BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Deskripsi Data
1. Interaksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
Fenomena anak yang berada di jalanan semakin meningkat, terutama banyak ditemukan di kota-kota besar seperti di wilayah Jabodetabek, bukan hanya dari aspek kuantitas tetapi aktivitas yang mereka lakukan. Peningkatan ini bukan hanya saat Indonesia mengalami krisis tetapi beberapa tahun sebelumnya juga sudah terlihat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antara faktor kemiskinan, pendidikan dan keluarga.
Rumah Singgah merupakan sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. Rumah singgah sebagai suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah Singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat setempat.
Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini sudah memiliki ciri-ciri yayasan sosial pada umumnya memiliki visi, misi, program, pengurus, serta sarana dan prasarananya yang mendukung pembinaan yang dilakukan Rumah Singgah Master. Seperti yang dikatakan oleh Pendiri Yayasan ini bahwa “Layanan pendidikan yang di berikan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri kepada anak jalanan ini akan sangat berguna bagi masa depan mereka. Anak jalanan tersebut akan dibina agar memiliki masa depan yang lebih baik, karena mereka pun memiliki hak yang sama dengan anak-anak pada umumnya yaitu berhak untuk berprestasi, mengembangkan potensi dan mengasah bakat yang dimiliki.
Pendidikan di Yayasan Bina Insan Mandiri ini tidak hanya diperuntukan untuk anak-anak jalanan akan tetapi diperuntukan juga untuk anak-anak yang memiliki kemauan dan tekad sungguh-sungguh untuk menuntut ilmu akan tetapi terbatas pada faktor ekonomi”.11
Rumah singgah adalah tahapan awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karena itu penting kiranya menciptakan suasana nyaman, tertib dan menyenangkan bagi anak jalanan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan bahwa “ aku betah tinggal dirumah singgah ini selain aku punya banyak temen dan guru-guru yang baik, aku di sini karena mau belajar hidup mandiri ka,pengen beli sesuatu dengan hasil keringat sendiri, uang yang didapetin dari hasil ngamen dipake untuk biaya kehidupan sehari-hari aku ka, kalo masih ada sisa,sisanya ditabungin deh.”12
Hal ini sependapat dengan Bayu yang mengatakan bahwa” aku disini betah ka karena di rumah singgah ini aku bisa sekolah dan hidup mandiri tanpa harus minta uang sama orang tua,soalnya aku engga mau jadi beban buat orang tua aku jadi aku cari uang sendiri dan uang yang aku dapet aku pake buat biaya hidup sehari-hari kaya makan, jajan dan
keperluan lainnya”.13
Namun hal ini tidak sependapat dengan informan lainnya yang
mengatakan “ aku lebih milih tinggal disini daripada dengan orang tua karena faktor ekonomi, jadi aku milih bantu cari uang untuk orang tua hasil ngamen yang aku dapet sehari-hari itu aku tabungin dan aku kasih buat orang tua. biasanya dalam waktu satu bulan sekali biasanya aku pulang dan kasih sebagian uang hasil ngamen yang aku kumpulin. Selain bisa cari uang aku juga bisa lanjutin sekolah disini karena biasanya sekolah itu pagi dan sore atau malem itu aku baru ngamen bareng sama
11
Hasil Wawancara dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014
12
Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Yang Tinggal di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok,10 November 2014
13
Hasil Wawancara dengan Bayu, Anak Yang Tinggal di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 10 November 2014
temen-temen yang lain”.14 Oleh karena itu rumah singgah memiliki salah satu fungsi sebagai tempat penjangkauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari jalan keluar dari kesulitan mereka.
Pada dasarnya keberadaan anak-anak jalanan disini berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu sehingga mereka pergi dari rumah orangtuanya dan memilih tinggal di Rumah Singgah Master Depok. Faktor ekonomi ini yang kemudian berkembang menjadi keterbatasan mereka untuk bisa menikmati dunia pendidikan pada usia semestinya. Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri inilah yang merupakan satu lembaga sosial yang berada di wilayah Depok yang peduli terhadap nasib anak-anak jalanan, fakir, miskin dan dhuafa dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan hidup anak jalanan. Anak-anak jalanan yang pergi dari rumah orangtuanya masing-masing memilih tinggal di Rumah Singgah Master ini.
Seperti yang dikatakan oleh pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri bahwa “ Penyebab dari keberadaan orang-orang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ini adalah kurangnya pemerataan pembangunan pada setiap wilayah, lapangan kerja yang sulit diakses oleh orang-orang PMKS, kemudian masyarakat PMKS ini tidak mampu mengakses dunia pendidikan, ketika memang pemerintah memiliki program wajib belajar selama 9 tahun itu diberikan pula kepada orang-orang PMKS sehingga setelah mereka mampu mengakses pendidikan mereka pun mampu memiliki skill dan kualitas pendidikan yang baik dari hasil belajarnya sehari-hari”.15
Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri ini tidak hanya diperuntukan untuk anak-anak jalanan, tapi diperuntukan juga untuk kaum dhuafa dan orang-orang yang memiliki masalah kesejahteraan sosial. Seperti yang dikatakan oleh Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri” Karena rumah Singgah Master ini melayani masyarakat yang yang tidak terlayani,
14
Hasil Wawancara Dengan Fahrul, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 10 November 2014
15
Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014
mengayomi yang tidak terayomi dan mendidik untuk yang tidak
terdidik”.16
Hal ini sependapat dengan salah satu koordinator pendidikan bahwa
Rumah Singgah Master ini terbuka untuk siapapun, tidak hanya diperuntukan bagi anak-anak jalanan tetapi juga diperuntukan untuk kaum dhuafa atau orang-orang yang memiliki keterbatasan ekonomi untuk menikmati dunia pendidikan. Karena selain sekolah anak-anak juga diberikan berbagai keterampilan dan kemampuan untuk mengembangkan skill masinh-masing seperti dalam bidang teater, bengkel, dan lain-lain yang sesuai dengan keinginan dari anak-anak. Untuk anak-anak yang berprestasi yang ingin melanjutkan ke dunia perkuliahan maka disini juga ada program orang tua asuh.17.
Banyak cara yang dilakukan untuk pengembangan di berbagai aspek tidak hanya ditekankan pada pendidikan formal namun pengembangan dilakukan dalam bidang keterampilan, kreativitas maupun keinginan dari anak-anak jalanan itu sendiri untuk melatih potensi yang dimiliki sesuai dengan hobinya masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri bahwa:
Upaya atau tindakan nyata yang saya lakukan di Master ini dengan harapan bisa menjadi percontohan untuk masyarakat lainnya yang peduli terhadap anak-anak jalanan dalam melakukan sebuah gerakan nyata dalam merubah cara pandang masyarakat terhadap anak-anak jalanan, anak jalanan yang dalam cara pandang masyarakat identik dengan sikap dan perilaku mereka yang terkesan brutal dan mengganggu kenyamanan masyarakat, dekat dengan narkoba, mabuk-mabukan atau berjudi dan lain-lain, maka Nurrohim merubah perilaku-perilaku negatif yang demikian dengan sebuah pendekatan personal kepada anak-anak
16
Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014
17
Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014
untuk mau belajar dan menempuh pendidikan di Rumah Singgah Master. 18
Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup saling berinteraksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Hal tersebut terjadi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginannya masing-masing.
Sedangkan untuk mencapai keinginan tersebut harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik diantara yang satu dengan yang lainnya. Kegiatan interaksi sosial yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pada tiga bentuk Interaksi anak-anak jalanan diantaranya :
1. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Sesama Teman-teman Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri
Anak jalanan sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Interaksi sosial yang terjadi pada anak-anak jalanan di Rumah Singgah Master ini terjadi sangat baik,mereka saling menghormati satu sama lain terhadap teman-teman yang berada di lingkungan Rumah Singgah ataupun teman-teman yang berada diluar Rumah Singgah Master. Tak hanya saling menghargai anak-anak di Rumah Singgah ini pun melakukan kerja sama yang baik diantara anak-anak dengan anak-anak maupun anak-anak terhadap tutor-tutor yang berada disini. Kerja sama merupakan interaksi sosial yang paling penting.
Pada dasarnya, setiap manusia melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja sama timbul karena orientasi
18
Hasil Wawancara Dengan Nurrochim. Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014
orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-groupnya). Contoh kecil dari kerja sama menurut salah satu informan adalah “yang dilakukan oleh anak-anak jalanan disini adalah kerja bakti untuk membersihkan kelas, halaman sekolah, lapangan tempat mereka bermain, saling membantu jika ada teman yang kesulitan, bermain sepak bola antara sesama teman baik dari tingkatan kelas yang sama ataupun dari kelas yang berbeda”.19
Kerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasarkan pada kepentingan dari masing-masing individu. Oleh karena itu bentuk kerja sama yang dicontohkan pada interaksi sosial pada anak-anak di Rumah Singgah itu didasari oleh kepentingan untuk saling mendekatkan diri dan saling mengenal diantara teman-teman lainnya yang berada di Rumah Singgah, agar selalu terjaga kekeluargaan diantara mereka. Setelah kekeluargaan diantara sesama anak jalanan tercipta dengan baik maka interaksi sosial sehari-hari yang mereka lakukan akan memberikan efek positif kepada perilaku mereka. Seperti
yang diungkapkan oleh Syawal,dari hasil wawancara bahwa “ anak-anak yang disini baik-baik, kita saling jaga dan menghormati satu sama lain sesama teman-teman, jarang berantem, kita selalu kompak. Kalau juga berantem paling karena teman kitanya ada yang ngocol. Karena kita engga suka temen-temen yang ngocol ka”.20
Hal ini juga sependapat dengan informan lainnya yang mengatakan
bahwa “ kita disini sering main bareng ka sama temen-temen, engga pilih-pilih temen selama temen-temen engga saling ganggu satu sama lainnya dan engga ngocol maka kita engga pernah berantem. Kalau
19
Hasil Wawancara Dengan Hasan, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok,10 November 2014
20
Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 11 November 2014.
temen ada yang ngocol baru kita engga temenin soalnya yang ngocol
biasanya suka cari ulah sendiri semaunya mereka ka”.21
Dalam kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sehari-hari mereka tidak memiliki simbol-simbol yang menjadi ciri khas dari identitas mereka sebagai anak jalanan, hal ini sesuai dengan ungkapan
dari Syawal bahwa” kita disini engga pake bahasa atau simbo-simbol yang aneh atau apa yang bisa jadi ciri khas, kita disini belajar hidup bersama-sama jadi engga mikirin hal-hal aneh yang berkaitan sama cara, simbol dan bahasa yang dipake kalau lagi sama temen-temen.”22
. Orang memiliki hanya kemampuan untuk berpikir yang bersifat umum. Kemampuan ini dibentuk dalam proses interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu proses dimana kemampuan untuk berpikir dikembangkan dan diungkapkan. Segala macam interaksi menyaring kemampuan untuk berpikir. Lebih dari itu berpikir mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam kebanyakan tingkah laku, seseorang harus memperhatikan dan memperhitungkan orang lain dalam memutuskan bagaimana ia harus bertingkah laku supaya sesuai dengan orang-orang lain. Namun demikian tidak semua proses interaksi sosial melibatkan proses berpikir.
Bahasa yang digunakannya adalah Bahasa Indonesia pada umumnya masyarakat gunakan. Hal ini tidak sesuai dengan teori Interaksionalisme bahwa dalam kegiatan Interaksi sosial dan simbolik yang mengacu kepada penggunaan simbol-simbol. Akan tetapi dari mengatakan bahwa seseorang belajar simbol-simbol dan arti-arti yang kemudian akan berkembang menjadi sebuah reaksi kepada simbol-simbol yang digunakan dalam memahami interaksi yang dibangun.
George Herbet Mead menekankan bahwa “ simbol-simbol
verbal(bahasa) penting karena selalu dapat mendengarkan diri sendiri
21
Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah,Depok. 10 November 2014.
22
Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 11 November 2014.
walaupun kita mungkin tidak selalu bisa melihat tanda-tanda
gerak-gerik fisik kita”.23
Jadi bahasa yang digunakan untuk komunikasi interaksi sosial mereka adalah bahasa Indonesia pada masyarakat umumnya. Akan tetapi bahasa-bahasa yang digunakan bukanlah bahasa baku, tetap menyesuaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak jalanan tersebut.
Kegiatan anak-anak jalanan di Rumah Singgah terdiri dari sekolah, adapun Jadwal sekolah anak-anak di Rumah Singgah ini selain sekolah di waktu pagi ada juga yang sekolah di waktu siang dan sore hari, hal ini disesuaikan dengan keinginan dari masing-masing anak jalanan.
Hal ini dijelaskan oleh koordinator pendidikan bahwa “jadwal belajar anak-anak disini terbagi menjadi tiga waktu yaitu pagi, siang
dan sore hari”.24
Akan tetapi mereka tidak hanya terpaku pada salah
satu waktu belajar, hal ini di ungkapkan oleh salah satu informan “aku
sekolahnya kadang di waktu pagi kadang juga diwaktu siang hari
ka”.25
Terkait dengan jadwal sekolah mereka, semua tidak menjadi permasalahan. Yang terpenting adalah kemauan mereka untuk tetap terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah sesuai dengan jadwalnya masing-masing, karena bagaimanapun keadaannya anak jalanan di Rumah Singgah mereka tetap diwajibkan untuk sekolah. Bahkan anak-anak yang di Rumah Singgah ada juga yang sekolah di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren yang melakukan kerja sama dengan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok terletak di Jonggol. Jadi anak-anak jalanan yang berminat untuk sekolah sekaligus menuntut Ilmu Agama maka mereka akan dititipkan di Pondok Pesantren.
Berkaitan dengan teori dari Model Pembinaan Anak Jalanan, Pembinaan yang dilakukan pada tahap awal yaitu Model Rumah
23
Bernard Ravo, SVD, Teori Sosiologi Modern, ( Jakarta: Prestasi Pustakarya,2007),h.99
24
Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014.
25
Hasil Wawancar a Dengan Syawal, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok. 11 November 2014.
Singgah dan tahap selanjutnya yaitu model Boarding House atau pemondokan. Rumah Singgah sebagai tahapan awal bagi seorang anak untuk menciptakan suasana yang nyaman, tertib dan menyenangkan bagi anak-anak jalanan dan kemudian boarding house itu sebagai wahana pelayanan bagi anak jalanan selanjutnya dengan tujuan untuk mempertahankan sikap dan perilaku positif, memberikan kesempatan untuk anak jalanan memperoleh pelayanan dalam penuntasan masalah mereka yang kemudian untuk bisa mempercepat proses kemandirian anak-anak jalanan.
Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok sebagai tempat awal perlindungan untuk anak-anak jalanan dan kemudian pondok pesantren sebagai tempat kedua dalam membina anak-anak jalanan yang ingin menuntut ilmu di pondok pesantren sebagai tempat pemondokan. Karena di Pemondokan kemudian segala keterampilan pun akan lebih dikembangkan sesuai bakat dan minat anak jalanan tersebut.
Berkaitan dengan kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan di Yayasan ini, sebagian dari mereka adalah pengamen. Tetapi waktu mengamen hanya dilakukan pada sore hari hal ini seperti yang
dikatakan oleh salah satu informan bahwa “kita itu kalau ngamen
biasanya sore sampe malem. Soalnya kalo ngamen pagi atau siang suka banyak razia dari satpol pp. daripada kita ketangkep sama satpol
pp mending kita cari aman aja”. Orientasi pekerjaan dari aktivitas yang mereka lakukan berorieantasi pada kemudahan untuk mendapatkan uang sekedar untuk menyambung hidup. Seperti sebagai pengamen, menjajakan koran atau majalah, mencuci kendaraan dan lain sebagainya. Meskipun dalam aktivitas yang mereka lakukan terkadang harus bertarung dengan dikejar-kejar aparat seperti Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP).
Tempat mereka mengamen pun tidak hanya pada satu titik tempat saja, mereka menyebar ke wilayah sekitar Depok tidak jauh dari
yayasan yang mereka tempati. Hal ini di ungkapkan oleh salah satu informan yaitu “ kalau tempat kita ngamen biasanya nyebar ka, biasanya di Margonda, ITC, Detos, terminal Depok, dan sekitar depok
lainnya ka”.26
Orientasi tempat berkumpul mereka setelah mengamen biasanya kembali ke Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri yang terletak di dekat dengan Terminal Depok.
Penghasilan yang mereka dapatkan dari hasil ngamen tidak semua sama, Biasanya yang mereka dapatkan sekitar Rp. 10.000 sampai dengan Rp.50.000 . Walaupun penghasilan yang mereka dapatkan tidak sama hal itu tidak menyebabkan mereka untuk bersikap iri diantara satu sama lainnya. Seperti yang dikatakan “ berapa juga hasil
ngamen yang kita dapet berarti itu udah rezeki dari Allah ka, jadi engga ada hal yang harus diiriin satu sama lain. Siapa tahu besok dan di waktu lain kan aku atau teman-teman lain yang hasil ngamennya
lebih banyak”.27
Hasil dari pendapatan ngamen itu digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka seperti makan, jajan, atau keperluan lainnya. Jika memang ada penghasilan sisa maka sebagaiannya akan mereka sisihkan untuk ditabungkan. Hal ini seperti dikatakan “ biasanya uang
yang kita dapat dari hasil ngamen sehari-hari kita pakai untuk biaya hidup sehari-hari kita sendiri ka, kayak makan, jajan, dan keperluan
lainnya. Kalau memang ada sisa baru nanti kita tabungin”.28
Biaya kehidupan sehari-hari hanya sebagian dari kebutuhan-kebutuhan anak jalanan. Akan tetapi mereka pun membutuhkan kasih sayang, rasa aman, kebutuhan sandang, pangan, kesehatan, kebutuhan pendidikan dan bimbingan keterampilan serta harmonisasi hubungan sosial dengan keluarga, orang tua dan masyarakat. Dan di Rumah
26
Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri,Depok.10 November 2014
27
Hasil Wawancara Dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 11 November 201
28
Hasil Wawancara Dengan Sandi, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, 10 November 2014
Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini sebagaian kebutuhan mereka terpenuhi secara perlahan. Seperti bimbingan keterampilan, di Rumah Singgah ini banyak tersedia program pengembangan keterampilan untuk anak-anak jalanan sesuai dengan keinginan dari mereka.
Kegiatan ngamen adalah sebagian dari aktivitas mereka. Dengan kegiatan ini, menurut mereka akan memperoleh uang untuk biaya kehidupan sehari-harinya. Selain itu, mereka belajar hidup mandiri tanpa harus bergantung pada orang tua ataupun orang lain yang ada di sekitar mereka. Akan tetapi penghasilan ngamen yang mereka dapatkan itu juga digunakan untuk membantu keuangan keluarganya.
2. Interaksi Anak Jalanan dengan Tutor Di Rumah Singgah Master Hubungan sosial yang baik tidak terjadi antara anak jalanan dengan teman sebayanya, teman-teman yang usianya lebih muda dari mereka tetapi juga terhadap tutor-tutor yang berada di Rumah Singgah ini. Anak-anak disini sangat menghormati tutor-tutor yang berada di Rumah Singgah Master ini karena tutor disini memiliki peran sebagai orang tua bagi mereka. Seperti sebagai pendidik, memberikan perlindungan, kenyamanan, melakukan pembinaan terhadap perilaku kehidupan sehari-hari mereka. Tanpa tutor disini anak-anak jalanan ini tak akan mampu memiliki pendidikan dan akhlak yang baik. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh koordinator pendidikan yang mengatakan bahwa ”Bukan suatu perkara yang mudah dalam melakukan pembinaan dan perhatian yang lebih kepada anak-anak jalanan, butuh kesabaran yang luar biasa untuk bisa memahami apa yang menjadi keinginan dari anak-anak jalanan tersebut.”29
Aturan-aturan yang dibuat sebagai tata tertib harus ditaati berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak Rumah Singgah dengan anak-anak jalanan sehingga tidak terjadi benturan-benturan diantara
29
Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok 24 November 2014.
pihak Rumah Singgah dengan Anak-anak jalanan. Dalam kegiatan