iv
ANALISIS YURIDIS KERJA SAMA JUAL BELI KUMPULAN TAGIHAN KPR BERSYARAT (TERM PURCHASE PROGRAM) ATAU REPO KPR YANG DIJALANKAN OLEH PT SMF DAN BANK SEBAGAI SARANA
PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMAHAN DALAM HAL PENGEMBANGAN KREDIT PERUMAHAN DI INDONESIA
ABSTRAK
Semakin banyaknya peminat KPR di Indonesia oleh golongan menengah kebawah menimbulkan permasalahan pendanaan bagi Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai bank penyalur KPR dikarenakan kesenjangan antara penyaluran kredit perumahan yang bersifat jangka panjang dengan sumber dana masyarakat yang bersifat jangka pendek. Mengatasi permasalahan ini, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan disertai pendirian lembaga pembiayaan sekunder perumahan yang diberi nama PT. Sarana Multigriya Finansial dengan tujuan membangun dan mengembangkan pasar pembiayaan sekunder perumahan serta memperkuat pasar primer. Program pembiayaan yang dikembangkan adalah Jual Beli Kumpulan Tagihan KPR Bersyarat atau REPO KPR dengan syarat hak membeli kembali (recourse). Disepakatinya REPO KPR disertai turut beralihnya kumpulan tagihan KPR secara hukum dari BTN kepada PT SMF, namun secara administrasi pengelolaan tagihan tetap menjadi kewajiban BTN. Berdasarkan hal tersebut tujuan dari penelitian ini ialah untuk memahami praktik REPO KPR dikaitkan dengan ketentuan hukum positif di Indonesia, serta bagaimana kedudukan bank sebagai penyalur KPR disaat kumpulan tagihan telah dialihkan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, dan dianalisa dengan menggunakan metode normatif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa REPO KPR yang berlangsung di Indonesia secara umum dapat ditemukan aturannya dalam KUHPerdata, namun dikarenakan belum terdapatnya Master
Agreement dalam praktik ini oleh karena itu perjanjian dibuat oleh para