SINETRON ISLAM KTP
(Studi Deskr iptif Sikap Masyar akat Surabaya Ter hadap
Tayangan Sinetr on Islam K TP Ber dasar kan Tingkat Pendidikan)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NIZAR HASAN 0743010128
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 8
1.3.Tujuan Penelitian ... 8
1.4.Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 9
2.1.1.Televisi Sebagai Media Kounikasi Massa ... 9
2.1.2.Dampak Media Televisi ... 11
2.1.3.Tayangan Televisi ... 12
2.1.4.Jenis-Jenis Tayangan Televisi ... 13
2.1.7.Lapisan Masyarakat ... 19
2.1.8.Tingkat Pendidikan ... 20
2.1.9.Sinetron Islam KTP ... 21
2.2.Kerangka Berfikir ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Pendekatan Penelitian ... 24
3.2.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24
3.2.1.Definisi Operasional ... 24
3.2.2.Pengukuran Variabel ... 26
3.3.Populasi, Sampel, dan teknk Penarikan Sampel ... 29
3.3.1.Populasi ... 29
3.3.2.Sampel ... 29
3.3.3.Teknik Penarikan Sampel ... 29
3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.5.Metode Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 34
4.1.1.Profil Kota Surabaya ... 34
4.1.2.Demografi Kota Surabaya ... 34
4.1.3.Sinetron Islam KTP ... 36
4.2.3.Sikap Masyarakat Tentang Tayangan Sinetron Islam
KTP (berdasarkan tingkat pendidikan) ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64
5.2. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
Halaman
Tabel 3.1. Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Surabaya ... 29
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 38
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38
Tabel 4.4. Menonton Sinetron Islam KTP ... 39
Tabel 4.5. Frekuensi Menonton Sinetron Islam KTP ... 40
Tabel 4.6. Pengetahuan Pendidikan Sangat Penting Bagi Kehidupan Pada Masyarakat ... 41
Tabel 4.7 Mengetahui pendidikan dapat mengangkat status sosial di masyarakat ... 43
Tabel 4.8 Pengetahuan bahwa masyarakat respek terhadap orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam masyarakat ... 45
Tabel 4.9 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Kognitif ... 47
Tabel 4.10 Perasaan senang bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat ... 48
dalam masyarakat ... 52
Tabel 4.13 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Aspek Afektif ... 54
Tabel 4.14 Setelah menonton sinetron Islam KTP di SCTV, mengakui
pendidikan sangat penting bagi kehidupan di masyarakat ... 55
Tabel 4.15 Mengakui bahwa pendidikan mengangkat status sosial di
masyarakat ... 57
Tabel 4.16 Masyarakat akan menghormati orang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang tinggi ... 59
Tabel 4.17 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Konatif 60
Tabel 4.18 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Keseluruhan Kategori
Halaman
Gambar 2.1. Teori SOR ... 18
Lampiran 1 : Kuesioner ... 68
Lampiran 2 : Rekapitulasi Jawaban Responden ... 72
Lampiran 3 : Output Frekuensi Jawaban Responden ... 76
Lampiran 4 : Data Penduduk Surabaya (PBS) ... 79
Nizar Hasan, sikap Masyarakat Tentang Tayangan Sinetrom Islam KTP (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Sinetron Islam Ktp Berdasarkan Tingkat Pendidikan)
Berbagai stasiun televisi swasta di Indonesia seperti berlomba-lomba untuk membuat sebuah tayangan yang menarik bagi para pemirsanya. Sinetron merupakan sebuah cerita yang mengambil jalan cerita kehidupan sehari-hari masyarakat. Sinetron Islam KTP adalah salah satu sinetron bertema realigi yang menggambarkan tentang beragamnya keadaan sosial ekonomi masyarakat di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan lapisan sosial berdasarkan tingkat pendidikan yaitu bagaimana seseorang memandang orang lain dilihat dari sisi keilmuan serta tingkat pendidikan yang diperoleh. Secara umum, orang yang berpendidikan tinggi maka akan dihormati dan disegani oleh masyarakat dan mendapatkan kedudukan dalam masyarakat.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R
(Stimuli-Organism-Respons), Teori S-O-R merupakan singkatan dari
Stimulus-Organism-Respons. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Populasi dalam penelitian disini adalah seluruh masyarakat Surabaya baik laki-laki maupun perempuan yang menonton acara "Islam KTP" di SCTV dan berdasarkan tingkat pendidikan SD s/d perguruan Tinggi. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling dengan metode purposive sampling. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi.
Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa pada sikap kognitif
sebagaian besar responden berada pada kategori positif,
hal tersebut
menunjukkan bahwa responden sangat memahami dan mengetahui dengan betul bahwa pendidikan sangat penting dalam kehidupan terutama dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Pada sikap afektif sebagian besar responden berada pada kategori positif, Sedangkan hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki perasaan senang bahwa pentingnya pendidikan dalam lapisan sosial masyarakat, karena pendidikan dapat membawa pengaruh yang baik dalam masyarakat. Sedangkan pada sikap konatif sebagian besar responden berada dalam kategori positif, hal tersebut menunjukkan bahwa responden mengakui dengan baik, menghormati dan mempunyai respek terhadap orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih dalam masyarakat. Berdasarkan keseluruhan sikap sebagian besar responden berada dalam kategori positif, hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki sikap positif terhadap tayangan sinetron Islam KTP dilihat dari segi pendidikan mengakui bahwa pentingnya pendidikan dalam kehidupan mermasyarakat dan menghormati orang yang berpendidikan tinggi dalam masyarakat.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belaka ng Masa lah
Informasi adalah salah satu konteks komunikasi yang berkembang dalam
kehidupan manusia. Sehingga koununikasi tidak melalui tatap muka saja, tetapi
juga menggunakan media massa. Media massa digunakan sebagai media
penyampaian pesan kepada khalayak. Perkembangan teknologi telah menciptakan
berbagai media baru serta mempunyai daya tarik yang kuat untuk menarik
perhatian masyarakat, salah satunya adalah lahirnya media elektronik, televisi.
Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu melahirkan
inspirasi yang luar biasa dengan ditandai muncuhlnya televisi, radio. satelit dan
lainnya. Seiring dengan berputarnya waktu dan perkembangan teknologi yang
semakin berkembang dan sampai pada tahap yang modern seperti yang terjadi
pada saat ini. Pada saat situasi seperti ini salah satu pihak yang dapat memberikan
informasi secara global adalah televisi. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan
audio visual merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan
kepribadian secara luas, hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya
perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah
terpencil (Wibowo, 2007:17).
Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan
berbincang-bincang dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi
adalah teman. televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat
menjadi candu. (Morrisan, 2004:41).
Secara langsung atau tidak, penggunaan media informasi seperti televisi
akan berpengaruh terhadap pcnggunanya. Di kalangan praktisi komunikasi, hal
itu dikenal populer sebagai efek dari media. pakar komunikasi Yoseph
Strauhhaar Jan Robert LaRose, misalnya, menjelaskan efek media sebagai
peruhahan dalam pengetahauan (kognisi) sikap emosi atau perilaku yang
merupakan hasil dari terpaan (eksposure) media massa.
Berbagai stasiun televisi swasta di Indonesia seperti berlomba-lomba untuk
membuat sebuah tayangan yang menarik bagi para pemirsanya. sebuah tayangan
yang seolah menjadi menu wajib bagi setiap stasiun televisi adalah sinetron.
Sinetron merupakan sebuah cerita yang mengambil jalan cerita kehidupan
sehari-hari masyarakat. Meskipun perkembangannya sekarang, sinetron terkesan tidak
mendidik, namun pemirsa masih menjadikan sinetron sebagai salah satu hiburan
yang wajib untuk ditonton.
Berdasarkan data Republika Online pada 2011, SCTV juga tetap
mengandalkan sinetron sebagai program unggulan yang akan ditempatkan di
prime time, mulai pukul 18.00-22.00 WIB. SCTV masih akan mengandalkan
sinetron unggulan SCTV yang bergenre drama keluarga dan remaja, yakni Islam
KTP (http://republika.co.id:8080/koran/43/125180/Sinetron_Mengejar_Rating).
Sinetron Islam KTP adalah salah satu sinetron bertema realigi yang
Indonesia. Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak jarang terjadi kesenjangan baik
dalam hal ekonomi, sosial ataupun pendidikan. Sinetron ini berusaha untuk
menggambarkan kepada masyarakat luas, bahwa tokoh-tokoh dalam sinetron ini
mewakili potret diri masyarakat sebenarnya. Ada yang kaya atau miskin,
terpandang secara status sosial ekonomi atau tidak, pandai atau bodoh dan juga
beberapa kondisi nyata lainnya. Diharapkan melalui penayangan sinetron ini,
masyarakat dapat mengintrospeksi diri mereka pribadi sehingga mampu
memperbaiki kehidupan bermasyarakat dalam lingkungan mereka.
Dalam sinetron Islam KTP, terdapat beberapa tokoh utama yang menjadi
pusat perhatian penonton. Tokoh Ustad Ali sebagai contoh wali Allah dan seorang
yang berilmu yang selalu mempunyai cara-cara unik untuk memberi penyadaran
bagi orang lain. Kemudian ada seorang ustad yang selalu memberikan ceramah
kepada masyarakat dengan sholawat dan syair-syair islami. Seorang tokoh yang
kaya yaitu Bang Mahdit, yang menyebut dirinya sebagai ahli shodaqoh dan
kemanapun membawa buku catatan untuk mencatat setiap amalannya, akan tetapi
pada kenyataannya, Bang Mahdit adalah potret orang kaya yang pelit dan
sombong serta suka menghina orang–orang yang kurang mampu. Beberapa tokoh
sentral lainnya yaitu Mamat dan Aryo, mereka berdua adalah murid Bang Ali dan
termasuk orang yang kurang mampu. Tokoh lain yaitu pasangan suami istri, Bang
Dul dan istrinya Enting serta anaknya Tebe yang hidup dalam keadaan ekonomi
yang kurang mampu karena sang suami yaitu Bang Dul adalah seorang
pengangguran, akan tetapi keluarga mereka tetap bersabar dalam menghadapi
sebagai seorang dokter yang selalu membantu masyarakat dan dihormati oleh
masyarakat.
Seperti uraian sebelumnya dan melalui gambaran tokoh-tokoh dalam
sinetron Islam KTP, dapat diketahui bahwa cerita yang ada di sinetron Islam KTP
tersebut memang selaras dengan keadaan kehidupan sosial masyarakat pada saat
ini yang terbentuk dalam lapisan sosial masyarakat, di mana terjadi jarak atau gap
antara masyarakat kaya dengan miskin, yang bodoh dengan yang berilmu dan hal
tersebut banyak ditemukan dalam masyarakat. Menurut Soekanto (2007:207)
terdapat kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan masyarakat ke
dalam suatu lapisan sosial diantaranya adalah berdasarkan kekayaan, kekuasaan,
kehormatan dan pengetahuan.
Dalam penelitian ini digunakan lapisan sosial berdasarkan tingkat pendidikan
yaitu bagaimana seseorang memandang orang lain dilihat dari sisi keilmuan serta
tingkat pendidikan yang diperoleh. Secara umum, orang yang berpendidikan
tinggi maka akan dihormati dan disegani oleh masyarakat dan mendapatkan
kedudukan dalam masyarakat, seperti tokoh yang ada dalam sinetron Islam KTP,
yang tergambar pada sosok bang Ali yang memiliki pengetahuan agama yang
lebih, maka Bang Ali pun disegani dan dihormati oleh masyarakat sekitar. Sosok
seorang Ustad yang selalu memberikan ceramah, pencerahan kepada masyarakat
yang dipandang sebagai orang berilmu agama yang baik dan seorang dokter yang
selalu membantu masyarakat.
Fokus penelitian di bidang pendidikan ditunjang pula dengan kenyataan di
afektif (merasa), sehingga para pelajar hanya tercetak sebagai generasi-generasi
yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa
(http://km.itb.ac.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=80:pen
didikan-di-indonesia&catid=63:diskusi-isu-pendidikan&Itemid=109). Pada saat
ini pendidikan di Indonesia masih belum baik, pada tahun 2007, anak usia 5-14
tahun berjumlah sekitar 45 juta anak. 84.1% yang masih bersekolah, 12.8% belum
sekolah dan 3% tidak sekolah lagi. Kemungkinan besar anak 5-14 tahun yang
belum pernah sekolah sama sekali karena alasan umur anak yang belum bisa ke
sekolah, sekitar 71.4%. Sedangkan anak yang tidak sekolah lagi kebanyakan
karena orang tua mereka tidak mampu membiayai sekolah (55.7%). Inilah alasan
yang umum terjadi di dunia pendidikan, ada sebagian rumah tangga yang anaknya
tidak sekolah lagi karena tidak mampu membiayaan pendidikan
(http://andi.stk31.com/profil-pendidikan-dan-kesehatan-anak-indonesia.html).
Hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC) menyebutkan
bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12
negara yang disurvei oleh lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea
Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan
Taiwan, India, Cina, serta Malaysia. Sedangkan Indonesia menduduki urutan
ke-12, setingkat di bawah Vietnam (http://www.goikuzo.com/?p=281).
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report
2011: Di Balik Krisis: Konflik Militer dan Pendidikan yang dikeluarkan
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan
waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan (education development index/EDI) menurut
data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di
dunia (http://www.kopertis12.or.id/2011/03/03/peringkat-pendidikan-indonesia-turun.html).
Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar
(Rakhmat, 2001:42). Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interaksi dari
berbagai komponen. Komponen tersebut ada tiga 3, yakni: (1) Komponen kognitif
yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang
dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. (2) Komponen afektif, yang
berhubungan dengan rasa senang atau suka. (3) Komponen konatif merupakan
kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek
sikapnya. Apabila dikaitkan dengan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana
agar caranya suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu
menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan (Mar'at dalam
Dayaksini, 2003:96).
Pada sikap kognitif terbentuk atas dasar pengetahuan atau informasi yang
didapat mengenai objek yang diamati, yaitu bagaimana seseorang memandang
bahwa informasi atau pengetahuan yang didapat diperoleh dalam sinetron Islam
KTP, seperti mengetahui tentang kerukunan antara beragama saling menghormati
dan saling menolong, bagaimana seseorang memandang, menghormati orang lain
berdasarkan ilmu pengetahuan dan pedidikannya. Sedangkan pada aspek sikap
Afektif yang berhubungan dengan emosional seseorang, bagaimana seseorang
merasakan bagaimana disegani atau dihormati karena pendidikan atau ilmu yang
pendidikan, sedangkan aspek sikap konatif yaitu bagaimana seseorang akan
bertingkah laku, seperti akan rajin dalam beribadah, menolong sesama yang
membutuhkan, menghormati orang yang berilmu.
Dipilihnya kota Surabaya sebagai objek penelitian sebab kondisi pendidikan
di Surabaya menurun, ditandai dengan banyaknya pelajar yang tidak lulus dan
terjadinya demo yang dilakukan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) Surabaya di depan gedung Grahadi Surabaya padahal APBD
kota Surabaya untuk pos anggaran pendidikan di Surabaya sangat besar yaitu Rp.
752 milyar atau 18,88 persen dari APBD kota Surabaya. Ini membuktikan bahwa
Pemkot Surabaya telah gagal menciptakan sistem pendidikan yang baik di
Surabaya dan para mahasiswa mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan
anggaran pendidikan untuk membangun kecerdasan bangsa, meminta agar
walikota dan wakil walikota Surabaya tidak menjadikan soal penanganan
pendidikan di Surabaya sebagai alat kampanye untuk mendulang dukungan dalam
Pilwali mendatang, tindak tegas para pelaku pelanggaran UAS yang dilakukan
oleh pihak-pihak terkait dan mendesak Pemkot Surabaya untuk mencanangkan moral di
sekolah seluruh Surabaya
(http://www.seruu.com/index.php/2010042917845/kota/surabaya-seruu/gagal-jalankan-pendidikan-pemkot-surabaya-di-demo-kammi-17845/menu-id-749.html).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin meneliti tentang ”Sikap
Masyarakat Tentang Tayangan Sinetron Islam KTP (Studi Deskriptif Sikap
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah adalah
”Bagaimanakah Sikap Masyarakat Tentang Tayangan Sinetrom Islam KTP (Studi
Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan).
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini hertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat tentang tayangan sinetron Islam
KTP (studi deskriptif sikap masyarakat surabaya berdasarkan tingkat pendidikan).
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari atas dua bagian, yaitu sebagai
berikut :
1.Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau masukan
untuk pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan ilmu komunikasi sehingga
berguna untu kegiatan penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi atau masukan bagi SCTV dan pihak production
house untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan mutu atau kualitas isi
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan
kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta
atau kata-kata lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah
salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai
reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang
elektronik, sehingga dapat diterinla oleh pesawat penerima di rumah .(Effendy,
1993:10).
Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa
yang ada, televisi merupakan media masa elektronik yang paling akhir
kehadirannya. Meskipun televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif
saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas karena
perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio
visualnya yang tidak lain penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak
berbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat
komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat bermanfaat
sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus peruhahan pola
Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi
kejiwaan.
Kuswandi (1996, 21-23) berpendapat hahwa munculnya media televisi
dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya
dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melarikan satu
efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Kemampuan televisi dalam menarik perhatian masa menunjukkan bahwa media
tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media
televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul
televisi, berubah total. Pengaruh dari pada televisi lebih kuat dibandingkan dengan
radio dan surat kabar. Hal ini tcrjadi karena kekuatan audio televisi yang
menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi yang
menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi telah menjadi
cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang
semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak
geografis pemirsa.
Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia
keseluruhan, seperti berita cuaca. Informasi finansial, dan sebagainya. Pemirsa
akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media
tclivisi. Pada akhirnya, telivisi menjadikan manusia "hamba-hamha kecil" yang
pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi media tersebut (Kuswandi, 1996:30).
Secara umum, dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih berdasarkan
Secara umum, setiap media audio-visual dituntut mampu memberikan dan realitas
sosial, televisi komersial pada fungsi hiburan.dan televisi pendidikan pada materi
faktual-idealistis (pendidikan dan pengajaran) (Siregar, 2001:15)
1. Daya Tarik Telivisi
Televisi memiliki daya tarik yang kuat dengan memiliki unsur audio-visual
yang berupa kata kata, musik, sound efect dan juga berupa gambar. Dan gambar
ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan
kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga
melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman
dan nyaman.
2. Isi Pesan Televisi
Bersamaan dengan proses penyimpanan isi pesan media televisi kepada
pemirsa, maka isi pesan itu juga akan ditafsirkan secara berbeda-beda menurut
visi pemirsa. Sehingga dampak yang ditimbulkan berbeda-beda pula. Hal ini
terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan
acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan
kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.
2.1.2. Dampak Media Televisi
Menurut Kuswandi (1996:98), ada tiga dampak yang ditimbulkan dari
acara televisi terhadap pemirsa yaitu:
a. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap
dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan
b.Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada berbagai informasi mengenai
agama tcrtcntu dan juga pengaplikasiannya di masyarakat.
c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-
hari.
Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan di atas hanya
bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam.
Banyak acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton
oleh anak-anak.
2.1.3. Tayangan Televisi
Televisi sebagi salah satu media massa yang mempunyai daya tarik
tersendiri karena sifatnya yang audio visual. Fungsi media televisi ini bagi
masyarakat, sebagai media informasi, media pendidikan, media kebudayaan.
media hiburan dan media promosi yang diajukan kepada khalayak pemirsa baik
secara aktif maupun pasif. Televisi merupakan salah satu budaya populer yang
menampilkan berbagai informasi secara cepat dan efektif. Keadaan program acara
televisi sekarang ini yang didominasi dengan acara hiburan, banyak stasiun
televisi yang berlomba-lomba menayangkan tayangan bersifat hiburan, seperti
kartun, sinetron, komedi, reality show, talk Show ajang pencarian bakat atau talent
show dan masih banyak lagi. Karena aspek yang tinggi dari 'I'V maka
tayanganpun memanjakan kecenderungan-kecendungan sifat ketertarikan manusia
dan oleh karenanya tayangan-tayangannya pun menjadi sangat menarik dan
2.1.4. J enis-J enis Tayangan Televisi
Jenis-jenis tayangan televisi menurut Wibowo ( 2007) antara lain :
a. Program Berita
Program berita merupakan suatu sajian laporan yang berupa fakta dan
kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, tactual esensial) dan disiarkan
melalui media secara periodik.
b. Dokumenter
Program yang menyajikan suatu kenyataan yang berdasarkan pada fakta
objektif yang memiliki nilai esensial dan eksensial, artinya menyangkut
kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata.
c. Feature
Adalah suatu program yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema,
diungkapkan lewat satu pandangan yang saling melengkapi, mengurai,
menyoroti secara kritis, dengan disajikan dari berhagai format. Dalam satu
,feature, satu pokok bahasan boleh disajikan dengan merangkai beberapa
program sekaligus, misalnya wawancara, show, puisi, nyanyian dan lain
sebagainya.
d. Magazine
Program magazine dikenal di Indonesia sehagai program majalah mengudara.
Sebagaimana majalah cetak program magazine mempunyai jangka waktu
terbit, mingguan, bulanan, tergantung dari kemampuan produser program
magazine bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan tapi membahas
e.Spot
Suatu program yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televesi
untuk tujuan-tujuan tertentu dan juga merupakan program yang sangat pendek.
Keunggulan program ini salah satunya adalah dapat mencapai penonton yang
banyak karena tidak membutuhkan jangka waktu yang luas, dan dapat
diulang-ulang beberapa kali sehingga mudah diingat, dan mudah diletakkan
diantara program atau digunakan sebagai selingan .jika tersedia waktu yang
singkat.
f. Doku-Drama
Doku-Drama kependekan dari dokumenter drama maksudnya dokumenter
yang didramakan. Satu kejadian yang pernah terjadi sungguh-sungguh,
terdapat peninggalan dan bekas-bekasnya secara faktual, beberapa tokohnya
masih hidup tetapi kejadiannya sudah lampau misalnya anak seribu pulau.
g. Sinetron
Sinetron, kependekan dari sinema elektronik. Bermakna dari kata sinema
penggarapannya tidak jauh dari film layar putih.
2.1.5. Sikap
Dalam ilmu psikologi sosial sikap banyak sekali diteliti, mulai dari teori,
konstruksi, konsep hingga pengukurannya. Berikut ini adalah beberapa definisi
mengenai sikap :
a. Menurut Sutisna, Sikap mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan
pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi
b. Menurut Sheriff, Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap
bukan sekedar rekanan masa lalu, tetapi menentukan apakah orang harus
setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai,
diharapkan dan diinginkan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa
yang harus dihindari (Rakhmat. 1999 : 40).
c. Menurut Berkowitz, Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavorable) pada obyek
tersebut (Azwar, 2007:4).
d. Menurut Rakhmat, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersesi.
Berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap
bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu terhadap objek sikap ( Rakhmat, 1999 : 39 – 40).
Dari definisi di atas dapat terlihat bahwa manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat, tetapi harus terlebih dahulu ditafsirkan sebagai tingkah laku yang
masih tertutup. Selain itu pengertian sikap juga menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan
praktis, sikap seringkali diharapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang
bersifat emosional. Jadi, sikap adalah rangkuman evaluasi terhadap objek sikap
kita. Evaluasi rangkuman rasa suka atau tidak suka terhadap objek adalah inti dari
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang
dimiliki seseorang tentang ohyek sikapnya. Dari pengetahnan ini kemudian
akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang ohyek sikap tertentu.
2. Komponen Afektif
Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya
evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system
nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang herhuhungan
dengan obyek sikapnya.
Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan
individu menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Dalam hal ini pesan yang
disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan
perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah
pikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek kognitif.
Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi
tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu,
sedih, takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi kadarnya
adalah efek behavioral, yaitu yang timbul pada komunikan dalam bentuk-perilaku,
tindakan, atau kegiatan.
Pengaruh media massa tidak harus langsung terlihat, namun terpaan yang
berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan tindakan
terhadap sikap seseorang, dapat diketahui respon atau tanggapan yang dapat
dibagi dalam tiga jenis, yaitu: (a) respon positif, jika seseorang mcnyatakan
setuju, (b) respon negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju, (c) respon
netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objeknya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa adanya efek
komunikasi tersebut, maka terjadi perubahan sikap komunikan setelah mereka
diterpa pesan yang disampaikan oleh komunikator, schingga dasar landasan teori
yang dipakai bukan adanya pengaruh (efek, dampak) komunikan, tetapi pada
bentuk sikap komunikan terhadap penayangan sebuah acara di salah satu media.
Jadi jika komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan
mempunyai efek, maka terjadi perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika
komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan "gagal", maka
tidak terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dengan demikian dapat dipertegas
bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek
komunikasi.
2.1.6. Teor i SOR
Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori
S-O-R (Stimuli-Organism-Respons), Teori S-O-R merupakan singkatan dari
Stimulus-Organism-Respons. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah
reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. unsur-unsur
dalam model ini adalah:
a.Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada
b.Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima
pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi
dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator.
Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan
yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan
mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan
oleh komunikator.
c.Efek (Respon), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek komunikasi
adalah perubahan perilaku (Effendy, 1993:253)
Effendi (2000:254) mengutipkan pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang
menyatakan bahwa dalam menelaah sikap ada tiga variabel penting, yaitu :
perhatian, pengertian, penerimaan. Secara sistematis digambarkan sebagai
berikut :
Ga mbar 2.1. Teor i SOR Stimulus
Response (Perubahan sikap) Organisme :
• Perhatian
• Pengertian
Melalui gambar di atas dapat diketahui bahwa stimulus atau pesan yang
disampaikan yakni tayangan "Islam KTP" kepada para audiens mungkin dapat
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian
dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Komunikan inilah yang
akan melanjutkan proses berikutnya setelah komunikan mengolah dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah perilaku yaitu sikap
masyarakat untuk lebih bersikap obycktif dalam menyikapi isi cerita berdasarkan
tingkat pendidikan mereka.
2.1.7. Lapisan Masyar akat
Diantara lapisan atasan dengan yang rendah, terdapat lapisan yang
jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu
macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat, akan tetapi kedudukanya
yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak
akan mudak sekali untuk mendapatkan apa yang diinginkan, kakuasaan dan
mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan
adalah sebagai berikut (Soekanto:2007:207) :
1. Ukuran Kekayaan
Barangsiapa yang memiliki kekayaan yang paling banyak termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut termasuk misalnya, bisa dilihat dari bentuk
2. Ukuran Kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasan atau yang memiliki wewenang terbesar
menempati lapisan atasan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat
teratas, ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional.
Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan
terjadinya akibat-akibat yang negatif karena ternyata bukan mutu ilmu
pengetahuan yang dijadikan ukuran tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu
hal tersebut mengacuh segala macam usaha untuk mendapat gelar walau tidak
halal.
Ukuran di atas tidaklah bersifat limitatif karena masih ada ukuran-ukuran
yang lain yang dapat digunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran di atas amat
menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu.
2.1.8. Tingkat Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, sedangkan pengertian pendidikan
dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tingkah
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran
karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran (Muhibbin,
2005:10).
Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (Hasbullah, (2005) dalam Widiawati (2009).
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar
(SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan
pendidikan tinggi. Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan
anak usia dini, pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar
(http://putrinet.wordpress.com/jenjang/).
2.1.9. Sinetr on Islam KTP
Sinetron Islam KTP yang hadir setiap hari pukul 18.00 merupakan
program seri komedi religi yang menceritakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki
oleh manusia pilihan. Biasanya, kelebihan atau kemampuan ini justru dimiliki
penyampaiannya kerap unik dan tidak masuk akal atau bahkan kontroversi.
Sesungguhnya, itulah ujian bagi manusia dan hasilnya sungguh mencerahkan.
Kesadaran muncul tidak melewati nasihat ataupun contoh. Justru ujian dan cobaan
yang menyadarkan manusia. Hanya manusia dengan kemampuan mencapai
Ma'rifat yang mampu melakukansemua ini. Ustad Ali adalah contoh wali Allah
yang selalu mempunyai cara-cara unik untuk memberi penyadaran bagi orang
lain. Bagaimana dia harus menyadarkan seorang yang begitu pelit dalam
beribadah, meskipun dilimpahi rezeki.
Begitu juga dua tokoh, Mamat yang scorang pengangguran, dan Karyo
yang bekerja sebagai petugas kehersihan kampung. Lewat sentuhan Ustad Ali,
kedua tokoh ini akhirnya sadar bahwa apa pun posisi mereka, mempunyai
tanggung jawab yang sama di mata Allah. Memberi penyadaran bahwa bekerja
adalah ibadah, hanya bisa dilakukan Ustad Ali tanpa menyinggung perasaan
mereka.
Tokoh-tokoh lain dalam seri komedi religi ini adalah Sabrina, anak ustad
Ali. Seperti layaknya anak kuliahan, Sabrina mempunyai masalah dalam
kehidupan cintanya. Jinan kekasih sabrina, sangat ingin menikahi kekasihnya itu
karena berpacaran menurut Ustad Ali tidak Islami, selain itu kehadiran tokoh
Bang Mahdit, pria yang selalu mencatat setiap amal kebaikan yang telah
diperbuat. Memberi sedekah, membangun mushola, bahkan menolong orang
miskin pun dicatat dalam buku cacatan amal miliknya. Suatu ketika, mushola
yang didirikan oleh Mahdit terbakar, anehnya ustad Ali justru bersyukur. Warga
menyadarkan Bang Mahdit bahwa setelah mushola terbakar, pria itu tidak usah
bersusah payah mencari amalan karena catatan amal baik itu menjadi rahasia
Allah SWT.
2.2. Ker angka Ber pikir
Untuk memperjelas batasan-batasan konsep pemikiran yang digunakan
dalam penelitian ini, maka digambarkan suatu bagan kerangka berfikir sebagai
berikut :
Ga mbar 2.2. Ker angka Ber fikir
Memperhatikan bagan tersebut, maka dasar teori yang dipakai adalah
berkaitan dengan teori S-O-R. Dipakainya dasar teori ini karena terkait dengan
efek, dimana efek akan muncul dari reaksi khusus terhadap stimulus khusus,
sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara
pesan dan reaksi komunikasi. Dengan menonton sinetron islam KTP dapat
mengakibatkan (efek) berupa sikap pada masyarakat di Surabaya berdasarkan
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan melukiskan
secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat
(Rakhmat, 1999:22). Dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan
data hasil penelitian secara sistematis mengenai sikap masyarakat Surabaya
tentang tayangan "Islam KTP" (studi deskriptif sikap masyarakat Surabaya
berdasarkan tingkat pendidikan).
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel
3.2.1. Definisi Operasional
Penelitian ini hanya meneliti variabel tunggal atau single yaitu sikap
masyarakat Surabaya tentang tayangan sinetron Islam KTP (studi deskriptif sikap
masyarakat Surabaya berdasarkan tingkat pendidikan di Surabaya). Isi dari
Sinetron Islam KTP berdasarkan tingkat pendidikan adalah: Pemahaman akan
pentingnya pendidikan, perasaan senang terhadap pendidikan, akan menggakui
bahwa pendidikan sangat penting dan dapat mengangkat status sosial dan dapat
menganggkat status sosial.
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir berpersepsi, dan merasa
dalam menghadapi obyek atau ide, situasi atau nilai yang ada di masyarakat.
Sikap pada penelitian ini adalah kecenderungan masyarakat Surabaya untuk
unsur-unsur dalam lapisan sosial masyarakat seperti kekayaan, kekuasaan,
kehormatan dan ilmu pengetahuan akan tetapi pada penelitian ini difokuskan pada
ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) sebagaimana digambarkan dalam tayangan
sinetron Islam KTP di SCTV. Sikap ini nantinya akan dibedakan dalam 3 hal
yakni aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.
Variabel sikap diukur berdasarkan komponen kognitif, komponen afektif,
komponen konatif yang meliputi :
1. Sikap Kognitif, menunjukkan pengetahuan dan kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Diukur
dengan :
a. Pengetahuan bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan pada
masyarakat.
b. Mengetahui bahwa pendidikan dapat mengangkat status sosial di
masyarakat
c. Pengetahuan bahwa masyarakat menaruh respek terhadap orang yang
memiliki ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam masyarakat
sebagaimana digambarkan pada tokoh Ustad dalam sinetron Islam KTP di
SCTV.
2. Sikap Afek tif, menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap
suatu objek sikap, diukur dengan :
a. Perasaan senang bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan
b. Perasaan senang bahwa pendidikan dapat mengangkat status sosial di
masyarakat
c. Perasaan senang mengetahui bahwa masyarakat menaruh respek terhadap
orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam
masyarakat sebagaimana digambarkan pada tokoh Ustad dalam sinetron
Islam KTP di SCTV.
3. Sikap Konatif, menunjukkan bagaimana perilaku atau tindakan yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya, diukur
dengan :
a. Setelah menonton sinetron Islam KTP di SCTV, mengakui bahwa
pendidikan sangat penting bagi kehidupan di masyarakat.
b. Setelah menonton sinetron Islam KTP di SCTV, mengakui bahwa
pendidikan dapat mengangkat status sosial di masyarakat.
c. Setelah menonton sinetron Islam KTP di SCTV, masyarakat akan
menghormati orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi.
3.2.2. Pengukuran Var iabel
Untuk mengukur variabel sikap masyarakat tentang tayangan sinetron
Islam KTP (studi deskriptif sikap masyarakat Surabaya berdasarkan tingkat
pendidikan) dalam penelitian ini digunakan model skala likert (skala sikap).
Untuk melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar
pertanyaan mengenai sikap dan setiap pertanyaan disediakan jawaban yang harus
dipilih oleh responden untuk menyatakan persetujuannya (Singarimbun,
lima macam kategori, yakni “Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), (N),
Netral“ Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). (Riduwan, 2002:12) :
Variabel sikap masyarakat dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi
tiga yaitu positif, netral, rendah yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban
masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar
interval tingkat Positif, Netral, dan Negatif menggunakan rumus :
Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan
Keterangan:
Range(R) : Batasan dari setiap tingkatan
Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan.
Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item
Jenjang : 3 (positif, netral, negatif)
a. Positif bila interval jawaban antara 33 - 45
Apabila katagori jawaban menyatakan setuju dengan berbagai pertanyaan
yang diajukan dalam kuesioner mengenai sikap masyarakat tentang tayangan
sinetron Islam KTP berdasarkan tingkat pendidikan maka sikap responden
dapat simpulkan memiliki sikap positif.
b. Netral bila interval jawaban antara 21 – 32
Apabi1a kategori jawaban menyatakan antara setuju dan tidak setuju
sikap masyarakat tentang tayangan sinetron Islam KTP berdasarkan tingkat
pendidikan maka sikap responden dapat simpulkan memiliki sikap netral
c. Negatif bila interval jawaban antara 9 – 20
Apabila kategori jawaban menyatakan tidak setuju dengan berbagai
pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mengenai sikap masyarakat
tentang tayangan sinetron Islam KTP berdasarkan tingkat pendidikan maka
sikap responden dapat simpulkan memiliki sikap negatif.
Perhitungan interval persikap :
a. Positif bila interval jawaban antara 11 - 15
b. Netral bila interval jawaban antara 7- 10
c. Negatif bila interval jawaban antara 3 - 6
Sikap Afektif = 4
a. Positif bila interval jawaban antara 11 - 15
b. Netral bila interval jawaban antara 7- 10
a. Negatif bila interval jawaban antara 3 - 6
Sikap Konatif = 4
a. Positif bila interval jawaban antara 11 - 15
d. Netral bila interval jawaban antara 7- 10
3.3. Populasi, Sampel, dan Tek nik Penar ikan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian disini adalah
seluruh masyarakat Surabaya baik laki-laki maupun perempuan yang menonton
acara "Islam KTP" di SCTV dan berdasarkan tingkat pendidikan SD s/d
perguruan Tinggi.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari masyarakat Surabaya
yang memiliki karakteristik antara lain :
1. Berdomisili di Surabaya
2. Berpendidikan SD s/d Perguruan Tinggi
- Pendidikan rendah SD-SMP
- Pendidikan sedang SMA
- Pendidikan tinggi (D3-S3)
3. Menonton tayangan program acara "Islam KTP” di SCTV.
Dengan tingkat populasi penduduk yang besar dan keberagaman penduduk
kota Surabaya dapat mewakili responden secara representatif.
3.3.3. Tek nik Penar ikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2003:60).
Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka
digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :
1
d = Presisi (derajat ketelitian 10%).
1 = angka konstan
memiliki karakteristik seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Tabel 3.1.
Tabel Tingkat Pendidikan Masyar akat Surabaya
No Tingkat Pendidikan J umlah
1 SD 251.657
yang akan dilakukan penarikan sampel dengan menggunakan rumus sebagai
ni : jumlah sampel masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan.
Ni : ukuran stratum ke 1
N : jumlah masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan
1
Pengumpulan data untuk penelitian ini mcnurut cara memperolehnya
dilakukan dengan dua pendekatan. pertama dengan melakukan pengumpulan data
primer, kedua dengan melakukan pengumpulan data sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden. Data
primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden berdasarkan
kuisioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang tertutup dan yang terbuka.
Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan.
Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti
perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data
sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi
yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara
berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk
mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari:
selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data
yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :
100% P
F
N= ×
Keterangan :
P : Persentase Responden
F : Frekuensi Responden
N : Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan
peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan
4.1. Gambar an Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Pr ofil Kota Surabaya
Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya
merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah
penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat
bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur.
Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat
diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari
penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran
antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Menurut
Sensus Penduduk Tahun 2010, Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk
sebanyak 2.765.908 jiwa. Dengan wilayah seluas 333,063 km², maka kepadatan
penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 8.304 jiwa per km
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya).
4.1.2. Demografi Kota Sur abaya
Berbanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di
Surabaya memiliki pembawaan yang keras. Salah satu sebabnya adalah jauhnya
Surabaya dari keraton yang dianggap sebagai pusat kebudayaan Jawa. Surabaya
memiliki logat bahasa Jawa yang khas yang dipanggil “Boso Suroboyoan”. Boso
ragam tingkat bahasa seperti bahasa-bahasa Jawa baku pada umummnya.
Masyarakat Surabaya juga dikenali karena sifat fanatiknya dan bangga terhadap
bahasa mereka.
Sebagai kota metropolitan, Surabaya merupakan pusat kegiatan ekonomi
di Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagian penduduknya berkegiatan di sektor-sektor
perdagangan dan perindustrian. Banyak perusahaan besar berpusat di Surabaya.
Surabaya juga dikenal dengan kota pendidikan yang telah memberikan
sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan SDM. Ada
kesesuaian pendidikan lanjut yang dimiliki yaitu, UNAIR, ITS, UNESA dan
banyaknya perguruan tinggi swasta yang berkualitas sebagai sarana dan prasarana
pendidikan di Surabaya yang memadai, meliputi tingkat pendidikan dasar,
menengah dan pendidikan tinggi. Hampir di semua bidang ilmu pengetahuan
dengan tingkat stratum dari akademi dan politeknik, dari S1, S2 hingga S3, dapat
ditemukan di lembaga pendidikan di Surabaya. Pengembangan sebagai kota pendidikan
bertujuan untuk pengembangan kualitas SDM yang ada
(http://www.surabaya.go.id/infokota/index.php?id=4).
Secara geografis, Surabaya terletak pada 07’ 12’- 07’ 21’ Lintang Selatan
dan 112’ 36’ – 112’ 54’ Bujur timur. Dengan letaknnya di daerah tropis yang
strategis tersebut, Surabaya dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat,
udara dan laut. Daerah Surabaya di sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan
laut dengan selat Madura yang merupakan daerah pantai atau pesisir serta di
dalam 5 wilayah yaitu, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Utara,
Surabaya Selatan, dan Surabaya Pusat.
4.1.3. Sinetr on Islam KTP
Dalam sinetron Islam KTP, terdapat beberapa tokoh utama yang menjadi
pusat perhatian penonton. Tokoh Ustad Ali sebagai contoh wali Allah dan seorang
yang berilmu yang selalu mempunyai cara-cara unik untuk memberi penyadaran
bagi orang lain. Kemudian ada seorang ustad yang selalu memberikan ceramah
kepada masyarakat dengan sholawat dan syair-syair islami. Seorang tokoh yang
kaya yaitu Bang Mahdit, yang menyebut dirinya sebagai ahli shodaqoh dan
kemanapun membawa buku catatan untuk mencatat setiap amalannya, akan tetapi
pada kenyataannya, Bang Mahdit adalah potret orang kaya yang pelit dan
sombong serta suka menghina orang–orang yang kurang mampu. Beberapa tokoh
sentral lainnya yaitu Mamat dan Aryo, mereka berdua adalah murid Bang Ali dan
termasuk orang yang kurang mampu. Tokoh lain yaitu pasangan suami istri, Bang
Dul dan istrinya Enting serta anaknya Tebe yang hidup dalam keadaan ekonomi
yang kurang mampu karena sang suami yaitu Bang Dul adalah seorang
pengangguran, akan tetapi keluarga mereka tetap bersabar dalam menghadapi
segala permasalahan yang dihadapi. Selain itu ada juga tokoh Nina yang berperan
sebagai seorang dokter yang selalu membantu masyarakat dan dihormati oleh
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data
4.2.1. Kar akter istik Responden
Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan tentang karakteristik
responden dari obyek penelitian yaitu masyarakat yang menonton sinetron Islam
KTP. Adapun data tentang karakteristik yang disajikan oleh peneliti antara lain
berdasarkan usia, jenis kelamin serta pendidikan selain itu disajikan pula data
mengenai pernah atau tidaknya responden menonton sinetron Islam KTP serta
frekuensi menonton sinetron Islam KTP seperti tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.1.
Kar akter istik Responden Ber dasar kan J enis Kelamin
No J enis
Kelamin J umlah (N) Pr osentase (% )
1 Laki-laki 39 39
2 Perempuan 61 61
Total 100 100
Sumber : Kuesioner bagian I No. 2
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar dalam
penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan yakni sebesar 61 orang atau
sebesar 61%, sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 39 orang atau
sebesar 39%. Banyaknya responden perempuan dalam penelitian ini karena
umumnya perempuan memiliki keingintahuan yang sama-sama besar mengenai
Tabel 4.2.
Kar akter istik Responden Ber dasar kan Usia
No Usia (tahun) J umlah (N) Pr osentase (% )
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui responden yang paling banyak
berusia 18 sampai 23 tahun sebesar 30 responden atau sebesar 30%, yang berusia
12-17 sebesar 18 atau sebesar 18%, sedangkan yang berusia 24-29 tahun sebesar
28 responden atau sebesar 28%, sedangkan yang berusia 30-36 tahun sebesar 19
tahun atau sebesar 19% dan yang berusia di atas 37 tahun sebesar 15 responden
atau sebesar 15%. Banyaknya responden yang masih berusia antara 18 sampai
dengan 23 tahun hal ini disebabkan karena pada usia tersebut adalah usia dimana
kedewasaan sudah terjadi, hal inilah yang menjadi keinginan dari respoden untuk
selalu mendapatkan pengetahuan baik dalam beragama, bermasyarkat maupun
dalam pendidikan pada sinetron Islam KTP. Selain itu usia ini merupakan usia
yang paling produktif pada manusia.
Tabel 4.3.
Kar akter istik Responden Ber dasar kan Pendidikan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa yang mempunyai
pendidikan paling banyak SD sebesar 54 responden atau sebesar 54%, sedangkan
yang berpendidikan SMP sebesar 23 responden atau sebesar 23%, sedangkan yang
berpendidikan SMA sebesar 13 responden atau 13% dan yang berpendidikan
Perguruan Tinggi sebesar 10 responden atau sebesar 10%. Dengan banyaknya
jumlah responden yang mempunyai pendidikan terakhir SD, hal tersebut dapat
dikarenakan responden yang mempunyai pendidikan terakhir ini, cukup bisa
menelaah cerita yang terkandung dalam sinetron Islam KTP untuk mendapatkan
pengetahuan yang bisa responden terapkan dalam kehidupan.
4.2.2. Per n yataan Tentang Media
1. Menonton Sinetr on Islam KTP
Tabel 4.4.
Menonton Sinetr on Islam KTP
No J awaban Responden J umlah (N) Pr osentase (% )
1 Pernah menonton Sinetron Islam KTP 100 100
2 Tidak Pernah Menonton Sinetrom
Islam KTP
0 0
Total 100 100
Sumber : Kuesioner bagian II No. 1
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
responden dalam penelitian ini yaitu masyarakat Surabaya menyatakan pernah
menonton sinetron Islam KTP yaitu sebanyak 100 responden atau sebesar
100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan masyarakat menonton
sinetron Islam KTP.
2.Fr ekuensi Menonton Sinetr on Islam KTP
Sumber : Kuesioner bagian II No. 2
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini lebih banyak menonton sinetron Islam KTP lebih dari 3 kali
dalam seminggu sebanyak 45 orang atau sebesar 45%, sedangkan responden yang
menonton sinetron Islam KTP 2-3 kali dalam seminggu sebanyak 30 responden
atau 30% dan responden yang menonton sinetron Islam KTP hanya 1 kali dalam
seminggu sebanyak 25 responden atau 25%. Banyaknya responden yang
menonton sinetron Islam KTP lebih dari 3 kali dalam seminggu sebab frekuensi
penayangan sinetron ini cukup sering yaitu setiap hari sehingga memperbesar
kemungkinan pemirsa untuk menonton sinetron ini. Selain itu sinetron ini
merupakan sinetron religi yang mempunyai pesan moral yang baik yaitu
memberikan contoh bagaimana menjadi umat bergama yang baik dan bagaimana
bersosial dengan masyarakat sekitar.
4.2.3. Sikap Masyaraka t Tentang Tayangan Sinetr on Islam KTP
(ber dasar kan tingkat pendidikan)
Berikut ini adalah data yang menunjukkan tentang sikap responden
terhadap tayangan sinetron Islam KTP (studi deskriptif tingkat pendidikan). Sikap
pada penelitian ini dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu : Aspek Kognitif,
A. Sikap Kognitif
Aspek kognitif ini menunjukkan pengetahuan dan kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Pada bagian ini
pertanyaan-pertanyaan yang ada akan menunjukkan aspek kognitif, mengenai isi
sinetron Islam KTP di SCTV berdasarkan tingkat pendidikan. Pertanyaan tentang
aspek kognitif ini terdiri dari 3 pertanyaan. Data-data dan analisanya ada pada
tabel-tabel berikut :
1. Pengetahuan r esponden bahwa pendidikan sangat penting bagi
kehidupan pada masyar akat.
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden, maka dapat diperoleh
frekuensi jawaban responden mengenai pengetahuan bahwa pendidikan sangat
penting bagi kehidupan pada masyarakat.
Tabel 4.6
Pengetahuan Pendidikan Sangat Penting Bagi Kehidupan Pada Masyar aka t
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 56 responden atau
sebesar 56%, memberikan jawaban sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
responden sangat mengetahui pendidikan sangat penting bagi kehidupan pada
masyarakat. Pendidikan adalah sesuatu yang penting untuk mencapai tujuan yang
dalam sinetron Islam KTP di SCTV bagaimana masyarakat sekitar memandang
seseorang berdasarkan pendidikanya, seperti tokoh bang Ali yang disegani dan
dihormati karena ilmu pengetahuan yang dimiliki mengenai agama yang lebih dari
masyarakat sekitarnya.
Sebanyak 23 responden atau sebesar 23%, memberikan jawaban setuju. Hal
ini menunjukkan bahwa responden mengetahui pentingnya pendidikan dalam
masyarakat. Dengan menonton sinetron Islam KTP di SCTV, diharapkan dapat
mengetahui dan memahami bahwa memiliki pendidikan yang tinggi akan
bermanfaat bagi masyarkat seperti tokoh Nina, seorang dokter yang suka
menolong tanpa pamrih dan tidak membedakan antara miskin dengan kaya.
Sebanyak 17 responden atau sebesar 17% menjawab netral. Hal tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat memandang bahwa sudah sewajarnya bahwa
pendidikan penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dan 4 responden atau 4%
menjawab tidak setuju dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, bahwa
pendidikan sangat penting bagi kehidupan pada masyarakat, responden
menganggap bahwa dalam menjalani kehidupan di masyarakat tidaklah perlu
berpendidikan tinggi dan responden kurang memahami pentingnya pendidikan
dalam masyarakat. Dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju.
2. Mengetahui bahwa pendidikan dapat mengangkat status sosial di
masyar akat.
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden maka dapat diperoleh
frekuensi jawaban responden mengenai pengetahuan bahwa pendidikan dapat
Tabel 4.7
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden atau
sebesar 40%, memberikan jawaban sangat setuju dengan pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti mengenai pendidikan dapat mengangkat status sosial di
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengetahui dengan betul
bahwa dengan pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang luas dapat
mengangkat status sosial di masyarakat, seperti dalam tokoh bang Ali yang
mendapatkan kedudukan di masyarakat dan dihormati oleh masyarakat.
Sebanyak 40 responden atau sebesar 40%, memberikan jawaban setuju dengan
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
mengetahui pentingnya sebuah pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, serta
dapat mengangkat status sosialnya di masyarakat. Dengan pendidikan tinggi yang
dimilikinya serta dapat memberikan manfaat untuk orang lain dengan ilmu yang
dimilikinya, maka dapat mengangkat status sosialnya di masyarakat. Seperti tokoh
Ustad yang mempunyai pengetahuan yang lebih tentang agama dan selalu
memberikan nasehat kepada masyarakat sekitarnya terutama yang melakukan
perbuatan maksiat dan tokoh dokter Nina yang mempunyai pendidikan yang
Sebanyak 18 responden menjawab netral atau sebesar 18%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat memandang bahwa sudah sewajarnya bahwa
dengan pendidikan yang tinggi dapat mengangkat status sosial dalam masyarakat.
Seperti tokoh Jami yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan suka
memberikan nasehat kepada orang yang melakukan kesalahan dan suka menolong
orang yang sedang tertimpa musibah, sehingga Jami dihormati oleh warga
sekitarnya.
Sebanyak 2 responden atau sebesar 2% menjawab tidak setuju dengan
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bahwa pendidikan dapat mengangkat
status sosial di masyarakat, responden menganggap bahwa tidak semua orang
yang memiliki pendidikan tinggi dapat mengangkat status sosialnya. Dan tidak
ada yang menjawab sangat tidak setuju.
3. Pengetahuan bahwa masyar akat r espek ter hadap orang yang memiliki
ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam masyar akat
sebagaimana digambar kan pada tokoh Ustad dalam sinetr on Islam KTP
di SCTV.
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden maka dapat diperoleh
frekuensi jawaban responden mengenai pengetahuan bahwa masyarakat
menyegani dan menaruh respek terhadap orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan dan pendidikan yang tinggi dalam masyarakat sebagaimana