• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi DRPs pengobatan hipertensi disertai gagal ginjal di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Januari 2013 Juni 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi DRPs pengobatan hipertensi disertai gagal ginjal di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Januari 2013 Juni 2016"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DRPs PENGOBATAN HIPERTENSI DISERTAI GAGAL GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD TUGUREJO

JANUARI 2013-JUNI 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Brigita Lusitawati

NIM: 138114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

EVALUASI DRPs PENGOBATAN HIPERTENSI DISERTAI GAGAL GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD TUGUREJO

JANUARI 2013-JUNI 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Brigita Lusitawati

NIM: 138114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)

iv

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus sumber

kehidupan dan kebahagiaan sejati yang telah memperkenankan aku untuk

merasakan suatu ujian dan pengorbanan, sehingga aku dapat merasakan

manisnya suatu keberhasilan

Ku persembahkan untuk Bunda Maria yang setia mendoakan aku kepada

Sang Putra Kekasih Jiwa, bagimu tidak ada yang mustahil,

karena kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan yang Mahakuasa

kepadamu, yang selalu menjadi penolong dan pengantara dalam

permohonanku

(8)

viii PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih peulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Evaluasi DRPs Pengobatan Hipertensi disertai Gagal

Ginjal di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Januari 2013-Juni 2016” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam kelancaran dan keberhasilan pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Aris Widayati M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, selaku dosen pembimbing akademik, atas semua saran dan dukungan yang membangun.

2. Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi atas perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Caecilia Mutiarawati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi atas perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi.

5. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi.

6. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang yang memeberikan ijin untuk melakukan penelitian di RSUD Tugurejo.

(9)

8. Keluarga tercinta: Bapak, Ibu, dan Kakak. Terimakasih atas cinta, doa, semangat, dan dukungan serta perhatian hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Teman-teman seperjuangan dalam tim Olin dan Susan untuk semangat, kerjasama, bantuan, dan informasi yang selalu dibagikan dalam proses penyususnan skripsi ini dari awal hingga akhir.

10. Teman-teman KKN Anas, Yuka, Bram, Putri, Tomy yang telah memberi dukungan, semangat dan pengalaman selama satu bulan bersama yang tak terlupakan.

11. Henrycus Bagus Handoko yang selalu memberikan doa, semangat, dan sebagai pengingat yang selalu ada, dengan memberikan bantuan dan dukungan selama proses pembuatan skripsi.

12. Teman-teman FSM A 2013 dan FKK A 2013, terimakasih atas kebersamaan dan pengalaman yang tak terlupakan selama menjalani perkuliahan.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang dengan caranya sendiri telah membantu selama proses perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.

Yogyakarta, 30 Januari 2017

(10)

x

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN… ... vii

PRAKATA … ... viii

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 3

Karakteristik Demografi Pasien ... 3

Profil Penggunaan Terapi Obat ... 5

Drug Related Problems (DRPs) ... 7

Indikasi tanpa obat ... 7

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Drug Related Problems Pengobatan Hipertensi disertai Gagal Ginjal di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Januari 2013-Juni 2016 ... 13 .

(14)

xiv ABSTRAK

(15)

ABSTRACT

Drug related problems (DRPs) are associated with hospital admissions resulting in patient morbidity and mortality, and increased costs. DRPs are any incidents involving medication therapy of patients who are actually or potentially will affect the outcome of desired therapeutic. The use of drugs to patients hypertension with kidney failure can cause DRPs. Because hypertension may cause or result from kidney failure, hypertension prevalence is higher and control more difficult with worse kidney function.This study aimed to evaluate DRPs of patients hypertension with kidney failure comorbid in the inpatient department at the public hospital Tugurejo Semarang. This is a non-experimental research descriptive evaluative design using a retrospective medical record data. Collected data including patient's identity, medication therapy and laboratory data. The subjects were 21, with inclusion criteria, i.e aged ≥ 18 years with an initial diagnosis of hypertension with kidney failure comorbid, did not have stroke and diabetic mellitus, and had creatinine test result. Result of the study showed that there were 29 cases of DRPs found related to the use of antihypertensive. There were 17 case need additional drug therapy, 2 case wrong drug, 5 cases of adverse drug reaction, and 5 cases of dosege too high.

(16)

1 PENDAHULUAN

Drug Related Problems (DRPs) merupakan permasalahan dalam terapi pengobatan karena dapat mempengaruhi morbiditas, mortalitas dan biaya. Pada penelitian Hussein (2014) menunjukkan adanya 155 (80,7%) pasien teridentifikasi setidaknya memiliki satu DRPs (Hussein, 2014). DRPs merupakan suatu permasalahan terkait obat yang digunakan dalam suatu terapi, sehingga hasil dari pengobatan menjadi kurang sesuai dengan yang diharapkan (Bondesson et al., 2013). Permasalahan terkait obat yang diidentifikasi ada 7 antara lain: indikasi tanpa obat (need additional drug therapy), obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), obat salah (wrong drug), dosis kurang (dosage too low), dosis berlebih (dosage too high), efek samping obat (adverse drug reaction) dan kepatuhan (adherence problem) (Adusumilli dan Adepu, 2014).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dan masih menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi (Horowitz et al., 2015). Penyakit hipertensi di RSUD Tugurejo yang merupakan rumah sakit kelas B ini menjadi urutan penyakit nomor satu yang ditangani di instalasi rawat inap (RSUD Tugurejo, 2016). Faktor risiko pengembangan dari penyakit kardiovaskuler adalah penyakit gagal ginjal, hal ini juga yang menjadi penyebab utama kematian pada pasien (Headley et al., 2016). Hipertensi menjadi faktor yang sangat penting dalam terjadinya gagal ginjal karena melalui sekresi renin yang berlebihan yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar natrium dan volume cairan dalam tubuh, selain itu juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan glomerulus, proteinuria dan dapat menginduksi sitokin inflamasi intrarenal. Hal inilah yang akan meningkatkan terjadinya kerusakan pada ginjal (Nitta, 2011; Rahmiati dan Supami, 2012). Menurut studi jika hipertensi tidak diobati atau tidak terkontrol akan menjadi faktor risiko perkembangan penyakit gagal ginjal (Hussein, 2014). Prevalensi hipertensi disertai gagal ginjal pada orang dewasa berdasarkan penelitian berkisar lebih dari 60% (Muntner et al., 2010). Kompleksitas pengobatan pada pasien dengan gagal ginjal meningkatkan potensi DRPs (Indriani, 2013). Oleh sebab itu perlunya dilakukan pemantauan terapi obat pada pasien hipertensi disertai gagal ginjal untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki salah satunya adalah dengan mengevaluasi DRPs pada pengobatan pasien.

(17)

digunakan oleh pasien hipertensi dengan penyakit penyerta gagal ginjal di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental observasional. Data diambil secara retrospektif dan pengolahan data dilakukan secara deskriptif evaluatif. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober 2016 dengan menggunakan data rekam medis pasien hipertensi disertai gagal ginjal yang dirawat di instalasi rawat inap RSUD Tugurejo selama periode Januari 2013-Juni 2016. Subyek penelitian adalah pasien dengan usia ≥18 tahun yang terdiagnosis hipertensi disertai gagal ginjal, tanpa terdiagnosis stroke dan diabetes melitus.

Gambar 1. Skema Pemilihan Subyek Penelitian Hipertensi disertai Gagal Ginjal di RSUD Tugurejo Periode Januari 2013–Juni 2016

Terdapat 19 kasus yang dieksklusi dikarenakan data rekam medis yang tidak lengkap dan rekam medis yang tidak ditemukan sehingga jumlah subyek penelitian menjadi 21 kasus. Gambar 1 menunjukkan skema dalam mendapatkan subyek penelitian.

Data rekam medis yang dikumpulkan berdasarkan subyek penelitian meliputi nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, berat badan, tanggal masuk dan keluar pasien, diagnosis pasien, status keluar, data laboratorim, data pemberian obat, dan data kondisi ginjal yang ditinjau dengan parameter nilai estimasi GFR (Glomerular Filtration Rate)

menggunakan formula MDRD (Modification of Diet in Renal Disease). Data yang diperoleh dibahas dalam bentuk uraian dan secara deskriptif meliputi data karakteristik pasien (jenis kelamin, usia, lama perawatan, status keluar) dan profil penggunaan obat berdasarkan

1999 pasien hipertensi

Inklusi 40 kasus Eksklusi 19 kasus

(18)

3

Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) yang disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan persentase penggolongannya.

Pengolahan data secara evaluatif digunakan untuk identifikasi DRPs terkait penggunaan obat antihipertensi yang di evaluasi dengan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, dan Plan). Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi data obat yang berfokus pada obat antihipertensi yang telah diperoleh, kemudian diidentifikasi DRPs yang terjadi dalam 7 kategori DRPs menurut Cipolle yaitu indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis kurang, dosis berlebih, efek samping obat dan kepatuhan. Penyesuaian dosis berdasarkan kondisi ginjal ditinjau dengan parameter nilai Clcr (Clearance creatinine) menggunakan formula Cockcroft-Gault. Pustaka yang digunakan sebagai acuan dan dasar evaluasi adalah Evidence Based Guideline For The Management Of High Blood Pressure In Adults: Report From The Panel Members Appointed To The

Eighth Joint National Committee (JNC VIII), Drug Information Handbook edisi 20th, dan

Stockley’s Drug Interaction.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Demografi Pasien

Data yang diperoleh selama periode penelitian Januari 2013-Juni 2016 didapatkan 21 kasus yang digunakan sebagai subyek penelitian. Berdasarkan jenis kelamin (Tabel I) menunjukkan bahwa jenis kelamin pasien pria lebih banyak dibanding dengan wanita, seperti halnya pada penelitian Horowitz et al. (2015) penderita hipertensi lebih banyak diderita oleh pria. Seorang pria cenderung memiliki kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi kesehatan diantaranya seperti merokok dan konsumsi minuman keras (alkohol) yang dapat memicu terjadinya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan berdampak terhadap kualitas hidupnya (Mancia et al., 2013). Salah satu perilaku yang memiliki risiko serius terhadap kesehatan yaitu merokok, karena dapat menyebabkan seseorang berisiko menderita gagal ginjal kronik lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak merokok (Grams et al. 2016).

(19)

kaitannya dengan kejadian hipertensi disertai gagal ginjal karena setelah melewati usia 45 tahun akan terjadi perubahan pada dinding pembuluh darah arteri diantaranya disebabkan oleh proses penebalan dinding arteri, akumulasi kolagen, penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (Widhiartini et al., 2011). Selain itu, fungsi organ sudah mulai menurun terutama pada fungsi ginjal sehingga semakin meningkatnya usia maka prevalensi pasien hipertensi disertai gagal ginjal meningkat (Gansevoort et al., 2013).

Tabel I. Karakteristik Pasien Hipertensi disertai Gagal Ginjal di RSUD Tugurejo

Karakteristik pasien Jumlah Persentase (%)

Jenis Kelamin Pria 13 61,9 umumnya keluar dengan status membaik yaitu sebesar 90,5 %. Pada kondisi pasien yang sembuh mereka mengikuti terapi yang dianjurkan dengan baik sehingga dapat keluar rumah sakit dalam keadaan baik. Beberapa pasien yang belum sembuh dikarenakan pulang karena permintaan sendiri, sehingga terapi yang dijalankan kurang maksimal.

(20)

5

pasien dengan kondisi ginjal stage 4 yaitu dengan nilai GFR 15-29 mL/menit/1,73 m². Pasien terbanyak kedua adalah pasien yang memiliki kondisi ginjal stage 5 atau dengan nilai GFR <15 mL/menit/1,73 m². Pasien dengan kondisi ginjal stage 5 direkomendasikan melakukan dialisis atau transplantasi (Levey dan Coresh, 2012).

Profil Penggunaan Terapi Obat

Kelas terapi yang paling banyak digunakan oleh pasien adalah obat kardiovaskuler yaitu sebanyak 36,32 % (Tabel II). Obat kardiovaskuler merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan udem. Kelas terapi yang kedua terbanyak adalah obat golongan gizi dan darah yang digunakan sebagai penambah darah, asupan kalsium, dan asupan vitamin B. Penambah darah diperlukan karena pada pasien gagal ginjal umumnya produksi eritropoietin berkurang yang mengakibatkan anemia (Akizawa et al., 2016). Pada gangguan fungsi ginjal akan menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran fosfor dalam darah. Fosfor yang terlalu banyak didalam darah akan mengikat kalsium dalam darah yang mengakibatkan berkurangnya penyerapan kalsium ke tulang, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut pada pasien gagal ginjal perlu diberikan asupan kalsium untuk menambah kalsium dalam darah dan menangani terjadinya hiperfosfatemia (Cannata-Andía dan Martin, 2016). Kelas terapi terbanyak selanjutnya adalah obat yang bekerja pada sistem saraf pusat dan antibakteri, obat jenis ini banyak digunakan untuk mengatasi keluhan pasien seperti mual dan muntah, selain itu penggunaan antibakteri juga sering diberikan kepada pasien gagal ginjal (Farag, et al., 2014).

Tabel II. Profil Penggunaan Terapi Obat pada Pasien Hipertensi disertai Gagal Ginjal

Kelas Terapi Frekuensi Presentase (%)

Sistem Kardiovaskuler 77 36,32

(21)

Golongan

Antihipertensi Kelompok Obat Nama Generik

Frekuensi

Diuretik Loop diuretics Furosemide 14 66,7

Thiazide Hidroklorotiazid 2 9,5 Calcium Channel

Blockers (CCB)

Nondihydropyridines Diltiazem 4 19,0 Dihydropyridines Amlodipin 12 57,1 Centrally Acting

Agents

Agonis alfa 2

adrenergik Klonidin 5 23,8

Penggunaan antihipertensi yang paling banyak diberikan adalah antihipertensi golongan loop diuretics, yaitu furosemid. Furosemid digunakan sebanyak 66,7% yakni pada 14 dari 21 pasien yang menjadi subyek penelitian (Tabel III). Berdasarkan JNC VIII golongan antihipertensi yang direkomendasikan sebagai terapi awal hipertensi secara umum antara lain: golongan ACEi/ARB/CCB atau golongan diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid yang ditemukan pada penelitian ini, sedangkan golongan loop diuretik seperti furosemide yang paling banyak penggunaannya pada penelitian ini merupakan jenis diuretik kuat yang dapat menurunkan tekanan darah secara cepat dan dapat mengatasi udem, tetapi bukan merupakan rekomendasi untuk terapi hipertensi menurut JNC VIII (Musini et al., 2015). Selain itu, golongan diuretik efektif untuk terapi hipertensi karena dapat mencegah komplikasi kardiovaskuler dan juga dapat meningkatkan efficacy terapi antihipertensi (Widhiartini et al., 2011). Antihipertensi yang direkomendasikan untuk hipertensi disertai gagal ginjal sebagai terapi awal menurut JNC VIII adalah golongan ACEi atau ARB. Pada hasil penelitian dapat diketahui pengunaan ACEi sebanyak 38,1% sedangkan ARB 33,2 %. ACEi atau ARB direkomendasikan untuk terapi hipertensi dengan gagal ginjal karena berguna untuk meningkatkan outcome ginjal.

(22)

7

antihipertensi terbanyak adalah amlodipin yaitu sebanyak 58%. Amlodipin kurang sesuai diberikan pada beberapa pasien karena amlodipin bukan sebagai terapi awal melainkan untuk terapi tambahan. Selain itu amlodipin tidak dapat memproteksi jantung pada pasien hipertensi dibandingkan dengan terapi konvensional seperti diuretik dan beta bloker/ACEi (Widhiartini et al., 2011). Selain itu antihipertensi golongan ARB jika digunakan pada pasien dengan fungsi ginjal normal atau penyakit ginjal kronis tanpa dialisis juga dapat memproteksi jantung dan ginjal (Yang, Tzeng, Yin, Li, Chen, Chiu, et al., 2015).

Drug Related Problems (DRPs)

Pada tabel IV ditunjukkan hasil evaluasi DRPs pada 21 subyek penelitian. Hasil yang diperoleh ditemukan ada 29 kasus DRPs, diantaranya 17 kasus indikasi tanpa obat, 2 kasus obat salah, 5 kasus dosis berlebih, dan 5 kasus efek samping obat.

Tabel IV. Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Hipertensi disertai Gagal Ginjal di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo

Kategori DRPs Pasien

(23)

terapi antihipertensi. Obat Salah

Identifikasi kejadian obat salah ditemukan pada kasus penggunaan antihipertensi candesartan. Penggunaan candesartan kontraindikasi terhadap pasien yang memiliki nilai Clcr (Clearance creatinin) kurang dari 30 mL/menit (Lacy et al. 2011). Kontraindikasi candesartan disebabkan karena pada pasien hipertensi disertai dengan penurunan fungsi ginjal akan terjadi peningkatan serum candesartan. Selain itu, setelah pemberian dosis berulang, nilai AUC dan Cmaks akan meningkat dua kali lipat pada pasien dengan gangguan ginjal dibandingkan pada pasien dengan ginjal normal (Siddiqui et al., 2011). DRP yang terjadi termasuk potensial sebab tidak ditemukan adanya peningkatan nilai kreatinin, selain itu kondisi pasien saat keluar rumah sakit dengan status membaik.

Dosis Berlebih

Identifikasi dosis berlebih ditemukan pada obat captopril. Dosis captopril yang diberikan pada kondisi gagal ginjal dengan Clcr 10-50 mL/menit adalah 75% dari dosis normal, sedangkan pada Clcr kurang dari 10 mL/menit adalah 50% dari dosis normal dengan penggunaan tiap 8-12 jam sekali (Lacy et al., 2011). Pada penelitian ini DRPs yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal dengan Clcr dibawah 50 mL/menit masih diberikan captopril dengan dosis normal. Pada penelitian ini ditemukan kasus dosis berlebih akibat adanya interaksi obat yaitu pada kasus penggunaan obat diltiazem dan amlodipin (1 kasus). Kedua obat tersebut merupakan obat antihipertensi golongan CCB, jika diberikan bersamaan akan menimbulkan peningkatan efek obat yang menyebabkan efek hipotensi. Pada penelitian Sulistyowati (2013) menemukan adanya interaksi antara obat antihipertensi sebanyak 11%, interaksi obat tersebut akan mengakibatkan potensi hipotensi. Rekomendasi yang dilakukan untuk mengatasi DRP tersebut yaitu dengan memberikan salah satu obat dari golongan antihipertensi tersebut. DRP yang terjadi termasuk potensial karena tidak ada gejala klinis yang ditemukan seperti penurunan tekanan darah yang signifikan dan kenaikan nilai kreatinin akibat penggunaan dosis captopril yang berlebih, selain itu status kondisi pasien saat keluar rumah sakit juga membaik.

Efek Samping Obat

(24)

9

2008). Rekomendasi untuk menangani DRP tersebut dapat dilakukan dengan menghentikan penggunan klonidin atau menggantinya dengan antihipertensi golongan lain. Beberapa interaksi obat lain yang terjadi antara obat golongan antihipertensi dengan obat golongan lain yang memiliki efek serius diantaranya adalah interaksi obat captopril dengan allopurinol (2 kasus) karena dapat meningkatkan toksisitas dari allopurinol serta interaksi antara obat amlodipin dengan simvastatin (1 kasus) yang dapat menyebabkan peningkatan efek simvastatin dan berpotensi meningkatkan resiko myopathy/rhabdomyolysis (Baxter, 2008). DRP yang terjadi termasuk DRP potensial karena tidak ada gejala klinis seperti bradikardi dan peningkatan serum kreatinin maupun gejala klinis yang terjadi terkait dengan efek obat yang berinteraksi.

Rangkuman Evaluasi DRPs

DRPs yang ditemukan pada penelitian ini terdapat 29 kasus. Pada umumnya setiap kasus memiliki potensi kejadian DRPs. DRPs yang terjadi pada setiap kasus dibagi menjadi 2 jenis yaitu aktual dan potensial (Midlöv et al., 2009). Aktual artinya DRPs yang terjadi memunculkan efek yang tidak diharapkan dari terapi yang diberikan secara nyata, sedangkan potensial artinya DRPs yang berisiko terjadi pada pasien tanpa ditemukan adanya keluhan dan gejala klinis pasien tersebut, namun dapat berpotensi menimbulkan DRPs (Yosriani et al., 2014). Berdasarkan hasil evaluasi DRPs dari 29 kasus DRPs semuanya termasuk dalam DRPs jenis potensial karena DRPs yang terjadi baru menjadi dugaan dan tidak ditemukan tanda yang signifikan pada pemeriksaan vital dan kondisi klinis pasien.

KESIMPULAN

(25)

salah, 5 kasus dosis berlebih, 5 kasus efek samping obat.

SARAN

(26)

11 DAFTAR PUSTAKA

Adusumilli, P.K. & Adepu, R., 2014. Drug Related Problems: An Over View Of Various Classification Systems. Asian Journal Of Pharmaceutical and Clinical Research, 7, 1–10.

Akizawa, T., Tsubakihara, H., Hirakata, H., Watanabe, Y., Hase, H., Nishi, S., et al., 2016. A Prospective Observational Study of Early Intervention with Erythropoietin Therapy and Renal Survival in Non-Dialysis Chronic Kidney Disease Patients with Anemia: JET-STREAM Study. Clinical and Experimental Nephrology, 20 (6), 885–895.

AstraZeneca, 2015. ATACAND HCT. http://www.accessdata.fda.gov/drugsatfdadocs/ label/2016/021093s019lbl.pdf, diakses 11 Februari 2017.

Baxter, K., 2008, Stockley’s Drug Interactions, eight edition. Pharmaceutical Press, London, 126, 150.

Bondesson, Å., Eriksson, T., Kragh, A., Holmdahl, L., Midlöv, P., Höglund, P., 2013. In-Hospital Medication Reviews Reduce Unidentified Drug-Related Problems. European Journal Of Clinical Pharmacology, 69 (3), 647–655.

Cannata-Andía, J.B., Martin, K.J., 2016. The Challenge of Controlling Phosphorus in Chronic Kidney Disease. Nephrology Dialysis Transplantation, 31, 541–547. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014. Profil Kesehatan Kota Semarang 2014. Dinas

Kesehatan, Semarang.

Drexler, Y.R. & Bomback, A.S., 2014. Definition, Identification and Treatment of Resistant Hypertension in Chronic Kidney Disease Patients. Nephrol Dial Transplant, 29 (7), 1327–1335. Epidemiology, Mechanisms, and Prevention. The Lancet, 382 (9889), 339–352. Grams, M.E., Sang, Y., Levey, A.S., Matsushita, K., Ballew, S., Chang, A.R., et al., 2016.

Kidney-Failure Risk Projection for the Living Kidney-Donor Candidate. The New England journal of medicine, 374 (5), 411–21.

Headley, S., Germain, M., Wood, R., Joubert, J., Milch, C., Evans, E., et al., 2016. The Blood Pressure Response to Acute and Chronic Exercise in Chronic Kidney Disease. Nephrology, 64 (5), 40-47.

Horowitz, B., Miskulin, D. & Zager, P., 2015. Epidemiology of Hypertension in CKD. Advances in Chronic Kidney Disease, 22 (2), 88–95.

Hussein, M., 2014. Assessment of Drug Related Problems Among Hypertensive Patients on Follow up in Adama Hospital Medical College, East Ethiopia. Clinical Pharmacology & Biopharmaceutics, 3 (2), 2–7.

Indriani, 2013. Evaluasi Masalah Terkait Obat pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik Di RSUP Fatmawati Jakarta. Universitas Indonesia, 3 (1), 39–45.

James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Dennison, H.C., Handler, J., et al., 2013. Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults. Jama, 1097 (5), 1–14.

(27)

European Heart Journal,34 (28), 2159-2219.

Midlöv, P., Kragh, A., Eriksson, T., 2009. Drug-related Problems in the Elderly. Springer Netherland, London, 6-10.

Nitta, K., 2011. Review Article: Possible Link between Metabolic Syndrome and Chronic Kidney Disease in the Development of Cardiovascular Disease. Cardiol Res Pr. 10, 1–7.

NIH, 2015, Description of High Blood Pressure-NHLBI,

http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/hbp, diakses 3 Juni 2016. Rahmiati, S., Supadmi, W., 2010. Kajian Interaksi Obat Antihipertensi Pada Pasien

Hemodialisis Di Bangsal Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Tahun 2010. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2(1), 97-100.

RSUD Tugurejo, 2016. RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah, www.rstugurejo.com/beranda/, diakses pada 22 Mei 2016.

Siddiqui, N., Husain, A., Chaudhry, L., Alam, M.S., Mitra, M., Bhasin, P.S., 2011. A Review on Candesartan: Pharmacological and Pharmaceutical Profile. Journal of Applied Pharmaceutical Science,1(10), 12–17.

Sulistyowati, S.A., Suprapti, B., Gufron, B., 2013. Pharmaceutical Care and Anti-Hypertension Treatment at TRF-HT Patients Undergoing Regular Hemodialysis. A Study at Hemodialysis Room, Dr Haryoto Hospital, Lumajang, East Java, Indonesia. Folia Medica Indonesiana, 49 (3), 186-192.

Widhiartini, I., Noviani, R., Fitriya, A., dan Adioka, I., 2011. Identification Of Drug

Related Problems Among Hypertension Patients In Community Pharmacy “X” At

Denpasar Selatan, Bali. Yogyakarta: Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah Mada., 59-63.

Yang, C., Tzeng, N., Yin, Y., Li, C., Chen, H., Chiu, S., Ho, S., Huang, H., 2015. Angiotensin Receptor Blockers Decrease the Risk of Major Adverse Cardiovascular Events in Patients with End-Stage Renal Disease on Maintenance

Dialysis : A Nationwide Matched-Cohort Study. Plos One, 1–13.

(28)

13 LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Drug Related Problems Pengobatan Hipertensi disertai Gagal Ginjal di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Januari 2013 - Juni 2016

Kasus 1. No. RM: 40.71.21 (28/02/13-05/03/13) Subjective

Wanita/49 tahun/52 kg Kondisi umum : baik

Diagnosis utama: Hipertensi Keadaan pulang : membaik

Diagnosis lain: CKD Keluhan utama : jari-jari tangan kanan kaku, mual, muntah

(29)

Penatalaksanaan

Assesment

Pada kasus pasien hipertensi diserta gagal ginjal ini tidak diberikan terapi antihipertensi golongan ARB/ACEi. Potensial DRP : indikasi tanpa obat

Plan

Sebaiknya antihipertensi yang diberikan mencakup antihipertensi golongan ARB atau ACEi, sesuai dengan rekomendasi JNC 8 terkait pemberian terapi hipertensi disertai gagal ginjal (James et al., 2013)

Nama Obat Aturan pakai Rute 28 1 2 3 4 5

Cefotaxime 1 g injeksi √

Ranitidin 1x1 injeksi √ √

Ondansetron 1x1 injeksi √ √

Extra D40 2 flas injeksi √

Ceftriaxone 2x1 injeksi √

Citicolin 2x250mg injeksi √ √ √ √ √

Paracetamol 3x1 oral √ √

Calos (kalsium karbonat) 3x1 oral √

Asam Folat 1x1 p.o √ √ √ √ √

Amlodipin 1x10mg oral √ √ √ √ √ √

Kalsium karbonat 3x1 oral √ √ √

Aspilet 1x1 oral √ √ √ √ √

Dextrose 10 20tpm infus √

Ringer laktaf 16 tpm Infus √ √ √ √

Natrium klorida 0,9% 10tpm Infus √

Dekstrose 5% 10tpm infus √ √ √

(30)

15

Kasus 2. No. RM: 24.38.87 (07/03/13-15/03/13) Subjective

Pria/72 tahun/74 kg Kondisi umum : cukup

Diagnosis utama: Hipertensi Keadaan pulang : membaik

Diagnosis lain: CKD, Hipokalemia, Bronkopneumonia Keluhan utama : nyeri dada kiri, lemas

(31)

Penatalaksanaan

Nama Obat Aturan pakai Rute 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ceftriaxone 2x1g Injeksi √ √ √ √ √

Furosemid 2x20mg Injeksi √ √ √ √ √ √ √ √

Ranitidin 2x1 Injeksi √ √ √ √ √ √ √ √

Cefotaxime 2x1 Injeksi √ √ √

Captopril 2x12,5mg Oral √ √

Vitamin B complex 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √ √ √

Captopril 3x25mg Oral √ √ √ √

Aminoral 3x1 Oral √ √

Sohobion 2x1 Oral √ √

Kalium klorida 3x1 Oral √ √

Micardis (telmisartan) 1x80mg Oral √

Ringer laktaf 20 tpm Infus √ √ √ √ √ √ √ √

Extra paracetamol (farmadol) 20 tpm Infus √

O2 3L/min √ √ √ √ √ √ √ √ √

Assesment

Pemberian antihipertensi golongan ACEi/ARB hanya diberikan sampai tanggal 14. Potensial DRP : indikasi tanpa terapi

Plan

(32)

17

Kasus 3. No. RM: 40.77.93 (07/03/13-14/03/13) Subjective

Wanita/71 tahun/49 kg Kondisi umum : lemas

Diagnosis utama: Hipertensi Emergency Keadaan pulang : membaik

Diagnosis lain: Renal insufficiency, Hipoglikemia Keluhan utama : lemas, sesak nafas, nyeri, tidak kuat jalan

Objective

Parameter Tanggal (Maret)

7 Nilai Normal Satuan TD Nadi

Leukosit 7,25 3,6 – 11 103/ul 7 140/80 88

Eritrosit 4,19 3,8 - 5,2 106/uL 8 100/90 -

Hemoglobin 11,50 L 11,7 - 15,5 g/dL 9 150/80 -

Hematokrit 34 L 35 – 47 % 10 160/70 -

Trombosit 136 L 150 – 440 103/ul 11 - -

Eosinofil 1,40 L 0,045 - 0,44 103/ul 12 140/70 -

Basofil 0,10 0 - 0,2 103/ul 13 140/90 -

Neutrofil 5,70 1,8 – 8 103/ul

Limfosit 36 0,9 - 5,2 103/ul

Monosit 6,80 0,16 – 1 103/ul

Kalium 4 3,5 - 5,0 nmol/L

Natrium 140 135 – 145 nmol/L

Clorida 109 H 95,0 – 105 nmol/L

Glukosa sewaktu 95 <125 mg/dL

Ureum 72 H 10,0 - 50,0 mg/dL

Kreatinin 1,78 H 0,60 - 0,90 mg/dL

(33)

Penatalaksanaan

Nama Obat Aturan pakai Rute 7 8 9 10 11 12 13 14

Furosemid 3x20 mg Injeksi √ √ √ √ √ √ √ √

Ceftriaxone 2x1 Injeksi √ √

Starquin (ciprofloxacin) 2x200 Injeksi √ √ √ √ √ √ √

Extra Dekstrose 40% 2 flas Injeksi √

Captopril 3x25 mg Oral √

Aspar-K 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √ √

Aspilet 1x80 mg Oral √ √ √ √ √ √ √ √

Plavix (clopidogrel) 1x1 Oral √ √ √ √ √ √ √ √

OBH syr 3x1 C Oral √ √ √ √ √ √ √ √

Aminophilin 3x100 mg Oral √ √ √ √ √ √ √ √

Isorbid dinitrat 3x5 Oral √ √ √

Dekstrose 10% 15 tpm Infus √ √ √ √ √ √ √ √

SP isorbid 10 tpm Infus √ √ √ √ √ √

Assesment

Pemberian dosis captopril untuk pasien dengan Clcr 26,9 mL/menit terlalu tinggi. Potensial DRP : dosis berlebih Pemberian antihipertensi ACEi hanya diberikan pada tanggal 7. Potensial DRP : indikasi tanpa obat

Plan

(34)

19

Kasus 4. No. RM: 25.75.58 (30/08/13-07/09/13) Subjective

Pria/58 tahun/75 kg Kondisi umum : baik

Diagnosis utama: Hipertensi Emergency Keadaan pulang : membaik

Diagnosis lain: CKD, IHD Keluhan utama : sesak nafas, pusing

(35)

Penatalaksanaan

Nama Obat Aturan pakai Rute 30 31 1 2 3 4 5 6 7

Furosemid 3x20 mg injeksi √ √ √ √ √ √ √

Ceftriaxone 2x1 injeksi √ √ √ √ √ √ √

Diltiazem 3x30 mg oral √ √ √ √ √ √ √

Tiaryt 2x200 oral √ √ √ √ √

Alprazolam 3x1 oral √ √ √ √ √

Allopurinol 3x100 mg oral √ √ √ √

Clonidin 2x0,150 mg oral √ √ √

Isorbid dinitrat 3x5mg oral √ √ √

Natrium klorida 0,9% 12 tpm Infus √ √ √ √ √ √ √ √ √

Isorbid 20% 1,2cc/jam Infus √ √ √ √ √

O2 3L/min √ √ √ √ √ √ √ √

Assesment

Pada kasus pasien hipertensi diserta gagal ginjal ini tidak diberikan terapi antihipertensi golongan ARB/ACEi. Potensial DRP : indikasi tanpa obat

Diltiazem dan Clonidin memiliki interaksi yaitu menimbulkan sinus bradikardi/penurunan heart rate. Potensial DRPs : efek samping obat

Plan

Sebaiknya antihipertensi yang diberikan mencakup antihipertensi golongan ARB atau ACEi, sesuai dengan rekomendasi JNC 8 terkait pemberian terapi hipertensi disertai gagal ginjal (James et al., 2013)

(36)

21

Kasus 5. No. RM: 43.17.53 (13/10/13-21/10/13) Subjective

Wanita/29 tahun/50 kg Kondisi umum : lemah

Diagnosis utama: Hipertensi Keadaan pulang : membaik

(37)

Penatalaksanaan

Nama obat Aturan pakai Rute 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Cefotaxime 1 g Injeksi √ √ √ √ √

Ranitidin 1 ampul Injeksi √ √ √ √ √

Ondansentron 2x4mg Injeksi √ √ √ √ √

Xtra Dekstrose 40 % 2 flas Injeksi √

Furosemid 3x20 mg Injeksi √ √ √ √ √ √

Simvastatin 1x10mg Oral √ √ √ √ √ √ √ √

Xtra captopril 1x25 mg Sublingual √ √

Amlodipin 1x5mg Oral √ √ √

Nocid (kalsium) 3x4mg Oral √ √ √ √

Dekstrose 10% 20 tpm Infus √ √ √ √ √ √ √

east pfrimmer 1x/hari Infus √ √

Assesment

Pada tanggal 14 dan 15 tekanan darah masih tinggi, tetapi tidak diberikan obat antihipertensi. Potensial DRPs : Indikasi tanpa obat

Plan

(38)

23

Lampiran 2. Interpretasi Analisis Drug Related Problems Pengobatan Hipertensi disertai Gagal Ginjal di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Januari 2013 - Juni 2016

1. Kasus 1. No. RM: 40.71.21

2. Kasus 2. No. RM: 24.38.87

3. Kasus 3. No. RM: 40.77.93

4. Kasus 4. No. RM: 25.75.58

Jenis DRPs Ya=1/Tidak = 0 Total indikasi tanpa obat 1

1 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 indikasi tanpa obat 1

1 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 indikasi tanpa obat 1

2 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0

dosis kurang 0 dosis berlebih 0 efek samping obat 1

(39)

5. Kasus 5. No. RM: 43.17.53 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 obat tanpa indikasi 0

obat salah 1

dosis kurang 0 dosis berlebih 0 efek samping obat 0

(40)

25 9. Kasus 9. No. RM: 40.56.22

10.Kasus 10. No. RM: 453022

11.Kasus 11. No. RM: 39.06.45

12.Kasus 12. No. RM: 44.57.16

Jenis DRPs Ya=1/Tidak = 0 Total indikasi tanpa obat 1

2 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0

dosis kurang 0 dosis berlebih 1 efek samping obat 0

(41)

13.Kasus 13. No. RM: 44.13.26

14.Kasus 14. No. RM: 49.19.51

15.Kasus 15. No. RM: 25.15.59

16.Kasus 16. No. RM: 25.75.58

Jenis DRPs Ya=1/Tidak = 0 Total indikasi tanpa obat 1

1 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 indikasi tanpa obat 1

1 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 indikasi tanpa obat 0

0 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 indikasi tanpa obat 1

1 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0

dosis kurang 0 dosis berlebih 0 efek samping obat 0

(42)

27 17.Kasus 17. No. RM: 45.06.67

18.Kasus 18. No. RM: 41.62.23

19.Kasus 19. No. RM: 50.86.08

20.Kasus 20. No. RM: 50.76.59

Jenis DRPs Ya=1/Tidak = 0 Total indikasi tanpa obat 1

1 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 indikasi tanpa obat 1

2 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0 indikasi tanpa obat 0

1 obat tanpa indikasi 0

obat salah 1 indikasi tanpa obat 0

1 obat tanpa indikasi 0

obat salah 1

dosis kurang 0 dosis berlebih 0 efek samping obat 0

(43)

21.Kasus 21. No. RM: 50.59.79

Jenis DRPs Ya=1/Tidak = 0 Total indikasi tanpa obat 1

2 obat tanpa indikasi 0

obat salah 0

dosis kurang 0 dosis berlebih 0 efek samping obat 1

(44)

29

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

(45)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Evaluasi DRPs

Gambar

Tabel III.  Tabel IV.
Gambar 1.  Skema Pemilihan Subyek Penelitian Hipertensi disertai Gagal Ginjal di RSUD Tugurejo Periode Januari 2013–Juni 2016 ..........
Gambar 1.  Skema Pemilihan Subyek Penelitian Hipertensi disertai Gagal Ginjal di RSUD Tugurejo Periode
Tabel I. Karakteristik Pasien Hipertensi disertai Gagal Ginjal di RSUD Tugurejo
+4

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi ketepatan pemilihan obat adalah proses untuk menganalisis dan menilai kesesuaian penggunaan semua obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal di

antihipertensi, dosis obat, frekuensi dan lama pemberian. 2) Untuk mengetahui kesesuaian gambaran pengobatan hipertensi pada pasien.. rawat inap di Rumah Sakit Umum

Kesesuaian Peresepan Obat Antihipertensi Pada Pasien Penderita Hipertensi Berdasarkan Frekuensi Pemberian Sesuai Standar Depkes.. 2006

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan obat pada pasien Diabetes Melitus (DM) dengan penyakit penyerta hipertensi dan mengetahui interaksi obat yang terjadi

Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi adanya DTPs dan mengetahui karakteristik serta profil antihipertensi pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus di instalasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan obat antihipertensi yang meliputi ketepatan pasien, indikasi, obat, dan dosis pada

Evaluasi ketepatan pemilihan obat adalah proses untuk menganalisis dan menilai kesesuaian penggunaan semua obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal di

Sampel dalam penelitian ini adalah data rekam medik mengenai obat antihipertensi yang digunakan pada penyakit hipertensi disertai gagal ginjal kronik pasien geriatri