Universitas Kristen Satya Wacana
nurani suku Buna’
SPIRITUAL CAPITAL DALAM
PEMBANGUNAN
Promotor:
Prof. Daniel D. Kameo, SE, MA, Ph.D
Ko-Promotor:
Marthen L. Ndoen, SE, MA, Ph.D Dr. Soegeng Hardiyanto
Oleh: Bele Antonius NIM: 902006009
Program Pasca Sarjana Doktor Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana
KATA
PENGANTAR
Ada satu kelompok masyarakat di pedalaman Pulau Timor Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Belu yang jarang dibicarakan dalam forum ilmiah. Mereka kurang dikenal. Kelompok masyarakat itu adalah masyarakat suku Buna’ yang berbahasa Buna’. Tulisan tentang mereka masih sangat sedikit. Kelompok suku Buna’ ini jumlah anggotanya sekitar enam puluhan ribu orang, tiga puluhan ribu menempati wilayah pedalaman di Timor Leste dan tiga puluhan ribu menempati wilayah Timor bahagian Indonesia. Masyarakat suku Buna’ ini unik karena adat istiadatnya dan bahasanya. Bahasa Buna’ itu sangat sederhana. Sebagai contoh, setiap huruf hidup itu merupakan satu kata. Ini ada satu kalimat dalam bahasa Buna’: O i u a o e a. Kalimat ini terdiri dari tujuh kata dan tiap kata itu terdiri dari satu huruf hidup. Kalimat ini artinya: Kita yang hidup ini makan nasi dan garam. Sudah seratus tahun lebih leluhur mereka berkenalan dengan agama Kristen Katolik sehingga sekarang mereka secara statistik seratus persen menjadi pemeluk agama Kristen Katolik. Biar pun sudah katolik, mereka tetap menjalankan ritus-ritus agama asli mereka, agama Hot Esen dengan alasan, ritus agama asli itu adat warisan leluhur jadi tidak bisa ditinggalkan. Ada keunikan-keunikan dalam kehidupan masyarakat suku Buna’ ini.
mereka? Ada satu hal yang sangat mendasar yang tidak berubah yaitu nurani masyarakat suku Buna’ di Desa Henes dan Lakmaras (DHL). Atas dasar itulah penulis memberikan judul untuk tulisan ini, Nurani Suku Buna’ sebagai harta paling luhur yang mereka miliki dan tetap menuntun mereka untuk mengarungi arus perubahan zaman.
Pada tahun 2006, penulis sebagai mahasiswa program pascasarjana studi permbangunan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, mempelajari bermacam-macam capital, modal dalam pembangunan. Di antara begitu banyak capital, mulai social capital, human capital, sampai religious capital, ada satu yang menarik, spiritual capital. Ada beberapa tulisan yang diundu dari internet oleh Pak Soegeng Hardiyanto, dosen Pascasarjana, tentang spiritual capital. Minat penulis untuk mempelajari spiritual capital dipacu dengan tulisan-tulisan itu maka penulis mengajukan proposal untuk membuat penelitian tentang spiritual capital dengan subyek dan locus penelitian, suku Buna’ di pedalaman Pulau Timor.
Tiga dosen bersedia menjadi promotor dan ko-promotor. Prof. Daniel Daud Kameo, SE., MA., Ph.D. sebagai promotor, Pak Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D. dan Pak Dr. Soegeng Hardiyanto sebagai ko-Promotor. Pak Daniel Kameo dengan keahliannya di bidang ekonomi sangat membantu untuk melihat aspek spiritual capital yang melatar-belakangi kegiatan pembangunan di bidang ekonomi di kalangan suku Buna’. Pak Marthen Ndoen sebagai seorang yang ahli di bidang entrepreneurship membantu penulis untuk melihat segi-segi kewira-usahaan orang-orang suku Buna’ dan keterkaitannya dengan spiritual capital. Pak Soegeng Hardiyanto dengan perbendaharaannya yang luas di bidang filsafat membantu penulis untuk menjelajahi bidang-bidang filsafat yang berkaitan dengan spiritual capital.
akhirnya ditemukan benang merah pemikiran tentang spiritual capital itu sebagai dasar dari ketahanan orang suku Buna’ dalam terpaan arus perubahan zaman.
Di Kupang, penulis berdiskusi intensif dengan Dr.Gregor Neonbasu, seorang anthropolog tentang topik yang sama. Pikiran dan pendapat dari berbagai pihak penulis serap melalui pembicaraan dan diskusi. Penulis mengadakan kunjungan ke lokasi penelitian di Kecamatan Lamaknen, khususnya Desa Henes dan Lakmaras sebagai satu kesatuan kelompok yang mewakili suku Buna’. Hasil dari semua upaya itulah yang dirampungkan dan disajikan dalam tulisan ini.
Syukur berlimpah kepada Tuhan penulis haturkan karena berkat bimbinganNya seluruh proses studi di Universitas Kristen Satya Wacana ini telah penulis tempuh sampai selesai. Khususnya dalam menyelesaikan program doktoral ini penulis sangat merasakan rahmat Tuhan tercurah pada saat-saat yang sangat sulit dan hal itu terjadi hanya karena penyelenggaraan ilahi. Selesainya penulisan disertasi ini merupakan hasil dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Kepada semua pihak itu penulis merasa patut untuk menghaturkan limpah terimakasih.
Pada kesempatan ini kepada Alma Mater Universitas Kristen Satya Wacana dalam hal ini Bapak Rektor Pendeta Prof. Drs. John A. Titaley, Th.D., segenap pimpinan, para Dosen, karyawan-karyawati dan seluruh civitas academica di UKSW penulis haturkan limpah terimakasih. Sejak penulis belajar sebagai peserta program pascasarjana Magister studi Pembangunan, penulis sudah menimba banyak pengalaman berharga di Lembaga Perguruan Tinggi ini dan penulis merasa sangat berbahagia.
untuk dirumuskan dalam tulisan ini. Atas dasar itulah ketiga beliau ini tercatat dalam hidup saya sebagai pribadi-pribadi yang memperkaya kepribadian penulis.
Kepada Yang Mulia Bapak Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, penulis menghaturkan limpah terimakasih karena beliau dengan caranya sendiri turut membantu penulis dalam penyelesaian studi ini. Kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur, Bapak Drs. Frans Lebu Raya dan Ibu Lusia penulis patut mengucapkan terimakasih karena sebagai suami-isteri anggota Marriage Encounter, beliau berdua pun turut membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bapak Dirjen Bimas Katolik, Drs. Anton Semara Duran beserta semua rekan di Direktorat Bimbingan Masyarakat Katolik pada Kementrian Agama Republik Indonesia sangat berjasa dalam mendukung penulis untuk menempuh studi di UKSW. Bapak Drs. Stef Agus, mantan Dirjen Bimas Katolik juga sangat membantu penulis dengan dorongan yang beliau berikan kepada penulis semasa beliau menjabat sebagai Direktur Jenderal Bimas Katolik. Bapak Kakanwil Kementrian Agama RI Propinsi NTT beserta kawan-kawan pejabat pada Kantor Kementrian Agama Kota Kupang dan Kabupaten Kupang juga sangat berjasa karena turut memberikan semangat kepada penulis. Atas dasar itulah penulis patut ucapkan limpah terimakasih kepada semua beliau yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Kepada Ketua Sekolah Tinggi Pastoral (STIPAS) Keuskupan Agung Kupang Romo Kanis Pr, penulis haturkan limpah terimakasih karena beliau bersama rekan-rekan pembantu Ketua, Bapak Drs. Lazarus Anin, M.Hum., dan Bapak Herman Utang Lic.Fil., serta semua dosen dan para karyawan-karyawati di STIPAS sangat membantu penulis dalam seluruh proses studi ini. Semua mahasiswa-mahasiswi di STIPAS juga sangat membantu penulis atas berbagai cara dan untuk itu kepada mereka penulis haturkan limpah terimakasih.
Bele. Kepada Opa tersayang Petrus Salassa dan semua kakak-adik serta para ponakan dan cucu-cucu, penulis haturkan limpah terimakasih.
Kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang telah membantu dalam keterlibatan mereka sebagai pihak yang diwawancara, penulis haturkan limpah terimakasih untuk semua budi baik dan kerelaan yang diberikan kepada penulis.
Kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya keluarga dan kelompok masyarakat Desa Henes dan Lakmaras, penulis juga menghaturkan limpah terimakasih. Dalam ruang yang terbatas ini penulis tidak dapat lagi menuliskan satu per satu nama-nama semua sahabat yang telah membantu penulis atas berbagai cara, termasuk para Suster yang begitu sering mendoakan penulis selama ini. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian yang begitu banyak berjasa tetapi tidak sempat disapa dalam tulisan ini secara khusus.
Akhirnya, semua yang telah berjasa untuk penulis, hanya satu ini yang dapat penulis ungkapkan, terimakasih berlimpah dan penulis memohon agar Tuhanlah yang menjadi Pemberi berkat untuk kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Prakata
Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran BAB 1 Pendahuluan
Siapa itu Suku Buna’
Lolo goni’on tal: tig kampung hancur Bakar Aitos (totem kayu: lambang leluhur)
Manepou: Laki-laki yang malang
Ma’as (paceklik) rutin Kesimpulan
BAB 2 SPIRITUAL CAPITAL
Pengertian istilah ‘Spiritual capital’ Pemahaman tentang ‘spiritual capital’
Peranan ‘Spiritual capital’ dalam Pembangunan
Perbandingan pengertian ‘Spiritual capital’ dengan kearifan lokal di Pulau Timor
Kesimpulan
Bab 3 Metodologi
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Bab 4 ORANG HENES-LAKMARAS DALAM KESEHARIAN
Suku Buna’ di Kabupaten Belu
Molo a (makan sirih) Hoto tuka (melahirkan) Ton (kawin)
En heser (orang mati) Kesimpulan
Bab 5 MENATA KEKERABATAN MELALUI PERKAWINAN Kekerabatan berdasarkan sistim suku: malu-ai
Kekerabatan berdasakan perjanjian pemerintahan: dasa’ rak
Kekerabatan berdasarkan perjanjian: hulo lep Kekerabatan berdasarkan persamaan bahasa: Buna’ Kesmpulan
Bab 6 KEPEMIMPINAN LOKAL DAN PEREKONOMIAN DESA Struktur kepemimpinan lokal
Kepala Desa
Perekonomian Desa: kepemilikan tanah Mar hone : kerja kebun
Mar gosan : hasil kebun
Upacara adat berkaitan dengan pertanian Pemukiman: tas mil
Kesimpulan
Bab 7 KESENIAN DAN HIBURAN RAKYAT Harta Kesenian
Tenunan
Seni Anyama dan pintal Seni Ukir dan pahat Alat Dapur
Alat Kerja Senjata Lukisan
Hatais (Busana )
Teberai’ (Likurai, Tarian dengan genderang) dan Tei (tandak) Kon titil (Gong dan Genderang)
Diol Gogo (lagu) Sastra
Kute’ gete (main gasing) Bon gete (main balam)
Barut gete (main kemiri)
Mukat go’on (main tali di tangan) Hol go’gumi
Kerok Akan doli’ Hol oko’ go’on He tayi
Tumi sagal Kesimpulan
Bab 8 HOT ESEN: ESENSI RELIGI ORANG BUNA Subyek kepercayaan asli suku Buna’
Tempat pemujaan: Mot
Kesimpulan175
BAB 9 Sintese
DAFTAR GAMBAR
Peta 1. Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timu
Peta 2. Wilayah Suku Buna’ dan Desa Henes dan Lakmaras
Gambar 1. Ai tos (Patung Leluhur)
Gambar 2. Kearifan lokal masyarakat Dawan: Lopo simbol pembangunan holistik
Peta 3. Peta Kabupaten Belu
Gambar 4 Awal terjadinya deu (suku) ai-ba’a
Gambar 5 Terjadinya deu malu dan deu ai-ba’a
Gambar 6 Seorang laluhur laki-laki (Bei Mone) Gambar 7 Berdirinya Deu Bere gatal
DAFTAR TABEL