Kabupaten Badung dan Peraturan Bupati Badung Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Penataan, Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol Di Kabupaten Badung. Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Bupati Badung Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Penataan, Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol Di Kabupaten Badung mengatur bahwa: Penjualan Minuman Beralkohol untuk diminum langsung di tempat hanya dapat dijual pada:

a. Hotel, Restoran, Bar sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepariwisataan; dan

b. Tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati.

(23)

Beralkohol Di Kabupaten Badung menyebutkan beberapa ketentuan tempat yang diperbolehkan untuk menjual minuman beralkohol seperti : hotel, restoran, bar dan tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati Badung. Tempat lainya yang dimaksud meliputi :

a. Kawasan Wisata yang terdiri dari : Kawasan Wisata Kuta, Kawasan Wisata Nusa Dua dan Kawasan Wisata Tuban.

b. Daya Tarik Wisata antara lain: Pantai Suluban, Pantai Nyangnyang, Pantai Padang-Padang, Labuat Sait, Pantai Batu Pageh, Pantai Samuh, Pantai Geger Sawangan, Pantai Nusa Dua, Pantai Tanjung Benoa, Pelestarian Penyu Deluang Sari, Tanjung Benoa, Pantai Jimbaran, Garuda Wisnu Kencana, Pantai Kedonganan, Water Boom, Pantai Legian, Pantai Peti Tenget, Pantai Canggu, Pantai Seseh, Pantai Berawa, Wisata Agro Pelaga, Monumen Tragedi Kemanusiaan Kuta, Pantai Pandawa, Bali Elephant Champ, Kawasan Luar Pura Uluwatu, Kawasan Luar Pura Taman Ayun, Alas Pala Sangeh, Kawasan Jembatan Tukad Bangkung, Tanah Wuk, Air Terjun Nungnung, Kawasan Luar Pura Kereban Langit, Bumi Perkemahan Blahkiuh, Desa Wisata Baha, Hutan Bakau, Kawasan Luar Pura Sada Kapal, Pantai Kuta dan Kawasan Pura Puncak Tedung (Wisata Alam).

(24)

9

Desa Wisata Sangeh (Kecamatan Abiansemal), Desa Wisata Baha (Kecamatan Mengwi), Desa Wisata Kapal (Kecamatan Mengwi), Desa Wisata Mengwi (Kecamatan Mengwi), Desa Wisata Munggu (Kecamatan Mengwi).

d. Tempat lainnya yang banyak dikunjungi wisatawan diluar Daya Tarik Wisataantara lain : Pantai Cemangi (Desa Cemagi), Pantai Pererenan (Desa Pererenan), Pantai Batu Mejan/Eco Beach (Desa Canggu), Pantai Batu Belig (Kelurahan Kerobokan), Pantai Seminyak (Kelurahan Seminyak), Pantai Dream Land/ Bali Pecatu Graha (Desa Pecatu), Pantai Bingin (Desa Pecat) dan Pantai Balangan (Desa Pecatu).

(25)

TERHADAP PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana penegakan hukum terhadap peredaran minuman beralkohol di Kabupaten Badung?

2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah dalam penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

(26)

11

analisis dalam menjelaskan permasalahan penulisan penelitian ini. Untuk memfokuskan penelitian maka penulis membatasi ruang lingkup dari penelitian ini. Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Pada permasalahan pertama akan dibatasi ruang lingkup penelitiannya mengenai penegakan hukum, maka penelitian ini akan meneliti dan membahas mengenai bagaimana penegakan hukum terhadap peredaran minuman beralkohol di Kabupaten Badungserta upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka penegakan hukumnya.

2. Pada permasalahan kedua akan dibatasi ruang lingkup penelitiannya mengenai hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi pemerintah dalam rangka penegakan hukumnya, maka penelitian ini akan meneliti dan membahas mengenai hambatan-hambatanapa yang dihadapi oleh Pemerintah dalam penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung.

1.4 Orisinalitas

(27)

1. Judul Penelitian :

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BADUNG.

2. Penulis :

Anak Agung Ketut Andhy Dharma Laksana 3. Tahun :

2015

4. Rumusan Masalah :

1) Bagaimana penegakan hukum terhadap peredaran minuman beralkohol di Kabupaten Badung?

2) Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah dalam penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung ?

(28)

13

1. Ida Bagus Nyoman Sanjaya Diputra, Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013. Mengangkat sebuah penelitian yang berjudul

“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERDAGANGAN

MINUMAN BERALKOHOL DI KOTA DENPASAR”. Dengan

(29)

2. Fitri Indrawati, Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013. Mengangkat sebuah penelitian yang berjudul “PENEGAKAN

HUKUM TERHADAP DALAM PENCEGAHAN DAN

PENANGGULANGAN TERJADINYA PENCEMARAN AIR

(30)

15

1.5 Tujuan Penulisan 1.5.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian dengan dua permasalahan diatas, adalah bertujuan untuk mengembangkan ilmu hukum atau menambah khasanah pengetahuan dibidang Hukum Administrasi Negara khususnya di bidang Hukum Pemerintahan Daerah yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung yang sesuai dengan kaidah atau norma-norma hukum serta standar menurut prinsip demokrasi.

1.5.2 Tujuan Khusus

Sehubungan dengan tujuan umum maka adapun tujuan khusus yang ingin dicapai lebih lanjut dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai penegakan hukum terhadap peredaran minuman beralkohol di Kabupaten Badung.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung.

1.6 Manfaat Penilisan 1.6.1 Manfaat Teoritis

(31)

dalam rangka menganalisis Bagaimana penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badungtelah sesuai dengan kaidah atau norma-norma hukum yang dan standar menurut prinsip-prinsip demokrasi serta dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum umumnya maupun hukum pemerintahan daerah khususnya.

1.6.2 Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi maupun masukan pemikiran dan ilmu pengetahuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Badung selaku pemangku kepentingan, maupun masyarakat luas yang berkepentingan terhadap Peraturan Bupati Badung Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Penataan, Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol Di Kabupaten Badung yang dapat penulis uraikan sebagi berikut :

1. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai bagaimana penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung.

(32)

17

Kabupaten Badungdidalam pelaksanaan dalam mewujudkan penegakan hukum yang efektif.

3. Bagi masyarakat dan praktisi hukum hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung dan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam penegakan hukum terkait pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol.

1.7 Landasan Teoritis 1. Teori Negara Hukum

Pemikiran atau konsep manusia tentang negara hukum lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan. Meskipun konsep negara hukum dianggap sebagai konsep universal, pada dataran implementasi ternyata memiliki karakteristik beragam. Hai ini karena adanya pengaruh-pengaruh situasi kesejarahan tadi, disamping pengaruh filsafat bangsa, ideologi negara dan lain-lain. Atas dasar itu secara hidtoris dan praktis, konsep negara hukum muncul dalam berbagai model seperti negara hukum menurut Alquran dan Sunnah atau nomokrasi islam, negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang dinamakan rechtstaat, negara hukum menurut konsep Anglo Saxon (rule of law), konsep socialist legality, dan konsep negara hukum Pancasila.8

8

(33)

Gagasan negara hukum pertama kalinya dikemukakan oleh Platodalam bukunya yang berjudul Politea yang diuraikannya betapa penguasa di masa Plato hidup (429 SM - 346 SM). Secara embrio gagasan negara hukum telah dikemukaan oleh plato, ketia ia mengintroduksi Nomoi 9. Plato dengan gamblang menyampaikan pesan moral, agar penguasa berbuat adil, menjunjung tinggi nilai kesusilaan dan kebijaksanaan serta senantiasa memperhatikan kepentingan dan nasib rakyatnya. Buku kedua yang berjudul Politicos, Plato memaparkan suatu konsep agar suatu negara dikelolah dan dijalankan atas dasar hukum (rule of the game), demi warga negara yang bersangkutan. Gagasan tentang negara hukum ini semakin tegas ketika didukung oleh muridnya Aristotels 10.

Menurut Aristoteles yang menuliskan dalam bukunya Politica, mengemukakan gagasannya bahwa suatu negara yang baik adalah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum11.Gagasan negara hukum tersebut masih bersifat samar-samar dan tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian muncul kembali secara lebih eksplisit pada abad ke-19, dikenal konsep negara hukum yakni suatu konsep negara yang kemudian diidentifikasi sebagai konsep negara hukum Eropa Kontinental (rechtsstaat) dan konsep negara hukum Anglo Saxon (rule of law).

Dari konsep negara hukum tersebut muncul, tidak terlepas dari adanya beberapa bentuk sistem hukum di dunia. Menurut Satjipto Rahardjo yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak dijumpai satu sistem hukum saja, melainkan terdapat lebih dari satu bentuk sistem hukum. Yang dimaksud dengan sistem

9

Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Yogyakarta, h.2

10Ibid 11Ibid

(34)

19

hukum adalah suatu sistem hukum yang minimal memiliki substansi, struktur, dan kultur hukum didalamnya dan perbedaan dalam unsur-unsur tersebut mengakibatkan pula munculnya perbedaan dalam sistem hukum yang dipakai setiap negara. Berkaitan dengan hal tersebut kemudian dikenal sistem hukum Eropa Kontinental (sistem hukum Romawi-Jerman, civil law system) dan sistem hukum Inggris (common law). Negara Republik Indonesia pernah menjadi koloni Belanda, maka dengan serta merta pula sistem hukum yang berlaku di Indonesia dipengaruhi oleh sistem hukum yang berlaku di negara Belanda yang kebetulan berada di benua Eropa yang dikenal dengan sistem hukum Eropa Kontinental atau Civil Law System. Negara hukum menurut F.R. Bothingk adalah De staat, waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht” yang artinya adalah “Negara, dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan

dibatasan oleh ketentuan hukum 12. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia adalah suatu negara hukum (rechtsstaat), jadi seasas negara Eropa Barat Kontinental. Dengan maksud dan tujuan sama di

negara-negara Anglo Sakson lahir asas “the Rule of Law state”, negara berdasarkan

kekuasaan hukum 13.

Atas dasar dari teori negara hukum haruslah menggambarkan bahwa suatu negara haruslah mematuhi aturan hukum maupun perundang-undangan yang berlaku di Indonesia baik itu dari aparat pemerintahan maupun warga masyarakat biasa.sehingga adanya kepastian, keadilan dan kemanfaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mewujudkan suatu keadaan yang tertib

12

Ibid, h.18

13

(35)

hukum, aman dan harmonis. Negara hukum juga menentukan bahwa pemerintah harus tunduk pada hukum, bukanya hukum yang harus tunduk pada pemerintah.14

2. Teori Kewenangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kewenangan memiliki dua arti yaitu hal wewenang dan hak dan kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu. Kata wewenang sendiri memiliki arti berupa hak dan kekuasaan untuk bertindak; kewenangan serta arti selanjutnya berupa kekuasaan membuat keputusan, memeritah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.15Mengenai wewenang itu, H.D.Stout menyatakan bahwa:

“bevoegdheid is een begrip uit het bestuurlijke organisatierecht, wat kan worden omschreven als het geheel van regels dat betrekking heeft op de verkrijging en uitoefening van bestuursrechtelijke bevoegdheden door publiekrechtelijke rechtssubjecten in het bestuursrechtelijke rechtsverkeer”16

Jadi menurut pendapat H.D. Stout menjelaskan bahwa wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintah, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan peggunaan wewenang pemerintah oleh subyek hukum publik did alam hubungan hukum publik.

14

Ridwan HR, Op.cit, h.19

15

Balai Pustaka, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, h.1010

16

(36)

21

Secara teoritis, kewenangan bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Mengenai atribusi, delegasi dan mandat ini H.D. van Wijk/Willem Konijnebelt mendefinisikan sebagai berikut:

a. Attributie : toeking van een bestuursbevoegheid door een wetgever aan een bestuursorgaan, (antribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintah). b. Delegatie : overdracht van een bevoegheid van het ene

bestuursorgaan aan een ander,(delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ pemerintah kepada organ pemerintah lainnya).

c. Mandaat : een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens hem uitoefenen door een ander, (mandat terjadi ketika organ pemerintah mengizinkan kewenangan dijalankan oleh organ lain atas namanya).17

Menurut pendapat Donner, ada dua fungsi yang berkaitan dengan kewenangan, yakni fungsi pembuatan kebijakan (policy marking) yaitu kekuasaan yang menentukan tugas (taakstelling) dari alat pemerintahan atau kekuasaan yang menentukan politik negara dan fungsi pelaksanaan kebijakan (policy exsecuting) yaitu kekuasaan yang bertugas untuk merealisasikan politik negara yang telah ditentukan (verwezeblikking van de taak) 18. Dalam mengaktualisasikan kewenangan mengatur, khususnya dalam menyusun, menetapkan dan

17

Ibid, h.102

18

(37)

mengesahkan peraturan daerah, kewenangan mulai pada daerah. Banyak kebijakan bisa diputuskan dengan cepat dan memungkinkan pelayanan berjalan dengan baik 19. Wewenang yang dilimpahkan harus disesuaikan dengan besaranya tugas serta tanggung jawab. Tugas, wewenang dan tanggung jawab tidak dapat dipisah-pisahkan, kesemuanya adalah tri tunggal yang saling menentukan. Besarnya tugas menentukan wewenang yang dilimpahkan dan wewenang itu harus seimbang dengan tanggung jawab yang diberikan 20.

3. Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

19

HAW. Widjaja, 2005, Penyelengaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka Sosisalisasi UU No.32 Tahun 2004, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.27

20

Musanef , 1985, Sistem Pemerintah Di Indonesia, PT Gunung Agung, Jakarta, h.25

21

(38)

23

Ditinjau dari sudut subjeknya dibagai menjadi dua yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa 22. Penegakan hukum ditinjau dari sudut objeknyayaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia

dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’dalam arti luas dan dapat pula

digunakan istilah ‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit 23.

Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggris sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the rule of law’ versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ versus istilah ‘the rule by law’ yang berarti ‘the rule of man by law’. Dalam istilah ‘the rule of law’ terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang

22

Jimly Asshiddiqie, 2006, “Penegakan Hukum”, Journal Hukum Konstitusi, Jakarta, h.1

23Ibid

(39)

formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the rule of just law’. Dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law’ yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.24Sehingga Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide terhadap keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum.

Keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum tidaklah semata-mata menyangkut ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut Soerjono Soekanto tegaknya hukum sangat tergantung pula dari beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor hukumnya sendiri 2. Faktor Penegak hukum

3. Faktor Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 4. Faktor Masyarakat

5. Faktor Kebudayaan

24Ibid

(40)

25

Kelima factor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari pada efektivitas penegakan hukum.25

1.8 Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, oleh karena itu jenis penelitian dibedakan sebagai berikut : dari sudut sifat , dari sudut bentuk, dari sudut tujuan dan dari sudut penerapannya 26. Menurut Soerjono Soekanto, Metode adalah proses, prinsip – prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati – hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia terhadap penerapan ilmu hukum. Dengan menggunakan metode, seseorang diharapkan mampu untuk menemukan dan menganalisa masalah tertentu yang terjadi sehingga dapat mengungkapkan suatu kebenaran, karena metode meberikan pedoman tentang cara bagaimana seseorang ilmuwan mempelajari, memahami dan menganalisa suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Metodologi Penelitian merupakan suatu pengkajian dari peraturan – peraturan yang terdapat dalam metodologi penelitian.Dengan demikian penelitian akan berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana yang ditetapkan, karena “ suatu metode merupakan cara

25

Soerjono Soekanto, 2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.8

26

(41)

kerja atau tata kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu

pengetahuan yang bersangkutan”.27

Inti dari metodelogi dalam penelitian hukum adalah menguraikan tentang tata cara bagaimana suatu penelitian hukum harus dilakukan. Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah untuk memperoleh data yang teruji kebenaran secara ilmiah. Jadi Jenis penelitian yang akan dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, dimana pada awalnya yang akan diteliti yaitu data sekunder kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan atau masyarakat.

b. Jenis Pendekatan

Untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum terhadap kawasan tanpa rokok di Kabupaten Badung, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan perundang – undangan ( The Statute Approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach). Pendekatan perundang – undangan disini adalah ingin menganalisis norma – norma hukum yang didalam Peraturan Bupati Badung Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Penataan, Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol Di Kabupaten Badungpendekatan fakta, disini penulis ingin meneliti fakta – fakta hukum yang terjadi dilapangan didalaman dalam Peraturan Daerah ini

27

(42)

27

c. Sifat Penelitian

Sifat dari penelitian yang akan yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan tentang keadaan dan gejala-gejala lainnya dengan cara mengumpulkan data, menyususun, mengklasifikasi, menganalisa, dan menginterprestasikan. Penelitian Deskriptif pada penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat – sifat suatu individu, keadaan, gejala, ataupun kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalamm penerapan ilmu hukum dan penegakan suatu peraturan daerah. Dalam penelitian ini penulis akan mencoba untuk mendeskripsikan atau meggambarkan tentang pelaksanaan dan penegakan hukum dari Peraturan Bupati Badung Nomor 38 Tahun 2015 tentang Penataan, Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol Di Kabupaten Badung, serta menggambarkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan peraturan daerah tersebut serta solusi atas permasalahan yang timbul.

d. Data dan Sumber

(43)

penelitiannya. Jadi Dalam penelitian hukum empiris ini peneliti akan digunakan dua data dan sumber dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

i. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. 28Data primer ini akan diperoleh dari keterangan dan penjelasan dari pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah semua pihak yang dapat memberikan keterangan secara langsung mengenai segala hal yang berkaitan dengan obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah pihak-pihak yang mengetahui dan terkait dengan penegakan hukum terhadap penegakan hukum terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung

ii. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari narasumber yaitu bisa berasal dari dokumen, bahan pustaka, hasil-hasil penelitan dan sebagainya terutama yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder antara lain mencangkup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan

28

(44)

29

sebagainnya 29.Dalam hal ini terhadap pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol di Kabupaten Badung.

e. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

a) Teknik Wawancara (interview)

Teknik wawancara (interview) adalah teknik percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yakni pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban30.Sebelum seseorang peneliti dapat memulai wawancara, artinya sebelum ia dapat berhadapan muka dengan seseorang dan mendapatkan keterangan lisan dari dia, maka ada beberapa soal mengenai persiapan untuk wawancara yang harus dipecah terlebih dahulu yaitu : seleksi individu untuk diwawancara, pendekatan orang yang telah diseleksi untuk diwawancara, pengembangan suasana lanacar dalam wawancara, serta usaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan sepenuhnya dari orang yang diwawancara. 31

(45)

b) Teknik Kepustakaan

Pelacakan bahan terhadap sumber-sumber pustaka yang terkait dengan topik kajian tertentu harus dilakukan sejak dini untuk menambah wawasan yang cukup memadai atas topik yang dikaji. Sumber-sumber pustaka itu bisa berupa buku refrensi,ensiklopedia, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dokumen dan sumber-sumber tercetak lainnya. 32

f. Teknik Penentuan Sample Penelitian

Di dalam penentuan sampel penelitian, berkaitan dengan bagaimana memilih sumber informan maupun situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada (karakteristik elemen-elemen yang tercakup dalam fokus atau topikpenelitian).33Pemilihan Informan dalam penelitian ini dipilih dengan cara purpose sampling atau criterian based selection yang diikuti oleh Snowball Sampling.34Terhadap penelitian dengan menggunakan purposive sampling maka cenderung memilih nara sumber yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui secara mendalam. Pengertian metode snowball sampling, yaitu suatu metode untuk memilih sampel atau responden dimana dipilih berdasarkan pada suatu penunjukan atau rekomendasi sebelumnya. Snowball sampling hanya mungkin diterapkan terhadap populasi yang jumlahnya tidak lebih dari seratus

32

Masnur Muslich, 2013, Bagaimana Penulisan Skripsi, Bumi Aksara, Jakarta, h.74

33

Sanapiah Faesal, 1990, Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasinya, Yayasan Asih Asah Asuh, Malang, h. 56

34

(46)

31

orang. Berdasarkan kepada fokus kajian yang dilaksanakan dalam penelitian ini, maka informan yang dikaji adalah:

(1) Kepala Dinas Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Badung

(2) Kepala Dinas Koprasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung

(3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

(4) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Badung

Informan penelitian di atas bukan hal yang limitatif, mengingat Metode snowball sampling dalam bekerjanya ibarat seperti bola salju yang menggelinding akan semakin besar, dalam hal ini berarti informasi yang akan diperoleh peneliti akan semakin luas, penentuan informan sasaran dalam penelitian ini harus diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik, teliti dan konferhensip.

g. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang sudah diperoleh dari informan dan sumber kepustakaan dikumpulkan menjadi satu bagian untuk dianalisi kemudian dikaji sesuai dengan topik bahasan penelitian. Setelah data dikumpulkan, data itu perlu diolah atau dianalisi. Model analisi ada dua yaitu analisi statistik dan analisi nonstatistik. Analisis statistik dipakai apabila penelitian apabila peneliti berurusan dengan data yang berupa angka-angka (kualitatif) atau data yang dikuantitatifkan. Analisi nonstatistik digunakan pada data kualitatif atau data tekstular yang bersifat verbal yaitu berupa ungkapan-ungkapan. 35

35

(47)
(48)

33 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI

KABUPATEN BADUNG

2.1 Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum

2.1.1 Pengertian Penegakan Hukum

Hukum sebagai tatanan perilaku yang mengatur manusia dan merupakan tatanan pemaksa, maka agar hukum dapat berfungsi efektif mengubah perilaku dan memaksa manusia untuk melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam kaedah hukum, maka hukum tersebut harus disebarluaskan sehingga dapat melembaga dalam masyarakat. Di samping pelembagaan hukum dalam masyarakat, perlu dilakukan penegakan hukum sebagai bagian dari rangkaian proses hukum yang meliputi pembuatan hukum, penegakan hukum. Penegakan hukum merupakan istilah hukum yang sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara penegakan hukum pada hakikatnya kita membicarakan mengenai ide-ide maupun konsep-konsep yang bersifat abstrak.

(49)

diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang 35. Menurut Jimly Asshiddiqie, Pada pokoknya penegakan hukum merupakan upaya yangsecara bersengaja dilakukan untuk mewujudkan cita-cita hukum dalam rangka menciptakan keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.36 Bahwa desentralisasi mengandung makna wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan tidak semata-mata dilakukan oleh Pemerintah Pusat, melainkan juga oleh satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah. Desentralisasi mengandung makna bahwa wewenang untuk mengatur urusan

37

pemerintahan tidak semata-mata dilakukan oleh Pemerintah Pusat, melainkan juga oleh satuan-satuan teritorial dan fungsional. Satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah diserahi dan dibiarkan mengatur dan mengurus sendiri sebagian urusan pemerintahan 38.

Keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum tidaklah semata-mata menyangkut ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut

35

1Barda Nawawi Arief, 2002,Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 109

36

JimlyAsshiddiqie, 1998, Agenda Pembangunan HukumNasional Di Abad Globalisasi,

Cet.I, BalaiPustaka, Jakarta, hal. 93

37

38

(50)

35

Soerjono Soekanto tegaknya hukum sangat tergantung pula dari beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor hukumnya sendiri.

Dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ideologi negara, dan undang-undang dibuat haruslah menurut ketentuan yang mengatur kewenangan pembuatan undangundang sebagaimana diatur dalam Konstitusi negara, serta undang-undang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di mana undang-undang tersebut diberlakukan.

2. Faktor Penegak hukum.

Yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Penegak hukum harus menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan peranannya masing-masing yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas tersebut dilakukan dengan mengutamakan keadilan dan profesionalisme, sehingga menjadi panutan masyarakat serta dipercaya oleh semua pihak termasuk semua anggota masyarakat.

(51)

fasilitas yang memadai merupakan suatu keharusan bagi keberhasilan penegakan hukum.

4. Faktor Masyarakat

Yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Maksudnya warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi kehidupan masyarakat.

5. Faktor Kebudayaan

Yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Dalam hal ini kebudayaan mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut, dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya,oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum.39

39

(52)

37

2.1.2 Penegakan Hukum Dalam Hukum Administrasi

Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan secara rasional, memenuhi rasa keadilan dan berdaya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan. Pada pokoknya penegakan hukum merupakan upaya yangsecara bersengaja dilakukan untuk mewujudkan cita-cita hukum dalam rangka menciptakan keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penegakan hukum terdapat beberapa bidang diantaranya penegakan hukum dalam hukum perdata, penegakan hukum dalam hukum pidana dan penegakan dalam hukum administrasi. Dalam pembahasan ini ditekankan pada penegakan hukum dibidang hukum administrasi.

(53)

kebebasan pemerintah, dan merupakan jaminan bagi mereka yang harus taat pada pemerintah.40

Hukum administrasi sebagai hukum publik memiliki hubungan erat dengan tindakan publik (tindakan pemerintah) dalam mengatur dan mengendalikan tindakan publik (tindakan pemerintah) itu sendiri. Pada fungsi administarsi yang dikemukakan oleh P. de Haan dan J. van der Hoeven bahwa hukum administrasi berfungsi sebagai norma yang mengatur lembaga dan kekuasaan pemerintah dalam menjalankan pemerintahan.41 Untuk menjalankan fungsi dari norma hukum dalam pelaksanaan hukum administarasi maka diperlukan penegakan hukum dalam hukum administasi negara. Pada penegakan hukum dalam hukum administrasi digunakan beberapa saran. Menurut P. Nicolai, saran dalam penegakan hukum administarasi berisi dual hal yaitu pengawasan dan sanksi.42Pengawasan merupakan langkah preventif dalam penegakan hukum administrasi untuk melaksanakan kepatuhan terhadap ketentuan umum yang berlaku, sedangkan penerapan sanksi sebagai saran penegakan hukum administartif negara merupakan langkah penegakan hukum represif untuk memaksakan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku. Jika dijabarkan secara ditail, penegakan hukum administrasi terkait dengan masalah legitimasi atau persoalan kewenangan dalam menjalankan instrumen penegakan yang meliputi :

40

H. Sadjijono, 2011, Bab-Bab Pokok Hukum Adminstrasi, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, h.15

41Ibid

, h.25

42

(54)

39

1. Monitoring (Pengawasan)

2. Menggunakan wewenang yang memberikan saksi, yang meliputi : a. Paksaan pemerintah atau tindakan paksa (Bestuur Dwang) ; b. Uang paksa (Publekrechtelijke Dwangsom) ;

c. Penutupan tempat uasaha (Sluiting Van Een Inrichting) ;

d. Penghentian kegiatan mesin perusahaa (Buitengebruikstelling Van Een Toestel) ;

e. Pencabutan izin melalui proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan dan uang paksa.43

Pengawasan terhadap tindakan pemerintah dimaksudkan agar dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma hukum, sebagai suatu upaya preventif dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum terjadinya pelanggaran norma-norma hukum. Sedangkan sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan perundang-undangan, bahkan J.N.J.M ten Berge menyebutkan bahwa sanksi merupakan inti dari penegakan hukum administrasi.

2.2 Tinjauan Umum Mengenai Minuman Beralkohol

2.2.1 Pengertian Tentang Minuman Beralkohol

Setelah diuraikan tentang pengertian penegakan hukum baik secara umum maupun dalam hukum administrasi, selanjutnya akan diuraikan pengertian

43

(55)

minuman beralkohol. Sebelum menjelaskan apa itu minuman beralkohol tentunya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu alkohol. Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung satu atau lebih gugus alkohol (Dorland, 2002). Apabila dilihat daria arti perkata-kata menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwardaminta, kata minuman diartikan sebagai barang cair yang diminum, sedangkan kata alkohol diartikan sebagai zat cair yang memabukan. Jikat kita gabungkan dari pengertian tersebut akan didapatkan pengertian minuman beralkohol adalah barang cair yang diminum yang memabukan. Sedangkan dalam wikepedia, minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.

(56)

41

pengenceran minuman mengandung ethanol yang berasal dari fermentasi. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 4 Peraturan Bupati Badung Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Penataan, Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol Di Kabupaten Badung yang menyebutkan : “minuman beralkohol adalah minuman

yang mengandung etanol atau etil alkohol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi”.

Di dalam Bab II Pengelompokan Golongan Minumam Beralkohol pada Pasal 2 menyebutkan : “Minuman Beralkohol dikelompokan dalam golongan sebagai berikut : a. minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H50H) diatas 0 % (nol perseratus) sampai dengan 5 % (lima perseratus); b. minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H50H) lebih dari 5 % (lima perseratus) sampai dengan 20% (dua puluh perseratus); c. minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H50H) lebih dari 20 % (dua puluh perseratus) sampai dengan 55 % (lima puluh lima perseratus)”.

2.2.2 Dampak Minuman Beralkhol

(57)

1. Mulut Terasa Kering

2. Jantung Berdegup Lebih Kencang 3. Menimbulkan Rasa Mual

4. Kesulitan Bernafas 5. Sering buang air kecil 44

Gejala-gejala diatas bisa dirasakan dalam beberapa menit. Namun, efek yang diberikan bisa berbeda-beda tergantung dari kadar alkohol dari minuman keras yang diminum. Setelah mabuk, nantinya akan timbul perasaan yang membuat peminumnya seolah-olah merasa hebat sampai rasa malupun akan hilang dengan sendirinya. Pikiran mereka terasa plong dan rileks. Bahaya minuman keras, jika hal ini telah dialami, maka peminum yang hampir setengah sadar membutuhkan teman untuk menceritakan hal-hal yang terjadi pada diri mereka. Bahkan banyak dari peminum yang sampai menceritakan hal-hal yang bersifat rahasia kepada temannya. Selain itu, meminum minuman keras mengakibatkan fungsi motorik tidak berjalan secara normal seperti bicara cadel dan sempoyongan. Ketidak sadaran ini secara berangsur akan hilang dalam kurun waktu 4 hingga 6 jam. Setelah itu, peminum akan merasa sangat tertekan dan lelah.

Senikmat apapun yang dirasakan oleh peminum, tentu tak lepas dari masalah kesehatan yang akan dihadapinya. Peminum minuman keras atau

44Anonim, 2015, ”

(58)

43

pemabuk bisa terancam masalah kesehatan yang serius jika mengkonsumsi minuman keras apalagi jika dikonsumsi secara rutin. Bahaya minuman keras sangat mematikan, adapun masalah kesehatan yang dialami oleh peminum minuman keras yang rutin seperti:

(1) Minuman Keras Menyebabkan Lever Membengkak.

Penelitian menunjukkan bahwa 10% hingga 20% penyakit lever bisa terjadi dikarenakan mengkonsumsi alkohol. Yah, mengkonsumsi terlalu banyak alkohol dalam minuman keras, hal tersebut bisa membahayakan lever. Sebab, alkohol bisa memicu lever untuk bekerja lebih ekstra untuk menyaring cairan tersebut. Sehingga, lever mengalami pembengkakan karena mengandung banyak air didalamnya.

(2) Minuman Keras Menyebabkan Kerusakan Otak.

Kerusakan otak yang bisa diakibatkan dari meminum minuman keras adalah menurunnya fungsi otak hingga resiko depresi dan frustasi kian meningkat. Jika hal ini terjadi, kesehatan mental bisa terganggu hingga menyebabkan perubahan pola tingkah laku.

(3) Minuman Keras Dapat Menyebabkan Penurunan Fungsi Indra.

(59)

Salah satu hal yang membuat organ reproduksi tidak berjalan maksimal adalah karena bisa mengkonsumsi alkohol. Oleh karena itu, monopouse pada wanita akan terjadi lebih cepat karena konsumsi minuman keras yang berlebihan.

(5) Mengalami Nyeri Saat Haid.

Bagi wanita juga sangat tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi minuman keras. Hal ini karena kadar lkohol yang ada pada minuman tersebut, dapat membuat para wanita merasa kesakitan atau nyeri saat haid datang.

(6) Cacat Pada Janin.

Penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi minuman berarkohol dalam jumlah tertentu bisa menyebabkan kecacatan pada bayi. Walaupun ada beberapa penelitian yang belum bisa membuktikan kecacatan pada janin jika mengkonsumsi minuman keras, namun para ahli kesehatan tetap menyarankan wanita hamil untuk tidak mengkonsumsinya, apalagi jika sedang dalam masa kehamilan 3 bulan pertama. Hal ini dilakukan untuk mencegah kelahiran bayi secara prematur atau keguguran.

(7) Osteoporosis.

(60)

45

mudah terkena osteoporosis. Hal ini terjadi karena minuman alkohol bisa menguras cadangan kalsium yang dimiliki oleh tubuh.

(8) Terkena Kanker Hati.

Minuman keras juga dapat memicu terjadinya kanker hati. Hal ini bisa terjadi akibat penurunan fungsi hati yang ditimbulkan oleh minuman keras jika diminum.

(9) Kerusakan Sistem Pencernaan.

Peminum minuman keras dalam jangka panjang akan sangat beresiko terkena peradangan kronis terhadap saluran pencernaannya. Lambung bisa mengalami kelainan, termasuk usus yang sel-selnya bisa berubah menjadi sel-sel ganas.

(10) Berefek Negatif Terhadap Hormon.

Untuk para pria, mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat membuat mereka kekurangan testosteron. Pdahal, testosteron sangat diperlukan untuk kelangsungan kinerja osteoblas.

Selain masalah kesehatan diatas, meminum minuman keras juga bisa mengakibatkan hal-hal negatif lainnya. Adapun hal negatif lain yang bisa diakibatkan oleh minuman keras antara lain:

(1) Over Dosis.

Jika minuman keras diminum bersamaan dengan obat-obatan yang berbahaya, maka efek yang terjadi bisa berkali-kali lipat. Bahkan, bisa terjadi over dosis dengan tingkat yang parah.

(61)

Karena meminum minuman keras dapat menciptakan sensasi yang nikmat, maka mengkonsumsi minuman keras dapat mengakibatkan seseorang menjadi kecanduan. Tentu saja jika hal ini terjadi, maka kesehatan dapat terganggu mulai dari fisik hingga mental si peminum. (3) Kematian.

Bisa mengalami kematian saat mabuk mendadak karena serangan jantung, komplikasi. Kematian tidak langsung pun bisa terjadi seperti kecelakaan saat berkendara dan darah tinggi. Selain itu ia juga dapat menyebabkan asam lambung naik yang dapat berdampak pada kematian.

(4) Melakukan Hal-Hal Berbahaya.

Tanpa sadar, peminum minuman keras bisa saja melukai seseorang yang berada di sekitarnya. Hal ini terjadi akibat peminum kehilangan akal sehat. Bukan hanya orang lain, dirinya pun bisa celaka atas perbuatannya sendiri. Oleh karena itu tak jarang peminum minuman keras mendekam di penjara.45

2.2.3 Pengedaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol

Kesediaan minuman beralkohol dalam masyarakat ditunjang oleh pengedaran dan penjualan terhadap minuman beralkohol. Dalam hal pengedaran dan penjualan minuman beralkohol diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengawasan, Pengedaran Dan Penjualan,

45Anonim, 2015, ”

(62)

47

Serta Perizinan Minuman Beralkohol dalam Bab IV tentang Pengedaran dan Penjualan minuman beralkohol akan dijelaskan mengenai ketentuan dari minuman beralkohol yang produksi import maupun produksi dalam negeri diatur dengan ketentuan dalam Pasal 8 Ayat (1) dan Ayat (2). Selanjutnya dalam Pasal 9 Ayat (1) dan Ayat (2) dijelaskan mengenai pengecer minuman beralkohol golongan B dan/atau golongan C. Sedangkan mengenai penjualan minuman beralkohol golongan B dan/atau golongan C berdasarkan ketentuan Pasal 10 Ayat (2) menyebutkan beberapa tempat yang diperbolehkan menjaual minuman beralkohol jenis itu diantaranya hotel berbintang 3, hotel berbintang 4, hotel berbintang 5, restoran dengan tanda talam kencana dan tanda talam selaka dan bar termasuk pub dan klub malam.

Yang dimaksud dengan “Tanda Talam Kencana” merupakan jenis usaha

jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan menyajikan makanan dan minuman untuk umum ditempat usahanya baik dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan untuk diproses. Yang dimaksud dengan “Tanda Talam Selaka” merupakan jenis usaha jasa pangan yang bertempat

(63)

2.3 Tinjauan Umum Mengenai Pengendalian Dan Pengawasan Minuman Beralkohol di Kabupaten Badung

Membicarakan penegakan hukum terhadap pegendalian dan pengawasan minuman beralkohol, tentu kita perlu terlebih dahulu mengetahui tentang pengertian pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol. Pengendalian sering diartikan sebagai suatu upaya dalam bentuk pengawasan yang dilakukan pemerintah daerah terhadap produk hukum yang dibuat.

Istilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah “awas”, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut controlling yang diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling lebih luas artinya daripada pengawasan. Akan tetapi dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan pengertian “controlling” ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata “kendali”, sehingga

Referensi

Dokumen terkait

serta Pengharmonisasian, Pembulatan, dan Pemantapan Konsepsi.Lebih lanjut substansi yang sama yakni tentang tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi genetik Pinus merkusii Jung et de Vriese yang berlokasi di Kebun Benih Jember serta kekerabatan dengan yang berasaldari Hutan

Hal ini menunjukkan adanya karyawan yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi, karena mereka hanya sekedar bekerja dan pasif (tidak mau terlibat aktif terhadap semua

Penelitian dimulai dari tahap perencanaan untuk melakukan identifikasi dampak yang timbul pada pelaksanaan rantai pasok obat herbal melalui diskusi dan wawancara

Dalam Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Islam dinyatakan bahwa Menurut pemahman fiqh dan peraturan perundang undangan tentang perkawinan

Berdasarkan jawaban responden yang terdiri dari inspektorat berbagai daerah kota dan kabupaten di Provinsi Sumatera Utara diperoleh berbagai kelemahan pengendalian

124 asuransi syariah ( Ta’min , Takaful , Tadhamun ) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kadar air silase pada umur penyimpanan 4 minggu tidak berpengaruh nyata terhadap pH, jumlah koloni bakteri asam