PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA WILAYAH PRAMBANAN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nur Fitriyani NIM 09102241036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Motto
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
Jangan mengeluh, terus berikan yang terbaik. Karena segala
sesuatunya yang dilakukan dengan upaya terbaik, maka hasilnyapun
akan sangat baik. (Penulis)
Tanpa doa dan perjuangan orangtuamu kamu bukanlah siapa-siapa.
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah Subhanahuwata’alla
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
1. Almamaterku Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta,
khususnya Pendidikan Luar Sekolah,
Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.
2. Agama, Nusa dan Bangsa.
3. Ibu Siti Nur Sholikah,
Atas segenap curahan kasih sayangnya serta doa yang tak pernah lupa beliau
sisipkan, terima kasih atas segala pengorbanan yang telah diberikan.
4. Saudara-saudaraku, Novi, Didik, Ipah, Kesi, Alya, Iqbal, Aji, Yudha dan juga
kesayanganku Anggit Dwi Swasono.
PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA WILAYAH PRAMBANAN SLEMAN
Oleh Nur Fitriyani NIM 09102241036
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: (1) Mendeskripsikan factor penyebab seseorang menjadi anak jalanan (2) Mendeskripsikan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan Rumah Singgah dalam memberdayakan anak jalanan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara, dan anak jalanan yang mengikuti kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah Singgah Girlana Nusantara.. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Trianggulasi yang digunakan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai sumber/ narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) factor penyebab seseorang lebih memilih hidup dan bekerja di jalan adalah factor ekonomi yang berhubungan dengan kemisikinan, factor ingin bebas dan factor tuntutan gaya hidup. (2) Program Pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah Singgah Girlan Nusanatara dalam memberdayakan anak jalanan meliputi bidang pendidikan yang mencakup pkbm dan beasiswa, bidang vocational training dengan pemberian pelatihan ketrampilan, bidang kesehatan, bidang advokasi yang mencakup layanan hukum, pernikahan dan adopsi, serta pemberian modal usaha bagi anak jalanan
Kata kunci: Pemberdayaan, anak jalanan, Pemberdayaan anak jalanan di Rumah
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemberdayaan Anak Jalanan Di Rumah
Singgah Girlan Nusantara Wilayah Prambanan Sleman. Skripsi ini disusun guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar
Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan, bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan sehingga studi saya lancar.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya lancar.
3. Bapak Luthfi Wibawa M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Dr.Iis Prasetyo M.M
selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan kelancaran di dalam proses penelitian ini.
4. Ibu SW. Septiarti, M. Si selaku pembimbing yang berkenan mengarahkan dan
membimbing skripsi saya hingga akhir.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL ...
PERSETUJUAN ………. SURAT PERNYATAAN ………... HALAMAN PENGESAHAN ... MOTTO ………... PERSEMBAHAN ………... ABSTRAK ………... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR ……….. DAFTAR LAMPIRAN ………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... G. Batasan Istilah ... BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ... 1. Pengertian Pemberdayaan ... 2. Pemberdayaan anak jalanan ... 3. Kajian Tentang Anak Jalanan...
4. Kajian Tentang Rumah Singgah ………..
B. Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... D. Pertanyaan Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN.
B. Setting Penelitian ... C. Subyek Penelitian ... D. Metode Pengumpulan Data ... E. Instrumen Penelitian ... F. Teknik Analisis Data ... G. Keabsahan Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian...
1. Deskripsi Rumah Singgah Girlan Nusantara………..
2. Deskripsi Lembaga Rumah Singgah………
3. Visi dan Misi Rumah Singgah ………
4. Tujuan Rumah Singgah Girlan Nusantara ………..
5. Kemitraan Rumah Singgah ...
6. Deskripsi Anak Jalanan Binaan Girlan Nusantara………
B. Hasil Penelitian
1. Faktor Penyebab sebagian anak lebih memilih hidup dan
bekerja di jalan ...
2. Bentuk kegiatan Rumah Singgah Girlan Nusantara dalam
memberdayakan anak jalanan...
C. Pembahasan
1. Factor penyebab sebagian anak lebih memilih hidup dan
bekerja di jalan ...
2. Bentuk kegiatan Rumah Singgah Girlan Nusantara dalam
memberdayakan anak jalanan... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... B. Saran ……...
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1. Susunan Pengurus Rumah Singgah Girlan Nusantara ………
Tabel 2. Responden Penelitian………... Tabel 3. Daftar anak jalanan dan kegiatan yang diikuti ……… Tabel 4. Mitra Kerja Rumah Singgah Girlan Nusantara ………...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Pedoman Observasi………...
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ………. Lampiran 3. Pedoman Wawancara untuk pengelola Rumah
Singgah……… Lampiran 5. Analisis Data... Lampiran 6. Catatatan lapangan……….. Lampiran 7. Subyek Penelitian ... Lampiran 8. Surat-surat... ...
80 81
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi. Badan Pusat Statistik
mencatat angka pengangguran di Yogyakarta pada Agustus 2015 mencapai
80.245 orang (http://bps.go.id). Jumlah pengangguran tertinggi terletak di
Kabupaten Sleman dengan jumlah 34.601 orang. Pengangguran ini
didominasi oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak
1.310 orang dan tingkat pendidikan S1 sebanyak 1.690 orang. Keadaan
masyarakat yang menganggur mengakibatkan roda perekonomian tidak
berputar sebagaimana mestinya. Ketidakmampuan dalam pemenuhan
kebutuhan ini merupakan suatu masalah yang mendasar untuk meningkatkan
taraf kehidupan yang layak di masa mendatang. Kesulitan ini juga berimbas
pada pendidikan anak, terutama karena biaya pendidikan yang mahal.
Kondisi yang demikian ini memaksa kepala keluarga untuk bekerja
keras, mereka mengupayakan segala cara untuk dapat menopang kehidupan
mereka. Salah satu hal yang dilakukan adalah mempekerjakan seluruh
anggota keluarga, termasuk anak-anak. Oleh karena itu, banyak anak yang
kemudian putus sekolah demi membantu perekonomian keluarga. Rendahnya
tingkat pendidikan yang mereka miiki menyebabkan mereka tidak mampu
mencari pekerjaan yang layak. Salah satu pekerjaan yang tidak membutuhkan
keahlian khusus adalah mengamen atau menjadi penyemir sepatu. Pada
produktif, namun disisi lain mereka tidak bias meninggalkan kebiasaan
mencari penghidupan di jalan (Widagdo, 2010:17). Banyaknya anak yang
bekerja dan bermain di jalanan ini menyebabkan timbulnya anak jalan.
Anak jalanan adalah anak yang biasa hidup dan bekerja di jalanan.
Bagong Suyanto (2010 : 185) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak-anak
yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena
kebanyakan dalam usia yang relative dini sudah harus berhadapan dengan
lingkungan kota yang keras dan bahkan sangat tidak bersahabat. Tak bisa
dipungkiri, bahwa anak jalanan belakangan telah menjadi fenomena sosial
yang sangat penting dalam kehidupan kota besar. Kehadiran mereka
seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinan kota. Di mata sebagian
anggota masyarakat, keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap
sebagai “limbah” kota yang harus disingkirkan. Keberadaan mereka
dirasakan menggangu kenyamanan dan keamanan berlalu lintas dan sering
kali dituduh melakukan tindakan kriminal, seperti mencopet atau menodong.
Anak jalanan juga kerap mendapatkan tindak kekerasan, fisik maupun psikis
Menurut Widagdo dalam buku Situasi Sosial Anak Jalanan Kota
Semarang, ada beberapa faktor pendorong anak turun ke jalan, yaitu :
1. keadaan ekonomi keluarga,
2. ketidakserasian dalam keluarga,
3. adanya kekerasan atau perlakuan yang salah terhadap anak,
4. kesulitan hidup di kampung anak melakukan urbanisasi mengikuti
orang dewasa.
Pada umumnya anak-anak yang turun ke jalan berada pada usia produktif
yang lain, sebagai warga negara mereka berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan, tetapi disisi lain mereka tidak bisa meninggalkan kebebasan
mereka mencari penghasilan di jalan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) tahun 2012 mencatat jumlah anak jalanan yang tersebar di
DIY mencapai 407 anak. Untuk daerah sleman, anak jalanan tersebar dengan
komposisi daerah Gamping mencapai 15 orang, Kalasan 4 orang, Minggir 4
orang, Mlati 7 orang, Moyudan 1 orang, Ngemplak 3 orang, Prambanan 33
orang, Depok 16 orang dan di daerah Sleman mencapai 8 orang. Banyaknya
jumlah anak jalanan di DIY membuat sejumlah pihak, baik LSM, maupun
pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menangani kasus anak jalanan.
Hal ini sejalan dengan ditetapkannya Perda Provinsi DIY nomer 6 tahun 2011
tentang Perlindungan Anak Yang Hidup Di Jalan pasal 6 menyebutkan bahwa
perlindungan anak dijalan bertujuan untuk:
1. mengentaskan anak dari kehidupan di jalan
2. menjamin pemenuhan hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan; dan
3. memberikan perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan,
demi terwujudnya anak yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
Sesuai dengan Perda diatas, salah satu upaya Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta, khususnya Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Dinas Sosnakertrans) dalam menangani masalah anak jalanan
adalah pendirian rumah singgah. Rumah singgah dianggap perlu oleh
bersosialisasi terhadap sistem nilai dan norma layaknya kehidupan pada
umumnya. Rumah singgah merupakan tahap awal bagi anak untuk
memperoleh pelayanan selanjutnya. Salah satu tujuan rumah singgah adalah
memberikan alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan
menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.
Melalui rumah singgah diharapkan anak jalanan dapat menemukan cara
memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus berada di jalanan.
Salah satu rumah singgah yang masih aktif menangani kasus anak
jalanan hingga sekarang adalah Rumah Singgah Girlan Nusantara. Rumah
singgah yang terletak di Jln. Prambanan-Piyungan Ledoksari, Bokoharjo,
Prambanan, Sleman ini telah berdiri sejak 29 Agustus 1993. Jumlah anak
jalanan yang bernaung di bawah binaan Girlan Nusantara hingga tahun 2015
kemarin tercatat sekitar 2000 anak. Girlan Nusantara menganggap bahwa
anak jalanan adalah anak yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus dan
tidak boleh tersisihkan. Oleh karena itu Girlan mempunyai program
pemberdayaan anak jalanan yang dianggap mampu memberikan taraf
penghidupan yang lebih baik bagi anak jalanan. Upaya pemberdayaan anak
jalanan yang dilakukan Girlan Nusantara adalah pemberian berbagai bentuk
ketrampilan serta pelatihan dan penyuluhan. Penyelenggaraan berbagai
kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk kerjasama Girlan Nusantara dengan
pihak Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan serta pihak-pihak terkait.
Banyak LSM ataupun lembaga yang berupaya menangani kasus anak
jalanan, baik, tetapi masih banyak anak jalanan yang belum tersentuh sama
sekali oleh pihak-pihak terkait. Proses penanganan anak jalanan tidaklah
semudah yang diharapkan dan dibicarakan. Belakangan ini masih sering
terdengar berita tentang anak jalanan yang menjadi korban eksploitasi kerja
dan kasus pelecehan seksual.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan penelitian
dengan judul “Pemberdayaan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Girlan
Nusantara Wilayah Prambanan Sleman.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, penulis dapat
mengidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu :
1. Banyaknya anak yang bekerja dan bermain di jalanan ini menyebabkan
timbulnya anak jalanan.
2. Sebagian besar anak jalanan berada pada usia produktif dan usia belajar.
3. Banyaknya jumlah anak jalanan di DIY membuat sejumlah pihak, baik
LSM, maupun Pemerintah mendirikan rumah singgah untuk menangani
kasus anak jalanan.
4. Belum maksimalnya upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh
pemerintah.
5. Masih rendahnya kesadaran anak jalanan dalam mengikuti upaya
C. Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, tidak
semuanya dibahas dalam penelitian ini. Dibatasi hanya pada masalah:
Pemberdayaan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Girlan Nusantara Wilayah
Prambanan Sleman.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa faktor penyebab seseorang menjadi anak jalanan?
2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan dalam bidang pendidikan yang
dilakukan rumah singgah Girlan Nusantara dalam memberdayakan anak
jalanan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu
untuk mendeskripsikan :
1. faktor penyebab seseorang menjadi anak jalanan.
2. bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan rumah singgah dalam
memberdayakan anak jalanan.
F. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang anak
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
anak jalanan dan cara penanggulangannya.
c. Dapat digunakan sebagai sumbangan pengetahuan dan pengalaman
terhadap disiplin ilmu social (PLS) sehingga dapat memperdalam
cakrawala dan menetapkan suatu bidang program dan bersama-sama
menangani permasalahan anak jalanan.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan program selanjutnya mejadi lebih baik
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengadakan restrukturisasi
dan pengembangan rumah singgah sehingga menjadi tempat yang
sesuai untuk mengembangkan ketrampilan anak jalanan.
G. Batasan Istilah
Untuk memperjelas istilah yang digunakan pada penelitian ini, dan
menghindari kemungkinan kesalahan, maka perlu adanya pembatasan atau
definisi operasional sebagai berikut:
1. Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk mencari nafkah dna berkeliaran di jalanan dan di tempat-tempat
umum lainnya
2. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian
3. Rumah singgah didefinisikan sebagai wahana yang dipersiapkan sebagai
perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian tentang Pemberdayaan
a. Pengertian Pemberdayaan
Secara Umum, pemberdayaan merupakan konsep yang berasal
dari kata empowerment sebagai bentukan kata dari kata power yang
bermakna “daya”. Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam,
tetapi dapat diperkuat dengan unsur-unsur penguatan yang diserap
dari luar. Kindervatter dalam Sunaryo Kartadinata (2009: 24)
mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah tercapainya kemampuan
seseorang untuk memahami dan mengontrol kekuatan- kekuatan
sosial, ekonomi, dan atau politik yang mungkin diperankannya
sehingga dapat memperbaiki kedudukannya (status) dan perannya
(role) dalam masyarakat. Pemberdayaan bertujuan memberikan
kekuasaan atau kekuatan kepada orang-orang yang tidak beruntung.
Ife dalam Purnama (2009 : 25) mengemukakan pendapat berbeda.
Menurutnya, pemberdayaan dapat diartikan menyiapkan warga
masyarakat sumber daya kesempatan, pengetahuan, dan keahlian
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menentukan masa
depan seta berpartisipasi dan mempunyai dampak dalam kehidupan
Dari beberapa definisi diatas, didapat suatu pengertian mengenai
pemberdayaan, yaitu bahwa pemberdayaan adalah suatu usaha oleh
pihak tertentu dalam mengembangkan, mengentasan masyarakat dari
kondisi yang awalnya tidak mampu menjadi mampu, atau bisa
dikatakan bahwa pemberdayaan adalah kegiatan memampukan dan
memandirikan masyarakat.
b. Pemberdayaan anak jalanan
Pemberdayaan terhadap masyarakat yang terpinggirkan dan
dianggap lemah merupakan hal yang harus selalu diperhatikan
terutama pihak terkait. Jika yang menjadi fokus permasalahan adalah
anak jalanan, maka perhatian diarahkan pada banyak pihak yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung ada hubungannya
dengan anak jalanan, misalnya keluarga anak jalanan tersebut dan
masyarakat dimana anak jalanan menjadi bagian didalamnya.
Dinas Sosial Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai
tugas pokok dalam melaksanakan pembangunan kesejahteraan sosial
untuk mengembangkan dan melaksanakan Program Pembinaan Anak
Jalanan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak jalanan. Salah
satu upaya perwujudan kesejahteraan anak jalanan dalah melalui
kegiatan pemberdayaan.
Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (2011 : 381) alternative model pemberdayaan
1) Street-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di jalan tempat anak-anak biasa beroperasi. Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak-anak di lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.
2) Family-centered intervention. Penanganan anak jalanan difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau menarik anak jalanan kembali ke keluarganya.
3) Institutional-centered intervention. Penanganan anak jalanan
dipusatkan di lembaga atau panti, baik secara sementara (menyiapkan reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen (terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orangtua atau kerabat). Pendekatan ini juga mencakup tempat berlindung sementara yang menyediakan fasilitas panti dan asrama adaptasi bagi anak jalanan.
4) Community-centered based. Penanganan anak jalanan yang
dipusatkan di sebuah komunitas. Melibatkan program community
development untuk memberdayakan masyarakat atau penguatan
kapasitas lembaga-lembaga social dimasyarakat dengan menjalin networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga social masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup
Corporate Social Responsibility atau tanggungjawab sosial
perusahaan.
Sedangkan menurut Kalida (2005 : 83), pendekatan yang
digunakan dalam menangani masalah anak jalanan ada tiga, yaitu :
1) Street Based, merupakan pendekatan di jalanan untuk menjangkau anak di jalanan. Tujuannya mengenal, mendampingi anak,
mempertahankan relasi dan komunikasi. Street based berorientasi
pada penangkalan pengaruh negatif dan memberi mereka wawasan yang positif.
2) Center Based, yaitu pendekatan penanganan anak jalanan oleh
lembaga yang memusatkan usaha dan pelayanan, tempat
berlindung (drop in) yang menyediakan fasilitas asrama bagi anak
terlantar
3) Community Based, yaitu pendekatan yang melibatkan keluarga dan masyarakat tempat tinggal anak jalanan, pemberdayaan keluarga dan sosialisasi masyarakat
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
1) Street Based atau street-centered intervention, yaitu penanganan
anak jalanan yang dipusatkan di jalan tempat anak-anak biasa
beroperasi dengan tujuan menjangkau dan melayani anak-anak di
lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan. Penanganan ini
berorientasi pada penangkalan pengaruh negatif dan memberi
mereka wawasan yang positif.
2) Center Based atau Institutional-centered intervention, yaitu
pendekatan penanganan anak jalanan oleh lembaga yang
memusatkan usaha dan pelayanan, tempat berlindung (drop in)
yang menyediakan fasilitas asrama bagi anak terlantar.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di lembaga atau panti
dilakukan secara sementara (menyiapkan reunifikasi dengan
keluarganya) maupun permanen (terutama jika anak jalanan
sudah tidak memiliki orangtua atau kerabat).
3) Community Based atau community-centered based, yaitu
penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas.
Pendekatan ini melibatkan keluarga dan masyarakat tempat
tinggal anak jalanan, pemberdayaan keluarga dan sosialisasi
masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup Corporate Social
2. Kajian Tentang Anak Jalanan
a. Pengertian Anak Jalanan
Departemen Sosial menjelaskan bahwa anak jalanan adalah anak
yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah
dan berkeliaran di jalanan dan di tempat-tempat umum lainnya
(Kalida, 2005:18)
Sedangkan Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN),
menjelaskan bahwa anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja di
jalanan dan/atau anak yang bekerja dan hidup dijalanan yang
menghasilkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan
sehari-hari.
Suyanto mendefinisikan anak jalanan, yang biasa disebut
sebagai tekyan atau kere, atau bisa juga disebut gelandangan,
sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan
teralineasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia
yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota
yang keras dan bahlan sangat tidak bersahabat.
Anak jalanan berbeda dengan anak pada umumnya. Hidup
menjadi anak jalanan bukanlah pilihan hidup yang menyenangkan,
melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima. Cara berinteraksi,
berkomunikasi, membuat anak jalanan sering dianggap sebagai
Simpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas
adalah anak jalanan dapat digolongkan sebagai kaum lemah yang
hidup dijalanan, yang tidak terpenuhi haknya. Mereka mempunyai
pekerjaan tidak tetap. Anak jalanan sangat tersisihkan dan rentan
terhadap kondisi lingkungan kota yang semakin canggih dan maju.
b. Ciri khas anak jalanan
Berdasarkan hasil kajian di lapangan, anak jalanan dapat
dikenali melalui ciri-ciri fisik dan psikis. Widagdo (2010 :10)
mengklasifikasikan ciri-ciri fisik dan psikis anak jalanan yang mudah
dikenali, yaitu sebagai berikut:
1) Ciri-ciri fisik : warna kulit kusam, pakaian tidak terurus, badan
tidak terurus, kondisi badan tiak terurus, bertatato, pakai aksesoris, seperti: tindik, anting-anting, kalung, gelang, dan sebagainya.
2) Ciri-ciri psikis : acuh tak acuh, sangat sensitif, penuh curiga,
berwatak keras, kreatif, berani menanggun resiko, serius dalam melakukan sesuatu, dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap teman, dan mandiri.
Selain itu, ada indikator lain yang dapat digunakan untuk mengenali
anak jalanan. Andari, dkk (2007 : 9) menjelaskan ciri umum anak
jalanan memiliki kesamaan antara lain:
1) Berada di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, dan tempat
hiburan) selama 3 sampai 24 jam sehari.
2) Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, sedikit sekali
yang tamat sekolah dasar)
3) Berasal dari keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum
urban, beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya)
4) Melakukan aktivitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada sektor
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
anak jalanan memiliki ciri-ciri kondisi tidak terurus, berada di jalanan
selama 3 sampai 24 jam, dan melakukan aktivitas ekonomi di jalanan
untuk menopang kebutuhan hidupnya.
c. Klasifikasi anak jalanan
Surbakti dalam Widagdo (2010 : 9) mengklasifikasikan anak
jalanan ke dalam tiga bentuk :
1) Children On The Street, yakni anak-anak yang yang menpunyai
kegiatan ekonomi di jalanan. Namun mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tua mereka.
2) Children Of The Street, yakni anak-anak yang berpartisipasi
penuh di jalan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa dari mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tua mereka akan tetapi frekuensi pertemuan mereka yang tidak menentu.
3) Children Fron Families Of The Street, yakni anak-anak yang
berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Biasanya anak-anak dari kelompok ini mempunyai hubungan yang erat dengan keluarga mereka, namun karena mereka tergolong orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, maka dengan terpaksa mereka harus terombang-ambing dengan segala resiko yang ada.
Menurut Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (2000 : 61),
kelompok anak jalanan dapat diklasifikasikan ke dalam empat
kelompok, yaitu :
1) Kelompok anak yang hidup dan bekerja di jalanan
a) Menghabiskan seluruh waktunya di jalanan
b) Hidup dalam kelompok kecil atau perorangan
c) Tidur di ruang-ruang/cekungan perkotaan, misalnya seperti
terminal, emper toko, kolong jembatan dan pertokoan
d) Hubungan dengan orangtua biasanya sudah putus
e) Putus sekolah
f) Beberapa sebagai pemulung, ngamen, mengemis, semir
sepatu, kuli angkut barang
g) Berpindah-pindah
a) Hubungan dengan orangtua tetapi sudah tidak harmonis.
b) Sebagian besar dari mereka berasal dari daerah kumuh dan
daerah miskin perkotaan
c) Sebagian besar dari mereka telah putus sekolah dan sisanya
rawan untuk meninggalkan bangku sekolah
d) Rata-rata pulang setiap hari atau seminggu sekali kerumah
e) Bekerja sebagai pengemis, pengamen di perempatan, kernet,
asongan koran, dan ojek payung
3) Kelompok anak jalanan yang bekerja dijalanan dan pulang ke
desanya antara 1 hingga 3 bulan sekali
a) Bekerja dijalanan sebagai pedagang asongan, menjual
makanan keliling, kuli angkut barang
b) Hidup berkelompok bersama dengan orang-orang yang
berasal dari satu daerah dengan cara mengontrak rumah atau tinggal di sarana-sarana umum seperti masjd atau tempat ibadah
c) Pulang antara kurun waktu 1 bulan hingga 3 bulan sekali
d) Ikut membiayai keluarga didesanya
e) Putus sekolah
4) Anak remaja jalanan yang bermasalah
a) Menghabiskan sebagian besar waktnya dijalanan
b) Sebagian besar sudah putus sekolah
c) Terlibat masalah narkotika dan obat-obatan lainnya
d) Sebagain besar dari mereka melakukan pergaulan seks bebas
pada beberapa anak perempuan mengalami kehamilan dan mereka rawan untuk terlibat prostitusi
e) Berawal dari keluarga yang tidak harmonis
Klasifikasi anak jalanan tersebut tentunya tidak dapat dijadikan
pengertian tunggal, karena sekarang muncul anak-anak punk, yang
identik dengan pakaian serba hitam namun perilaku anak punk yang
mengamen, mengemis dan mencari makan di jalan tidak dapat
dibedakan dengan anak jalannan pada umumnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
jalanan dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu anak jalanan
yang sepenuhnya bekerja di jalan dan tidak berkomunikasi dengan
berkomunikasi dengan keluarganya, dan anak jalanan yang
bermasalah.
d. Faktor penyebab munculnya anak jalanan
Pada dasarnya, anak jalanan mempunyai alasan atau penyebab
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Muhsin Kalida (2005:21)
menjelaskan bahwa secara umum ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi anak-anak turun ke jalanan.
1) Tingkat makro (Immediate Cause), yaitu faktor yang
berhubungan dengan keluarga. Pada tingkatan ini, anak turun ke jalan karena orang tua yang kurang memberi kasih sayang, dipaksa bekerja pada usia yang masih sangat belia, hingga alasan yang sangat mendasar, yaitu diajak teman.
2) Tingkat meso (Underlaying Cause), yaitu faktor lingkunga:n
masyarakat sekitar. Masyarakat cenderung memberikan efek langsung pada perkembangan anak karena anak hidup pada lingkungan massyarakat dimana dalam satu kesatuan masyarakat tersebut terdapat beragam kondisi yang memungkinkan anak terlibat langsung didalamnya.
3) Tingkat mikro (Basic Cause), yaitu berhubungan dengan faktor
informal misalnya ekonomi. Sektor ini menjadi pertimbangan mereka nyang tidak selalu membutuhkan modal atua ketrampilan yang besar. Mereka mempunyai latar belakang yang berbeda sebelum terjun dan bekerja di jalanan, sehinggga sering mendapat julukan anak seribu masalah.
Hasil penelitian Hening Budyawati, dkk menyebutkan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalan adalah :
1) Kekerasan dalam keluarga
Kurang harmonisnya keluarga sering berakhir dengan kekerasan. Adanya tindak kekerasan dan penganiayaan pada anak serta perlakuan yang salah dari orangtua terhadap anak menyebabkan anak tidak betah sehinggga memilih lari dari rumah.
2) Dorongan keluarga
anak yang dijadikan unit produksi dengan alih menutupi kebutuhan dan meringankan beban ekonomi keluarga
3) Ingin bebas
Adanya aturan yang dibuat oleh keluarga terkadang sering membuat anak tidak nyaman sehingga anak merasa terkekang. Adanya keinginan ingin bebas dan hidup tanpa diatur oleh orangtua mendorong anak untuk berontak. Awalnya sehari dua hari mereka tidak pulang tetapi lama-kelamaan mereka betah hidup dijalan.
4) Ingin memiliki uang sendiri
Kebiasaan anak yang sering jajan membuat orangtua merasa kewalahan. Ketika oangtua sering tidak memberi anak mereka uang untuk jajan, maka anak akan berpikir bagaimana caranya anak tersebut bias jajan. Keinginan memiliki uang sendiri membuat anak memilih mencari uang dengan cara instan.
5) Pengaruh teman
Teman disini bias berarti teman sekitar lingkunga tempat tinggal atau teman sekolah yang pernah melakukan kegiatan di jalan. Awalnya mereka mungkin hanya menonton saja ketika diajak atau mengikuti temannya, namun secara perlahan anak mulai tertarik untuk ikut terlibat dalam kegiatan di jalan karena melihat temannya dapat menghasilkan uang. Pengaruh tman akan berdampak besar ketika pihak keluarga atau komunitas sekitar tiak memiliki kepedulian terhadap anak di jalanan. (Odi Salahudin, 2000 : 11)
Selain faktor diatas, terdapat faktor lain yang mendasari
anak-anak turun ke jalanan.
1) faktor perekonomian keluarga. Kondisi keluarga yang miskin
serta semakin besarnya kebutuhan yang ditanggung oleh kepala
keluarga memaksa anak untuk membantu mengatasi kondisi
ekonomi keluarga. Akibatnya anak terpaksa putus sekolah dan
turun ke jalan sebagai pengamen, pengemis, dan lain-lain.
2) kurang harmonisnya keluarga (dis-fungsi keluarga) sehingga
sering berakhir dengan berbagai kekerasan dan penganiayaan
orangtua terhadap anak menyebabkan anak tidak betah sehingga
memilih lari dari rumah.
3) Ikut-ikutan teman, teman disini bisa berarti teman sekitar
lingkungan tempat tinggal atau teman-teman sekolah yang pernah
melakukan kegiatan di jalan. Awalnya mereka mungkin hanya
menonton saja ketika diajak atau mengikuti temannya,namun
secara perlahan anak mulai tertarik untuk ikut terlibat dalam
kegiatan di jalanan ketika mengetahui temannya bisa
menghasilkan uang. Pengaruh .teman akan berdampak semakin
besar ketika pihak keluarga atau komunitas sekitar tidak memiliki
kepedulian terhadap anak di jalanan.
Uraian diatas menjadi dasar bahwa keberadaan anak jalanan
dapat dilatarbelakangi oleh keadaan keluarga yang tidak harmonis,
pemenuhan kebutuhan hidup yang sulit, serta kemiskinan yang
mengakibatkan anak harus turun dan bekerja menjadi anak jalanan.
3. Kajian tentang Rumah Singgah
a. Definisi rumah singgah
Kalida (2005:89) mendefinisikan rumah singgah sebagai
wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan
dengan pihak yang akan membantu mereka. Sedangkan menurut
Departemen Sosial (2000 : 96), rumah singgah merupakan proses
jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di mayarakat
setempat.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rumah
singgah adalah tempat resosialisasi yang disediakan oleh pihak-pihak
tertentu yang nantinya dapat digunakan oleh anak jalanan untuk
berlindung dan utamanya belajar tentang nilai dan norma yang ada di
masyarakat. Rumah singgah sianggap sebagai dasar dari berbagai
tahap yang diadakan untuk anak agar memperoleh pelayanan
selanjutnya. Oleh karena itu penting kiranya pendirian rumah singgah
sebagai tempat yang aman, nyaman, dan menarik bagi anak jalanan.
b. Tujuan Rumah Singgah
Rumah singgah memiliki dua tujuan, secara umum dan khusus.
Secara umum rumah singgah dibentuk dengan tujuan membantu anak
jalanan mengatasi masalah-masalahnya serta menemukan alternatif
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut Widagdo
(2010:31) secara khusus rumah singgah mempunyai tujuan yaitu :
1) Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan
nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
2) Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan
atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan.
3) Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan
kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.
Menurut Departemen Sosial (2000 : 96-97), peran dan fungsi
1) Tempat pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan dan mengkaji kebutuhan dan melaksanakan kegiatan.
2) Tempat untuk mengkaji kebutuhan dan masalah anak serta
menyediakan rujukan untuk pelayanan lanjutan.
3) Perantara anak jalanan dengan keluarga, panti, keluarga
pengganti, dan lembaga lainnya
4) Perlindungan bagi anak dari kekerasan dan penyalahgunaan
narkoba dan seks bebas
5) Pusat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan
anak jalanan
6) Mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak dimana para
pekerja sosial diharapkan mampu mengatasi permasalahan anak jalanan dan membetulkan sikap dan perilaku sehari-hari yang akhirnya akan mampu menumbuhkan keberfungsisosialan anak.
7) Jalur masuk berbagai pelayanan sosial dimana pekerja sosial
membantu anak mencapai pelayanan tersebut
8) Pengenalan norma dan nilai pada anak
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
rumah singgah adalah untuk membantu anak jalanan mengatasi
masalah-masalahnya serta menemukan alternatif untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain itu rumah singgah juga bertujuan untuk :
1) Mempertemukan anak jalanan dengan pekerja sosial untuk
mengkaji permasalahan dan kebutuhan anak jalanan serta memberikan solusi pelayanan bagi anak jalanan
2) Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan
atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan
3) Perlindungan bagi anak dari kekerasan dan penyalahgunaan
narkoba dan seks bebas
4) Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan
kebutuhan anak.
c. Tahap-tahap Pelayanan Rumah Singgah
Tahapan pelayanan yang diberikan oleh rumah singgah pada
anak jalanan dijelaskan secara rinci oleh Departemen Sosial (2000 :
1) Tahap I, outreach atau penjangkauan. Pelayanan yang diberikan meliputi kunjungan lapangan, pemeliharaan hubungan, pembentukan kelompok, konseling, advokasi, dan mendampingi anak.
2) Tahap II, problem atau assessment. Kemudian pihak rumah
singgah memberikan pelayanan berupa induksi peranan, pengisian file anak, dan monitoring kemajuan anak.
3) Tahap III, persiapan pemberdayaan. Pelayanan yang diberikan
berupa resosialisasi, bimbingan social, penyuluhan, game dan rekreasi, reunifikasi.
4) Tahap IV, pemberdayaan. Pelayanan yang diberikan meliputi
pemberdayaan anak, beasiswa, modal usaha, vocational training,
orangtua, modal usaha.
5) Tahap V, terminasi. Dari pelayanan yang diberikan pihak rumah
singgah, diharapkan anak dapat mandiri, produktif, alih kerja,
menyatu dengan keluarga, boarding house/panti, income
generating (ortu)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rumah singgah
memang berperan aktif terhadap kehidupan anak jalanan. Rumah
singgah berfungsi ganda dalam menangani anak jalanan, baik fungsi
resosialisasi maupun fungsi kuratif. Rumah singgah diharapkan
mampu mengembalikan fungsi sosial anak, melalui tahap-tahap yang
dibuat oleh manajemen rumah singgah. Lokasi rumah singgah yang
sengaja dibuat di tengah-tengah lingkungan massyarakat sebagai upaya
mengenalkan kembali norma dan nilai yang ada di masyarakat bagi
anak jalanan.
4. Kajian tentang Pendidikan Nonformal dalam Pemberdayaan Anak
Jalanan
a. Definisi Pendidikan Nonformal
Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat
mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia hidup. Secara
mendasar pendidikan formal, informal dan nonformal merupakan
sebuah konsep pendidikan dalam rangka pendidikan sepanjang hayat
dan belajar sepanjang hayat. Pendidikan nonformal merupakan sebuah
layanan pendidikan alternatif bagi masyarakat yang tidak dibatasi
dengan waktu, usia, jenis kelamin, ras (suku dan keturunan), kondisi
sosial budaya, ekonomi, agama dan lain-lain.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (1) disebutkan
bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Menurut H.M. Saleh Marzuki (2012: 137), yang dimaksud
dengan pendidikan nonformal adalah :
“proses belajar yang terjadi secara terorganisasi di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula.”
Sedangkan Mustofa Kamil dalam bukunya yang berjudul
Pendidikan Nonformal (Pengembangan Melalui PKBM di Indonesia)
(2009: 14) menjelaskan bahwa :
kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran didik, sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan dalam pendidikan nonformal.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan nonformal adalah proses belajar yang terjadi secara
terorganisasi di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal. Pendidikan nonformal dalam proses
penyelenggaraannya memiliki suatu sistem yang terlembagakan yang
tidak dapat dipisahkan dalam pendidikan nonformal.
b. Peran dan Fungsi Pendidikan Nonformal
Pentingnya peran pendidikan nonformal di masyarakat bisa di
analisis dari jenis kebutuhan yang beragam. Pendidikan nonformal
memiliki peran mendasar dalam rangka membangun kemampuan
dasar masyarakat (sasaran didiknya), terutama dalam implementasi
belajar sepanjang hayat.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (2) disebutkan
bahwa pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
Peran dan fungsi di atas dapat direalisasikan dengan
memberikan layanan belajar kepada masyarakat yang belum memiliki
kemampuan-kemampuan dasar seperti kemampuan membaca. Selain
itu dapat juga dilakukan dengan memberikan layanan belajar yang
bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik ke jenjang lebih tinggi.
c. Bentuk-bentuk Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal meliputi 7 (tujuh) ranah kerja yang
dilakssanakan untuk mendukung program pendidikan di Indonesia.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), dijelaskan
bahwa :
“pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan keseteraan, serta pendidikan lain yang ditujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.”
Berikut ini penjelasan dari masing-masing ranah kerja
pendidikan nonformal :
1) Pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan
yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial,
kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja
dikembangkan secara bervariasi dan tergantung pada kebutuhan
peserta didik atau warga belajar.
2) Pendidikan anak usia dini
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu ranah kerja
pendidikan nonformal. Program pendidikan anak usia dini ini
diselenggarakan bagi anak sejak usia lahir sampai dengan enam
tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti
pendidikan dasar.
Alasan dasar mengapa program ini dikembangkan karena
sampai saat ini perhatian terhadap pendidikan anak usia dini
masih sangat rendah. Padahal konsep pembangunan sumber daya
manusia justru dimulai sejak masa usia dini (Mustofa Kamil,
2009: 95). Oleh karena itu, ada kewajiban untuk mengembangkan
program pendidikan anak usia dini melalui pendidikan nonformal.
3) Pendidikan kepemudaan
Pendidikan kepemudaan adalah pendidikan yang
diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa,
seperti organisasi pemuda, pendidikan kepanduan/kepramukaan,
keolahragaan, palang merah, pelatihan, kepemimpinan, pecinta
alam, serta kewirausahaan.
4) Pendidikan pemberdayaan perempuan
Pendidikan pemberdayaan perempuan adalah pendidikan
pendidikan pemberdayaan perempuan ini dapat dilaksanakan
melalui kelompok-kelompok perempuan, seperti PKK,
darmawanita, dasawisma, dan lain-lain.
5) Pendidikan keaksaraan
Salah satu bidang atau program pendidikan nonformal adalah
program pendidikan keaksaraan fungsional. Program ini bertujuan
membelajarkan masyarakat (warga belajar) agar dapat
memanfaatkan kemampuan dasar baca, tulis, hitung dan
kemampuan fungsionalnya dalam kehidupan sehari-hari (Mustofa
Kamil, 2009: 93). Program keaksaraan fungsional merupakan
wahana pembelajaran untuk kelompok sasaran buta aksara, baik
karena alasan tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah ataupun
yang putus sekolah.
6) Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja dilaksanakan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja. Pelatihan merupakan salah satu bentuk
pendidikan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan, keterampilan, standar
kompetensi, dan pengembangan sikap kewirausahaan.
Melalui program pendidikan Pendidikan keterampilan dan
(masyarakat) dalam mengembangkan berusaha atau dalam
mengembangkan jiwa wirausaha akan mudah tercapai.
7) Pendidikan kesetaraan
Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal
yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup kejar paket A setara
SD/MI, kejar paket B setara SMP/MTs, dan kejar paket C setara
SMP/MA.
Program kesetaraan merupakan program yang sangat vital
dalam menjawab permasalahan rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan kesetaraan dapat dilaksanakan pada stuan
pendidikan nonformal, seperti lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar serta satuan pendidikan yang sejenis.
d. Pendidikan Nonformal dalam Pemberdayaan Anak Jalanan
Kontribusi pendidikan nonformal dalam pemberdayaan secara
lebih jelas dapat dilihat dari definisi dan hakekat peran pendidikan
nonformal itu sendiri. Kindervatter memberi peran secara jelas tentang
pendidikan nonformal dalam rangka proses pemberdayaan, peran
pendidikan nonformal tidak saja mengubah individu, tetapi juga
kelompok, organisasi dan masyarakat. Peran pendidikan nonformal
sebagai proses pemberdayaan di dalamnya meliputi peningkatan dan
perubahan sumberdaya manusia sehingga mampu membangun
Pendidikan harus memiliki spektrum yang luas, baik konten
maupun bentuknya. Konten punya rentangan yang luas, mulai dari
pengetahuan dasar sampai dengan riset, dari latihan keterampilan
sampai dengan skills produksi yang canggih. Sedangkan bentuk dapat
beragam mulai dari sekolah sampai dengan yang spesifik seperti yang
terdapat pada pendidikan nonformal, dari yang sederhana keaksaraan
sampai dengan post graduate atau specialist (H.M. Saleh Marzuki,
2012: 89).
Pemberdayaan merupakan kegiatan pendidikan untuk
menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah diyakini. Dengan
perkataan lain, dalam pemberdayaan, masyarakat dididik untuk
menerapkan setiap inovasi (informasi baru) yang telah diuji
kebenarannya dan telah diyakini akan dapat memberikan manfaat
(ekonomi maupun non ekonomi) bagi perbaikan kesejahteraannya
(Totok dan Poerwoko, 2012: 101).
Kegiatan pendidikan nonformal untuk pemberdayaan anak
jalanan bertujuan agar anak-anak jalanan mendapatkan bentuk
pendidikan selain pendidikan di sekolah formal berupa pelatihan atau
pendidikan kesetaraan. Tujuan pendidikan nonformal dalam
memberdayakan anak jalanan yaitu untuk meningkatkan dan merubah
sumberdaya manusia sehingga mampu membangun masyarakat dan
B. Penelitian yang relevan
1. Hasil penelitian Fransisca Nugraheny tirtaningtyas mengenai
Pemberdayaan anak jalanan(Penelitian Deskriptif Pada LSM Rumah
Impian Kalasan)
Hasil penelitian menunjukkan Pemberdayaan anak jalanan di LSM Rumah
Impian dengan menggunakan strategi pemberdayaan partisipatif yaitu
pendamping/relawan turun langsung ke jalan, melaksanakan
pemberdayaan belajar yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak
jalanan akan pentingnya pendidikan, dan mengadakan tindak lanjut berupa
mengembalikan anak jalanan ke sekolah dengan memberikan beasiswa
pendidikan, mengembalikan anak jalanan kepada orang tuanya dengan
pihak LSM Rumah Impian sebagai mediator, dan memfasilitasi pelatihan
keterampilan bagi anak jalanan yang sungguh-sungguh dan memiliki
minat tinggi untuk bekerja dan mandiri.
2. Hasil Penelitian dari Mursyid Itsnaini mengenai pemberdayaan Anak
Jalanan Oleh Rumah Singgah Kawah di Kelurahan Klitren Gondokusuman
Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa anak jalanan yang ada di Rumah
Singgah Kawah Kelurahan Klitren Gondokusuman Yogyakarta
diberdayakan melalui kegiatan-kegiatan keterampilan yang akhirnya bisa
C. Kerangka Berpikir
Persoalan kemiskinan di Indonesia semakin mengkhawatirkan banyak
pihak. Kemiskinan disebabkan karena rendahnya tingkat pendapatan serta
pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan ini mengakibatkan sebagian besar
masyarakat tidak mampu menjangkau sejumlah lapangan kerja yang
disediakan pemerintah sehingga menyebabkan tingkat pendapatan mereka
menjadi rendah. Kondisi seperti ini menuntut kepala keluarga untuk
mempekerjakan anggota keluarga mereka, termasuk anak-anak. Anak-anak
yang notabenenya belum memiliki pendidikan yang cukup membuat mereka
bekerja di sektor informal, misalnya mnegemis, mengamen, pedangang
asongan, dan lain-lain. Banyaknya anak-anak yang turun dan bekerja di jalan
menimbulkan permasalahan anak jalanan. Anak yang hidup di jalan rentan
terhadap tindak kekerasan fisik dan psikis.
Pemerintah telah berupaya menangani permasalahan anak jalanan. Sesuai
dengan Perda Provinsi DIY nomer 6 tahun 2011 tentang Perlindungan Anak
Yang Hidup Di Jalan pasal 6 ayat 1 yaitu usaha pemerintah mengentaskan
anak dari kehidupan di jalan. Upaya pemerintah tersebut antara lain pendirian
rumah singgah. Salah satu rumah singgah di DIY adalah Girlan Nusantara.
Melalui rumah singgahGirlan Nusantara, anak jalanan akan diberdayakan
melalui pelatihan ketrampilan, modal usaha yang nantinya diharapkan anak
akan mandiri dan produktif sehingga tidak perlu lagi bekerja di jalanan.
Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas , maka dapat dibuat bagan
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka diajukan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apa faktor penyebab seseorang menjadi anak jalanan?
a. Apa faktor internal penyebab seseorang menjadi anak jalanan?
b. Apa faktor eksternal penyebab seseorang menjadi anak jalanan?
2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan rumah singgah Girlan
Nusantara dalam memberdayakan anak jalanan?
a. Apa saja bentuk kegiatan yang dilakukan Rumah Singgah Girlan
Nusantara dalam memberdayakan anak jalanan?
b. Pendekatan apa yang dilakukan Rumah Singgah Girlan Nusantara
dalam memberdayakan anak jalanan? Pengangguran (disebabkan rendahnya
pendidikan)
Kemiskinan Anak turun ke
jalan
Rentan tindak kekerasan fisik
dan psikis Pemberdayaan anak jalanan di
rumah singgah Girlan Nusantara
Pelaksanaan pemberdayaan (melalui ketrampilan dan modal usaha)
c. Apa manfaat kegiatan yang yang dilakukan Rumah Singgah Girlan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif, karena peneliti ingin mengungkapkan fenomena anak
jalanan yang ada di rumah singgah Girlan Nusantara berdasarkan fakta yang
ada. Menurut Kirk dan Miller dalam Moleong (2011:4) penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental
tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
hubungannya dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam
peristilahannya.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif, di mana dalam penelitian deskriptif proses
penelitian lebih spesifik dan mendalam yang berhubungan dengan proses
penelitian. Dengan metode ini, peneliti menjabarkan tentang kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan pihak rumah singgah Girlan Nusantara.
Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran umum tentang pemberdayaan
anak jalanan yang dilakukan pihak rumah singgah Girlan Nusantara.
Dalam penelitian kualitatif, kedudukan peneliti adalah sebagai
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 2009:168). Oleh karena
itu, peneliti lebih aktif ikut terjun langsung dan berpartisipasi dalam kegiatan
B. Setting
Setting dalam penelitian ini adalah di Rumah Singgah tempat kagiatan
pemberdayaan anak jalanan berlangsung dan di jalanan tempat anak jalanan
melakukan aktivitas bekerja sebagai pengamen, pengasong, penyemir sepatu,
dan lain-lain.
Sedangkan alasan penulis memilih lokasi penelitian di rumah singgah
Girlan Nusantara yang terletak di kecamatan Prambanan Sleman adalah :
1. Anak jalanan dan pihak rumah singgah Girlan Nusantara yang sangat
terbuka sehingga peneliti dapat dengan mudah memperoleh informasi.
2. Karena rumah singgah Girlan Nusantara tersebut adalah salah satu
binaan Deparrtemen Sosial Dan Tenaga Kerja Sleman yang masih aktif
sampai sekarang.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang bias memberikan
informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. Apabila subyek
penelitian terbatas dan masih dalam jangkauan sumber daya, maka dapat
dilakukan studi populasi, yaitu mempelajari seluruh subyek secara langsung.
Dalam menentukan subyek penelitian, peneliti menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono, (2011: 85) teknik purposive
sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Disini peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil. Teknik ini
digunakan karena peneliti menganggap bahwa unsur-unsur mengenai
tidak secara acak tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti sesuai dengan tujuan
penelitian yang ditentukan.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil subyek penelitian yaitu
pengelola Rumah Singgah Girlan Nusantara dan anak jalanan yang mengikuti
program pemberdayaan di Rumah Singgah
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting. Sesuai
dengan karakteristik yang diperlukan untuk penelitian ini maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Observasi akan lebih efektif jika informasi yang akan diambil
berupa kondisi alami responden, tingkah laku alami dan hasil kerja
responden (Sukardi, 2008 : 56)
Pada penelitian inipeneliti menggunakan observasi non participan
atau hanya pengamatan, dengan maksud mengamati langsung mengenai
objek yang diteliti yang meliputi kegiatan pemberdayaan yang
diselenggarakan rumah singgah Girlan Nuantara Prambanan Sleman
selama kegiatan berlangsung dan bentuk-bentuk kegitan
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara
berstrukur, Yaitu wawancara dimana peneliti ketika melaksanakan tatap
muka dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu (Sukardi, 2008 : 59) teknik wawancara ini
digunakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan pemberdayaan
anak jalanan di Rumah Singgah Girlan Nusantara. Wawancara ini
dilakukan dengan pihak yang terkait langsung yaitu pengurus Rumah
Singgah dan anak jalanan binaan Rumah Singgah Girlan Nusantara
Prambanan Sleman.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,
arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan yang dilakukan oleh pihak rumah
singgah Girlan Nusantara dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti
ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang lebih dalam tentang
kegiatan apa saja yang telah dilakukan pada masa lalu.
Dokumentasi dilakukan untuk mendukung kelengkapan data dari
penelitian ini adalah data anak yang mengikuti kegiatan pemberdayaan,
foto kegiatan, struktur organisasi dan dokumen-dokumen lain yang
mendukung dan berkaitan langsung dengan penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dalam
penelitian atau alat penelitian (Moleong, 2000). Instrumen penelitian
memegang peranan penting dalam usaha memperoleh informasi yang akurat.
Tanpa instrumen yang baik, maka tujuan penelitian tidak akan tercapai.
Dalam penelitian ini instrumen utama yaitu peneliti sendiri, dengan
berpegang pada pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi.
Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan penelitian akan sesuai dengan
permasalahan yang hendak diteliti sehingga tujuan penelitian akan tercapai.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Display data
Dalam penelitian kualitatif, biasanya data berupa uraian desktriptif
yang sangat panjang,. maka data disajikan secara ringkas untuk lebih
mudah pemahaman
2. Reduksi data
Reduksi data adalah pemilihan hal-hal yang dianggap pokok dan
sesuai dengan masalah. Data-data yang telah dimasukkan ke dalam
klasifikasi tertentu akan mempermudah pemahaman serta memberikan
gambaran yang jelas.
3. Penarikan kesimpulan
Kegiatan analisis yang terakhir adalah proses penarikan kesimpulan.
Dalam tahap ini, peneliti harus mampu memaknai data dan kemudian
membuatnya ke dalam pernyataan singkat agar mudah dipahami.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa análisis data adalah
proses pengorganisaian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ke
dalam bentuk yang sederhana sehingga mudah dipahami.
G. Keabsahan Data
Agar hasil penelitian benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dari
segala segi, maka diperlukan adanya keabsahan dari data yang diperoleh.
Untuk menentukan sah dan tidaknya data yang ada, maka diperlukan teknik
menggunakan teknik trianggulasi sumber data. Tujuan dari teknik ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana temuan-temuan lapangan benar0-benar
representatif. Menurut Moleong (2000 : 178), teknik trianggulasi sumber data
yaitu peneliti menggunakan check-recheck, cross-recheck antar sumber
informasi satu dengan yang lainnya.
Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi
dengan sumber data yang berbeda, yang tersedia di lapangan. Trianggulasi
sumber data dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek informasi
atau data yang diperoleh dari:
1. Wawancara dengan hasil observasi, demikian pula sebaliknya.
2. Membandingkan apa yang dikatakan pengelola rumah singgah dengan
anak jalanan tentang pelaksanaan pemberdayaan yang sedang dilakukan
3. Membandingkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang
berkaitan dengan topik permasalahan.
4. Melakukan pengecekan data dengan pihak pengelola rumah singgah.
Dengan demikian tujuan akhir dari trianggulasi adalah dapat
membandingkan informasi tentang hal yang sama, yang diperoleh dari
beberapa pihak agar ada jaminan kepercayaan data damn menghindari
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Rumah Singgah Girlan Nusantara
Rumah Singgah Girlan Nusantara terletak di Jalan Prambanan
Piyungan (Barat Pasar Prambanan) No. 06 RT 04/07 Ledoksari,
Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Dusun ledoksari merupakan
salah satu dari 16 desa yang ada di kecamatan Prambanan. Luas wilayah
Kecamatan Prambanan 24,43 km² dengan kepadatan 1.711 per km².
wilayah Prambanan terdiri dari 16 desa.
Rumah Singgah Girlan Nusantara terletak di lokasi yang strategis, di
tepi Jalan Jogja Solo, tepatnya berada di depan Pasar Prambanan. karena
lokasinya yang terletak di tepi jalan raya dan mudah dijangkau dengan
kendaraan umum memudahkan anak jalanan untuk melakukan akses ke
Rumah Singgah Girlan Nusantara, terutama anak jalanan yang berasal dari
luar wilayah Yogyakarta.
Bangunan Rumah Singgah Girlan Nusantara terdiri dari ruang
kantor sebagai ruang administrasi, ruang komputer, shelter tempat usaha,
mushola + ruang serba guna, ruang belajar, ruang TBM, ruang kesenian,
dan tanah seluas 300m. Potensi Rumah Singgah Girlan Nusantara dengan
sarana prasarananya yang relatif lengkap, dengan ruang belajar bagi anak
jalananyang terpisah dengan ruang administrasi. Pengadaan sarana dan
Selain itu untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan harian
perlu dipersiapkan buku-buku administrasi maupun buku pembelajaran
yang digunakan dalm proses pembelajaran di SPLK. Buku-buku
administrasi yang diperlukan meliputi: buku tamu, presensi pengurus
Girlan Nusantara, program kerja, dan jurnal kegiatan baik yang telah
dilaksanakan maupun yang baru direncanakan, dan lain-lain. Sedangkan
buku penunjang pembelajaran di SPLK merujuk pada buku-buku pelajaran
dari tingkat SD hingga SMP.
2. Deskripsi Lembaga Rumah Singgah Girlan Nusantara
Rumah singgah adalah tempat resosialisasi yang disediakan oleh
pihak-pihak tertentu yang nantinya dapat digunakan oleh anak jalanan
untuk berlindung dan utamanya belajar tentang nilai dan norma yang ada
di masyarakat. Rumah singgah sianggap sebagai dasar dari berbagai tahap
yang diadakan untuk anak agar memperoleh pelayanan selanjutnya.
a. Profil Rumah Singgah Anak Jalanan Girlan Nusantara
Nama lembaga : Rumah Singgah Anak Jalanan Girlan Nusantara
Alamat lengkap : Jln. Prambanan Piyungan No. 06 RT 04/07 Dusun
Ledoksari, Bokoharjo, Prambanan, Sleman
b. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Anak Jalanan Girlan Nusantara
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam kegiatan
wawancara serta dokumentasi diperoleh data bahwa Rumah Singgah
Girlan Nusantara berdiri pada tanggal 29 Agustus 1993. Rumah
Kabupaten Sleman ini muncul dilatarbelakangi oleh keprihatinan bapak
Priyono, SH, seorang lulusan fakultas hukum Universitas Gadjah Mada,
yang peduli terhadap kaum marginal yang notabenenya sangat lemah
dilihat dari aspek ekonomi, pendidikan, maupun kesehatannya.
Meskipun Rumah Singgah Girlan Nusantara telah berdiri sejak tahun
1993, namun status hukumnya baru diresmikan setelah dikeluarkannya
Akta Notaris No.14 pada tanggal 9 maret 1999.
Nama Girlan sendiri di ambil dari singkatan kata Pinggir Jalan.
Sedangkan ‘Nusantara’ diharapkan Rumah Singgah ini didirikan
dengan tujuan untuk mengayomi anak jalanan dari wilayah mana saja
yang ingin menetap atau hanya sekedar singgah saja. Rumah Singgah
Girlan Nusantara merupakan tempat berkumpulnya anak-anak jalanan,
baik dari wilayah Prambanan maupun dari luar kota Yogyakarta.
Berdirinya Rumah Singgah Girlan Nusantara ini dijadikan motor untuk
mengadakan kegiatan pemberdayaan anak jalanan.
c. Visi dan Misi Rumah Singgah Girlan Nusantara
1) Visi Rumah Singgah Girlan Nusantara
Bersama dengan masyarakat dan pemerintah bekerja sama dalam
meningkatkan kesejahteraan di bidang sosial, kesehatan, dan
pendidikan, serta pengentasan kaum marginal.
a) Merubah pandangan masyarakat terhadap kaum marginal dari
pandangan yang negatif (negative thinking) menjadi positif
(positive thinking).
b) Memberikan pendidikan kesetaraan dan keaksaraan atau
kegiatan belajar mengajar dan pendidikan vokasional atau
ketrampilan sebagai penunjang kecakapan hidup.
c) Meningkatkan SDM kaum marginal melalui pemberdayaan.
d) Membuka kerja sama dengan lembaga pemerintah dan lembaga
lain dalam menangani masalah pendidikan, life skill,
pemberdayaan, dan kesehatan. .
e) Memberikan pelayanan yang lebih baik meskipun sebagai anak
jalanan, mereka merasa enjoy dan tidak merasa terbebani
dengan masalah yang sedang dihadapi oleh dirinya sendiri
ataupun orang tuanya.
d. Tujuan Rumah Singgah Girlan Nusantara
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data
tentang tujuan Rumah Singgah Girlan Nusantara antara lain :
1) Mengentaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan
peningkatan kesehatan, sumber daya masyarakat (SDM), serta
pemberdayaan bagi masyarakat yang tertindas.
2) Mendorong untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan
kaum marginal.
4) Rehabilitasi untuk anak jalanan, narkoba, HIV/AIDS, dan PSK
dengan pelatihan dan ketrampilan.
5) Memberikan advokasi hukum terhadap hak-hak kaum marginal.
6) Mengembalikan kaum marginal pada kehidupan masyarakat yang
normatif.
e. Kemitraan Rumah Singgah Rumah Singgah Girlan Nusantara
Wilayah kerja Rumah Singgah Girlan Nusantara ini meliputi
kecamatan Prambanan pada khususnya, juga melayani anak jalanan dari
kecamatan dari kabupaten lain serta dari luar wilayah Yogyakarta.
Lembaga mitra Rumah Singgah Girlan Nusantara adalah sebagai
berikut:
1) Dinas Sosial Kabupaten Sleman.
Kemitraan dengan Dinas Sosial lebih bersifat intens, artinya setiap
kegiatan Rumah Singgah pasti erat kaitannya dengan Dinas Sosial.
Misal dalam memperoleh anak jalanan.
2) PSPP Kalasan
Kemitraan dengan PSPP Kalasan dalam bentuk pembinaan
terhadap anak jalanan dalam rangka pemberdayaan.
3) BLK Kabupaten Sleman.
Kemitraan dalam hal rencana berbagai jenis program pendidikan
pelatihan dan ketrampilan yang akan dilaksanakan di Rumah
Singgah Girlan Nusantara yang belum bisa dilakukannya sendiri
4) ISI Yogyakarta
Kerjasama dan kemitraan dengan ISI Yogyakarta dilakukan dalam
bentuk kesenian, terutama kesenian Jathilan.
5) Rumah sakit di wilayah Prambanan
Kerjasama dilakukan dalam bidang kesehatan, dengan memberikan
rujukan bagi warga yang tidak mampu terutama dalam mengurus
administrasi ketika berada di rumah sakit.
3. Deskripsi Anak Jalanan di Rumah Singgah Girlan Nusantara
Dalam melakukan pemberdayaan terhadap anak jalanan di
Prambanan, Yayasan Girlan Nusantara mengkategorikan anak jalanan
menjadi tiga bagian, yaitu anak yang hidup di jalan, anak yang bekerja di
jalan, dan anak yang rentan hidup di jalan. Rumah Singgah Girlan
Nusantara mencatat sejak tahun 1993 hingga sekarang, jumlah anak
jalanan yang berna