• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAMPINGAN DENGAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM MENINGKATKAN PERILAKU BERWIRAUSAHA: studi deskriptif tentang pendampingan program lembaga keuangan mikro kewirausahaan pada csr shafira foundation.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAMPINGAN DENGAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM MENINGKATKAN PERILAKU BERWIRAUSAHA: studi deskriptif tentang pendampingan program lembaga keuangan mikro kewirausahaan pada csr shafira foundation."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif Tentang Pendampingan Program Lembaga Keuangan Mikro

Kewirausahaan Pada CSR Shafira Foundation)

Disusun Oleh:

Ahmad Hamdan (1200920)

PRODI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

(Studi Deskriptif Tentang Pendampingan Program Lembaga Keuangan Mikro Kewirausahaan

Pada CSR Shafira Foundation)

Disusun Oleh:

Ahmad Hamdan

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

© Ahmad Hamdan 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di fotocopy,

(3)

AHMAD HAMDAN

STUDI PENDAMPINGAN DENGAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM

MENINGKATKAN PERILAKU BERWIRAUSAHA

(Studi Deskriptif Tentang Pendampingan Program Lembaga Keuangan Mikro

Kewirausahaan Pada CSR Shafira Foundation)

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. Mustofa Kamil, M.Pd. NIP. 19611109 198703 1 001

Pembimbing II

Dr. Joni Rahmat Pramudia, M.Pd. NIP. 19710614 199803 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana

(4)

ABSTRAK

Ahmad Hamdan (2015), Pendampingan Dengan Pendekatan Andragogi Dalam Meningkatkan Perilaku Berwirausaha Mitra Binaan (Studi Deskriptif Tentang Pendampingan Program Lembaga Keuangan Mikro Kewirausahaan Pada CSR Shafira Foundation).

Kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat kompleks, sehingga diperlukan penanganan dengan solusi yang tepat dan terintegrasi melalui berbagai pihak dari berbagai komponen yang sifatnya berkelanjutan. Salah satu cara pengentasan kemiskinan, yaitu melalui CSR yang memiliki tanggung jawab sosial dalam memberdayakan masyarakat. CSR Shafira Foundation memiliki program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui kegiatan Lembaga Keuangan Mikro Kewirausahaan dalam rangka mengentaskan kemiskinan.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Memperoleh data tentang langkah-langkah pendampingan dengan pendekatan andragogi dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan; (2) Memperoleh data tentang penerapan prinsip andragogi dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan melalui pendampingan; dan (3) Memperoleh data tentang perubahan perilaku berwirausaha mitra binaan melalui pendampingan dengan pendekatan andragogi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang pendampingan, andragogi dan kewirausahaan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu menggali kondisi di lapangan melalui pengamatan yang akurat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Responden penelitian ini berjumlah 6 orang yaitu 2 orang pegawai Shafira Foundation, 3 orang mitra binaan, dan 1 orang keluarga dari mitra binaan. Lokasi penelitian ini bertempat di CSR Shafira Foundation yang memiliki mitra binaan di beberapa lokasi di kabupaten Bandung.

(5)

ABSTRACT

Ahmad Hamdan (2015), The Study of Counseling with the Andragogy Approach in Increasing Entrepreneurship Behavior of Coaching Partner.

Poverty is a very complex problem, requiring treatment with appropriate solutions and integrated through various parties of various components that are sustainable. One way to alleviate poverty, through CSR (Corporate Social Responsibility) that have social responsibility in empowering the community. CSR Shafira Corporation has programs of society empowerment in the economy

field through an activity called “Lembaga Keuangan Mikro Kewirausahaan”

(Financial Association of Micro Entrepreneurship) to deal with poverty eradication.

This research is aimed at (1) Obtaining data on assistance measures with andragogy approach in enhancing entrepreneurship behavior trained partners; (2) Obtain data on the application of the principle of andragogy in improving the behavior of the partners entrepreneurship through mentoring; and (3) Obtaining data on entrepreneurial behavior change through mentoring with trained partners andragogy approach. The theory used in this research is the theory of the mentoring, andragogy and entrepreneurship.

The research uses the theory of counseling theory, according to Kamil, it is an activity conducted by a person in the consultative, interactive, and motivating ways to solve a problem, grow self-confidence and motivation into the counseled partner. The next theory is Andragogy theory, in which learning produces students to be able to develop their skills, enrich their knowledge, and grow their self-capacity. The last theory is theory of entrepreneurship, it is the ability of managers in optimizing all possible resources to create a product that is valuable for themselves and others.

The research employs qualitative approach to find conditions of the field though an accurate observation. Data collection techniques employed in the research are interview, observation, and documentation. The respondents are six people; they are two staffs of Shafira Foundation, three coaching partners, and one husband of the coaching partner. The research location is at CSR Shafira Foundation which has several coaching partners in Bandung regency.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Andragogi ... 13

1. Pengertian Andragogi ... 13

2. Prinsip-prinsip Andragogi ... 17

3. Langkah-langkah Pembelajaran Orang Dewasa ... 20

4. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa ... 24

B. Konsep Pendampingan ... 28

1. Pengertian Pendampingan ... 28

2. Tujuan Pendampingan ... 30

3. Peran Pendamping ... 33

C. Konsep Kewirausahaan ... 36

(7)

2. Sikap dan Perilaku Kewirausahaan ... 40

3. Karakteristik Kewirausahaan ... 44

4. Kompetensi Wirausaha ... 50

5. Wanita Wirausaha ... 52

D. Kerangka Berfikir Penelitian ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 57

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 59

C. Definisi Operasional ... 61

D. Teknik Pengumpulan Data ... 64

E. Proses Pengembangan Instrument ... 66

F. Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 71

1. Profil Shafira Foundation ... 71

2. Identitas Responden ... 77

3. Langkah-langkah Pendampingan dengan Pendekatan Andragogi dalam Meningkatkan Perilaku Berwirausaha ... 80

4. Penerapan Prinsip Andragogi dalam Meningkatkan Perilaku Berwirausaha Mitra Binaan Melalui Pendampingan ... 90

5. Perubahan Perilaku Mitra Binaan Melalui Pendampingan Dengan Pendekatan Andragogi ... 92

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101

1. Langkah-langkah Pendampingan Dengan Pendekatan Andragogi dalam meningkatkan Perilaku Berwirausaha Mitra binaan ... 101

(8)

3. Perubahan Perilaku Mitra Binaan Melalui Pendampingan

Dengan Pendekatan Andragogi ... 111

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 118

B. Rekomendasi ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

2.1. Karakteristik Kewirausahaan 45

4.1 Penggolongan Responden 77

4.2 Perubahan Sikap dan Perilaku dalam Berwirausaha

Mitra Binaan Setelah Beberapa Kali Pertemuan Pendampingan 97

(10)

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

2.1. Kerangka Berfikir Penelitian 56

3.1. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) 70

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang ditandai dengan

banyaknya pembangunan di berbagai sektor. Banyaknya pembangunan di

berbagai sektor dimaksudkan agar dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong

era globalisasi. Jika dibandingkan dengan beberapa Negara di Eropa tentunya

Indonesia masih tertinggal cukup jauh, akan tetapi jika dibandingkan dengan

beberapa Negara di Asia Tenggara Indonesia hanya lebih baik dari IPM Myanmar

yang menduduki posisi 149, Kamboja 138, dan Timor Leste 134.

Human Development Index (HDI) Indonesia tahun 2013 menurut Human

Development Report 2013 (2013, hlm. 148-150) menduduki peringkat 121 dari

186 negara. Jika dibandingkan dengan Negara berkembang lainnya seperti China

101, Meksiko 61, dan Mesir 112 tentunya Indonesia masih jauh dari IPM yang

diharapkan dengan kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada

di Indonesia. Data tersebut menunjukan bahwa kondisi pembangunan sosial

ekonomi, tingkat kesejahteraan masyarakat, tingkat pendidikan serta tingkat

kesehatan masyarakat masih jauh dari yang diharapkan.

Indonesia sebagai Negara besar yang tergabung dalam kelompok

Negara-negara Asia Tenggara (Association South East Of Asian Nation) merupakan

Negara yang dalam tingkat perkembangan ekonominya belum begitu mapan.

Bahkan para ahli ekonom mengatakan, Negara Indonesia sebagai salah satu

Negara anggota ASEAN dalam tingkat persaingan ekonomi masih tertinggal

dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN lainnya.

Keterpurukan ekonomi Indonesia semakin menjadi ketika pada tahun 1997 terjadi

krisis yang berawal dari melemahnya nilai tukar rupiah. Indonesia mengalami

krisis berkepanjangan, sampai saat ini dampak keterpurukan ekonomi Indonesia

masih dirasakan ketidakstabilannya, meskipun saat ini kondisinya sedikit demi

(12)

Selama satu dekade terakhir Indonesia telah menunjukan peningkatan

substansial dalam indikator ekonomi dan sosial. Hal ini ditandai dengan

pengurangan kemiskinan secara bertahap baik itu di wilayah perkotaan dan

pedesaan. Meskipun pencapaian ini cukup mengesankan, akan tetapi 13 persen

penduduk masih dalam kemiskinan, dan 40 persen rumah tangga lainnya hidup

sedikit di atas garis kemiskinan dan rentan untuk jatuh ke dalam jurang

kemiskinan kembali.

Data yang dikeluarkan oleh BPS mengenai jumlah penduduk miskin di

Indonesia pada September 2013 mencapai 28,55 juta orang (11,47 persen). Hal ini

mengalami peningkatan dalam hal perbaikan tingkat kemiskinan jumlah penduduk

di Indonesia selama enam bulan terakhir yaitu pada bulan Maret 2013 penduduk

miskin sebesar 28,07 juta orang (11,37 persen). Apabila kita menengok ke

belakang, jumlah dan prosentase penduduk miskin di Indonesia menurun dari

tahun 2004 ke 2005. Akan tetapi pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin

mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena harga kebutuhan pokok

melambung tinggi yang digambarkan oleh inflasi sebesar 17,95 persen. Namun

sejak tahun 2007 sampai dengan Maret 2013 jumlah maupun prosentasi penduduk

miskin mengalami penurunan.

Menurut Syawie dalam Nainggolan (2012, hlm. 1) kemiskinan merupakan

kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak

dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermartabat. Kemiskinan telah membuat rakyat tidak dapat mengenyam

pendidikan yang layak, kesulitan memenuhi gizi dan kesehatan, kurangnya akses

ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial

dan perlindungan terhadap keluarga dan kemiskinan juga dapat menyebabkan

terbatasnya pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Hal ini yang

menyebabkan rendahnya tingkat Human Development Index pembangunan

manusia Indonesia, karena sulitnya mendapatkan pendidikan yang layak,

kesehatan yang terjamin dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Kemiskinan dapat dikatakan sebagai permasalahan yang sangat komplek dan

(13)

diperlukan solusi yang tepat dan terintegrasi dengan berbagai pihak dari berbagai

komponen serta bersifat berkelanjutan. Secara umum ada beberapa faktor yang

dapat menyebabkan kemiskinan, diantaranya adalah faktor pendidikan, ekonomi

dan kesehatan, dimana dari ketiga faktor tersebut dapat disebabkan baik itu secara

kultur dan juga structural.

Kemiskinan dapat mempengaruhi kehidupan keluarga dalam berbagai hal.

Dari perspektif orang miskin, Kempson (1996) dalam Nainggolan (2012, hlm. 2)

menunjukan:

“Bahwa kemiskinan berdampak pada empat bidang yang luas, yakni 1)

psikologis, dimana kemiskinan berkaitan dengan hilangnya harga diri, perasaan tak berdaya, kemarahan, kecemasan dan perasaan bosan sangat kuat; 2) fisik, yakni kemiskinan dianggap merusak kesehatan dan well-being; 3) relasional, yakni kemiskinan membuat hubungan sosial dan personal buruk; serta 4) praktis, dimana kemiskinan membatasi pilhan, belanja dan

pengasuhan anak.”

Tingkat kemiskinan suatu masyarakat dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

salah satunya adalah karena pengaruh globalisasi. Kemiskinan merupakan

keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan.

Kemiskinan dapat disebabkan karena sulitnya mendapatkan akses pendidikan

serta pekerjaan yang memadai dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dalam

hidupnya.

Kemiskinan di Propinsi Jawa Barat menurut Data Badan Pusat Statistik pada

bulan Maret 2014 sebesar 4.327.065 orang (9,44 persen). Data tersebut jika

dibandingkan data pada bulan September 2013 tingkat kemiskinan di Jawa Barat

menurun sebesar 48.107 orang (0,18 persen) dari data yang berjumlah 4.375.172

orang (9,61 persen). Salah satu kriteria kondisi masyarakat miskin yaitu

rendahnya tingkat pendapatan, tidak terpenuhinya pemenuhan kesehatan dan gizi

mereka. Rendahnya pendapatan masyarakat juga menyebabkan sulitnya

masyarakat dalam memperoleh pendidikan yang layak dan memadai. Rendahnya

pendidikan pada akhirnya dapat mengakibatkan terbatasnya akses lapangan kerja

(14)

Wilayah Kabupaten Bandung sebagai salah satu bagian dari Jawa Barat

seperti yang dikutip dari press release humas setda Kabupaten Bandung menurut

penuturan dari Wakil Bupati Bandung H. Deden R. Rumaji, M.Ap. ingin

menargetkan penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bandung pada tahun

2015 menjadi 7,42% dari 9,42% pada posisi tahun 2010. Dalam rangka

menanggulangi kemiskinan memang bukan pekerjaan yang mudah, yaitu dengan

melibatkan dari berbagai hal baik itu pemerintah, swasta dan kalangan masyarakat

sendiri.

Menurut Data BPS Kabupaten Bandung 2014, jika melihat Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebagai indikator yang menggambarkan

banyaknya penduduk yang bekerja pada usia kerja pada tahun 2013 Kabupaten

Bandung 65,47% dengan besaran persentase Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)

sebesar 89,81% dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 10,19%. Data

bukan angkatan kerja yaitu Ibu Rumah Tangga sebanyak 550.066 orang.

Sharp,et,al dalam Kuncoro (2003, hlm. 131) mengidentifikasi penyebab

kemiskinan yang dipandang dari segi ekonomi. Pertama, dilihat secara mikro

kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan kualitas sumberdaya yang

menyebabkan distribusi sumberdaya menjadi timpang, karena masyarakat miskin

hanya memiliki sumber daya yang sangat terbatas. Kedua, masyarakat miskin

memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, karena minimnya akses

pendidikan yang bisa diakses sehingga tingkat pendidikan dan pengetahuan pun

menjadi terbatas yang pada akhirnya upahnya pun rendah. Ketiga, kemiskinan

disebabkan karena perbedaan akses dalam modal.

Ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

adalah: jaminan ekonomi yang kurang, tidak memiliki pengalaman dalam arena

politik, tidak memiliki akses terhadap informasi yang lebih luas, kondisi finansial

yang tidak mendukung, ketiadaan pelatihan-pelatihan dan adanya ketegangan fisik

maupun emosional. Ketidakberdayaan yang dialami sekelompok masyarakat

merupakan hasil dari ketimpangan sosial yang ada di lingkungan masyarakat

sehingga mereka menganggap diri mereka lemah dan tidak berdaya karena

(15)

oleh para perempuan, dimana kemiskinan terjadi karena ketidaksamaan pemilikan

sumberdaya atau adanya ketimpangan dalam distribusi sumberdaya.

Pengentasan kemiskinan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari program

pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses

pembangunan dimana masyarakat memiliki inisiatif untuk memulai berbagai

kegiatan dalam rangka memperbaiki situasi dan kondisi mereka sendiri.

Pemberdayaan masyarakat dapat terjadi jika masyarakat terlibat secara langsung

serta turut berpartisipasi. Pemberdayaan masyarakat dinilai berhasil, jika

kelompok masyarakat menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai

subyek, artinya masyarakat berperan sebagai motor penggerak bukan saja hanya

sebagai penerima manfaat atau obyek saja.

Peran pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam

rangka mengurangi kemiskinan melalui konsep pembangunan partisipatif dengan

melibatkan masyarakat, dimana masyarakat umumnya bukan saja sebagai objek

tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang

dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar tumbuh dari

masyarakat sendiri (Bottom-up).

Pemerintah menanggulangi masalah kemiskinan dengan berbagai program

seperti PKH, Bantuan Sosial, PNPM dan beberapa program lain. Pemerintah pun

menerbitkan Undang-undang untuk mengeluarkan dana tanggung jawab sosial

perusahaan dalam rangka mengatasi permasalahan sosial seperti kemiskinan,

kesehatan dan kesejahteraan lainnya yang biasa disebut Corporate Social

Responsibility (CSR).

Program CSR atau Community Development yang dilakukan oleh pihak

swasta dapat berupa kemitraan, pendampingan, pemberian pinjaman lunak pada

kelompok usaha kecil dan menengah, pelatihan kewirausahaan, pelatihan

keterampilan kerja, pembinaan kelompok tani, pemberian beasiswa dan lain

sebagainya. Dari beberapa program tersebut diharapkan dapat membantu

masyarakat mencapai kondisi sosial ekonomi yang lebih baik sehingga dapat

(16)

Pada dasarnya tuntutan masyarakat dari program CSR ini adalah peningkatan

kesejahteraan, hal ini dapat diterjemahkan dengan adanya peningkatan

pertumbuhan dan pemerataan (growth and equity). Dalam hal ini dapat diartikan

sebagai adanya peningkatan laju investasi, pemberdayaan ekonomi pedesaan,

muncul wirausaha baru dipedesaan, peningkatan lapangan kerja, serta pemerataan

pendapatan dan kualitas akses bagi masyarakat.

Keberadaan CSR dari Shafira Corporation berupa Shafira Foundation dalam

salah satu programnya adalah membantu memberdayakan para

perempuan-perempuan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang memiliki kegiatan usaha.

Kegiatan usaha yang mereka jalani cenderung hanya untuk mengisi waktu luang

saja dan hanya sebagai tambahan untuk kebutuhan dapur, bukan dijadikan sebagai

sebuah kegiatan wirausaha yang serius untuk meningkatkan taraf ekonomi

keluarganya. Dengan adanya program dari Shafira Foundation ini diharapkan

kegiatan usaha yang dilakukan oleh ibu-ibu dapat semakin berkembang dan

menjadi kegiatan usaha yang dapat membantu kondisi ekonomi di lingkungan

keluarganya.

Melihat realitas yang ada saat ini, perempuan masih dianggap sebagai warga

kelas dua, artinya mereka dianggap sebagai kaum lemah yang tidak memiliki

kemampuan lebih dibandingkan dengan kaum lelaki. Perempuan dianggap sebagai

orang yang tidak memiliki tingkat pendidikan tinggi serta keterampilan yang tidak

mumpuni ketika mereka masuk ke dunia kerja.

Permasalahan yang terjadi selanjutnya yaitu para mitra binaan yang memiliki

kegiatan usaha tidak memiliki pengetahuan dan motivasi yang lebih dalam rangka

mengembangkan usaha yang dimiliki nya agar dapat membantu perekonomian

keluarga, kondisi yang ada saat ini yaitu mereka hanya menjalankan usaha

sekedarnya karena yang terpenting bagi mereka saat ini adalah setiap harinya ada

pemasukan untuk kebutuhan dapurnya.

Program yang dilakukan oleh Shafira Foundation dalam hal ini adalah

melakukan pendampingan berupa pemberian bekal tentang managemen

wirausaha, pembukuan kegiatan usaha, inovasi produk pemasaran dan lain-lain

(17)

keluarga dan pemahaman agama serta memberikan pinjaman modal lunak bagi

mereka yang memang membutuhkan tambahan modal untuk meningkatkan

kondisi usahanya.

Pemberian bantuan pinjaman modal atau bantuan modal usaha merupakan

langkah usaha sebagai salah satu cara memperluas seseorang untuk bekerja,

berusaha dan mengaktualisasikan potensi produksinya. Pemberian pinjaman

modal usaha ini harapannya adalah mereka bisa keluar dari kemiskinan seiring

dengan adanya peningkatan pendapatan. Jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh

kaum perempuan sebagai peserta binaan dengan tingkat ekonomi menengah

kebawah ini seperti perdagangan, pengolahan makanan industri berteknologi

rendah, konveksi, dan jasa.

Pendampingan dilakukan untuk mengawal atau memonitoring penggunaan

bantuan pinjaman agar digunakan sebagaimana mestinya untuk mengembangkan

usaha yang sudah dijalankannya. Pendampingan dilakukan dalam rangka

meningkatkan kapasitas sumber daya manusia berupa pemberian motivasi

kelompok dalam menjalankan usaha, pelatihan pembukuan dan perhitungan

akuntansi sederhana usaha, inovasi produk, cara memperluas pasar, latihan

membaca bagi yang buta huruf, gender, dan partisipasi terhadap lingkungan

masyarakat. Akan tetapi kegiatan pendampingan yang lebih ditekankan adalah

pada motivasi usaha, pembukuan dan akuntansi sederhana, inovasi produk dan

cara memperluas pasar dalam rangka pengembangan kegiatan usahanya. Kegiatan

pendampingan ini dilakukan oleh para field officer yang rutin datang dalam

kelompok masyarakat tersebut setiap satu minggu satu kali untuk memberikan

materi. Pendampingan yang dilakukan oleh para field officer Shafira Foundation

ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ife (2008, hlm. 558) yaitu sebagai

motivator, fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat dan peran-peran teknis.

Kegiatan pendampingan dilakukan sesuai dengan kesepakatan dan kesiapan

antara field officer dengan mitra binaan. Mitra binaan merupakan orang dewasa

antara usia 20 – 60 tahun sehingga mereka memiliki pengalaman dan kesibukan

yang berbeda-beda. Kesepakatan antara pendamping dengan mitra binaan

(18)

pembelajaran pada orang dewasa dapat berjalan efektif ketika peserta didik

memiliki kesiapan untuk belajar.

Seorang pendamping (field officer) bukan hanya sekedar orang yang mampu

berada di depan para kelompok binaan yang sedang diberikan materi

pembelajaran berkaitan dengan kewirausahaan dan kemudian membekali mereka

dengan sejumlah informasi tertentu, akan tetapi jauh lebih penting dari itu,

seorang field officer (pendamping) dituntut untuk mengelola kegiatan

pendampingan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa.

Sehingga diharapkan peserta program dapat mengikuti pembelajaran dengan

efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Peserta program LKM Kewirausahaan dari Shafira Foundation ini memiliki

berbagai macam latar belakang pendidikan, motivasi, kegiatan usaha, dan juga

usia yang berbeda. Menghadapi peserta dengan berbagai macam karakteristik

tentunya menuntut kemampuan dan keterampilan field officer untuk mengelola

kegiatan pembelajaran sesuai dengan berbagai macam karakteristik tersebut.

Pentingnya kegiatan pendampingan pada program LKM Kewirausahaan

Shafira Foundation yaitu kualitas pengelolaan pembelajaran dan pemahaman

mengenai managemen serta inovasi dalam kegiatan usaha merupakan komponen

yang sangat penting diperhatikan agar tujuan pendampingan program dapat

dicapai secara optimal. Berkaitan dengan hal tersebut perlu diteliti tentang

pengelolaan pembelajaran/pendampingan program dengan menggunakan

pendekatan andragogi terutama dalam penerapan prinsip-prinsip andragogi dalam

kegaitan pembelajarannya.

Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan dalam latar belakang ini berkaitan

dengan salah satu cara dalam rangka pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh

pihak swasta yang dalam hal ini dilakukan oleh CSR Shafira Corporation melalui

Shafira Foundation dengan program LKM Kewirausahaan, dimana sasaran

utamanya adalah perempuan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang memiliki

kegiatan usaha untuk dikembangkan melalui bantuan pinjaman modal serta

(19)

mengangkat penelitian yang berjudul “Studi Pendampingan Dengan Pendekatan Andragogi Dalam Meningkatkan Perilaku Berwirausaha

B. Identifikasi Masalah

Keberhasilan usaha seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal, faktor internal diantaranya adalah kemauan, sikap dan perilaku mitra

binaan sebagai perempuan yang menjalankan kegiatan wirausaha kecil dan

menengah, kemampuan usaha dan juga kelemahan yang dimilikinya, sedangkan

faktor eksternal dalam hal ini diantaranya adalah kesempatan dan peluang,

bantuan pinjaman modal, dan pendampingan oleh field officer.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan dapat diidentifikasi

masalah yang dihadapi adalah:

1. Kondisi para mitra binaan yang merupakan ekonomi menengah ke bawah

memiliki keterbatasan modal dalam rangka mengembangkan usahanya;

2. Terbatasnya pengetahuan para mitra binaan tentang pengembangan usaha,

sehingga para mitra binaan tidak mengetahui bagaimana mengelola usaha

yang mereka jalankan agar selalu berkembang;

3. Daya dukung pemerintah setempat yang cukup baik dalam rangka membantu

para warga nya untuk maju, akan tetapi tidak ada orang-orang yang

membantu untuk menggerakan dan memberikan pengetahuan berkaitan

dengan pengembangan bisnis usaha kecil.

4. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh mitra binaan yang mayoritas

merupakan pedagang kecil, hanya berpikir untuk sekedar menjalankan

usahanya saja tanpa memikirkan untuk mengebangkan usahanya sehingga

dapat membantu ekonomi di dalam keluarganya menjadi lebih baik.

5. Karakteristik mitra binaan berdasarkan usia berbeda-beda, yaitu pada rentang

usia 20-60 tahun serta latar belakang pendidikan yang berbeda-beda pula

akan tetapi sebagian besar pendidikan mitra binaan hanya sampai pada

Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan usaha yang dijalankan oleh mitra

binaan pun berbeda-beda. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

(20)

melalui pendampingan ini, metode pembelajaran orang dewasa (andragogi)

akan sangat tepat digunakan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah, maka dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana pendampingan dengan

pendekatan andragogi dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan

pada program LKMK Shafira Foundation ?”

Dari uraian di atas, batasan masalah penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah pendampingan dengan pendekatan andragogi

dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan ?

2. Bagaimana penerapan prinsip andragogi dalam meningkatkan perilaku

berwirausaha mitra binaan melalui pendampingan ?

3. Bagaimana perubahan perilaku berwirausaha mitra binaan melalui

pendampingan dengan pendekatan andragogi ?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan penelitian di atas, tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh data tentang langkah-langkah pendampingan dengan

pendekatan andragogi dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra

binaan;

2. Untuk memperoleh data tentang penerapan prinsip andragogi dalam

meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan melalui pendampingan;

3. Untuk memperoleh data tentang perubahan perilaku mitra binaan melalui

pendampingan dengan pendekatan andragogi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu manfaat secara

(21)

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan keilmuan terutama dalam kajian-kajian pendidikan Nonformal

khususnya pada bidang pendampingan dan pemberdayaan masyarakat.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dalam

peningkatan ekonomi kecil di masyarakat khususnya dalam pendampingan

program, bantuan modal usaha, dan perilaku wirausaha masyarakat dalam

rangka mengentaskan kemiskinan di masyarakat melalui kegiatan

kewirausahaan.

2. Secara Praktis

a. Memberikan sumbangan nyata mengenai ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan kewirausahaan, pemberdayaan ekonomi masyarakat,

pendampingan atau pembimbingan usaha dalam rangka meningkatkan

pendapatan pada perempuan wirausaha di pedesaan dengan tingkat

ekonomi menengah ke bawah

b. Meningkatkan wawasan dan kemampuan penelitian untuk peneliti lebih

lanjut, khususnya pada kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat,

kewirausahaan dan pendampingan program kewirausahaan.

F. Struktur Organisasi Tesis

BAB I : Pendahuluan, dimana didalamnya membahas latar belakang

masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, paradigm penelitian, hipotesis penelitian, metodologi penelitian

dan struktur organisasi tesis.

BAB II : Kajian pustaka, Kerangka Pemikiran yang berisi mengenai

konsep/teori/dalil/hukun dan turunannya dalam bidang yang dikaji, penelitian

terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti termasuk prosedur, subjek

dan temuannya,

BAB III : Metode penelitian yang berisi penjabaran mengenai: lokasi dan

(22)

variabel. Uji validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data dan teknik

pengolahan dan analisis data.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan data

analisis data untuk menghasilkan temuan, serta pembahasan dan analisis

temuan

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2008, hlm. 2) pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Metode penelitian yang menggunakan cara ilmiah ini diharapkan data

yang didapat adalah data yang obyektif, valid dan reliable. Metode penelitian

bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif studi kasus. Penelitian

deskriptif dikemukakan oleh Subana dan Sudrajat (2005, hlm. 89) yaitu

menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel

dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikannya secara

apa adanya. Pada penelitian deskriptif peneliti tidak melakukan pengontrolan

keadaan saat penelitian berlangsung, seperti pemberian treatment dan control

terhadap variabel luar.

Menurut Surakhmad (1994, hlm. 139) metode deskriptif adalah menurutkan

dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami satu

hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak, atau tentang suatu proses

yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang muncul,

kecenderungan yang Nampak, pertentangan yang meruncing dna sebagainya.

Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu masalah yang ada pada masa

sekarang mengenai realitas sosial yang sebenarnya. Penggunaan metode deskriptif

digunakan dalam rangka mendeskripsikan atau menggambarkan tentang

pendampingan wirausaha kepada para mitra binaan Shafira Foundation dengan

pendekatan andragogi dalam meningkatkan perilaku berwirausaha para mitra

binaan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.

(24)

lebih mendalam tentang pendampingan program kewirausahaan berbasis

andragogy. Penelitian kualitatif menurut Creswell (2012, hlm. 4) yaitu:

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang – oleh sejumlah individu atau sekelompok orang – dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis dara secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (adaptasi dari Creswell, 2007).

Pendekatan kualitatif digunakan dalam rangka menggali kondisi di lapangan

melalui pengamatan yang akurat. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan studi

terhadap situasi yang terjadi pada individu-individu secara mendalam dan

menyeluruh mengenai proses pendampingan dengan berbasis pendidikan orang

dewasa yang diterapkan pada program LKM Kewirausahaan mitra binaan Shafira

Foundation di Kabupaten Bandung.

Dalam penelitian ini peneliti ingin memperoleh gambaran yang rinci dan

mendalam serta keseluruhan fakta tentang proses pendampingan program

kewirausahaan dengan pendekatan andragogi pada LKM Kewirausahaan Shafira

Foundation dalam meningkatkan perilaku berwirausaha. Pada penelitian tentang

proses pendampingan akan melihat kegiatan fasilitator (field officer), pengelola

(manager operasional), dan mitra belajar.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini pada hakekatnya ingin mengungkapkan secara mendalam

bagaimana pendampingan yang dilakukan oleh field officer, penggunaan

pendekatan andragogi dalam kegiatan pembelajaran, dan perubahan perilaku

berwirausaha yang terjadi pada mitra binaan Shafira Foundation setelah adanya

kegiatan pendampingan.

Penelitian ini diawali dengan melihat kondsi objektif pendampingan program

(25)

memperoleh data dari informan peneliti menggunakan pengambilan data

berdasarkan data primer dan sekunder. Informasi untuk mengetahui

langkah-langkah pendampingan dengan pendekatan andragogi dalam meningkatkan

perilaku berwirausaha. Informasi untuk mengetahui penerapan prinsip andragogi

pada pendampingan program LKM Kewirausahaan dalam meningkatkan perilaku

berwirausaha. Dan informasi untuk mengetahui perubahan perilaku mitra binaan

pada pendampingan program LKM kewirausahaan dengan pendekatan andragogi

dalam meningkatkan perilaku berwirausaha. Data-data tersebut di dapatkan

melalui wawancara, dan observasi baik itu dari pendamping, manager operasional

dan juga mitra binaan Shafira Foundation.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Bandung, hal ini dikarenakan sebagian

besar mitra binaan dari program LKM Kewirausahaan Shafira Foundation berada

di wilayah Kabupaten Bandung yang berjumlah lebih dari 35 kelompok binaan.

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,

melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu

tentang situasi sosial dalam penelitian. Penentuan subjek dalam penelitian

ditentukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan

tertentu. pertimbangan tertentu ini, misalnya responden dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin responden dianggap sebagai orang

yang mumpuni akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang

diteliti.

Menurut Spradley dalam Sugiyono (2008, hlm. 221) mengemukakan bahwa,

situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang

didalamnya menjaid semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya

dinyataka bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya

yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,

(26)

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti;

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi;

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasanya”

sendiri;

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga

lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Subjek kajian pada penelitian ini adalah menager operasional, pendamping

(field officer), mitra binaan dan keluarga mitra binaan pada program Lembaga

Keuangan Mikro Kewirausahaan Shafira Foundation. Mengacu pada apa yang

sudah diungkapkan di atas mengenai penentuan kriteria subjek penelitian pada

penelitian pendampingan dengan pendekatan andragogi dalam meningkatkan

perilaku berwirausaha mitra binaan yaitu 2 (dua) orang karyawan Shafira

Foundation yaitu 1 (satu) orang manager operasional, dan 1 (satu) orang field

officer, selanjutnya 3 (tiga) orang mitra binaan dan 1 (satu) orang suami mitra

binaan.

Pemilihan dari para informan yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini

adalah bahwa manager atau pengelola pada program LKM Kewirausahaan Shafira

Foundation hanya berjumlah 1 (satu) orang, sehingga tidak ada pilihan lain.

Selanjutnya untuk pemilihan pendamping didasarkan pada masukan dari informan

kunci dilihat dari kelebihan yang dimiliki oleh pendamping pada saat melakukan

pendampingan kepada mitra binaan. Sedangkan pemilihan mitra binaan dipilih

dari mitra binaan yang aktif, berkembang dalam hal usaha dan pengetahuan

berwirausaha, dan sudah lama mengikuti program LKM Kewirausahaan Shafira

Foundation. 1 orang suami mitra binaan yang selalu mendukung istrinya dan aktif

memberikan masukan selama kegiatan pendampingan berlangsung, Sehingga

keseluruhan subjek penelitian berjumlah 6 orang. untuk keperluan triangulasi

peneliti menetapkan informan yaitu manager operasional yang melaksanakan

monitoring pendampingan LKM Kewirausahaan Shafira Foundation dan peserta

(27)

dengan penelitian ini sehingga data yang diperoleh lengkap, objektif, terperinci,

akurat dan terpercaya.

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Bandung , hal ini dikarenakan sebagian

besar kelompok binaan dari program LKM Kewirausahaan Shafira Foundation

berada di wilayah Kabupaten Bandung terutama wilayah Rancaekek dengan

jumlah kelompok lebih dari 35 kelompok binaan.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang

sedang diteliti. berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, beberapa

istilah atau definisi operasional dalam penelitian perlu dijelaskan agar tidak

menimbulkan kesalahan pengertian. Berikut penjabaran tentang definisi

operasional:

1. Pendampingan

Pendamping berasal dari kata “Damping” yang berarti sejajar (tidak ada kata

atasan atau bawahan). Pendampingan pada dasarnya merupakan upaya untuk

menyertakan masyarakat dalam pengembangan berbagai potensi yang dimiliki

sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Pendampingan

dapat diartikan juga sebagai bantuan dari pihak luar, baik bagi perorangan ataupun

kelompok untuk menumbuhkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan

dan pemecahan permasalahan. Pendampingan diupayakan dalam rangka

menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar masyarakat yang didampingi

dapat hidup secara mandiri.

Suharto (2010, hlm. 93) mengungkapkan pendampingan merupakan strategi

yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat.

Pendamping sosial berpusat pada empat bidang tugas dan fungsi, yaitu:

pemungkinan (enabling) atau fasilitasi, penguatan (empowering), perlindungan

(protecting), dan pendukung (supporting).

Yang dimaksud pendamping pada penelitian ini adalah karyawan Shafira

Foundation atau disebut juga sebagai field officer yang mendampingi dan

(28)

usaha para mitra binaan agar usahanya terus berkembang, memiliki tambahan

pengetahuan, membantu ekonomi keluarga dan hidup mandiri. Pendampingan

dilakukan setiap satu minggu satu kali selama 1 tahun yang dibagi menjadi 2

periode, periode pertama dilakukan dalam waktu satu semester atau 6 (enam)

bulan dan periode kedua pun dilakukan selama 6 (enam) bulan.

2. Andragogi

Pendidikan orang dewasa atau biasa dikenal dengan andragogi dirumuskan

sebagai proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara

berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan

bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya

sendiri. Penelitian mengacu pada apa yang diungkapkan oleh Knowless, dimana

andragogi adalah teori belajar yang tepat untuk orang dewasa. Pendidikan orang

dewasa lebih mengarahkan terhadap pengalaman dan kebutuhan belajar mitra

binaan LKM Kewirausahaan Shafira Foundation. Konsepsi pokok andragogi

adalah sebagai berikut: (1) orang dewasa memeiliki keingintahuan terhadap

sesuatu; (2) orang dewasa memiliki konsep diri; (3) orang dewasa memiliki

akumulasi pengalaman yang dapat diintegrasikan untuk memecahkan

permasalahan yang dihadapinya; (4) motivasi dalam diri; (5) kesiapan untuk

belajar; (6) orientasi untuk belajar; dan (7) suasana pembelajaran yang

menyenangkan.

Orang dewasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para mitra binaan

yang mengikuti program LKM Kewirusahaan Shafira Foundation dengan kategori

ibu-ibu rumah tangga yang memiliki kegiatan usaha yang sudah berjalan dengan

rentang usia antara 20 – 55 tahun, dengan berbagai pengalaman yang dimilikinya

terutama dalam hal berwirausaha, para field officer membantu memberikan

pendampingan kepada para mitra binaan agar adanya peningkatan perubahan

perilaku berwirausaha mitra binaan dalam meningkatkan kemandirian serta

ekonomi dalam keluarganya. Pembelajaran yang dilakukan oleh filed officer

selalu menghubungkan materi pembelajaran dengan pengalaman para mitra

binaan agar dirasakan langsung dan dapat langsung diaplikasikan dalam kegiatan

(29)

Langkah-langkah yang dilakukan oleh field officer dalam rangka membantu

para mitra binaan belajar tentang pengembangan usaha melalui pendekatan

andragogi dalam setiap pertemuannya, yaitu sebagai berikut: 1) menciptakan

iklim belajar yang kondusif agar mitra binaan merasa nyaman dan merasa dihargai

ketika pembelajaran berlangsung; 2) merencanakan kegiatan secara bersama

antara field officer dengan mitra binaan; 3) mengidentifikasi minat dan kebutuhan;

4) merumuskan tujuan belajar; 5) merancang kegiatan belajar; 6) melaksanakan

kegiatan belajar; dan 7) mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan

minat dan kebutuhan).

3. Perilaku Berwirausaha

Perilaku menurut Notoadmojo (2007, hlm. 13) adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung. Perilaku sangat menentukan tingkat kesuksesan atau

keberhasilan seseorang dalam melakukan segala kegiatan dalam rangka

peningkatan tarah hidupnya. Sikap dalam berwirausaha merupakan

kecenderungan untuk beraksi secara efektif dalam menangani resiko yang akan

dihadapi dalam bisnis.

Perilaku berwirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku

berwirausaha mitra binaan yang memiliki berbagai jenis usaha kecil. Perilaku

terpenting bagi mitra binaan sebagai wirausahawan kecil yaitu memiliki sifat

bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani mengambil

resiko untuk mewujudkan gagasannya dalam rangka mengembangkan usahanya.

Perubahan perilaku berwirausaha mitra binaan dapat dirubah dengan memberikan

berbagai macam pengetahuan yang menurut para mitra binaan baru dalam

pengelolaan usaha, memberikan motivasi dengan memberikan inspirasi dari

orang-orang yang sudah sukses dalam mengembangkan usaha sehingga dapat

meningkatkan perilaku berwirausaha dan peningkatan penghasilan mitra binaan

(30)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2008, hlm. 224) merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian yaitu mendapatkan data. Pada dasarnya penelitian jika tidak

memperhatikan teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap data tentang pendampingan

dengan pendekatan andragogi dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra

binaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara menurut Sugiyono (2008, hlm. 231) merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. wawancara dilakukan untuk

memperoleh informasi secara langsung dari sumber nya (Riduwan; 2013, hlm.

102).

Wawancara dilakukan melalui pertanyaan terbuka agar data yang didapatkan

lebih mendalam serta mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam.

Pada penelitian ini yang menjadi interviewee adalah manager operasional,

Pendamping (field officer), mitra binaan dan keluarga dari mitra binaan LKM

Kewirausahaan untuk mengetahui pendampingan dengan pendekatan andragogi

dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan.

2. Observasi

Menurut Creswell (2012, hlm. 267) observasi dalam penelitian kualitatif

merupakan observasi dimana peneliti langsung turun ke lapangan untuk

mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Observasi

merupakan kegiatan peneliti untuk mengumpulkan data dengan mengamati atau

terlibat secara aktif di dalamnya. Teknik pengumpulan data dengan observasi

digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,

(31)

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan mengamati secara langsung

kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh field officer kepada mitra binaan

dalam rangka memberikan pemahaman tentang pengembangan usaha sederhana.

Peneliti menggunakan instrument berupa pedoman observasi untuk

mempermudah dalam melakukan observasi.

Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh field officer dan mitra binaan pada saat pertemuan berlangsung yang

dilaksanakan selama kurun waktu 4 (empat) bulan, dari bulan November 2014 –

Maret 2015. Observasi yang dilakukan yaitu dengan mengamati secara langsung

dan ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh pendamping baik itu ketika

menyiapkan tools yang diperlukan ketika akan memulai pendampingan maupun

ketika pendampingan berlangsung. Salah satu kegiatan pendampingan yang

dilakukan oleh field officer adalah berkunjung langsung melihat kondisi usaha

yang dilakukan oleh mitra binaannya. Alat yang digunakan pada saat observasi

yaitu pedoman observasi dan kamera.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan lebih kredibel

jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Studi dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui studi-studi

terdahulu seperti arsip, pendapat, teori-teori, dalil, hukum dan lain-lain.

Studi dokumentasi pada penelitian ini adalah seluruh dokumen yang

berhubungan dengan judul penelitian yaitu pendampingan dengan pendekatan

andragogi dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan.

4. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugiyono (2008, hlm. 241) diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi bertujuan untuk

mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data yang diteliti dengan

(32)

kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada

pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya.

Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga

dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi juga dapat berguna untuk

menyelidiki validitas tafsiran terhadap data, karena triangulasi bersifat reflektif.

Triangulasi pada penelitian ini menggunakan tirangulasi teknik dan sumber

pengumpulan data.

Triangulasi teknik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda kepada setiap field officer, mitra binaan dan

manager operasional melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama. Sedangkan triangulasi sumber dilakukan dengan

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan satu informasi yang

diperoleh dari setiap obyek penelitian. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu,

maka ditempuh langkah sebagai berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan field officer, mitra binaan, manager

operasional dan keluarga mitra binaan.

c. Membandingkan apa yang dikatakan subyek penelitian tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

E. Proses Pengembangan Instrument

Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian. Penelitian kualitatif dapat berupa gambar, kata, dan atau benda

lainnya yang tidak berupa angka. Penelitian kualitatif pada prinsipnya yang

menjadi instrument penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Syarat utama instrument yang baik adalah valid dan reliable. Validitas merupakan

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang

dapat dilaporakan oleh peneliti, artinya data yang dilaporakan oleh peneliti “tidak berbeda” dengan data yang terjadi pada objek penelitian. Sedangkan reliabilitas

(33)

Instrument pada penelitian kualitatif berupa format wawancara dan observasi,

format wawancara dan observasi yang disusun merupakan hasil kajian teoritik

tentang substansi yang akan diteliti. Penarikan kesimpulan hasil penelitian

dipengaruhi oleh kesesuaian dan keabsahan data penelitian. Data dalam penelitian

dikumpulkan melalui bantuan instrument penelitian. Oleh sebab itu kemampuan

instrument dalam mengungkap data penelitian yang dituju menjadi pertimbangan

yang penting.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2008, hlm.

270) meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas

eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Berikut

ini adalah penjelasannya:

1. Uji kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif

antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,

analisis kasus negative dan membercheck.

2. Uji transferabilitas

Uji transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajad ketepatan atau hasil

penelitian dapat diterapkan ke populasi di mana sampel tersebut diambil.

Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian

dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, supaya

orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti

dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,

sistematis, dan dapat dipercaya.

3. Uji depenabilitas

Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan

proses penelitian. Jika peneliti tidak mempunyai dan tidak dapat menunjukan

jejak aktivitas kegiatan penelitian di lapangannya maka depenabilitas

(34)

4. Uji konfirmabilitas

Uji konfirmability dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji dependability,

sehingga pengujiannya dapat dilakukan bersama-sama. Dengan menguji

konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang

dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari penelitian yang

dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.

F. Analisis Data

Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2008, hlm. 244) analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga mudah difahami, dan

temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data menurut Creswell

(2012, hlm. 274) adalah sebagai berikut:

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengunpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2008, hlm. 246) mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,sehingga datanya jenuh. Aktivitas

dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, and conclusion

drawing/verification.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah membuat abstraksi atau merangkum data dalam suatu

laporan yang lebih sistematis yang difokuskan pada hal-hal yang inti atau penting.

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya kembali bila diperlukan. Reduksi data merupakan bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, dan

(35)

Dalam hal ini, peneliti menemukan komponen-komponen yang terdapat pada

pertanyaan penelitian yaitu langkah-langkah pendampingan dengan pendekatan

andragogy dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan, penerapan

prinsip andragogy dalam meningkatkan perilaku berwirausaha mitra binaan

melalui pendampingan, serta perubahan perilaku mitra binaan melalui

pendampingan.

2. Display Data (Data Display)

Display data dilakukan untuk mempermudah melihat gambaran penelitian

secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Penyajian

data berfungsi untuk melihat data yang lebih terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga akan mudah di fahami. Pada penelitian kualitatif data

bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya.

Pada penelitian ini setelah data-data didapatkan, maka peneliti melakukan

kategorisasi dan klasifikasi agar lebih berurutan dan sistematis berkaitan dengan

pendampingan yang dilakukan oleh field officer kepada mitra binaan dalam

rangka perubahan perilaku berwirausaha mitra binaan. Data yang diperoleh ini

disajikan peneliti dengan cara memisahkan indikator yang satu dengan yang

lainnya agar pembahasan yang diungkapkan dapat tersusun dengan baik.

3. Kesimpulan (Conclusion)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang sudah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena

seperti telah dikemukakan bawha masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada

di lapangan. Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat

berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Proses atau langkah aktivitas analisis yang dilakukan dalam penelitian

(36)

Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model)

Sumber: Miles and Huberman (Sugiyono, 2008, hlm. 247)

Data Collection

Data Reduction

Data Display

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam menganalisis

pendampingan dengan pendekatan andragogi dalam meningkatkan perilaku

berwirausaha pada program LKM Kewirausahaan Shafira Foundation, didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum langkah-langkah pendampingan dengan pendekatan andragogi

yang dilakukan oleh Shafira Foundation melalui program Lembaga Keuangan

Mikro Kewirausahaan terhadap mitra binaan berjalan dengan baik. Sistem

pendampingan yang dilakukan dengan langkah memfasilitasi mitra binaan

sesuai dengan kebutuhan mitra binaan, yaitu dengan cara pemberian pinjaman

modal dan materi-materi yang sesuai dengan kondisi usaha mitra binaan.

Langkah selanjutnya yaitu langkah motivasi, yaitu dengan memberikan

motivasi kepada mitra binaan agar selalu bersemangat berwirausaha. Dan

langkah selanjutnya yaitu langkah katalisasi, yaitu dengan menghubungkan

mitra binaan dengan pasar yang lebih luas dalam rangka membantu

meningkatkan penghasilan mitra binaan.

2. Penerapan prinsip andragogi pada kegiatan pendampingan dilakukan dengan

cara membimbing, membantu dan mengarahkan mitra binaan sebagai seorang

dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Keberhasilan pendampingan

dapat dilihat dari pendekatan penyampaian materi yang digunakan ketika

pertemuan berlangsung. Upaya yang dilakukan dalam rangka memperkuat

kegiatan pendampingan yaitu dengan cara menciptakan iklim belajar yang

kondusif sesuai dengan karakteristik orang dewasa, menyampaikan tujuan

belajar, materi-materi yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan

pengalaman peserta, mitra binaan di dorong agar lebih aktif ketika pertemuan

berlangsung, metoda dan strategi pembelajaran serta media yang digunakan

(38)

perbaikan baik itu dalam program pendampingan ataupun kondisi usaha para

mitra binaan.

3. Pendamping dalam setiap pertemuannya membangkitkan semangat kepada

para mitra binaan agar dapat lebih percaya diri dalam berwirausaha dengan

memberikan chalange agar usaha mitra binaan dapat lebih meningkat. Selama

kegiatan pendampingan berlangsung mitra binaan menjadi orang yang lebih

bekerja keras dengan memiliki target yang harus dicapai setiap harinya dan

ingin selalu menambah kapasitas usaha yang dimilikinya. Mitra binaan berani

mengambil resiko dengan mencoba menambah jenis usaha agar dapat

meningkatkan jumlah konsumen. Meskipun usaha yang dijalankannya masih

sangat kecil tapi diperlukan mitra binaan yang mampu mengelola dan

memimpin usahanya dengan baik agar apa pun yang terjadi baik itu dalam

pengelolaan keuangan atau pun pengambilan keputusan ketika terjadi sesuatu

pad ausahanya dapat di manage dengan tepat. Mitra binaan pun mulai jeli

melihat peluang-peluang yang ada di lingkungan sekitarnya dengan berfikir

lebih kreatif dan inovatif, hal ini dilakukan guna masa depannya kelak baik

itu bagi keluarganya ataupun bagi anak-anaknya kelak.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis

menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Shafira Foundation

Sebagai pengelola program LKM kewirausahaan, peningkatan mutu sumber

daya manusia sangat penting dilakukan. Sebagai CSR sebuah perusahaan

besar tentunya harus memiliki implikasi yang dirasakan langsung manfaatnya

oleh masyarakat sekitar. Bantuan yang diberikan berupa peningkatan

kemampuan baik itu wawasan, pengetahuan, keterampilan, kesadaran,

motivasi dan lain sebagainya kepada masyarakat agar menjadi lebih baik.

Kegiatan yang saat ini sudah dijalankan yaitu pendampingan melalui program

LKM kewirausahaan dapat lebih di manage dengan baik serta dapat lebih

(39)

masing-masing mitra binaan agar lebih banyak lagi mitra binaan yang merasakan

hidupnya menjadi lebih baik. Serta perlu diberikan pemahaman lebih jauh

kepada para field officer tentang memahami bagaimana orang dewasa belajar,

terutama kepada para mitra binaan yang belajar mengenai pengembangan

usaha berdasarkan pengalamannya.

2. Kepada para mitra binaan agar selalu terus untuk belajar, kreatif dan inovatif

agar usaha yang sudah berjalan terus exist dan terus berkembang dalam

rangka membantu perekonomian keluarga serta untuk peningkatan

pendidikan serta kesehatan anak-anaknya kelak di masa yang akan datang.

3. Kepada peneliti selanjutnya yaitu bahwa penelitian yang penulis lakukan

masih banyak terdapat kekurangan serta keterbatasan, sehingga akan

mempengaruhi hasil penelitian dan tentunya diperlukan pengembangan lebih

lanjut mengenai penelitian ini. Penelitian lanjutan dapat dilakukan melalui

pendekatan yang sama ataupun pendekatan yang berbeda dari yang sudah

dilakukan oleh penulis. Penulis juga menyarankan kepada peneliti selanjutnya

untuk mengembangkan penelitian ini dengan memperkaya kajian teori

dengan lebih dalam, sehingga dapat lebih dimanfaatkan oleh para praktisi

dalam rangka peningkatan kualitas pemberdayaan masyarakat di bidang

(40)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Abdulhak, I. (1995). Metodologi Pembelajaran Pada Orang Dewasa. Bandung: Cipta Intelektual.

Alma, B. (2000). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Anwas, O.M. (2003). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung: Alfabeta.

Arif. Z. (1990). Andragogi. Bandung: Angkasa.

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Creswell, J.W. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Drucker, P. F. (1994). Innovation and Entrepreneurship, Practice and Principles. Jakarta: Gelora Aksara Pratama Erlangga.

Hasibuan, M. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendro. (2011). Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.

Heru, K. R. (2009). Kewirausahaan Entrepreneurship Pendekatan Manajemen

dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ife, Jim and Frank Tesoriero. (2008). Analisis Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamil, M. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Knowles, M.S, et al. (2005). The Adult Learner, Sixth Edition. California: Elsavier.

Kuncoro, M. (1987). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta.

(41)

Meng, L.A & Liang, T.W. (1996). Entrepreneurs, Entrepreneurship &

Entreprising Culture. Paris: Addison-Wisley Publishing Company.

Moleong, J.L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nainggolan, T. (2012). Program Keluarga Harapan di Indonesia: Dampak Pada

Rumah Tangga Sangat Miskin di Tujuh Provinsi. Jakarta: P3KS Press.

Notoadmojo, S. (2007). Penddikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rukka, R.M. (2011). Buku Ajar Kewirausahaan-1. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan. Universitas Hasanuddin.

Sadulloh. U. (2004). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Soegoto, E.S. (2009). Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: Gramedia.

Subana, M. dan Sudrajat (2005). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sudjana D. (2004). Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung

dan Asas Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

Sudjana D. (2005). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharto, E. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika Aditama: Bandung.

Gambar

Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model)

Referensi

Dokumen terkait

Pada situasi ketika merek baru perlu diterapkan untuk suatu produk baru atau segmen pasar baru, sering kali lebih efektif jika merek baru tersebut dikombinasikan dengan

P., 1998, “The Contemporary Asian American experience: beyond the model minority myth” Prince-Hall Inc.. Glazer, N., 1975, Affirmative Discrimination: Ethnic Inequality and

Selanjutnya tahap pelaksanaan yaitu menyerahkan surat ijin penelitian ke RSGM UMY, menyeleksi data pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi, mendata identitas

Berdasarkan penuturan dari beberapa informan penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap suatu organisasi memiliki satuan ukur yang dapat diukur baik dari sebuah

Konsentrasi fosfat yang terlalu rendah dikhawatirkan tidak mampu mengikat ion-ion penyebab pengerakan, sedangkan apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya

Stoner, Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya

Perkembangan kemandirian pada anak usia dini menurut Azizi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada anak usia dini memiliki perkembangan kemandirian yang

Syarat batas adalah syarat-syarat tertentu atau kondisi-kondisi tertentu yang terlibat dalam persamaan diferensial parsial untuk membantu mencari solusi persamaan diferensial