• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN SINETRON ISLAM KTP (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Sinetron Islam KTP Berdasarkan Tingkat Pendidikan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN SINETRON ISLAM KTP (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Sinetron Islam KTP Berdasarkan Tingkat Pendidikan)."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

SINETRON ISLAM KTP

(Studi Deskr iptif Sikap Masyar akat Surabaya Ter hadap

Tayangan Sinetr on Islam K TP Ber dasar kan Tingkat Pendidikan)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

NIZAR HASAN 0743010128

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1.Televisi Sebagai Media Kounikasi Massa ... 9

2.1.2.Dampak Media Televisi ... 11

2.1.3.Tayangan Televisi ... 12

2.1.4.Jenis-Jenis Tayangan Televisi ... 13

(3)

2.1.7.Lapisan Masyarakat ... 19

2.1.8.Tingkat Pendidikan ... 20

2.1.9.Sinetron Islam KTP ... 21

2.2.Kerangka Berfikir ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Pendekatan Penelitian ... 24

3.2.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24

3.2.1.Definisi Operasional ... 24

3.2.2.Pengukuran Variabel ... 26

3.3.Populasi, Sampel, dan teknk Penarikan Sampel ... 29

3.3.1.Populasi ... 29

3.3.2.Sampel ... 29

3.3.3.Teknik Penarikan Sampel ... 29

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.5.Metode Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 34

4.1.1.Profil Kota Surabaya ... 34

4.1.2.Demografi Kota Surabaya ... 34

4.1.3.Sinetron Islam KTP ... 36

(4)

4.2.3.Sikap Masyarakat Tentang Tayangan Sinetron Islam

KTP (berdasarkan tingkat pendidikan) ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(5)

Halaman

Tabel 3.1. Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Surabaya ... 29

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 38

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38

Tabel 4.4. Menonton Sinetron Islam KTP ... 39

Tabel 4.5. Frekuensi Menonton Sinetron Islam KTP ... 40

Tabel 4.6. Pengetahuan Pendidikan Sangat Penting Bagi Kehidupan Pada Masyarakat ... 41

Tabel 4.7 Mengetahui pendidikan dapat mengangkat status sosial di masyarakat ... 43

Tabel 4.8 Pengetahuan bahwa masyarakat respek terhadap orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam masyarakat ... 45

Tabel 4.9 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Kognitif ... 47

Tabel 4.10 Perasaan senang bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat ... 48

(6)

dalam masyarakat ... 52

Tabel 4.13 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Afektif ... 54

Tabel 4.14 Setelah menonton sinetron Islam KTP di SCTV, mengakui

pendidikan sangat penting bagi kehidupan di masyarakat ... 55

Tabel 4.15 Mengakui bahwa pendidikan mengangkat status sosial di

masyarakat ... 57

Tabel 4.16 Masyarakat akan menghormati orang yang memiliki ilmu

pengetahuan yang tinggi ... 59

Tabel 4.17 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Konatif 60

Tabel 4.18 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Keseluruhan Kategori

(7)

Halaman

Gambar 2.1. Teori SOR ... 18

(8)

Lampiran 1 : Kuesioner ... 68

Lampiran 2 : Rekapitulasi Jawaban Responden ... 72

Lampiran 3 : Output Frekuensi Jawaban Responden ... 76

Lampiran 4 : Data Penduduk Surabaya (PBS) ... 79

(9)

Nizar Hasan, sikap Masyarakat Tentang Tayangan Sinetrom Islam KTP (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Sinetron Islam Ktp Berdasarkan Tingkat Pendidikan)

Berbagai stasiun televisi swasta di Indonesia seperti berlomba-lomba untuk membuat sebuah tayangan yang menarik bagi para pemirsanya. Sinetron merupakan sebuah cerita yang mengambil jalan cerita kehidupan sehari-hari masyarakat. Sinetron Islam KTP adalah salah satu sinetron bertema realigi yang menggambarkan tentang beragamnya keadaan sosial ekonomi masyarakat di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan lapisan sosial berdasarkan tingkat pendidikan yaitu bagaimana seseorang memandang orang lain dilihat dari sisi keilmuan serta tingkat pendidikan yang diperoleh. Secara umum, orang yang berpendidikan tinggi maka akan dihormati dan disegani oleh masyarakat dan mendapatkan kedudukan dalam masyarakat.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R

(Stimuli-Organism-Respons), Teori S-O-R merupakan singkatan dari

Stimulus-Organism-Respons. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Populasi dalam penelitian disini adalah seluruh masyarakat Surabaya baik laki-laki maupun perempuan yang menonton acara "Islam KTP" di SCTV dan berdasarkan tingkat pendidikan SD s/d perguruan Tinggi. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling dengan metode purposive sampling. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi.

Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa pada sikap kognitif

sebagaian besar responden berada pada kategori positif,

hal tersebut

menunjukkan bahwa responden sangat memahami dan mengetahui dengan betul bahwa pendidikan sangat penting dalam kehidupan terutama dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Pada sikap afektif sebagian besar responden berada pada kategori positif, Sedangkan hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki perasaan senang bahwa pentingnya pendidikan dalam lapisan sosial masyarakat, karena pendidikan dapat membawa pengaruh yang baik dalam masyarakat. Sedangkan pada sikap konatif sebagian besar responden berada dalam kategori positif, hal tersebut menunjukkan bahwa responden mengakui dengan baik, menghormati dan mempunyai respek terhadap orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih dalam masyarakat. Berdasarkan keseluruhan sikap sebagian besar responden berada dalam kategori positif, hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki sikap positif terhadap tayangan sinetron Islam KTP dilihat dari segi pendidikan mengakui bahwa pentingnya pendidikan dalam kehidupan mermasyarakat dan menghormati orang yang berpendidikan tinggi dalam masyarakat.

(10)
(11)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belaka ng Masa lah

Informasi adalah salah satu konteks komunikasi yang berkembang dalam

kehidupan manusia. Sehingga koununikasi tidak melalui tatap muka saja, tetapi

juga menggunakan media massa. Media massa digunakan sebagai media

penyampaian pesan kepada khalayak. Perkembangan teknologi telah menciptakan

berbagai media baru serta mempunyai daya tarik yang kuat untuk menarik

perhatian masyarakat, salah satunya adalah lahirnya media elektronik, televisi.

Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu melahirkan

inspirasi yang luar biasa dengan ditandai muncuhlnya televisi, radio. satelit dan

lainnya. Seiring dengan berputarnya waktu dan perkembangan teknologi yang

semakin berkembang dan sampai pada tahap yang modern seperti yang terjadi

pada saat ini. Pada saat situasi seperti ini salah satu pihak yang dapat memberikan

informasi secara global adalah televisi. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan

audio visual merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan

kepribadian secara luas, hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya

perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah

terpencil (Wibowo, 2007:17).

Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan

(12)

berbincang-bincang dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi

adalah teman. televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat

menjadi candu. (Morrisan, 2004:41).

Secara langsung atau tidak, penggunaan media informasi seperti televisi

akan berpengaruh terhadap pcnggunanya. Di kalangan praktisi komunikasi, hal

itu dikenal populer sebagai efek dari media. pakar komunikasi Yoseph

Strauhhaar Jan Robert LaRose, misalnya, menjelaskan efek media sebagai

peruhahan dalam pengetahauan (kognisi) sikap emosi atau perilaku yang

merupakan hasil dari terpaan (eksposure) media massa.

Berbagai stasiun televisi swasta di Indonesia seperti berlomba-lomba untuk

membuat sebuah tayangan yang menarik bagi para pemirsanya. sebuah tayangan

yang seolah menjadi menu wajib bagi setiap stasiun televisi adalah sinetron.

Sinetron merupakan sebuah cerita yang mengambil jalan cerita kehidupan

sehari-hari masyarakat. Meskipun perkembangannya sekarang, sinetron terkesan tidak

mendidik, namun pemirsa masih menjadikan sinetron sebagai salah satu hiburan

yang wajib untuk ditonton.

Berdasarkan data Republika Online pada 2011, SCTV juga tetap

mengandalkan sinetron sebagai program unggulan yang akan ditempatkan di

prime time, mulai pukul 18.00-22.00 WIB. SCTV masih akan mengandalkan

sinetron unggulan SCTV yang bergenre drama keluarga dan remaja, yakni Islam

KTP (http://republika.co.id:8080/koran/43/125180/Sinetron_Mengejar_Rating).

Sinetron Islam KTP adalah salah satu sinetron bertema realigi yang

(13)

Indonesia. Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak jarang terjadi kesenjangan baik

dalam hal ekonomi, sosial ataupun pendidikan. Sinetron ini berusaha untuk

menggambarkan kepada masyarakat luas, bahwa tokoh-tokoh dalam sinetron ini

mewakili potret diri masyarakat sebenarnya. Ada yang kaya atau miskin,

terpandang secara status sosial ekonomi atau tidak, pandai atau bodoh dan juga

beberapa kondisi nyata lainnya. Diharapkan melalui penayangan sinetron ini,

masyarakat dapat mengintrospeksi diri mereka pribadi sehingga mampu

memperbaiki kehidupan bermasyarakat dalam lingkungan mereka.

Dalam sinetron Islam KTP, terdapat beberapa tokoh utama yang menjadi

pusat perhatian penonton. Tokoh Ustad Ali sebagai contoh wali Allah dan seorang

yang berilmu yang selalu mempunyai cara-cara unik untuk memberi penyadaran

bagi orang lain. Kemudian ada seorang ustad yang selalu memberikan ceramah

kepada masyarakat dengan sholawat dan syair-syair islami. Seorang tokoh yang

kaya yaitu Bang Mahdit, yang menyebut dirinya sebagai ahli shodaqoh dan

kemanapun membawa buku catatan untuk mencatat setiap amalannya, akan tetapi

pada kenyataannya, Bang Mahdit adalah potret orang kaya yang pelit dan

sombong serta suka menghina orang–orang yang kurang mampu. Beberapa tokoh

sentral lainnya yaitu Mamat dan Aryo, mereka berdua adalah murid Bang Ali dan

termasuk orang yang kurang mampu. Tokoh lain yaitu pasangan suami istri, Bang

Dul dan istrinya Enting serta anaknya Tebe yang hidup dalam keadaan ekonomi

yang kurang mampu karena sang suami yaitu Bang Dul adalah seorang

pengangguran, akan tetapi keluarga mereka tetap bersabar dalam menghadapi

(14)

sebagai seorang dokter yang selalu membantu masyarakat dan dihormati oleh

masyarakat.

Seperti uraian sebelumnya dan melalui gambaran tokoh-tokoh dalam

sinetron Islam KTP, dapat diketahui bahwa cerita yang ada di sinetron Islam KTP

tersebut memang selaras dengan keadaan kehidupan sosial masyarakat pada saat

ini yang terbentuk dalam lapisan sosial masyarakat, di mana terjadi jarak atau gap

antara masyarakat kaya dengan miskin, yang bodoh dengan yang berilmu dan hal

tersebut banyak ditemukan dalam masyarakat. Menurut Soekanto (2007:207)

terdapat kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan masyarakat ke

dalam suatu lapisan sosial diantaranya adalah berdasarkan kekayaan, kekuasaan,

kehormatan dan pengetahuan.

Dalam penelitian ini digunakan lapisan sosial berdasarkan tingkat pendidikan

yaitu bagaimana seseorang memandang orang lain dilihat dari sisi keilmuan serta

tingkat pendidikan yang diperoleh. Secara umum, orang yang berpendidikan

tinggi maka akan dihormati dan disegani oleh masyarakat dan mendapatkan

kedudukan dalam masyarakat, seperti tokoh yang ada dalam sinetron Islam KTP,

yang tergambar pada sosok bang Ali yang memiliki pengetahuan agama yang

lebih, maka Bang Ali pun disegani dan dihormati oleh masyarakat sekitar. Sosok

seorang Ustad yang selalu memberikan ceramah, pencerahan kepada masyarakat

yang dipandang sebagai orang berilmu agama yang baik dan seorang dokter yang

selalu membantu masyarakat.

Fokus penelitian di bidang pendidikan ditunjang pula dengan kenyataan di

(15)

afektif (merasa), sehingga para pelajar hanya tercetak sebagai generasi-generasi

yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa

(http://km.itb.ac.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=80:pen

didikan-di-indonesia&catid=63:diskusi-isu-pendidikan&Itemid=109). Pada saat

ini pendidikan di Indonesia masih belum baik, pada tahun 2007, anak usia 5-14

tahun berjumlah sekitar 45 juta anak. 84.1% yang masih bersekolah, 12.8% belum

sekolah dan 3% tidak sekolah lagi. Kemungkinan besar anak 5-14 tahun yang

belum pernah sekolah sama sekali karena alasan umur anak yang belum bisa ke

sekolah, sekitar 71.4%. Sedangkan anak yang tidak sekolah lagi kebanyakan

karena orang tua mereka tidak mampu membiayai sekolah (55.7%). Inilah alasan

yang umum terjadi di dunia pendidikan, ada sebagian rumah tangga yang anaknya

tidak sekolah lagi karena tidak mampu membiayaan pendidikan

(http://andi.stk31.com/profil-pendidikan-dan-kesehatan-anak-indonesia.html).

Hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC) menyebutkan

bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12

negara yang disurvei oleh lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea

Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan

Taiwan, India, Cina, serta Malaysia. Sedangkan Indonesia menduduki urutan

ke-12, setingkat di bawah Vietnam (http://www.goikuzo.com/?p=281).

Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report

2011: Di Balik Krisis: Konflik Militer dan Pendidikan yang dikeluarkan

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan

(16)

waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan (education development index/EDI) menurut

data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di

dunia (http://www.kopertis12.or.id/2011/03/03/peringkat-pendidikan-indonesia-turun.html).

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar

(Rakhmat, 2001:42). Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interaksi dari

berbagai komponen. Komponen tersebut ada tiga 3, yakni: (1) Komponen kognitif

yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang

dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. (2) Komponen afektif, yang

berhubungan dengan rasa senang atau suka. (3) Komponen konatif merupakan

kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek

sikapnya. Apabila dikaitkan dengan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana

agar caranya suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu

menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan (Mar'at dalam

Dayaksini, 2003:96).

Pada sikap kognitif terbentuk atas dasar pengetahuan atau informasi yang

didapat mengenai objek yang diamati, yaitu bagaimana seseorang memandang

bahwa informasi atau pengetahuan yang didapat diperoleh dalam sinetron Islam

KTP, seperti mengetahui tentang kerukunan antara beragama saling menghormati

dan saling menolong, bagaimana seseorang memandang, menghormati orang lain

berdasarkan ilmu pengetahuan dan pedidikannya. Sedangkan pada aspek sikap

Afektif yang berhubungan dengan emosional seseorang, bagaimana seseorang

merasakan bagaimana disegani atau dihormati karena pendidikan atau ilmu yang

(17)

pendidikan, sedangkan aspek sikap konatif yaitu bagaimana seseorang akan

bertingkah laku, seperti akan rajin dalam beribadah, menolong sesama yang

membutuhkan, menghormati orang yang berilmu.

Dipilihnya kota Surabaya sebagai objek penelitian sebab kondisi pendidikan

di Surabaya menurun, ditandai dengan banyaknya pelajar yang tidak lulus dan

terjadinya demo yang dilakukan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim

Indonesia (KAMMI) Surabaya di depan gedung Grahadi Surabaya padahal APBD

kota Surabaya untuk pos anggaran pendidikan di Surabaya sangat besar yaitu Rp.

752 milyar atau 18,88 persen dari APBD kota Surabaya. Ini membuktikan bahwa

Pemkot Surabaya telah gagal menciptakan sistem pendidikan yang baik di

Surabaya dan para mahasiswa mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan

anggaran pendidikan untuk membangun kecerdasan bangsa, meminta agar

walikota dan wakil walikota Surabaya tidak menjadikan soal penanganan

pendidikan di Surabaya sebagai alat kampanye untuk mendulang dukungan dalam

Pilwali mendatang, tindak tegas para pelaku pelanggaran UAS yang dilakukan

oleh pihak-pihak terkait dan mendesak Pemkot Surabaya untuk mencanangkan moral di

sekolah seluruh Surabaya

(http://www.seruu.com/index.php/2010042917845/kota/surabaya-seruu/gagal-jalankan-pendidikan-pemkot-surabaya-di-demo-kammi-17845/menu-id-749.html).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin meneliti tentang ”Sikap

Masyarakat Tentang Tayangan Sinetron Islam KTP (Studi Deskriptif Sikap

(18)

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah adalah

”Bagaimanakah Sikap Masyarakat Tentang Tayangan Sinetrom Islam KTP (Studi

Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan).

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini hertujuan untuk

mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat tentang tayangan sinetron Islam

KTP (studi deskriptif sikap masyarakat surabaya berdasarkan tingkat pendidikan).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari atas dua bagian, yaitu sebagai

berikut :

1.Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau masukan

untuk pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan ilmu komunikasi sehingga

berguna untu kegiatan penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi atau masukan bagi SCTV dan pihak production

house untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan mutu atau kualitas isi

(19)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan

kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta

atau kata-kata lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah

salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai

reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang

elektronik, sehingga dapat diterinla oleh pesawat penerima di rumah .(Effendy,

1993:10).

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa

yang ada, televisi merupakan media masa elektronik yang paling akhir

kehadirannya. Meskipun televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif

saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas karena

perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio

visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak

berbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat

komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat bermanfaat

sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus peruhahan pola

(20)

Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi

kejiwaan.

Kuswandi (1996, 21-23) berpendapat hahwa munculnya media televisi

dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya

dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melarikan satu

efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.

Kemampuan televisi dalam menarik perhatian masa menunjukkan bahwa media

tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media

televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul

televisi, berubah total. Pengaruh dari pada televisi lebih kuat dibandingkan dengan

radio dan surat kabar. Hal ini tcrjadi karena kekuatan audio televisi yang

menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi yang

menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi

cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang

semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak

geografis pemirsa.

Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia

keseluruhan, seperti berita cuaca. Informasi finansial, dan sebagainya. Pemirsa

akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media

tclivisi. Pada akhirnya, telivisi menjadikan manusia "hamba-hamha kecil" yang

pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi media tersebut (Kuswandi, 1996:30).

Secara umum, dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih berdasarkan

(21)

Secara umum, setiap media audio-visual dituntut mampu memberikan dan realitas

sosial, televisi komersial pada fungsi hiburan.dan televisi pendidikan pada materi

faktual-idealistis (pendidikan dan pengajaran) (Siregar, 2001:15)

1. Daya Tarik Telivisi

Televisi memiliki daya tarik yang kuat dengan memiliki unsur audio-visual

yang berupa kata kata, musik, sound efect dan juga berupa gambar. Dan gambar

ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan

kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga

melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman

dan nyaman.

2. Isi Pesan Televisi

Bersamaan dengan proses penyimpanan isi pesan media televisi kepada

pemirsa, maka isi pesan itu juga akan ditafsirkan secara berbeda-beda menurut

visi pemirsa. Sehingga dampak yang ditimbulkan berbeda-beda pula. Hal ini

terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan

acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan

kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.

2.1.2. Dampak Media Televisi

Menurut Kuswandi (1996:98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari

acara televisi terhadap pemirsa yaitu:

a. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan

(22)

b.Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada berbagai informasi mengenai

agama tcrtcntu dan juga pengaplikasiannya di masyarakat.

c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-

hari.

Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan di atas hanya

bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam.

Banyak acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton

oleh anak-anak.

2.1.3. Tayangan Televisi

Televisi sebagi salah satu media massa yang mempunyai daya tarik

tersendiri karena sifatnya yang audio visual. Fungsi media televisi ini bagi

masyarakat, sebagai media informasi, media pendidikan, media kebudayaan.

media hiburan dan media promosi yang diajukan kepada khalayak pemirsa baik

secara aktif maupun pasif. Televisi merupakan salah satu budaya populer yang

menampilkan berbagai informasi secara cepat dan efektif. Keadaan program acara

televisi sekarang ini yang didominasi dengan acara hiburan, banyak stasiun

televisi yang berlomba-lomba menayangkan tayangan bersifat hiburan, seperti

kartun, sinetron, komedi, reality show, talk Show ajang pencarian bakat atau talent

show dan masih banyak lagi. Karena aspek yang tinggi dari 'I'V maka

tayanganpun memanjakan kecenderungan-kecendungan sifat ketertarikan manusia

dan oleh karenanya tayangan-tayangannya pun menjadi sangat menarik dan

(23)

2.1.4. J enis-J enis Tayangan Televisi

Jenis-jenis tayangan televisi menurut Wibowo ( 2007) antara lain :

a. Program Berita

Program berita merupakan suatu sajian laporan yang berupa fakta dan

kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, tactual esensial) dan disiarkan

melalui media secara periodik.

b. Dokumenter

Program yang menyajikan suatu kenyataan yang berdasarkan pada fakta

objektif yang memiliki nilai esensial dan eksensial, artinya menyangkut

kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata.

c. Feature

Adalah suatu program yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema,

diungkapkan lewat satu pandangan yang saling melengkapi, mengurai,

menyoroti secara kritis, dengan disajikan dari berhagai format. Dalam satu

,feature, satu pokok bahasan boleh disajikan dengan merangkai beberapa

program sekaligus, misalnya wawancara, show, puisi, nyanyian dan lain

sebagainya.

d. Magazine

Program magazine dikenal di Indonesia sehagai program majalah mengudara.

Sebagaimana majalah cetak program magazine mempunyai jangka waktu

terbit, mingguan, bulanan, tergantung dari kemampuan produser program

magazine bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan tapi membahas

(24)

e.Spot

Suatu program yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televesi

untuk tujuan-tujuan tertentu dan juga merupakan program yang sangat pendek.

Keunggulan program ini salah satunya adalah dapat mencapai penonton yang

banyak karena tidak membutuhkan jangka waktu yang luas, dan dapat

diulang-ulang beberapa kali sehingga mudah diingat, dan mudah diletakkan

diantara program atau digunakan sebagai selingan .jika tersedia waktu yang

singkat.

f. Doku-Drama

Doku-Drama kependekan dari dokumenter drama maksudnya dokumenter

yang didramakan. Satu kejadian yang pernah terjadi sungguh-sungguh,

terdapat peninggalan dan bekas-bekasnya secara faktual, beberapa tokohnya

masih hidup tetapi kejadiannya sudah lampau misalnya anak seribu pulau.

g. Sinetron

Sinetron, kependekan dari sinema elektronik. Bermakna dari kata sinema

penggarapannya tidak jauh dari film layar putih.

2.1.5. Sikap

Dalam ilmu psikologi sosial sikap banyak sekali diteliti, mulai dari teori,

konstruksi, konsep hingga pengukurannya. Berikut ini adalah beberapa definisi

mengenai sikap :

a. Menurut Sutisna, Sikap mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan

pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi

(25)

b. Menurut Sheriff, Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap

bukan sekedar rekanan masa lalu, tetapi menentukan apakah orang harus

setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai,

diharapkan dan diinginkan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa

yang harus dihindari (Rakhmat. 1999 : 40).

c. Menurut Berkowitz, Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung (favorable)

maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada obyek

tersebut (Azwar, 2007:4).

d. Menurut Rakhmat, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersesi.

Berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap

bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan

cara-cara tertentu terhadap objek sikap ( Rakhmat, 1999 : 39 – 40).

Dari definisi di atas dapat terlihat bahwa manifestasi sikap tidak dapat

langsung dilihat, tetapi harus terlebih dahulu ditafsirkan sebagai tingkah laku yang

masih tertutup. Selain itu pengertian sikap juga menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan

praktis, sikap seringkali diharapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang

bersifat emosional. Jadi, sikap adalah rangkuman evaluasi terhadap objek sikap

kita. Evaluasi rangkuman rasa suka atau tidak suka terhadap objek adalah inti dari

(26)

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang

dimiliki seseorang tentang ohyek sikapnya. Dari pengetahnan ini kemudian

akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang ohyek sikap tertentu.

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya

evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system

nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang herhuhungan

dengan obyek sikapnya.

Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan

individu menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Dalam hal ini pesan yang

disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan

perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah

pikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek kognitif.

Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi

tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu,

sedih, takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi kadarnya

adalah efek behavioral, yaitu yang timbul pada komunikan dalam bentuk-perilaku,

tindakan, atau kegiatan.

Pengaruh media massa tidak harus langsung terlihat, namun terpaan yang

berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan tindakan

(27)

terhadap sikap seseorang, dapat diketahui respon atau tanggapan yang dapat

dibagi dalam tiga jenis, yaitu: (a) respon positif, jika seseorang mcnyatakan

setuju, (b) respon negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju, (c) respon

netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objeknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa adanya efek

komunikasi tersebut, maka terjadi perubahan sikap komunikan setelah mereka

diterpa pesan yang disampaikan oleh komunikator, schingga dasar landasan teori

yang dipakai bukan adanya pengaruh (efek, dampak) komunikan, tetapi pada

bentuk sikap komunikan terhadap penayangan sebuah acara di salah satu media.

Jadi jika komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan

mempunyai efek, maka terjadi perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika

komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan "gagal", maka

tidak terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dengan demikian dapat dipertegas

bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek

komunikasi.

2.1.6. Teor i SOR

Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori

S-O-R (Stimuli-Organism-Respons), Teori S-O-R merupakan singkatan dari

Stimulus-Organism-Respons. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah

reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan

dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. unsur-unsur

dalam model ini adalah:

a.Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada

(28)

b.Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi

dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator.

Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan

yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan

mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan

oleh komunikator.

c.Efek (Respon), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek komunikasi

adalah perubahan perilaku (Effendy, 1993:253)

Effendi (2000:254) mengutipkan pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang

menyatakan bahwa dalam menelaah sikap ada tiga variabel penting, yaitu :

perhatian, pengertian, penerimaan. Secara sistematis digambarkan sebagai

berikut :

Ga mbar 2.1. Teor i SOR Stimulus

Response (Perubahan sikap) Organisme :

• Perhatian

• Pengertian

(29)

Melalui gambar di atas dapat diketahui bahwa stimulus atau pesan yang

disampaikan yakni tayangan "Islam KTP" kepada para audiens mungkin dapat

diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian

dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Komunikan inilah yang

akan melanjutkan proses berikutnya setelah komunikan mengolah dan

menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah perilaku yaitu sikap

masyarakat untuk lebih bersikap obycktif dalam menyikapi isi cerita berdasarkan

tingkat pendidikan mereka.

2.1.7. Lapisan Masyar akat

Diantara lapisan atasan dengan yang rendah, terdapat lapisan yang

jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu

macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat, akan tetapi kedudukanya

yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak

akan mudak sekali untuk mendapatkan apa yang diinginkan, kakuasaan dan

mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk

menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan

adalah sebagai berikut (Soekanto:2007:207) :

1. Ukuran Kekayaan

Barangsiapa yang memiliki kekayaan yang paling banyak termasuk dalam

lapisan teratas. Kekayaan tersebut termasuk misalnya, bisa dilihat dari bentuk

(30)

2. Ukuran Kekuasaan

Barangsiapa yang memiliki kekuasan atau yang memiliki wewenang terbesar

menempati lapisan atasan.

3. Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan

kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat

teratas, ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional.

Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.

4. Ukuran Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai

ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan

terjadinya akibat-akibat yang negatif karena ternyata bukan mutu ilmu

pengetahuan yang dijadikan ukuran tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu

hal tersebut mengacuh segala macam usaha untuk mendapat gelar walau tidak

halal.

Ukuran di atas tidaklah bersifat limitatif karena masih ada ukuran-ukuran

yang lain yang dapat digunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran di atas amat

menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu.

2.1.8. Tingkat Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, sedangkan pengertian pendidikan

dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tingkah

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

(31)

sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang

memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai

dengan kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran

karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran (Muhibbin,

2005:10).

Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara (Hasbullah, (2005) dalam Widiawati (2009).

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar

(SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan

pendidikan tinggi. Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan

anak usia dini, pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar

(http://putrinet.wordpress.com/jenjang/).

2.1.9. Sinetr on Islam KTP

Sinetron Islam KTP yang hadir setiap hari pukul 18.00 merupakan

program seri komedi religi yang menceritakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki

oleh manusia pilihan. Biasanya, kelebihan atau kemampuan ini justru dimiliki

(32)

penyampaiannya kerap unik dan tidak masuk akal atau bahkan kontroversi.

Sesungguhnya, itulah ujian bagi manusia dan hasilnya sungguh mencerahkan.

Kesadaran muncul tidak melewati nasihat ataupun contoh. Justru ujian dan cobaan

yang menyadarkan manusia. Hanya manusia dengan kemampuan mencapai

Ma'rifat yang mampu melakukansemua ini. Ustad Ali adalah contoh wali Allah

yang selalu mempunyai cara-cara unik untuk memberi penyadaran bagi orang

lain. Bagaimana dia harus menyadarkan seorang yang begitu pelit dalam

beribadah, meskipun dilimpahi rezeki.

Begitu juga dua tokoh, Mamat yang scorang pengangguran, dan Karyo

yang bekerja sebagai petugas kehersihan kampung. Lewat sentuhan Ustad Ali,

kedua tokoh ini akhirnya sadar bahwa apa pun posisi mereka, mempunyai

tanggung jawab yang sama di mata Allah. Memberi penyadaran bahwa bekerja

adalah ibadah, hanya bisa dilakukan Ustad Ali tanpa menyinggung perasaan

mereka.

Tokoh-tokoh lain dalam seri komedi religi ini adalah Sabrina, anak ustad

Ali. Seperti layaknya anak kuliahan, Sabrina mempunyai masalah dalam

kehidupan cintanya. Jinan kekasih sabrina, sangat ingin menikahi kekasihnya itu

karena berpacaran menurut Ustad Ali tidak Islami, selain itu kehadiran tokoh

Bang Mahdit, pria yang selalu mencatat setiap amal kebaikan yang telah

diperbuat. Memberi sedekah, membangun mushola, bahkan menolong orang

miskin pun dicatat dalam buku cacatan amal miliknya. Suatu ketika, mushola

yang didirikan oleh Mahdit terbakar, anehnya ustad Ali justru bersyukur. Warga

(33)

menyadarkan Bang Mahdit bahwa setelah mushola terbakar, pria itu tidak usah

bersusah payah mencari amalan karena catatan amal baik itu menjadi rahasia

Allah SWT.

2.2. Ker angka Ber pikir

Untuk memperjelas batasan-batasan konsep pemikiran yang digunakan

dalam penelitian ini, maka digambarkan suatu bagan kerangka berfikir sebagai

berikut :

Ga mbar 2.2. Ker angka Ber fikir

Memperhatikan bagan tersebut, maka dasar teori yang dipakai adalah

berkaitan dengan teori S-O-R. Dipakainya dasar teori ini karena terkait dengan

efek, dimana efek akan muncul dari reaksi khusus terhadap stimulus khusus,

sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara

pesan dan reaksi komunikasi. Dengan menonton sinetron islam KTP dapat

mengakibatkan (efek) berupa sikap pada masyarakat di Surabaya berdasarkan

(34)

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan melukiskan

secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat

(Rakhmat, 1999:22). Dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan

data hasil penelitian secara sistematis mengenai sikap masyarakat Surabaya

tentang tayangan "Islam KTP" (studi deskriptif sikap masyarakat Surabaya

berdasarkan tingkat pendidikan).

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel

3.2.1. Definisi Operasional

Penelitian ini hanya meneliti variabel tunggal atau single yaitu sikap

masyarakat Surabaya tentang tayangan sinetron Islam KTP (studi deskriptif sikap

masyarakat Surabaya berdasarkan tingkat pendidikan di Surabaya). Isi dari

Sinetron Islam KTP berdasarkan tingkat pendidikan adalah: Pemahaman akan

pentingnya pendidikan, perasaan senang terhadap pendidikan, akan menggakui

bahwa pendidikan sangat penting dan dapat mengangkat status sosial dan dapat

menganggkat status sosial.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir berpersepsi, dan merasa

dalam menghadapi obyek atau ide, situasi atau nilai yang ada di masyarakat.

Sikap pada penelitian ini adalah kecenderungan masyarakat Surabaya untuk

(35)

unsur-unsur dalam lapisan sosial masyarakat seperti kekayaan, kekuasaan,

kehormatan dan ilmu pengetahuan akan tetapi pada penelitian ini difokuskan pada

ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) sebagaimana digambarkan dalam tayangan

sinetron Islam KTP di SCTV. Sikap ini nantinya akan dibedakan dalam 3 hal

yakni aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.

Variabel sikap diukur berdasarkan komponen kognitif, komponen afektif,

komponen konatif yang meliputi :

1. Sikap Kognitif, menunjukkan pengetahuan dan kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Diukur

dengan :

a. Pengetahuan bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan pada

masyarakat.

b. Mengetahui bahwa pendidikan dapat mengangkat status sosial di

masyarakat

c. Pengetahuan bahwa masyarakat menaruh respek terhadap orang yang

memiliki ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam masyarakat

sebagaimana digambarkan pada tokoh Ustad dalam sinetron Islam KTP di

SCTV.

2. Sikap Afek tif, menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap

suatu objek sikap, diukur dengan :

a. Perasaan senang bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan

(36)

b. Perasaan senang bahwa pendidikan dapat mengangkat status sosial di

masyarakat

c. Perasaan senang mengetahui bahwa masyarakat menaruh respek terhadap

orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam

masyarakat sebagaimana digambarkan pada tokoh Ustad dalam sinetron

Islam KTP di SCTV.

3. Sikap Konatif, menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada

dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya, diukur

dengan :

a. Setelah menonton sinetron Islam KTP di SCTV, mengakui bahwa

pendidikan sangat penting bagi kehidupan di masyarakat.

b. Setelah menonton sinetron Islam KTP di SCTV, mengakui bahwa

pendidikan dapat mengangkat status sosial di masyarakat.

c. Setelah menonton sinetron Islam KTP di SCTV, masyarakat akan

menghormati orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi.

3.2.2. Pengukuran Var iabel

Untuk mengukur variabel sikap masyarakat tentang tayangan sinetron

Islam KTP (studi deskriptif sikap masyarakat Surabaya berdasarkan tingkat

pendidikan) dalam penelitian ini digunakan model skala likert (skala sikap).

Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar

pertanyaan mengenai sikap dan setiap pertanyaan disediakan jawaban yang harus

dipilih oleh responden untuk menyatakan persetujuannya (Singarimbun,

(37)

lima macam kategori, yakni “Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), (N),

Netral“ Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). (Riduwan, 2002:12) :

Variabel sikap masyarakat dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi

tiga yaitu positif, netral, rendah yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban

masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar

interval tingkat Positif, Netral, dan Negatif menggunakan rumus :

Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan

Keterangan:

Range(R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan.

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item

Jenjang : 3 (positif, netral, negatif)

a. Positif bila interval jawaban antara 33 - 45

Apabila katagori jawaban menyatakan setuju dengan berbagai pertanyaan

yang diajukan dalam kuesioner mengenai sikap masyarakat tentang tayangan

sinetron Islam KTP berdasarkan tingkat pendidikan maka sikap responden

dapat simpulkan memiliki sikap positif.

b. Netral bila interval jawaban antara 21 – 32

Apabi1a kategori jawaban menyatakan antara setuju dan tidak setuju

(38)

sikap masyarakat tentang tayangan sinetron Islam KTP berdasarkan tingkat

pendidikan maka sikap responden dapat simpulkan memiliki sikap netral

c. Negatif bila interval jawaban antara 9 – 20

Apabila kategori jawaban menyatakan tidak setuju dengan berbagai

pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mengenai sikap masyarakat

tentang tayangan sinetron Islam KTP berdasarkan tingkat pendidikan maka

sikap responden dapat simpulkan memiliki sikap negatif.

Perhitungan interval persikap :

a. Positif bila interval jawaban antara 11 - 15

b. Netral bila interval jawaban antara 7- 10

c. Negatif bila interval jawaban antara 3 - 6

Sikap Afektif = 4

a. Positif bila interval jawaban antara 11 - 15

b. Netral bila interval jawaban antara 7- 10

a. Negatif bila interval jawaban antara 3 - 6

Sikap Konatif = 4

a. Positif bila interval jawaban antara 11 - 15

d. Netral bila interval jawaban antara 7- 10

(39)

3.3. Populasi, Sampel, dan Tek nik Penar ikan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian disini adalah

seluruh masyarakat Surabaya baik laki-laki maupun perempuan yang menonton

acara "Islam KTP" di SCTV dan berdasarkan tingkat pendidikan SD s/d

perguruan Tinggi.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat Surabaya

yang memiliki karakteristik antara lain :

1. Berdomisili di Surabaya

2. Berpendidikan SD s/d Perguruan Tinggi

- Pendidikan rendah SD-SMP

- Pendidikan sedang SMA

- Pendidikan tinggi (D3-S3)

3. Menonton tayangan program acara "Islam KTP” di SCTV.

Dengan tingkat populasi penduduk yang besar dan keberagaman penduduk

kota Surabaya dapat mewakili responden secara representatif.

3.3.3. Tek nik Penar ikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(40)

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2003:60).

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka

digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

1

d = Presisi (derajat ketelitian 10%).

1 = angka konstan

memiliki karakteristik seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Tabel 3.1.

Tabel Tingkat Pendidikan Masyar akat Surabaya

No Tingkat Pendidikan J umlah

1 SD 251.657

(41)

yang akan dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan rumus sebagai

ni : jumlah sampel masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan.

Ni : ukuran stratum ke 1

N : jumlah masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan

(42)

1

Pengumpulan data untuk penelitian ini mcnurut cara memperolehnya

dilakukan dengan dua pendekatan. pertama dengan melakukan pengumpulan data

primer, kedua dengan melakukan pengumpulan data sekunder.

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden. Data

primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden berdasarkan

kuisioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang tertutup dan yang terbuka.

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan.

Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti

perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data

sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi

yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk

mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari:

(43)

selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data

yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

100% P

F

N= ×

Keterangan :

P : Persentase Responden

F : Frekuensi Responden

N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan

peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan

(44)

4.1. Gambar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Pr ofil Kota Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya

merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah

penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat

bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur.

Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat

diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari

penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran

antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Menurut

Sensus Penduduk Tahun 2010, Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk

sebanyak 2.765.908 jiwa. Dengan wilayah seluas 333,063 km², maka kepadatan

penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 8.304 jiwa per km

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya).

4.1.2. Demografi Kota Sur abaya

Berbanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di

Surabaya memiliki pembawaan yang keras. Salah satu sebabnya adalah jauhnya

Surabaya dari keraton yang dianggap sebagai pusat kebudayaan Jawa. Surabaya

memiliki logat bahasa Jawa yang khas yang dipanggil “Boso Suroboyoan”. Boso

(45)

ragam tingkat bahasa seperti bahasa-bahasa Jawa baku pada umummnya.

Masyarakat Surabaya juga dikenali karena sifat fanatiknya dan bangga terhadap

bahasa mereka.

Sebagai kota metropolitan, Surabaya merupakan pusat kegiatan ekonomi

di Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagian penduduknya berkegiatan di sektor-sektor

perdagangan dan perindustrian. Banyak perusahaan besar berpusat di Surabaya.

Surabaya juga dikenal dengan kota pendidikan yang telah memberikan

sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan SDM. Ada

kesesuaian pendidikan lanjut yang dimiliki yaitu, UNAIR, ITS, UNESA dan

banyaknya perguruan tinggi swasta yang berkualitas sebagai sarana dan prasarana

pendidikan di Surabaya yang memadai, meliputi tingkat pendidikan dasar,

menengah dan pendidikan tinggi. Hampir di semua bidang ilmu pengetahuan

dengan tingkat stratum dari akademi dan politeknik, dari S1, S2 hingga S3, dapat

ditemukan di lembaga pendidikan di Surabaya. Pengembangan sebagai kota pendidikan

bertujuan untuk pengembangan kualitas SDM yang ada

(http://www.surabaya.go.id/infokota/index.php?id=4).

Secara geografis, Surabaya terletak pada 07’ 12’- 07’ 21’ Lintang Selatan

dan 112’ 36’ – 112’ 54’ Bujur timur. Dengan letaknnya di daerah tropis yang

strategis tersebut, Surabaya dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat,

udara dan laut. Daerah Surabaya di sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan

laut dengan selat Madura yang merupakan daerah pantai atau pesisir serta di

(46)

dalam 5 wilayah yaitu, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Utara,

Surabaya Selatan, dan Surabaya Pusat.

4.1.3. Sinetr on Islam KTP

Dalam sinetron Islam KTP, terdapat beberapa tokoh utama yang menjadi

pusat perhatian penonton. Tokoh Ustad Ali sebagai contoh wali Allah dan seorang

yang berilmu yang selalu mempunyai cara-cara unik untuk memberi penyadaran

bagi orang lain. Kemudian ada seorang ustad yang selalu memberikan ceramah

kepada masyarakat dengan sholawat dan syair-syair islami. Seorang tokoh yang

kaya yaitu Bang Mahdit, yang menyebut dirinya sebagai ahli shodaqoh dan

kemanapun membawa buku catatan untuk mencatat setiap amalannya, akan tetapi

pada kenyataannya, Bang Mahdit adalah potret orang kaya yang pelit dan

sombong serta suka menghina orang–orang yang kurang mampu. Beberapa tokoh

sentral lainnya yaitu Mamat dan Aryo, mereka berdua adalah murid Bang Ali dan

termasuk orang yang kurang mampu. Tokoh lain yaitu pasangan suami istri, Bang

Dul dan istrinya Enting serta anaknya Tebe yang hidup dalam keadaan ekonomi

yang kurang mampu karena sang suami yaitu Bang Dul adalah seorang

pengangguran, akan tetapi keluarga mereka tetap bersabar dalam menghadapi

segala permasalahan yang dihadapi. Selain itu ada juga tokoh Nina yang berperan

sebagai seorang dokter yang selalu membantu masyarakat dan dihormati oleh

(47)

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

4.2.1. Kar akter istik Responden

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan tentang karakteristik

responden dari obyek penelitian yaitu masyarakat yang menonton sinetron Islam

KTP. Adapun data tentang karakteristik yang disajikan oleh peneliti antara lain

berdasarkan usia, jenis kelamin serta pendidikan selain itu disajikan pula data

mengenai pernah atau tidaknya responden menonton sinetron Islam KTP serta

frekuensi menonton sinetron Islam KTP seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 4.1.

Kar akter istik Responden Ber dasar kan J enis Kelamin

No J enis

Kelamin J umlah (N) Pr osentase (% )

1 Laki-laki 39 39

2 Perempuan 61 61

Total 100 100

Sumber : Kuesioner bagian I No. 2

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar dalam

penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan yakni sebesar 61 orang atau

sebesar 61%, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 39 orang atau

sebesar 39%. Banyaknya responden perempuan dalam penelitian ini karena

umumnya perempuan memiliki keingintahuan yang sama-sama besar mengenai

(48)

Tabel 4.2.

Kar akter istik Responden Ber dasar kan Usia

No Usia (tahun) J umlah (N) Pr osentase (% )

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui responden yang paling banyak

berusia 18 sampai 23 tahun sebesar 30 responden atau sebesar 30%, yang berusia

12-17 sebesar 18 atau sebesar 18%, sedangkan yang berusia 24-29 tahun sebesar

28 responden atau sebesar 28%, sedangkan yang berusia 30-36 tahun sebesar 19

tahun atau sebesar 19% dan yang berusia di atas 37 tahun sebesar 15 responden

atau sebesar 15%. Banyaknya responden yang masih berusia antara 18 sampai

dengan 23 tahun hal ini disebabkan karena pada usia tersebut adalah usia dimana

kedewasaan sudah terjadi, hal inilah yang menjadi keinginan dari respoden untuk

selalu mendapatkan pengetahuan baik dalam beragama, bermasyarkat maupun

dalam pendidikan pada sinetron Islam KTP. Selain itu usia ini merupakan usia

yang paling produktif pada manusia.

Tabel 4.3.

Kar akter istik Responden Ber dasar kan Pendidikan

(49)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa yang mempunyai

pendidikan paling banyak SD sebesar 54 responden atau sebesar 54%, sedangkan

yang berpendidikan SMP sebesar 23 responden atau sebesar 23%, sedangkan yang

berpendidikan SMA sebesar 13 responden atau 13% dan yang berpendidikan

Perguruan Tinggi sebesar 10 responden atau sebesar 10%. Dengan banyaknya

jumlah responden yang mempunyai pendidikan terakhir SD, hal tersebut dapat

dikarenakan responden yang mempunyai pendidikan terakhir ini, cukup bisa

menelaah cerita yang terkandung dalam sinetron Islam KTP untuk mendapatkan

pengetahuan yang bisa responden terapkan dalam kehidupan.

4.2.2. Per n yataan Tentang Media

1. Menonton Sinetr on Islam KTP

Tabel 4.4.

Menonton Sinetr on Islam KTP

No J awaban Responden J umlah (N) Pr osentase (% )

1 Pernah menonton Sinetron Islam KTP 100 100

2 Tidak Pernah Menonton Sinetrom

Islam KTP

0 0

Total 100 100

Sumber : Kuesioner bagian II No. 1

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

responden dalam penelitian ini yaitu masyarakat Surabaya menyatakan pernah

menonton sinetron Islam KTP yaitu sebanyak 100 responden atau sebesar

100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan masyarakat menonton

sinetron Islam KTP.

(50)

2.Fr ekuensi Menonton Sinetr on Islam KTP

Sumber : Kuesioner bagian II No. 2

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini lebih banyak menonton sinetron Islam KTP lebih dari 3 kali

dalam seminggu sebanyak 45 orang atau sebesar 45%, sedangkan responden yang

menonton sinetron Islam KTP 2-3 kali dalam seminggu sebanyak 30 responden

atau 30% dan responden yang menonton sinetron Islam KTP hanya 1 kali dalam

seminggu sebanyak 25 responden atau 25%. Banyaknya responden yang

menonton sinetron Islam KTP lebih dari 3 kali dalam seminggu sebab frekuensi

penayangan sinetron ini cukup sering yaitu setiap hari sehingga memperbesar

kemungkinan pemirsa untuk menonton sinetron ini. Selain itu sinetron ini

merupakan sinetron religi yang mempunyai pesan moral yang baik yaitu

memberikan contoh bagaimana menjadi umat bergama yang baik dan bagaimana

bersosial dengan masyarakat sekitar.

4.2.3. Sikap Masyaraka t Tentang Tayangan Sinetr on Islam KTP

(ber dasar kan tingkat pendidikan)

Berikut ini adalah data yang menunjukkan tentang sikap responden

terhadap tayangan sinetron Islam KTP (studi deskriptif tingkat pendidikan). Sikap

pada penelitian ini dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu : Aspek Kognitif,

(51)

A. Sikap Kognitif

Aspek kognitif ini menunjukkan pengetahuan dan kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Pada bagian ini

pertanyaan-pertanyaan yang ada akan menunjukkan aspek kognitif, mengenai isi

sinetron Islam KTP di SCTV berdasarkan tingkat pendidikan. Pertanyaan tentang

aspek kognitif ini terdiri dari 3 pertanyaan. Data-data dan analisanya ada pada

tabel-tabel berikut :

1. Pengetahuan r esponden bahwa pendidikan sangat penting bagi

kehidupan pada masyar akat.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden, maka dapat diperoleh

frekuensi jawaban responden mengenai pengetahuan bahwa pendidikan sangat

penting bagi kehidupan pada masyarakat.

Tabel 4.6

Pengetahuan Pendidikan Sangat Penting Bagi Kehidupan Pada Masyar aka t

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 56 responden atau

sebesar 56%, memberikan jawaban sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa

responden sangat mengetahui pendidikan sangat penting bagi kehidupan pada

masyarakat. Pendidikan adalah sesuatu yang penting untuk mencapai tujuan yang

(52)

dalam sinetron Islam KTP di SCTV bagaimana masyarakat sekitar memandang

seseorang berdasarkan pendidikanya, seperti tokoh bang Ali yang disegani dan

dihormati karena ilmu pengetahuan yang dimiliki mengenai agama yang lebih dari

masyarakat sekitarnya.

Sebanyak 23 responden atau sebesar 23%, memberikan jawaban setuju. Hal

ini menunjukkan bahwa responden mengetahui pentingnya pendidikan dalam

masyarakat. Dengan menonton sinetron Islam KTP di SCTV, diharapkan dapat

mengetahui dan memahami bahwa memiliki pendidikan yang tinggi akan

bermanfaat bagi masyarkat seperti tokoh Nina, seorang dokter yang suka

menolong tanpa pamrih dan tidak membedakan antara miskin dengan kaya.

Sebanyak 17 responden atau sebesar 17% menjawab netral. Hal tersebut

menunjukkan bahwa masyarakat memandang bahwa sudah sewajarnya bahwa

pendidikan penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dan 4 responden atau 4%

menjawab tidak setuju dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, bahwa

pendidikan sangat penting bagi kehidupan pada masyarakat, responden

menganggap bahwa dalam menjalani kehidupan di masyarakat tidaklah perlu

berpendidikan tinggi dan responden kurang memahami pentingnya pendidikan

dalam masyarakat. Dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.

2. Mengetahui bahwa pendidikan dapat mengangkat status sosial di

masyar akat.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden maka dapat diperoleh

frekuensi jawaban responden mengenai pengetahuan bahwa pendidikan dapat

(53)

Tabel 4.7

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden atau

sebesar 40%, memberikan jawaban sangat setuju dengan pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti mengenai pendidikan dapat mengangkat status sosial di

masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui dengan betul

bahwa dengan pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang luas dapat

mengangkat status sosial di masyarakat, seperti dalam tokoh bang Ali yang

mendapatkan kedudukan di masyarakat dan dihormati oleh masyarakat.

Sebanyak 40 responden atau sebesar 40%, memberikan jawaban setuju dengan

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan

mengetahui pentingnya sebuah pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, serta

dapat mengangkat status sosialnya di masyarakat. Dengan pendidikan tinggi yang

dimilikinya serta dapat memberikan manfaat untuk orang lain dengan ilmu yang

dimilikinya, maka dapat mengangkat status sosialnya di masyarakat. Seperti tokoh

Ustad yang mempunyai pengetahuan yang lebih tentang agama dan selalu

memberikan nasehat kepada masyarakat sekitarnya terutama yang melakukan

perbuatan maksiat dan tokoh dokter Nina yang mempunyai pendidikan yang

(54)

Sebanyak 18 responden menjawab netral atau sebesar 18%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa masyarakat memandang bahwa sudah sewajarnya bahwa

dengan pendidikan yang tinggi dapat mengangkat status sosial dalam masyarakat.

Seperti tokoh Jami yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan suka

memberikan nasehat kepada orang yang melakukan kesalahan dan suka menolong

orang yang sedang tertimpa musibah, sehingga Jami dihormati oleh warga

sekitarnya.

Sebanyak 2 responden atau sebesar 2% menjawab tidak setuju dengan

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bahwa pendidikan dapat mengangkat

status sosial di masyarakat, responden menganggap bahwa tidak semua orang

yang memiliki pendidikan tinggi dapat mengangkat status sosialnya. Dan tidak

ada yang menjawab sangat tidak setuju.

3. Pengetahuan bahwa masyar akat r espek ter hadap orang yang memiliki

ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam masyar akat

sebagaimana digambar kan pada tokoh Ustad dalam sinetr on Islam KTP

di SCTV.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden maka dapat diperoleh

frekuensi jawaban responden mengenai pengetahuan bahwa masyarakat

menyegani dan menaruh respek terhadap orang-orang yang memiliki ilmu

pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam masyarakat sebagaimana

Gambar

Gambar 2.1. Teori SOR
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
Tabel 3.1. Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Surabaya
Tabel 4.1.          Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selat Berhala adalah laut sempit yang memisahkan antara pulau Berhala dengan pulau Sumatra (Provinsi Jambi), berarti secara de fakto dan de jure Pulau Barhala

Karya tari Kridhaning Warastra mengacu pada struktur tari bedhaya yang ada di Surakarta yaitu maju beksan sebagai penggambaran sosok tokoh, beksan merupakan

Dengan adanya tugas akhir ini diharapkan sebuah komunikasi jaringan antar komputer dapat lihat secara real time dengan menggunakan sebuah aplikasi monitoring yang

Dalam prinsip negara hukum yang dianut di Indonesia tersirat bahwa hukum tertulis dan tidak tertulis dapat dijadikan sebagai sumber hukum karena selain hukum tertulis Indonesia

Pemanas air yang sering di pakai masyarakat adalah pemanas air yang memanfaatkan energi cahaya matahari dengan mengoptimalkan panas air yang berada di dalam pelat datar

Pembuatan Aplikasi Diet Mayo berbasis android ini diharapkan dapat membantu orang – orang yang ingin melakukan hidup sehat dengan menggunakan diet mayo, dimana diet mayo bukan

Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan baik dari keterangan para saksi, keterangan Ahli, Surat, Petunjuk dan Keterangan Terdakwa didukung dengan

Pekerjaan : Pengadaan Peralatan Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Tahun Anggaran 2011. Nomor :