• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PENDEK EKSTRAK ETANOL 70% BIJI ATUNG (Parinarium glaberrimum Hassk.) PADA TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Willy Juneidi Sine NIM : 138114162

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PENDEK EKSTRAK ETANOL 70% BIJI ATUNG (Parinarium glaberrimum Hassk.) PADA TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Willy Juneidi Sine NIM : 138114162

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rahmat Tuhan yang maha esa kupersembahkan karya ini kepada Tuhan Yesus Kristus yang sungguh baik dalam kehidupan saya, kepada orangtua saya dan

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada peneliti.

2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc.,Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagi ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. dan Ibu Dr. Yustina Sri Hartini Apt. selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang membangun.

4. Ibu Agustina Setiawati M.Sc.,Apt. serta Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

6. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih M.Sc.,Apt. selaku kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan skripsi ini.

7. Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, Pak Wagiran, dan Pak Mus selaku laboran, serta Mas Sigit (HGT) atas bantuan dan dukungannya kepada penulis saat pengerjaan skripsi. 8. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan.

(9)

viii

10. Teman-teman seperjuangan skripsi ATUNG SQUAD : Aloysius Alpha, Gregorius Kevin Besari, Vania Jesica Ongkers, Willy Sandjojo. Tetangga meja sebelah MAN : Meliana Liu, Ajeng Dwi Kartikasari, Masrial Zalukhu. yang senantiasa berjuang bersama dan saling memberikan semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku tercinta, Zita Dhirani, Wendy Felix, Galih Permadi, Yohanes

Hastya, Morga Wahyu Pratama, Benidiktus Adi, Sefrida Putri Kinanti, Edwin Tesalonika, Herlince Apu, Florentina Kassandra, Agnes Scherine, Puspa Simanjuntak, Patric Piere Eswindi, dan Utari Febrina Supomo Sunu atas semua waktu, semangat, dan penghiburan yang diberikan untuk penulis selama ini.

12. Teman-teman FSM D 2013, FKK C 2013 dan semua angkatan 2013 yang telah bersama-sama berproses dan berbagi suka duka di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih memiliki banyak kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dibidang ilmu Farmasi.

Yogyakarta, 2 Mei 2017

(10)

ix

HASIL DAN PEMBAHASAN………5

KESIMPULAN………13

SARAN………13

DAFTAR PUSTAKA………14

LAMPIRAN……….15

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Aktivitas ALT dan AST Tikus Setelah Pemejanan CCl4 2mL/KgBB pada Waktu 0, 24 & 48 jam ...6 Tabel II. Hasil Uji LSD Kadar ALT Setelah Pemejanan CCl4 Dosis 2 mL/kgBB

pada Waktu 0, 24 & 48 jam ...7 Tabel III. Hasil Uji LSD Kadar AST Setelah Pemejanan CCl4 Dosis 2 mL/kgBB

pada Waktu 0, 24 & 48 jam ...8 Tabel IV. Uji Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Biji Parinarium

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance...16

Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman...17

Lampiran 3. Bahan Uji Pembuatan Ekstrak Biji Parinarium glaberimum Hassk...18

Lampiran 4. Penetapan Kadar Air Serbuk Biji Parinarium glaberrimum Hassk...19

Lampiran 5. Surat Legalitas Hewan Uji...20

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak Biji Parinarium glaberrimum Hassk...21

Lampiran 7. Perhitungan Penetapan Peringkat Dosis Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)………22

Lampiran 8. Surat Legalitas Penggunaan SPSS………...23

Lampiran 9. Analisis Statistik Aktivitas ALT dan AST pada Uji Pendahuluan Waktu Pencuplikan Darah Hewan Uji………...24

Lampiran 10. Analisis statistik ALT dan AST Kelompok Perlakuan Jangka Pendek Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)……….27

Lampiran 11. Perhitungan Persen Hepatoprotektif...30

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram batang purata aktivitas ALT sel hati tikus setelah pemberian karbon tetraklorida pada jam ke-0,24, dan 48...6 Gambar 2. Diagram batang purata aktivitas AST sel hati tikus setelah pemberian karbon

(14)

xiii

ABSTRAK

Hati merupakan organ terbesar yang sangat penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi metabolik tubuh. Hati dapat mengalami kerusakan yang bersifat toksik. Salah satu senyawa toksik adalah karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida merupakan senyawa radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan hati. Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) memiliki senyawa antioksidan yang digunakan sebagai senyawa untuk menangkal radikal bebas, sehingga dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek ekstrak etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur wistar berumur 2-3 bulan sebanyak 30 ekor dengan berat badan ± 160-250 gram yang dibagi dalam 6 kelompok secara acak dan sama banyak. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberikan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara i.p (intraperitonial) dan setelah jam ke-24 dilakukan pencuplikan darah. Kelompok II (kontrol negatif) olive oil 2 mL/kgBB secara i.p dan setelah jam ke-24 dilakukan pencuplikan darah. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberikan ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) dosis 3,0 g/kgBB secara p.o (peroral) enam jam kemudian dilakukan pencuplikan darah. Kelompok IV-VI (kelompok perlakuan ekstrak) diberikan perlakuan ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk dengan variasi dosis yaitu 1,0; 1,73; dan 3,0 g/kgBB secara peroral Kemudian diberikan karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB secara i.p. enam jam setelah pemberian ekstrak. Dilakukan pengambilan darah dari sinus orbitalis mata untuk penetapan kadar ALT-AST pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida. Data aktivitas ALT dan AST dianalisis statistik dengan uji Kolmogorov-Smirnov dilanjutkan dengan One Way ANOVA dan post-hoc LSD.

Hasil menunjukan bahwa pemberian jangka pendek ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) dosis 1,0; 1,73; dan 3,0 g/kgBB memilik efek hepatoprotektif terhadap tikus jantan galur Wistar.

(15)

xiv ABSTRACT

The liver is the largest organ that performing a fundamental role in metabolic function of the body. The liver can be damaged toxic. One of the toxic compounds is carbon tetrachloride. Carbon tetrachloride is a free radical compound that can cause liver damage. The Atung Seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) has antioxidant compounds that can be used to counteract free radicals as a hepatoprotective agent. This study aims to determined the hepatoprotective effect of short-term administration 70% ethanol extract of The Atung Seed (Parinarium glaberrimum Hassk.) in Wistar male rats induced by carbon tetrachloride. This study is a purely experimental with completely randomized design. This research use 30 Wistar male rats aged 2-3 months old with body weight ± 160-250 grams and it was divided into 6 groups randomly. Group I (as control hepatotoxins) were given carbon tetrachloride 2 mL/kgBB i.p (intraperitoneal) and on 24 hours the blood drown. Group II (as negative control) were given olive oil 2 mL/kgBB i.p and on 24 hours the blood drown. Group III (as control extract) were given 70% ethanol extract of The Atung Seeds (Parinarium glaberrimum Hassk.) with a dose of 3.0 g/kgBB p.o (oral), and then the blood were measure of ALT-AST six hour later. Group IV-VI (as extract treatment group) were given pre-treatment with Parinarium glaberimum Hassk seeds extract at dose 1.0; 1.73; and 3.0 g/kg then after six hour administration of the extract the groups were given carbon tetrachloride 2 mL/kgBB i.p. The blood were taken 24 hour after administration of carbon tetrachloride from orbital sinus eye for the assay of ALT-AST. The data of ALT and AST were analyzed statistically with the Kolmogorov-Smirnov Test and followed by One Way ANOVA and post-hoc LSD.

The results showed that short-term administration of 70% ethanol extract of The Atung Seeds (Parinarium glaberrimum Hassk.) with the dose of 1.0; 1.73; and 3.0 g/kgBB has a hepatoprotective effect in male wistar are rats induces by carbon tetrachloride.

(16)

1

PENDAHULUAN

Hati merupakan organ terbesar yang sangat penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi metabolik tubuh. Hati memiliki peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, selain itu juga berperan dalam pertahanan tubuh, baik dalam detoksifikasi maupun fungsi perlindungan. Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim di hati terhadap zat-zat beracun. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer yang berada dalam dinding sinusoid (Price and Wilson, 2006).

Salah satu bentuk kerusakan hati yang sering dijumpai adalah perlemakan hati. Perlemakan hati terjadi penumpukan trigliserida dalam bentuk droplet didalam sitoplasma sel hepatosit (Schattner and Knobler, 2008). Perlemakan hati sering berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati. Kelainan ini timbul karena mengkonsumsi alcohol berlebih, disebut ASH (Alcoholic Steatohepatitis), mapun bukan karena alcohol, disebut NASH (Non Alcoholic Steatohepatitis) (Depkes RI, 2007).

Senyawa antioksidan merupakan senyawa yang paling umum digunakan untuk mencegah kerusakan hati. Beberapa spesies tanaman telah diteliti memiliki kandungan senyawa antioksidan (Farrukh, Iqbal, dan Zafar, 2006). Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan berupa senyawa fenolik adalah tanaman atung (Moniharapon, 1998). Menurut Sarastani (2002), ekstrak etanol biji atung memiliki aktivitas antioksidan, dimana dalam ekstrak tersebut terdapat senyawa fenolik yang merupakan salah satu senyawa antioksidan. Sehingga, pada penelitian ini, kami menggunakan biji atung sebagai agen hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida untuk mengetahui apakah ekstrak etanol biji atung memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

(17)

2

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

Alat dan Bahan

Alat digunakan dalam penelitian adalah oven, mesin penyerbuk, ayakan, rotari evaporator, vacum, gelas beker, gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, timbangan analitik, sentrifuge, spuit injeksi p.o dan syringe, spuit i.p dan syringe, hematokrit, tabung effendorf, mortir stamper, moisture balance, microlab 200.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah biji buah atung (Parinarium glaberrimum Hassk.), tikus jantan galur Wistar, karbon tetraklorida (Merck), olive oil (Bertolli), CMC-Na 1% dan aqua bidestilata, reagen ALT dan AST (Diasys).

Metode

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas ALT dan AST pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Subjek penelitian ini adalah tikus jantan galur Wistar yang berusia 2-3 bulan dengan berat badan 160-250 g yang diperoleh dari UD.Wistar, Bantul. Biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) diperoleh dari lingkungan Fakultas Perikanan, Universitas Pattimura, Ambon. Dikumpulkan 3 bulan setelah jatuh dari pohon.

Pengumpulan, Pengeringan, dan Pembuatan Ekstrak

Biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) didapatkan dari lingkungan Fakultas Perikanan Universitas Patimura, Ambon yang berumur 3-4 bulan, dan berwarna kecoklatan. Biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) diiris tipi, kemudian dilakukan pengeringan menggunakan oven pada suhu 50C selama kurang lebih 148 jam. Setlah dilakukan pengeringan, simplisia biji atung diserbuk. Pembuatan serbuk dengan menggunakan alat penyerbuk tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia yang dibutuhkan dan diayak hingga diperoleh serbuk dengan derajat kehalusan tertentu (Depkes RI, 2008). Serbuk biji atung yang didapat ditimbang 10 g, kemudian direndam dalam 100 mL etanol 70%, selanjutnya didiamkan diatas orbital shacker selama 72 jam. Kemudian di saring menggunakan kertas saring dan ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator, selanjutnya diuapkan kembali dalam cawan porselen di atas waterbath sehingga didapatkan bobot tetap. Bobot tetap ditetapkan apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah pengeringan selama 1 jam tidak melebihi 0,5 mg.

(18)

3 Uji Kadar Air

Serbuk biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) sebanyak 200 mg dimasukan kedalam moisture balance. Selanjutnya, dipanaskan hingga suhu 120°C dan dihitung hingga satu menit terhitung dari suhu mencapai 120°C. Kadar air akan muncul pada moisture balance dan dilakukan 3 kali replikasi.

Pembuatan CMC-Na 1%

1 gram CMC-Na dilarutkan ke dalam 100 ml aquadest. CMC-Na 1% digunakan untuk melarutkan ekstrak kental etanol 70% biji atung sebelum dilakukan pemberian kepada hewan uji.

Pembuatan Larutan Karbon Tetraklorida Konsentrasi 50% dan Penetapan Dosis Ekstrak Larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% dibuat dengan melarutkan karbon tetraklorida ke dalam olive oil dengan perbandingan antara karbon tetraklorida dan olive oil, yaitu 1:1 (Janakat dan Al-Merie, 2002).

Dosis tertinggi ekstrak didapat dari konsentrasi tertinggi ekstrak yang masih dapat dispuit dan tidak menyebabkan kematian. Dosis terendah ekstrak didapatkan dari konsentrasi ekstrak terendah yang masih menurunkan kadar ALT-AST. Berdasarkan bobot tertinggi tikus yang digunakan (250 g) dan pemberian maksimum peroral (5 mL), konsentrasi tertinggi yang didapatkan berturut-turut yaitu 15% dan konsentrasi terendahnya adalah 5% dengan dosis berturut-turut yaitu 3,0 g/kgBB dan 1,0 g/kgBB. Kemudian dosis tengah

Dari faktor pengali, didapatkan dosis tengah yaitu D = 1000 mg/kgBB x 1,73 = 1,73 g/kgBB Penentuan volume pemberian menggunakan rumus :

D x BB = C x V

Ket: D = Dosis (mg/kgBB) BB = Berat Badan (kgBB) C = Konsentrasi Ekstrak (mg/mL) V = Volume Pemberian (mL).

Uji Pendahuluan

(19)

4

Penetapan waktu pencuplikan darah menggunakan 9 ekor tikus dan dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Kelompok I, II, dan III diambil darahnya secara berturut turut pada jam ke-0, 24 dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida. Namun, jam ke-0 pengambilan darahnya sebelum pemejanan karbon tetraklorida, kemudian dilakukan pengukuran kadar ALT-AST.

Pengelompokan dan Perlakuan Hewan Uji

Tiga puluh ekor Tikus jantan galur Wistar dibagi dalam enam kelompok secara acak, sama banyak, dan dengan perlakuan yang berbeda pada setiap kelompok. Kelompok I merupakan kontrol hepatotoksin yang diberikan larutan karbon tetraklorida dalam olive oil (1:1) dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal, kemudian dilakukan pengambilan darah pada jam ke-24. Kelompok II merupakan kontrol negatif yang diberi olive oil dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal, kemudian dilakukan pengambilan darah pada jam ke-24. Kelompok III merupakan kontrol ekstrak yang diberi ekstrak etanol 70% biji atung dengan dosis tertinggi (3,0 g/kgBB) secara peroral, kemudian setelah enam jam pemberian diambil darahnya. Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan dengan tiga peringkat dosis masing-masing yaitu 1,0; 1,73; dan 3,0 g/kgBB secara peroral selama enam jam, kemudian diberi CCl4 dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal. Setelah diberi perlakuan pada tiap kelompok, lalu dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis mata pada jam ke-24 untuk dilakukan penetapan aktivitas ALT-AST.

Penetapan Aktivitas ALT dan AST

(20)

5 Tata Cara Analisis Hasil

Data ALT dan AST dianalisis secara statistik menggunakan uji kolmogorov-smirnov kemudian dilanjutkan dengan one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan menggunakan uji post hoc LSD. Efek hepatoprotektif dihitung dengan % hepatoprotektif dengan rumus :

ALT = − [ � � � � � � − � � � � � ]

� � � ℎ � � − � � � � � × % AST = − [ � � � � � − � � � � ]

� � � ℎ � � − � � � � × %

(Wakchaure, Jain Singhai, dan Somani, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan membuktikan efek hepatoprotektif jangka pendek pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman Parinarium glaberrimum Hassk dilakukan oleh Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil yang diperoleh dari determinasi ini membuktikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah benar tanaman Parinarium glaberrimum Hassk.

Hasil penimbangan bobot ekstrak etanol 70% biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

Hasil yang penimbangan bobot ekstrak etanol 70% biji atung setelah dikeringkan diatas waterbath pada penelitian ini menunjukan bahwa perubahan bobot ekstrak etanol 70% biji atung mencapai kurang dari 0,5 mg, sehingga ekstrak etanol 70% telah mencapai bobot tetap. persen rendemen ekstrak etanol 70% biji atung adalah sebesar 27,98%.

Penetapan Kadar Air

(21)

6 Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk menetapkan waktu pencuplikan darah hewan uji dan penentuan dosis ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk. Penetapan waktu pencuplikan darah menggunakan 9 ekor tikus dan dibagi menjadi 3 kelompok pada jam ke-0, 24, dan 48. Kelemahan metode tersebut adalah aktivitas ALT dan AST jam ke-0 pada kelompok perlakuan waktu jam ke-24 dan 48 tidak dapat diketahui, sehingga disarankan orientasi harus dilakukan pada tikus yang sama untuk pengukuran jam ke-0, 24, dan 48. Data pengujian aktivitas ALT dan AST pada uji waktu pencuplikan darah masing-masing terdapat pada tabel I.

Tabel I. Aktivitas ALT dan AST Tikus Setelah Pemejanan CCl4 2mL/KgBB pada Waktu 0, 24 & 48 jam

Selang Waktu (jam) Purata Aktivitas ALT±SE (U/L) Purata Aktivitas AST±SE (U/L)

0 47,00±12,01 121,6667±18,98

24 184,00±34,36 285,33±28,06

48 44,00±7,02 126,33±3,38

Keterangan: SE = Standar Eror

(22)

7

Gambar 2. Diagram Batang Purata Aktivitas AST Sel Hati Tikus Setelah Pemberian Karbon Tetraklorida pada Jam Ke-0,24, Dan 48

Berdasarkan tabel dan gambar diatas, aktivitas ALT dan AST pada jam ke-24 menunjukan aktivitas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pencuplikan darah pada jam ke-0 dan jam ke-48. Aktivitas ALT pada jam ke-24 mengalami kenaikan tiga kali lipat dibandingkan aktivitas ALT pada jam ke-0. Pada aktivitas AST jam ke-24 mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan aktivitas AST pada jam ke-0. Pada jam ke-48, aktivitas ALT mengalami penurunan tiga kali lipat dan aktivitas AST mengalami penurunan dua kali lipat. Dengan demikian maka diperoleh waktu dimana karbon tetraklorida memberikan kerusakan hati paling berat yaitu pada jam ke-24.

Tabel II. Hasil Uji LSD Kadar ALT Setelah Pemejanan CCl4 Dosis 2 mL/kgBB pada Waktu 0, 24 & 48 jam

ALT Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

Jam ke-0 BB BTB

Jam ke-24 BB BB

Jam ke-48 BTB BB

BB: Berbeda Bermakna; BTB: Berbeda Tidak Bermakna

(23)

8

bahwa pada jam 24 ALT menglami peningkatan yang sangat tinggi, artinya pada jam ke-24 karbon tetraklorida memberikan kerusakan hati yang paling berat. Jam ke-0 dan 48 aktivitas ALT tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Jam ke-48 Aktivitas ALT mengalami penurunan hingga mendekati nilai normal.

Tabel III. Hasil Uji LSD Kadar AST Setelah Pemejanan CCl4 Dosis 2 mL/kgBB pada Waktu 0, 24 & 48 jam

AST Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

Jam ke-0 BB BTB

Jam ke-24 BB BB

Jam ke-48 BTB BB

BB: Berbeda Bermakna; BTB: Berbeda Tidak Bermakna

Hasil akivitas AST dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan distribusi normal (p>0,05) dan dilakukan uji levene test didapatkan variansi homogen (p=0,064). Setelah itu dilanjutkan dengan uji post hoc LSD yang menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap jam ke-0 dan jam ke-48. Hal ini menjelaskan bahwa pada jam ke-24 AST menglami peningkatan yang sangat tinggi, artinya pada jam ke-24 karbon tetraklorida memberikan kerusakan hati yang paling berat. Jam ke-0 dan 48 aktivitas AST tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Jam ke-48 Aktivitas AST mengalami penurunan hingga mendekati nilai normal. Dari hasil analisis aktivitas ALT dan AST tersebut maka jam ke-24 ditetapkan sebagai waktu pencuplikan darah uji yang dilakukan pada perlakuan selanjutnya.

(24)

9 Uji Efek Hepatoprotektif

Efek hepatoprotektif pada penelitian ini berdasarkan penurunan aktivitas enzim ALT (Alanine Aminotrasnferase) dan AST (Aspartate Aminotransferase). Terdapat 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB, kelompok II (kontrol negative) diberi olive oil 2 mL/kgBB , kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ektrak biji Parinarium glaberrimum Hassk dosis 3,0 g/kgBB, kelompok IV, V dan VI (kelompok perlakuan) diberi ektrak biji Parinarium glaberrimum Hassk dengan tiga peringkat dosis yaitu 1,0; 1,73; dan 3,0 g/kgBB. Berdasarkan uji pendahuluan, pencuplikan darah dilakukan pada jam ke-24 melalui sinus orbitalis. Kemudian dilakukan pengukuran aktivitas ALT dan AST dari serum yang didapat. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji post hoc LSD.

Tabel IV. Uji Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Biji Parinarium glaberimum Hassk

I : Kelompok kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 mL/kgBB) II : Kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB)

III : Kelompok kontrol ekstrak biji Parinarium glaberrimum Hassk (dosis 3,0 g/kgBB) IV : Kelompok perlakuan dosis 1,0 g/kgBB 6 jam + CCl4 2 mL/kgBB

V : Kelompok perlakuan dosis 1,73 g/kgBB 6 jam + CCl4 2 mL/kgBB VI : Kelompok perlakuan dosis 3,0 g/kgBB 6 jam + CCl4 2 mL/kgBB

Tabel V. Hasil Uji Post Hoc Aktivitas ALT pada Semua Kelompok Perlakuan

kelompok I II III IV V VI

(25)

10

Tabel VI. Hasil Uji Post Hoc Aktivitas AST pada Semua Kelompok Perlakuan

kelompok I II III IV V VI

BB: Berbeda Bermakna; BTB: Berbeda Tidak Bermakna

a. Kontrol Negatif

Kontrol negatif (kelompok II) digunakan untuk melihat apakah olive oil sebagai pelarut hepatotoksin memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT dan AST. Berdasarkan hasil penelitian Norutama (2015), pemberian olive oil sebagai pelarut hepatotoksin pada jam ke-0 dan jam ke-24 menunjukan perbedaan tidak bermakna (p>0.05) terhadap aktivitas ALT dan AST. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil sebagai pelarut karbon tetraklorida tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT dan AST dan dapat digunakan sebagai baseline terhadap kelompok lain.

b. Kontrol Hepatotoksin

Kontrol hepatotoksin (kelompok I) digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB sebagai hepatotoksin terhadap aktivitas ALT dan AST. Kontrol hepatotoksin dilakukan dengan memejankan CCl4 dosis 2 mL/kgBB pada hewan uji secara intraperitonial, kemudian pada jam ke-24 diambil darah dan dilakukan pengukuran aktivitas ALT dan AST. Hasil dari pengukuran aktivitas ALT pada kelompok kontrol hepatotoksin yaitu 211,60 ± 14,21 U/L memberikan perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) yaitu 41,00 ± 2,21 U/L. Hasil pengukuran aktivitas AST pada kelompok kontrol hepatotoksin adalah 606,20 ± 27,64 U/L memberikan perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) yaitu 120,40 ± 8,52 U/L. Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB memiliki efek hepatotoksin.

c. Kontrol Ekstrak

(26)

11

pengukuran aktivitas ALT dan AST. Hasil yang didapat dari pengukuran kontrol ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dosis 3,0 g/kgBB memberikan nilai aktivitas ALT sebesar 46,80 ± 3,262 U/L yang secara statistik memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05) dengan kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) 41,00 ± 2,21. Hasil yang didapat dari pengukuran kontrol ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dosis 3,0 g/kgBB memberikan nilai aktivitas AST sebesar 123,40 ± 7,81 U/L yang secara statistik memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05) dengan kontrol negatif (olive oil 2 mL/kgBB) 120,40 ± 8,52. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dosis 3,0 g/kgBB tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas ALT dan AST.

d. Kelompok Peringkat Dosis

Kelompok IV (dosis 1,0 g/kgBB) didapat aktivitas ALT sebesar 88,00 ± 5,04 U/L yang secara statistik apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05) dan apabila dibandingakan dengan kelompok kontrol olive oil menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05). Sedangkan hasil pengukuran aktivitas AST adalah sebesar 305,20 ± 22,92 U/L yang secara statistik apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05) dan apabila dibandingakan dengan kelompok kontrol olive oil menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05). Artinya perlakuan ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dengan dosis 1 g/kgBB memberikan efek hepatoprotektif dengan menurukan aktivitas ALT dan AST tetapi belum mendekati nilai normal. Presentase efek heptoprotektif yang diperoleh dari kelompok IV adalah 72,5% untuk aktivitas ALT dan 61,9% untuk aktivitas AST.

(27)

12

Kelompok VI (dosis 3,0 g/kgBB) didapat aktivitas ALT sebesar 52,200 ± 3,367 U/L yang secara statistik apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05) dan apabila dibandingakan dengan kelompok kontrol olive oil menunjukan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Sedangkan hasil pengukuran aktivitas AST adalah sebesar 172,00 ± 17,38 U/L yang secara statistik apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05) dan apabila dibandingkan dengan kontrol negatif menunjukan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Artinya perlakuan ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk dengan dosis 3,0 g/kgBB memberikan efek hepatoprotektif dengan menurukan aktivitas ALT dan AST mendekati nilai normal. Presentase efek heptoprotektif yang diperoleh dari kelompok VI adalah 93,5% untuk aktivitas ALT dan 98,4% untuk aktivitas AST.

(28)

13

KESIMPULAN

Pemberian jangka pendek ekstrak etanol 70% biji Parinarium glaberrimum Hassk. dosis 1,0; 1,73; dan 3,0 g/kgBB memiliki efek hepatoprotektif terhadap tikus jantan galur Wistar dengan menurunkan aktivitas ALT dan AST.

SARAN

(29)

14

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta, 6.

Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 175.

Farrukh, A., Iqbal, A., Zafar, M., 2006, Antioxidan and Free Radical Scavenging Properties of Twelve Traditional Used Indian Medical Plants, Turk. J, Biol., 30.

Huang XJ, Choi YK, Im HS, Yarimaga, Yoon E, Kim HS. 2006. Aspartate Aminotransferase (AST/GOT) and Alanine Aminotransferase (ALT/GPT) Detection Techniques. J. Sensors. pp. 756-757.

Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of the Dose and Route of Injection, and Characterization of the Time Course of Carbon Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity in the Rat, Journal Pharmacology Toxicology Methods, pp. 48, 41-44.

Moniharapon, T., 1998, Kajian Fraksi Bioaktif dari Buah Atung (Parinarium glaberimum Hassk.) Sebagai Bahan Pengawet Pangan, Disertasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor, hal. 100-101.

Norutama, E.E., 2015, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol 30% Daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl) Terhadap Kadar Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 52-53.

Pereira, D.M. et al, 2009, Phenolics : From Chemistry to Biology, Molecules Journal, Volume 14, pp. 2203.

Price, S.A., and Wilson, L.M., 2006 Patofisiologi : Konsep klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Sarastani et al., 2002, Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Biji Atung (Parinarium glaberimum Hassk.), Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XIII, No.2, 156. Schattner, A., Knobler, H., 2008, Metabolic Aspects Of Chronic Liver Disease, Nova

Publisher, New York, hal. 37.

Timbrell, J.A., 2009, Principles of Biochemical Toxicology 4th ed, Informa Healthcare USA Inc, New York, pp. 309.

(30)

15

(31)

16

(32)

17

(33)

18

Lampiran 3. Bahan Uji Pembuatan Ekstrak Biji Parinarium glaberimum Hassk.

Buah Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.) yang belum dikupas

Tanaman Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

Serbuk biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

(34)

19

Lampiran 4. Penetapan Kadar Air Serbuk Biji Parinarium glaberrimum Hassk.

(35)

20

(36)

21

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak BijiAtung Parinarium glaberrimum

Hassk Lampiran

Bobot cawan (g)

Bobot cawan + ekstrak (g)

Ekstrak (g)

Bobot serbuk (g)

persen rendemen Replikasi 1 64,7534 67,3208 2,5674 10,0032 25,66579 % Replikasi 2 74,6248 77,4533 2,8285 10,0125 28,24969 % Replikasi 3 73,4196 76,4212 3,0016 10,0001 30,0157 %

Total ekstrak yang didapatkan 8,3975

(37)

22

Lampiran 7. Perhitungan Penetapan Peringkat Dosis Ekstrak Etanol 70% Biji

Parinarium glaberrimum Hassk.

Bobot maksimal tikus = 250 g = 0,25 kg Volume pemberian maksimal = 5 mL

Konsentrasi ekstrak yang digunakan = 15% (15g/100mL, konsentrasi tertinggi) dan 5% (5g/100mL, konsentrasi terendah)

D x BB = C x V

Dosis I (tertinggi)

D x 0,25 kg = 15g/100mL x 5 mL D = 3 g/kgBB

Dosis III (terendah)

D x 0,25 kg = 5g/100mL x 5 mL D = 1 g/kgBB

Dosis II (dosis tengah)

Menggunakan rumus faktor pengali :

� = √�−1 � �ℎ

� = √3−1 / / = 1,7

(38)

23

8. Surat Legalitas Penggunaan SPSS

(39)

24

Lampiran 9. Analisis Statistik Aktivitas ALT dan AST pada Uji Pendahuluan Waktu Pencuplikan Darah Hewan Uji

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ALT

N 9

Normal Parametersa,b Mean 91,6667

Std. Deviation 76,33970

Asymp. Sig. (2-tailed) ,512

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Descriptives

ALT

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

jam ke-0 3 47,0000 20,80865 12,01388 -4,6916 98,6916 34,00 71,00

Within Groups 8244,000 6 1374,000

(40)

25

Multiple Comparisons

Dependent Variable: ALT

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AST

N 9

Normal Parametersa,b Mean 177,7778

Std. Deviation 85,91097

Asymp. Sig. (2-tailed) ,605

a. Test distribution is Normal.

(41)

26

Descriptives

AST

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

jam ke-0 3 121,6667 32,88363 18,98537 39,9792 203,3541 97,00 159,00

Within Groups 6956,000 6 1159,333

Total 59045,556 8

Multiple Comparisons

Dependent Variable: AST

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean

Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

(42)

27

Lampiran 10. Analisis statistik ALT dan AST Kelompok Perlakuan Jangka Pendek Ekstrak Etanol 70% Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk.)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ALT AST

N 30 30

Normal Parametersa,b Mean 85,9333 260,7333

Std. Deviation 61,16791 173,85843

Most Extreme Differences

Absolute ,247 ,240

Positive ,247 ,240

Negative -,203 -,178

Kolmogorov-Smirnov Z 1,351 1,312

Asymp. Sig. (2-tailed) ,052 ,064

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Between Groups 102917,067 5 20583,413 88,423

Within Groups 5586,800 24 232,783

Total 108503,867 29

AST

Between Groups 841529,067 5 168305,813 115,256 ,000

Within Groups 35046,800 24 1460,283

(43)

28

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

ALT

ccl4

olive oil 170,60000* 9,64953 ,000 150,6844 190,5156

kontrol ekstrak 164,80000* 9,64953 ,000 144,8844 184,7156

ekstrak 5 % 123,60000* 9,64953 ,000 103,6844 143,5156

ekstrak 8,5 % 135,60000* 9,64953 ,000 115,6844 155,5156

ekstrak 15 % 159,40000* 9,64953 ,000 139,4844 179,3156

olive oil

ccl4 -170,60000* 9,64953 ,000 -190,5156 -150,6844

kontrol ekstrak -5,80000 9,64953 ,553 -25,7156 14,1156

ekstrak 5 % -47,00000* 9,64953 ,000 -66,9156 -27,0844

kontrol ekstrak 41,20000* 9,64953 ,000 21,2844 61,1156

ekstrak 8,5 % 12,00000 9,64953 ,226 -7,9156 31,9156

ekstrak 15 % 35,80000* 9,64953 ,001 15,8844 55,7156

ekstrak 8,5 %

ccl4 -135,60000* 9,64953 ,000 -155,5156 -115,6844

olive oil 35,00000* 9,64953 ,001 15,0844 54,9156

kontrol ekstrak 29,20000* 9,64953 ,006 9,2844 49,1156

ekstrak 5 % -12,00000 9,64953 ,226 -31,9156 7,9156

ekstrak 15 % 23,80000* 9,64953 ,021 3,8844 43,7156

ekstrak 15 %

ccl4 -159,40000* 9,64953 ,000 -179,3156 -139,4844

olive oil 11,20000 9,64953 ,257 -8,7156 31,1156

kontrol ekstrak 5,40000 9,64953 ,581 -14,5156 25,3156

ekstrak 5 % -35,80000* 9,64953 ,001 -55,7156 -15,8844

ekstrak 8,5 % -23,80000* 9,64953 ,021 -43,7156 -3,8844

AST ccl4

olive oil 485,80000* 24,16844 ,000 435,9188 535,6812

(44)

29

kontrol ekstrak -3,00000 24,16844 ,902 -52,8812 46,8812

ekstrak 5 % -184,80000* 24,16844 ,000 -234,6812 -134,9188

kontrol ekstrak 181,80000* 24,16844 ,000 131,9188 231,6812

ekstrak 8,5 % 68,00000* 24,16844 ,010 18,1188 117,8812

ekstrak 15 % 133,20000* 24,16844 ,000 83,3188 183,0812

ekstrak 8,5 %

ccl4 -369,00000* 24,16844 ,000 -418,8812 -319,1188

olive oil 116,80000* 24,16844 ,000 66,9188 166,6812

kontrol ekstrak 113,80000* 24,16844 ,000 63,9188 163,6812

ekstrak 5 % -68,00000* 24,16844 ,010 -117,8812 -18,1188

ekstrak 15 % 65,20000* 24,16844 ,013 15,3188 115,0812

ekstrak 15 %

ccl4 -434,20000* 24,16844 ,000 -484,0812 -384,3188

olive oil 51,60000* 24,16844 ,043 1,7188 101,4812

kontrol ekstrak 48,60000 24,16844 ,056 -1,2812 98,4812

ekstrak 5 % -133,20000* 24,16844 ,000 -183,0812 -83,3188

ekstrak 8,5 % -65,20000* 24,16844 ,013 -115,0812 -15,3188

(45)

30

Lampiran 11. Perhitungan Persen Hepatoprotektif

ALT = − [ � � � � � � − � � � � � ]

� � � ℎ � � − � � � � � × % AST = − [ � � � � � − � � � � ]

� � ℎ � � − � � � � × %

Kelompok dosis 3,0 g/kgBB

ALT =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 93,5%

AST =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 98,4%

Kelompok dosis 1,7 g/kgBB

ALT =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 79,4%

AST =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 75,9%

Kelompok dosis 1,0 g/kgBB

ALT =

[ , ± , − , ± , ]

, ± , − , ± ,

×

%

= 93,5%

AST =

[ , ± , − , ± , ]

(46)

31

Lampiran 12. Perhitungan Konversi Dosis untuk Manusia

Nilai konversi dosis tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0

Dosis untuk manusia 70 kg = dosis untuk tikus 200g x nilai konversi

Ekstrak etanol 70% biji atung dosis 3,0 g/kgBB pada tikus : Dosis untuk tikus 200 g = 3,0 g/kgBB x 0,2 = 0,6 g

Dosis untuk manusia 70 kg = 0,6 g x 56,0 = 33,6 g Dosis untuk manusia = 33,6 g/70 kgBB = 0,48 g

Ekstrak etanol 70% biji atung dosis 1,7 g/kgBB pada tikus : Dosis untuk tikus 200 g = 1,7 g/kgBB x 0,2 = 0,34 g

Dosis untuk manusia 70 kg = 0,34 g x 56,0 = 19,04 g Dosis untuk manusia = 19,04 g/70 kgBB = 0,27 g

Ekstrak etanol 70% biji atung dosis 1,0 g/kgBB pada tikus : Dosis untuk tikus 200 g = 1,0 g/kgBB x 0,2 = 0,2 g

(47)

32

BIOGRAFI PENULIS

Gambar

Tabel I. Aktivitas ALT dan AST Tikus Setelah Pemejanan CCl4 2mL/KgBB pada
Gambar 2. Diagram batang purata aktivitas AST sel hati tikus setelah pemberian karbon
Tabel I. Aktivitas ALT dan AST Tikus Setelah Pemejanan CCl4 2mL/KgBB pada Waktu 0, 24 & 48 jam
Gambar 2. Diagram Batang Purata Aktivitas AST Sel Hati Tikus Setelah Pemberian
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dan jaringan. Ha l ini a kan menghambat proses bisnis dan kehilangan data yang mengakibatkan ke rugian besar. Jadi ketersediaan data/layanan sangat dibutuhkan. Salah satu

Dari aspek irigasi, cara konvensional lahan sawah yang siap tanam mempunyai ketebalan air (genangan) sekitar 1-10 cm. Sedangkan sistem SRI lahan siap tanam

In teaching second grade students of SMP Negeri 12 Surakarta, the writer realized that the chosen materials, the suitable method and the completeness of facilities

Benih tomat varietas Ratna diinokulasi secara buatan dengan isolat Cmm kemudian dikecambahkan pada medium kertas, sementara sebagiannya ditumbuhkan di dalam pot, Bibit

Dend dJsujav SEttr. ENGLISS

rL lji Dnnd,DrctrN,rdstrrjlr

Dalam hal ini menandakan bahwa bank sangatlah penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank dalam Pasal 1 angka 2 UU perbankan mendefinisikan fungsi bank