• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi sosial anak jalanan di rumah singgah Master yayasan Bina Insan Mandiri Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interaksi sosial anak jalanan di rumah singgah Master yayasan Bina Insan Mandiri Depok"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Yustia Umamah

NIM: 1110015000007

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”. Skripsi. Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial antara anak jalanan dengan anak jalanan, anak jalanan dengan guru atau tutor dan anak jalanan dengan masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri yang terletak di Jalan Margonda Raya No.58 Pancoran Mas Terminal Terpadu Kota Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yakni mendeskripsikan tentang fenomena-fenomena yang ada. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa, pertama, bentuk-bentuk interaksi sosial anak jalanan dengan anak jalanan adalah bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif dan disosiatif yang meliputi kerja sama, akomodasi diantaranya (toleransi, mediasi ) dan pertikaian. kedua, bentuk interaksi sosial anak jalanan dengan guru atau tutor adalah bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif dalam bentuk kerja sama. Dan ketiga, interaksi sosial anak jalanan dengan masyarakat dalam bentuk kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang harus melibatkan anak-anak jalanan dengan masyarakat sekitarnya hanya pada waktu-waktu tertentu saja.

(7)

ii

ABSTRACT

Yustia Umamah, 1110015000007 "Social Interaction Street Children in Shelter Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok". Thesis. IPS Education Studies Program, Faculty of MT and Teaching, State Islamic University in Jakarta, 2015.

The purpose of this research is used for understanding the forms of social interaction between street children with street children, street children by teachers or tutors and their society. This Thesis is held in Master Shelter Home Yayasan Bina Insan Mandiri, located at Jalan Raya 58 Jewel Mas Margonda Integrated Terminal Depok. The method used in this research is descriptive qualitative, which describe the phenomena that exist. The data collection techniques using observation, interviews, and documentation.

Based on the results of the study found that : first, the forms of social interaction with the street children street children is a form of social interaction which is associative and dissociative which includes cooperation, including accommodation (tolerance, mediation) and contention. second, forms of social interaction street children with the teacher or tutor is a form of social interaction which is associative in the form of cooperation. And third, the social interaction with the community of street children in the form of cooperation in certain activities should involve street children in the surrounding community only at certain times only.

(8)

iii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata yang paling indah dan bermakna selain untaian kata syukur

kehadirat Allah SWT, atas berkat nikmat sehat, karunia serta ridho-Nya. Shalawat

dan salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat

bagi seluruh alam, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis

bersyukur karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

pendidikan (S.Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan

dorongan serta jasa dari seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya,MA , selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Iwan Purwanto M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Drs.

Syaripulloh selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

memberikan layanan akademik selama penulis menempuh perkuliahan.

3. Drs. Nurrochim M.M selaku dosen pembimbing skrispsi yang telah

memberikan motivasi dan meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk

membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh Bapak/Ibu dosen program studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

mendidik, mengajar, dan melatih dengan memberikan ilmu dan

pengetahuannya selama perkuliahan.

5. Kedua orang tua tercinta Mad Usin dan Atih yang tidak lelah mendidik penulis sampai saat ini, curahan kasih sayang yang tulus, do’a-do’a yang tiada henti mengalir, nasihat, motivasi serta dukungan moril maupun materil yang

selalu diberikan selama ini. Dan tak lupa keluarga tercinta, Adik-adiku, Kakek

dan Nenek tercinta H. Jahari dan Hj. Anoy, atas segala doa dan dukungannya

(9)

iv

7. Keluarga Terlalu Cantik Farida Hasanah, Muhammad Fakih S.Pd, Dara

Rahmita Dewi S.Pd, Desstia Loveacna, S.Pd, dan Lesehan koceku ( Mimih

dan Ayah).

8. Keluarga Ciwis Mutia Muqri,SS, Reni Cahaya Mufidah S.Pdi, Khairunnisa

S.Pdi, Amanah Khairiyah SS dan Siti Nadiyah S.Kep yang terus memberikan

motivasi dan kebersamaannya selama 12 Tahun ini.

9. Keluarga kece tercinta Nur Amalia S.Pd, Annisa Nur Afifah S.Pd, Amirah

Nasution S.Sos.I, Minda Wh Yassin S.Sos.I , yang terus saling memotivasi

dan atas kebersamaannya selama ini.

10. Teman-teman seperjuangan Penddidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2010, Sosiologi Antropologi 2010, ATK Fam’s, sahabat-sahabatku Novi Mela Yuliani, Irot Rosita, Diah Yuniardi, Nur Aini, Bunga Anzelia, Putri Ridhania,

Fitri Amalia Azzahro, Rizka Nurazizah, Prihartini, Nisrina Augustama, Wildati Auli Sya’bani, Ibnu Mustaqim serta Misbahudin. Atas kebersamaan dan canda tawa yang selalu tercipta selama masa perkuliahan.

11. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Bogor (Himabo), Himpunan

Mahasiswa Islam ( HMI) Komisariat Tarbiyah serta Himpunan Mahaswiwa

Jurusan IPS (HMJ-IPS) .

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga

seluruh kebaikan, jasa, dan doanya yang telah diberikan kepada penulis

menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang oleh Allah SWT di dunia dan

di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi khazanah ilmu pengetahuan.

Ciputat, 15 Januari 2015

Penulis

(10)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 9

(11)

vi

BAB II KAJIAN TEORI

A. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 11

2. Prinsip-Prinsip Dasar Interaksionalisme Simbolik a. Kemampuan untuk berfikir ... 15

b. Berpikir dan Berinteraksi ... 16

c. Pembelajaran Makna Simbol-simbol ... 16

d. Aksi dan Interaksi ... 16

e. Diri atau Self ... 17

f. Kelompok-kelompok dan Masyarakat ... 17

3. Ciri-ciri Interaksi Sosial ... 17

4. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 17

a. Adanya Kontak Sosial ... 18

b. Adanya Komunikasi ... 20

5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ... 24

a. Bentuk Proses Sosial Asosiatif ... 24

b. Bentuk Proses Sosial Disosiatif ... 28

B. Anak Jalanan 1. Pengertian Anak Jalanan ... 30

2. Faktor Penyebab Anak Jalanan ... 33

a. Tingkat Mikro ... 34

b. Tingkat Messo ... 34

c. Tingkat Makro ... 35

3. Karakteristik Anak Jalanan ... 36

a. Anak Jalanan Yang Hidup Di Jalanan ... 36

b. Anak Jalanan Yang Bekerja Di Jalanan ... 37

(12)

vii

4. Model Pembinaan Terhadap Anak Jalanan ... 42

a. Model Rumah Singgah ... 42

b. Model Mobil Sahabat Anak ... 42

c. Model Boarding House atau Pemondokan ... 43

C. Rumah Singgah 1. Pengertian Rumah Singgah ... 43

2. Tujuan Rumah Singgah ... 44

3. Fungsi Rumah Singgah ... 45

D. Penelitian Yang Relevan ... 47

E. Kerangka Berfikir... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

C. Metode Penelitian... 51

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 53

1. Data Primer ... 53

2. Data Sekunder ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

1. Observasi ... 54

2. Wawancara ... 55

3. Dokumentasi ... 56

F. Instrumen Penelitian... 56

G. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 59

H. Pengecekan Keabsahan Data... 60

(13)

viii

2. Visi dan Misi Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ... 68

3. Keadaan Guru dan Siswa ... 69

a. Keadaan Guru... 69

b. Keadaan Siswa ... 74

4. Kurikulum Pembelajaran ... 74

5. Sarana dan Prasarana... 76

6. Struktur Pengurus Yayasan Bina Insan Mandiri ... 79

B. Deskripsi Data a. Interaksi Sosial Anak Jalanan di Rumah Singgah Master ... 81

b. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Sesama Anak Jalanan ... 85

c. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Guru atau Tutor ... 91

d. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Masyarakat ... 94

di Sekitar Rumah Singgah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 98

B. IMPLIKASI ... 99

C. SARAN ... 100

DAFTAR PUSTAKA

(14)

ix

[image:14.595.115.513.205.592.2]

Tabel 2.1 Ciri Fisik dan Psikis Anak Jalanan ... 41

Tabel 2.2 Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan ... 44

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 52

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara Kepala Rumah Singgah... 59

Tabel 3.3 Instrumen Wawancara Guru atau Tutor ... 60

Tabel 3.4 Instrumen Wawancara Anak Jalanan ... 60

Tabel 3.5 Instrumen Wawancara Masyarakat ... 61

Tabel 4.1 Jumlah Guru atau Tutor di Rumah Singgah Master ... 72

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Tutor Rumah Singgah Master ... 73

Tabel 4.3 Jadwal Belajar PKBM di Rumah Singgah Master ... 79

(15)

x

Lampiran2 Hasil Kegiatan Observasi

Lampiran3 Instrumen Wawancara

Lampiran4 Hasil Wawancara

Lampiran5 Dokumentasi

Lampiran6 Data Responden

Lampiran7 Lembar Uji Referensi

Lampiran8 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas

Lampiran9 Surat Izin Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

(16)

1

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya manusia dilahirkan seorang diri, namun demikian

mengapa manusia harus hidup bermasyarakat? Karena manusia tanpa

manusia lainnya pasti akan mati karena pada dasarnya manusia adalah

makhluk sosial. Dari sejak lahir misalnya pada saat kita masih bayi harus

diajari makan, berjalan, berlari, bermain-main dan lain sebagainya. Sudah

terlihat jelas dari lahir pun manusia memang membutuhkan pertolongan

manusia lainnya, begitu pun ketika dewasa harus saling berhubungan

dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Soerjono Soekanto, “ketika dilahirkan, manusia diberikan dua hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu

dengan manusia lain disekelilingnya (yaitu masyarakat) dan Keinginan

untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya”.1 Untuk dapat

menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut,

manusia menggunakan fikiran, perasaan dan kehendaknya. Jadi, sejak

dalam kehidupan manusia di permukaan bumi ini, sebagai seorang

manusia yang normal dan berfikir pasti melaksanakan ikatan batin dengan

cara berhubungan satu dengan yang lainnya. Baik sejenis maupun lawan

jenis, kelompok dengan kelompok tetapi rasa ikatan dengan dasar

kekeluargaan itu pasti ada. Maka mereka itu akan hidup secara bersama

dan bekerjasama pula dalam mewujudkan cita-cita mereka.

Menurut Henry l Tischloer dalam Gatut Murniatmo, “interaksi

sosial terjadi akibat adanya tindakan seseorang yang berhubungan dengan

seseorang atau mempunyai tujuan-tujuan tertentu dengan

bermacam-macam motivasi atau alasan-alasan yang mendukung”.2 Adanya motivasi

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

1994), h.124 2

Salamun dan Taryati, Interaksi Sosial Penduduk Perumnas Condong Catur dengan

(17)

dan tujuan dalam melakukan interaksi antara individu dengan yang

lainnya, supaya tindakan dari interaksi yang dilakukan sesuai de ngan

tujuan yang akan dicapai oleh masing-masing individu tersebut.

Sedangkan Interaksi Sosial menurut Soerjono Soekanto adalah

“hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,

maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”.3 Interaksi

sosial sangat berguna untuk memperlihatkan dan mempelajari berbagai

masalah yang ada di masyarakat.

Menurut Syarbani Syarial, “suatu interaksi sosial dimungkinkan

terjadi karena dua hal yaitu, adanya kontak sosial (social-contact) dan komunikasi(communication)”.4 Kontak sosial pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok yang mempunyai makna bagi pelakunya

yang ditangkap oleh individu atau kelompok lain. Dan kontak sosial

merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik dan rohaniah. Kontak sosial

dapat bersifat primer (berjumpa face to face) dan dapat sekunder (berhubungan melalui media komunikasi, baik perantara orang maupun

media benda, surat kabar, televisi, radio). Komunikasi merupakan proses

pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau

lebih. Dengan komunikasi setiap individu dapat menyampaikan informasi,

opini, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap perbuatan dan sebagainya

kepada sesamanya secara timbal balik. Tanpa komunikasi tidak mungkin

terjadi proses interaksi sosial.

Menurut R Linton yang dikutip oleh Ishaq Isjoni, “jika manusia

hidup dan bekerjasama dengan manusia yang lainnya dalam kelompok dan

dalam waktu yang cukup lama, sehingga akhirnya mereka dapat

mengorganisasikan dirinya dan berfikir mengenai dirinya sebagai satuan

sosial yang mempunyai batas-batas tertentu. Maka kelompok itu menjadi

3

(18)

masyarakat”.5

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

masyarakat adalah “suatu kumpulan manusia dalam arti seluas-luasnya

dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama”.6 Maka

pada dasarnya masyarakat itu adalah hubungan manusia dengan manusia

yang lainnya. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya

saling melengkapi sesuai dengan tujuan dan motivasinya untuk melakukan

hubungan interaksi sosial tersebut.

Masyarakat merupakan sebuah fenomena kehidupan sosial yang

dinamis. Kedinamisan masyarakat itu sendiri yang menjadi sebuah entitas

majemuk yang terdiri dari berbagai macam golongan atau kelompok yang

masing-masing memiliki ciri-ciri atau identitas tersendiri. Ciri-ciri yang

dimiliki tiap-tiap kelompok tersebut dapat terlihat melalui berbagai hal

seperti atribut, kebiasaan, nilai, ritual yang muncul pada saat berinteraksi

di dalam lingkungan sosial.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjamin

kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan sosial

terhadap anak yang merupakan hak asasi manusia. Setiap anak berhak

mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan

berkembang dengan wajar baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak

mulia.

Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan anak-anak yang

terlantar yang hidup dijalanan. Fenomena anak yang berada di jalanan

semakin meningkat, terutama banyak ditemukan di kota-kota besar seperti

di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang ( Jabotabek) bukan hanya

dari aspek kuantitas tetapi aktivitas yang mereka lakukan. Peningkatan ini

bukan hanya saat Indonesia mengalami krisis tetapi beberapa tahun

sebelumnya juga sudah terlihat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,

diantara faktor kemiskinan, pendidikan dan keluarga.

5

Ishaq, isjoni, Masyarakat dan Perubahan Sosial, Uni press, h.07

6

(19)

Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

“Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia

mencapai 28,07 juta orang atau 11,37% dari jumlah penduduk di

Indonesia”.7 Kemiskinan mengakibatkan rendahnya daya beli, keluarga

miskin tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk memenuhi

kebutuhan sosial dasar, seperti pangan, kesehatan, dan pendidikan. Dengan

kata lain, keluarga miskin tidak mempunyai dana yang cukup untuk

membeli makanan, menyekolahkan anak dan memelihara serta

meningkatkan status kesehatannya. Dampak dari kemiskinan

menimbulkan berbagai masalah sosial. Kesejahteraan keluarga semakin

menurun sehingga menimbulkan banyak anak-anak yang terpisah dari

[image:19.595.111.514.125.614.2]

orang tuanya.

Gambar 1.1

Sumber: Data Susenas BPS8

7

Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2013 (Berita Resmi Statistik No. 47/07/Th. XVI, 1 Juli 2013), h. 1.

8

(20)

Berdasarkan tabel hasil survei Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS) Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2009

memperlihatkan bahwa jumlah anak terlantar secara nasional berjumlah

3.176.462 anak. Dua tahun kemudian, tahun 2011, angka tersebut

mengalami penurunan 60.685 anak menjadi 3.115.777 anak. Sedangkan

anak jalanan yang sudah di tampung di Lembaga Kesejahteraan Sosial

(LKS) berjumlah 10.126 anak dari 88 LKS. Pada tahun yang sama anak

yang tergolong rawan menjadi anak terlantar berjumlah 7.175.189 anak

dari populasi anak Indonesia yaitu 58.171.746 anak anak usia 6 - 18 tahun.

Sedangkan jumlah anak terlantar di DKI Jakarta tahun 2012

sebanyak 60.336 anak. Panti Sosial Asuhan Anak yang diselenggarakan

pemerintah maupun masyarakat berjumlah 30 panti dengan daya tampung

5.989 anak, sedangkan 54.347 anak belum tersentuh pelayanan pemerintah

maupun organisasi sosial atau LSM. Angka tersebut menunjukan bahwa

kualitas hidup anak kita memprihatinkan yang mengancam masa depan

mereka, padahal mereka adalah aset, investasi Sumber Daya Manusia dan

sekaligus tumpuan masa depan bangsa.

Pada umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang

ekonominya lemah, sehingga para orang tua tidak mampu untuk

menyekolahkan anak-anaknya. Selain itu juga dikarenakan oleh rendahnya

tingkat pendidikan dan tidak adanya kepedulian orang tua terhadap nasib

pendidikan anak-anaknya, sehingga banyak anak turun ke jalan untuk

membantu orang tuanya dalam mempertahankan hidup. Munculnya

fenomena anak jalanan ini merupakan bukti tidak terpenuhinya

perlindungan dan kebutuhan baik jasamani, rohani, maupun sosial yang

menjadi hak anak seperti yang tercantum dalam konvensi hak-hak anak

yang disadur dalam Undang-undang Perserikatan Bangsa-bangsa, yang

selanjutnya tertuang dalam Undang-Undang perlindungan anak Republik

Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945

(21)

terlantar dipelihara oleh Negara”.9

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Nurohim bahwa :

Anak jalanan ada yang tinggal di kota Depok, Bogor, Jakarta, Tangerang maupun Bekasi. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada juga anak jalanan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang sudah terpisah akan tetapi sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tidak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada yang tidak pernah mengenal sama sekali keluarganya.10

Oleh karena itu anak-anak jalanan yang tinggal di rumah singgah

Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok ini memiliki banyak latar

belakang keadaan yang membuat anak-anak jalanan memilih hidup

tinggal terpisah dari orang tuanya.

Menurut Abudin Nata, “keharmonisan keluarga antara Bapak dan Ibu mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku anak. Sekian banyak

penyakit moral anak : egois, anarkis, hilangnya rasa percaya diri,

sombong, dan tidak bertanggung jawab merupakan sumber awal dari

suasana kehidupan keluarga”.11

Perilaku anak jalanan selalu berada dalam

situasi rentan dalam segi perkembangan fisik, mental, sosial, bahkan

nyawa sekalipun. Melalui stimulasi tindakan kekerasan terus menerus,

terbentuklah sebuah nilai-nilai baru yang cenderung mengedepankan

kekerasan sebagai cara untuk mempertahakan hidup.

Di samping itu, anak jalanan dengan keunikan kerangka

budayanya, memiliki tindak komunikasi yang berbeda didalam

masyarakat. Perilaku sosial anak jalanan yang berada di masyarakat

terlihat dari cara komunikasi yang kasar, memaksa, brutal, tata cara bicara

9

Anak Jalanan dan Terlantar, Tanggung Jawab Siapa? Majalah Societa, ( Jakarta:

Kementrian Sosial RI edisi II/2011) h.7. 10

Hasil Wawancara dengan Nurrochim Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok 11

Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits,( Ciputat: UIN

(22)

yang buruk, gaya bahasa, pakaian yang tid12ak rapi, rambut yang di

warnai membuat masyarakat tidak senang dengan anak jalanan.

Dari kondisi tersebut, diperlukan suatu tempat atau lembaga untuk

menampung dan memberikan pemenuhan kebutuhan pendidikan. Dalam

khasanah penanganan anak jalanan dikenal dengan tiga pendekatan, yakni

street based (berpusat di jalanan), centre based (berpusat dipanti), dan community based (berpusat di masyarakat). Setiap pendekatan tersebut mempunyai ciri khas dari segi pelayanan, strategi, dan sasaran

programnya”.

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk penanganan anak

jalanan yaitu pendekatan centre based (berpusat dipanti) dalam bentuk rumah singgah. Rumah singgah merupakan Lembaga Sosial Masyarakat

yang memberikan solusi alternatif dengan memberikan pelayanan sosial

kepada anak-anak yang kurang beruntung. Dimana bagi mereka disediakan

rumah penampungan dan pendidikan yang berfungsi sebagai tempat

bernaung dan media pendidikan non formal yang dapat membawa

perubahan bagi anak jalanan. Selain itu mempertahankan kemampuan

anak dimana penanganannya berdasarkan aspirasi dan potensi yang

dimiliki anak. Para pekerja sosial dalam bekerja lebih banyak berprinsip

pertemanan dalam pendampingan yang sejajar sebagai seorang sahabat.

Penyediaan rumah singgah merupakan upaya agar hak-hak anak dari para

anak jalanan dapat terpenuhi.

Upaya penanganan anak jalanan melalui Rumah Singgah di Kota

Depok khususnya yang dilakukan Rumah Singgah Master Yayasan Bina

Insan Mandiri Depok merupakan yayasan yang berperan di bidang sosial,

yang peduli dengan permasalahan sosial anak jalanan dengan melalui

pendidikan luar sekolah, didalamnya memuat berbagai kegiatan antara

lain: pembinaan keterampilan, sekolah terbuka, pendidikan nonformal,

12

(23)

bimbingan mental dan spiritual dan lain sebagainya. Pembinaan seperti ini

merupakan pemenuhan hak anak dalam memperoleh pendidikan, karena

pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar pendidikan anak-anak,

namun terkadang kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi dan banyak anak

putus sekolah karena faktor kemiskinan sehingga anak di tuntut untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, situasi ini membawa konsekuensi banyak

diantara mereka yang tidak pernah merasakan pendidikan.

Pada masyarakat luas kehidupan sosial anak jalanan saat ini

memberikan gambaran yang negatif. Dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui bagaimana perilaku dan interaksi sosial anak-anak jalanan,

terutama di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

Interaksi sosial yang dilakukan meliputi bagaimana dalam kehidupan

sehari-hari anak-anak melakukan interaksi dengan teman-teman sebaya,

guru atau tutor dan masyarakat di Rumah Singgah Master Yayasan Bina

Insan Mandiri.

B. Identifikasi Masalah

1. Adanya keberadaan anak jalanan yang berasal dari berbagai wilayah

seperti Depok, Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.

2. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi interaksi sosial pada

masing-masing anak jalanan di Rumah Singgah Master Yayasan Bina

Insan Mandiri Depok.

3. Adanya bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh anak-anak jalanan

di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

C. Pembatasan Masalah

Penelitian disini hanya akan dibatasi pada cara berinteraksi anak

jalanan tingkatan pendidikan sekolah setara Sekolah Dasar terhadap teman

sebaya, guru atau tutor dan masyarakat yang berada disekitar Rumah

(24)

D. Perumusan Masalah

Yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk Interaksi sosial anak jalanan terhadap sesama anak

jalanan di rumah singgah yayasan bina insan mandiri Depok?

2. Bagaimana bentuk interaksi sosial anak jalanan terhadap guru atau

tutor di rumah singgah yayasan bina insan mandiri Depok?

3. Bagaimana bentuk interaksi sosial anak jalanan terhadap masyarakat

disekitar rumah singgah yayasan bina insane mandiri Depok?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menggambarkan cara berinteraksi sosial anak-anak jalanan terhadap

sesama teman, guru/tutor dan masyarakat yang berada di sekitar Rumah

Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan

manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan dan wawasan serta bahan dalam penerapan

metode penelitian khususnya mengenai interaksi sosial pada kehidupan

anak jalanan di rumah singgah.

a. Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan ilmu menambah pengetahuan teori yang

diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat mengetahui bentuk interaksi sosial yang terjadi pada

(25)

c. Bagi masyarakat

Dapat dijadikan khazanah keilmuan dan referensi penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam mengetahui bentuk-bentuk

interaksi anak jalanan yang dijalan dengan anak jalanan yang tinggal di

rumah singgah.

a. Bagi Penelitian

Dapat memberikan informasi tentang bentuk interaksi sosial

anak-anak jalanan di rumah singgah.

b. Bagi Institusi Pendidikan (Yayasan) dan Masyarakat

Dapat dijadikan rujukan dalam penerapan cara berinteraksi

anak-anak jalanan di rumah singgah. Dan untuk masyarakat Dapat

dijadikan rujukan untuk mengetahui cara berinteraksi anak-anak

(26)

11

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial,

sebagai makhluk individu manusia memiliki dorongan atau motif

untuk mengadakan interaksi dengan dirinya sendiri, sedangkan

manusia sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk

mengadakan hubungan dengan orang lain yang ada pada lingkungan

sekitarnya. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia,

maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan

atau mengadakan interaksi sosial. Dengan demikian akan terjadi

interaksi sosial antara manusia dengan manusia yang lain. Interaksi

sosial berupa hubungan pengaruh yang tampak dalam pergaulan hidup

bersama dalam masyarakat.

Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama

dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersama antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok

tersebut terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya. Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan

maksud, tujuan dan keinginannya masing-masing. Sedangkan untuk

mencapai keinginan tersebut harus diwujudkan dengan tindakan

melalui hubungan timbal balik.

Tanpa adanya interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan

masyarakat. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka

tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok

sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang

perorangan atau kelompok dengan kelompok manusia saling bekerja

(27)

mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya. Maka, dapat

dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial,

yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.

Menurut Basrowi “Interaksi Sosial adalah hubungan dinamis

yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan

kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak

hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk persaingan,

pertikaian dan sejenisnya”.1

Jadi interaksi sosial merupakan hubungan

yang mempertemukan seorang individu dengan individu lainnya atau

inividu dengan kelompok, dalam bentuk interaksi sosial yang dibangun

diantaranya tidak hanya sebuah kerja sama akan tetapi terlibat dengan

persaiangan dan pertikanan juga. Sedangkan interaksi sosial menurut

para tokoh antara lain :

a. Kimball Young, interaksi sosial adalah kontak timbal balik antar dua orang atau lebih.

b. Bonner, mengatakan bahwa interaksi sosial ialah suatu hubungan antara dua orang atau lebihs sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, merubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya.2

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,

interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu

dengan individu, kelompok dengan kelompok ataupun individu dengan

kelompok. Hubungan yang dilakukan tidak hanya dalam bentuk kerja

sama untuk saling memenuhi kebutuhan dari masing-masing individu

atau kelompok tetapi juga dalam bentuk persaingan dan pertikaian.

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena

pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk sosial yang tidak dapat

hidup secara individu dan memerlukan adanya hubungan antara

sesama makhluk individu yang lain. Dalam interaksi sosial dan

tindakan sosial dipengaruhi oleh dua macam orientasi.

1

Basowi,Pengantar Sosiologi,( Bogor: PT. Ghalia Indonesia,2005) h.138

2

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif

(28)

Menurut Talcott Parsons yang dikutip oleh Yusran Razak, Orientasi tindakan dan interaksi sosial yang pertama adalah motivasional yaitu orientasi bersifat pribadi yang menunjuk pada keinginan individu yang bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang kedua adalah orientasi nilai-nilai yang bersifat sosial, yakni orientasi yang menunjuk pada standar-standar normatif, seperti wujud agama dan tradisi setempat.3

Oleh karena itu tindakan dan interaksi sosial memperlihatkan

dengan jelas bahwa keduanya memiliki hubungan yang tidak

terpisahkan. Karena tindakan sosial merupakan perbuatan yang

dipengaruhi oleh orang lain untuk mencapai maksud dan tujuan

tertentu, sedangkan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik

yang disebabkan oleh adanya tindakan atau reaksi dari kedua belah

pihak. manusia tidak bisa menghindar dari keharusan berinteraksi

dengan orang lain karena manusia adalah makhluk sosial yang

keberadaan dirinya sangat ditentukan oleh orang lain.

Seorang manusia tidak bisa lepas dari kelompok

masyarakatnya. Dia membutuhkan berbagai hal yang hanya dapat

dipenuhi apabila berinteraksi dengan orang lain. Menurut Douglas

yang dikutip oleh Kamanto Sunarto mengatakan bahwa “dalam

mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang

dikenal dengan interactionist perspective”4. Diantara berbagai pendekatan yang digunakan dalam interaksi sosial, dijumpai

pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionalisme simbolik

(syimbolic interactionism). Sasaran yang digunakan dalam pendekatan ini adalah interaksi sosial dan simbolik yang mengacu kepada

penggunaan simbol-simbol dalam kegiatan interaksi. Perspektif

interaksionalisme simbolik ini memusatkan perhatiannya pada analisa

hubungan antar-pribadi. Individu dipandang sebagai pe laku yang

menafsirkan, menilai, mendefinisikan dan bertindak.

3

Ibid, h.58 4

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

(29)

Interaksionalisme simbolik menurut George Herbert Mead

yang dikutip oleh Bernard Ravo, SVD “menekankan tentang Mind, Self, dan Society”.5 Mead memandang akal budi (mind) bukan sebagai satu benda, melainkan satu proses sosial. Akal budi manusia secara

kualitatif berbeda dengan binatang. Kebanyakan tindakan manudia

melibatkan suatu proses mental. Artinya antara aksi dan reaksi terdapat

suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental. Herbert

Mead menekankan pentingnya fleksibilitas dari akalbudi (mind) itu. Selain menghayati simbol-simbol yang sama dengan arti yang sama,

fleksibilitas memungkinkan interaksi biarpun dalam situasi tertentu

orang tidak mengerti arti dari stimulus atau simbol yang diberikan.

Herbert Mead juga menekankan bahwa “simbol-simbol verbal

(bahasa) penting karena kita selalu dapat mendengarkan diri sendiri

walaupun kita mungkin tidak selalu bisa melihat tanda-tanda

gerak-gerik fisik kita”.6

Apa yang kita katakan selalu mempengaruhi diri kita

sendiri dan orang-orang lain yang mendengarkan perkataan itu. Jadi,

ketika kita sedang berbicara, dan sebelum lawan bicara kita

memberikan reaksi atau tanggapan atas perkataan kita, kita dapat

memutuskan apakah hal yang kita bicarakan membangkitkan reaksi

yang kita inginkan atau tidak.

Setelah konsep akal budi yang ditekankan oleh Mead,

selanjutnya konsep tentang self (diri). Bagi Mead, “kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri sebagaimana ia memberi

jawaban terhadap orang lain, merupakan kondisi-kondisi penting

dalam perkembangan akal budi itu sendiri”.7 Akal budi yang dimiliki

setiap individu memiliki persepi yang berbeda-beda dalam

menafsirkan segala sesuatu yang ada dihadapannya. Dan konsep yang

5

Bernard Ravo,SVD Teori Sosiologi Modern, ( Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2007),

cet,pertama. h.99 6Ibid,

101 7

(30)

terakhir adalah society (masyarakat) pandangan Mead tentang masyarakat ialah “bahwa masyarakat ada sebelum individu dan proses

mental atau proses berpikir muncul dari masyarakat”.8

2. Prinsip-prinsip Dasar Interaksionalisme Simbolik

Ada beberapa prinsip dasar pada interaksionalisme simbolik

diantaranya adalah, kemampuan untuk berpikir, berpikir dan

berinteraksi dan pembelajaran makna simbol-simbol, aksi dan

interaksi, membuat pilihan-pilihan, diri atau self, kelompok-kelompok dan masyarakat. Adapun Penjelasan dari prinsip-prinsip tersebut

adalah:

a. Kemampuan Untuk Berpikir

Menurut Herbert Blummer,asumsi penting dari kemampuan

berpikir bahwa, “Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir

membedakan interaksionalisme simbolik dari akarnya

behaviorisme”.9 Kemampuan untuk berpikir itu berada di dalam

akal budi tetapi interaksionalisme simbolik memahami akal budi

secara lain. Akal budi berbeda dengan otak.

Interaksionalisme simbolik juga tidak melihat akal budi

sebagai benda atau struktur fisis melainkan suatu proses yang

berkesinambungan. Proses itu adalah bagian dari proses yang lebih

luas aksi dan reaksi. Akal budi berhubungan erat dengan

konsep-konsep lain di dalam interaksionalisme simbolik termasuk

sosialisasi, arti, simbol interaksi dan masyarakat.

Jadi dalam kegiatan interaksi sosial yang berlangsung pada

seorang individu harus mampu berpikir untuk memahami dan

memberikan aksi reaksi kepada individu yang lain terhadap

simbol-simbol dan makna yang diberikan dalam keberlangsungan

interaksi sosial, Karena akal budi yang dimiliki manusia harus

mampu untuk digunakan secara baik agar aksi-reaksi yang

8 Ibid

,106 9

(31)

diberikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pada interaksi

sosial.

b. Berpikir dan Berinteraksi

Orang memiliki hanya kemampuan untuk berpikir yang

bersifat umum. Kemampuan ini dibentuk dalam proses interaksi

sosial. Interaksi sosial adalah suatu proses dimana kemampuan

untuk berpikir dikembangkan dan diungkapkan. Segala macam

interaksi menyaring kemampuan untuk berpikir. Lebih dari itu

berpikir mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku.

Dalam kebanyakan tingkah laku, seseorang harus

memperhatikan dan memperhitungkan orang lain dalam

memutuskan bagaimana ia harus bertingkah laku supaya sesuai

dengan orang-orang lain. Namun demikian tidak semua proses

interaksi sosial melibatkan proses berpikir.

c. Pembelajaran Makna Simbol-simbol

Dalam interaksi sosial, seseorang belajar simbol-simbol

dan arti-arti. Kalau orang memberikan reaksi terhadap tanda-tanda

tanpa berpikir panjang maka dalam memberikan reaksi kepada

simbol-simbol, seseorang harus terlebih dahulu berpikir. Tanda

memiliki arti di dalam diri mereka. Orang-orang menggunakan

simbol untuk mengkomunikasikan sesuatu tentang mereka.

Menurut Bernard Ravo, Simbol-simbol menjadi penting karena memungkinkan manusia untuk bertindak secara sungguh-sungguh manusiawi. Oleh karena simbol-simbol, manusia tidak memberikan reaksi secara pasif kepada kenyataan yang dialaminya melainkan memberi arti kepadanya dan bertindak seturut arti yang diberikannya itu.10

d. Aksi dan Interaksi

Perhatian utama dari interaksionalisme simbolik adalah

dampak dari art-arti dan simbol-simbol dalam aksi dan interaksi

manusia. Arti dan simbol-simbol memberikan aksi dan interaksi

10

(32)

sosial suatu kekhasan. Arti dan simbol yang dilakukan dalam

interaksi sosial akan menimbulkan tindakan sosial yang sesuai

dengan apa yang ada di dalam pikirannya.

e. Diri atau Self

Diri atau self adalah konsep yang teramat penting bagi interaksionalisme simbolik. Guna memahami konsep diri dari apa

yang dimaksudkan oleh Mead adalah memahami ide yang

menjadi gagasan Ide Looking glass self. Adapun yang dimaksud dengan Looking Glass Self yang dikembangkan oleh Charles Horton Cooley yaitu diantaranya adalah “pertama, kita

membayangkan bagaimana kita menampakkan diri kepada orang

lain. kedua,penampilan kita dan yang ketiga, kita membayangkan

bagaimana penilaian mereka terhadap semacam perasaan tertentu

sebagai akibat dari bayangan kita tentang penilaian orang itu”.11

Self menjadi gambaran tentang perkembangan diri sendiri. Bagaimana diri sendiri melihat dan menilai apa yang menjadi

tindakannya dihadapan masyarakat banyak, karena diri sendiri

yang menjadi objek utama atas segala bentuk interaksi yang

dilakukannya pada kehidupan di lingkungan sekitarnya.

f. Kelompok-kelompok dan Masyarakat

Kehidupan kelompok adalah keseluruhan tindakan yang

sedang berlangsung. Namun demikian masyarakat tidak terbuat

dari tindakan yang terisolasi. Disana ada tindakan yang bersifat

kolektif yang melibatkan individu-individu untuk menyesuaikan

tindakan mereka terhadap satu sama lain. Kelompok-kelompok

dan masyarakat.

3. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Menurut Basrowi Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

11

(33)

b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.

c. Ada dimensi waktu ( masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung. d. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan

tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat.12

Dari ciri-ciri di atas interaksi sosial hanya akan terjadi jika

dilakukan oleh dua orang atau lebih, hubungan tersebut dapat berupa

individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok

dengan kelompok. Memiliki dimensi waktu dari pelaku interaksi yang

dilakukan yang di dalam kegiatan interaksi memiliki tujuan-tujuan

yang akan dicapai oleh pelaku interaksi sosial untuk memenuhi

kebutuhannya.

4. Mengacu pada ciri-ciri interaksi sosial, terdapat pula dua syarat

terjadinya interaksi sosial yaitu:

a. Adanya kontak sosial

Menurut Bambang Pranowo “Kata kontak berasal dari

bahasa latin, yaitu con atau cum ( bersama-sama) dan tango (menyentuh) jadi artinya bersama-sama menyentuh”.13 Kontak

sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara

satu pihak dengan pihak yang lainnya. Kontak sosial secara tidak

langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai

media perantara, misalnya melalui telepon, radio, surat dan

lain-lain. Sedangkan kontak sosial langsung merupakan kontak yang

dilakukan secara langsung melalui suatu pertemuan dengan

bertatap muka dan berdialog di antara kedua belah pihak tersebut.

Dalam hubungan kontak sosial, dapat terjadi hubungan

yang positif dan hubungan yang negatif. Kontak sosial positif

terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak terdapat

12

Basrowi,op.cit., h.139. 13

Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi

(34)

saling pengertian, di samping menguntungkan masing-masing

pihak tersebut, sehingga biasanya hubungan dapat berlangsung

lebih lama, atau mungkin dapat berulang-ulang dan mengarah pada

suatu kerja sama. Sedangkan pada kontak negatif terjadi oleh

karena hubungan antar kedua belah pihak tidak melahirkan saling

pengertian, mungkin merugikan masing-masing atau salah satu,

sehingga mengakibatkan suatu pertentangan atau perselisihan.

Menurut Soedjono yang dikutip oleh Abdul Syani, Kontak sosial mempunyai dua sifat yang pertama sifat primer, artinya terjadi apabila hubungan diadakan secara langsung yang berhadapan muka. Yang kedua bersifat sekunder artinya suatu kontak memerlukan suatu perantara. Kontak sosial dapat terjadi melalui dua cara. Cara pertama adalah verbal/gestural, yaitu kontak yang terjadi melalui saling menyapa, saling berbicara, dan berjabat tangan. Cara kedua adalah non-verbal/ non gestural yaitu kontak yang tidak mempergunakan kata-kata atau bahasa melainkan dengan isyarat. Misalnya, adalah bau minyak wangi, lambaian tangan dan sebagainya.14

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:

1) Antara perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari

kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Menurut Kingsley

Davis “Proses demikian melalui sosialiasai (socialization), yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari

norma-norma dan nilai-nilai di masyarakat”.15

2) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau

sebaliknya, misalnya apabila seseorang merasakan bahwa

tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma

masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa

14

Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan ( Jakarta: PT. Bumi Aksara,

Cet. Ke IV, 2002) h. 154.

15

Kingsley Davis: Human Society,Cetakan ke-13, The Macmillan Company, New

(35)

anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi

programnya.

3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia

lainnya. Umpanya, dua partai politik mengadakan kerja sama

untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di dalam

pemilihan umum.

Kontak sosial yang terjadi tidak semata-mata oleh karena

adanya aksi belaka, akan tetapi harus memenuhi syarat pokok dari

kontak sosial yaitu adanya tanggapan dari lawan kontak sosial.

Karena kontak badaniah bukan merupakan syarat utama dalam

melakukan kontak sosial.

b. Adanya Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran

kepada atau perilaku pihak lain, seseorang mewujudkan perilaku

sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin disampaikan

oleh pihak lain itu. Komunikasi dapat diwujudkan dengan

pembicaraan, gerak-gerik fisik maupun perasaan. Selanjutnya, dari

sini timbul sikap dan ungkapan perasaan, seperti senang,

ragu-ragu, takut atau menolak, bersahabat, dan sebagainya yang

merupakan reaksi atas pesan ( message) yang diterima. Saat ada aksi dan reaksi itulah terjadi komunikasi.

Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Basrowi

“komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada

perikelakuan orang lain ( yang berwujud apa yang ingin

disampaikan oleh orang tersebut) orang yang ingin disampaikan

oleh orang lain tersebut”.16

Dengan adanya sekelompok orang,

dapat diketahui dan dipahami oleh pihak orang itu sekelompok

lain. Hal ini berarti, apabila suatu hubungan sosial tidak terjadi

komunikasi atau tidak saling mengetahui dan tidak saling

16

(36)

memahami maksud masing-masing pihak, maka dalam keadaan

demikian, tidak terjadi kontak sosial.

Dalam komunikasi terdapat banyak sekali tafsiran terhadap

perilaku dan sikap masing-masing orang yang sedang

berhubungan, ini halnya jabatan tangan dapat ditafsirkan sebagai

kesopanan, persahabatan, kerinduan, sikap kebanggaan, dan

lain-lain.

Dari uraian di atas tampak bahwa komunikasi hampir sama

dengan kontak. Namun, adanya kontak belum tentu berarti

komunikasi telah terjadi. Komunikasi menuntut adanya

pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama antara

masing-masing pihak. Misalnya, orang Flores bertemu dan berjabat

tangan dengan orang Madura, lalu dia berbicara dalam bahasa

Flores, padahal si orang Madura itu sama sekali tidak mengerti

bahasa Flores. Di sini, kontak sebagai isyarat pertama telah terjadi,

tetapi komunikasi belum terjadi karena kedua orang itu tidak saling

mengerti dan interaksi sosial pun tidak terjadi.

Sementara itu berlangsungnya suatu interaksi sosial dapat

didasarkan pada berbagai faktor sekalipun dalam bentuknya

sederhana, ternyata interaksi merupakan proses yang kompleks.

Menurut Sitorus dalam buku Pengantar Sosiologi yang dikutip oleh

Basrowi mengatakan”berlangsungnya interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai faktor, antara lain imitasi,sugesti,

identifikasi, dan simpati”.17 Faktor-faktor tersebut dapat bergerak

dengan sendiri-sendiri secara terisah ataupun saling berkaitan

antara yang satu dengan yang lain.

1) Faktor imitasi

Imitasi adalah suatu proses belajat dengan cara meniru

atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial,

imitasi dapat bersifat positif, artinya imitasi tersebut

17

(37)

mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah nilai

yang berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif

apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku

menyimpang. Selain itu, imitasi juga melemahkan atau

mematikan pengembangan daya kreativitas seseorang.

2) Faktor Sugesti

Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau

pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara

tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau

pengaruh tersebut tanpa berfikir panjang. Sugesti terjadi karena

pihak yang menerima saran tersebut tergugah secara emosional

dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya.

Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang

memberikan pandangan itu adalah orang yang berwibawa dan

bersifat otoriter. Kiranya mungkin pula bahwa sugesti terjadi

oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan

bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan, atau

masyarakat.

3) Faktor Identifikasi

Identifikasi sebenarnya merupakan

kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi menjadi sama dengan pihak lain. Sifat

identifikasi lebih mendalam daripada imitasi, karena

kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya

(secara tidak sadar), maupun dengan disengaja karena sering

kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam

proses kehidupannya. Walaupun dapat berlangsung dengan

sendirinya, proses identfikasi benar-benar mengenal pihak lain

(38)

kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat

melembaga dan bahwak menjiwainya. Nyatalah bahwa

berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya

pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses

imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan bahwa pada

mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi dan atau

sugesti.

4) Faktor Simpati

Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada

dalam keadaan orang lain. Proses ini seseorang merasa tertarik

pada pihak lain dan perasaan memegang peranan penting,

walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk

memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

Inilah perbedaan utamanya dengan identifikasi yang didorong

oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap

kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena

mempunyai kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan

tertentu yang patut dijadikan contoh. Proses simpati akan dapat

berkembang di dalam suatu keadaan di mana faktor saling

mengerti terjamin.

Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor

minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses

interaksi sosial, walaupun dalam kenyataannya proses tadi

memang sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit untuk

mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut,

akan tetapi dari keempat faktor interaksi di atas mereka saling

memiliki keterkaitan antara faktor yang satu dengan faktor

(39)

5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama

(cooperation), persaingan (competition), dan bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian pertikaian

tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu.

Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial menurut para tokoh

adalah sebagai berikut yang dikutip oleh Soerjono Soekanto:

a. Gillin dan Gillin, bentuk interaksi sosial adalah proses- proses yang asosiatif adalah (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi). Dan proses-proses yang disosiatif adalah (persaingan, pertentangan).

b. Menurut Kimball Young, bentuk interaksi sosial adalah : 1) Oposisi (Persaingan dan pertentangan)

2) Kerja sama yang menghasilkan akomodasi

3) Diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks, dan pekerjaan)18

Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut para tokoh terdapat

beberapa perbedaan. Namun perbedaan-perbedaan itu hanya tampak

kecil karena masing-masing sistematika tersebut apabila digabungkan

diharapkan akan dapat menghasilkan gambaran yang jelas tentang

bentuk-bentuk interaksi sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat

sosial. Bentuk-bentuk pokok interaksi sosial tersebut tidak merupakan

suatu kesinambungan tergantung pada suatu kondisi dan situasi

tertentu.

a. Bentuk-bentuk Proses Sosial yang Asosiatif

1) Kerja Sama

Kerja sama merupakan interaksi sosial yang paling

penting. Pada dasarnya, setiap manusia melakukan interaksi

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja sama timbul

18

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta : PT. Raja Grafindo

(40)

karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya

(yaitu in-group nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group nya).

Menurut Charles Hurton Cooley yang dikutip dalam buku Pengantar Sosiologi Oleh Basrowi mengatakan kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadao diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.19

Sehubungan dengan kerja sama menurut Soerjono

Soekanto ada tiga bentuk kerja sama yaitu “bargaining, cooptation, dan coalication”.20 Ketiga bentuk kerja sama yang pertama adalah bargaining, yaitu pelaksanaan mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi

atau lebih. Jadi bentuk kerja sama ini melakukan perjanjian

terlebih dahulu sebelum akhirnya melakukan kerja sama antara

individu atau kelompok dengan kesepakatan bersama. Kedua,

Cooptation, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi,

sebagai salah satu menghindari terjadinya guncangan dalam

stabilitas organisasi yang bersangkutan. Dan yang ketiga yaitu

coalication, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunya tujuan-tujuan yang sama.

2) Akomodasi

Menurut Basrowi,“Akomodasi adalah suatu keadaan

hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan

19

Basrowi, Pengantar Sosiologi, h.145-146

20

Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan,(Jakarta: PT. Bumi

(41)

keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma

sosial yang berlaku dalam masyarakat”21.

Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada

usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu

usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi

sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga

lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Menurut Soedjono yang dikutip oleh Abdul Syani

mengatakan bahwa “Akomodasi adalah suatu keadaan di mana suatu pertikaian atau konflik, mendapat penyelesaian, sehingga

terjalin kerja sama yang baik kembali”.22 Dengan demikian,

kepribadian masing-masing yang bertikai tetap terjaga dengan

baik. Akomodasi sebagai suatu proses memiliki berbagai

bentuk diantaranya:

a) Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, di mana salah satu pihak

berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan

dengan pihak lawan.

b) Compromise adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya

agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang

ada.

c) Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya.

21

Basrowi, Op. Cit, h. 150 22

(42)

d) Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal

perselisihan yang ada.

e) Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi

tercapainya suatu persetujuan bersama.

f) Toleration juga sering dinamakan sebagai tolerant-participation. Ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.

g) Stalemate merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang

seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam

melakukan pertentangan.

h) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

3) Asimilasi ( Assimilation)

Menurut Basrowi Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia di tandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok dengan kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.23

Asimilasi dilakukan apabila orang-orang yang

melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok manusia atau

masyarakat, dia tidak lagi membedakan dirinya dengan

kelompok tersebut yang mengakibatkan dirinya dianggap

sebagai orang asing. Dalam proses asimilasi, mereka

mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan

serta tujuan-tujuan kelompok. Proses asimilasi ditandai dengan

23

(43)

pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadangkala

bersifat emosional dengan tujuan untuk mencapai kesatuan,

atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi,

pikiran, dan tindakan.

Dari uraian di atas jelas bahwa proses asimilai terkait

erat dengan pengembangan sikap-sikap dan cita-cita yang

sama. Sehingga perbedaan-perbedaan yang ada dapat melebur

menjadi satu karena adanya kepentingan-kepentingan dan

tujuan-tujuan dari kelompok.

b. Proses-proses Disosiatif

Menurut Soerjono Soekanto “Proses-proses disosiatif sering disebut sebagai Oppositional processes, yang persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat,

walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan

sistem sosial masyarakat yang bersangkutan”24

. Suatu oposisi dapat

diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau

sekelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Proses-proses disosiatif diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Persaingan

Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk

mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya. Sesuatu itu

bisa berbentuk harta benda atau suatu popularitas tertentu.

Persaingan biasanya bersifat individu, apabila hasil dari

persaingan itu dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan

pribadi. Menurut Basrowi “Bentuk kegiatan persaingan ini

biasanya didorong oleh motivasi berikut ini untuk mendapatkan

status sosial, memperoleh jodoh, mendapatkan kekuasaan,

mendapatkan nama baik, mendapatkan kekuasaan dan

lain-lain”.25

24

Soerjono Soekanto, Op.cit. h.82 25

(44)

Dengan kata lain adanya persaingan oleh karena ada

perasaan atau anggapan bahwa seseorang itu lebih beruntung

jika tidak bekerja sama dengan orang lain. Karena persaingan

merupakan suatu upaya untuk mencapai suatu tujuan dengan

bersaing terhadap yang lain.

2. Kontravensi

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk

proses sosial yang berada antara persaingan dengan

pertentangan atau pertikaian. kontravensi dtitandai oleh

gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau

suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan,

kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang.

Kontravensi ini dalam bentuknya seperti keengganan,

kebencian, penolakan, perlawanan, protes, gangguan-gangguan

lain, dan bahkan rencana untuk menghalangi pihak lain agar itu

tidak terjadi.

Kontravensi apabila dibandingakan dengan persaingan

dan pertentangan atau pertikaian, bersifat agak tertutup atau

rahasia. Perang dingin, misalnya merupakan bentuk

kontravensi karena tujuannya adalah untuk membuat lawan

tidak tenang. Dalam hal ini, pihak lawan tidak diserang secara

fisik, akan tetapi secara psikologis.

3. Pertikaian atau Pertentangan

Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang

secara negatif, artinya di satu pihak bermaksud untuk

mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan

pihak lainnya. Menurut Soerjono Soekanto “ada beberapa hal

yang menjadi penyebab dari pertikaian atau pertentangan

(45)

kebudayaan, perbedaan kepentingan dan adanya perubahan

sosia”.26

Perbedaan-perbedaan ada di antara masyarakat yang

kemudian berkembang menjadi sebuah pertikaian atau

pertentangan, akan tetapi tidak semua bentuk pertikaian disertai

dengan tindak kekerasan. Karena pertikaian atau pertentangan

dapat memungkinkan untuk melakukan penyesuaian diri

kembali jika fungsi-fungsi nilai dan norma sosial dan toleransi

pribadi masih cukup kuat.

Pertikaian akan dapat diselesaikan jika di antara

masing-masing pihak yang bertikai dapat mengintropeksi diri,

berusaha dan mau menyadari kesalahan dan kelemahan

masing-masing. Alternatif yang terjadi kemudian diantara yang

bertikai dapat hidup berdampingan dengan bekerja sama atau

masing-masing menjauhkan diri secara tegas karena tidak

mungkin dilakukan kerja sama.

B. Anak Jalanan

1. Pengertian Anak Jalanan

Ada beberapa pengertian anak jalanan yang dikemukakan oleh

berbagai pihak, antara lain:

a. Anak Jalanan menurut Rano Karno tatkala ia menjabat sebagai Duta Besar UNICEF, yang dikutip oleh Bagong Suyanto mengatakan bahwa, Anak Jalanan sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat.27 Jadi anak jalanan adalah anak yang teraliensi dari perlakukan kasih sayang, sehingga ia sejak usia anak-anak sudah terlibat dengan dunia dan lingkungan kota dan jalanan.

26

Soerjono Soekanto, op. cit. , h.91. 27

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,( Jakarta : PT. Kencana Prenada Media

(46)

b. Menurut Soedijar (1989) dalam buku “Anak Jalanan dan

Kekerasan” dikemukakan bahwa, “Anak jalanan adalah anak-anak usia 7-15 tahun yang bekerja di jalan raya dan tempat umum

lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan

orang lain serta membahayakan keselamatan dirinya”.28

c. Menurut Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Sosial

RI, “Anak jalanan adalah anak berusia antara 5 tahun sampai

dengan 21 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya

untuk mencari nafkah, berkeliaran di jalanan maupun di

tempat-tempat umum”.29

d. Dalam Jurnal Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan yang disusun

oleh Armai Arief dikemukakan bahwa: UNICEF memberikan

batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga,

sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam

kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya.30

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa anak

jalanan merupakan anak yang berusia di bawah 21 tahun, yang

menggunakan sebagian waktunya di jalanan atau di tempat-tempat

umum lainnya. Aktivitas anak jalanan bukan hanya yang bertujuan

mencari uang atau mencari nafkah, tetapi juga aktivitas lain seperti

bermain, istirahat, tidur, atau belajar.

28Heru Prasadja, Murniati Agustian, “Anak Jalanan & Kekerasan”’ (Jakarta: PKMP Unika Atma Jaya bekerjasama dengan Depsos, 2000), h. 4.

29Murdiyanto, “Pengaruh Penyuluhan dan Bimbingan Sosial, terhadap Persepsi

Stakeholder pada Anak Jalanan di Palembang” (Yogyakarta: Citra Media, 2008), cet 1, h. 14. 30

Armai Arief, Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan,2013

(47)

Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus

bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau

bahkan tidak dapat diterima masyarakat umum, sekedar untuk

menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu

keluarganya. Tidak jarang mereka pula dicap sebagai pengganggu

ketertiban dan membuat kota menjadi kotor dengan keberadaan

mereka.

Menurut Bagong “Marginal, rentan, dan eksploitatif adalah

istilah-istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan

anak jalanan”.31 Anak Jalanan dikatakan marginal karena anak-anak

jalanan melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas dengan jenjang

kariernya, kurang dihargai, dan umumnya juga tidak menjanjikan

prospek apapun di masa depan. Mereka juga rentan dengan resiko

yang harus ditanggung akibat dari jam kerja yang sangat panjang

benar-benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Dan

adapun makna dari eksploitatif karena biasanya anak

Gambar

Tabel 2.2 Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan  ......................................
Gambar 1.1
Tabel 2.1 Berikut ciri-ciri fisik dan psikis anak jalanan dalam penelitian Dwi Astuti yang
Tabel 3.1 : Rancangan Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika wasit melihat ada perbedaan antara gerakan yang dilakukan pesenam dengan gambar atau keterangannya, maka wasit harus memotong sesuai dengan ketentuan yang

The results of the interview with 16 students who became the respondents in this study showed that all students were familiar with monopoly game; however there one student found

1) Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan rendemen dan kualitas minyak atsiri kulit jeruk peras (Citrus nobilis L.) yang didapatkan dari beberapa perbandingan

Penyebab lain perbedaan jumlah perhitungan harga pokok produk menurut perusahaan dibanding dengan hasil analisis adalah pembebanan biaya overhead pabrik yang tidak sesuai

26.1 [Untuk pekerjaan yang menggunakan Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan pada bagian harga satuan, apabila terdapat perbedaan

4.4 menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis sangat pendek dan sederhana yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait nama dan jumlah

Hasil : Masalah utama yang ditemukan yaitu gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif,nyeri akut, intoleransi aktivitas dan gangguan kebutuhan nutrisi, gangguan pertukaran