• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN REALISTIK DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI SMP NEGERI 5 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN REALISTIK DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI SMP NEGERI 5 MEDAN."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN REALISTIK

DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI SMP NEGERI 5 MEDAN

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

VERI PRAMUDIA FADLI

8146172070

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا ها مسب

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan

Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Perbedaan

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Disposisi Matematis Antara

Siswa yang Diberi Pendekatan Realistik Dengan Pendekatan Inkuiri Di SMP

Negeri 5 Medan”. Shalawat beserta salam penulis sanjungkan kepada hadirat Nabi

Muhammad SAW sebagai pembawa risalah kepada ummatnya.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan

Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran

matematika dengan pendekatan realistik dan pendekatan inkuiri. Dalam proses

penyusunan tesis banyak hal yang telah dilalui, diantaranya menghadapi kendala

dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi berbagai

pihak, sehingga keterbatasan dan kekurangan dapat teratasi dengan baik. Sejak

mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan

semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan

dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut.

(7)

iv

1. Teristimewa tesis ini dipersembahkan untuk Ayahanda Drs. Mahli, M.Pd dan

Ibunda Fatimah Wasliyah yang senantiasa memberikan semangat dan

dukungan moril serta do’a kepada penulis. Serta Adiku Satu-satunya Rina

Fitriani, S.Pd yang menjadi penyemangat dalam proses penyelesaian tesis ini.

Sry Lestari MDF., S.H.I., M.E.I., yang selalu memberikan semangat serta

motivasi dan turut serta membantu dalam proses penyelesaian tesis ini. Serta

seluruh keluarga besar yang berada di Muara Kiawai Pasaman Barat dan

keluarga besar yang berada di Padangsidimpuan yang telah memberikan

dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah sampai proses

perkuliahaan berjalan, hingga menyelesaikan pendidikan ini.

2. Ribuan terimakasih kepada Bapak Dr. KMS. M. Amin Fauzi, M.Pd, selaku

dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd., selaku dosen

Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan serta

motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

UNIMED yang senantiasa memberikan dorongan kepada kami selama

mengikuti perkuliahan dan memberikan saran dan kritik yang membangun

untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik, serta Bapak Dapot Tua

Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd

dan Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. selaku Narasumber yang telah banyak

(8)

v

5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna

kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7. Bapak Syahbilal, S.Pd., selaku kepala Sekolah SMP Negeri 5 Medan yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

lapangan.

8. Rekan-rekan saya di kelas Dikmat B2 serta sahabat seperjuangan angkatan

XXIII Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta

bantuan lainnya kepada penulis.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan,

khususnya pendidikan matematika. Untuk itu, penulis masih mengharapkan kritik

dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 2017

Penulis,

(9)

vi

2.1.2. Disposisi Matematis Siswa ... 30

2.1.3. Pendekatan Realistik ... 34

2.1.4. Pendekatan Inkuiri ... 45

2.1.5. Proses Jawaban Siswa ... 53

2.1.6. Teori Belajar yang Mendukung ... 54

2.2. Penelitian yang Relevan ... 62

2.3. Kerangka Konseptual ... 67

2.4. Hipotesis Penelitian ... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penyuplikan ... 72

3.3. Desain Penelitian ... 73

3.4. Definisi Operasional ... 74

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 76

3.6. Prosedur Penelitian ... 89

3.7. Teknik Analisis Data ... 92

3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 93

(10)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 108

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 109

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Tentang Disposisi Matematis Siswa ... 116

4.1.3. Analisis Satistik Infrensial Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 122

4.1.4. Analisis Satistik Infrensial Hasil Tes Skala Disposisi Matematis Siswa ... 136

4.1.5. Proses Jawaban Siswa ... 139

4.2. Temuan Penelitian ... 152

4.2.1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 152

4.2.2. Disposisi Matematis Siswa ... 152

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 153

4.3.1. Faktor Pembelajaran ... 153

4.3.2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 157

4.3.3. Disposisi Matematis Siswa ... 159

4.3.4. Proses penyelesaian Jawaban Siswa ... 161

4.4. Keterbatasan Penelitian ... 162

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 165

5.2. Saran ... 166

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. : Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Realistik

39

Tabel 2.2. : Sintak Pendekatan Pembelajaran Inkuiri 50 Tabel 3.1. : Jumlah Seluruh Siswa di SMP Negeri 5 Medan 72

Tabel 3.2. : Desain Penelitian 74

Tabel 3.3. : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

77

Tabel 3.4. : Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep Matematis 78

Tabel 3.5. : Skor Item Disposisi Siswa 79

Tabel 3.6. : Kisi-Kisi Skala Disposisi Siswa 80

Tabel 3.7. : Daftar Nama Validator 81

Tabel 3.8. : Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 82

Tabel 3.9. : Hasil Validasi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis (Tes awal) Setiap Butir 82

Tabel 3.10. : Hasil Validasi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis (Tes akhir) Setiap Butir 83

Tabel 3.11. : Hasil Validasi Skala Disposisi Siswa Setiap Butir

Pernyataan 83

Tabel 3.12. : Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy 85 Tabel 3.13. : Interpretasi Koefisien Reabilitas 86

Tabel 3.14. : Klasifikasi Daya Pembeda 87

Tabel 3.15. : Interpretasi Indeks Kesukaran 88

Tabel 3.16. : Interpretasi Koefisien Reabilitas 93 Tabel 3.17. : Interval Skor Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis 93

Tabel 3.18 : Kategori Tingkat Disposisi Matematis Siswa 94 Tabel 3.19. : Rancangan Analisis Data Untuk ANAKOVA 96

Tabel 3.20 : Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis Statistik,

Kelompok Data dan Jenis Ujian Statistik yang Digunakan 107

Tabel 4.1. : Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas Eksperimen 1 Secara Kuantitatif 109

Tabel 4.2. : Tes Akhir Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas Eksperimen 1 Secara Kuantitatif 110

Tabel 4.3. : Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas Eksperimen 2 Secara Kuantitatif 111

Tabel 4.4. : Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas Eksperimen 2 Secara Kuantitatif 112

Tabel 4.5. : Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes Kemampuan

(12)

ix

Tabel 4.6. : Skor Awal Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2

Secara Kuantitatif 116

Tabel 4.7. : Skor Akhir Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2

Secara Kuantitatif 117

Tabel 4.8. : Skor Awal Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1

Secara Kuantitatif 118

Tabel 4.9. : Skor Akhir Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1

Secara Kuantitatif 119

Tabel 4.10. : Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Disposisi Matematis Siswa 121

Tabel 4.11. : Deskripsi Uji Normalitas Data Tes Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1 123

Tabel 4.12. : Deskripsi Uji Normalitas Data Tes Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2 124

Tabel 4.13. :

Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2

126

Tabel 4.14. :

Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2

126

Tabel 4.15. : Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas

Eksperimen 1 127

Tabel 4.16. : Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas

Eksperimen 2 127

Tabel 4.17. : Analisis Varians Untuk Uji Indenpendensi Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen 1 129

Tabel 4.18. : Analisis Varians Untuk Uji Indenpendensi Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen 2 129 Tabel 4.19. : Analisis Varians Uji Linieritas Kelas Eksperimen 1 130 Tabel 4.20. : Analisis Varians Uji Linieritas Kelas Eksperimen 2 131 Tabel 4.21. : Analisis Kesamaan Dua Model Regresi 132 Tabel 4.22. : Uji Kesejajaran Dua Model Regresi 133

Tabel 4.23. : Analisis Kovarians Tes Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis 135

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. : Lingkaran

o

7

Gambar 1.2 : Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis 8

Gambar 3.1. : Prosedur Penelitian 92

Gambar 4.1. : Diagram Hasil Tes Awal Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1 109

Gambar 4.2. : Diagram Hasil Tes Akhir Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1 110

Gambar 4.3. : Diagram Hasil Tes Awal Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2 111

Gambar 4.4. : Diagram Hasil Tes Akhir Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2 112

Gambar 4.5. :

Diagram Hasil Postes Kemampuan Pemahaman Konsep matematis Siswa pada Kelas Eksperimen 1 dan

Eksperimen 2

114

Gambar 4.6. : Diagram Hasil Skor Awal Disposisi Matematis Siswa

pada Kelas Eksperimen 2 117

Gambar 4.7. : Diagram Hasil Skor Akhir Disposisi Matematis Siswa

pada Kelas Eksperimen 2 118

Gambar 4.8. : Diagram Hasil Skor Awal Disposisi Matematis Siswa

pada Kelas Eksperimen 1 119

Gambar 4.9. : Diagram Hasil Skor Akhir Disposisi Matematis Siswa

pada Kelas Eksperimen 1 120

Gambar 4.10. : Normalitas Tes Awal dan Akhir Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa 125

Gambar 4.11 : Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 1 141

Gambar 4.12 : Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 2 144

Gambar 4.13. : Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 3 146

Gambar 4.14. : Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 4 149

Gambar 4.15. : Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting untuk meningkatkan sumber

daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti

wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan

sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap

lingkungan alam sekitarnya dalam peningkatan kualitas dan kesejahteraan hidup

masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan memegang peranan penting

dalam menentukan maju atau tidaknya suatu negara dengan menciptakan

masyarakat terpelajar sebagai syarat terbentuknya masyarakat yang maju, mandiri

dan kreatif. Dengan kata lain pendidikan menjadi tolak ukur maju mundurnya

suatu bangsa. Selain itu, pemerintah juga menuangkan pentingnya pendidikan

untuk mengembangkan potensi siswa dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional mengenai fungsi dan tujuan yang menyatakan

bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Hal tersebut merupakan bentuk usaha yang dibuat oleh pemerintah di

bidang pendidikan yang dapat diterapkan di sekolah. Sekolah merupakan salah

(15)

2

pembelajaran, yang mana matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

harus dipelajari dan dipahami oleh siswa disetiap jenjang pendidikan baik SD/MI,

SMP/MTs dan SMA/MA maupun Perguruan Tinggi. Karena pembelajaran

matematika memegang peranan penting dalam pengembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Matematika sebagai suatu disiplin ilmu memiliki

karakteristik yang berbeda dengan ilmu lainnya karena matematika bukan hanya

pengetahuan tentang objek tertentu tetapi juga menuntut cara berpikir untuk

mendapatkan pengetahuan itu, matematika menyajikan suatu cara bagaimana

manusia itu berpikir baik dilihat dari pola berpikir, pola mengorganisasikan,

pembuktian yang logik, matematika itu ialah bahasa yang menggunakan istilah

yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan

simbol yang jelas, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai

bunyi. Matematika merupakan salah satu pendukung kemajuan IPTEKS, karena

sebagai salah satu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern,

matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

mengembangkan daya pikir manusia di era globalisasi dan kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya menurut Cockroft (Abdurrahman, 2010 : 253), mengemukakan

bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1) selalu digunakan

dalam segala seni kehidupan, 2) semua bidang studi memerlukan keterampilan

matematika yang sesuai, 3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan

jelas, 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5)

meningkatkan kemampuan belajar logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, 6)

memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Hal

(16)

3

dan sarana untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan

disposisi matematis siswa dalam belajar memecahkan masalah yang menantang

dalam kehidupan sehari-hari.

Pengembangan kemampuan pembelajaran matematis juga dapat dilihat dari

rumusan tujuan pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan KTSP 2006

dalam (Sumarmo, 2011 : 23) pengembangan kemampuan matematika dan nilai

diatas termuat dalam rumusan tujuan pembelajaran matematika : a) memahmai

konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan

masalah, b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dari beberapa pernyataan matematika, c) memecahkan masalah,

d) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan, e) dan memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan matematika

memegang peranan penting dalam menentukan maju atau tidaknya suatu negara

dengan menciptakan masyarakat terpelajar sebagai syarat terbentuknya

masyarakat yang maju, mandiri dan kreatif yang dapat menciptakan bangsa yang

lebih baik lagi.

Diantara kemampuan matematika siswa yang sangat penting untuk

dikembangkan dikalangan siswa adalah kemampuan pemahaman konsep

(17)

4

mempunyai pemahaman terhadap konsep paling tidak siswa akan tertarik lebih

lanjut untuk mempelajari matematika. Sejalan dengan Joyce, dalam Rahmi

(2012:57) mengatakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep

matematis yang dimiliki siswa dapat dilihat dari indikator : 1) menyatakan ulang

sebuah konsep; 2) mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai

dengan konsep; 3) memberikan contoh bukan contoh dari konsep; 4) menyajikan

konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5) mengembangkan syarat

perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; 6) menggunakan, memamfaatkan dan

memilih prosedur tertentu; dan 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma ke

pemecahan masalah. Menurut Walle (2008 : 27) mengungkapkan ”ada beberapa

keuntungan pemahaman konsep bagi siswa, diantaranya meningkatkan ingatan,

meningkatkan kemampuan pemecahan soal, membangun sendiri pemahaman, dan

memperbaiki sikap dan percaya diri”.

Pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam

menerapkan, mengidentifikasi dan menghubungkan konsep-konsep,

prinsip-prinsip dan ide-ide matematika untuk memperoleh makna atau arti sesuatu dari

ide-ide abstrak yang dapat digunakan seseorang untuk menuliskan konsep

matematis. Sedangkan menurut Joyce (2009:136) menyatakan seorang siswa dikatakan telah memahami suatu konsep apabila mampu menjelaskan defenisi

dengan kata-kata sendiri menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang esensial, mampu

membuat/menyebutkan contoh dan bukan contoh, dan mampu mendeskripsikan

pemikirannya atau menyelesaikan masalah. Kemampuan pemahaman konsep

matematis dapat diartikan sebagai kemampuan memaknai suatu konsep dengan

(18)

5

memahami konsep maka siswa akan sulit dalam memaknai dan menggunakan

konsep tersebut dalam pembelajaran. Jika siswa mempunyai pemahaman

matematis yang baik, paling tidak siswa akan lebih tertarik untuk mempelajarai

matematik.

Namun kenyataannya pembelajaran matematika belum mencapai taraf

kualitas yang diharapkan, khususnya pemahaman konsep matematis siswa

terhadap pembelajaran matematika dan masih jauh dari kata memuaskan, karena

matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit, rumit, membosankan, tidak

menarik, tidak menyenangkan, dan matematika dianggap sebagai pelajaran yang

menakutkan bagi sebagian besar siswa. Ansari (2012 : 2) juga mengemukakan

bahwa: Merosotnya pemahaman matematika siswa di kelas antara lain karena : (a)

dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan

soal; (b) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan

matematika, kemudian guru mencoba memecahkannya sendiri; dan (c) pada saat

mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari,

dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil Trend in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) sebuah studi yang diselenggarakan oleh International Association for the Evaluation Achievement (IEA), seperti yang di langsir dari kementerian pendidikan dan kebudayaan memperlihatkan bahwa skor yang diraih

Indonesia masih di bawah rata-rata Internasional. Hasil studi TIMSS 2003,

Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata

411, sedangkan skor internasional 467. Hasil TIMSS 2007, Indonesia berada di

(19)

6

rata-rata internasional 500. Dan hasil terbaru yaitu hasil studi TIMSS 2011,

Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata

386, sedangkan skor rata-rata internasional 500 (IEA, 2012).

(http://nasional.sindonews.com/read/804091/15/pembelajaran-matematika-di-indonesia-masuk-peringkat- rendah-1384111047).

Jika dibandingkan dengan negara ASEAN, seperti Singapura, Thailand dan

Malaysia, posisi Indonesia masih di bawah negara-negara tersebut. Hasil studi

TIMSS 2003, Singapura dan Malaysia berada di peringkat 1 dan 10 dengan skor

rata-rata 605 dan 508. Hasil studi TIMSS 2007, Singapura dan Malaysia berada

diperingkat 3 dan 20 dengan skor rata-rata 593 dan 474. Hasil TIMSS 2011.

Singapura dan Malaysia berada di peringkat 2 dan 26 dengan skor rata-rata 611

dan 440. (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss).

Dapat kita lihat bahwa kemampuan-kemampuan matematika siswa

khususnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa belum menunjukkan

hasil yang memuaskan, bahkan dapat dikatakan masih sangat jauh dari hasil yang

memuaskan dan sangat mengkhawatirkan, sehingga berbuntut kepada sikap

negatif siswa terhadap matematika. Menurut Abdurrahman (2010:251) bahwa

“orang banyak memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit”.

Sehingga tidak heran kalau banyak siswa yang tidak senang terhadap pelajaran

matematika di sekolah sering kali menjadi momok, siswa mengganggap

matematika pelajaran yang sulit, anggapan tersebut tidak terlepas dari persepsi

yang berkembang dalam masyarakat tentang matematika merupakan ilmu yang

abstrak, penuh dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang

(20)

7

belajar matematika di sekolah. Menurut Junaidah (2013:55) bahwa rendahnya

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terlihat dari kualitas

pemahaman matematis siswa yang disebabkan oleh proses pembelajaran dimana

guru terlalu berkonsentrasi pada latihan soal yang bersifat prosedural sehingga

tidak memungkinkan siswa cepat memperoleh makna dari kegiatan pembelajaran.

Dimana pembelajaran matematika yang dilakukan selama ini kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam mengemukakan ide dan

gagasan yang akan mengarahkan kepada pembentukan pengetahuan matematika

mereka sendiri dan siswa lebih banyak bergantung pada guru yang mengakibatkan

pembelajaran terpusat pada guru (teacher-centred) dimana guru berperan aktif

sementara siswa menjadi pasif.

Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa penting untuk di

kembangkan, namun pada kenyataannya pemahaman konsep matematis siswa

masih rendah. Hal ini terlihat pada contoh kasus yang ditemukan peneliti yang

memberikan soal pemahaman konsep matematis kepada siswa sebagai berikut:

Perhatikan lingkaran yang berpusat

(21)

8

Gambar 2. Salah satu jawanban siswa pada tes kemampuan pemahaman konsep matematis.

Lembar jawaban ini memperlihetkan bahwa kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa masih rendah, karena siswa tidak dapat membedakan

mana yang disebut jari-jari dan diameter dari lingkaran diatas, sehingga tidak

mampu menuliskan apa yang diketahui dari gambar lingkaran pada soal tersebut.

Hal ini juga disebabkan karena pemahaman konsep matematis siswa tentang

lingkaran masih rendah. Akibatnya siswa pun tidak dapat menyelesaikan soal

yang menuntut pemahaman konsep matematis dengan benar. Ini disebabkan

kurangnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang kurang

memadai juga turut mempengaruhi cara siswa menganalisis permasalahan yang

mereka hadapi, sehingga siswa tidak mampu untuk menyelesaikan masalahnya.

Dari gambaran jawaban siswa di atas dapat diketahui pula bahwa guru

dalam pembelajaran matematika hanya menyampaikan materi pelajaran sesuai

dengan tuntutan kurikulum, tanpa memperhatikan makna yang diperoleh siswa

(22)

9

ini disebabkan karena siswa hanya menghapalkan materi-materi yang diberikan

guru. Dengan ilmu yang diperoleh dari penghapalan ini, mengakibatkan siswa

hanya mengingat pengetahuan yang diperoleh tanpa mengetahui bagaimana

proses dari pengetahuan tersebut. Pengetahuan yang diperoleh dengan hapalan

tidak bisa bertahan lama karena hanya mengandalkan ingatan. Hal ini yang

menyebabkan rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

terhadap matematika yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa yang tidak

sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal sekolah.

Padahal kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu

kemampuan matematis yang diharapkan dapat dimiliki siswa sebagai salah satu

kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika baik berupa

lambang-lambang, symbol-symbol dan rumus-rumus yang dituangkan kedalam

ide-ide maupun bentuk grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan. Hal ini yang

menjadi alasan peneliti untuk mengangkat kemampauan pemahaman konsep

matematis sebagai salah satu kemampuan matematis yang sangat penting.

Selain pentingnya suatu kemampuan pemahaman konsep matematis dalam

pembelajaran matematika bagi siswa, hal lain yang dianggap penting adalah sikap

siswa dalam mempelajari matematika yang salah satunya adalah disposisi

matematis siswa. Disposisi matematis siswa dapat dimaknai sebagai kesukaan dan

apresiasi terhadap matematika, kecenderungan untuk berfikir dan bertindak

dengan positif, termasuk kepercayaan terhadap diri sendiri, ketekunan serta

antusias dalam belajar, gigih dalam menghadapi permasalahan, fleksibel, mau

berbagi dengan orang lain, serta reflekstif dalam kegiatan matematik. Seperti kata

(23)

10

diantaranya, transfer of knowledge terhadap siswa akan berjalan sesuai yang diharapkan, suasana pembelajaran menjadi menyenangkan yang pada akhirnya

akan menghasilkan hasil yang maksimal serta guru akan lebih semangat dalam

menjalankan tugasnya di kelas”.

Disposisi sangat penting perannya dalam membuat pembelajaran

matematika berjalan baik. Disposisi matematis merupakan salah satu faktor yang

ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa memerlukan disposisi yang

akan menjadikan mereka gigi menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk

bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan

kebiasaan baik di matematika. Bahkan lebih dari itu, disposisi matematis berperan

dalam membuat siswa menikmati pembelajaran matematika dan pada gilirannya

membuat siswa dapat mendapatkan manfaat dan menerapkan matematika dalam

kehidupannya sehari-hari. Menurut Sukamto (2013 : 93) bahwa “disposisi

matematis berkaitan dengan peserta didik dalam menyelesaikan masalah

matematikayang mencakup sikap percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir

fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah.”.

Disposisi matematis memiliki peran yang esensial dalam pembelajaran

matematika di sekolah. Seperti pendapat Husen (2014: 482) bahwa “esensialitas

disposisi matematis siswa akan terwujud jika disposisi dipandang sebagai salah

satu faktor yang turut menentukan keberhasilan belajar siswa. Sejalan dengan hal

tersebut, dalam proses belajar siswa cenderung membutuhkan rasa percaya diri

dan kegigihan dalam menghadapi setiap masalah yang diberikan”. Dari

pernyataan ini disimpulkan bahwa kepercayaan diri, ketekunan, kegigihan,

(24)

11

matematika. Menurut Husnidar, dkk (2014 : 76) bahwa “disposisi adalah

kecenderungan secara sadar pada manusia yang ditunjukkan ketika berintekrasi

dengan sesama, dengan kata lain disposisi itu menunjukkan karakteristik

seseorang. Siswa yang memiliki disposisi tinggi akan lebih gigih, tekun, dan

berminat untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru. Hal ini memungkinkan

siswa tersebut memiliki pengetahuan lebih dibandingkan siswa yang tidak

menunjukkan perilaku demikian. Pengetahuan inilah yang menyebabkan siswa

memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa disposisi matematis menunjang kemampuan matematis siswa.

Dari penjelasan di atas, tampak pentingnya disposisi matematis siswa dalam

belajar matematika. Namun kondisi di lapangan belum sesuai dengan yang

harapan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan siswa SMP Negeri 5 Medan

yang bernama Fijar Maharani, mengatakan bahwa “matematika itu pelajaran yang

sangat sulit dipahami, gurunya menakutkan, dan banyak simbol-simbol yang tidak

dipahami, dan gurunya asyik sendiri dalam pembelajaran .” Sama halnya dengan

yang dikatakan Putri Adela siswa SMP Negeri 5 Medan kelas VIII “cara guru

mengajarkan matematika kurang menyenangkan, waktu terasa lama berputar

kalau belajar matematika, kalau bertanya kepada guru karena tidak mengerti,

malah dibilang tidak belajar dan memperhatikan.”

Terkait dengan hasil wawancara tersebut di atas, penulis pernah

memberikan satu pertanyaan kepada 60 siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Medan,

yaitu diantara kalian siapa yang suka pelajaran matematika?. Mendengar

pertanyaan tersebut, kebanyakan siswa dengan spontan dan secara bersamaan

(25)

12

alasan dari jawabannya ke dalam selembar kertas. Dari hasil jawaban siswa

banyak variasi jawaban kenapa siswa tidak suka pelajaran matematika,

diantaranya karena matematika pelajaran yang sulit, membosankan, dan tidak

menarik, ada juga yang mengatakan bahwa guru dalam mengajar yang tidak

menarik bahkan sangat membosankan. Diantara 60 siswa hanya 15 siswa yang

menjawab suka pada pelajaran matematika.

Dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM 2000) disposisi matematika memuat tujuh komponen : (1) Percaya diri dalam

menggunakan matematika, (2) Fleksibel dalam menggunakan matematika

(bermatematika), (3) Gigih dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugas matematika,

(4) Penuh memiliki rasa ingin tahu dalam bermatematika, (5) Melakukan refleksi

atas cara berpikir, (6) Menghargai aplikasi matematika, dan (7) Mengapresiasi

peranan matematika.

Bedasarkan hasil diatas kita dapat melihat banyak siswa tidak suka belajar

matematika karena matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit, rumit,

membosankan, tidak menarik, tidak menyenangkan, dan matematika dianggap

sebagai pelajaran yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Ini disebabkan

karna kurangnya disposisi matematis siswa dan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa indikator disposisi

matematis yang tidak dimiliki siswa antara lain : banyaknya yang tidak percaya

diri dalam menjawab soal matematika, kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam

bermatematika, banyak siswa tidak merespon betapa besarnya peranan

matematika terhadap ilmu lain, dan tidak memiliki kemauan yang tinggi dalam

(26)

13

matematis tinggi akan lebih gigih, tekun, dan berminat untuk mengeksplorasi dan

mencoba hal-hal baru. Hal ini memungkinkan siswa tersebut memiliki

pengetahuan lebih dibandingkan siswa yang tidak menunjukkan perilaku

demikian. Dengan sikap inilah yang menyebabkan siswa memiliki

kemampuan-kemampuan tertentu. Dengan demikian disposisi matematis siswa merupakan

suatu hal yang harus ada dalam diri siswa yang berguna untuk meningkatkan

prestasi siswa dalam belajar matematika dan menunjang kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa.

Dari beberapa masalah diatas kita dapat melihat bahwa masih rendahnya

kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi siswa yang

mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa yang tidak mencapai kriteria

ketuntasan minimal sekolah. Disamping itu rendahnya hasil belajar matematika

siswa tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola pembelajaran. Menurut

Marpaung (2004) guru cenderung memindahkan pengetahuan yang dimilki ke

pikiran siswa, mementingkan hasil dari pada proses, mengajarkan secara urut

halaman per halaman tanpa membahas keterkaitan antara konsep-konsep atau

masalah. Dalam pembelajaran matematika guru cendrung menekankan siswanya

untuk meniru guru cara menyelesaikan soal-soal sehingga lebih bersifat hapalan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Solichan (2011) di sekolah, guru matematika

masih cenderung membelajarkan penyelesaian soal matematika dengan cara

"menyontek" dari cara yang sudah ada. Hal itu kemudian diajarkan kembali

kepada peserta didiknya dalam waktu lima menit. Padahal, seorang ahli

matematika menyelesaikan soal itu bisa mencapai satu hari, sebab ahli matematika

(27)

14

cara orang lain untuk menyelesaikan soal, sehingga lebih bersifat hafalan. Hal

yang sama dikemukakan oleh Hadi (2010) yang menyatakan:

Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau Pembelajaran matematika secara biasa sementara para siswa mencatatnya pada buku catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa.

Hal tersebut diatas biasanya terjadi karena pembelajaran yang biasanya di

lakukan oleh guru dalam kelas. Pendekatan yang digunakan oleh para guru pada

umumnya di sekolah merupakan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher

oriented). Guru biasanya menyampaikan materi dalam buku paket, memberikan informasi, pengertian, konsep secara langsung kepada siswa, memberikan contoh

penerapan rumus matematika, dan kemudian mengerjakan latihan-latihan yang

tidak sepenuhnya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Pendekatan pembelajaran tersebut memberi kesan yang kurang baik kepada

siswa, karena dapat menimbulkan sikap negatif siswa terhadap matematika.

Mereka hanya melihat matematika sebagai suatu kumpulan aturan dan

latihan-latihan yang mendatangkan kebosanan. Tidak ada manfaatnya mempelajari

matematika dalam kehidupannya, karena aktivitas siswa hanya mengulang

prosedur atau menghafal tanpa diberi peluang lebih banyak berinteraksi dengan

sesama, ini dapat memberikan kesan bahwa matematika merupakan suatu hafalan

bukan untuk belajar bekerja sendiri. Hal ini juga sesuai dengan hasil temuan

(28)

15

mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari guru, siswa sangat

jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga guru asyik sendiri menjelaskan

apa yang telah disiapkannya, berarti siswa hanya menerima saja apa yang

disampaikan oleh guru. Guru pada umumnya mengajar dengan metode ceramah

dan ekspositori. Hal ini juga didukung oleh pendapat Ruseffendi yang dikutip

Effendi (2012: 4) yang menyatakan bahwa selama ini dalam proses pembelajaran

matematika di kelas, pada umumnya siswa mempelajari matematika hanya diberi

tahu oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Itu semua

mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam belajar. Melalui proses

pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa dapat berkembang.

Berdasarkan fenomena diatas, sudah seharusnya guru mencari suatu cara

untuk dapat meningkatkan kemampuan matematis yang dimiliki siswa bahkan

sikap positif siswa dalam mempelajari matematika dan menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini kemampuan

matematis dan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yang

diharapkan meningkat adalah kemampuan pemahaman konsep matematis dan

disposisi matematis siswa dalam mempelajari matematika. Guru dapat melakukan

peningkatan terhadap kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi,

metode, model, strategi maupun pendekatan pembelajaran. Salah satu cara yang

dapat dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika yaitu dalam penyusunan berbagai macam skenario kegiatan

pembelajaran di kelas. Agar pembelajaran tersebut berjalan sesuai dengan

(29)

16

pembelajaran matematika, guru dapat menerapkan suatu pendekatan pembelajaran

yang dapat membangun pengetahuan siswa agar kemampuan pemahaman konsep

matematis dan disposisi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.

Salah satu pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan siswa adalah

pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran yang mengkondisikan

siswa aktif dalam proses belajar matematika serta pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi

matematis siswa. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi

matematis siswa, diantaranya adalah pendekatan realistik dengan pendekatan

inkuiri. Pendekatan Realistik diadopsi dari Realistic Mathematic Education (RME) dikembangkan di Belanda tahun 1970-an oleh Institut Freudenthal dan

saat ini telah berkembang luas diberbagai negara, termasuk Indonesia.

Pendekatan realistik merupakan bagian dari pendidikan matematika realistik

(PMR). Menurut Sanjaya (2010:127) bahwa pendekatan diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran dimana istilah

pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang

sifatnya masih sangat umum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wijaya (2012:28)

bahwa:

(30)

17

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan

dalam pembelajaran matematika di Belanda yang memiliki konsep utama yaitu

kebermaknaan konsep matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Freudhental

(dalam Wijaya, 2012:20) yang menyatakan bahwa proses belajar siswa hanya

akan terjadi jika pengetahuan (knowledge) yang dipelajari oleh siswa akan

bermakna bagi siswa itu sendiri. Sedangkan Cord menyatakan suatu pengetahuan

akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam

suatu konteks atau pembelajaran menggunakan permasalahan realistik. Menurut

Wijaya (2012:21) penggunaan permasalahan realistik (context problem) dalam

PMR memiliki posisi yang jauh berbeda dengan penggunaan permasalahan

realistik dalam pendekatan mekanistik. Dalam PMR, permasalahan realistik

digunakan sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut

juga sebagai sumber untuk pembelajaran sedangkan dalam pendekatan mekanistik

permasalahan realistik ditempatkan sebagai bentuk aplikasi suatu konsep

matematika yang dijadikan sebagai kesimpulan atau penutup dari proses

pembelajaran.

Akan tetapi, seperti yang dikemukakan oleh Ibu Imelda Tampubolon, S.Si,

Bapak Ali Marwan Hasibuan, S.Pd dan Bapak Ali Rahman Hasibuan, S.PdI

selaku guru matematika SMP Negeri 5 Medan yang di wawancarai pada bulan

april 2016 dengan kesimpulan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran

matematika, guru matematika masih jarang menerapkan suatu pendekatan

pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan siswa, selama ini

pembelajaran yang dilakukan masih cenderung berpusat pada guru. Selama ini

(31)

18

pelajaran formal (abstrak). Oleh karena itu, siswa sangat sering mengeluh ketika

membahas materi yang ada di buku paket di karenakan terlalu banyak kalimat dan

rumus yang harus dimengerti dan dihafal, sehingga kurang begitu menarik minat

belajar siswa untuk mempelajari matematika. Seharusnya, guru memberikan

materi diawal pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa

agar siswa tertarik dan senang mempelajari matematika bahkan menjadikan siswa

untuk lebih mudah mempelajari matematika.

Pendekatan inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses

berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara pendidik dan

peserta didik. Menurut Sefalianti (2014:14) Pembelajaran dengan pendekatan

inkuiri ini berpusat pada siswa sehingga siswa benar-benar terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran tersebut mampu mendorong siswa untuk mendapatkan suatu

pemahaman konsep atau prinsip matematika yang lebih baik sehingga siswa akan

lebih tertarik terhadap matematika.

Pendekatan Pembelajaran Inkuiri dipilih dalam pembelajaran karena: 1)

Pendekatan inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga

pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna; 2) Pendekatan inkuiri

dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar

mereka; 3) Pendekatan inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

(32)

19

perubahan tinggkah laku berkat adanya pengalaman; 4) Dimana strategi

pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan

diatas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan

terhambat oleh siswa lain yang lemah dalam belajar.

Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi bagaimana

seorang guru dapat menguasai metode, model, strategi maupun pendekatan

pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas dan tujuan pembelajaran yang

diharapkan tercapai khususnya dalam pembelajaran matematika, Selain itu

pendekatan matematika realistik juga berdampak langsung pada peningkatan

kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi matematis siswa.

Hasibuan (2011) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kemampuan

pemahaman konsep antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui PMR

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran melalui

pendekatan inkuiri. Begitu juga dengan disposisi matematis antara siswa yang

memperoleh pembelajaran melalui PMR lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan inkuiri. Berdasarkan hasil

penelitian hasibuan mengatakan bahwa ada peningkatan kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa setelah diberi pembelajaran PMRI yang mana hasil ini

ditegaskan kembali dalam penelitian anisa.

Anisa, (2014) menyatakan dalam penelitiannya bahwa peningkatan

kemampuan pemahaman konsep matematis dan motivasi belajar siswa dengan

pembelajaran pendidikan matematika realistik lebih baik dibandingkan

peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis dan motivasi belajar

(33)

20

realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam

pembelajaran dan memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran matematika.

Berdasarkan hasil penelitian anisa bahwa dengan pendidikan matematika realistik

dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa hal ini di

perkuat oleh penelitian zubainur.

Zubainur, (2014) telah melakukan penelitian di tingkat Sekolah Dasar (SD)

untuk melihat disposisi siswa dalam kelas matematika dengan menggunakan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Penelitian ini menunjukkan

bahwa disposisi matematika untuk siswa yang diajar menggunakan PMRI lebih

tinggi daripada siswa yang menggunakan pendekatan konvensional dengan hasil

menunjukkan bahwa pendekatan PMRI dapat dijalankan di Aceh, tetapi belum

seutuhnya.

Jelas di tegas oleh beberapa penelitian sebelumnya bahwa RME (Realistic Mathematics Education) atau pendekatan realistik memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran matematika, yang mana dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi matematis siswa.

Dimana ini merupakan salah satu pembelajaran yang dapat membangun

pengetahuan siswa, pembelajaran yang berpusat pada siswa serta pembelajaran

yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan

disposisi matematis siswa dengan menerapkan suatu pendekatan realistik atau

pendidikan matematika realistik.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu untuk merealisasikan

(34)

21

Diberi Pendekatan Realistik Dengan Pendekatan Inkuiri Di SMP Negeri 5 Medan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka dapat

diidentifikasi masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa

2. Rendahnya motivasi siswa untuk belajar khususnya matematika

3. Siswa masih mengalami kesulitan belajar matematika

4. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis yang dimiliki

peserta didik.

5. Rendahnya disposisi matematis yang dimiliki peserta didik.

6. Kurangnya perhatian pelaku pendidik terhadap kemampuan pemahaman

konsep matematis dan disposisi matematis peserta didik.

7. Pendekatan pembelajaran yang kurang tepat.

8. Pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan guru belum

bervariasi seperti : pendekatan realistik, pendekatan inkuiri dan

pendekatan-pendekatan pembelajaran lainya

9. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih mendominasi dalam kelas

dan siswa kurang aktif, sehingga pembelajaran kurang menyenangkan.

10.Proses jawaban yang diberikan siswa masih kurang tepat.

(35)

22

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas merupakan

masalah yang cukup luas dan kompleks, di samping itu banyaknya faktor yang

dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi

matematis antara siswa yang diberi pendekatan realistik dengan pendekatan

inkuiri, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus

pada permasalahan yang akan diteliti, diantaranya sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di SMP Negeri 5 Medan

masih rendah, hal ini dapat dilihat dalam menyelesaikan soal-soal matematis.

2. Rendahnya kemampuan disposisi matematis siswa di SMP Negeri 5 Medan

terlihat dari hasil skala disposisi siswa yang diberikan.

3. Kurangnya melakukan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik

dan pendekatan inkuiri untuk menyelesaikan persoalan matematika

disebabkan banyak guru yang kurang memahami pendekatan realistik dengan

pendekatan Inkuiri.

4. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika

yang mengakibatkan adanya temua-temuan kesalahan dalam proses jawaban

yang diberikan siswa masih kurang tepat.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah diatas, terdapat beberapa faktor yang menjadi perhatian penulis

untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, maka rumusan

(36)

23

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis antara

siswa yang diberi pendekatan realistik dengan pendekatan Inkuiri di SMP

Negeri 5 Medan?

2. Apakah terdapat perbedaan disposisi matematis antara siswa yang diberi

pendekatan realistik dengan pendekatan Inkuiri di SMP Negeri 5 Medan?

3. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan

pemahaman konsep matematis antara siswa yang diberi pendekatan realistik

dengan pendekatan Inkuiri di SMP Negeri 5 Medan?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang

kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi matematis antara siswa

yang diberi pendekatan realistik dengan pendekatan inkuiri. Secara khusus,

tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk:

1. Menganalisis apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

matematis antara siswa yang diberi pendekatan realistik dengan pendekatan

Inkuiri di SMP Negeri 5 Medan.

2. Menganalisis apakah terdapat perbedaan disposisi matematis antara siswa

yang diberi pendekatan realistik dengan pendekatan inkuiri di SMP Negeri 5

Medan.

3. Menganalisis temuan-temuan kesalahan dalam proses jawaban siswa dalam

menyelesaikan soal-soal kemampuan pemahaman konsep matematis antara

siswa yang diberi pendekatan realistik dengan pendekatan inkuiri di SMP

(37)

24

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan

kepada pihak-pihak terkait, diantaranya :

1. Untuk Peneliti

Memberi informasi tentang perbedaan kemampuan pemahaman konsep

matematis dan disposisi matematis, serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Juga merupakan kontribusi dalam upaya

mengembangkan dan menerapkan pendekatan pembelajaran penemuan

terbimbing untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa, khususnya

kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi matematis siswa.

2. Untuk Tenaga Pendidik Matematika dan Pengelola Sekolah

Memberikan masukan dan alternatif, kepada tenaga pendidik atau para guru,

khususnya guru mata pelajaran matematika dalam menerapkan pendekatan

pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematis dan disposisi matematis siswa.

3. Untuk Siswa

Penerapan pendekatan pembelajaran yang dapat di imajinasikan dalam

kehidupan nyata baik itu dalam kehidupan sehari-hari siswa itu sendiri. Dan

juga penemuan terbimbing pada dasarnya dapat memberikan motivasi kepada

siswa untuk terlibat lebih aktif dalam pembelajaran dan memberikan

pengalaman baru dalam memahami matematika khususnya kemampuan

(38)

165

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian yang berkaitan dengan

pembelajaran yang diajarkan melalui pendekatan realistik dengan pendekatan

inkuiri yang menekankan pada kemampuan pemahaman konsep matematis dan

disposisi matematis siswa, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis antara

siswa yang diberi pendekatan realistik dengan siswa yang diberi

pendekatan inkuiri. Hal ini terlihat dari hasil analisis covarians (ANACOVA)

untuk Fhitung lebih besar dari Ftabel dan konstanta regresi untuk pembelajaran

yang di ajarkan dengan pendekatan realistik lebih besar dari pembelajaran

yang di ajarkan dengan pendekatan inkuiri.

2. Terdapat perbedaan disposisi matematis antara siswa yang diberi

pendekatan realistik dengan siswa yang diberi pendekatan inkuiri. Hal ini

terlihat dari hasil uji Mann-Wahitney skala disposisi matematis

dimana disposisi matematis siswa yang diberi pendekatan realistik

secara signifikan lebih baik daripada siswa yang diberi pendekatan inkuiri.

Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara disposisi

matematis siswa yang diberi pendekatan realistik dimana memberikan

dampak yang baik dibandingkan dengan yang di ajarkan dengan pendekatan

(39)

166

3. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah melalui

pendekatan realistik menunjukkan ketercapainya indikator kemampuan

pemahaman konsep matematis yang lebih baik dibandingkan pada siswa yang

mendapat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian yang telah diuraikan,

selanjutnya berkaitan dengan hal itu berikut ini diberikan beberapa saran yang

perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap

penggunaan pembelajaran dengan pendekatan realistik dalam proses pembelajaran

matematika khususnya. Adapun sarannya yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran dengan pendekatan realistik pada pembelajaran matematika

yang menekankan kemampuan pemahaman konsep matematis dan

disposisi matematis siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif

khususnya dalam mengajarkan materi lingkaran.

b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran

matematika dengan pendekatan realistik pada materi lingkaran.

c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan realistik adalah

efektif. Diharapkan guru matematika dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan, memberi kesempatan pada siswa untuk

(40)

167

berargumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika

bukan lagi momok yang sangat menyulitkan bagi siswa.

d. Agar pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih efektif diterapkan

pada pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat

perencanaan mengajar yang baik dengan daya dukung sistem

pembelajaran yang baik (Buku Guru, Buku Siswa, LKS, RPP, media yang

digunakan).

e. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori

pembelajaran dan model pembelajaran yang inovatif agar dapat

melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran

konvensional secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan

hasil belajar siswa.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran dengan pendekatan realistik dengan menekankan

kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi matematis siswa

masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu

disosialisasikan ke sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi matematis siswa.

b. Pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat dijadikan sebagai salah

satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematis dan disposisi matematis siswa pada materi lingkaran sehingga

(41)

168

strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang

lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dalam penelitian ini pembelajaran dengan pendekatan realistik yang

dibandingkan adalah pendekatan realistik dan pendekatan inkuiri.

Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar membandingkan model

pembelajaran yang lebih setara, misalnya pendekatan realistik

dibandingkan dengan pendekatan CTL yang dimodifikasi, seperti berbasis

ICT.

b. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah kemampuan pemahaman

konsep matematis dan disposisi siswa, untuk peneliti selanjutnya

diharapkan dapat mengembangkan variabel yang lain seperti kemampuan

pemecahan masalah, penalaran, representasi dan komunikasi matematik

(42)

169

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arends, R. I. 2008. Leraning to teach (Belajar Untuk Mengajar) Buku Satu Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alberta. 2004. Focus on inquiry a teacher’s guide to implementing inquiry-based learning. Canada. Learning and teaching resources branch. [ Online]. Tersedia:

(https://education.alberta.ca/media/313361/focusoninquiry.pdf). [Diakses 1 September 2015]

Ansari, B. I. 2012. Konsep dan Aplikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA Banda Aceh Divisi Penerbitan.

Anisa, W. N. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik untuk siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut. Jurnal Pendidikan dan Keguruan.Vol.1(1).

Astiati, P.E. dkk. Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Pemahaman Matematis Siswa pada Materi Perbandingan. Jurnal Pena Ilmiah Vol 1 No 1 2016.

Arsaythamby. Veloo. 2015. Effect of Realistic Mathematics Education Approach Among Pubic Secondary School Students In Riau, Indonesia. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 9(28) Special 2015.

Budiningsi, A. C. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dahar. R. W. 2006. Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Ekowati, K, dkk, 2015. The Aplication of Realistic Mathematics Education Approach In Teaching Mathematics In Penfui Kupang, Internationa Journal of Education and Information Studies Vol 5 No 1.

Effendi, L.A. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP, Jurnal Penelitian Pendidikan

|

Vol. 13 No. 2 Oktober 2012 ISSN : 1412-565X

(43)

170

Fauzi. 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagi di SD. Tesis. Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.

Freudenthal. H. 1991. Revisiting Mathematics Education. Dordrecht: Reidel Publishing.

Gravemeijer,K.(1994).Developing Realistic Mathematics Education, hal.82.

Hadi, Kristanto. 2010. Penerapan Pembelajaran Matematika realistik Pokok Bahasan Simetri di Kelas 1 SLTP, Makalah Komprehensip (Surabaya: Program Study Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNESA.

Hasibuan, E.S 2011. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Hirza, B. 2014. Improving Intituition Skills With Realistic Mathematics Education, Journal IndoMS-JME, Vol 5, No 1 2014.

Husnidar, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Diktik Matematika. Vol. 1 (1) : (71-82).

Hidayat, T. N. 2011. Implementasi Teori Gestalt pada Proses Pembelajaran. JURNAL FALASIFA. Vol. 2 No. 1 Maret 2011. [Online]. Tersedia: https://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/1-titin-nur-hidayati-implementasi-teori-belajar-gestalt-pada-proses-pembelajaran.pdf. [Diakses 8 September 2015]

Heuvel, Den, Van, Marja. 2003. The Didactical Use of Models in Realistic

Mathematics Education: an Example From a Longitudinal Trajectory on Percentage. Internationa Journal of Education and Information Studies Vol 5 No 1.

Joyce, W. B. 2009. Model Of Teaching. India: Prentice Hall.

Junaidah. 2013. Meningkatkan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis siswa melalui Pendekatan kontekstual. Jurnal Eksperimental PGMI. Vol. 1 (2) : (53-65).

Kadir. 2015. Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

(44)

171

Madhavi. 2008. Conceptual Understanding is The Over-Arching Understanding Of Mathematical Concepts And Ideas That One Often Refers To As A Good Mathematical Sense. [Online]. Tersedia:

(http://file.eric.ed.gov/fulltext/ED521882.pdf).

Mandur. K. dkk. 2013. Kontribusi Kemampuan Koneksi, Kemampuan Representasi, Dan Disposisi Matematis Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Sma Swasta Di Kabupaten Manggarai. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika. Vol. 2.

NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standards For School Mathematics. (http://www.nctm.org/meetings/). Diakses pada tanggal 11 Oktober 2014

Netter, J. 2005. Applied Linier Statistical Model. Illions : Richard D.Erwin,INC.

Ompusunggu. K. D. V. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematik dan Sikap Positif Terhadap Matematika Siswa SMP Nasrani 2 Medan Melalui Pendekatan Problem Solving. Jurnal Saintech. Vol. 6 (4) : (93-105).

Pakpahan, A. L. R. 2013. Perbedaan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Plomp, Tjeerd, dkk. 2013. The development of an RME-based geometry course for Indonesian primary schools. Journal International Procedia Social and Behavioral Sciences 159 2014.

Rithel, B. 2001. Developing Conceptual Understanding And Prosedural Skill In Mathematic: An Iterative process. Journal Of Educational Psychology 2001, Vol. 93, No. 2, 346-362. [Online]. Tersedia: (https://www.uni-trier.de/fileadmin/fb1/prof/PSY/PAE/Team/Schneider/RittleJohnsonSchne iderInPress.pdf). [Diakses 29 Juli 2015.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Rahmi. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Roda Keberuntungan Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas IX SMPN 3 Koto Baru Kab. Darmasraya. Percikan: Vol. 133 Edisi Februari 20121SSN :

0854 – 8986. [Online]. Tersedia:

(45)

172

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, Tarsito, Bandung.

Ruseffendi. 1998. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Rooney. C. 2009. How Am I Using Inquiry-Based Learning to Improve My Practice and to Encourage Higher Order Thinking Among My Students of Mathematics? Educational Journal Of Living Theories. Volume 5(2): 99-127 www.ejolts.net ISSN 2009-1788. [online]. Tersedia: (http://ejolts.net/files/journal/5/2/Rooney5(2).pdf). [Diakses 28 Agustus 2015]

Ramadhani. 2015. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Disposisi Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Geogebra dengan Tanpa Berbantuan Geogebra di SMPN 22 Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Rahayu, R. 2014. The Effect Of Mathematical Disposition On PMRI Toward Problem Solving Ability Based On Ideal Problem Solver. International Journal Of Science And Research (IJSR) ISSN (Online) Vol 3 : 2319-7068. (http://www.ijsr.net). Diakses 10 April 2016

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Simamora, E. N. 2011. Pembelajaran Inkuiri Sebagai Upaya Peningkatan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Unimed. Sefalianti. B. 2014. Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap

Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan dan Keguruan. Vol. 1 (2) : (11-20).

Suwarsono, St. 2001. Beberapa Permasalah yang Terkait dengan Upaya Implementasi Pendekatan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar nasional tentang pendekatan matematika realistik: Universitas Sanata Dharma, tanggal 14-15 November 2001. Saminanto dan Kartono, 2015. Analysis Of Mathetatical Understanding Ability In

Gambar

Gambar 2. Salah satu jawanban siswa pada tes kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah ini telah diperiksa/divalidasi dan hasilnya telah memenuhi kaidah ilmiah , norma akademik dan norma hukum

Observasi ini bertujuan agar mahasiswa dapat secara langsung melihat dan mengamati proses belajar di kelas. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan tersebut, mahasiswa

dengan adanya secondary meaning pada merek tersebut merek memliki daya. pembeda dan dapat menjadi merek.Sehingga daya pembeda dan

Yang dimaksud dengan perlindungan konsumen menurut pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang.. 23 menjamin

PENYAJIAN SENI DOMYAK PADA GRUP SINAR PUSAKA MUDA KABUPATEN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENJAMINAN MUTU

1 Kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3permukaan gigi yang terkena.. 2 Debris menutupi lebih dari