• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA KELAS IX SMP NEGERI 27 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STATISTIKA KELAS IX SMP NEGERI 27 MEDAN."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Hasil Belajar Matematika 10

2.1.2. Pembelajaran kooperatif 11

2.1.2.1.Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif 13

2.1.3. Model Pembelajaran Pair Checks 15

2.1.4. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 17

2.1.5. Perbedaan PLDV dan SPLDV 19

2.1.6. Menyelesaiakan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 20 2.1.7. Pembelajaran SPLDV Dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Pair Chekcs 26

2.1.8. Kerangka Konseptual 26

(8)

BAB III METODE PENELITIAN 28

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 28

3.2. Subjek dan Objek 28

3.2.1. Subjek 28

3.2.2. Objek 28

3.3. Jenis Penelitian 28

3.4. Prosedur Peneliitian 28

3.5. Alat Pengumpulan Data 31

3.5.1. Tes 31

3.5.2. Observasi 32

3.6. Analisis Data 33

3.7. Indikator Keberhasilan Hasil Belajar Siswa 35

3.8. Desain Rencana Tindakan Kelas 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 38

4.1. Hasil Penelitian 38

4.1.1. Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 38

4.1.2. Hasil Penelitian Pada Siklus II 57

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 65

5.1. Kesimpulan 65

5.2. Saran 66

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tabel Pembelajaran kooperatif 12

Tabel 3.5.1. Spesifikasi Tes Pada Materi SPLDV 32

Tabel 3.6.1. Tingkat Keberhasilan Belajar 34

Tabel 4.1. Hasil Tes Awal Kelas VIII – 5 38

Tabel 4.2. Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Tes Awal

Di Kelas VIII – 5 41

Tabel 4.3. Hasil Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar I

Di Kelas VIII – 5 50

Tabel 4.4. Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Tes Hasil

Belajar I Di Kelas VIII – 5 53 Tabel 4.5. Hasil Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar II

(10)
(11)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Siklus I (Pertemuan 1) 69

Lampiran 2. RPP Siklus I (Pertemuan 2) 73

Lampiran 3. RPP Siklus II (Pertemuan 1) 78

Lampiran 4. RPP Siklus II (Pertemuan 2) 82

Lampiran 5. Kisi – Kisi Penyusunan Tes Awal 86

Lampiran 6. Kisi – Kisi Penyusunan Tes Siklus I 87 Lampiran 7. Kisi – Kisi Penyusunan Tes Siklus II 88

Lampiran 8. Tes Awal 89

Lampiran 9. Kunci Jawaban Tes Awal 91

Lampiran 10. Tes Hasil Belajar Siklus I 95

Lampiran 11. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus I 97

Lampiran 12. Tes Hasil Belajar Siklus II 102

Lampiran 13. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus II 103

Lampiran 14. Lembar Validitas Tes Awal 108

Lampiran 15. Lembar Validitas Siklus I 109

Lampiran 16. Lembar Validitas Siklus II 110

Lampiran 17. Daftar Nama Siswa Kelas VIII – 5 111 Lampiran 18. Data Tes Awal Siswa Kelas VIII – 5 113 Lampiran 19. Data Tes Hasil Belajar I Siswa Kelas VIII – 5 115 Lampiran 20. Data Tes Hasil Belajar II Siswa Kelas VIII – 5 117

(12)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan penting untuk memajukan suatu bangsa. Namun tak dapat dipungkiri bahwa terdapat masalah dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Salah satu masalah yang dihadapi dunia Pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbulkan berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari. Akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi (Sanjaya, 2006 : 1).

Dalam undang – undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.

Pendidikan di dunia mendapat sorotan tajam, khususnya di Indonesia. Betapa tidak, Indonesia dibanding dengan Negara – Negara ASEAN hanya unggul dengan Myanmar dan Kamboja, lainnya di atas Negara kita. Hal ini dapat dilihat dalam laporan badan Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) untuk bidang Pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/2007) (dalam http://opinibebas.epajak.org/blog) menunjukkan bahwa : “Peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 diantara 130 Negara di dunia”.

(13)

Kline (dalam Simanjuntak, 1995 : 64) bahwa “Jatuh bangunnya suatu bangsa dewasa ini tergantung dari kemajuan dibidang Matematika”.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi karena Matematika merupakan salah satu penguasaan yang mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa. Berikut ini beberapa alasan perlunya belajar matematika menurut Cornelius (dalam Abdurahman, 2003:253):

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan belajar Matematika diharapkan dapat mengembangkan kemampuan befikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif dan pemecahan masalah. Ini menunjukkan bahwa Matematika memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk dipelajari.

Sejalan dengan hal itu, Concroft (dalam Abdurrahman, 2003 : 253) mengemukakan alasannya perlu belajar Matematika, yaitu :

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan Matematika yang sesuai, (3) memerlukan sasaran komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran ruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah”.

Namun kenyataannya, Pendidikan Matematika di Indonesia masih memprihatinkan jika dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Masalah yang dilihat dalam dunia prndidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa. Sejalan dengan itu, Mumun Syaban (http://educare.e-fkipunla.net) menyatakan bahwa :

(14)

rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh dibawah rata-rata internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat pertama dan Malaysia berada pada peringkat ke sepuluh”

Secara jelas Pendidikan Matematika di Indonesia masih mengecewakan. Rendahnya hasil belajar dan kemampuan Matematika ini disebabkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar Matematika, kurang berminat, dan selalu menggangap Matematika sebagai Ilmu yang sukar, sehingga menimbulkan rasa takut untuk belajar Matematika, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2003 : 252) bahwa :

“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, Matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih – lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”

Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada Pelajaran Matematika materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan pngajaran yang telah ditentukan untuk dicapai. Ada beberapa faktor atau komponen yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Djamarah (2006 : 41) mengemukakan : “Suatu system kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar, mengajar, metode mengajar atau pendekatan mengajar”.

(15)

dianut oleh masyarakat dan juga IPTEK (Ideologi Pengetahuan dan Teknologi) yang berkembang.

Diantara faktor tersebut, ada salah satu faktor yang perlu mendapatkan perbaikan adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru merupakan salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar siswa, bertanggung jawab dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Nandika (2005 : 1) bahwa :

“Rendahnya kemampuan anak didik pada mata pelajaran Matematika dan sains tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengajarkan siswanya, guru mempunyai peranan yang tidak kecil dalam meningkatkan kualitas anak didik dan ia melihat siswa dibina oleh pengajar yang bagus akan melahirkan anak yang bagus pula. Kalau guru bagus biasanya anaknya juga bagus, jadi peranan guru luar biasa pentingnya dalam meningkatkan mutu pendidikan saat ini”.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh banyak faktor, yaitu pelajaran Matematika disajikan dalam bentuk yang kurang menarik dan terkesan sulit untuk dipelajari siswa, akibatnya siswa sering merasa bosan dan tidak merespon pelajaran dengan baik. Selain itu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi dan cenderung membatasi siswa untuk berkreasi mengungkapkan pemikirannya saat belajar sehingga kurang berminat belajar Matematika dan hasil belajar yang kurang optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003) bahwa :

“Metode mengajar guru yang kurang baik diakibatkan karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa kurang senang terhadap pelajaran”.

Keadaan ini menunjukkan bahwa masih diperlukan perbaikan dalam pembelajaran agara hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Keberhasilan belajar Matematika siswa tidak terlepas dari kualitas pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran berkualitas merupakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman serta hastrat dan kerinduan belajar pada diri siswa. Menurut Pasaribu dan Simanjuntak dalam Suryosubroto (2002) didalam pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :

(16)

2. Belajar murid, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui belajar mengajar (KBM).

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan peneliti ke sekolah SMP Negeri 2 Perbaungan menunjukkan bahwa banyak siswa yang kesulitan pada masalah variabel sejenis dalam sistem persamaan linier dua variabel. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa guru sudah pernah mencoba mengatasinya dengan cara menyuruh siswa membiasakan untuk membaca materi pelajaran yang akan diajarkan, memberikan tugas untuk menyelesaikan soal – soal yang ada di buku. Akan tetapi hasil belajar siswa masih sangat rendah, rata – rata nilai yang didapatkan siswa adalah minimal 50 dan maksimal 60. Menurut observasi yang dilakukan peneliti di sekolah SMP Negeri 2 Perbaungan, masih rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan kurangnya respon guru dan sistem penilaian yang kurang menghargai upaya siswa untuk bekerja dan belajar.

Permasalahan rendahnya hasil belajar Matematika juga dialami siswa SMPN 2 Perbaungan, salah satunya pada materi pelajaran Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Ini merupakan hal yang mendasari sehingga penelitian dilakukan di sekolah ini dengan materi tersebut. Dalam proses pembelajaran, setiap kegiatan harus dapat mendorong siswa agar aktif sehingga dapat memahami konsep dan prosedur Matematika.

Untuk mengatasi masalah yang ada, hendaknya guru mampu memberi inovasi pada metode pembelajaran yang digunakan selama ini. Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya variatif, sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan mampu diterima oleh siswa yang memiliki gaya belajar berbeda – beda. Seperti yang diungkapkan oleh Aluyiyawati (http://www.one.indoskrip.com).

(17)

Proses pembelajaran di kelas cenderung belum bisa mendorong mereka maju dan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing – masing. Salah satu prinsip mengajar siswa menekankan pentingnya individualitas yaitu menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan individual siswa.

Dengan demikian usaha yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menekankan suatu prinsip individualitas siswa. Memperhatikan permasalahan yang dikemukakan tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh guru maupun peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga peneliti ingin menerapkan suatu pembelajaran yang dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan individualitas siswa. Untuk itu, model pembelajaran yang tepat digunakan adalah Model Pembelajaran Pair Checks. Menurut Rachmad Widodo (dalam Spencer Kagen 1993) :

“Model pembelajaran Pair Checks adalah model pembelajaran mengecek berpasangan. Dimana siswa dilatih untuk saling bekerja sama dan melatih rasa sosial siswa serta melatih untuk memberi penilaian. Jadi, model pembelajaran Pair Checks ini dapat juga melatih komunikasi antar siswa”. Berdasarkan uraian di atas diharapkan model pembelajaran Pair Checks ini dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran matematika khususnya pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Jika pemahaman siswa terhadap matematika makin baik, maka tentu hasil belajar siswa akan semakin baik, kerena setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai.

Dalam penelitian ini yang menjadi acuan adalah peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Pair Checks.

(18)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, ada beberapa masalah yang diidentifikasi pada penelitian ini, yaitu :

1. Kurangnya minat siswa untuk belajar Matematika,

2. Masih banyak siswa yang menganggap SPLDV sebagai materi yang sulit,

3. Rendahnya pemahaman Matematika siswa pada materi SPLDV, 4. Hasil belajar siswa yang masih rendah pada materi SPLDV,

5. Siswa sulit dalam menyelesaikan soal – soal Sistem Persamaan Linier Dua Variabel,

6. Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat dengan materi yang diajarkan.

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan peneliti, maka masalah yang disebutkan di atas dibatasi pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Pair Checks, serta sulitnya siswa dalam menyelesaikan soal – soal pada materi system persamaan linier dua variabel.

1.4Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran pair checks dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) ?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Pair Checks dalam menyelesaikan soal matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel ?

1.5Tujuan Penelitian

(19)

2. Dengan meningkatkan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Pair Checks dapat menyelesaikan soal matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi sekolah sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran termasuk dalam meningkatkan hasil belajar siswa,

2. Bagi guru sebagai masukan untuk menambah variasi model pembelajaran. Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai model pembelajaran Pair Checks sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa,

3. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam menyelesaikan permasalahan matematika,

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Strategi yang dilakukan dalam penerapan Model Pembelajaran Pair Checks

dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV), adalah :

a. Membentuk siswa menjadi kelompok berpasangan dimana siswa dapat bertukar pikiran dalam belajar.

b. Melibatkan siswa dalam tiap langkah – langkah pembelajaran.

c. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi dalam mengungkapkan ide – ide pemikirannya.

2. Adapun tugas yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar adalah :

a. Memotivasi siswa agar mempelajari materi sistem persamaan linier dua variabel dengan cara menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari – hari.

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar dengan cara membantu siswa memahami permasalahan yang diberikan dan menyuruh siswa untuk menyelesaikan soal melalui tanya jawab.

c. Membimbing penyelidikan dengan cara membantu siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan, siswa yang mengalami kesulitan akan dibantu oleh guru.

d. Menganalisis dan mengevaluasi proses jawaban siswa dengan cara menyuruh beberapa siswa untuk menuliskan jawaban di papan tulis dan melakukan evaluasi sehingga diperoleh jawaban yang benar.

(21)

dari peningkatan hasil rata – rata siswa berdasarkan hasil tes awal dan hasil tes belajar tiap siklus. Dari hasil tes awal di kelas VIII – 5 diperoleh 28 orang siswa (87,50%) yang mencapai nilai dan siswa yang mencapai nilai (syarat ketuntasan belajar) ada 4 orang siswa (12,50%) dengan rata – rata nilai pada tes awal 40,78. Setelah pemberian tindakan pengajaran melalui model pembelajaran Pair Check, nilai tes hasil belajar I di kelas VIII – 5 dari 32 orang siswa, 18 orang siswa (56,25%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal (yang mendapat nilai ) sedangkan 14 orang siswa (43,75%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dan nilai rata – rata kelasnya mencapai 72,50. Sedangkan setelah dilakukannya perbaikan dari siklus I pada siklus II di kelas VIII – 5, nilai tes hasil belajar siklus II dari 32 orang siswa siswa, 28 orang siswa (87,50%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal (yang mendapat nilai ) dan 4 orang siswa (12,50%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dengan kata lain, nilai dari ketuntasan klasikal tes hasil belajar I di kelas VIII – 5 mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 31,25%.

4.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Kepada Guru Matematika, dalam mengajarkan materi Sistem Persamaan

Linier Dua Variabel atau materi lain yang sesuai sebaiknya menggunakan model pembelajaran Pair Checks sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepad siswa, diharapkan untuk mau lebih aktif selama pembelajaran dan mau mempelajari kembali di rumah materi yang telah diberikan.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta : Jakarta.

Aguston, M. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Lembaga Akta Mengajar UNJ : Jakarta.

Aluyiyawati. http://www.one.indoskrip.com

Aqib, Zainal, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. YRAMA WIDYA : Bandung

Arikunto, S. (2003). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta Budhi, Wono Setya. (2007). Matematika Untuk Kelas VIII Semester 1. Erlangga :

Bandung.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta : Banjarmasin.

Djumanta, Wahyudin. (2005). Mari Memahami Konsep Matematika Untuk Kelas VIII. Grafindo Media Pratama : Bandung.

Evita, dkk. (2004). Psikologi Pendidikan. Lembaga Akta Mengajar UNJ : Jakarta. Hudojo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud : Jakarta. Japar, M. (2004). Belajar Dan Pembelajaran. Lembaga Akta Pembelajaran UNJ :

Jakarta.

Mulyana, dkk. (2004). Evaluasai Pendidikan. Lembaga Akata Mengajar UNJ : Jakarta.

Mumun Syaban. http://educare.e-fkipunla.net

(23)

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana : Bandung

Simanjuntak, Lisnawaty. (1995). Metode Mengajar Matematika I. Depdikbud : Malang.

Slameto. (2003). Belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. PT.Rineka Cipta : Jakarta.

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT REMAJA ROSDAKARYA : Bandung.

Sujiono, Y.N., Wargahadibrat, H., dan Japar, M, (2004), Belajar dan Pembelajaran, Universitas Negeri Jakarta : Jakarta.

Suryosubroto. B, (2002). Proses Belajar Mengajar Disekolah. Rineka Cipta : Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana.

Undang – Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 (2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003. Cemerlang : Jakarta.

http://www.one.indoskrip.com

http://opinibebas.epajak.org/blog

http://id.scribd.com/doc/92763072/BAB-I-II-III

Gambar

Tabel 2.1.    Tabel Pembelajaran kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan salah satu agenda Pemprov Jatim tahun 2006-2008 bahwa di Bangil terpilih menjadi klaster industri kecil bordir karena dipandang sebagai jenis usaha yang relatif

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENDATAAN SISWA DAN ALUMNI PADA SMK MA’ARIF 4 KEBUMEN BERBASI WEB..

[r]

 Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal (pyramidal) merupakan jalur desending yang terdiri dari

HUBUNGAN SELF TALK TERHADAP MOTIVASI DAN KEPERCAYAAN DIRI ATLET RENANG PADA KEJUARAAN WALIKOTA CUP BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |