iv ABSTRAK
Praktek hutang piutang dengan adanya barang jaminan merupakan hal yang biasa dilakukan dewasa ini. Barang yang dijadikan jaminan tersebut pun beragam dari mulai barang tidak bergerak hingga barang bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Namun, seringkali masyarakat keliru dalam memilih barang jaminan. Dalam masyarakat kerap terjadi praktek hutang piutang dengan jaminan manfaat pensiun, padahal hal ini telah secara tegas dilarang dalam Pasal 20 Ayat (1)
Undang – Undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun bahwa
manfaat pensiun yang dibayarkan oleh Dana Pensiun tidak dapat dialihkan dan dijadikan sebagai barang jaminan. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak apabila Buku Dana Peserta (Budapes) sebagai bukti kepemilikan manfaat pensiun diagunkan oleh peserta dana pensiun
menurut Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun
dan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata beserta tindakan hukum
yang dapat dilakukan oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan dalam menghadapi peserta yang melakukan hal tersebut.
Penelitian menggunakan metodologi penelitian yuridis normatif,
yaitu dengan mengkaji peraturan perundang – undangan dan teori hukum
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan wawancara, serta data sekunder berupa studi kepustakaan. Spesifikasi penelitian adalah deskriptif analisis, sedangkan metode analisis data adalah dengan yuridis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Buku Dana Peserta Dana Pensiun Lembaga Keuangan tidak dapat dijadikan sebagai barang jaminan. Tindakan peserta Dana Pensiun Lembaga Keuangan menjadikan Buku Dana Peserta miliknya sebagai jaminan atas hutangnya kepada pihak lain akan berdampak terjadi suatu wanprestasi yang dilakukan oleh peserta. Terhadap hal tersebut Dana Pensiun Lembaga Keuangan dapat menuntut ganti rugi serta melakukan berbagai tindakan hukum seperti mengajukan gugatan ke pengadilan serta menyelesaikannya lewat jalur perdamaian baik secara musyawarah maupun lewat jalur mediasi di Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
v ABTSRACT
Nowadays it is common to put up a guarantee in the practice of lending and borrowing. The guarantee is varied; ranging from immovable to movable property, either it is tangible or intangible. However, the society is often being mistaken in selecting the appropriate guarantee. It is frequently occurs in the society that the practice of lending and borrowing happens by using the pension benefit as the guarantee, whereas it has been strictly prohibited in the Article 20 paragraph (1) Law No.11 of 1992 on Pension Fund that the pension benefit paid by the Pension Fund can not be diverted and used as a guarantee. It makes the writer interested in doing the research related to the issue. The aims of the research are to
find out the impact of using the Participants’s Funding Book (Budapes),
the evidence of the pension benefit ownership, as a guarantee by the participants of pension fund, according to Law No.11 of 1992 and the Civil Code along with the legal action that can be performed by the Financial Institution Pension Fund in facing those who do so.
The approach used in this research is the judicial normative method, which analyzed the law regulation and law theory related to the stated issue. The data used are primary data which obtained directly through the field interview and secondary data, the relevant literature materials. The research specification is the descriptive analysis method, where the data analysis method is judicial qualitative.
The findings showed that the Participants’s Funding Book
(Budapes) of the Financial Institution Pension Fund can not be used as the guarantee. The participants of the Financial Institution Pension Fund
action, using his participants’s Funding book as a loan guarantee to the
other party, will have a default impact. Related to the issue, the Financial Institution Pension Fund can demand for a compensation as well as perform a legal action by filling a law suit to the court or solving the issue through conciliation either by consensus or mediation in Indonesia National Board of Arbitration.