• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kadar Asam Urat Darah Dengan Metode Spektrofotometri dan Electrode-Based Biosensor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kadar Asam Urat Darah Dengan Metode Spektrofotometri dan Electrode-Based Biosensor."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

PERBANDINGAN KADAR ASAM URAT DARAH DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRI DAN METODE

ELECTRODE-BASED BIOSENSOR

Stevany Jessica Manoach, 2013 Pembimbing I : dr.Christine Sugiarto, Sp.PK. Pembimbing II : dr.Fenny, Sp.PK, M.Kes.

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme purin yang bersumber dari protein, didistribusikan ke plasma darah, cairan sinovial, hati dan beberapa organ dalam lainnya, lalu diekskresikan oleh ginjal melalui urin. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah disebut dengan hiperurisemia dengan kriteria kadar asam urat dalam darah > 6,9 mg/dl untuk laki-laki dan > 5,6 untuk perempuan. Bila keadaan hiperurisemia terus terjadi maka dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti gout dan batu ginjal, maka penting adanya deteksi dini dan pemantauan kadar asam urat secara berkala bagi penderita hiperurisemia yang dapat juga digunakan sebagai pemantauan terapi. Metode pemeriksaan yang menjadi baku emas adalah metode spektrofotometri, tetapi ada pula metode electrode-based biosensor yang saat ini mulai berkembang. Tujuan penelitian untuk mengetahui kesesuaian hasil pemeriksaan kadar asam urat darah menggunakan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor. Desain penelitian adalah observasi, analitik dan cross sectional. Bahan percobaan adalah darah vena yang diperiksa dengan metode spektrofotometri dan darah kapiler yang diperiksa dengan metode electrode-based biosensor dari 30 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Data yang diukur adalah kadar asam urat darah menggunakan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor yang diolah dengan perangkat lunak SPSS versi 21 menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukan adanya kesesuaian hasil pemeriksaan kadar asam urat darah dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor (p>0.05). Simpulan penelitian terdapat kesesuaian hasil pengukuran kadar asam urat serum yang diukur dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor.

(2)

v

ABSTRACT

THE COMPARISON OF URIC ACID LEVEL BETWEEN

SPECTROPHOTOMETRY AND ELECTRODE-BASED

BIOSENSOR METHOD

Stevany Jessica Manoach, 2013 Mentor I :dr.Christine Sugiarto, Sp.PK. Mentor II : dr.Fenny, Sp.PK, M.Kes.

Uric acid is an end product of purine metabolism derived from protein, distributed into the blood plasma, synovial fluid, liver and some other organs and excreted by the kidneys through urine. High level of blood uric acid is called hyperuricemia with criteria level of blood uric acid >6,9 mg/dl for men and >5,6 for women. If it happens continuously, hyperuricemia can cause diseases such as gout and kidney stones, so early detection and monitoring of uric acid level for patients with hyperuricemia is very important, it can be used as therapeutic monitoring. Spectrophotometry method is a gold standard, but there is electrode-based biosensor method that started to develop. The objective is to know the equivalence in measuring blood uric acid level using spectrophotometry method and electrode-based biosensor method. Research design is observational, analytical and cross-sectional. Samples are venous blood that examined by spectrophotometry method and capillary blood that examined by electrode-based biosensor taken from 30 Faculty of Medicine, Maranatha Christian University students. The data measure is blood uric acid level using spectrophotometry method and electrode-based biosensor method and it is processed with SPSS software version 21 using paired t test. The result shows an equivalence in measuring blood uric acid level using spectrophotometry method and electrode-based biosensor method (p>0,05). The conclusion is, there’s an equivalence in measuring blood uric acid level using spectrophotometry method and electrode-based biosensor method.

(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN MAHASISWA ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.4.1 Manfaat Ilmiah ... 2

1.4.2Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Asam Urat ... 4

2.1.1 Metabolisme Purin ... 4

2.1.2 Katabolisme Purin ... 7

2.1.3 Organ Target Asam Urat ... 9

2.2 Metode Pemeriksaan Asam Urat Serum ... 10

2.2.1 Metode Spektrofotometri ... 10

(4)

ix

2.3Aspek Klinis (Gangguan Metabolisme Purin) ... 12

2.3.1 Gout ... 12

2.3.2 Sindrom Lesch-Nyhan ... 13

2.3.3 Penyakit Von Gierke ... 13

2.3.4 Hipourisemia ... 13

2.4 Peranan Bio Sensor Electrode Dalam Pemeriksaan Asam Urat Serum .... 13

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Subjek, Alat, Bahan Penelitian dan Ukuran Sampel ... 15

3.1.1 Subjek Penelitian ... 15

3.1.2 Alat Penelitian ... 15

3.1.3 Bahan Penelitian ... 15

3.1.4Besar Sampel ... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 16

3.2.2 Waktu Penelitian ... 16

3.3 Metode Penelitian ... 16

3.3.1 Desain Penelitian ... 16

3.3.2 Data yang Diukur ... 16

3.3.3 Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 16

3.3.3.1 Analisis Data ... 16

3.3.3.2 Uji Hipotesis ... 17

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 17

3.4.1 Variabel Penelitian ... 17

3.4.1.1 Variabel Perlakuan ... 16

3.4.1.2 Variabel Respon ... 17

3.4.2 Definisi Operasional Penelitian ... 17

3.5 Prosedur Kerja ... 17

3.5.1 Proses Persiapan dan Pengambilan Sampel ... 17

3.5.2 Metode Pemeriksaan Spektrofotometri ... 18

3.5.3Metode Pemeriksaan Electrode Biosensor ... 18

(5)

x

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 20

4.2 Uji Hipotesis ... 22

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 24

5.2 Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

LAMPIRAN ... 27

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kadar Asam Urat Rerata Orang Percobaan Laki-laki Menggunakan Metode Spektrofotometri dan Electrode-based Biosensor...20 Tabel 4.2Kadar Asam Urat Rerata Orang Percobaan Perempuan Menggunakan

Metode Spektrofotometri dan Electrode-based Biosensor………20 Tabel 4.3Kadar Asam Urat Rerata Orang Percobaan Laki-laki dan Perempuan

Menggunakan Metode Spektrofotometri dan Electrode-based

Biosensor………... 21

Tabel 4.4Presentase Orang Percobaan Yang Pada Pemeriksaan Menggunakan Metode Spektrofotometri Termasuk Kategori Hiperurisemia Tetapi Tidak Pada Metode Electrode-based Biosensor………21 Tabel L 2.1 Data Hasil Penelitian Kadar Asam Urat Darah Orang

Percobaan Menggunakan Metode Spektrofotometri dan

Metode Electrode-Based Biosensor ... 29 Tabel L 3.1 PairedSamplesStatisticsKadar Asam Urat Darah dengan

Metode Spektrofotometri dan Metode Electrode-Based

Biosensor ... 29

Tabel L 3.2 PairedSamplesCorrelationsKadar Asam Urat Darah dengan Metode Spektrofotometri dan Metode

Electrode-Based Biosensor ... 29

Tabel L. 3.3 PairedSamplesTestKadar Asam Urat Darah dengan Metode Spektrofotometri dan Metode Electrode-Based

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Sumber atom basa purin ... 4

Gambar2.2 Sintesis de novo purin ... 5

Gambar2.3 Biosintesis nukleotida purin ... 6

Gambar2.4 Perubahan IMP menjadi AMP dan GMP ... 7

Gambar 2.5 Pembentukan asam urat dari nukleosida purin ... 8

Gambar 2.6 Fosforibosilasi adenine, hipoxantin, dan guanine untuk membentuk AMP,IMP, dan GMP ... 9

Gambar 2.7 Hubungan absorbsi dengan % T ... 10

Gambar 2.8 Skela pembentukan warna sebagai signal ... 11

Gambar 2.9 Gambar 2.9 (A) Diagram skematik dari UOx-CF dan HRP/Th-CF-coupled FIA biosensor asam urat. (B) Skema deteksi asam urat oleh FIA biosensor ... 12

GambarL 3.1 Spektrofotometri“Roche Modular Analytic Data” ... 30

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent ... 27

Lampiran 2 Data Hasil Penelitian ... 28

Lampiran 3 Hasil Uji t Bepasangan ... 29

Lampiran 4 Dokumentasi ... 30

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin pada manusia yang bersumber dari makanan dan minuman sehari-hari seperti hati, kacang-kacangan, bir, dan sebagainya. Pada keadaan normal senyawa ini akan mengalir dalam darah dan dibawa ke ginjal untuk diekskresikan melalui urin. Namun asam urat ini bersifat sukar larut dalam air sehingga senyawa ini dapat menumpuk di berbagai tempat dalam tubuh seperti di sendi ataupun di ginjal bila kadarnya berlebih(Murray, Granner, & Rodwell, 2006).

Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah disebut hiperurisemia dengan kriteria diagnosis kadar asam urat dalam darah > 6,9mg/dl untuk laki-laki dan > 5,6 untuk perempuan(Roche, 2011). Hiperurisemia terjadi karena adanya gangguan dari pemecahan purin yang menyebabkan asam urat diproduksi dalam jumlah yang banyak atau karena ginjal tidak dapat berfungsi mengeluarkan asam urat ini ke luar tubuh dengan baik. Menurut penelitian terakhir, prevalensi hiperurisemia di Indonesia bervariasi antara 2,6-47,2% pada berbagai populasi (Hidayat, 2009).

Hiperurisemia berhubungan erat dengan penyakit gout atau yang lebih dikenal dengan penyakit asam urat. Pada penyakit ini biasanya menimbulkan gejala nyeri, bengkak dan kemerahan pada sendi karena terdapat proses peradangan akibat adanya senyawa asam urat yang tertimbun di salah satu sendi, terutama pada sendi-sendi besar. Kristal asam urat tidak hanya mengendap di sendi, tetapi juga bisa mengendap di ginjal menjadi batu ginjal.Bila perjalanan penyakit ini sudah kronis maka bisa terjadi gagal ginjal dan deformitas permanen pada sendi.Penyakit gout juga berhubungan erat dengan jenis kelamin, genetik, obesitas dan hipertensi(Qazi, 2012).

(10)

2

metode yang paling sering digunakan dan merupakan pemeriksaan baku emas, tetapipemeriksaan dengan metode ini mengharuskan penderita harus pergi ke laboratorium untuk pengambilan darah vena yang pengambilannya memerlukan tenaga ahli sehingga pemeriksaan ini dirasa kurang praktis. Sebagai alternatif pemeriksaan kadar asam urat didapatkan pemeriksaan dengan metode electrode-based biosensoryang menggunakan bahan pemeriksaan darah kapiler sehingga

pemeriksaan ini lebih praktis karena dapat dikerjakan sendiri di rumah dan lebih ekonomis(Malhotra & Chaubey, 2003).

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah kesesuaian hasil pemeriksaan asam urat darah dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui bagaimanakah kesesuaian hasil pemeriksaan asam urat darah dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai perbandingan hasil pemeriksaan asam urat darah metode spektrofotometri dan dengan metode electrode-based biosensor.

1.4.2 Manfaat Praktis

(11)

3

1.5 Kerangka Pemikiran

Pemeriksaan kadar asam urat darah sangat penting dilakukan untuk mendeteksi gangguan metabolisme purin. Metode yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan ini adalah metode spektrofotometri sedangkan metode electrode-based biosensor masih jarang digunakan.

Pada dasarnya cara kerja kedua pemeriksaan ini sama, yaitu menggunakan reaksi enzimatik (uricase) dengan bahan pemeriksaan serum darah namun tahap perhitungannya saja yang berbeda. Pada metode spektrofotometri, pemecahan asam urat dengan enzim uricase akan bereaksi dengan peroksidase, peroksida (POD), TOOS’ (N-ethyl-N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl)-3-methylaniline) dan 4-aminophenazome membentuk warna quinone-imine sebagai signal. Kadar asam

urat tersebut dihitung berdasarkan intensitas cahaya yang terbentuk (Roche, 2011). Sedangkan metode electrode-based biosensor menggunakan perbedaan potensial dari hasil ikatan enzim uricase (oksidase urat/UOx) yang teradsorpsi ke dalam pori-pori CF (carbon-felt) yang pada akhirnya digunakan sebagai column-type enzyme reactor bersama dengan peroxidase-adsorbed CF-based bioelectrocatalic H2O2 sebagai detektor untuk biosensor amperometri asam urat(Wang & Hasebe, 2012).

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa hasil pemeriksaan kadar asam urat menggunakan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor tidak memiliki perbedaan yang bermakna.

1.6 Hipotesis Penelitian

(12)

23

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Terdapat kesesuaian hasil pengukuran kadar asam urat serum yang diukur dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensorpada 30 orang mahasiswa FK UKM.

5.2 Saran

Bagi para penderita hiperurisemia dapat menggunakan alat pengukur kadar asam urat serum dengan metode electrode-based biosensorsebagai alat pemantauan terapi yang mudah, praktis dan relatif murah.

Bagi para petugas kesehatan yang banyak berhubungan dengan pasien kasus hiperurisemia dapat menggunakan alat pengukur kadar asam urat serum dengan metode electrode-based biosensorsebagai diagnosis awal dan cepat karena tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan hasil pengukuran yang cukup sesuai dengan pemeriksaan baku emas menggunakan metode spektrofotometri.

(13)

Perbandingan Kadar Asam Urat Darah dengan Metode Spektrofotometri dan Metode Electrode-Based Biosensor

Stevany Jessica Maboach1, Christine Sugiarto2, Fenny3

1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

2. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung 3. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme purin yang bersumber dari protein, didistribusikan ke plasma darah, cairan sinovial, hati dan beberapa organ dalam lainnya, lalu diekskresikan oleh ginjal melalui urin. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah disebut dengan hiperurisemia dengan kriteria kadar asam urat dalam darah > 6,9 mg/dl untuk laki-laki dan > 5,6 untuk perempuan. Bila keadaan hiperurisemia terus terjadi maka dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti gout dan batu ginjal, maka penting adanya deteksi dini dan pemantauan kadar asam urat secara berkala bagi penderita hiperurisemia yang dapat juga digunakan sebagai pemantauan terapi. Metode pemeriksaan yang menjadi baku emas adalah metode spektrofotometri, tetapi ada pula metode electrode-based biosensor yang saat ini mulai berkembang. Tujuan penelitian untuk mengetahui kesesuaian hasil pemeriksaan kadar asam urat darah menggunakan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor. Desain penelitian adalah observasi, analitik dan cross sectional. Bahan percobaan adalah darah vena yang diperiksa dengan metode spektrofotometri dan darah kapiler yang diperiksa dengan metode electrode-based biosensor dari 30 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Data yang diukur adalah kadar asam urat darah menggunakan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor yang diolah dengan perangkat lunak SPSS versi 21 menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukan adanya kesesuaian hasil pemeriksaan kadar asam urat darah dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor (p>0.05). Simpulan penelitian terdapat kesesuaian hasil pengukuran kadar asam urat serum yang diukur dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor.

Kata kunci : asam urat, metode spektrofotometri, metode electrode-based biosensor, hiperurisemia

ABSTRACT

Uric acid is an end product of purine metabolism derived from protein, distributed into the blood plasma, synovial fluid, liver and some other organs and excreted by the kidneys through urine. High level of blood uric acid is called hyperuricemia with criteria level of blood uric acid >6,9 mg/dl for men and >5,6 for women. If it happens continuously, hyperuricemia can cause diseases such as gout and kidney stones, so early detection and monitoring of uric acid level for patients with hyperuricemia is very important, it can be used as therapeutic monitoring. Spectrophotometry method is a gold standard, but there is electrode-based biosensor method that started to develop. The objective is to know the equivalence in measuring blood uric acid level using spectrophotometry method and electrode-based biosensor method. Research design is observational, analytical and cross-sectional. Samples are venous blood that examined by spectrophotometry method and capillary blood that examined by electrode-based biosensor taken from 30 Faculty of Medicine, Maranatha Christian University students. The data measure is blood uric acid level using spectrophotometry method and electrode-based biosensor method and it is processed with SPSS software version 21 using paired t test. The result shows an equivalence in measuring blood uric acid level using spectrophotometry method and electrode-based biosensor

method (p>0,05). The conclusion is, there’s an equivalence in measuring blood uric acid level using

spectrophotometry method and electrode-based biosensor method.

(14)

PENDAHULUAN

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin pada manusia yang bersumber dari makanan dan minuman sehari-hari seperti hati, kacang-kacangan, bir, dan sebagainya. Pada keadaan normal senyawa ini akan mengalir dalam darah dan dibawa ke ginjal untuk diekskresikan melalui urin. Namun asam urat ini bersifat sukar larut dalam air sehingga senyawa ini dapat menumpuk di berbagai tempat dalam tubuh seperti di sendi ataupun di ginjal bila kadarnya berlebih(1).

Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah disebut hiperurisemia dengan kriteria diagnosis kadar asam urat dalam darah > 6,9 mg/dl untuk laki-laki dan > 5,6 untuk perempuan(2). Hiperurisemia

terjadi karena adanya gangguan dari pemecahan purin yang menyebabkan asam urat diproduksi dalam jumlah yang banyak atau karena ginjal tidak dapat berfungsi mengeluarkan asam urat ini ke luar tubuh dengan baik. Menurut penelitian terakhir, prevalensi hiperurisemia di Indonesia bervariasi antara 2,6-47,2% pada berbagai populasi(3).

Hiperurisemia berhubungan erat dengan penyakit gout atau yang lebih dikenal dengan penyakit asam urat. Pada penyakit ini biasanya menimbulkan gejala nyeri, bengkak dan kemerahan pada sendi karena terdapat proses peradangan akibat adanya senyawa asam urat yang tertimbun di salah satu sendi, terutama pada sendi-sendi besar. Kristal asam urat tidak hanya mengendap di sendi, tetapi juga bisa mengendap di ginjal menjadi batu ginjal. Bila perjalanan penyakit ini sudah kronis maka bisa terjadi gagal ginjal dan deformitas permanen pada sendi. Penyakit gout juga berhubungan erat dengan jenis kelamin, genetik, obesitas dan hipertensi(4).

Pemeriksaan kadar asam urat

dilakukan untuk menegakkan diagnosis, pemantauan terapi, menilai komplikasi maupun sebagai salah satu pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan.

Pemeriksaan metode spektrofotometri adalah metode yang paling sering digunakan dan merupakan pemeriksaan baku emas, tetapi pemeriksaan dengan metode ini mengharuskan penderita harus pergi ke laboratorium untuk

pengambilan darah vena yang

pengambilannya memerlukan tenaga ahli sehingga pemeriksaan ini dirasa kurang praktis. Sebagai alternatif pemeriksaan kadar asam urat didapatkan pemeriksaan dengan metode electrode-based biosensor yang menggunakan bahan pemeriksaan darah kapiler sehingga pemeriksaan ini lebih praktis karena dapat dikerjakan sendiri di rumah dan lebih ekonomis(5).

TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui bagaimanakah kesesuaian hasil pemeriksaan asam urat darah dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor.

ALAT, BAHAN DAN CARA

Penelitian ini bersifat observasi dan analitik. Analisis data memakai uji t berpasangan dengan α=5%. Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini berupakapas dan alkohol 70%, jarum dan spuit 5 ml, manset, lanset, alat sentrifugasi, spektrofotometer dan Nesco Multi Check + Uric Acid strip. Subjek penelitian terdiri dari 30 orang

mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha. Subjek penelitian diambil darah vena sebanyak 3ml kemudian disimpan di dalam tabung yang sudah berisi antikoagulan Li-heparin atau K2-EDTA lalu darah

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Kadar Asam Urat Rerata Orang Percobaan Laki-laki Menggunakan Metode Spektrofotometri dan Electrode-based Biosensor

N Rerata Std.

Deviasi

Spektrofotometri 15 6,567 1,1197

Electrode-based Biosensor

15 6,167 1,0874

Kadar asam urat serum orang percobaan laki-laki dengan metode spektrofotometri berkisar antara 4,7-8,6 mg/dl dengan rerata 6,567 mg/dl sedangkan dengan metode electrode-based biosensor berkisar antara 4,3-7,6 mg/dl dengan rerata 6,167 yang berarti rerata kadar asam urat serum orang percobaan laki-laki lebih besar menggunakan metode spektrofotometri dibandingkan dengan metode electrode-based biosensor.

Tabel 2 Kadar Asam Urat Rerata Orang Percobaan Perempuan Menggunakan Metode Spektrofotometri dan Electrode-based Biosensor

N Rerata Std.

Deviasi

Spektrofotometri 15 4,907 1,0124

Electrode-based Biosensor

15 4,893 1,2162

Kadar asam urat serum orang percobaan perempuan dengan metode spektrofotometri berkisar antara 3,7-7,4 mg/dl dengan rerata 4,907 mg/dl sedangkan dengan metode electrode-based biosensor berkisar antara 3,5-7,8 mg/dl dengan rerata 4,893 yang berarti rerata kadar asam urat serum orang percobaan perempuan lebih besar menggunakan metode spektrofotometri dibandingkan dengan metode electrode-based biosensor.

Tabel 3 Kadar Asam Urat Rerata Orang Percobaan Laki-laki dan Perempuan Menggunakan Metode Spektrofotometri dan Electrode-based Biosensor percobaan laki-laki dan perempuan dengan metode spektrofotometri berkisar antara 3,7-8,6 mg/dl dengan rerata 5,737

mg/dl sedangkan dengan metode

electrode-based biosensor berkisar antara 3,5-7,8 mg/dl dengan rerata 5,530 yang berarti rerata kadar asam urat serum

orang percobaan laki-laki dan

perempuan lebih besar menggunakan metode spektrofotometri dibandingkan dengan metode electrode-based biosensor. Didapatkan hasil p>0,05 yaitu 0,07.

Tabel 4 Presentase Orang Percobaan Yang Pada Pemeriksaan Menggunakan Metode Spektrofotometri Termasuk Kategori Hiperurisemia Tetapi Tidak Pada Metode Electrode-based Biosensor

Terdapat 13,33% dari seluruh orang

percobaan laki-laki yang pada

pemeriksaan menggunakan metode

spektrofotometri mencapai kadar ≥ 7,0

mg/dl yang sudah tergolong

hiperurisemia, sedangkan pada

pemeriksaan menggunakan metode

electrode-based biosensor kadarnya masih <

Jenis Kelamin Persentase

Laki-laki 13,33%

(16)

7,0. Fenomena ini tidak terdapat pada guanosin untuk selanjutnya diubah menjadi hipoxantin dan guanine, keduanya dikonversi menjadi xantin yang dengan enzim xantin oksidase akan diubah menjadi hasil akhir yang berupa asam urat. Semua proses ini terjadi di mukosa saluran cerna mamalia. Asam urat sendiri bersifat larut dalam lemak.(1)

Hati dan saluran penceraan adalah tempat organ terjadinya katabolisme asam urat. Ginjal mengekskresikan dua per tiga dari seluruh asam urat tubuh dan sepertiganya diekskresikan oleh saluran perncernaan itu sendiri. Asam urat termasuk asam lemah. Hasil ionisasi asam urat dapat ditemukan di cairan hiperurisemia adalah penyakit gout, Sindrom Lesch-Nyhan dan Penyakit Von Gierke. Tetapi keadaan kadar asam urat

yang rendah dalam darah atau

hipourisemia pun dapat terjadi (1) (4) (7).

Pemeriksaan kadar asam urat darah sangat penting dilakukan untuk mendeteksi gangguan metabolisme purin. Metode yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan ini adalah metode spektrofotometri sedangkan metode electrode-based biosensor masih jarang digunakan.

Pada dasarnya cara kerja kedua

pemeriksaan ini sama, yaitu

menggunakan reaksi enzimatik (uricase) dengan bahan pemeriksaan serum darah namun tahap perhitungannya saja yang berbeda. Pada metode spektrofotometri, pemecahan asam urat dengan enzim

uricase akan bereaksi dengan

peroksidase, peroksida (POD), TOOS’ (N-

ethyl-N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl)-3-methylaniline) dan 4-aminophenazome membentuk warna quinone-imine sebagai signal. Kadar asam urat tersebut dihitung berdasarkan intensitas cahaya yang terbentuk (2). Sedangkan metode

electrode-based biosensor menggunakan perbedaan potensial dari hasil ikatan enzim uricase (oksidase urat/UOx) yang teradsorpsi ke dalam pori-pori CF (carbon-felt) yang pada akhirnya digunakan sebagai column-type enzyme reactor bersama dengan peroxidase-adsorbed CF-based bioelectrocatalic H2O2 sebagai detektor

untuk biosensor amperometri asam urat

(8).

Pada metode spektrofotometri, bahan pemeriksaan yang digunakan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan metode electrode-based biosensor. Pada metode spektrofotometri digunakan bahan pemeriksaan 3cc whole blood sedangkan pada metode electrode-based biosensor hanya menggunakan 1-2 tetes whole blood. Apabila kadar hematokrit bahan pemeriksaan lebih banyak, maka jumlah serum yang akan didapatkan akan semakin sedikit. Kemungkinan pada orang percobaan diatas, kadar hematokrit darahnya cukup tinggi sehingga pada pemeriksaan, serum yang didapatkan jumlahnya lebih sedikit dan hal ini dapat berpengaruh pada hasil pemeriksaan dengan metode electrode-based biosensor mengingat bahan pemeriksaan yang berupa whole blood dengan jumlah yang sedikit. Karena asam urat didistribusikan ke plasma darah, maka dengan jumlah bahan pemeriksaan serum yang sedikit dapat menurunkan kadar asam urat pada hasil pemeriksaan. Asam urat setelah diproduksi akan didistribusikan ke beberapa organ tubuh, tetapi yang terutama adalah plasma darah dan cairan sinovial. Karena asam urat didistribusikan langsung ke seluruh plasma darah, maka tidak berpengaruh bahan pemeriksaan yang diambil adalah

dari darah vena (metode

(17)

karena pada akhirnya sampel yang diambil hanyalah serum.

SIMPULAN

Terdapat kesesuaian hasil pengukuran kadar asam urat serum yang diukur dengan metode spektrofotometri dan metode electrode-based biosensor pada 30 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

SARAN

Bagi para penderita hiperurisemia dapat menggunakan alat pengukur kadar asam urat serum dengan metode electrode-based biosensor sebagai alat pemantauan terapi yang mudah, praktis dan relatif murah.

Bagi para petugas kesehatan yang banyak berhubungan dengan pasien kasus hiperurisemia dapat menggunakan alat pengukur kadar asam urat serum dengan metode electrode-based biosensor sebagai diagnosis awal dan cepat karena tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan hasil pengukuran yang cukup sesuai dengan pemeriksaan baku

emas menggunakan metode

spektrofotometri.

Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk mengetahui senstivitas dan spesifisitas dari alat pemeriksaan yang menggunakan metode electrode-based biosensor.

DAFTAR PUSTAKA

1. Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2006). Harper's Illustrated Biochemistry (Vol. 27). Toronto: The McGraw-Hill Companies Inc.

2. Roche. (2011). Retrieved September 7, 2013, from http://www.roche-

applied-science.com/wcsstore/CBCatalogAss etStore/Articles/05837880900_03.11.p df

3. Hidayat, R. (2009, Agustus). Gout dan Hiperurisemia. Medicinus, 22, 47. 4. Qazi, Y. (2012, November 16).

emedicine.medscape.com. Retrieved July 12, 2013, from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/arti cle/241767-overview#a0104

5. Malhotra, B. D., & Chaubey, A. (2003). Biosensors for clinical diagnostics industry. Sensors and Actuators B: Chemical, 117-127. 6. Devkota, B. P. (2012, October 18).

emedicine.medscape.com. Retrieved September 7, 2013, from Medscape: http://emedicine.medscape.com/arti cle/2088516-overview#showall 7. Jinnah, H. A. (2012, February 23).

(18)

24

DAFTAR PUSTAKA

Askiki, A. (2011). Perbandingan Pemeriksaan Kadar Asam Urat Menggunakan Metode Spektrofotometri dengan Metode Stick di RSUD Sampang. Fakultas Ilmu Kesehatan. Surabaya: Program Studi Analisis Kesehatan . Devkota, B. P. (2012, October 18). emedicine.medscape.com. Retrieved

September 7, 2013, from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/2088516-overview#showall

Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S. L., Jameson, J. L., et al. (2008). Harrison's Principles of Internal Medicine (17 ed.). United States, America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Hidayat, R. (2009, Agustus). Gout dan Hiperurisemia. Medicinus, 22, 47.

Huang, S.-H., Shih, Y.-C., Wu, C.-Y., Yuan, C.-J., Yang, Y.-S., Li, Y.-K., et al. (2004). Biosensors and Bioelectronics (Vol. 19). Taiwan: Elsevier.

Hwu, C. M., Lin, H. Y., Huang, H. Y., Kao, Y. W., Welh, J. M., Hslao, C. L., et al. (2002). Portable Electrochemical Blood Uric Acid Meter. Journal of Clinical Laboratory Analysis, 16, 109-114.

Jinnah, H. A. (2012, February 23). emedicine.medscape.com. Retrieved

September 7, 2013, from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/1181356-treatment#showall

King, M. W. (2013, February 9). themedicalbiochemistrypage.org. Retrieved September 7, 2013, from The Medical Biochemistry Page: http://themedicalbiochemistrypage.org/nucleotide-metabolism.php

Malhotra, B. D., & Chaubey, A. (2003). Biosensors for clinical diagnostics industry. Sensors and Actuators B: Chemical, 117-127.

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2006). Harper's Illustrated Biochemistry (Vol. 27). Toronto: The McGraw-Hill Companies Inc.

Qazi, Y. (2012, November 16). emedicine.medscape.com. Retrieved July 12, 2013, from Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/241767-overview#a0104

(19)

25

Rothschild, B. M. (2013, July 16). emedicine.medscape.com. Retrieved September 7, 2013, from Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/329958-overview

Wang, Y., & Hasebe, Y. (2012). Uricase-adsorbed carbon-felt reactor coupled with a peroxidase-modified carbon-felt-based H2O2 detector for highly sensitive amperometric flow determination of uric acid. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 125-132.

Gambar

Tabel 1 Kadar Asam Urat Rerata Orang Percobaan Laki-laki Menggunakan Metode Spektrofotometri dan Electrode-based Biosensor

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengkaji bagaimana keadaan wilayah Wonosobo sebelum Islam masuk dan berkembang, bagaimana proses masuknya Islam di

Berdasarkan hasil kegiatan dapat diidentifikasi mengenai tingkat pemahaman peserta pengabdian adalah bahwa sekitar 70% peserta pengabdian memahami bagaimana mencari

Percobaan Sandcone (Kerucut Pasir) merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan di lapangan untuk menentukan berat isi kering (Kepadatan) tanah asli maupun

Cost Effectiveness Analysis Penanganan Operasi Katarak secara Rawat Inap di RSUD Prof.. Margono Soekarjo dan secara Rawat Jalan di Balai Kesehatan Mata

Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan peserta didik kelas 1 pada tahun 2018, sebesar 88,05% (8.799 puskesmas) yang berarti telah mencapai target

Penambahan tepung kedelai dan tepung ganyong juga berpengaruh nyata terhadap kadar abu, protein, serat kasar, karbohidrat, amilosa, zat besi dan kalsium dalam mie instan..

Bekas militer-wajib dan bekas militer-sukarela adalah tenaga yang telah terdidik dan terlatih dalam olah-jurit, Dalam keadaan darurat atau keadaan perang yang pada umumnya

kondisi baseline 1 (B) pada sesi pertama sampai sesi ke enam datanya tidak stabil ( variabel ) yaitu 42,8% sedangkan ppada subyek RZ juga mendapatkan kategori