• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERPIKIR POSITIF Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin Al Qur’an.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN BERPIKIR POSITIF Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin Al Qur’an."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

i

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

SIGIT KARNIANTO

F 100 040 235

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ii

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Sarjana S-1 Psikologi

Disusun oleh : SIGIT KARNIANTO

F 100 040 235

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUAMMADIYAH SURAKARTA

(3)

iii

Yang diajukan oleh : SIGIT KARNIANTO

F 100 040 235

Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

(4)

iv F 100 040 235

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal

28 Januari 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Telah Disetujui oleh:

Pembimbing

Eny Purwandari S.Psi., M.Si

Penguji Pendamping I

Taufik Kasturi S.Psi., M.Psi., Ph.D

Penguji Pendamping II

Dra. Partini S.Psi., M.Si

Surakarta, 12 Februari 2013 Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Psikologi Dekan

(5)

KEMAMPUAN BERPIKIR POSITIF

MUTADABBIRIN AL QUR’AN

ABSTRAKSI

Sigit Karnianto

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi dinamika kemampuan berpikir positif orang yang mempelajari sebaik-baik perkataan, yaitu orang-orang yang mempelajari Al Qur’an.

Informan dalam penelitian ini adalah beberapa santri tingkat teratas, yaitu tingkat Mustawa’ Robi’ Ma’had Abu Bakar Ash Shiddiq, kompleks Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tadabbur Al Qur’an/merenungi makna Al Qur’an dapat menjadikan seseorang berpikir positif dalam menghadapi kehidupan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tadabbur Al Qur’an/merenungi makna Al Qur’an dapat menjadikan seseorang berpikir positif dalam menghadapi kehidupan. Manfaat tadabbur Al Qur’an yaitu keyakinan bahwa setiap hamba memiliki Robb-nya yang tidak pernah meninggalkan hamba-Nya; pelajaran dari kaum-kaum terdahulu; semakin mengingat Alloh sehingga giat beribadah; semakin semangat mentadabburinya karena merasa bahwa pengetahuannya saat ini sangatlah sedikit sehingga semakin banyak mentadabburi Al Qur’an maka semakin banyak memiliki solusi. Perbedaan yang dirasakan setelah mentadabburi Al Qur’an adalah kenyamanan dalam berpikir, bertindak, dan berbuat; mendapat wawasan yang baru dari sebelumnya; ketenangan setelah kegelisahan; merasakan kepuasan tersendiri karena mengetahui kandungan Al Qur’an

Kata kunci: Kemampuan berpikir positif, mutadabbirin Al Qur’an

(6)

PENGANTAR

Alloh Yang Maha Memampukan orang-orang yang tidak berdaya adalah Dzat yang adil membagi waktu 24 jam sehari semalam kepada setiap manusia. Manusia sukses dan gagal diberi jatah waktu yang sama dalam sehari semalam untuk mewujudkan impiannya. K.H Ahmad Dahlan (dalam Malkhan, 1986) mengatakan bahwa semua makhluk mempunyai kehendak dan hajat serta maksud dan tujuan, dan jalan untuk mencapainya. Alloh telah menciptakan waktu sebagai kesempatan dan jalan untuk mencapai segala maksud dan tujuannya.

Perjalanan hidup manusia diwarnai dengan berbagai tantangan dan solusi. Beragam manusia menghadapi masalah dengan beragam cara, diantaranya adalah dengan menemukan solusi masalah dan memecahkannya, adapula yang menghadapi masalah dengan menambah masalah baru. Perbedaan dalam menghadapi masalah ini sangat dimungkinkan dipengaruhi oleh cara

berpikir yang berbeda dalam menggunakan akal pikiran.

Berpikir positif sebenarnya bisa dilakukan oleh setiap orang, karena setiap orang pada dasarnya menginginkan kondisi yang tentram, nyaman, senang dalam kehidupan. Masalahnya adalah tidak setiap orang berhasil mendapatkan kondisi-kondisi tersebut karena cara yang berbeda dalam menghadapi masalah, antara lain dengan berpikir negatif atau berpikir positif.

(7)

daripada permusuhan, rasa percaya diri daripada takut, kepuasan daripada ketidakpuasan, kebaikan daripada kejahatan, dan berita baik daripada yang buruk serta bagaimana memecahkan masalah.

Kemampuan berpikir positif bisa dilatih dengan mengambil hikmah dari pengalaman hidup ataupun nasihat orangtua, guru, ustadz. Seseorang sepatutnya merenungi kalimat-kalimat nasihat ataupun hikmah pengalaman hidup untuk perbaikan diri, sedangkan sebaik-baik perkataan/petunjuk adalah firman Alloh (kalamulloh).

Tadabbur Al Qur’an adalah perenungan makna ayat-ayat Al Qur’an (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989). Tadabbur Al Qur’an adalah salah satu bentuk ibadah dalam Islam yang memancing kemampuan berpikir positif seseorang, karena Al Qur’an berisi petunjuk kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat. Orang-orang yang mentadabburi Al Qur’an disebut Mutadabbirin.

Sebuah penelitian (Sufriani, 2009) menunjukkan bahwa keteraturan membaca dan menghayati/merenungi makna ayat dalam Al Qur’an mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kemampuan berpikir positif pada narapidana. Narapidana yang mengikuti pelatihan keteraturan membaca dan menghayati/merenungi makna ayat di dalam Al Qur’an memiliki kemampuan berpikir positif yang lebih tinggi daripada narapidana yang tidak mengikuti pelatihan keteraturan membaca dan menghayati makna ayat dalam Al Qur’an.

Peneliti berusaha melakukan pertanyaan lanjutan tentang “Bagaimana kalau penelitian tidak

membandingkan antara orang yang

menghayati Al Qur’an dengan orang

yang tidak menghayati Al Qur’an,

tetapi memfokuskan diri pada

orang-orang yang menghayati Al Qur’an

saja?”, “Benarkah orang yang

menghayati Al Qur’an memiliki

kemampuan berpikir positif yang lebih

tinggi?”, “Adakah orang yang

menghayati Al Qur’an tetapi memiliki

(8)

rendah?”, “Apa yang menyebabkan

seseorang yang mentadabburi Al

Qur’an tetapi memiliki kemampuan

berpikir positif yang beragam?”.

Peneliti berusaha memfokuskan pada orang-orang yang sengaja mempelajari Al Qur’an di Lembaga Pendidikan Islam dan Bahasa Arab tetapi memiliki kemampuan berpikir positif dengan tingkat beragam, serta tidak membandingkan antara narapidana yang menghayati Al Qur’an dan narapidana yang tidak menghayati Al Qur’an seperti penelitian eksperimen yang dilakukan Sufriani, dimana Lembaga Pemasyarakatan bukanlah lembaga yang sengaja didirikan dengan tujuan untuk memfokuskan perenungan makna Al Qur’an, tetapi didirikan untuk bimbingan dan pembinaan bagi narapidana secara umum.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengajukan permasalahan yaitu bagaimana kemampuan berpikir positif Mutadabbirin Al Qur’an khususnya yang berada di lingkungan Lembaga Pendidikan Al Qur’an dan Bahasa

Arab? Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin Al Qur’an”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika berpikir positif Mutadabbirin Al Qur’an.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak seperti di bawah ini: 1. Subyek penelitian dan individu

lain, dapat memberi masukan mengenai adanya manfaat dari perenungan makna ayat-ayat Al Qur’an terhadap kemampuan berpikir positif, sehingga individu mampu menghadapi dinamika kehidupan dengan berpikir positif. 2. Bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan psikologi umum pada khususnya, juga sebagai referensi dalam upaya menambah wawasan mengenai psikologi umum terutama berkaitan tentang kemampuan berpikir positif

(9)

acuan, serta dapat menjadi rujukan dalam penelitian selanjutnya

LANDASAN TEORI

Kemampuan Berpikir Positif

Albrecht (dalam Sufriani, 2009) mengartikan berpikir positif sebagai perhatian yang tertuju pada subyek positif dan menggunakan bahasa positif untuk membentuk dan menggunakan pikiran. Perhatian positif berarti pemusatan perhatian pada hal-hal dan pengalaman-pengalaman yang positif sedangkan bahasa positif adalah penggunaan kata-kata ataupun kalimat yang positif untuk mengekspresikan isi pikirannya. Individu yang berpikir positif akan lebih sering berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta daripada kebencian, kebahagiaan daripada kepedihan, persahabatan daripada permusuhan, rasa percaya diri daripada takut, kepuasan daripada ketidakpuasan, kebaikan daripada kejahatan, dan berita baik daripada yang buruk serta bagaimana memecahkan masalah.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, ditarik kesimpulan bahwa

berpikir positif adalah kemampuan berpikir seseorang yang lebih memusatkan pada aspek-aspek positif dari keadaan diri, orang lain, maupun masalah yang tengah dihadapi sehingga membantu memikirkan dan mendapatkan solusi serta membebaskan dari kungkungan pikiran negatif.

Mutadabbirin Al Qur’an

Tadabbara-yatadabbaru artinya

merenung, memperhatikan, meneliti, dan mengambil suatu pelajaran atas suatu masalah atau peristiwa (Tim Penulis Studi Islam 3, 2011).

Tadabbur/deliberation artinya

perenungan; tadabbar/he deliberated artinya dia merenung; mutadabbir/deliberator artinya orang

yang merenungi. Mutadabbirin adalah bentuk jamak dari mutadabbir, sehingga Mutadabbirin Al Qur’an berarti orang-orang yang merenungi makna Al Qur’an untuk diambil hikmahnya.

(10)

Qur’an agar bisa memahaminya dan mengungkap makna-makna serta menguak hikmah-hikmah hakiki dan maksud yang dikehendakinya.

Kemampuan Berpikir Positif Mutadabbirin Al Qur’an

Setiap individu yang sedang mengalami permasalahan pada umumnya mempunyai keinginan untuk segera menuntaskan masalahnya. Seseorang akan melakukan proses berpikir bila menemui kesulitan dengan harapan dapat dicari jalan keluar dari masalah tersebut, mengembangkan proses berpikirnya mulai dari pikiran positif hingga pikiran negatif untuk mencari jalan keluar.

Peale (1992) berpendapat bahwa cara berpikir positif adalah memusatkan perhatian pada sisi positif dari keadaan yang tengah dihadapi, selanjutnya dijelaskan bahwa berpikir positif merupakan usaha mencari aspek-aspek positif dari keadaan yang dihadapinya, berkonsentrasi pada hal-hal yang baik, melihat pada situasi yang menyenangkan, serta bersikap baik pada orang lain.

Kemampuan berpikir positif bisa dilatih dengan mengambil hikmah dari nasihat orangtua, guru, ustadz. Seseorang merenungi kalimat-kalimat nasihat ataupun hikmah pengalaman hidup untuk perbaikan diri, sedangkan sebaik-baik perkataan adalah perkataan Alloh (kalamulloh) maka mempelajari Al Qur’an dan mentadabburi (merenungi) maknanya diharapkan memberikan hasil yang maksimal dalam kemampuan berpikir positif.

Keyakinan seseorang terhadap “Sang Penguasa Jagad Raya” bisa menjadi awal yang bagus untuk menyelesaikan masalah dengan pikiran yang positif. Seseorang dengan keyakinan religius yang bagus akan selalu meminta pertolongan kepada Tuhan-nya, apalagi terhadap permasalahan yang seakan-akan telah tertutup semua pintu jalan keluar permasalahan, kecuali pintu pertolongan Allohur Rohman.

(11)

orang-orang tersebut melibatkan Alloh dalam menyelesaikan masalahnya, maka Alloh adalah sebaik-baik penolong urusan manusia. Seseorang bisa melibatkan bantuan Alloh dengan doa di dalam sholat.

Proses perenungan makna doa tersebut dinamakan tadabbur menurut istilah literatur Islam, sedangkan ayat doa yang selalu dibaca orang Islam dalam sholatnya mempunyai terjemahan sebagai berikut: ”Hanya kepada-Mu kami menyembah dan

hanya kepada-Mu kami memohon

pertolongan” (Al Fatihah : 5),

sebagian ulama salafush sholih mengatakan bahwa Surat Al Fatihah adalah rahasia Al Qur’an, dan rahasia Al Fatihah terletak pada ayat: (yang terjemahannya adalah ) “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya

kepada-Mu pula kami memohon

pertolongan”. (Ibnu Katsir, 2001)

Ayat Al Qur’an yang berbunyi “Hanya kepada-Mu kami beribadah

dan hanya kepada-Mu pula kami

memohon pertolongan”, bermakna

bahwa kita berjanji kepada Robb kita bahwa kita tidak menyekutukan-Nya dalam ibadah dengan suatu apapun;

serta pengingkaran terhadap adanya daya upaya serta kekuatan lain (selain kekuatan Alloh) (Basyier, 2011)

Manusia zaman sekarang sangat membutuhkan kebutuhan rokhani. Percakapan peneliti dengan seorang berkebangsaan Swiss menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa manusia moderen di Eropa, United States, dan Jepang bisa memiliki semua material kenikmatan dunia dengan mudah. Mereka tercukupi semuanya kecuali kebutuhan rohani, mereka membutuhkan kekuatan di luar dirinya untuk menghadapi tekanan kehidupan.

Islam selalu mengajarkan manusia untuk selalu melibatkan Alloh dalam urusan dunia dan agamanya. Manusia membutuhkan “Sebaik-baik penolong”, Al Qur’an merupakan perkataan Alloh sebagai petunjuk kehidupan bahagia dunia dan akhirat, maka merenungi maknanya atau mentadabburinya adalah salah satu solusi untuk mendapatkan kebahagiaan hidup.

(12)

keteraturan membaca dan menghayati makna ayat dalam Al Qur’an mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kemampuan berpikir positif pada narapidana. Narapidana yang mengikuti pelatihan keteraturan membaca dan menghayati makna ayat di dalam Al Qur’an memiliki kemampuan berpikir positif yang lebih tinggi daripada narapidana yang tidak mengikuti pelatihan keteraturan membaca dan menghayati makna ayat dalam Al Qur’an.

Orang yang melakukan tadabbur Al Qur’an lazimnya memiliki kemampuan berpikir positif yang baik, apabila orang yang melakukan tadabbur Al Qur’an memiliki kemampuan berpikir positif yang buruk maka dimungkinkan karena terjadinya distorsi kognitif. Berdasarkan pendapat Burns (dalam Susetyo, 2005) bahwa kemampuan berpikir positif tidak berkembang karena seringkali manusia mengalami distorsi kognitif ketika berhubungan dengan diri sendiri, orang atau situasi, lebih lanjut dijelaskan bahwa distorsi kognitif yang seringkali terjadi adalah sebagai berikut :

1. Pembesaran : membesar-besarkan pentingnya peristiwa negatif, sehingga intensitasi reaksi emosional dapat meledak.

2. Memberi cap : melukiskan sasaran sebagai orang yang jahat atau dungu, kemudian mendaftar di dalam pikiran semua hal yang tidak disukai tentang orang lain (filter pikiran) dan mengabaikan semua kelebihan atau sisi positif atau sifat-sifat yang baik (mendiskualifikasikan yang positif)

3. Membaca pikiran : mereka-reka motif yang melatarbelakangi perilaku, yang demi kepuasan sendiri menjelaskan mengapa orang lain bertindak demikian. Justru yang terjadi adalah menyalahkannya saja.

(13)

sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut maka seseorang harus mampu mengenali dan merubah distorsi kognitif yang dialami untuk meningkatkan kemampuan berpikir positif. Seseorang harus mengenali jenis kesalahan dalam berpikir antara lain distorsi kognitif yang dialami, dengan cara mengembangkan berbagai wawasan tentang jenis distorsi kognitif yang sering dialami, mengembangkan informasi tentang sisi positif manusia, dan mengembangkan penilaian positif terhadap seseorang atau sesuatu Pertanyaan Penelitian.

Berdasarkan uraian-uraian di atas mendorong penulis untuk mengungkapkan pertanyaan penelitian: “Bagaimana kemampuan berpikir positif Mutadabbirin Al Qur’an?”

METODE PENELITIAN

Identifikasi Gejala Penelitian

Gejala penelitian dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir positif Mutadabbirin Al Qur’an

Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara

purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2008).

Penentuan subyek pada penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik, seperti yang dikemukakan oleh Sarantakos (dalam Poerwandari, 1998), yaitu:

1. Jumlah sampel cenderung tidak dalam jumlah yang banyak, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.

(14)

3. Tidak diarahkan pada keterwakilan melainkan pada kecocokan konteks

Informan dalam penelitian ini adalah beberapa santri yang mempelajari Al Qur’an, kemudian peneliti akan melakukan pengumpulan data dan disempurnakan dengan pengumpulan data lainnya untuk menjawab permasalahan penelitian. Karakteristik informan peneliti adalah: 1. Santri putra di Ma’had Abu Bakar

Ash Shidiq tingkat akhir/Mustawa

Robi’.

2. Mampu membaca Al Qur’an dan membaca terjemahannya.

3. Berusia 17 tahun ke atas..

4. Memiliki ustadz (pembimbing) yang lebih berpengalaman dan ahli dalam Al Qur’an.

Metode Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah kategorisasi. Peneliti

membubuhkan kategori-kategori sehingga akan terlihat pola hubungan antar kategori.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan Secara Umum

Dinamika subyek 1 dan subyek 2 yang memiliki kemampuan berpikir positif tertinggi yaitu; subyek 1 mengatasi masalah hidup dengan mempelajari kandungan Al Qur’an dan Sunnah lalu menerapkannya, serta meneladani Salaful Ummah. Subyek 1 juga

(15)

dirasakan setelah tadabbur Al Qur’an yaitu mendapat wawasan yang baru dari sebelumnya.

Dinamika subyek 3 dan subyek 4 yang memiliki kemampuan berpikir positif menengah yaitu; subyek 3 mengatasi masalah hidup dengan petunjuk Al Qur’an melalui cara memahami arti dan tafsirnya, belajar bahasa Arab, dengan kajian keislaman sehingga mendapatkan yang diharapkan yaitu kandungan Al Qur’an. subyek 3 merasakan perbedaan yang dirasakan setelah tadabbur Al Qur’an yaitu ketenangan setelah kegelisahan; sedangkan subyek 4 berusaha bersabar menghadapi hidup dengan meyakini bahwa semakin tinggi iman seseorang maka semakin besar pula ujiannya. Subyek 4 mengatakan bahwa semakin banyak

mentadabburi Al Qur’an maka semakin banyak memiliki solusi.

Dinamika subyek 5 yang memiliki kemampuan berpikir positif terendah yaitu; Subyek 5 merasa belum pernah mengamalkan Al Qur’an dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi subyek 5 berusaha mensyukuri nikmat kehidupan dengan melakukan kebaikan, serta subyek 5 berusaha bersabar menghadapi kehidupan dengan mengingat kenikmatan yang diperoleh. Subyek 5 tidak merasakan manfaat tadabbur Al Qur’an karena tidak sering mentadabburi Al Qur’an pada mulanya, akan tetapi subyek 5 termotivasi menjadi hamba yang baik setelah mentadabburi Al Qur’an.

(16)

berkomunikasi dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi beban berat yang ditanggung jiwa. Para psikolog menyarankan orang-orang yang jiwanya tengah menanggung beban berat untuk berkomunikasi dengan orang lain, bicara dari hati ke hati, agar terkurangi bebannya. Sementara membaca Al Qur’an ibaratnya adalah komunikasi dengan Alloh. Otomatis, dengan komunikasi itu, orang yang membaca Al Qur’an maka jiwanya akan menjadi tenang dan tentram, lebih-lebih bila dihubungkan bahwa malaikat akan turun memberikan ketenangan kepada orang yang tengah membaca Al Qur’an. (Syarifuddin, 2004)

Jika membaca Al Qur’an efektif mengobati penyakit hati atau mental (psikoterapi), tidak menutup

kemungkinan, membaca Kitab Suci ini juga efektif untuk mengobati berbagai penyakit fisik, karena sekian penyakit fisik awalnya banyak dipicu oleh gangguan kejiwaan (psikosomatik) seperti pikiran kacau, panik, cemas, gelisah, emosi tak terkendali, dsb

(17)

orang atau situasi. Semua subyek tidak mengalami distorsi kognitif kecuali subyek 4.

Subyek-subyek yang melakukan tadabbur Al Qur’an dalam penelitian ini adalah subyek yang memiliki kemampuan berpikir positif tertinggi yaitu subyek 1 dan subyek 2, serta subyek yang memiliki kemampuan berpikir positif menengah yaitu subyek 3 dan subyek 4, sedangkan subyek yang (pada mulanya) tidak melakukan tadabbur Al Qur’an adalah subyek yang memiliki kemampuan berpikir positif terendah yaitu subyek 5. Hal ini membuktikan bahwa merenungi /menghayati makna Al Qur’an memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir positif seseorang dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Peneliti menemukan hal lain yaitu semua subyek yang memiliki kemampuan berpikir positif tertinggi, kemampuan berpikir positif menengah, dan kemampuan berpikir positif terendah mengenal konsep sabar dan syukur dalam menghadapi “dilema” kehidupan yang hanya terdiri dari nikmat hidup dan cobaan hidup, disebut dengan “dilema” karena kehidupan ini adalah “Sawang Sinawang” (“Sawang Sinawang” berasal dari bahasa jawa yang berarti “Rumput tetangga tampak lebih hijau”) padahal penampilan yang ditampilkan terkadang menipu banyak orang.

(18)

memiliki peluang untuk berpikir positif menghadapi ujian kehidupan dengan konsep sabar dan syukur. Konsep sabar dan syukur ini adalah konsep sederhana yang bisa ditanyakan dengan bahasa ibu (bukan bahasa Arab/bahasa yang dipahami) kepada orang-orang yang lebih berilmu dan telah mengamalkannya.

Pelajaran yang bisa diambil adalah tadabbur Al Qur’an yang baik dan benar akan dapat memperbaiki kemampuan berpikir positif seseorang, masyarakat, bahkan negara. Para motivator dan psikolog dapat mengambil peran memperbaiki masyarakat dengan motivasi yang bersumber dari tadabbur Al Qur’an karena Al Qur’an adalah sebagai sebaik-baik perkataan (khoirul kalam) diwahyukan kepada sebaik-baik

Nabi (khoirul anbiya’) agar umat Islam menjadi Best of The Best (khoiru ummah).

Manusia zaman sekarang membayar banyak finansial untuk “Training” peningkatan kualitas

diri, sementara orang yang selalu mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya ibaratkan “Training” seumur hidup dengan

biaya murah meriah dan sanggup dilakukan setiap orang dengan kemampuan finansial yang beragam.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

(19)

menerapkannya, serta meneladani Salaful Ummah. Subyek 1 juga

meyakini bahwa setiap hamba memiliki Robb-nya yang tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Subyek 1 merasakan perbedaan setelah mentadabburi Al Qur’an yaitu kenyamanan dalam berpikir, bertindak, dan berbuat; sedangkan subyek 2 merasakan manfaat tadabbur Al Qur’an yaitu pelajaran dari kaum-kaum terdahulu. Subyek 2 juga merasakan perbedaan yang dirasakan setelah tadabbur Al Qur’an yaitu mendapat wawasan yang baru dari sebelumnya.

2. Dinamika subyek 3 dan subyek 4 yang memiliki kemampuan berpikir positif menengah yaitu; subyek 3 mengatasi masalah hidup dengan petunjuk Al Qur’an melalui cara memahami arti dan tafsirnya, belajar bahasa Arab,

dengan kajian keislaman sehingga mendapatkan yang diharapkan yaitu kandungan Al Qur’an. subyek 3 merasakan perbedaan yang dirasakan setelah tadabbur Al Qur’an yaitu ketenangan setelah kegelisahan; sedangkan subyek 4

berusaha bersabar menghadapi hidup dengan meyakini bahwa semakin tinggi iman seseorang maka semakin besar pula ujiannya. Subyek 4 mengatakan bahwa semakin banyak mentadabburi Al Qur’an maka semakin banyak memiliki solusi

3. Dinamika subyek 5 yang memiliki kemampuan berpikir positif terendah yaitu; Subyek 5 merasa belum pernah mengamalkan Al Qur’an dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi subyek 5 berusaha mensyukuri nikmat kehidupan dengan melakukan kebaikan, serta subyek 5 berusaha bersabar menghadapi kehidupan dengan mengingat kenikmatan yang diperoleh. Subyek 5 tidak merasakan manfaat tadabbur Al Qur’an karena tidak sering mentadabburi Al Qur’an pada mulanya, akan tetapi subyek 5 termotivasi menjadi hamba yang baik setelah mentadabburi Al Qur’an

Saran

(20)

banyak temuan dan kekurangan, maka dari itu peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi informan penelitian

Diharapkan selalu menjaga kuantitas dan kualitas tadabbur Al Qur’an, agar dapat dijadikan sebagai cara berpikir positif dalam memaknai kehidupan yang penuh tantangan.

2. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat terutama kaum muslim yang mempunyai gangguan Negative Thinking,

alangkah baiknya menggunakan tadabbur Al Qur’an sebagai solusi menghadapi masalah kehidupan 3. Bagi peneliti selanjutnya

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, A.U. (2011). Samudera Al Fatihah. Surabaya: Shafa Publika

Katsir, Ibnu. (2001). Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 (terjemahan: Abdul Ghafar). Bogor: Pustaka Imam Syafi’i

Malkhan, A.M. (1986). Pesan-Pesan Dua Pemimpin Besar Islam Indonesia (Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim Asy’ari). Yogyakarta: Medio

Peale, N.V. (1992). Berpikir Positif (terjemahan: Budiyanto). Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Poerwandari. (1998). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia

Sufriani, A.D. (2009). Pengaruh Keteraturan Membaca dan Penghayatan Makna Ayat Al Qur’an pada Kemampuan Berpikir Positif Narapidana. Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 1 No 1, Juni 2009

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: ALFABETA

Susetyo, Y.F. (2005). Perubahan Perilaku Mengajar yang Humanis Guru SD setelah Menjalani Pelatihan Berpikir Positif. http://psikologi.ugm.ac.id/uploads/ resources/File/Psikologi%20Pendidikan/Susetyo%20-%20Perilaku% 20mengajar %20Humanis.pdf

Syarifuddin, Ahmad. (2004). Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.

Tim Penulis Studi Islam 3. (2011). Studi Islam 3. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta

Referensi

Dokumen terkait

Gagalnya sistem pemerintahan federasi, yaitu pemerintahan Republik Indonesia Serikat pada 1949, yang membuat rakyat semakin gencar menyerukan adanya bentuk negara kesatuan ditambah

Berbagai masalah perilaku akan muncul dalam penyusunan anggaran misalnya ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan pernyataan bias pada

KELOMPOK KERJA BIRO LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA Sehubungan dengan evaluasi penawaran Paket Pekerjaan Peningkatan Jalan Duber - Sorendiweri - Korido

persamaan linear dua variable peserta didik SMAN 1 Rejotangan kelas X. Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Aptitude Treatment. Interaction terhadap motivasi

[r]

Pengolahan suatu data menjadi suatu informasi yang layak dikonsumsi oleh masyarakat yang memerlukannya, dewasa ini sudah menjadi suatu kewajiban bagi seorang penyaji informasi

27 Agustus 2013 tentang Penetapan Penyedia Barang / Jasa Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2013 Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Labuhanbatu Selatan.. Nomor

pada bagian persediaan produksi kain jadi maupun pihak lain yang mungkin dapat. bermanfaat diantaranya sebagai