• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012052 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012052 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA

SISWA SMK KRISTEN SALATIGA

OLEH TITA SETIYANI

80 2012 052

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA

SISWA SMK KRISTEN SALATIGA

Tita Setiyani

Heru Astikasari S. Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMK Kristen Salatiga. Alat ukur yang digunakan skala efikasi diri akademik dan skala pengambilan keputusan karir. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa- siswi SMK Kristen Salatiga. Subyek dalam penelitian 85 siswa, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Analisis data yang menggunakan perhitungan korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa besarnya korelasi antara variabel efikasi diri akademik dengan variabel pengambilan keputusan karir adalah r = -561 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil ini H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan negatif signifikan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMK Kristen Salatiga. Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima.

(9)

ii

Abstract

The purpose of this study was to find out whether there is a relationship between

academic self-efficacy and career decision-making among Christian vocational students

in Salatiga. The measuring instruments used were the academic self-efficacy scale and

the career decision-making scale. Participants in the study were students of the

Christian SMK of Salatiga. Subjects in the study were 85 students, the sampling was

done with the saturated sampling technique. Data analysis using Pearson Product

Moment correlation calculations shows that the correlation between the academic

self-efficacy and the career decision-making variables is r = -561 with a significance of

0,000 (p < 0.05). On this basis H0 is rejected and H1 accepted, meaning that there

exists a relationship signification negatif between academic self-efficacy and career

decision-making among Christian vocational students in Salatiga. Therefore the

hypothesis proposed by the author can be accepted.

(10)

1

PENDAHULUAN

Persaingan dunia kerja di era globalisasi semakin tinggi, setiap industri dalam dunia kerja berusaha untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kerjanya. Diantara usaha yang dilakukan yaitu dengan melakukan penyerapan angkatan kerja baru yang siap dalam bekerja. Para calon tenaga kerja harus mempersiapkan diri dengan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. Diantara lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon tenaga kerja yang siap untuk bekerja adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. SMK dituntut mampu menghasilkan lulusan dengan kompetensi standar yang diharapkan oleh dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan atau yang lebih dikenal dengan singkatan SMK merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan.

Dalam peraturan pemerintah no. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Kejuruan pasal 3 ayat 2 “sekolah menengah kejuruan mengutamakan persiapan siswa

untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional”. Dalam

(11)

2

bahwa hasil akhir dari Sekolah Menengah Kejuruan selalu berorientasi pada pekerjaan, lulusan yang siap untuk bekerja dengan sikap profesional sebagai bekal dalam mengaplikasikan keahliannya pada lapangan pekerjaan tertentu. Akan tetapi, persaingan untuk memasuki dunia kerja tidaklah mudah. Banyak sekali persaingan yang harus dihadapi oleh lulusan SMK di dunia pekerjaan.

Dunia kerja membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing tinggi. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja diperlukan lulusan dari SMK yang memiliki kesiapan dan kompetensi kerja yang bagus. SMK diarahkan untuk membentuk siswanya siap bekerja, akan tetapi hal tersebut belum terlaksana dengan baik. (Depnakertrans.2012. Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan), berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan Badan Pusat Statistik yang kemudian diolah oleh Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan pada bulan Mei tahun 2015 siswa lulusan SMK di Indonesia yang sudah bekerja berjumlah 11,80 juta orang, sedangkan pengangguran terbuka yang berasal dari lulusan SMK berjumlah 1,17 juta orang. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung bahwa jumlah pengangguran terbuka 15,76% di tingkat pendidikan SMK. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa masih ada siswa lulusan SMK sebesar 15,76% yang belum siap untuk bekerja. Untuk itu masih banyak siswa SMK yang belum memiliki pekerjaan dan menjadi pengangguran. Sedangkan pekerjaan dan keputusan karir hal yang sangat penting untuk hidup di masa depan.

(12)

3

pula banyak orang yang mengalami stress dan frustasi dalam kehidupan ini dikarenakan masalah dalam karir. Menurut Herr dan Cramer ( dalam Isaacson, 1985) pekerjaan memiliki peranan yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial dan psikologis. Secara ekonomi orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan atau uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara sosial orang yang bekerja akan lebih dihargai dibandingkan dengan orang yang menganggur. Hal ini menyebabkan mereka bekerja akan memiliki status sosial yang lebih tinggi di masyarakat dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja. Sedangkan secara psikologis orang yang bekerja memiliki harga diri dan kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja, Herr dan Cramer ( dalam Isaacson, 1985). Osipow dan Fitzgerald (1996) mengatakan bahwakarir mencakup tidak hanya peran pekerjaan, tetapi juga suatu rangkaian peran kehidupan di wilayah-wilayah seperti studi, pekerjaan komunitas, waktu luang, dan rumah serta pekerjaan (Punch, 2008).

(13)

4

dalam membuat keputusan mengenai pilihan karir yang diinginkannya, ini semua terjadi pada tahap eksplorasi.

Tekanan yang dirasakan dapat mempengaruhi beragam aspek kehidupan sehari-hari, cara individu mengambil keputusan akan mempengaruhi caranya mengambil keputusan karir di masa depan ( Gati & Saka, 2001), serta dapat mengakibatkan konsekuensi negatifjangka panjang untuk massa depan vokasional, kesejahteraan, dan penerimaan sosial (Mann, Harmoni, & Power, 1989). Sampai saat ini telah ditemukan beragam variabel yang terkait dengan keraguan mengambil keputusan karir, misalnya perfeksionisme, self-consciousness, ketakutan terhadap komitmen, kecemasan, serta status identitas moratorium ( individu tidak bereksplorasi dan tidak berkomitmen), gaya pengambilan keputusan karir, dan tingkatan identitas ego, interaksi positif dengan keluarga dan teman sebaya, pengalaman dengan teman sebaya dan orang tua (Guay, Senecal, Gauthier, & Fernet, 2003).

Conger (Yulia, 1999) menambahkan ketidakmampuan menentukan suatu identitas pekerjaan akan mengganggu perkembangan diri remaja. Memiliki suatu pekerjaan yang dinilai penting dan berharga oleh masyarakat dapat memperkuat kepercayaan diri dan meningkatkan identitas diri yang stabil dan aman. Sebaliknya bila remaja tidak mampu menemukan pekerjaan yang berarti ia akan kecewa, tidak yakin akan diri sendiri, kehilangan kepercayaan diri kemungkinan mengalami identity confusion, bahkan identitas diri yang negatif.

(14)

5

keyakinan individu untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan pengambilan keputusan karir.

Pengambilan keputusan karir sangat penting untuk siswa SMK Kristen Salatiga karena setelah lulus dari SMK siswa akan di tuntut untuk pengambilan keputusan karir.Namun pada kenyataannya para siswa masih sangat ragu dengan pengambilan keputusan karirnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi para siswa SMK Kristen Salatiga dari hasil wawancara dengan kepala sekolahdalam pengambilan keputusan karirnya adalah: 1) Faktor ekonomi dimana SMK Kristen termasuk dalam kategori SMK di Salatiga yang 80% siswanya dalam kategori siswa yang memiliki tingkat ekonomi keluarga menegah kebawah. 2) Faktor kurangnya kepedulian siswa dengan kemampuan yang di miliki, para siswa kurang yakin akan pendidikan yang mereka jalani, menurut para siswa pendidikan hanya formalitas dan para siswa masih sangat bingung untuk pengambilan keputusan karir setelah lulus dari SMK Kristen Salatiga. 3) Faktor motivasi, para siswa SMK Kristen Salatiga 50%memiliki keluarga yang tidak utuh, ada orang tua yang sudah bercerai ataupun meninggal, menjadikan untuk urusan sekolah dan keputusankarir kedepan siswanya kurang ada yang memotivasi, memperhatikan serta mendukung.Ini membuat para siswa SMK Kristen Salatiga setelah lulus memiliki keraguan dalam pengambilan keputusan karir.

Dari penulis juga melakukan wawancara kepada perwakilan siswa kelas 3 (tiga) di tiap jurusan di SMK Kristen Salatiga berjumlah 12 orang, saat ditanya tentang rencana setelah mereka lulus, dan para menjawab dengan “tidak tahu, bingung mau melanjutkan kuliah atau tidak, belum siap bekerja juga, belum ada gambaran nanti bekerja seperti apa”. Dari penulis juga melakukan wawancara dengan guru Bimbingan Konseling di

(15)

6

diri untuk mengambil keputusan setelah lulus, masih takut bekerja karena merasa belum mampu dan tidak tahu nanti mau bekerja apa. Walaupun sebenarnya dari pihak sekolah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk para siswa mau maju dan berkembang untuk karir kedepannya, pihak sekolah berusaha memfasilitasi para sisiwa untuk mengikuti bursa kerja yang biasanya diadakan pemerintah kota Salatiga. Namun pihak sekolah tidak pantang menyerah untuk berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk para siswanya.

Keraguan mengambil keputusan karir tidak saja dikaitkan dengan beragam anteseden sebagaimana disebutkan di atas, Lewis (1981), dalam Gati & Saka, 2001) berusaha meninjau dari kapabilitas remaja dalam mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena kurang meningkatnya kebutuhan untuk mengambil keputusan signifikan selama remaja, maka dari itu para siswa perlu memiliki efikasi diri akademik.

Pengambilan keputusan karir berasal dari teori sosial kognitif Bandura, Bandura (1995) mendefinisikan efikasi diri sebagai persepsi seseorang mengenai kemampuannya untuk sukses dalam memenuhi tugas atau perilaku tertentu (Luzzo, 1996). Pengambilan keputusan karirtidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dikaitkan dengan keyakinan terhadap suatu domain perilaku tertentu, sehingga pada hal ini dikaitkan dengan pengambilan keputusan (Hacket, 1995). Taylor dan Betz (1983) mendefinisikandiri pengambilan keputusan karir sebagai keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam membuat keputusan dalam bidang karir.

(16)

7

menemukan pekerjaan yang berarti ia akan kecewa, tidak yakin akan diri sendiri, kehilangan kepercayaan diri kemungkinan mengalami identity confusion. Bahkan identitas diri yang negative.Menurut Conger (Yulia 1999) aspek-aspek pengambilan keputusan karir yaitu: (a) Pengetahuan mengenai karir, sejauh mana pengetahuan seseorang tentang dunia kerja dan berbagai tugas yang ada dalam pekerjaan. Pengetahuan dalam dunia kerja meliputi juga pengetahuan mengenai tren dunia kerja, sikap maupun kesempatan kerja. (b) Pemahaman diri, kemampuan seseorang tersebut dalam menilai kekuatan dan kelemahan yang ada dalam dirinya untuk mencapai pengambilan keputusan karir.(c) Kecocokan pilihan karir dengan diri, kemampuan seseorang dalam membuat pilihan pekerjaan yang paling sesuai dan terbaik bagi dirinya.(d) Minat,pengambilan keputusan keinginan dalam memilih karir untuk mengembangkan hidup di masa depan.(e) Proses membuat keputusan, perubahan yang diambil untuk menghasilkan dan menentukan pengambilankeputusan karir.(d) Masalah interpersonal, seseorang harus memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan karir yang dalam hal ini adalah pekerjaan.

Ginzberg (1951) menyatakan membentuk satu teori yang meninjau faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat empat faktor utamayang mempengaruhi pemilihan suatu pekerjaan, yaitu: 1. Faktor realitas pemilihan suatu pekerjaan adalah akibat dari tekanan lingkungan. 2. Faktor proses pendidikan bidang karir ditentukan oleh kualitas dan kuantitas

pendidikan.

(17)

8

4. Faktor nilai pribadi faktor yang menentukan jenis pekerjaan yang akan dipilih oleh seseorang.

Menurut teori Bandura (1986), efikasi diri didefinisikan sebagai keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Bandura juga menyatakan bahwa efikasi diri membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan dan ketekunan yang mereka tunjukkan dalam menghadapi kesulitan dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami saat mereka mempertahankan tugas-tugas yang mencakupi kehidupan mereka. Berkaitan dengan bidang akademik dalam teori yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2003) menyatakan bahwa efikasi diri akademik merupakan keyakinan diri seseorang bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level kemampuan dirinya.

Bandura (1986) menjelaskan bahwa individu yang memiliki efikasi diri akademik tinggi cenderung memilih terlibat langsung dalam mengerjakan suatu tugas, sedangkan individu yang memiiliki efikasi diri akademik rendah cenderung mengerjakan suatu tugas tertentu meskipun tugas-tugas tersebut dirasa sulit. Mereka yang gagal dalam melaksanakan sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali efikasi diri akademik setelah mengalami kegagalan tersebut.

(18)

9

yang rendah dalam mencapai suatu tujuan yang mereka pilih atau mereka tetapkan dan individu tidak berpikir bagaimana cara yang baik dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit. Selain itu individu cenderung lamban dalam membenahi kembali efikasi diri akademik ketika mereka menghadapi kegagalan.

Dari penyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki efikasi diri akademik tinggi memiliki ciri-ciri cenderung memilih terlibat langsung dalam mengerjakan suatu tugas, cenderung mengerjakan tugas tertentu, sekaligus tugas yang dirasa sulit, menganggap kegagalan sebagai akibat kurangnya usaha, pengetahuan dan ketrampilan, gigih dalam berusaha, percaya pada kemampuan diri yang dimiliki, hanya sedikit menampakkan keragu-raguan, suka mencari situasi baru. Sedangkan individu yang memiliki efikasi diri akademik rendah cenderung menghindari tugas, ragu-ragu akan kemampuannya, tugas yang sulit dipandang sebagai ancaman, lamban dalam membenahi diri ketika mendapat kegagalan, aspirasi dan komitmen pada tugas lemah, tidak berfikir bagaimana cara menghadapi masalah, tidak suka mencari situasi yang baru.

Efikasi diri akademik yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dapat dilihat berdasarkan aspek yang mempunyai implikasi penting pada perilaku. Bandura (1986), mengemukakan ada tiga aspek dalam efikasi diri, yaitu :

(19)

10

2. Strength (kekuatan keyakinan), yaitu komponen yang berkaitan dengan kekuatan keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan walaupun mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang menunjang. Sebaliknya, pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

3. Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan luas cakupan tingkah laku diyakini oleh individu mampu dilaksanakan. Keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya bergantung pada pemahaman kemampuan dirinya, baik yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu maupun pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

Untuk mencapai itu semua diperlukan efikasi akademik yang tinggi, karena semakin tinggi prestasi akademiknya maka semakin tinggi prestasi akademik seseorang (Ferla, Vacke, & Cai 2007). Beberapa indikatoryang dapat melemahkan efikasi diri akademik, diantaranya keraguan dalam mengerjakan tugas dan rendahnya motivasi belajar karena kurang adanya dukungan dari keluarga membuat siswa mencapai prestasi akademik yang kurang memuaskan. Untuk itu siswa diharapkan memiliki efikasi diri akademik yang tinggi supaya para siswa.

(20)

11

SMK Kristen Salatiga dan H1: Ada hubungan signifikan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir padasiswa SMK Kristen Salatiga.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, maka dari itu dalam menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode statistik. Tujuan analisis ini adalahmenyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun).Pengujian hubunganvariable bebasdengan variable tergantung dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi pearson product moment.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III (tiga) laki-laki dan perempuan di SMK Kristen Salatiga sebanyak 85 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah sensus teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan menjadi sampel.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket atau skala pengukuran psikologi. Angket atau skala merupakan kumpulan dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk menjawabnya (Sugiyono, 2012).

(21)

12

diri akademik dari Bandura (Arianto 2014) yang disusun dan telah dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.

1. Skala Pengambilan Keputusan Karir.

Skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Conger(Yulia 1999) yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu: (1) pengetahuan mengenai karir, (2) pemahaman diri, (3) kecocokan pilihan karir dengan diri, (4) minat, (5) proses membuat keputusan, dan (6) masalah interpersonal.

(22)

13

Berdasarkan skala variabel Pengambilan keputusan karir dengan jumlah item soal 36 yang terdiri dari 20 itemFavorabledan 16Unfavorable didapatkan hasil uji validitas terdapat 14 item yang dinyatakan gugur/ tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari r tabel 0, 213 pada taraf signifikansi 5% pada populasi 85. Item yang dinyatakan gugur yaitu nomer1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 16, 17, 19, 24, 30, 33 sedangkan 22 item dinyatakan valid karena r hitung lebih besar dari r tabel 0, 213 pada taraf signifikansi 5% pada populasi 85. Skala ini dinyatakan reliabel dengan nilai r hitung 0, 781 lebih besar dari r tabel.

2. Skala Efikasi Diri Akademik

Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan konsep efikasi diri menurut Bandura (Arianto 2014) dankemudian dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai tujuan penelitian.Komponen efikasi diri akademik adalah (a)Magnitude,(b)Strength,(c) Generality.

(23)

14

Berdasarkan skala variabel efikasi diri akademik dengan jumlah item soal 38 yang terdiri dari 19 itemFavorebledan 19 Unfavorable didapatkan hasil uji validitas terdapat 14 item yang dinyatakan gugur / tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari r tabel 0, 213 pada taraf signifikansi 5% pada populasi 85. Item yang dinyatakan gugur yaitu nomer1, 3, 5, 6, 9, 13, 15, 19, 21, 30, 31, 32, 33, 36sedangkan 24 item dinyatakan valid karena r hitung lebih besar dari r tabel 0, 213 pada taraf signifikansi 5% pada populasi 85. Skala ini dinyatakan reliabel dengan nilai r hitung 0, 694 lebih besar dari r tabel.

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Analisis Deskriptif

a. Pengambilan Keputusan Karir

Variabel Pengambilan keputusan karir memiliki 22 item valid dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi : 4 x 22 = 88 Skor terendah : 1 x 22 = 22

(24)

15

i = 13,2

Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka didapati data efikasi diri akademik sebagai berikut :

Tabel 1.3

Kriteria Skor Pengambilan Keputusan Karir

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar Deviasi

Data di atas menunjukkan tingkat pengambilan keputusan karir. Pada kategori sangat rendah didapati prosentase sebesar 0%, kategori rendah 0%, kategori sedang 24,71%, kategori tinggi sebesar 38,82% dan kategori sangat tinggi sebesar 36,47%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 71, 20 dengan standar deviasi sebesar9, 55. Yang berarti bahwa rerata pengambilan keputusan karir siswa SMK Kristen Salatiga ini berada pada kategori yang tinggi.

b. Efikasi Diri Akademik

(25)

16

Skor tertinggi : 4 x 24 = 96 Skor terendah : 1 x 24 = 24

Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah jumlah kategori.

i = 14,4

Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka efikasi diri akademik sebagai berikut.

Tabel 1.4

Kriteria Skor Efikasi Diri Akademik

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar Deviasi

(26)

17

tinggi sebesar 40,0 % dan kategori sangat tinggi sebesar 2,36%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 65, 32 dengan standar deviasi sebesar 8, 30. Yang berarti bahwa rerata efikasi diri akademik siswa SMK Kristen Salatiga ini berada pada kategori sedang.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov.Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p < 0, 05 yang didapat dari hasil analisa menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :

Normal Parametersa Mean 65.33 71.20

Std. Deviation 8.301 9.553

Most Extreme Differences Absolute .264 .243

Positive .211 .243

Negative -.264 -.233

Kolmogorov-Smirnov Z 2.431 2.240

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

a. Test distribution is Normal.

(27)

18

pengambilan keputusan karir memiliki data yang tidak berdistribusi normal karena p > 0,05.

3. Uji Linearitas

Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui apakah dua variable yang sudah ditetapkan, dalam hal ini satu variabel independen, dan satu variabel dependen memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Kedua variabel dapat dikatakan linier bila memiliki nilai signifikansi <0,05. Pengujian liniaritas kedua variabel tertera pada tabel di bawah ini.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa efikasi diri akademik dan pengambilan keputusan karir adalah tidak linearitas,karena hasil uji linearitas diperoleh F beda = 2,419 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.

(28)

19

Tabel 1.7 Correlations variabel

Correlations

VAR00001 VAR00002

Spearman's rho VAR00001 Correlation Coefficient 1.000 -.561**

Sig. (2-tailed) . .000

N 85 85

VAR00002 Correlation Coefficient -.561** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 85 85

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Besarnya hubungan antara variabel efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir r = -561 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui r = -561 (p < 0,05), hal ini berarti hipotesis diterima yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir. Jadi penelitian menunjukkan semakin tinggi tingkat efikasi diri akademik siswa semakin rendah tingkat pengambilan keputusan karir pada siswa, dan sebaliknya semakin rendah tingkat efikasi diri akademik siswa semakin tinggi tingkat keputusan karir pada siswa.

(29)

20

Bandura 1997 menjelaskan efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan kemampuannya untuk melakukan tindakan yang diharapkan. Individu dengan efikasi diri tinggi akan memilih melakukan usaha lebih besar dan lebih pantang menyerah. Efikasi diri mempunyai peran penting pada pengaturan motivasi seseorang. Seseorang percaya akan kemampuannya memiliki motivasi tinggi dan berusaha untuk sukses. Beragam variabel yang terkait dengan keraguan mengambil keputusan karir, misalnya perfeksionisme, self-consciousness, ketakutan terhadap komitmen, kecemasan, serta status identitas moratorium ( individu tidak bereksplorasi dan tidak berkomitmen), gaya pengambilan keputusan karir, dan tingkatan identitas ego, interaksi positif dengan keluarga dan teman sebaya, pengalaman dengan teman sebaya dan orang tua (Guay, Senecal, Gauthier, & Fernet, 2003)

Seperti penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Sawitri (2008), pada mahasiswa tahun pertama (angkatan 2008) di Universitas Diponegoro Semarang menunjukkan adanya pengaruh status identitas dan efikasi diri keputusan karir terhadap keraguan mengambil keputusan karir.

(30)

21

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil yaitu efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir ada korelasi negatif siignifikan.Jadi semakin tinggi tingkat efikasi diri akademik siswa semakin rendah tingkat pengambilan keputusan karir pada siswa, dan sebaliknya semakin rendah tingkat efikasi diri akademik siswa semakin tinggi tingkat keputusan karir pada siswa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan diterimanya hipotesis Hi ada hubungan negatif signifikan antara efikasi diri akademik dengan pengambilan keputusan karir pada siswa SMK Kristen Salatiga.

Saran Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini memberikan saran kepada sekolah untuk lebih memberikan bimbingan dan lebih memfasilitasi dan memberikan program-program yang dapat meningkatkan efikasi diri akademik siswa yaitu dengan adanya pembinaan yang berkesinambungan mengenai pentingnya memikirkan pengambilan keputusan karir. Sehingga siswa memilki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri tentang karir setelah lulus di SMK Kristen Salatiga.

Siswa

(31)

22

untuk menyelesaikan tugasnya yang berkaitan dengan proses investigasi, memilih dan mengimplementasikan suatu pilihan pekerjaan.

Peneliti Selanjutnya

(32)

23

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta 2006

AriantoA.H.(2014). Hubungan antara efikasi diri akademik dengan prokrastinasi mengerjakan tugas pada mahasiswa fakultas psikologi uksw.Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Bandura,(1977). Self-efficacy: Toward Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological

________. (1995). Self-efficacy:Chaning in Society. United States of America:Cambridge University Press. Review, 84 (2), 191-215.

Bandura, A. (1977). Self Efficacy : The Exercise of Control. New York : W. H. Freeman and Company (a)

___________ (1977). Self-efficacy : Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, 2.191-215. (b)

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological. Review, 84 (2), 191-215.

Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New York: Prentice Hall

Bandura, A. (1997). Self-efficacy. The exercise of control. New York: Freeman

Brown, D., & Associates. (2002). Career choice & Development (4th ed). San Fransisco: Jossey-Bass A Willey Company.

Baron, R.H & Byne, D.(2005).Psikologi Sosial ed 10 jilid 2. Jakarta : Erlangga

Bungin, B. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif edisi 2. Jakarta: Kencana Prenada Media

Betz, N.E., & Luzzo, D.A. (1996). Career assessment and the career decision-making self-efficacy scale. Journal of Career Assessment, 4, 413-428.

Darmawan, D.(2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Depdikbud. 2003. Undang-Undang Nomer 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta:Depdikbud

Depnakertrans.2012. Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan. Diakses darihttp://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/, tanggal 5 September 2015, jam 02.00 WIB

E. L Herr dan S. H. Cramer, Career Guidance and Counseling Through the Life-Span : Systematic Approaches edisi ke-5 (1996, hlm. 208)

(33)

24

Gati, I., Krausz, M., & Saka, N. (2001). High school student’ career-related decision making difficulties. Jaurnal of Counseling and Development, 79(3), 331-340. Luzzo, D. A. (1996). A psychometric evaluation of the career decision making self.

Journal of Counseling and Development, 7, 3, 276.

Nauta, M.M & Khan, J.H. (2007). Identity status, consistency and differentiation of interests, and career decision self-efficacy. Journal of Career Assessment, 15, 55-65.

Punch, R. (2008). Career development of deaf and hard of hearing adolescent: Career decision-making, career maturity and perceived career barriers. Australia: UDM

Sarwono, S.W. (2005). Psikologi remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sawitri, D.R. (2008). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Kepuasan Karir terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Siswa SMA Kelas 12.Tesis: tidak diterbitkan.

Seligman, L. (1994). Development career counseling and assement 2nd ed. California Thousand Oaks : Sage

Walsh, W. B., & Osipow, S. H., (1988) Career decision-making. New Jersey: Laurence Erbaum Associates.

Gambar

Tabel 1.3 Kriteria Skor Pengambilan Keputusan Karir
Tabel 1.4 Kriteria Skor Efikasi Diri Akademik
Tabel 1.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ANOVA TableTabel 1.6
+2

Referensi

Dokumen terkait

PT Bank Tabungan Negara dalam memberikan kredit Agunan Rumah (KAR) kepada calon debitur memiliki pelaku pada bagian-bagian yang telah ditetapkan oleh perusahaan

Berdasarkan hasil Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 09/PPBJ-KONS/B/DIKBUD- BU/IX/2013 Tanggal 19 September 2013, Serta memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Perpres

Apabila seluruh lapisan masyarakat beserta pemerintah dan penegak hukum telah melakukan upaya pencegahan untuk mencegah terjadinya tindak pidana pencabulan tethadap anak

[r]

Pergantian atau perbaikan metode kerja dilakukan bila metode yang sudah dilakukan terlalu lambat dan tidak efisien. Misalnya, pengadukan campuran beton secara manual akan

Sementara dalam artian sempit (mikro), Liliwery mendefinisikan sosiologi komunikasi sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau yang menerangkan mengenai

0erilaku seseorang %asien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertu&#34;uan dan terintegrasi dengan amnesian$a dibandingkan %asien dengan amnesia disosiatif 0asien dengan

Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara