• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Prioritas Masalah Di Pkm Bareng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan Prioritas Masalah Di Pkm Bareng"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tujuan umum pembangunan kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan yang optimal secara fisik, mental, dan sosial serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Akar permasalahan dari kurang memuaskannya kinerja pembangunan kesehatan disebabkan bukan merupakan arus pembangunan nasional. Anggaran pembangunan kesehatan di Indonesia masih sangat kecil, yaitu hanya sekitar 2% dari anggaran tahunan pembangunan nasional. Akibatnya banyak program pembangunan kesehatan yang penting untuk diselenggarakan terpaksa atau dilaksanakan secara kurang memadai.

Selain itu, pengetahuan masyarakat tentang hidup sehat juga sangat minim. Untuk itu, peran petugas kesehatan sangat mutlak diperlukan demi terwujudnya masyarakat yang sehat secara fisik, mental, maupun sosial.

Kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa STIKES ICME Jombang di Puskesmas Bareng meliputi kegiatan praktik manajemen kebidanan. Selain itu, dalam kegiatannya di Puskesmas Bareng, mahasiswa diharapkan dapat memahami struktur organisasi dan manajemen serta kegiatan yang meliputi pengenalan wilayah, analisis masalah, menganalisis penyebab, dan mencari alternatif pemecahan masalah.

Dengan adanya pengalaman belajar di lahan praktik ini, diharapkan mahasiswa STIKES ICME Jombang akan mendapatkan bekal yang cukup untuk terjun ke masyarakat, serta dapat mengenal dan menghayati aspek kesehatan dalam kontek kehidupan masyarakat, serta belajar memecahkan masalah baik di bidang kesehatan maupun non kesehatan.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen kebidanan di Puskesmas Bareng selama 2 minggu mahasiswa diharapkan mendapatkan

(2)

pengalaman nyata tentang peran tugas bidan di masyarakat terutama di puskesmas serta dapat mengemban sikap profesional dalam melaksanakan asuhan kebidanan dan mengikut sertakan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen kebidanan selama 2 minggu di Puskesmas Bareng diharapkan mahasiswa dapat:

1. Mengenal data umum di wilayah kerja Puskesmas Bareng.

2. Mengetahui program Puskesmas Bareng serta masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja di Puskesmas Bareng.

3. Mempelajari masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bareng.

4. Mempelajari permasalahan sesuai dengan data yang ada. 5. Mempelajari permasalahan prioritas.

6. Mempelajari penyebab masalah prioritas

7. Mempelajari alternatif pemecahan masalah sesuai dengan prioritas masalah yang sudah ditentukan.

8. Melaksanakan pembuatan laporan hasil praktik manajemen kebidanan di Puskesmas Bareng.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan ini di uraikan dalam 5 BAB yaitu: BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

1.3 Sistematikan Penulisan 1.4 Pelaksanaan

BAB II LANDASAN TEORI MANAJEMEN BAB III GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

(3)

3.1.2 Data Demografis 3.2 Visi dan Misi Puskesmas 3.3 Sarana Upaya Kesehatan

3.3.1 Sumber Dana 3.3.2 Sarana Kesehatan 3.3.3 SDM

3.3.4 Struktur Organisasi

3.4 Data Standart Pelayanan Minimal (Januari s/d Desember 2010) 3.5 Data Pencapaian Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng BAB IV ANALISIS DATA

4.1 Permasalahan 4.2 Prioritas Masalah 4.3 Penyebab Masalah

BAB V PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH 5.1 Alternatif Pemecahan Masalah

5.2 Prioritas Pemecahan Masalah BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan 6.2 Saran

1.4 PELAKSANAAN 1.4.1 Waktu pelaksanaan

Praktik manajemen kebidanan di Puskesmas Bareng ini dilaksanakan pada tanggal 27 desember s/d 08 januari 2011.

1.4.2 Lokasi pelaksanaan

Kegiatan praktik manajemen kebidanan di puskesmas bertempat di Puskesmas Bareng jalan dr.Sutomo no.47 Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

1.4.3 Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data sekunder.

(4)

1.4.4 Langkah Kerja

Adapun langkah kerja mahasiswa adalah:

1. Pertemuan, orientasi dan mengamati lapangan wilayah kerja serta perkenalan dengan staf karyawan Puskesmas Bareng.

2. Mempelajari sistem kerja Puskesmas Bareng. 3. Mengumpulkan data skunder dari 9 indikator kerja. 4. Mengolah data.

5. Menganalisis dan merumuskan permasalahan. 6. Menentukan masalah prioritas.

7. Menganalisis penyebab masalah.

8. Menyusun alternatif pemecahan masalah. 9. Menetapkan prioritas pemecahan masalah.

10. Menyusun rencana tidak lanjut untuk mengatasi masalah. 11. Menyusun laporan kegiatan.

(5)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu dari adal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang berarti menangani, managere diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja “to manage” untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen akhinya management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen/ pengelolaan.

Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.

Pengertian Manajemen menurut James A.F. Stoner, Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).

2.2 Fungsi Manajemen

Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut : 1. Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :

Gambaran apa yang akan dicapai. Persiapan pencapaian tujuan.

Rumusan suatu persoalan untuk dicapai. Persiapan tindakan – tindakan.

Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja. Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan.

(6)

2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.

3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.

4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.

2.3 Prinsip-Prinsip Manajemen

Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah: 1. Division of work (pembagian pekerjaan).

2. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab). 3. Dicipline (disiplin).

4. Unity of command (kesatuan komando). 5. Unity of direction (kesatuan arah).

6. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum).

7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai). 8. Centralization (sentralisasi).

9. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki). 10. Order (ketertiban).

(7)

13. Inisiative (prakarsa).

14. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps).

2.4 Sarana Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.

1. Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

2. Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

3. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

4. Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

5. Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan

(8)

kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

6. Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

2.5 Proses Manajemen

Proses manajemen adalah suatu kegiatan yang terus menerus tetapi sistematis tidak sembarangan atau asal saja melainkan secara teratur dalam keraturan yang terus menerus itu manajemen tidak tanpa tujuan melainkan ada tujuan yang adakn dicapai tetapi meskopun tujuan telah tercapai tidak berarti kegiatan berhenti karena dalam dinamika manajemen suatu tujuan yang telah dicapai, disusul atau dilanjutkan dengan tujuan berikutnya.

Manajemen sebagai suatu proses, banyak tugas atau fungsi yang fundamarntal fungsi fundamental ini oleh beberapa ahli berlainan pendapat tetapi pada hakikatnya yang jadi klasifikasi pokok yaitu perencanaan, pengorganisasian, , penggerakan, dan pengawasan berhubungan dengan pencapaian tujuan melalui kerja sama orang lain titik beratnya ada usaha pemanfaatan orang-orang yang berarti ia yang melakukan perfomencenya akan tetapi melalui sumber-sumber yang tersedia untuk itu sebagai sarana dan prasaran usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tersebut yang dimaksud sumber-sumber yang tersedia ialah segenap potensi yang

(9)

dapai dimanfaatkan dalam rangka penyelesaian pekerjaan – pekerjaan usaha kerja sama yang bersangkutan.

2.6 Perilaku Organisasi

Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. Pengertian ini sesuai dengan rumusan Kelly dalam bukunya Organizational Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.

2.6.1 Ruang Lingkup Perilaku Organisasi

Perilaku Organisasi, sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku individu yang terdapat dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu sebagaimana telah disinggung diatas, pengkajian masalah perilaku organisasi jelas akan meliputi atau menyangkut pembahasan mengenai perilaku individu. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ruang lingkup kajian ilmu perilaku organisasi hanya terbatas pada dimensi internal dari suatu organisasi. Dalam kaitan ini, aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen atau sub sistem dari ilmu perilaku organisasi antara lain adalah :

motivasi, kepemimpinan, stres dan atau konflik, pembinaan karir, masalah sistem imbalan, hubungan komunikasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, produktivitas dan atau kinerja (performance), kepuasan, pembinaan dan pengembangan organisasi(organizational development), dan sebagainya.

Sementara itu aspek-aspek yang merupakan dimensi eksternal organisasi seperti faktor ekonomi, politik, sosial, perkembangan teknologi, kependudukan dan sebagainya, menjadi kajian dari ilmu manajemen strategik (strategic management). Jadi, meskipun faktor eksternal ini juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan organisasi dalam

(10)

mewujudkan visi dan misinya, namun tidak akan dibahas dalam konteks ilmu perilaku organisasi.

Meskipun unsur-unsur, komponen atau sub sistem yang akan dibahas bisa jadi telah banyak dipelajari pada disiplin ilmu yang lain, namun Mata Kuliah Perilaku Organisasi akan mencoba menjawab, mengapa berbagai unsur atau komponen tadi dapat membentuk karakter, sikap, atau perilaku individu dalam kapasitasnya sebagai anggota suatu organisasi. Oleh karena itu, bobot atau muatan materinya akan diusahakan agar memiliki sisi empiris yang cukup memadai. Untuk kepentingan ini, maka pada setiap session pembahasan akan diupayakan untuk dilengkapi dengan kasus-kasus yang relevan sebagai instrumen untuk lebih memudahkan dalam memahami masalah perilaku organisasi.

2.6.2 Pendekatan dalam Perilaku Organisasi

Dengan adanya interaksi atau hubungan antar individu dalam organisasi, maka penelaahan terhadap perilaku organisasi haruslah dilakukan melalui pendekatan-pendekatan sumber daya manusia (supportif), pendekatan kontingensi, pendekatan produktivitas dan pendekatan sistem. Pendekatan sumber daya manusia dimaksudkan untuk membantu pegawai agar berprestasi lebih baik, menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, dan kemudian berusaha menciptakan suasana dimana mereka dapat menyumbang sampai pada batas kemampuan yang mereka miliki, sehingga mengarah kepada peningkatan keefektifan pelaksanaan tugas. Pendekatan ini berarti juga bahwa orang yang lebih baik akan mencapai hasil yang lebih baik pula, sehingga pendekatan ini disebut pula dengan pendekatan suportif.

Sementara itu, pendekatan kontingensi mengandung pengertian bahwa adanya lingkungan yang berbeda menghendaki praktek perilaku yang berbeda pula untuk mencapai keefektifan. Disini pandangan lama yang mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen bersifat universal dan perilaku dapat berlaku dalam situasi apapun, tidak dapat diterima sepenuhnya.

(11)

diinginkan. Jadi, produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang bernilai tentang seberapa baik penggunaan sumber daya dalam masyarakat. Dalam hal ini perlu diingat bahwa konsep produktivitas tidak hanya diukur dalam kaitannya dengan masukan dan keluaran ekonomis, tetapi masukan manusia dan sosial juga merupakan hal yang penting. Dengan demikian, apabila perilaku organisasi yang lebih baik dapat mempertinggi kepuasan kerja, maka akan dihasilkan keluaran manusia yang baik pula, dan pada akhirnya akan menghasilkan produktivitas pada derajat yang diinginkan.

2.7 Konsep Kepemimpinan

2.7.1 Pengertian dan Unsur - Unsurnya

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.

Menurut George Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok.

Menurut Cyriel O'Donnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.

Dari dua pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas :

1. Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu. 2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.

3. Untuk mencapai tujuan manajer. 4. Untuk memperoleh manfaat bersama.

(12)

2.7.2 Fungsi dan Tugas Kepemimpinan

Seorang pemimpin secara umum berfungsi sebagai berikut : 1. Mengambil keputusan.

2. Mengembangkan informasi.

3. Memelihara dan mengembangkan loyalitas anggota. 4. Memberi dorongan dan semangat pada anggota. 5. Bertanggungjawab atas semua aktivitas kegiatan. 6. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan. 7. Memberikan penghargaan pada anggota yang berprestasi. Sedangkan tugas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Yang berkaitan dengan kerja :

- Mengambil inisiatif.

- Mengatur langkah dan arah. - Memberikan informasi. - Memberikan dukungan. - Memberi pemikiran.

- Mengambil suatu kesimpulan.

b. yang berkaitan dengan kekompakan anggota : - Mendorong, bersahabat, bersikap menerima. - Mengungkapkan perasaan.

- Bersikap mendamaikan.

- Berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat. - Memperlancar pelaksanaan tugas.

- Memberikan aturan main.

2.7.3 Level dan Keterampilan Yang Perlu Dimiliki Kepemimpinan dibagi menjadi sebagai berikut : 1. Level Top Leader/Top Management

Pimpinan puncak, misalnya, direktur utama. Melakukan tugas yang bersifat konseptual. Misalnya, melakukan perencanaan yang akan dilakukan seluruh anggota.

(13)

Golongan menengah, misalnya: staf produksi, manajer keuangan. Melakukan tugas konseptual sebagai penjabaran dari top management, juga melakukan pekerjaan tersebut. Penguasaan teknis relatif penting.

3. Lower Leader/Lower Management

Golongan bawah, misalnya, supervisor, mandor dan pelaksana teknis. Harus menguasai teknis walaupun secara konseptual tidak begitu penting.

2.7.4. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Orientasi pekerjaan (task oriented).

2. Orientasi kekompakan (human oriented).

2.7.5 Persyaratan Ideal Bagi Pimpinan

Menurut George R. Terry, pemimpin harus memiliki ciri sebagai berikut : 1. Mental dan fisik yang energik.

2. Emosi yang stabil.

3. 3.Pengetahuan human relation yang baik. 4. Motivasi personal yang baik.

5. Cakap berkomunikasi.

6. Cakap untuk mengajar, mendidik dan mengembangkan bawahan. 7. Ahli dalam bidang sosial.

8. Berpengetahuan luas dalam hal teknikal dan manajerial.

2.7.6 Macam Teori Kepemimpinan

1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory)

Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental dan kepribadian.

(14)

2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal : Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan

.

Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.

Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.

3. Teori kontingensi

Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:

- Substansinya adalah manusia bukan tugas. - Kurang menekankan hirarki.

(15)

- Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma. - Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama

4. Teori Behavioristik

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaanindividu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja, lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku.

Beberapa tokohnya, antara lain: a. Maslow

Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.

b. Douglas Mc Gregor (1906-1964)

Teori X dan teori Y

Teori X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewards & punishment untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melakukan pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.

(16)

5. Teori Humanistik

Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”. Organisasi memilikistruktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu: (1), kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya, (2), organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3), interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).

2.8 Konsep Puskesmas 2.8.1 Konsep Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan.

Pembangunan Kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan. Pertanggung jawaban secara keseluruhan ada di Dinkes dan

(17)

sebagian ada di Puskesmas. Wilayah Kerja dapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau daerah terpencil.

Pembenahan organisasi manajemen puskesmas, juga memerlukan seni dan pengetahuan untuk memahami hal-hal apa yang terlibat dalam mencapai tujuan serta apa yang menghambat pencapaian tujuan institusi. Berdasarkan analisis pengalaman dari berbagai sumber informasi, ada tujuh konsep (7 K) yang dikembangkan untuk membenahi kinerja manajemen puskesmas.

1. Komunikasi :

Menyampaikan apa yang akan dibenahi memerlukan seni komunikasi agar tidak menimbulkan salah persepsi atau miskomunikasi, baik secara interpersonal atau lewat pertemuan organisasi seperti minilokakarya (minlok) puskesmas.

2. Koordinasi :

Menggabungkan berbagai karakter yang berbeda dalam organisasi, memerlukan keterpaduan lintas program dan lintas sektor untuk mendukung pencapaian target.

3. Komitmen :

Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan penuh sikap KONSEP DASAR PEMBENAHAN KINERJA MANAJEMEN PUSKESMAS.

4. Konsisten :

Apa yang telah disepakati juga harus secara cepat dan tepat dijalankan bersama-sama, sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing staf/pegawai yang proporsional.

5. Kontinyu :

Aktifitas harus terus berkelanjutan dalam menjalankan kegiatan yang sudah diarahkan. Terus menerus mempunyai inisiatif, aktif, dan kreatif dalam menjalankan tugas.

6. Konsekuen :

Sanggup menjalankan amanah dengan sikap penuh tanggung jawab menurut tugas yang telah diembankan untuk dapat mengembangkan potensi diri setiap pegawai.

(18)

7. Kooperatif :

Kerjasama menyeluruh antara unit organisasi maupun dengan unit kerja lainnya yang dapat mendukung kemajuan organisasi.

2.8.2 Perencanaan Program Kesehatan Melalui Fungsi Manajemen Puskesmas ( Poace )

1. Planning

Perencanaan program kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja.

2. Organizing

Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

Pengorganisasian yang dapat dilakukan dalam perencanaan program kesehatan ialah:

1. Bagaimana bentuk tindakan pemberantasan panyakit tidak menular yang akan dilakukan dan siapa yang akan melakukannya? 2. Mengordinir petugas kesehatan yang akan melakukan tahapan pemberantasan penyakit tidak menular dimasyarakat.

(19)

Untuk menjawab point pertama diatas maka tindakan pengorganisasian perencanaan program kesehatan itu berupa pelaksanaan tugas-tugas oleh bidang-bidang pemberantasan kesehatan tidak menular yang telah dibentuk sebelumnya oleh pemerintah terkait yang kemudian akan dilaksanakan oleh bidang-bidang tersebut misalnya Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan terdiri dari:

1. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.

2. Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi. Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan Pengamatan Penyakit dan Imunisasi.

3. Seksi Penyehatan Lingkungan. Seksi Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan penyehatan lingkungan.

Dari ketiga contoh diatas merupakan bentuk pengorganisasian dari pernecanaan program kesehatan dalam rangka pemberantasan penyakit tidak menular.Kemudian poin kedua ialah cara untuk mengordinir petugas pemberantasan kesehatan dimasyarakat oleh petugas kesehatan ialah dengan memberdayakan semua potensi yang ada baik itu dari lingkup kesehatan sendiri maupun dari masyarakat sendiri. 3. Actuating

Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja

(20)

yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing. Tidak boleh saling jegal untuk memperebutkan lahan basah misalnya.

4. Controlling

Hal-hal yang perlu dikontrol dalam program perencanaan kesehatan misalnya:

1. Tenaga Kesehatan

Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotifasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinan dan teladan hidup sehat.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pembinaan dan pemberdayaan mayarkat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

3. Kesehatan dan Komitmen Politik

Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan social ekonomi. Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan sector konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas,

(21)

sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi terhadap sector ini tidak akan meningkat.

5. Evaluating

Evaluasi program adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk melihat lebih dekat dan seksama sebuah program. Hal ini melibatkan metode penelitian dan sifatnya lebih detail. Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat seberapa banyak perubahan yang dapat dilakukan program tersebut terhadap outcomes kesehatan secara luas, seperti prevalensi penggunaan alat kontrasepsi atau ratio kematian ibu dan bayi. Kegiatan evaluasi biasanya meliputi pengukuran pada saat awal program dan akhir program dan jika memungkinkan mengontrol atau membandingkan antara kelompok yang satu dengan yang lain untuk membantu melihat seberapa besar perubahan dalam pencapaian outcomes sebagai hasil akhir dari kegiatan-kegiatan program kesehatan tersebut. Namun, tidak termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya dari luar program tersebut.

2.8.3 Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.

Indikator Kecamatan Sehat: 1. lingkungan sehat.

2. perilaku sehat.

3. cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu. 4. derajat kesehatan penduduk kecamatan.

2.8.4 Misi Puskesmas Misi Puskesmas, yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

(22)

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

2.8.5 Fungsi Puskesmas Fungsi Puskesmas, yaitu:

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan. 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama. 4. Pelayanan Kesehatan Perorangan.

5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

2.8.6 Kedudukan

Sistem Kesehatan Nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan UKP dan UKM di wilayah kerjanya.

Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai UPT Dinas Kesehatan yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

Sistem adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas◊Pemerintahan Daerah kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama sebagai mitra dan sebagai pembina upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.

2.8.7 Struktur Organisasi Struktur Puskesmas, yaitu:

1. Kepala Puskesmas 2. Unit Tata Usaha:

(23)

2. Perencanaan dan Penilaian

3. Keuangan, Umum dan Kepegawaian 3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:

1. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat / UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat).

2. UKP (Upaya Kesehatan Pengembangan). 4. Jaringan pelayanan Puskesmas:

1. Unit Puskesmas Pembantu.

2. Unit Puskesmas Keliling. 3. Unit Bidan di Desa/Komunitas.

2.8.8 Tata Kerja

Tata kerja Puskesmas, yaitu: 1. Kantor Camat sebagai koordinasi.

2. Dinkes sebagai UPT bertanggung jawab ke Dinkes.

3. Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama sebagai mitra. 4. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sebagai pembina. 5. Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan kerjasama.

6. Lintas sektor koordinasi.

7. Masyarakat perlu dukungan/partisipasi BPP (Badan Penyantun Puskesmas).

2.8.9 Upaya Puskesmas

Upaya Puskesmas ada dua, yaitu: UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Pengembangan).

Upaya Kesehatan Wajib yaitu upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib diselenggarakan puskesmas di wilayah Indonesia.

Upaya Kesehatan Wajib, terdiri dari: 1. Upaya Promosi Kesehatan. 2. Upaya Kesehatan Lingkungan.

(24)

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana. 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. 6. Upaya Pengobatan.

Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

Upaya Kesehatan Pengembangan, terdiri dari : 1. Upaya Kesehatan Sekolah.

2. Upaya Kesehatan Olah Raga.

3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat. 4. Upaya Kesehatan Kerja.

5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. 6. Upaya Kesehatan Jiwa.

7. Upaya Kesehatan Mata. 8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.

9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

2.8.10 Azas Penyelenggaraan

1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah yakni bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.

2. Azas Pemberdayaan Masyarakat yaitu Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas.

3. Azas Keterpaduan

Azas keterpaduan lintas program seperti MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit), UKS (Unit Kesehatan Sekolah), PUSLING (Puskesmas Keliling), POSYANDU(Pos Pelayanan Terpadu).

(25)

Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan seperti kasus, spesimen, ilmu pengetahuan.

Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat contohnya sarana dan logistik, tenaga, operasional.

(26)

BAB III

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

3.1 Keadaan Daerah 3.1.1 Data Geografis

Kecamatan Bareng merupakan wilayah kabupaten Jombang dengan wilayah seluas 64,05 km², terletak pada ketinggian <500 m di atas permukaan laut, dengan suhu sekitar 230C-300C. Terdiri dari 13 desa/54 dusun/112

RW/315 RT dengan ibukota kecamatan berada di wilayah desa Bareng. Dan yang menjadi wilayah kerja puskesmas Bareng adalah seluruh wilayah kecamatan Bareng karena puskesmas Bareng merupakan satu-satunya puskesmas di kecamatan Bareng. Puskesmas Bareng terletak di jalan raya dr.Sutomo no.47 Bareng kabupaten Jombang. Kabupaten Jombang yang berjarak ± 30 km dari ibukota kabupaten Jombang dan ± 80 km dari ibukota propinsi Jawa Timur. Batas wilayah kerja puskesmas Bareng adalah sebagai berikut:

1. Utara : kecamatan Mojowarno 2. Selatan : kecamatan Wonosalam 3. Timur : kecamaatn Wonosalam 4. Barat : kecamatan Ngoro Tata guna lahan puskesmas Bareng:

1. Pemukiman : 32,33 %

2. Tegal : 31,66 %

3. Sawah : 57,37 %

4. Hutan : 0,89 %

Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan:

1. Desa atau kelurahan terjauh : 8 km (±15 menit) 2. Ibukota kabupaten : 25 km (±30 menit) 3. Ibukota propinsi : 80 km (±2 jam)

(27)
(28)

Distribusi Frekuensi Kec. Bareng Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2009 0 5000 10000 15000 20000 25000 Peta ni Buru h tan i Pega wai n eger i Tuka ng b atu/ka yu Angk utan ABRI Pens iunan Peda gang Lainya

distribusi frekuensi kec. Bareng berdasarkan pekerjaan tahun 2009 3.1.2 Data Demografi

Menurut data yang di peroleh dari kantor kecamatan Bareng pada akhir tahun tahun 2009 wilayah kerja puskesmas Bareng membawahi 13 desa dengan jumlah penduduk 63. 890 jiwa.

1. Data jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan tahun 2009 Tabel 3.1 Data jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan tahun 2009

No Desa Petani Buruh

tani Pegawai negeri Tukang batu/ka yu Angkut an ABRI Pensiun an Pedaga ng Lainy a 1 Kebondalem 1.930 1.246 23 67 27 8 20 287 56 2 Mundusewu 862 1.355 73 32 19 1 9 199 35 3 Pakel 936 1.322 71 20 25 3 12 120 36 4 Karangan 1.415 931 50 22 25 2 10 110 45 5 Ngampunga n 1.021 1.232 38 18 19 1 14 79 43 6 Janisgelaran 1.157 356 10 14 17 1 1 56 34 7 Bareng 3.504 2.912 65 110 112 10 31 558 177 8 Tebel 2.004 732 27 14 37 - 11 62 38 9 Mojotengah 1.322 769 21 69 21 8 33 75 37 10 Banjaragung 2.044 677 46 49 38 - 23 388 67 11 Nglebak 904 1.625 6 17 21 2 5 54 21 12 Pulosari 1.868 1.266 42 31 39 5 7 119 32 13 Ngrimbi 1.838 1.277 17 24 31 7 5 72 38 Jumlah 20.805 15.700 489 487 421 48 181 2.179 659 Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Bareng

(29)

Distribusi Jumlah Penduduk Kec. Bareng menurut Jenis Kelamin pada akhir Tahun 2009

29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 32.5 33 33.5 34 Laki-laki Perempuan

2. Data jumlah penduduk menurut jenis kelaminya pada akhir tahun tahun 2009 Tabel 3.2 data jumlah penduduk menurut jenis kelaminnya pada akhir tahun 2009

No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kebondalem 3.038 3.069 6.107 2 Mendusewu 2.171 2.138 4.309 3 Pakel 2.085 1.955 4.040 4 Karangan 2.047 2.096 4.143 5 Ngampungan 1.966 1.947 3.913 6 Jenisgelaran 1.357 1.257 2.614 7 Bareng 5.904 5.968 11.872 8 Tebel 2.362 2.281 4.643 9 Mojotengah 1.855 1.884 3.739 10 Banjaragung 2.666 2.623 5.289 11 Nglebak 969 1.604 2.573 12 Pulosari 2.081 3.315 5.396 13 Ngrimbi 2.039 3.213 5.252 2009 30.540 33.350 63.890 2008 26.761 26.536 53.297 2007 26.566 26.462 53.028 2006 26.328 26.136 52.464

(30)

Distribusi Jum lah Penduduk Kec. Bare ng M enurut Pendidikan Tahun 2010 0 5000 10000 15000 20000 T K S D S LT P S LT A P E R G U R U A N T IN G G I LA IN -L A IN

3. Data penduduk menurut pendidikan Kecamatan Bareng Tahun 2010 Tabel 3.3 Data penduduk menurut pendidikan Kecamatan Bareng Tahun 2010

NO DESA TK SD SLTP sederajat SLTA sederajat Perguruan Tinggi Lain Lain 1 Bareng 1.669 3.166 1.381 941 136 1 2 Mojotengah 513 1.229 576 425 48 2 3 Tebel 805 1.011 601 411 60 -4 Kebondalem 1.175 1.416 850 561 55 -5 Karangan 682 1.617 439 162 21 -6 Pakel 550 1.346 641 249 20 -7 Mundusewu 753 1.196 709 384 36 -8 Ngampungan 686 1.230 522 357 64 1 9 Jenis Gelaran 296 1.085 236 75 11 -10 Pulosari 654 1.099 349 155 24 -11 Ngrimbi 694 1.494 510 177 22 -12 Nglebak 291 809 176 71 2 -13 Banjaragung 569 1.505 933 459 45 -Jumlah 9.337 18.203 7923 4.427 544 4

(31)

4. Data Jumlah penduduk menurut kelompok usia Kecamatan Bareng Tahun 2010 Tabel 3.4 Data jumlah enduduk menurut kelompok usia Kecamatan Bareng tahun 2010 NO DESA 0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 >70 1 Bareng 1.624 1.965 2.106 1.897 1.673 1.145 1.174 228 2 Mojotengah 443 597 637 531 531 393 362 98 3 Tebel 667 709 925 780 580 445 400 86 4 Kebondalem 887 1.034 1.098 1.023 785 535 562 185 5 Karangan 567 694 713 630 611 364 428 121 6 Pakel 615 648 692 646 539 334 588 109 7 Mundusewu 602 752 706 700 558 456 367 124 8 Ngampungan 593 642 1.897 5567 570 355 351 120 9 Jenis Gelaran 340 440 435 372 393 257 229 76 10 Pulosari 537 730 741 639 600 376 391 108 11 Ngrimbi 550 698 741 646 547 302 312 113 12 Nglebak 273 323 314 256 245 188 143 72 13 Banjaragung 715 864 839 945 756 499 465 131 Jumlah 8413 1096 11844 9632 8388 5649 5772 1571

Sumber : kecamatan Bareng 2010

Distribusi Jumlah Penduduk Kec. Bareng Berdasarkan Usia Tahun 2010 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 0-9 19-Oct 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 >70

(32)

3.2 Visi dan Misi Puskesmas 3.2.1 Visi Puskesmas

Menjadi puskesmas perawatan yang terdepan dalam pelayanan di Kabupaten Jombang tahun 2015.

3.2.2. Misi Puskesmas

1. Komitmen untuk selalu memberikan yang terbaik bagi pasien dan keluarga.

2. Komitmen untuk selalu meningkatkan keterampilan, kompetensi dan profesionalisme pribadi dan organisasi.

3. Berusaha untuk selalu mengembangkan sarana, jenis dan mutu pelayanan sesuai kebutuhan pasien dan keluarganya.

4. Berusaha selalu memberikan pelayanan yang terjangkau bagi pasien dan keluarganya.

3.3 Sarana Upaya Kesehatan 3.3.1 Sumber Dana

1. Dana APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). 2. Dana APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara). 3.3.2 Sarana Kesehatan

Tabel 3.5 Sarana Kesehatan

No. Uraian Jumlah

1. Puskesmas pembantu 3

2. Pos Kesehatan Desa 13

3. Kendaraan operasional (sepeda motor) 4

4. Mobil 2

5. Rumah dinas dokter 2

6. Rumah dinas paramedik 2

7. Pondok bersalin desa 9

8. BP/RB 0

9. RS swasta 0

10. Posyandu 70

11. Praktik dokter

(33)

c. gigi 1

12. Bidan praktik swasta 1

13. Apotek 1

14. Toko obat 0

3.3.3 SDM

Tabel 3.6 Data Ketenagaan Puskesmas Bareng

No. Jenis Ketenagaan PNS NON PNS Jumlah

1. Medis a. dokter umum b. dokter gigi c. dokter spesialis 2 1 0 3 2. Perawat a. perawat b. perawat gigi 15 1 13 28 1 3. Bidan 15 8 25 4. Farmasi a. asisten apoteker b. apoteker 21 1 31 5. Kesehatan Masyarakat 6. Sanitasi 1 1 7. Gizi 1 1 8. Teknis Medis a. analis kesehatan b. radiografer c. teknisi elektromedis d. teknisi gigi 1 0 0 0 1 0 0 0 2 9. Keterapian Fisik a. fisioterapi b. akupunturis c. terapi okupasi 10. Rekam Medik 1 1 11. Administrasi a. SD b. SMP c. SMA d. DI e. DIII f. S1/DIV 0 1 8 0 0 1 0 1 8 1 12. Sopir 1 1 13. Pesuruh 2 2 Jumlah 56 23 79

(34)

3.3.4 Struktur Organisasi

3.4 Data 7 Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng Tahun 2010 Tabel 3.7 7 Standart Pelayanan Minimal Puskesmas Bareng Tahun 2010

NO Jenis Pelayanan Indikator Kerja

1 KIA 1. K1

2. K4

3. Bumil resti oleh masyarakat 4. Bumil resti oleh nakes

5. Komplikasi kebidanan yang ditangani 6. Persalinan oleh nakes

7. Persalinan nakes di fasilitas kesehatan 8. Pelayanan ibu nifas

9. Neonatus KN 1 murni 10. Neonatus KN lengkap

11. Neonatus resti yang ditangani 12. Cakupan kunjungan bayi paripurna 13. Cakupan pelayanan anak balita paripurna 14. Cakupan pelayanan anak prasekolah

(Paripurna)

15. Kunjungan balita sakit (bulan ini) 16. Linakes Persalinan

17. Komplikasi kebidanan yang ditangani 18. Pelayanan anak balita

19. BBLR yang ditangani 20. Pelayanan kesehatan remaja 2 Pelayanan kesehatan

pra usila dan usila

Cakupan Pelayanan kesehatan pra usila dan usila

3 Kesehatan Lingkungan 1. Institusi yang dibina

2. Open Defecation Free (ODF) 3. Tempat umum yang memenuhi

4 KB 1. Cakupan peserta baru

(35)

5 P2P 1. UCI

2. Penjaringan siswa SD dan setingkat

3. Penemuan dan penanganan penderita penyakit • AFP rate per 100.000 penduduk < 15 th • Penemuan penderita pneumonia balita • Penemuan penderita baru TB BTA + • Penderita DBD yang ditangani • Penemuan penderita diare

4. Desa/ kelurahan

mengalami KLB yang dilakukan PE < 24 jam

5. Pelayanan gangguan jiwa

disarana pelayanan kesehatan umum

6. Rumah / bangunan bebas

jentik nyamuk aedes aegepty

7. Pemeriksaan kontak intensif kusta 8. Penderitaan kusta PB yang RFT 9. Kesembuhan penderita TB paru BTA +

10. Balita dengan yang

ditangani

11. Penderita malaria yang diobati

6 Promosi Kesehatan 1. Kemandirian posyandu 2. Strata poskesdes 3. Poskestren 4. PHBS

7 Pelayanan Gizi 1. Cakupan pemberian MP-ASI pada anak uia 6-24 bulan

2. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan

(36)

3. Balita naik berat badannya 4. Balita bawah garis merah

5. Cakupan balita mendapatkan kapsul vitamin A 2 kali pertahun

6. Cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe 7. Cakupan kadarzi

8. Kecamatan bebas rawan gizi penduduk (<15% gizi kurang dan gizi buruk)

3.5 Data Pencapaian Standart Pelayanan Minimal (Bulan Januari s/d Desember) Tahun 2010

Tabel 3.8 Data Standart Pelayanan 9 Indikator Kerja

INDIKATOR KERJA

1 TAHUN JANUARI s/d DESEMBER

TARGET

% SASARAN KUMPENCAPAIAN% KESENJANGAN

Cakupan Kunjungan Bumil K-4 95 1020 935 91,7 -3,3% Cakupan Persalinan Nakes 90 936 905 96,7 +6,7% Cakupan Pelayanan Nifas 90 936 920 97,9 +7,9% Cakupan Pelayanan Neonatal 90 927 914 98,6 +8,6% Cakupan Neonatus dengan Komplikasi 80 141 223 158,1 +78,1% Cakupan Kunjungan Bayi 90 927 835 90,07 +0,07% Cakupan Pemberian MPASI usia 6-24 Bulan 100 16 16 100 0

(37)

Cakupan UCI 90 933 BCG 934 100,1 +10,1 80 933 Campak 792 89,4 +9,4 90 933 DPT I 902 96,7 +6,7 80 933 DPT II 862 92,4 +12,4 80 933 DPT III 834 89,4 +9,4 90 933 HB I 856 91,7 +1,7 90 933 Polio I 964 101,4 +11,4 80 933 Polio II 889 95,3 +15,3 80 933 Polio III 845 90,6 +10,6 80 933 Polio IV 809 86,7 +6,7 Cakupan Balita Gizi Buruk 80 13 10 76,9 -3,1%

(38)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Permasalahan Definisi masalah:

1. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

2. Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi yang diharapkan.

3. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang terjadi belumlah sempurna.

Dari beberapa uraian definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa masalah adalah di temukan antara kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau kesenjangan antara target dan pencapaian. Dari tabel 2.8 di temukan ada 3 SPM yang masih memiliki indikator kerja yang pencapaiannya masih dibawah target:

1. Cakupan kunjungan bumil K4 yang belum mencapai target (-3,3 %).

2. Cakupan pemberian MP ASI usia 6-24 bulan (0%).

3. Cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target (-3,1%).

4.2 Prioritas Masalah

Dari masalah-masalah yang ditemukan tersebut terlebih dahulu akan ditentukan prioritas masalahnya mengingat terbatasnya sumber daya langkah awal yang diambil adalah dengan menentukan prioritas SPM. Untuk memprioritaskan SPM tersebut di gunakan metode USG (Urgency, Seriuosness, Growth).

Definisi USG adalah suatu metode USG yang merupakan cara dalam menetapkan urutan prioritas, dengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya, dan adanya kemungkinan berkembangnya masalah.

1. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak, atau tidak masalah tersebut diselesaikan.

(39)

2. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak.

3. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

Langkah inti Pelaksanaan USG: 1. Penyusunanan Daftar Masalah

1. Setiap peserta pertemuan diminta mengemukakan masalah bagian yang di wakilinya.

2. Pimpinan USG mengintruksikan kepada petugas pencatat untuk mencatat setiap masalah yang di kemukakan di lembar flipchart atau papan tulis atau white board.

2. Klarifikasi Masalah

1. Lakukan klarifikasi masalah yang telah diidentifikasi dalam rangka menentukan prioritas masalah.

2. Setiap anggota diminta penjelasan (klarifikasi) maksud dari masalah yang dikemukakannya.

3. Setelah diklarifikasi, maka tulis masalah hasil dari klarifikasi tersebut. 3. Membandingkan antar masalah

1. Bandingkan masalah yang diperoleh, sebagai contoh masalah A sampai C menurut kriteria urgensi, keseriusan, dan kemungkinan berkembangnya masalah.

2. Tulis frekuensi kemunculan tiap masalah yang diperbandingkan, frekuensi ini dianggap sebagai nilai atau skor masalah. Kemudian jumlah skor yang diperoleh tiap masalah berdasarkan kriteria urgency, seriousness, dan growth.

(40)

ALUR PELAKSANAAN USG. PERSIAPAN a. PETUG AS b. TEMPA T c. SARAN A PRAKATA OLEH PIMPINAN USG DAFTAR SEMUA MASALAH YANG DIKEMUKAKAN PESERTA YANG ADA DIKLASIFIKASIKAN DAN DAFTAR KEMBALI HASILNYA BANDINGKAN MASALAH YANG SATU DENGAN YANG LAINNYA, TULIS MANA YANG LEBIH URGENT, SERIUS, & PUNYA KEMUNGKINAN UNTUK BERKEMBANG YANG TINGGI TULIS FREKUENSI MUNCULNYA TIAP MASALAH SETELAH DIBANDINGKAN BERDASARKAN ASPEK URGENCY, SERIOUSNESS, & GROWTH PADA LANGKAH SEBELUMNYA

JUMLAH HASIL YANG MUNCUL

BERDASARKAN ASPEK URGENCY +

SERIOUSNESS + GROWTH UNTUK TIAP-TIAP MASALAH

BUAT URUTAN

MASALAH (PRIORITAS) SESUAI JUMLAH TOTAL ANGKA YANG

DIPEROLEH TIAP-TIAP MASALAH DARI TERBESAR HINGGA YANG TERKECIL

(41)

Menyusun prioritas masalah berdasarkan hasil langkah C.

Dari data yang didapat dari SPM yang telah diambil, dapat dilakukan penentuan prioritas masalah dengan metode USG sebagai berikut:

Diambil 2 masalah besar sebagai berikut:

A. Cakupan kunjungan bumil K4 yang belum mencapai target.

B. Cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan yang belum mencapai target.

C. Cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target.

Dengan peserta USG adalah:

1. dr. Sri Rahayu selaku dokter umum Puskesmas Bareng. 2. Ulfa Ida,Amd.Keb selaku koordinator KIA.

3. Endang Sukariyati selaku koordinator Gizi.

4. Syamsiah, Amd.Keb selaku koordinator Keluarga Berencana. 5. Amik Sudati,Amd.Kep selaku koordinator Promosi Kesehatan. 6. Hadi Pranoto,Amd.Kep selaku koordinator P2P.

7. Norman Mahendra,Amd.Kep selaku pembimbing praktik manajemen.

PENGAMBILAN USG

Tabel 4.1 Data Pengambilan Urgency

MASALAH PESERTA

1 2 3 4 5 6 7

A/B B A B A A A A

A/C A C A C C A A

B/C B B C B B C C

Tabel 4.2 Data Pengambilan Seriousness

MASALAH PESERTA

1 2 3 4 5 6 7

A/B B B B B B B B

A/C C C C C C C A

B/C B B B B B C C

(42)

MASALAH 1 2 3PESERTA4 5 6 7

A/B B B A A A A B

A/C A C C C C A A

B/C B B C C B C C

HASIL SKORING

Tabel 4.4 Hasil Skoring USG

MASALAH URGENCY SERIOUSNESS GROWTH TOTAL RANKING

A 9 1 7 17 3

B 6 12 6 24 1

C 6 8 8 22 2

Dari tabel 4.4 didapatkan yang menjadi masalah prioritas adalah masalah: Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan.

43 Definisi Permasalahan 4.3.1 Pengertian

Anak usia 6-24 bulan adalah bayi usia 6-11 bulan dan untuk usia 12-24 bulan. 4.3.2 Definisi Operasional

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan selama 90 hari.

(43)

4.3.3 CARA PERHITUNGAN RUMUS 1. Rumus

2. Pembilang

Jumlah anak usia 6-24 bulan dari yang mendapat MP-ASI di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3. Penyebut

Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

4. Ukuran/konstanta Persentase (%) 5. Contoh perhitungan

Jumlah anak usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI 16 anak. Jumlah sasaran anak usia 6-24 bulan 16 anak.

Presentase anak usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI = 16 x 100% = 0%

16

4.3.4 Sumber Data

Laporan balita usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI.

4.3.5 Rujukan

Pedoman pengelolaan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) untuk anak usia 6-24 bulan.

4.3.6 Target

Jumlah anak usia 6-24 yang mendapat MP-ASI di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan

di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu Cakupan pemberian

makanan

pendamping ASI x 100%

(44)

4.3.7 Laporan Perdesa

Tabel 4.5 data laporan cakupan MP-ASI perdesa Kecamatan Bareng tahun 2010

NO. DESA BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

1. Bareng 3 3 3 - 13 13 13 13 2. Mojotengah 1 2 2 1 7 7 7 7 3. Tebel 1 2 2 1 5 5 5 5 4. Kebondalem 3 4 4 1 17 17 17 17 5. Karangan 1 1 1 - 9 9 9 9 6. Pakel - - - - 6 6 6 6 7. Mundusewu 1 2 2 1 6 6 6 6 8. Ngampungan - - - - 3 3 3 3 9. Jenis Gelaran 1 1 1 - 3 3 3 3 10. Pulosari - - - - 4 4 4 4 11. Ngrimbi 1 2 2 1 13 13 13 13 12. Nglebak 2 2 2 - 2 2 2 2 13. Banjaragung 1 1 1 - 2 2 2 2 Jumlah 15 20 20 5 80 80 80 80 4.4 Penyebab Masalah

Dari hasil curah pendapat yang melibatkan USG dengan menggunakan diagram tulang ikan sebagai berikut :

Didapat penyebab masalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Faktor penyebab masalah

NO.

Variabel Penyebab

Alternatif Pemecahan Masalah

Faktor

Penyebab Penyebab Masalah

1. Man Kurangnya pengetahuan Mengadakan penyuluhan

PROSES MACHINE MARKET MONEY

TIME

REWARD METODE MATERIAL MAN

Cakupan Pemberian

MP-ASI usia 6-24

(45)

anak kontinyu 2. Money Rendahnya pendapatan

masyarakat

Memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat

3. Material Keanekaragaman makanan yang kurang

Mengadakan kerja sama dengan lintas sektoral (pertanian)

4. Metode Cara pemberian dan penyajian MP ASI pada anak yang kurang tepat

Memberikan penyuluhan pada keluarga

5. Market Distribusi MP ASI di lingkungan rumah tangga yang kurang tepat

Mengadakan kunjungan rumah

6. Machine -

-7. Time Waktu turunnya anggaran yang kurang tepat

Mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan setempat

(46)

BAB V

PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Untuk meningkat cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan, maka dibuatlah alternatif pemecahan masalah. Maka peserta diminta untuk memilih pemecahan masalah yang perlu diprioritaskan.

4.2 Prioritas Pemecahan Masalah

Dari beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Diambil 1 pemecahan masalah saja yang dijadikan kegiatan utama untuk meningkatkan cakupan indikator kerja pemberian MP-ASI usia 6-24 bulan. Dalam menentukan prioritas alternabtif masalah dilakukan curah pendapat dengan menggunakan metode CARL.

Definisi Carl

Metode CARL merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, yaitu Capability, Accesbility, Readiness, dan Leverage (CARL). Semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, sehingga semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas yaitu:

C : Capability/ kemampuan A : Accesbility/ kemudahan R : Readiness/ kesiapan L : Leverage/ daya ungkit Dengan skor nilai:

1 = sangat tidak mudah

2 = tidak mudah

3 = cukup mudah

4 = sangat mudah

(47)

Langkah inti pelaksanaan CARL:

1. Pemberian skor pada masing-masing alternatif pemecahan masalah dan perhitungan hasilnya.

1. Tulis atau daftarlah pemecahan masalah yang did apat dari kegiatan analisis situasi.

2. Tentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap pemecahan masalah berdasarkan kesepakatan bersama.

3. Berikan skor atau nilai utnuk setiap alternatif pemecahan masalah berdasarkan kriteria CARL ( C x A x R x L ).

2. Menentukan prioritas berdasarkan hasil ranking. Urutkan pemecahan masalah menurut prioritasnya berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada langkah 1.

Alur Pelaksanan CARL

PERSIAPAN - PETUGAS - TEMPAT - SARANA - DATA - PESERTA PRAKATA OLEH PIMPINAN TENTUKAN BATAS SKOR NILAI UNTUK MASALAH BERDASARKAN KRITERIA LAKUKAN PEMBERIAN SKOR PADA MASING-MASING MASALAH BERDASARKAN KRITERIA CARL

KALIKAN SKOR YANG DIPEROLEH MASALAH PADA TIAP KRITERIA CARL ( C x A x R x L) BUAT URUTAN MASALAH

(PRIORITAS)

BERDASRAKAN JUMLAH HASIL KALI SKOR

BERDASARKAN KRITERIA CARL (YANG MENJADI PRIORITAS ADALAH YANG MEMILIKI JUMLAH C x A x R x L YANG LEBIH BESAR

(48)

PENGAMBILAN SKOR DENGAN METODE CARL Peserta :

1. dr. Sri Rahayu selaku dokter umum Puskesmas Bareng. 2. Ulfa Ida,Amd.Keb selaku koordinator KIA.

3. Endang Sukariyati selaku koordinator Gizi. Syamsiah,Amd.Keb selaku koordinator Keluarga Berencana.

Amik Sudati,Amd.Kep selaku koordinator Promosi Kesehatan. Hadi Pranoto,Amd.Kep selaku koordinator P2P.

Norman Mahendra,Amd.Kep selaku pembimbing praktik manajemen. Tabel 5.1 Pengambilan Data Capability

KEGIATAN 1 2 3 PESERTA4 5 6 7 Rata-Rata

Mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu 3 3 3 3 3 5 5 3,6 Memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat 1 1 1 1 1 1 1 1 Mengadakan kerja sama dengan lintas sektoral (pertanian) 2 2 2 2 2 2 3 2,1 Mengadakan kunjungan rumah 3 3 3 3 3 4 5 3,4 Mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan setempat 1 1 1 1 1 1 5 1,6

(49)

Tabel 5.2 Pengambilan Data Accesability KEGIATAN PESERTA 1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata Mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu 2 2 1 2 2 5 5 2,7 Memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat 1 1 1 1 1 1 1 1 Mengadakan kerja sama dengan lintas sektoral (pertanian) 2 2 1 3 2 2 3 2,1 Mengadakan kunjungan rumah 2 2 2 3 2 5 4 2,9 Mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan setempat 2 2 1 2 1 1 1 1,4

Tabel 5.3 Pengambilan Data Readiness

KEGIATAN PESERTA 1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata Mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu 5 2 2 3 2 5 5 3,4 Memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat 1 1 1 1 1 1 1 1 Mengadakan kerja sama dengan lintas sektoral (pertanian) 2 2 2 3 2 2 1 2 Mengadakan kunjungan rumah 3 1 3 4 2 5 3 3 Mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan setempat 3 2 2 2 1 4 2 2,3

(50)

Tabel 5.4 Pengambilan Data Leverage KEGIATAN PESERTA 1 2 3 4 5 6 7 Rata-Rata Mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu 1 2 2 5 3 4 5 3,1 Memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat 1 1 1 2 1 1 1 1,1 Mengadakan kerja sama dengan lintas sektoral (pertanian) 2 1 1 2 1 1 1 1,3 Mengadakan kunjungan rumah 3 3 3 5 3 4 5 3,7 Mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan setempat 4 4 4 2 3 3 1 3

Tabel 5.5 Hasil Skoring CARL

KEGIATAN SKOR Hasil Ranking

C A R L CxAxRxL Mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu 3,6 2,7 3,4 3,1 102,4 2 Memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat 1 1 1 1,1 1,1 5 Mengadakan kerja sama dengan lintas sektoral (pertanian) 2,1 2,1 2 1,3 11,5 4 Mengadakan 3,4 2,9 3 3,7 109,4 1

(51)

rumah Mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan setempat 1,6 1,4 2,3 3 15,5 3

Dari tabulasi hasil penilaian peserta CARL diperoleh rangking kegiatan sebagai berikut :

1. Mengadakan kunjungan rumah.

2. Mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu. 3. Mengusulkan Proposal ke Dinas Kesehatan setempat. 4. Mengadakan kerja sama dengan lintas sektoral (pertanian).

5. Memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat.

Tabel 5.6 GANT CARL

Kegiatan Man Money Metode Material Machine Market Time

Mengadakan kunjungan rumah Pihak Puskesmas - Penilaian keadaan bumil dengan 7T. Materi tentang penting MP-ASI usia 6-24 bulan

Leafleat Bumil 1 bulan sekali Mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu Team pembinaan posyandu - Tanya jawab, ceramah dan praktek Materi penyuluhan Leafleat, alat peraga langsung, lembar balik, pengeras suara Bidang Promkes Puskesmas dan kader 1 bulan sekali setiap posyandu

(52)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari praktik manajemen kebidanan yang dilakukan di Puskesmas Bareng dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah dapat:

1. Data umum di wilayah kerja Puskesmas Bareng sebagaimana subbab 3.1 s/d 3.5

2. Program Puskesmas Bareng serta masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bareng.

3. Masalah kesehatan yang ada di puskesmas Bareng ada 3 masalah. Yaitu cakupan kunjungan K4 yang belum mencapai target, cakupan pemberian MP-ASI usia 6-24 bulan, dan cakupan balita gizi buruk yang belum mencapai target. 4. Yang menjadi masalah prioritas di Puskesmas Bareng adalah belum tercapainya target SPM dari indikator kerja cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan.

5. Penyebab masalah belum tercapainya target SPM dari indikator kerja cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan adalah mengadakan penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu, memberikan pembekalan keterampilan usaha kecil pada masyarakat, menegdakan kerjasama dengan lintas sektoral (pertanian), mengadakan kunjungan rumah, mengusulkan proposal ke Dinas Kesehatan setempat.

6. Terdapat alternatif pemecahan masalah prioritas sebanyak 2 alternatif, yaitu penyuluhan pada masyarakat secara kontinyu dan melakukan kunjungan rumah 7. Melaksanakan penyuluhan pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan di Balai Desa Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Puskesmas Bareng:

1. Diharapkan Puskesmas Bareng bisa

mempertimbangkan rencana tindak lanjut yang telah dibuat dalam laporan ini.

(53)

2. Diharapkan Puskesmas Bareng bisa menggali lebih dalam tentang penyebab masalah dari tidak tercapainya target SPM dari indikator kerja cakupan pemberian MPASI usia 6-24 bulan.

1.2.2 Bagi Institusi

1. Dengan dilaksanakannya praktek manajemen organisasi, institusi dapat mengukur seberapa jauh anak didiknya dalam memahami konsep manajemen organisasi dengan metode USG dan CARL dilapangan. 2. Sebagai pengembangan ilmu pendidikan di Institusi.

1.2.3 Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa di bidang manajemen organisasi baik secara konsep maupun penerapannnya langsung di lapangan praktik.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/13-kesehatan-masyarakat/17-konsep-puskesmas.html, akses tanggal 4 Januari 2011

http://tiarsblog.blogspot.com/2010/03/puskesmas.html, akses Tanggal 4 Januari 2011

http://ingo1.wordpress.com/2010/05/29/perencanaan-program-kesehatan-melalui-fungsi-manajemen-poace/, akses tanggal 4 Januari 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen, akses tanggal 4 januari 2011

http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/manajemen-keperawatan.html, akses tanggal 6 Januari 2011

(55)

LAMPIRAN

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Pokok Bahasan : Gizi Pada Balita

Sub Pokok Bahasan : Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan

Sasaran : Masyarakat Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Target : Ibu yang memiliki balita

Waktu : 30 menit

Hari/Tanggal : Kamis / 06 Januari 2011 Januari 2011

Tempat : Balai Desa Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang

Penyuluh : Mahasiswa DIII Kebidanan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

1. Latar Belakang

Gizi memegang mempunyai peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan janin. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa.

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu;pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga

Gambar

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Bareng
Tabel 3.5 Sarana Kesehatan
Tabel 3.6 Data Ketenagaan Puskesmas Bareng
Tabel 3.8 Data Standart Pelayanan 9 Indikator Kerja
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Suatu rangkaian aktivitas termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang

Menurut James Stones, manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha para anggota organisasi dan pengunaan sumber daya lain

• Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-­‐usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar

• Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya

 Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar

Menurut James Stones, manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha para anggota organisasi dan pengunaan sumber daya lain

Stoner dalam Handoko (2011:8) menyatakan bahwa manajemen (pengelolaan) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota