HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR
SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SELO KECAMATAN
SELO KABUPATEN BOYOLALI
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi
Diajukan Oleh : ARNI PAMULARSIH
NIM: J 300 060 019
PROGRAM STUDI DIII GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005), yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia (Hadi, 2005).
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang
tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat daripada putra. Kebutuhan
gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan,misal berat badan yang kurang,anemia defisiensi Fe,defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium (Sediaoetama,1996).
Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang energi protein (KEP) mempunyai mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang tidak KEP. Anak yang mengalami anemia mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor dibandingkan yang tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang mengalami GAKI (Karsin, 2004).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto,2002).
Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, !996).
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008).
Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa di salah satu sekolah dasar di kecamatan Selo kabupaten Boyolali yang dilakukan pada tahun 2005, ternyata masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar 44,8% (Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a) Mengukur status gizi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
b) Mengukur tingkat prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
c) Menganalisa hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali
E. Manfaat 1. Bagi Siswa
Memberikan informasi kepada siswa tentang hubungan status gizi terhadap prestasi belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan cara meningkatkan status gizi yang baik.
2. Bagi Sekolah Dasar
Memberikan masukan kepada sekolah agar memasukkan informasi gizi melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
3. Bagi Wali Murid dan Guru
Memberikan informasi tentang status gizi yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga wali murid dan guru senantiasa menjaga status gizi siswa agar tetap baik.
4. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman dan merealisasikan teori yang telah didapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.