• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN SAMOSIR."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Marben Sinaga, NIM : 809131031, Hubungan Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri Kabupaten Samosir. Tesis, Administrasi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan: 1) Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru, 2) Motivasi kerja dengan Kinerja Guru, 3) Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja secara bersama-sama dengan Kinerja Guru.

Populasi penelitian adalah guru-guru SMP Negeri Kabupaten Samosir sebanyak 305 orang. Sampel penelitian sejumlah 78 orang yang diambil secara Proportional Random Sampling. Metode penelitian adalah kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional. Instrumen pengumpulan untuk semua variabel menggunakan angket berskala Likert.

Sebelum instrumen penelitian dipakai untuk mengumpulkan data penelitian terlebih dahulu diujicobakan, dilanjutkan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk perhitungan uji validitas angket digunakan rumus product momen, dan untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus alpha. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, digunakan teknik korelasi sederhana dan korelasi ganda.

Berdasarkan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan berarti antara : (1) efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, nilai korelasi sebesar 0.468 dan besar thitung > ttabel (4.614 > 1.99), (2) motivasi kerja dengan kinerja guru, nilai korelasi sebesar 0.654 dan besar thitung > ttabel (7.541 > 1.99), (3) efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru, besar korelasi Rhitung yakni 0.738 dan besar Fhitung > Ftabel (44.898 > 3.12), maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan berarti antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru dapat diterima dan diuji kebenarannya.

(2)

ii ABSTRACT

Marben Sinaga, 809131031. The Relationship between the Effectiveness

Principal’s Leadership and Teacher’s Work Motivation with Teacher’s

Performance of Junior High School in Samosir Regency. Post Graduate Thesis. State University of Medan, 2012.

The purpose of this study was to determine (1) the effectiveness principal’s leadership with teacher’s performance, (2) the relationship of teacher’s work motivation with teacher’s performance (3) the relationship between effectiveness principal’s leadership and teacher’s work motivation altogether with the teacher’s performance.

The Subject of this research were teachers of junior high school in Samosir Regency, with the total of 305 teachers and 78 of them were taken as sample by using proportional random sampling. Quantitative research method is the kind of descriptive research with correlative study. Instruments used were questionnaires with Likert Scale for getting the effectiveness principal’s leadership, teacher’s work motivation, and teacher’s performance and the instrument were first tried. And then the analysis of instruments were used validity and realibility test. For calculation validity test used product moment, and reliability used alpha formula. Techniques of data analysis using correlation and simple and multiple regression techniques.

The results of this study are presented (1) there is a positive and significant relationship between effectiveness principal’s leadership with teacher’s performance with correlation coefficient is 0.468 and tcalculate= 4.614 > ttable = 1.99, (2) there is a positive and significant relationship between teacher’s work motivation with teacher’s performance with correlation coefficient is 0.654 and tcalculate = 7.541 > ttable= 1.99, (3) there is a positive and significant relationship between effectiveness principal’s leadership and teacher’s work motivation with correlation coefficient 0.738 and Fcalculate = 44.898 > Ftable= 3.12. It can be said that there is a positive and meaningful relationships between relationship between effectiveness principal’s leadership and teacher’s work motivation altogether with the teacher’s performance is acceptable and proven true.

(3)

vi

BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Teoretis 2.1.1. Kinerja Guru ... 12

2.1.2. Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 19

2.1.3. Motivasi Kerja ... 32

2.2. Penelitian yang Relevan ………..……..…... 40

(4)

vii

2.3.2. Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru

SMP Negeri di Kabupaten Samosir ... 45

2.3.3. Hubungan antara Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Secara Bersama-sama dengan Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Samosir ... 47

2.4. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

3.2. Jenis Penelitian ... 51

3.3. Populasi dan Sample Penelitian 3.3.1. Populasi ... 52

3.3.2. Sampel ... 52

3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian 3.4.1. Variabel Penelitian ... 54

3.4.2. Definisi Operasional ... 54

3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 56

3.6. Uji Coba Instrumen 3.6.1. Uji Validitas (Kesahihan) ... 59

3.6.2. Uji Reliabilitas (Keterandalan) ... 60

3.7. Teknik Analisis Data 3.7.1. Uji Normalitas (Rumus Lilieforse) ... 64

3.7.2. Uji Homogenitas ... 65

3.7.3. Uji Independensi ... 65

3.7.4. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Sederhana ... 66

(5)

viii BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Data Penelitian ... 69

4.1.1. Kinerja Guru (Y) ... 69

4.1.2. Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) ... 71

4.1.3. Motivasi Kerja (X3) ... 72

4.2. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian 4.2.1.Mengidentifikasi Tingkat Kecenderungan Kinerja Guru (Y) ... 73

4.2.2. Mengidentifikasi Tingkat Kecenderungan Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 74

4.2.3. Mengidentifikasi Tingkat Kecenderungan Motivasi Kerja (X3) ... 75

4.3. Uji Persyaratan Analisis 4.3.1. Uji Normalitas Data ... 75

4.3.2. Uji Homogenitas ... 77

4.3.3. Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi a. Kinerja Guru atas Efektivitas Kepemimpinan Kepala 4.5.1. Hubungan antara Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 81

4.5.2. Hubungan antara Motivasi kerja dengan Kinerja Guru .... 83

4.5.3. Hubungan antara Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru ... 84

4.6. Temuan Penelitian ... 86

4.7. Pembahasan Penelitian ... 88

(6)

ix

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 93

5.2. Implikasi 5.2.1. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 94

5.2.2. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Motivasi Kerja ... 96

5.2.3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Efektivitas dan Motivasi Kerja ... 97

5.3. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(7)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Penyebaran Populasi Penelitian ... 52

Tabel 3.2. Pengambilan Sampel Kelas ... 54

Tabel 3.3. Indikator Variabel Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 57

Tabel 3.4. Indikator Variabel Motivasi Kerja Guru ... 58

Tabel 3.5. Indikator Variabel Kinerja Guru ... 58

Tabel 3.6. Analisis Hubungan (Asosiatif) ... 61

Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Skor Variabel Penelitian ... 69

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Guru (Y) ... 70

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Skor Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 71

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja (X2) ... 72

Tabel 4.5. Tingkat Kecenderungan Kinerja Guru (Y) ... 74

Tabel 4.6. Tingkat Kecenderungan Kinerja Guru Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 74

Tabel 4.7. Tingkat Kecenderungan Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 75

Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Analisis Normalitas ... 76

Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Analisis Homogenitas Setiap Variabel Penelitian .... 77

Tabel 4.10. Persamaan Regresi Y Atas X1 ... 78

Tabel 4.11. Persamaan Regresi Y Atas X2 ... 79

Tabel 4.12. Rangkuman Uji Independensi Variabel X1 dengan X2 ... 80

Tabel 4.13. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Ganda ... 81

Tabel 4.14. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi X1 dengan Y ... 82

Tabel 4.15. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Parsial X1 dengan Y ... 82

Tabel 4.16. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Parsial X2 dengan Y ... 83-84 Tabel 4.17 Rangkuman Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Masing-masing Variabel Prediktor . ... 85

(8)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dimensi Kerja ... 16

Gambar 2.2. Kepemimpinan Model Situasional. ... 27

Gambar 2.3. Teori Kebutuhan Maslow Revised ... 34

Gambar 2.4. Paradigma Penelitian ... 49

Gambar 4.1. Histogram Skor Kinerja Guru (Y) ... 70

Gambar 4.2. Histogram Skor Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 72

Gambar 4.3. Histogram Skor Motivasi Kerja (X2) ... 73

(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Instrumen Penelitian Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 103

2. Instrumen Penelitian Efektivitas Motivasi Kerja ... 106

3. Instrumen Penilaian Kinerja Guru ... 108

4. Uji Validitas Uji Coba Instrumen Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah……….. ... … ... 110

5. Perhitungan Validitas Instrumen Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 111

6. Uji Validitas Uji Coba Instrumen Motivasi Kerja ... 113

7. Perhitungan Validitas Instrumen Motivasi Kerja ... 114

8. Uji Validitas Uji Coba Instrumen Kinerja Guru ... 116

9. Perhitungan Validitas Instrumen Kinerja Guru ... 117

10. Uji Realibilitas Uji Coba Instrumen Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 119

11. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah... 120

12. Uji Realibilitas Uji Coba Instrumen Motivasi Kerja ... 124

13. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Motivasi Kerja ... 125

14. Uji Realibilitas Uji Coba Kinerja Guru... 128

15. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kinerja Guru ... 129

16. Data Penelitian ... 132

17. Prosedur Statistik Deskriptif ... 133

18. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 139

19. Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 143

20. Perhitungan Uji Homogenitas Data ... 150

21. Uji Linieritas ... 157

22. Korelasi Antar Variabel Penelitian ... 167

23. Uji Keberartian Korelasi ... 168

24. Uji Independensi Antar Variabel Bebas ... 169

25. Perhitungan Korelasi Parsial Antara Variabel Penelitian ... 170

26. Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi Ganda Variabel Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Guru dengan Kinerja Guru ... 172

27. Perhitungan Korelasi Ganda antara Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru ... 176

28. Perhitungan Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Variabel Bebas(X) dengan Variabel Terikat(Y) ... 177

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan manusia dalam organisasi, termasuk sekolah memiliki posisi yang sangat vital. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh kualitas orang-orang yang bekerja didalamnya. Orang-orang-orang yang bekerja di sekolah adalah kepala sekolah, guru dan staf tata laksana.

Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang paling penting, karena gurulah yang melaksanakan pendidikan langsung menuju tujuannya. Gurulah yang secara operasional melaksanakan segala bentuk, pola, gerak dan geliat berbagai perubahan di lini paling depan dalam pendidikan, karena memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1). Pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya terungkap dari bagaimana kinerjanya.

(11)

2

Sayangnya, kinerja guru dirasakan masih rendah, karena terdapat banyak permasalahan di seputar kinerja mereka. Kondisi tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya pada saat diskusi panel bertajuk Profesionalisme dan Pendidikan Guru, Selasa 24 Januari 2006, yang dihadiri panelis dari Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas, Fasli Jalal Rektor Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Paulus Suparno Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Sunaryo Kartadinata Ketua Umum Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Suparman Koordinator Koalisi Pendidikan Lodi Paat, serta Arioin Ali Koordinator Litbang SD Hikmah Teladan Cimahi, yang dipandu Soedijarto Ketua Umum Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) sekaligus penasihat PB PGRI. Dalam seminar tersebut terungkap bahwa rendahnya kinerja guru dikaitkan dengan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru, sehingga tanpa memperbaiki kinerja guru, semua upaya untuk membenahi pendidikan akan kandas. Kurikulum yang baik, perpustakaan yang lengkap, laboratorium canggih, ketersediaan komputer dan internet nyaris tidak ada artinya untuk memperbaiki mutu pendidikan bila guru-gurunya tidak bermutu dan tidak mencintai profesinya.

(12)

3

2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), dan PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas pada tahun 2005 untuk guru SMP – yang menjadi responden dalam penelitian ini. Menurut data tahun 2005 tersebut, guru SMP yang layak mengajar adalah 51,95%. Pada tahun pelajaran 2006/2007 ada peningkatan, dari 624.726 guru SMP (negeri dan swasta), yang layak mengajar adalah 487.512 guru atau naik menjadi 78,04%.

Meningkatnya jumlah guru SMP yang layak mengajar tersebut sebagai akibat dari tuntutan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pasal 4 – 5 yang mensyaratkan sertifikasi dengan kualifikasi akademik minimal S1 / D4. Persyaratan tersebut selain menjadikan prekrutan guru baru dari lulusan jenjang pendidikan tersebut, juga mendorong guru yang semula belum berijazah S1 / D4 melanjutkan pendidikannya ke jenjang tersebut. Peningkatan kualifikasi akademik yang ditempuh melalui proses pendidikan tersebut sudah seharusnya meningkatkan kemampuan guru. Namun demikian, tidak sertamerta meningkatkan kinerjanya.

(13)

4

Hasil penelitian Wuviani (2005) menemukan bahwa kualifikasi, motivasi kerja dan kepemimpinan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru, dengan rincian : (1) kualifikasi pendidikan sebesar 37,40%, (2) motivasi kerja guru sebesar 45,20%, dan (3) kepemimpinan kepala sekolah sebesar 51,80%. Secara bersama-sama ketiganya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru sebesar 67,00 %, sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain.

Kemudian, Riduwan (2006) menunjukkan bahwa kompetensi profesional secara signifikan memberikan kontribusi sebesar 30,46%, dan motivasi kerja sebesar 61,94% terhadap kinerja dosen. Secara simultan keduanya memberikan kontribusi terhadap kinerja dosen secara signifikan sebesar 90,00%, dan sisanya sebesar 10,00% merupakan pengaruh faktor lain.

(14)

5

Untuk membuat guru menjadi profesional tidak hanya dengan meningkatkan kompetensinya dengan memberikan penataran, pelatihan maupun dengan memperoleh kesempatan untuk belajar lagi, namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain, seperti : pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian motivasi, peningkatan disiplin, pemberian insentif gaji yang layak, sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada guru.

Perlu juga disadari bahwa keinginan guru untuk meningkatkan kinerja guru juga dapat ditentukan oleh motivasi kerja para guru untuk mengembangkan dirinya sendiri terutama motivasi kerja bisa yang berasal dari dalam dirinya yaitu dengan menyadari bahwa mengajar merupakan tugas pelayanan mulia yang mesti diemban untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Motivasi kerja itu sendiri bisa juga berasal dari luar diri guru yaitu terpenuhinya kesejahteraan para guru.

Motivasi berkaitan erat dengan kesejahteraan, kondisi kerja, kesempatan untuk pengembangan karir, dan pelayanan tambahan terhadap guru. Keterlambatan gaji merupakan faktor penentu utama terhadap motivasi guru. Guru yang termotivasi dalam bekerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja, karena kebutuhan-kebuatuhan guru yang terpenuhi, maka akan mendorong guru meningkatkan kinerjanya.

(15)

6

korelasi 0,442. Dari temuan dan asumsi tersebut maka dapat dikatakan motivasi kerja dapat meningkatkan kinerja guru.

Kepemimpinan menjadi fungsi sentral dalam keberhasilan pengelolaan lembaga pendidikan, melalui peran yang menunjukkan apa dan bagaimana tujuan hendak dicapai, fungsi kepala sekolah yang berhubungan dengan tugas juga fungsi harmonisasi tujuan berdasarkan keadaan organisasi, dan tugas kepala sekolah selaku penanggung jawab dalam aspek pendidikan. Peran, fungsi dan tugas kepala sekolah berdasarkan keinginan mencapai keberhasilan pendidikan yang dikembangkan melalui kepemimpinan yang efektif. Termasuk upaya nyata membangun kemampuan guru secara profesional, yang tidak hanya menuntut kompetensi guru dalam profesi lebih jauh memaksimalkan potensi guru guna mencapai kehidupan layak dari pekerjaan profesional yang sudah dilakukan guru dalam pendidikan. Menjadi tugas kepala sekolah dalam mendukung keberhasilan kepemimpinan yang dijalankan di dalam pengelolaan sekolah.

(16)

7

Sebagai seorang pengawas, secara aktif kepala sekolah melaksanakan fungsi kepemimpinan yang menjadi tugas dan wewenangnya, bagaimana mendistribusikan tugas secara benar dalam menjamin harmonisasi hubungan kerja. Kepala sekolah harus meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi sekolah dalam mencapai kemajuan. Tidak hanya mampu mengkoordinasikan tugas secara baik dan benar dalam tata hubungan antar guru, pegawai dan kepala sekolah, akan tetapi lebih jauh mampu mencapai kesamaan tujuan pendidikan dengan orang tua dan para wali siswa. Terus bergerak sampai pada penyediaan informasi yang benar untuk masyarakat yang membutuhkannya.

Sebagai pengawas, kepala sekolah berkewajiban melakukan pengkoordinasian seluruh kegiatan sekolah dan administrasi sekolah dengan menghubungkan seluruh personel sekolah dengan tugas yang dilakukannya sehingga terjalin kesatuan, keselarasan, dan menghasilkan kebijaksanaan dan keputusan yang tepat.

Ruang lingkup supervisi di sekolah meliputi berbagai aspek kehidupan sekolah, khususnya yang berhubungan dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar, sebagai implementasi pelaksanaan tujuan belajar mengajar yang ditetapkan dalam kurikulum. Sebagai supervisor, kepala sekolah melakukan langkah-langkah konkret:

(17)

8

personal dan kelompok kerja para guru; (9) memberikan bantuan moriel dan materiil demi kemajuan guru dan seluruh karyawannya” (Herabudin, 2009: 213).

Kepala sekolah harus memiliki pengetahuan dan kemampuan administrasi sekolah secara baik, berdasarkan tuntutan kerja yang semakin kompleks. Berdasarkan pada bidang tanggungjawabnya dalam sekolah, hingga ia mampu menjalankan perannya sebagai pimpinan organisasi yang baik. Kepala sekolah juga harus memiliki ide-ide kreatif yang dapat meningkatkan perkembangan sekolah. Dengan bantuan para guru, ia dapat mendiskusikan ide-ide tersebut untuk diterapkan pada sekolah. Bila dicapai kesepakatan antara kepala sekolah dan guru, ide-ide tersebut dapat direalisasikan.

Penyatuan pandangan sebagai langkah konkret dalam tugas kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru, termasuk bimbingan dan konseling terhadap pemenuhan tugas berdasarkan kurikulum, juga motivasi dan kinerja kerja yang dipengaruhi tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang minim, jika dikaitkan dengan tuntutan profesionalitas yang diharapakan dalam tugas sebagai pendidik.

(18)

9

1.2. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan beberapa hal yang telah dikemukakan, dalam bagian latar belakang, maka dapat diidentifikasikan sebagai masalah yang berhubungan dengan kinerja guru, diantaranya : Apakah terdapat hubungan antara efektifitas kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru? Apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru? Apakah terdapat hubungan antara fasilitas kerja dengan kinerja mengajar guru? Apakah terdapat hubungan antara perilaku kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru? Apakah tingkat kesejahteraan berhubungan dengan kinerja mengajar guru?

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini dibatasi hanya berkaitan dengan Efektivitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru di SMP Negeri di Kabupaten Samosir.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

(19)

10

2. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan motivasi kerja dengan kinerja guru?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Secara operasional tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru.

2. Mengetahui hubungan motivasi kerja dengan kinerja guru.

(20)

11

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharakan dapat memberi kontribusi yang baik, diantaranya :

1. Secara Teoretis

1.1. Untuk menambah khasanah pengetahuan khususnya teori kinerja efektivitas kepala sekolah dan motivasi kerja.

1.2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi yang berminat mendalami permasalahan yang sama sebagai penelitian lanjutan. 2. Secara Praktis

2.1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Samosir meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kinerja guru.

2.2. Sebagai masukan bagi kepala sekolah, dalam pelaksanaan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru.

(21)
(22)

93

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Efektivitas kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Samosir yaitu semakin baik efektivitas kepemimpinan kepala sekolah maka semakin tinggi pula kinerja guru. Dari temuan penelitian efektivitas kepemimpinan kepala sekolah ini memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap kinerja guru yaitu sebesar 16.39%.

2. Motivasi kerja mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Samosir. Hal ini berarti semakin baik motivasi kerja maka semakin tinggi pula kinerja guru. Dari temuan penelitian motivasi kerja memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap kinerja guru yaitu sebesar 38.11%.

(23)

94

5.2. Implikasi

5.2.1. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah.

a. Kepala sekolah perlu meningkatkan kemampuan kepemimpinannya, dengan memperdalam buku-buku tentang manajemen sumber daya manusia serta manajemen berbasis sekolah. Kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang harus mampu mengelola berbagai sumber daya yang ada di sekolah. Oleh karenanya setiap kepala sekolah perlu menyadari bahwa ketidakmampuannya dalam memimpin sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

b. Kepala Sekolah perlu terjun langsung berpartisipasi bersama guru untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan adanya partisipasi ini akan mengurangi gap antara pemimpin dengan bawahan. Hal ini juga akan berdampak pada timbulnya keakraban diantara atasan dengan bawahan. Dengan demikian Kepala Sekolah juga akan mudah dalam menggali informasi yang dibutuhkan terutama dalam rangka untuk pengambilan keputusan. Selanjutnya dalam berpartisipasi ini kepala sekolah juga mengikutsertakan guru dalam menentukan kebijakan yang diambil oleh sekolah.

(24)

95

akan respek dengan keputusan yang berasal dari Kepala Sekolah. Untuk itu maka selaku pemimpin dan supervisor maka Kepala Sekolah dapat berlaku bijak, terbuka dan mampu berkomunikasi yang efektif kepada guru.

d. Dinas Pendidikan Kabupaten perlu secara konsisten dan secara periodik melakukan evaluasi dan pelatihan sebab untuk menetapkan pengangkatan kepala sekolah harus mempertimbangkan kualitas kepemimpinan dan manajerial yang dimiliki. Diperlukan upaya-upaya yang kontiniu dan berkesinambungan mengevaluasi kepala sekolah dalam melaksanakan tugas khususnya dalam memimpin dan mengatur para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

(25)

96

menunjukkan sikap berdisiplin, ramah tamah, peduli akan kebutuhan guru, mau bertukar pikiran dan mendengarkan saran dan kritik dari guru, memberikan kesempatan kepada guru yang mau meningkatkan kompetensinya, serta melibatkan guru dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan program sekolah. Kepala sekolah juga jangan pilih kasih dan bersikap adil dan bijaksana dan berusaha menciptakan kondisi sekolah dengan iklim kekeluargaan serta mau membantu kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga kepemimpinan yang dilaksanakan kepala sekolah mendapatkan apresiasi yang baik oleh guru.

5.2.2. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Motivasi Kerja

a. Guru merupakan pendidik sekaligus bawahan yang diharapkan mengikuti berbagai arahan dari kepala sekolah demi mencapai visi, misi dan tujuan sekolah. Keberadaan guru tersebut, perlu disadari secara personal oleh guru. Menyadari bahwa pekerjaan mengajar adalah sebuah layanan kemanusiaan, yang di sisi lain dituntut lebih profesional sebab guru adalah agen ilmu pengetahuan. Perlu ada motivasi kerja dari guru untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas di dalam dan di luar kelas. b. Dari hasil penelitian diketahui bahwasannya kecenderungan motivasi kerja

(26)

97

terlalu tinggi akan dapat mendorong guru untuk termotivasi. Pujian atas keberhasilan, pemberian honor dari kerja lembur, memperoleh simpati dan penghormatan dari siswa merupakan suatu penghargaan yang penting bagi guru untuk memicu motivasi kerjanya

c. Guru juga perlu dibimbing dengan baik agar memiliki keinginan untuk selalu sukses, gigih dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya sebagai sumber ilmu dan contoh teladan bagi perkembangan pengetahuan anak didiknya

5.2.3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja

(27)

98

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, maka ada beberapa saran yang dikemukakan, sebagai berikut:

1. Disarankan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Samosir, sebaiknya perlu untuk melaksanakan job training di bidang peningkatan mutu pendidikan dan sekaligus melaksanakan studi banding kepada sekolah – sekolah yang dianggap telah berhasil di dalam meningkatkan mutu pendidikan.

2. Disarankan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Samosir, sebaiknya perlu melaksanakan pertimbangan yang matang untuk menempatkan kepala sekolah. Artinya kepala sekolah sebelum diangkat terlebih dahulu mendapatkan pelatihan-pelatihan ataupun test and profit tentang managemen dan kepemimpinan agar benar-benar orang yang tepat memenej organisasi pendidikan. Dinas Pendidikan juga dapat merencanakan dan memprogramkan promosi jabatan yang lebih tinggi untuk merangsang kepala sekolah dan guru agar lebih termotivasi dalam bekerja.

3. Disarankan kepada kepala sekolah, sebaiknya kemampuan manajerialnya melalui berbagai seminar kepemimpinan, berkonsultasi denga rekan kerja dan kolega lainnya. Tidak tertutup kemungkinan kepala sekolah memperdalam tentang kemampuan manajerial kepala sekolah melalui buku-buku serta penelitian dan jurnal.

(28)

99

berbegai metode, pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat. Guru-guru juga perlu lebih meningkatkan kinerjanya dengan mau mengikuti pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan pendidikan sehingga dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu guru juga diharapkan untuk lebih meningkatkan motivasi dalam bekerja dengan berupaya meningkatkan disiplin kerjanya, saling tukar pikiran (berdiskusi) dengan sesama guru untuk peningkatan pembelajaran, dan juga dapat bekerja sama dengan baik dengan kepala sekolah.

(29)

100

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2008). Motivasi dan Kinerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (1990). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan. Jakarta: Grafindo Persada.

_________ (2004). Dasar-dasar Supervisi. Jakarta : Rieneka Cipta.

BSNP. (2007b). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah / Madrasah. Jakarta : BSNP.

Daryanto. (2010). Administrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. _________ (1999). Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen,

Direktorat Dikmenum.

Donnelyy James H., Jr, James L. Gibson, John M. Ivancevich. (1995).

Fundamental Management Selected Reading. USA : Bussiness

Publications.

Hasibuan, Malayu SP. (2008). Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara. Herabudin. (2009). Administrasi & Supervisi Pendidikan. Bandung : Pustaka

Setia.

Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. (1982). Management of Organizational

Behavior. Utilizing Human Recource. New Jersey : Prentice – Hall.

Husaini, Usman. (2008). Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Kartini Kartono. (2001). Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpin

Abnormal itu? Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah

(30)

101

Koontz, O’Donnell dan Weinhrich. (1986). Intisari Manajemen. Jakarta : Bina Aksara.

Kriyantono, Rachmat. (2001). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Kustono, Djoko. (2007). Urgensi Sertifikasi Guru. Makalah Seminar Nasional

Dalam Rangka Dies UNY ke-43 tanggal 5 Mei 2007 di Yogyakarta.

Dalam Setiawan, Ngadirin.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2007). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama.

Manullang, Belferik. (2006). Kepemimpinan Pedagogis. Membangun Karakter

Sumber Daya Manusia. Medan : Program Pascasarjana.

Mathis, Robert L. Dan Jackson, John H. (2006). Human Resource Management,

Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Mulyasa, E. (1984). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan

Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2003). Standar Kompetensi Guru dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pidarta, Made. (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Purba, Sukarman. (2009). Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi.

Yogyakarta : Laksbang.

Riduwan. (2006). Kontribusi Kompetensi Profesional dan Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Dosen ,Studi pada Universitas Jendral Achmad Yani Kota Cimahi. Tesis pada PPS UPI. Bandung : tidak diterbitkan.

Rivai, Veithzal. (2008). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sagala, H. Syaiful. (2010). Supervisi Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Simamora. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Adi Citra Karya Nusa.

(31)

102

Stoner Edward Freeman, James F. (2001). Management. Fifth Edition, New Jersey : Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah

dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1)

62-70.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Wuviani, Via. (2005). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru. Tesis

pada FPS UPI, Bandung : tidak diterbitkan.

Gambar

Gambar 2.1. Dimensi Kerja  .....................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 042/U/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

Maka yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan kedisiplinan karyawan.Dengan mewujudkan rasa disiplin kerja

Antrian yang terlalu panjang mengakibatkan nasabah meninggalkan antrian, dalam teori antrian hal ini disebut dengan istilah balking Dengan menggunakan data jumlah kedatangan

Ke-tiga, seorang remaja akan dianggap sebagai bagian dari kelompok jika ia berpenampilan atau bertingkah laku serupa dengan anggota kelompok lainnya, dan yang terakhir adalah

Dari hasil penelitian dan pengukuran kekasaran permukaan terhadap benda kerja yang dibuat dengan proses pemesinan menggunakan mesin Milling CNC didapat bahwa nilai

mengenai “ Analisis Hasil Belajar Menyediakan Room Service Siswa SMK Negeri 9 Bandung Sebagai Kesiapan Menjadi Waiter Di Restoran Hotel ”. Identifikasi dan

Untuk mengetahui tingkat penerimaan pengguna dan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan e-learning Janabadra, model yang digunakan adalah model UTAUT